• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan persepsi siswa terhadap perilaku guru berdasarkan kompetensi inti - 2 dengan nilai afektif di SMP N 2 Turi Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan persepsi siswa terhadap perilaku guru berdasarkan kompetensi inti - 2 dengan nilai afektif di SMP N 2 Turi Yogyakarta."

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU BERDASARKAN KOMPETENSI INTI – 2 DENGAN NILAI AFEKTIF

DI SMP N 2 TURI YOGYAKARTA

Maria Diah Wulandari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan perilaku guru yang sesuai dengan Kompetensi Inti -2 dengan nilai afektif. Pengujian dilakukan pada tujuh aspek yang terbagi dalam aspek; (1) Jujur; (2) Disiplin; (3) Tanggung Jawab; (4) Toleransi; (5) Gotong Royong; (6) Sopan Santun; (7) Percaya diri.

(2)

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION TOWARD THE ATTITUDE OF TEACHERS BASED ON THE CORE COMPETENCE -2

AND THE AFFECTIVE SCORES IN SMP N 2 TURI YOGYAKARTA

Maria Diah Wulandari Sanata Dharma University

Yogyakarta 2016

This research aim to find out whether there is a the elationship between students’ perception toward the attitude of teacher accordance with the core competence-2 and the affective scores. To test the hypothesis, the seven aspects of the second core competence were chosen, namely (1) honesty; (2) discipline; (3) responsibility; (4) tolerance; (5) mutual cooperation; (6) manners; and (7) self-confidence.

This research was conducted from January to June 2015. The population of this research were the seventh grade students of SMP N 2 Turi Yogyakarta. The subjects of the study were 32 students of B Class. The research sample were drawn from these 32 students by using purposive sampling. The data were collected by using questionnaires set and the analysis was done by using Spearman’s correlation.

(3)

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU

BERDASARKAN KOMPETENSI INTI – 2 DENGAN NILAI AFEKTIF

DI SMP N 2 TURI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh :

Maria Diah Wulandari

NIM : 111334068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGATAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSIATAS SANATA DHARMA

(4)

i

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU

SESUAI KOMPETENSI INTI – 2 DAN NILAI AFEKTIF

DI SMP N 2 TURI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh :

Maria Diah Wulandari

NIM : 111334068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGATAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSIATAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN :

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

 Yesus Kristus dan Bunda Maria

 Bapak Yohanes Suyadi dan Ibu Supartini Helena V yang berperan sebagai Ayah dan Ibu yang sangat luar biasa dalam hidup saya

 Albertus Desy Wulan Nugroho kakaku yang selalu menjadi penyemangat dan mengajari saya untuk tidak mudah putus asa

 Keluarga Besar

 Semua sahabat dan teman – teman terbaik yang saya miliki

(8)
(9)

vi MOTTO

Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal,

dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan.

( 1 Korintus 1:5)

Mengapa harus mengeluh berbeban berat, jika beban itu jalan yang

membuat kita kekar untuk siap menantang halangan besar.

( Timotius Heri C K)

Jangan mengeluh jadilah tangguh.

( Sheila on 7 )

Telinga Tuhan tidak kurang lebar untuk mendengar doa kita dan

(10)
(11)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU

BERDASARKAN KOMPETENSI INTI – 2 DENGAN NILAI AFEKTIF

DI SMP N 2 TURI YOGYAKARTA

Maria Diah Wulandari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan perilaku guru yang sesuai dengan Kompetensi Inti -2 dengan nilai afektif. Pengujian dilakukan pada tujuh aspek yang terbagi dalam aspek; (1) Jujur; (2) Disiplin; (3) Tanggung Jawab; (4) Toleransi; (5) Gotong Royong; (6) Sopan Santun; (7) Percaya diri.

(12)

ix ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION TOWARD THE ATTITUDE OF TEACHERS BASED ON THE CORE

COMPETENCE -2 AND THE AFFECTIVE SCORES IN SMP N 2 TURI YOGYAKARTA competence-2 and the affective scores. To test the hypothesis, the seven aspects of the second core competence were chosen, namely (1) honesty; (2) discipline; (3) responsibility; (4) tolerance; (5) mutual cooperation; (6) manners; and (7) self-confidence.

