ABSTRAK
HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU BERDASARKAN KOMPETENSI INTI – 2 DENGAN NILAI AFEKTIF
DI SMP N 2 TURI YOGYAKARTA
Maria Diah Wulandari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan perilaku guru yang sesuai dengan Kompetensi Inti -2 dengan nilai afektif. Pengujian dilakukan pada tujuh aspek yang terbagi dalam aspek; (1) Jujur; (2) Disiplin; (3) Tanggung Jawab; (4) Toleransi; (5) Gotong Royong; (6) Sopan Santun; (7) Percaya diri.
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION TOWARD THE ATTITUDE OF TEACHERS BASED ON THE CORE COMPETENCE -2
AND THE AFFECTIVE SCORES IN SMP N 2 TURI YOGYAKARTA
Maria Diah Wulandari Sanata Dharma University
Yogyakarta 2016
This research aim to find out whether there is a the elationship between students’ perception toward the attitude of teacher accordance with the core competence-2 and the affective scores. To test the hypothesis, the seven aspects of the second core competence were chosen, namely (1) honesty; (2) discipline; (3) responsibility; (4) tolerance; (5) mutual cooperation; (6) manners; and (7) self-confidence.
This research was conducted from January to June 2015. The population of this research were the seventh grade students of SMP N 2 Turi Yogyakarta. The subjects of the study were 32 students of B Class. The research sample were drawn from these 32 students by using purposive sampling. The data were collected by using questionnaires set and the analysis was done by using Spearman’s correlation.
HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU
BERDASARKAN KOMPETENSI INTI – 2 DENGAN NILAI AFEKTIF
DI SMP N 2 TURI YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh :
Maria Diah Wulandari
NIM : 111334068
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGATAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSIATAS SANATA DHARMA
i
HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU
SESUAI KOMPETENSI INTI – 2 DAN NILAI AFEKTIF
DI SMP N 2 TURI YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh :
Maria Diah Wulandari
NIM : 111334068
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGATAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSIATAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
Yesus Kristus dan Bunda Maria
Bapak Yohanes Suyadi dan Ibu Supartini Helena V yang berperan sebagai Ayah dan Ibu yang sangat luar biasa dalam hidup saya
Albertus Desy Wulan Nugroho kakaku yang selalu menjadi penyemangat dan mengajari saya untuk tidak mudah putus asa
Keluarga Besar
Semua sahabat dan teman – teman terbaik yang saya miliki
vi MOTTO
Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal,
dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan.
( 1 Korintus 1:5)
Mengapa harus mengeluh berbeban berat, jika beban itu jalan yang
membuat kita kekar untuk siap menantang halangan besar.
( Timotius Heri C K)
Jangan mengeluh jadilah tangguh.
( Sheila on 7 )
Telinga Tuhan tidak kurang lebar untuk mendengar doa kita dan
viii ABSTRAK
HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU
BERDASARKAN KOMPETENSI INTI – 2 DENGAN NILAI AFEKTIF
DI SMP N 2 TURI YOGYAKARTA
Maria Diah Wulandari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan perilaku guru yang sesuai dengan Kompetensi Inti -2 dengan nilai afektif. Pengujian dilakukan pada tujuh aspek yang terbagi dalam aspek; (1) Jujur; (2) Disiplin; (3) Tanggung Jawab; (4) Toleransi; (5) Gotong Royong; (6) Sopan Santun; (7) Percaya diri.
ix ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION TOWARD THE ATTITUDE OF TEACHERS BASED ON THE CORE
COMPETENCE -2 AND THE AFFECTIVE SCORES IN SMP N 2 TURI YOGYAKARTA competence-2 and the affective scores. To test the hypothesis, the seven aspects of the second core competence were chosen, namely (1) honesty; (2) discipline; (3) responsibility; (4) tolerance; (5) mutual cooperation; (6) manners; and (7) self-confidence.
This research was conducted from January to June 2015. The population of this research were the seventh grade students of SMP N 2 Turi Yogyakarta. The subjects of the study were 32 students of B Class. The research sample were drawn from these 32 students by using purposive sampling. The data were collected by using questionnaires set and the analysis was done by using Spearman’s correlation.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kasih karena skripsi ini telah selesai.
Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana di Pendidikan akuntansi Universitas Sanata Dharma. Penulis
menyadari bahwa proses penyusunan skripsi mendapat dorongan dan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Santa Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku ketua Jurusan dan
Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi
Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E, M.Si selaku dosen pembimbing dan
mengarahkan penulis dengan sabar, memberikan saran dan masukan demi
kesempurnaan skripsi ini.
4. Seluruh bapak ibu dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi beserta staf
kaeyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan
bimbingannya dan pelayanan selama penulis menyelesaikan studi studi di
Universitas Sanata Dharma Yogakarta.
5. Kedua orang tuaku Bapak Yohanes Suyadi dan Ibu Supartini Helena V
xi
dalam menemani setiap proses pendidikanku selama ini. Terimakasih
Bapak Ibu atas semua jerih payah selama ini.
6. Untuk Kakakku Albertus Desi Wulan Nugroho yang selalu mengajariku
untuk tidak mudah putus asa dalam mengadapi semua masalah.
7. Untuk mas Natoko Indojati yang selalu memberikan semangat dalam
mengerjakan skripsi.
8. Sahabat – sahabatku seperjuangan ketika kulia Theresia Widiastuti, Brigita
Dina, Rosta Natalia, Aknes Suparyatin, Valleria Dianisita dan Hani Suci
yang selalu membantu saya ketika saya mengalami kesulitan saat kulia.
9. Sister – hood sahabat seatap kos Pringgodani 10 Josephine Fanny, Karina
Krisnadia, Ensa Puspita, Yevi Theresia, Stella Briyanti, Bonaventura
Yulievianti, Dian Indhita, dan Agatha Lisa.