This research was conducted from January to June 2015. The population of this research were the seventh grade students of SMP N 2 Turi Yogyakarta. The subjects of the study were 32 students of B Class. The research sample were drawn from these 32 students by using purposive sampling. The data were collected by using questionnaires set and the analysis was done by using Spearman’s correlation.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kasih karena skripsi ini telah selesai.

Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana di Pendidikan akuntansi Universitas Sanata Dharma. Penulis

menyadari bahwa proses penyusunan skripsi mendapat dorongan dan bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Santa Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku ketua Jurusan dan

Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi

Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E, M.Si selaku dosen pembimbing dan

mengarahkan penulis dengan sabar, memberikan saran dan masukan demi

kesempurnaan skripsi ini.

4. Seluruh bapak ibu dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi beserta staf

kaeyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan

bimbingannya dan pelayanan selama penulis menyelesaikan studi studi di

Universitas Sanata Dharma Yogakarta.

5. Kedua orang tuaku Bapak Yohanes Suyadi dan Ibu Supartini Helena V

(14)

xi

dalam menemani setiap proses pendidikanku selama ini. Terimakasih

Bapak Ibu atas semua jerih payah selama ini.

6. Untuk Kakakku Albertus Desi Wulan Nugroho yang selalu mengajariku

untuk tidak mudah putus asa dalam mengadapi semua masalah.

7. Untuk mas Natoko Indojati yang selalu memberikan semangat dalam

mengerjakan skripsi.

8. Sahabat – sahabatku seperjuangan ketika kulia Theresia Widiastuti, Brigita

Dina, Rosta Natalia, Aknes Suparyatin, Valleria Dianisita dan Hani Suci

yang selalu membantu saya ketika saya mengalami kesulitan saat kulia.

9. Sister – hood sahabat seatap kos Pringgodani 10 Josephine Fanny, Karina

Krisnadia, Ensa Puspita, Yevi Theresia, Stella Briyanti, Bonaventura

Yulievianti, Dian Indhita, dan Agatha Lisa.

10. Teman – teman Pendidikan Akuntansi Angkatan 2011

11. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis

(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ...vii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

(16)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. PENGKAJIAN TEORI YANG RELEVAN ...7

1. Persepsi ... 7

a. Pengertian Persepsi ... 7

b. Proses Terjadinya Persepsi ... 7

c. Ciri – ciri Persepsi ... 8

2. Kurikulum ... 8

3. Struktur Kurikulum ... 9

4. Kompetensi Inti ... 12

5. Pembelajaran ... 18

6. Hasil Belajar ... 22

7. Pengetahuan ... 34

B. Kerangka Berfikir ... 38

C. Perumussan Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Waktu dan Tempat ... 40

C. Variabel Penelitian ... 41

D. Subjek dan Obyek Penelitian ... 41

E. Teknik Sampling ... 41

F. Teknik Pengumpulan Data ... 42

G. Teknik pengujian Instrumen ... 43

(17)

xiv

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHSAN ...56

A. Analisis Data korelasi persepsi siswa terhadap perilaku guru dengan nilai afektif ... 56

1. Deskripsi Data ... 57

a. Deskripsi data berdasrkan jenis kelamin ... 57

b. Deskripsi skor persepsi siswa ... 57

c. Deskripsi hasil Belajar ... 58

B. Uji Korelasi ... 59

c. Pembahasan ... 65

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 67

B. Keterbatasan ... 68

C. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Struktur kurikulum SMP ... 13

Tabel 2.2 Kompetensi Inti kelas VII ... 14

Tabel 2.3 Cakupan pengertian ... 15

Tabel 2.4 Lima pengalaman belajar ... 21

Tabel 2.5 Hasil belajar afektif dan hasil belajar psikomotorik ... 28

Tabel 2.6 Sasaran penelitian hasil belajar ... 33

Tabel 2.7 Sasaran penelitian hasil belajar ... 34

Tabel 2.8 Sasaran penelitian hasil belajar ... 36

Tabel 2.9 Sasaran penelitian hasil belajar ... 36

Tabel 2.10 Sasaran penelitian hasil belajar ... 38

Tabel 3.1 Uji validitas ... 45

Tabel 3.2 Uji validitas ... 46

Tabel 3.3 Reabilitas ... 49

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai R hasil analisis korelasi ... 52

Tabel 3.5 Hasil Uji Normalitas ... 53

Tabel 4.1 Data berdasarkan jumlah jenis kelamin ... 57

Tabel 4.2 Tabel data frekuensi skor persepsi siswa ... 58

Tabel 4.3 Hasil belajar afektif ... 58

Tabel 4.4 Uji hasil korelasi Kompetensi Inti – 2 dengan nilai afektif ... 60

Tabel 4.5 Uji korelasi aspek kejujuran dengan nilai aektif ... 60

(19)

xvi

Tabel 4.7 Uji korelasi aspek tanggung jawab dengan nilai aektif ... 62

Tabel 4.8 Uji korelasi aspek toleransi dengan nilai aektif ... 63

Tabel 4.9 Uji korelasi aspek gotong royomg dengan nilai aektif ... 64

Tabel 4.10 Uji korelasi aspek sopan santun dengan nilai aektif ... 65

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel 1. Instrumen penelitian ... 73

Tabel 2. Data Induk Penelitian ... 84

Tabel 3. Nilai Rapor ... 91

Tabel 4. Uji validitas dan Reabilitas ... 94

Tabel 5. PAP II dan deskriptif data ... 100

Tabel 6. Tabel R ... 107

(21)
(22)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan, berhasil atau

tidaknya siswa juga dipengaruhi oleh sosok guru. Guru tidak hanya

mengajarkan tentang ilmu pengetahuan saja namun diharapkan guru bisa

menjadi panutan bagi siswa dan menjadi contoh teladan siswa dalam

berperilaku dan bersikap. Keberadaan seorang guru sebagai pelaku pendidik

dalam mendampingi para peserta didik sangat diperlukan, sosok guru sebagai

pendamping dan menjadi teladan bagi para peserta didik maka guru harus

sungguh – sungguh mampu menjaga imitsnya, hal ini dilakukan agar

kebiasaan yang kurang baik dimiliki guru jangan sampai ditiru oleh peserta

didik ( Susanto, 2012). Maka tidak dapat dipungkiri bawah guru juga berperan

dalam pembentukan sikap dan karakter siswa karena akhir – akhir tidak

sedikit siswa yang sudah melupakan etikanya sebagai seorang pelajar dan

berperilaku menyimpang seperti membolos sekolah, sering datang terlambat,

malas mengerjakan tugas sekolah, mengganggu temannya yang sedang

belajar, tidak berpakaian selayaknya anak sekolah, melakukan tindak kriminal

dan lain sebagainya. Perilaku menyimpang siswa juga dapat terjadi karena

faktor lingkungan siswa tersebut, tetapi tidak menutup kemungkinan guru juga

dapat berperan untuk mencegah tejadinya sikap penyimpangan tersebut

(23)

Ungkapan Guru : digugu lan ditiru harus tetap menjadi pedoman bagi para

guru, karena guru meberikan pengaruh terhadap siswa selain itu guru juga ikut

bertanggung jawab dalam keberhasilan siswa baik dalam bidang akademik

dan perilaku siswa demi membentuk insan Indonesia cerdas sesuai dengan

visi dan misi Pendidikan Nasional. Dalam rangka mewujudkan cita – cita

mencerdaskan kehidupan bangsa serta, serta sejalan dengan visi dan misi

pendidikan Nasional, Kemekdiknas ( Renstra Kemendiknas 2010-2014)

mempunyai visi 2025 untuk menghasilkan insan Indonesia cerdas dan

Kompetitif. Insan Indonesia cerdas adalah insan yang cerdas komprehensif,

yaitu cerdas spriritual, cerdas emosi, cerdas social, cerdas intelektual, dan

cerdas kinestis. (Mulyasa,2013;19).

Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta

didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan

menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara

Indonesia sepanjang jaman.Untuk kepentingan tersebut diperlukan perubahan

yang cukup mendasar dalam sistem pendidikan nasional. Perubahan mendasar

tersebut berkaitan dengan kurikulum, yang dengan sendirinya menuntut dan

mempersyaratkan berbagai perubahan pada komponen-komponen pendidikan.

Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis

perlu diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis

(24)

kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Dapat kita

lihat banyak sekali karakter pelajar rusak contohnya seperti tawuran antar

pelajar, bolos ketika jam sekolah, mencontek dan lain-lain. Tidak dapat

dipungkuri bahwa semua itu dapat merusak karakter seorang pelajar,

Maka dari itu awal tahun ajaran 2014 telah ditetapkan kurikulum baru,

yaitu kurikulum 2013 yang bertujuan untuk membentuk karakter siswa

serta membuat siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum 2013 merupakan salah

satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang

diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Di dalam implementasi Kurikulum 2013 juga

menuntut kerjasama yang optimal di antara para guru, maka peran guru

sangat diperankan agar kurikulum 2013 dapat terlaksana dengan baik

sesuai dengan tujuannya. Guru jangan hanya sebagai penguasa kelas atau

penguasa di Sekolah, tetapi guru itu harus bisa menjadi pamong dan

menjadi contoh teladan seperti dalam istilah jawa digugu lan ditiru oleh .

Apabila guru berperilaku baik maka siswanya akan berperilaku baik.

Tetapi sebaliknya apabila guru tidak berperilaku tidak baik, siswa akan

berbuat tidak baik juga. Misalnya dalam hal disiplin guru sudah

menunjukkan apa belum pada saat dikelas? apabila sudah menunjukkan

sikap disiplin didalam kelas, maka akan direspon oleh siswanya dan

siswanya akan meniru sikap disiplin. Maka dari itu peran terpenting dalam

(25)

kegiatan guru dalam hal sikap akan dilihat oleh siswa, sehingga apa yang

dilakukan oleh guru akan dipantau oleh siswa.

Dalam Struktur kurikulum 2013, Kompetensi Inti 1 mengenai Sikap

Spiritual, Kompetensi inti 2 mengenai Sikap, Kompetensi Inti 3 mengenai

Pengetahuan dan Kompetensi Inti 4 mengenai Keterampilan. Penelitian

terfokus pada Kompetensi Inti 2 karena Kompetensi Inti 2 adalah penilaian

mengenai sikap. Ketika guru berperilaku dan bersikap baik tentunya hal

tersebut akan tercermin dari perilaku siswa, sehingga Penelitian ini diberi judul “PERSEPSI SISWA TERHADAP PERILAKU GURU SESUAI

DENGAN KOMPETENSI INTI-2 DAN NILAI AFEKTIF DI SMP N 2 TURI YOGYAKARTA “

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas dapat dirumuskan

masalah penelitian adalah apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap

perilaku guru sesuai Kompetensi Inti-2(Jujur, Disiplin, Tanggung Jawab,

Toleransi, Gotong Royong, Sopan Santun, Percaya Diri) dan nilai afektif

mata pelajaran IPS?

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan penelitian ini adalah :

Apakah ada hubungan antara persepsi siswa terhadap perilaku guru yang

(26)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diketahui tujuan penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui apakah guru telah berperilaku sebagaimana

terkait dengan kompetensi inti-2 pada kurikulum 2013

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi siswa

terhadap perilaku guru sesuai dengan kompetensi Inti-2 dengan

hasil belajar afektif pada mata pelajaran IPS.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah refensi penelitian

berikut yang berhubungan dengan kurikulum 2013 ditinjau KI-2

dengan hasil belajar siswa SMP.

2. Bagi Guru

Penelitian mengenai hubungan persepsi siswa terhadap perilaku

guru yang sesuai Kompetensi Inti – 2 dengan hasil belajar afektif

akan memberikan manfaat kepada guru agar para guru dapat

meberikan contoh dan teladan sehingga dapat menjadi panutan

bagi para siswa dalam berperilaku baik di dalam lingkungan

sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.

3. Bagi Siswa

Bagi siswa meberikan manfaat kepada siswa bahwa perilaku guru

(27)

menjadikan guru sebagai teladan dalam bersikap dan dapat

memberikan koreksi agar guru lebih bijak dalam meberikan contoh

(28)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengkajian Teori yang Relevan

1. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Menurut Sarwono (2009:86) mengakatan persepsi adalah

kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan

dan sebagainya itu selanjutnya di interprestasi. Persepsi merupakan

suatu proses yang didahulukan oleh proses penginderaan, yaitu

merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat

indera atau disebut juga proses sensorik (Walgito, 2010:99)

b. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadi persepsi dapat dijelaskan sebagai ; Objek

menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau

reseptor. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses

kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera

diteruskan oleh syaraf sensorik ke otak. Proses ini yang disebut

sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak

sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang

(29)

terjadi dalam otak atau alam pusat kesadaran inilah yang disebut

sebagai proses psikologis.

c. Ciri – ciri persepsi

Agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna ada ciri – ciri

tertentu dalam dunia persepsi :

1) Modalitas, yakni rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap indera ( cahaya umtuk penglihatan, bau penciuman, suhu bagi rasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya) 2) Dimensi ruang sehingga dapat menyatakan atas-bawah,

tinggi-rendah, latar depan-belakang.