10. Teman – teman Pendidikan Akuntansi Angkatan 2011
11. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ...vii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 3
C. Rumusan Masalah ... 3
D. Tujuan Penelitian ... 4
xiii
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
A. PENGKAJIAN TEORI YANG RELEVAN ...7
1. Persepsi ... 7
a. Pengertian Persepsi ... 7
b. Proses Terjadinya Persepsi ... 7
c. Ciri – ciri Persepsi ... 8
2. Kurikulum ... 8
3. Struktur Kurikulum ... 9
4. Kompetensi Inti ... 12
5. Pembelajaran ... 18
6. Hasil Belajar ... 22
7. Pengetahuan ... 34
B. Kerangka Berfikir ... 38
C. Perumussan Hipotesis ... 39
BAB III METODE PENELITIAN ... 40
A. Jenis Penelitian ... 40
B. Waktu dan Tempat ... 40
C. Variabel Penelitian ... 41
D. Subjek dan Obyek Penelitian ... 41
E. Teknik Sampling ... 41
F. Teknik Pengumpulan Data ... 42
G. Teknik pengujian Instrumen ... 43
xiv
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHSAN ...56
A. Analisis Data korelasi persepsi siswa terhadap perilaku guru dengan nilai afektif ... 56
1. Deskripsi Data ... 57
a. Deskripsi data berdasrkan jenis kelamin ... 57
b. Deskripsi skor persepsi siswa ... 57
c. Deskripsi hasil Belajar ... 58
B. Uji Korelasi ... 59
c. Pembahasan ... 65
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN ... 57
A. Kesimpulan ... 67
B. Keterbatasan ... 68
C. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 77
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Struktur kurikulum SMP ... 13
Tabel 2.2 Kompetensi Inti kelas VII ... 14
Tabel 2.3 Cakupan pengertian ... 15
Tabel 2.4 Lima pengalaman belajar ... 21
Tabel 2.5 Hasil belajar afektif dan hasil belajar psikomotorik ... 28
Tabel 2.6 Sasaran penelitian hasil belajar ... 33
Tabel 2.7 Sasaran penelitian hasil belajar ... 34
Tabel 2.8 Sasaran penelitian hasil belajar ... 36
Tabel 2.9 Sasaran penelitian hasil belajar ... 36
Tabel 2.10 Sasaran penelitian hasil belajar ... 38
Tabel 3.1 Uji validitas ... 45
Tabel 3.2 Uji validitas ... 46
Tabel 3.3 Reabilitas ... 49
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai R hasil analisis korelasi ... 52
Tabel 3.5 Hasil Uji Normalitas ... 53
Tabel 4.1 Data berdasarkan jumlah jenis kelamin ... 57
Tabel 4.2 Tabel data frekuensi skor persepsi siswa ... 58
Tabel 4.3 Hasil belajar afektif ... 58
Tabel 4.4 Uji hasil korelasi Kompetensi Inti – 2 dengan nilai afektif ... 60
Tabel 4.5 Uji korelasi aspek kejujuran dengan nilai aektif ... 60
xvi
Tabel 4.7 Uji korelasi aspek tanggung jawab dengan nilai aektif ... 62
Tabel 4.8 Uji korelasi aspek toleransi dengan nilai aektif ... 63
Tabel 4.9 Uji korelasi aspek gotong royomg dengan nilai aektif ... 64
Tabel 4.10 Uji korelasi aspek sopan santun dengan nilai aektif ... 65
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 1. Instrumen penelitian ... 73
Tabel 2. Data Induk Penelitian ... 84
Tabel 3. Nilai Rapor ... 91
Tabel 4. Uji validitas dan Reabilitas ... 94
Tabel 5. PAP II dan deskriptif data ... 100
Tabel 6. Tabel R ... 107
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan, berhasil atau
tidaknya siswa juga dipengaruhi oleh sosok guru. Guru tidak hanya
mengajarkan tentang ilmu pengetahuan saja namun diharapkan guru bisa
menjadi panutan bagi siswa dan menjadi contoh teladan siswa dalam
berperilaku dan bersikap. Keberadaan seorang guru sebagai pelaku pendidik
dalam mendampingi para peserta didik sangat diperlukan, sosok guru sebagai
pendamping dan menjadi teladan bagi para peserta didik maka guru harus
sungguh – sungguh mampu menjaga imitsnya, hal ini dilakukan agar
kebiasaan yang kurang baik dimiliki guru jangan sampai ditiru oleh peserta
didik ( Susanto, 2012). Maka tidak dapat dipungkiri bawah guru juga berperan
dalam pembentukan sikap dan karakter siswa karena akhir – akhir tidak
sedikit siswa yang sudah melupakan etikanya sebagai seorang pelajar dan
berperilaku menyimpang seperti membolos sekolah, sering datang terlambat,
malas mengerjakan tugas sekolah, mengganggu temannya yang sedang
belajar, tidak berpakaian selayaknya anak sekolah, melakukan tindak kriminal
dan lain sebagainya. Perilaku menyimpang siswa juga dapat terjadi karena
faktor lingkungan siswa tersebut, tetapi tidak menutup kemungkinan guru juga
dapat berperan untuk mencegah tejadinya sikap penyimpangan tersebut
Ungkapan Guru : digugu lan ditiru harus tetap menjadi pedoman bagi para
guru, karena guru meberikan pengaruh terhadap siswa selain itu guru juga ikut
bertanggung jawab dalam keberhasilan siswa baik dalam bidang akademik
dan perilaku siswa demi membentuk insan Indonesia cerdas sesuai dengan
visi dan misi Pendidikan Nasional. Dalam rangka mewujudkan cita – cita
mencerdaskan kehidupan bangsa serta, serta sejalan dengan visi dan misi
pendidikan Nasional, Kemekdiknas ( Renstra Kemendiknas 2010-2014)
mempunyai visi 2025 untuk menghasilkan insan Indonesia cerdas dan
Kompetitif. Insan Indonesia cerdas adalah insan yang cerdas komprehensif,
yaitu cerdas spriritual, cerdas emosi, cerdas social, cerdas intelektual, dan
cerdas kinestis. (Mulyasa,2013;19).
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta
didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan
menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara
Indonesia sepanjang jaman.Untuk kepentingan tersebut diperlukan perubahan
yang cukup mendasar dalam sistem pendidikan nasional. Perubahan mendasar
tersebut berkaitan dengan kurikulum, yang dengan sendirinya menuntut dan
mempersyaratkan berbagai perubahan pada komponen-komponen pendidikan.
Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis
perlu diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis
kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Dapat kita
lihat banyak sekali karakter pelajar rusak contohnya seperti tawuran antar
pelajar, bolos ketika jam sekolah, mencontek dan lain-lain. Tidak dapat
dipungkuri bahwa semua itu dapat merusak karakter seorang pelajar,
Maka dari itu awal tahun ajaran 2014 telah ditetapkan kurikulum baru,
yaitu kurikulum 2013 yang bertujuan untuk membentuk karakter siswa
serta membuat siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum 2013 merupakan salah
satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang
diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Di dalam implementasi Kurikulum 2013 juga
menuntut kerjasama yang optimal di antara para guru, maka peran guru
sangat diperankan agar kurikulum 2013 dapat terlaksana dengan baik
sesuai dengan tujuannya. Guru jangan hanya sebagai penguasa kelas atau
penguasa di Sekolah, tetapi guru itu harus bisa menjadi pamong dan
menjadi contoh teladan seperti dalam istilah jawa digugu lan ditiru oleh .
Apabila guru berperilaku baik maka siswanya akan berperilaku baik.
Tetapi sebaliknya apabila guru tidak berperilaku tidak baik, siswa akan
berbuat tidak baik juga. Misalnya dalam hal disiplin guru sudah
menunjukkan apa belum pada saat dikelas? apabila sudah menunjukkan
sikap disiplin didalam kelas, maka akan direspon oleh siswanya dan
siswanya akan meniru sikap disiplin. Maka dari itu peran terpenting dalam
kegiatan guru dalam hal sikap akan dilihat oleh siswa, sehingga apa yang
dilakukan oleh guru akan dipantau oleh siswa.
Dalam Struktur kurikulum 2013, Kompetensi Inti 1 mengenai Sikap
Spiritual, Kompetensi inti 2 mengenai Sikap, Kompetensi Inti 3 mengenai
Pengetahuan dan Kompetensi Inti 4 mengenai Keterampilan. Penelitian
terfokus pada Kompetensi Inti 2 karena Kompetensi Inti 2 adalah penilaian
mengenai sikap. Ketika guru berperilaku dan bersikap baik tentunya hal
tersebut akan tercermin dari perilaku siswa, sehingga Penelitian ini diberi judul “PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU SESUAI
DENGAN KOMPETENSI INTI-2 DAN NILAI AFEKTIF DI SMP N 2 TURI YOGYAKARTA “
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas dapat dirumuskan
masalah penelitian adalah apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap
perilaku guru sesuai Kompetensi Inti-2(Jujur, Disiplin, Tanggung Jawab,
Toleransi, Gotong Royong, Sopan Santun, Percaya Diri) dan nilai afektif
mata pelajaran IPS?
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan penelitian ini adalah :
Apakah ada hubungan antara persepsi siswa terhadap perilaku guru yang
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diketahui tujuan penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui apakah guru telah berperilaku sebagaimana
terkait dengan kompetensi inti-2 pada kurikulum 2013
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi siswa
terhadap perilaku guru sesuai dengan kompetensi Inti-2 dengan
hasil belajar afektif pada mata pelajaran IPS.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah refensi penelitian
berikut yang berhubungan dengan kurikulum 2013 ditinjau KI-2
dengan hasil belajar siswa SMP.
2. Bagi Guru
Penelitian mengenai hubungan persepsi siswa terhadap perilaku
guru yang sesuai Kompetensi Inti – 2 dengan hasil belajar afektif
akan memberikan manfaat kepada guru agar para guru dapat
meberikan contoh dan teladan sehingga dapat menjadi panutan
bagi para siswa dalam berperilaku baik di dalam lingkungan
sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
3. Bagi Siswa
Bagi siswa meberikan manfaat kepada siswa bahwa perilaku guru
menjadikan guru sebagai teladan dalam bersikap dan dapat
memberikan koreksi agar guru lebih bijak dalam meberikan contoh
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengkajian Teori yang Relevan
1. Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Menurut Sarwono (2009:86) mengakatan persepsi adalah
kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan
dan sebagainya itu selanjutnya di interprestasi. Persepsi merupakan
suatu proses yang didahulukan oleh proses penginderaan, yaitu
merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat
indera atau disebut juga proses sensorik (Walgito, 2010:99)
b. Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadi persepsi dapat dijelaskan sebagai ; Objek
menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau
reseptor. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses
kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera
diteruskan oleh syaraf sensorik ke otak. Proses ini yang disebut
sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak
sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang
terjadi dalam otak atau alam pusat kesadaran inilah yang disebut
sebagai proses psikologis.
c. Ciri – ciri persepsi
Agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna ada ciri – ciri
tertentu dalam dunia persepsi :
1) Modalitas, yakni rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap indera ( cahaya umtuk penglihatan, bau penciuman, suhu bagi rasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya) 2) Dimensi ruang sehingga dapat menyatakan atas-bawah,
tinggi-rendah, latar depan-belakang.
3) Dimensi waktu, seperti cepat-lambat,tua-muda. 4) Struktur konteks, yakni keseluruhan yang menyatu.
2. Kurikulum 2013
Kurikulum sangat penting untuk dunia pendidikan karena
merupakan kunci utama untuk mencapai sukses dalam dunia pendidikan.
Perkataan kurikulum dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia
pendidikan sejak kurang dari 1 abad yang lampau. Perkataan ini belum
terdapat dalam kamus Webster tahun 1812 dan baru timbul untuk pertama kalinya dalam kamusnya tahun 1856. Di indonesia “kurikulum”
boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun 50an yang
dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Sebelumnya yang lazim digunakan ialah “rencan pelajaran”
Menurut J.Galen Taylor dan William M. Alexander dalam buku “Curriculum planning for better teaching and learning” (1956).
Menjelaskan kurikulum adalah segala usaha untuk mempengaruhi anak
belajar, apakah dalam ruang kelas, dihalaman sekolah atau diluar
sekolah termasuk kurikulum. Menurut J. Lloyd Trump dan Dalmes F.
Miller dalam bukunya Secondary School Improfement (1973),
kurikulum merupakan metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi
murid dan seluruh program, perrubahan tenaga mengajar, bimbingan
dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal-hal struktural
mengenai waktu, jumlah rungan serta kemungkinan memilih mata
pelajaran.
3. Struktur kurikulum 2013
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten
kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran
dalam kurikulum, dostribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau
tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu
untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi
konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan
pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran.
Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk
kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan
pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan
Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip
kurikulum mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan
pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan. Dalam struktur
kurikulum menggambarkan ide kurikulum mengenai posisi belajar
seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata
pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi
kesempatan kepada siswa untuk menentukan berbagai pilihan.
Tabel 2.1 2. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
3 3 3
3. Prakarya 2 2 2
Jumlah Alokasi Waktu per Minggu 38 38 38
Mata pelajaran Seni Budaya dapat memuat Bahasa Daerah. Selain
kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur
kurikulum diatas, terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler SMP antara
Sekolah, dan Palang Merah Remaja. Mata pelajaran Kelompok A
adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh
pusat. Mata pelajaran Kelompok B yang terdiri atas mata pelajaran Seni
Budaya, Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, dan Prakarya
adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh
pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan oleh
pemerintah daerah.
Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu
sesuai dengan kebutuhan peserta didik pada satuan pendidikan tersebut.
Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial dikembangkan
sebagai mata pelajaran integrative science dan integrative social
studies, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Keduanya sebagai
pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir,
kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli
dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam.
Disamping itu, tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial menekankan
pada pengetahuan tentang bangsanya, semangat kebangsaan,
patriotisme, serta aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang
atau space wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ilmu
Pengetahuan Alam juga ditujukan untuk pengenalan lingkungan biologi
dan alam sekitarnya, serta pengenalan berbagai keunggulan wilayah
Seni Budaya terdiri atas empat aspek, yakni seni rupa, seni musik,
seni tari, dan seni teater. Masing-masing aspek diajarkan secara terpisah
dan setiap satuan pendidikan dapat memilih aspek yang diajarkan sesuai
dengan kemampuan (guru dan fasilitas) pada satuan pendidikan itu.
Prakarya terdiri atas empat aspek, yakni kerajinan, rekayasa, budidaya,
dan pengolahan. Masing-masing aspek diajarkan secara terpisah dan
setiap satuan pendidikan menyelenggarakan pembelajaran prakarya
paling sedikit dua aspek prakarya sesuai dengan kemampuan dan
potensi daerah pada satuan pendidikan itu.
4. Kompetensi Inti
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL
dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah
menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang
pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang
dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan
(afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik
untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti
harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard
skills dan soft skills.
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi
(organizing element)Kompetensi Dasar. Sebagai unsur pengorganisasi,
organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal
Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar
satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga
memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang
berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi
horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu
mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran
yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama
sehingga terjadi proses saling memperkuat.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling
terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (Kompetensi Inti 1),
sikap sosial (Kompetensi Inti 2), pengetahuan (Kompetensi Inti 3), dan
penerapan pengetahuan (Kompetensi Inti 4). Keempat kelompok itu
menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam
setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang
berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara
tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik
belajar tentang pengetahuan (Kompetensi Inti 3) dan penerapan
pengetahuan (Kompetensi Inti 4).
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan pendekatan
saintifik yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan
peserta didik. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan proses
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba,
menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan perkembangan
sikap peserta didik pada kompetensi dasar dari KI-1 dan KI-2 antara
lain mensyukuri karunia Tuhan, jujur, teliti, kerja sama, toleransi,
disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum
dalam silabus dan RPP.
Tabel 2.2
Kompetensi Inti Kelas VII
Kompetensi Inti Kelas VIII
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
Berdasarkan rumusan KI-1 dan KI-2 di atas, maka cakupan,
pengertian, dan indikator penilaian kompetensi sikap spiritual dan
sosial pada jenjang SMP/MTs disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.3
1. Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu.
2. Menjalankan ibadah tepat waktu. 3. Memberi salam pada saat awal dan akhir
presentasi sesuai agama yang dianut. 4. Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan
Yang Maha Esa.
5. Mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri
6. Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu.
7. Berserah diri kepada Tuhan apabila gagal dalam mengerjakan sesuatu.
8. Menjaga lingkungan hidup di sekitar rumah tempat tinggal, sekolah dan masyarakat 9. Memelihara hubungan baik dengan sesama
umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa 10.Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
sebagai bangsa Indonesia.
11.Menghormati orang lain menjalankan ibadah sesuai agamanya.
Sikap sosial
1. Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan
2. Tidak menjadi plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan
sumber) dalam mengerjakan setiap tugas. 3. Mengemukakan perasaan terhadap sesuatu
apa adanya
4. Melaporkan barang yang ditemukan 5. Melaporkan data atau informasi apa adanya 6. Mengakui kesalahan atau kekurangan yang
adalah tindakan
2. Patuh pada tata tertib atau aturan bersama/ sekolah
3. Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai waktu yang ditentukan
4. Tertib dalam menerapkan aturan penulisan untuk karya ilmiah
Tanggungjawab
1. Melaksanakan tugas individu dengan baik 2. Menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan
3. Tidak menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat
4. Mengembalikan barang yang dipinjam 5. Meminta maaf atas kesalahan yang
dilakukan
1. Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat
2. Menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya, dan gender
3. Menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapatnya
4. Dapat menerima kekurangan orang lain 5. Dapat mememaafkan kesalahan orang lain
Gotong royong
1. Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah 2. Kesediaan melakukan tugas sesuai
kesepakatan
berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas.
4. Aktif dalam kerja kelompok
Santun atau
1. Menghormati orang yang lebih tua. 2. Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan
takabur.
3. Tidak meludah di sembarang tempat. 4. Tidak menyela pembicaraan.
5. Mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain 6. Bersikap 3S (salam, senyum, sapa)
7. Meminta ijin ketika akan memasuki ruangan orang lain atau menggunakan barang milik orang lain
1. Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu.
2. Mampu membuat keputusan dengan cepat 3. Tidak mudah putus asa
4. Tidak canggung dalam bertindak 5. Berani presentasi di depan kelas 6. Berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan
5. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan
pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi
antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan
masyarakat. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta
semakin lama semakin meningkat dalam sikap (spiritual dan sosial),
pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup
dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada
kesejahteraan hidup umat manusia. Keluarga merupakan tempat
pertama bersemainya bibit sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan
keterampilan peserta didik. Oleh karena itu, peran keluarga tidak dapat
sepenuhnya digantikan oleh sekolah.
Sekolah merupakan tempat kedua pendidikan peserta didik yang
dilakukan melalui program intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler dilaksanakan melalui mata
pelajaran. Kegiatan kokurikuler dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan
di luar sekolah yang terkait langsung dengan mata pelajaran, misalnya
tugas individu, tugas kelompok, dan pekerjaan rumah berbentuk proyek
atau bentuk lainnya. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan
melalui berbagai kegiatan yang bersifat umum dan tidak terkait
langsung dengan mata pelajaran, misalnya kepramukaan, palang merah
remaja, festival seni, bazar, dan olahraga.
Terkait dengan hal tersebut, maka pembelajaran ditujukan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan
Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk
secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan
pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan
kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi
pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami
dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk
bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk
dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.
Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan
saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Pendekatan
saintifik dapat menggunakan beberapa strategi seperti pembelajaran
kontekstual. Model pembelajaran merupakan suatu bentuk
pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya
misalnya discovery learning, project-based learning, problem-based
learning, inquiry learning. Kurikulum 2013 menggunakan modus
pembelajaran langsung (direct instructional) dan tidak langsung
(indirect instructional). Pembelajaran langsung adalah pembelajaran
yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan
keterampilan menggunakan pengetahuan peserta didik melalui interaksi
langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan
RPP. Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba,
menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung, yang disebut
dengan dampak pembelajaran (instructional effect).
Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang terjadi
selama proses pembelajaran langsung yang dikondisikan menghasilkan
dampak pengiring (nurturant effect). Pembelajaran tidak langsung
berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap yang terkandung
dalam KI-1 dan KI-2. Hal ini berbeda dengan pengetahuan tentang nilai
dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh
mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. Pengembangan nilai dan sikap sebagai
proses pengembangan moral dan perilaku, dilakukan oleh seluruh mata
pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan
masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum
2013, semua kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler
baik yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat (luar sekolah) dalam
rangka mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan nilai
dan sikap.
Pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman belajar
sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 2.4
Lima Pengalaman belajar
Langkah Pembelajaran
menghubungkan dari dua sumber atau lebih yang tidak pat yang berbeda dari berbagai jenis
Penilaian hasil belajar peserta didik merupakan sesuatu yang sangat
penting dan strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan
penilaian hasil belajar maka dapat diketahui seberapa besar
keberhasilan peserta didik telah menguasai kompetensi atau materi
yang telah diajarkan oleh guru. Dengan penilaian hasil belajar yang
baik akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam perbaikan
dalam penilaian hasil belajar, maka akan terjadi salah informasi tentang
kualitas proses belajar dan pada akhirnya tujuan pendidikan yang
sesungguhnya tidak akan tercapai.
Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik
kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai
peserta didik setelah mengkuti proses belajar mengajar. Hamalik (2003)
menjelaskan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, dan sikap-sikap serta kemampuan peserta didik.
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran.
Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesism dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut
kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk tingkat
tinggi.
Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran
2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai
berikut:
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan
dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau
metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna
tentang hal yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah
untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami
dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang
telah kecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
Misalnya kemampuan menyusun suatu program.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan
menilai hasil ulangan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dapat dilihat
pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam
penelitian ini adalah hasil belajar kognitif yang mencakup tiga tingkatan
yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3).
Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada
aspek kognitif adalah tes.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek
yakni penerimaan, jawaban/reaksi, penilaian organisasi dan
internalisasi. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat
diramalkan perubahanya, bila seseorang telah memiliki penguasaan
kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat
perhatian dari guru. Para guru lebih banyak menilai ranah kognitif
semata-mata. Tipe hasil belajar afektif tanpak pada siswa dalam
berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin,
motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar,
dan hubungan sosial
Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar.
Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai
tingkat yang komplek.
a. Reciving atau attending yakni semacam kepekaan dalam menerima
ransangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam
termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol,
dan seleksi gejala atau ransangan dari luar.
Tugas pendidik mengarahkan perhatian peserta didik pada
fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Misalnya
pendidik mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku,
senang bekerja sama, dan sebagainya.
b. Responding atau jawaban yakni reaksi yang diberikan oleh
seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini
mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab
stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
Dalam kegiatan belajar hal itu dapat ditunjukan antara lain melalui
: bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas, menaati peraturan,
menggungkapkan perasaan, menanggapi pendapat, meminta maaf.
Contoh hasil belajar ranah afektif jenjang menanggapi adalah
peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau
menggali lebih dalam lagi tentang konsep disiplin
c. Valuing (Penilaian) berkenan dengan nilai dan kepercayaan
terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk
didalamnya kesediannya menerima nilai, latar belakang, atau
pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai
tersebut.
d. Organisasi yakni pengembangan dari nilai kedalam satu sistem
pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang
termasuk kedalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi
sistem nilai.
e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yakni keterpaduan semua
sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi
pola kepribadian dan tingkah lakunya. Kedalamnya termasuk
keseluruhan nilai dan karakteristiknya.
Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan
dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik yakni :
a. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)
b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
c. Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, motoris dan lain-lain
d. Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan.
e. Gerakan – gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai
pada keterampilan yang komplek
f. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive
seperti gerakan ekspresif dan interpretatif
Tipe hasil belajar ranah psikomotorik berkenaan dengan
keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalam
belajar afektif yang baru tampak dalam kecenderungan-kecenderungan
untuk berperilaku. Contoh hasil belajar ranah afektif diatas dapat
menjadi hasil belajar psikomotorik manakala siswa menunjukkan
perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung
didalam ranah afektifnya sehingga kedua ranah tersebut jika dilukiskan
akan tampak sebagai berikut
Tabel 2.5
Hasil belajar afektif dan Hasil Belajar Psikomotorik
Hasil Belajar Afektif Hasil Belajar Psikomotorik Kemauan untuk
menerima pelajaran dari guru
Segera memasuki kelas pada waktu guru datang dan duduk paling depan dengan
mempersiapkan kebutuhan belajar Perhatian siswa terhadap
apa yang dijelaskan oleh guru
Mencatat bahan pelajaran dengan baik dan sistematis
Penghargaan siswa terhadap guru
Sopan, ramah dan hormat kepada guru pada saat guru menjelaskan pelajaran
Hasrat untuk bertanya kepada guru
Mengangkat tangan dan bertanya kepada guru mengenai bahan pelajaran yang belum jelas Kemauan untuk
mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut
Keperpustakaan untuk belajar lebih lanjut untuk meminta informasi kepada guru tentang buku yang harus dipelajari, atau segera membentuk kelompok untuk diskusi
Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran
Melakukan latihan diri dalam memcahkan masalah bedasarkan konsep bahan yang telah
diperolehnya atau
menggunakanya dalam praktek kehidupannya
Senang terhadap guru dan mata pelajaran yang diberikannya
bagaimana mempelajari mata pelajaran yang diajaarkannya.
Hasil belajar afektif dan psikomotorik ada yang tampak pada saat
proses belajar belajar berlangsung dan adapula yang baru tampak
kemudian (setelah pengajaran diberikan) dalam praktek dalam
kehidupannya dilingkungan keluarga,sekolah dan masyarakat. Itulah
sebabnya hasil belajar afektif dan psikomotorik sifatnya lebih luas,
lebih sulit dipantau namun memiliki nilai yang sangat berarti bagi
kehidupan siswa sebab dapat secara langsung mempengaruhi
perilakunya.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 , pengertian hasil belajar adalah
sebagai berikut :
1. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan
informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam
kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara
terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran.
2. Pendekatan Penilaian adalah proses atau jalan yang ditempuh dalam
melakukan penilaian hasil belajar peserta didik.
3. Bentuk Penilaian adalah cara yang dilakukan dalam menilai
capaian pembelajaran peserta didik, misalnya: penilaian unjuk kerja,
4. Instrumen Penilaian adalah alat yang digunakan untuk menilai
capaian pembelajaran peserta didik, misalnya: tes dan skala sikap
5. Ketuntasan Belajar adalah tingkat minimal pencapaian kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan meliputi ketuntasan
penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun
waktu belajar.
6. Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki
peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan
tugas pada situasi yang sesungguhnya.
7. Penilaian Diri adalah teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara
reflektif.
8. Penilaian Tugas adalah penilaian atas proses dan hasil pengerjaan
tugas yang dilakukan secara mandiri dan/atau kelompok.
9. Penilaian Projek adalah penilaian terhadap suatu tugas berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan, pengolahan data,
sampai pelaporan.
10. Penilaian berdasarkan Pengamatan adalah penilaian terhadap
kegiatan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.
11.Ulangan Harian adalah penilaian yang dilakukan setiap
12. Ulangan Tengah Semester adalah penilaian yang dilakukan untuk
semua muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam paruh pertama
semester.
13.Ulangan Akhir Semester adalah penilaian yang dilakukan untuk
semua muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam satu semester.
14. Nilai modus adalah nilai terbanyak capaian pembelajaran pada
ranah sikap.
15.Nilai rerata adalah nilai rerata capaian pembelajaran pada ranah
pengetahuan.
16. Nilai optimum adalah nilai tertinggi capaian pembelajaran pada
ranah keterampilan.
Penilaian Hasil Belajar oleh pendidik memiliki fungsi untuk
memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi
kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan. Berdasarkan fungsinya Penilaian Hasil Belajar oleh
Pendidik meliputi:
a. Formatif yaitu memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik
dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada setiap kegiatan
penilaian selama proses pembelajaran dalam satu semester, sesuai
dengan prinsip Kurikulum 2013 agar peserta didik tahu, mampu
dan mau. Hasil dari kajian terhadap kekurangan peserta didik
perbaikan RPP serta proses pembelajaran yang dikembangkan guru
untuk pertemuan berikutnya; dan
b. Sumatif yaitu menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada
akhir suatu semester, satu tahun pembelajaran, atau masa
pendidikan di satuan pendidikan. Hasil dari penentuan
keberhasilan ini digunakan untuk menentukan nilai rapor, kenaikan
kelas dan keberhasilan belajar satuan pendidikan seorang peserta
didik.
Lingkup Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik mencakup
kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan.
1. Sikap (Spiritual dan Sosial)
Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada ranah sikap
spiritual dan sikap sosial adalah sebagai berikut.
Tabel 2.6
Sasaran Penilaian Hasil Belajar
Tingkatan Sikap Deskripsi
Menerima nilai Kesediaan menerima suatu nilai dan memberikan perhatian terhadap nilai tersebut
Menanggapi nilai Kesediaan menjawab suatu nilai dan ada rasa puas dalam membicarakan nilai tersebut
Menghargai nilai Menganggap nilai tersebut baik; menyukai nilai tersebut; dan komitmen terhadap nilai tersebut
dari sistem nilai dirinya
Mengamalkan nilai
Mengembangkan nilai tersebut sebagai ciri dirinya dalam berpikir, berkata,
berkomunikasi, dan bertindak (karakter)
(sumber: Olahan Krathwohl dkk.,1964)
7. Pengetahuan
Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada kemampuan
berpikir adalah sebagai berikut
Tabel 2.7
Sasaran Penilaian Hasil Belajar
Kemampuan yang diingat dan digunakan ketika menjawab pertanyaan tentang fakta, definisi konsep, prosedur, hukum, teori dari apa yang sudah dipelajari di kelas tanpa berubah
Memahami: Sudah ada proses pengolahan dari bentuk aslinya tetapi arti dari kata, istilah, tulisan, grafik, tabel, gambar, foto tidak berubah.
Kemampuan mengolah pengetahuan yang dipelajari menjadi sesuatu yang baru seperti menggantikan suatu kata/istilah dengan kata/istilah lain yang sama maknanya; menulis kembali suatu kalimat/paragraf/tulisan dengan kalimat/paragraf/tulisan sendiri dengan tanpa mengubah artinya informasi aslinya; mengubah bentuk komunikasi dari bentuk kalimat ke bentuk
grafik/tabel/visual atau sebaliknya; memberi tafsir suatu
terkandung dalam suatu
pengetahuan seperti konsep massa, cahaya, suara, listrik, hukum penawaran dan permintaan, hukum Boyle, hukum Archimedes, membagi/ mengali/menambah/mengurangi/menju m-lah, menghitung modal dan harga, hukum persamaan kuadrat, menentukan arah kiblat, menggunakan jangka, menghitung jarak tempat di peta, menerapkan prinsip kronologi dalam menentukan waktu suatu
benda/peristiwa, dan sebagainya dalam mempelajari sesuatu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.
Menggunakan lainnya, antara fakta dengan konsep, antara argumentasi dengan kesimpulan, benang merah pemikiran antara satu karya dengan karya lainnya
Kemampuan mengelompokkan benda berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri-cirinya, memberi nama bagi
kelompok tersebut, menentukan apakah satu kelompok sejajar/lebih tinggi/lebih luas dari yang lain, menentukan mana yang lebih dulu dan mana yang
belakangan muncul, menentukan mana yang memberikan pengaruh dan mana yang menerima pengaruh, menemukan keterkaitan antara fakta dengan
kesimpulan, menentukan konsistensi antara apa yang dikemukakan di bagian awal dengan bagian berikutnya,
menemukan pikiran pokok penulis/pembicara/nara sumber, menemukan kesamaan dalam alur berpikir antara satu karya dengan karya lainnya, dan sebagainya
Mengevaluasi: Menentukan nilai suatu benda atau informasi berdasarkan suatu kriteria
Kemampuan menilai apakah informasi yang diberikan berguna, apakah suatu informasi/benda
suatu pekerjaan/keputusan/ peraturan, memberikan pertimbangan alternatif mana yang harus dipilih berdasarkan kriteria, menilai benar/salah/bagus/jelek dan sebagainya suatu hasil kerja
berdasarkan kriteria.
Mencipta: Membuat sesuatu yang baru dari apa yang sudah ada cerita/tulisan dari berbagai sumber yang dibacanya, membuat suatu benda dari bahan yang tersedia,
mengembangkan fungsi baru dari suatu benda, mengembangkan berbagai bentuk kreativitas lainnya.
(sumber: Olahan Anderson, dkk. 2001).
Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada dimensi
pengetahuan adalah sebagai berikut.
Tabel 2.8
Sasaran Penilaian Hasil Belajar
Dimensi
Pengetahuan Deskripsi
Faktual Pengetahuan tentang istilah, nama orang, nama benda, angka, tahun, dan hal-hal yang terkait secara khusus dengan suatu mata pelajaran.
Konseptual Pengetahuan tentang kategori, klasifikasi, keterkaitan antara satu kategori dengan lainnya, hukum kausalita, definisi, teori
Metakognitif Pengetahuan tentang cara mempelajari pengetahuan, menentukan pengetahuan yang penting dan tidak penting (strategic knowledge), pengetahuan yang sesuai dengan konteks tertentu, dan pengetahuan diri (self-knowledge).
(Sumber: Olahan dari Andersen, dkk., 2001)
8. Keterampilan
Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada keterampilan
abstrak berupa kemampuan belajar adalah sebagai berikut.
Tabel 2.9
Sasaran Penilaian Hasil Belajar
Kemampuan Belajar
Deskripsi
Mengamati Perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu
tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati
Menanya Jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual,
konseptual, prosedural, dan hipotetik)
Mengumpulkan informasi/mencoba
Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk
Menalar/meng-asosiasi
Mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan
mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep, interpretasi argumentasi dan kesimpulan
mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/konsep/teori, mensintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antarberbagai jenis fakta/konsep/teori/ pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/ konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpretasi, struktur baru,
argumentasi dan kesimpulan dari konsep/teori/pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber.
Mengomunikasikan Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media
elektronik, multi media dan lain-lain.
(Sumber: Olahan Dyers)
Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada keterampilan
kongkret adalah sebagai berikut.
Tabel 2.10
Sasaran Penilaian Hasil Belajar
Keterampilan kongkret
Deskripsi
Persepsi (perception) Menunjukan perhatian untuk melakukan suatu gerakan
Kesiapan (set) Menunjukan kesiapan mental dan fisik untuk melakukan suatu gerakan
Meniru (guided response)
Membiasakan gerakan (mechanism)
Melakukan gerakan mekanistik
Mahir (complex or overt response)
Melakukan gerakan kompleks dan termodifikasi
Menjadi gerakan alami (adaptation)
Menjadi gerakan alami yang
diciptakan sendiri atas dasar gerakan yang sudah dikuasai sebelumnya
Menjadi tindakan orisinal (origination)
Menjadi gerakan baru yang orisinal dan sukar ditiru oleh orang lain dan menjadi ciri khasnya
(Sumber: Olahan dari kategori Simpson)
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teori sebagai mana telah di paparkan di atas,
maka dalam penelitian ini dipandang perlu mengajukan kerangka
pemikiran :
1.Perilaku guru berdasarkan Kompetensi Inti – 2
Sikap dan perilaku guru juga berperan penting dalam pembentukan
sikap siswa seperti yang dikemukakan dalam istilah jawa yaitu guru di
gugu lan ditiru yang artinya dalam bahasa Indonesia Guru dianut dan
ditiru jadi apapun yang dilakukan guru dari segi sikap, perkataan, perilaku
akan ditiru oleh siswa maka apabila guru berperilaku baik maka siswa juga
berperilaku baik. Di dalam memberikan contoh sikap guru harus dapat
menerikan contoh dan teladan bagi siswa yang sesuai dengan Kompetensi
Inti – 2 karena penilaian sikap yang dilakukan oleh guru kepada siswa ada
Ada tujuh aspek di dalam Kompetensi Inti – 2 yaitu ; Jujur,
Disiplin, Tanggung Jawab, Toleransi, Gorong Royong, Sopan Santun,
Percaya Diri, maka diharapkan sebelum guru memberikan penilai sikap
pada siswa guru harus terlebih dahulu memerikan contoh dan teladan
perilaku sikap sesuai dengan Kompetensi Inti – 2 agar siswa dapat
menyerapnya dan berperilaku dengan baik.
2.Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Guru Berdasarkan Kompetensi Inti – 2 dengan Nilai Afektif
Persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai Kompetensi Inti – 2
dengan hasil belajar afektif di duga memiliki hubungan terhadap hasil
belajar afektif. Maka kerangka berfikir yang dapat peneilti paparkan adalah
sebagai berikut :
Perilaku dan sikap guru akan menjadi panutan bagi siswa maka dari
itu guru harus memberikan contoh dan teladan yang baik. Apa bila persepsi
siswa terhadap perilaku guru rendah dan nilai afektif rendah maka guru
belum secara maksimal dalam membeikan contoh dan sikap perilaku yang
sesuai dengan Kompetensi Inti – 2 sebaliknya apa bila hasil persepsi siswa
terhadap perilaku guru tinggi dan nilai afektif juga tinggi maka guru sudah
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritis sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ha = Ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai
kompetensi Inti – 2 (Jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, sopan
santun dan percaya diri) dan nilai afektif di SMP N 2 TURI
41 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah Diskriptif asosiatif pada siswa-siswi
kelas VIII B sejumlah 32 siswa, karena peneliti akan mendiskripsikan tentang
Presepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai KI 2 dan nilai afektif. Pengertian
penelitian deskriptif menurut Sugiono (2008:5) adalah sebagai berikut :
“peneitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variable
mandiri, baik satu variable atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan,
atau menghubungkan dengan variable yang lain.”
Sedangkan penelitian asosiatif menurut sugiono(2008:8) adalah sebagi berikut :
“penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variable atau lebih.”
Jadi penelitian Diskriptif asosiatif adalah penelitian yang akan mendiskripsikan
dan menguraikan permasalahan yang bertujuan untuk megetahui hubungan dua
variable atau lebih.
B.Waktu dan Tempat Penelitian
a. Waktu Penelitian
Penelitian ini di laksanakan bulan Januari - Juni 2015
b. Tempat Penelitian
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Setelah
mengemukakan beberapa populasi bedasarkan konsep dan teori tertentu,
penelitian perlu menentukan variabel-variabel penelitian dan selanjutnya
merumuskan hipotesis bedasarkan hubungan antar variabel. Fenomena
sosial dapat dijelaskna dan diramalkan apabila hubungan antara variabel
tertentu telah diketahui. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu :
1. Variabel nilai afektif (Y)
2. Variabel persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai dengan
kompetensi inti-2 (X)
D.Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru IPS dan siswa kelas VII B.
b. Objek penelitiannya adalah “Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Guru
Sesuai Kompetensi Inti-2 dan Nilai afektif”
E. Teknik Sampling
1. Populasi Penelitian
Penelitian ini ditunjukan pada suatu populasi. Populasi adalah
keseluruhan dari subjek penelitian atau keseluruhan unsur-unsur yang
memiliki karakteristik yang sama (Arikunto 2006:130). Populasi dari
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteleti
(Arikunto 2006:131). (Mardalis 2009:55) menyatakan, sampel adalah
contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek
penelitian. Jadi sampel adalah contoh yang diambil dari sebagian
populasi penelitian yang dapat mewakili populasi.
Cara atau teknik pengambilan sampel adalah teknik penarikan
sampel menggunakan purposive sampling random. Purposive
samplingrandom adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa
sehingga tiap unit penelitian atau satuan elemtary dari populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
F. Teknik Pengumpulan Data
a. Kuisioner
Adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan melalui pos untuk
diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab dalam pengawasan
peneliti. Kuisioner ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang
sikap-sikap yang ditinjau dari KI 2. Kuisioner ini bersifat tertutup
artinya peneliti sudah menyediakan alternatif jawaban, sehingga
responden diminta memilih jawaban yang ada. Tujuan dilakukan
kuisioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan
tujuan penelitian dan memperoleh informasi mengenai suatu masalah
adalah kuisioner tertutup karena siswa menjawab dengan memilih
salah satu opsi jawabann yang tersedia. Pengujian kuesioner akan
dilakukan kepada seluruh siswa kelas VIII.
b. Observasi
Cartwright mendifinisikan sebagai suatu proses melihat,
mengamati dan mencermati serta “merekam” perilaku secara
sistematis untuk suatu tujuan tertetu. Observasi ialah suatu kegiatan
mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu
kesimpulan dan diagnosis. Pengamatan yang tanpa tujuan bukan
merupakan observasi. Pada dasarnya tujuan dari observasi adalah
untuk mendeskripsikan lingkungan yang diamati, aktivitas-aktivitas
yang berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan
tersebut beserta aktivitas dan perilaku yang dimunculkan, serta makna
kejadian bedasarkan perspektif individu yang terlibat tersebut.
G. Teknik Pengujian Instrumen
Untuk mengetahui apakah instumen valid atau belum dilakukan
pengujian-pengujian sebagai berikut :
1. Pengujian validitas
Neuman (2000) dalam bukunya mendifinisikan validitas “
Validity means truthful. It refers to the bridge between a construct
and the data.” Validitas dapat pula diartikan sebagai kesesuaian
ukur yang didapat akan mewakili dimensi ukuran yang sebenarnya
dan dapat dipertanggung jawabkan.
Rumus Korelasi yang dapat digunakan untuk menghitung
validitas instrumen adalah rumus Korelasi Product Moment Pearson
yaitu :
r
xy =Keterangan :
r xy = Koefisien korelasi product moment
x = nilai dari setiap item y = nilai dari seluruh item n = jumlah sampel
Untuk mempermudah perhitungan, peneliti menggunakan bantuan Program SPSS 16.0 For Windows. Langkah-langkah pengujian validitas sebagai berikut :
a. Memasukan data skor yang diperoleh kedalam data uji
coba menggunakan program Microsoft Office Excel
b. Menghitung skor total yang diperoleh setiap siswa
menggunakan Microsoft Office Excel
c. Mentabulasikan data tersebut ke dalam tabel uji coba
pada program SPSS Statistic 16.0 For Windows
d. Menguji validitas dengan Program SPSS Statistic 16.0
For Windows
Besarnya nilai r ditentukan dengan taraf signifikan 5 %. Apabila
Tabel 3. 1 Uji Validitas No
Pertanyaan r table r hitung Keterangan