3) Dimensi waktu, seperti cepat-lambat,tua-muda. 4) Struktur konteks, yakni keseluruhan yang menyatu.

2. Kurikulum 2013

Kurikulum sangat penting untuk dunia pendidikan karena

merupakan kunci utama untuk mencapai sukses dalam dunia pendidikan.

Perkataan kurikulum dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia

pendidikan sejak kurang dari 1 abad yang lampau. Perkataan ini belum

terdapat dalam kamus Webster tahun 1812 dan baru timbul untuk pertama kalinya dalam kamusnya tahun 1856. Di indonesia “kurikulum”

boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun 50an yang

dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Sebelumnya yang lazim digunakan ialah “rencan pelajaran”

(30)

Menurut J.Galen Taylor dan William M. Alexander dalam buku “Curriculum planning for better teaching and learning” (1956).

Menjelaskan kurikulum adalah segala usaha untuk mempengaruhi anak

belajar, apakah dalam ruang kelas, dihalaman sekolah atau diluar

sekolah termasuk kurikulum. Menurut J. Lloyd Trump dan Dalmes F.

Miller dalam bukunya Secondary School Improfement (1973),

kurikulum merupakan metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi

murid dan seluruh program, perrubahan tenaga mengajar, bimbingan

dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal-hal struktural

mengenai waktu, jumlah rungan serta kemungkinan memilih mata

pelajaran.

3. Struktur kurikulum 2013

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten

kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran

dalam kurikulum, dostribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau

tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu

untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi

konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan

pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran.

Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk

kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan

pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan

(31)

Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip

kurikulum mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan

pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan. Dalam struktur

kurikulum menggambarkan ide kurikulum mengenai posisi belajar

seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata

pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi

kesempatan kepada siswa untuk menentukan berbagai pilihan.

Tabel 2.1 2. Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan

2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan

3 3 3

3. Prakarya 2 2 2

Jumlah Alokasi Waktu per Minggu 38 38 38

Mata pelajaran Seni Budaya dapat memuat Bahasa Daerah. Selain

kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur

kurikulum diatas, terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler SMP antara

(32)

Sekolah, dan Palang Merah Remaja. Mata pelajaran Kelompok A

adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh

pusat. Mata pelajaran Kelompok B yang terdiri atas mata pelajaran Seni

Budaya, Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, dan Prakarya

adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh

pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan oleh

pemerintah daerah.

Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu

sesuai dengan kebutuhan peserta didik pada satuan pendidikan tersebut.

Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial dikembangkan

sebagai mata pelajaran integrative science dan integrative social

studies, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Keduanya sebagai

pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir,

kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli

dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam.

Disamping itu, tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial menekankan

pada pengetahuan tentang bangsanya, semangat kebangsaan,

patriotisme, serta aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang

atau space wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ilmu

Pengetahuan Alam juga ditujukan untuk pengenalan lingkungan biologi

dan alam sekitarnya, serta pengenalan berbagai keunggulan wilayah

(33)

Seni Budaya terdiri atas empat aspek, yakni seni rupa, seni musik,

seni tari, dan seni teater. Masing-masing aspek diajarkan secara terpisah

dan setiap satuan pendidikan dapat memilih aspek yang diajarkan sesuai

dengan kemampuan (guru dan fasilitas) pada satuan pendidikan itu.

Prakarya terdiri atas empat aspek, yakni kerajinan, rekayasa, budidaya,

dan pengolahan. Masing-masing aspek diajarkan secara terpisah dan

setiap satuan pendidikan menyelenggarakan pembelajaran prakarya

paling sedikit dua aspek prakarya sesuai dengan kemampuan dan

potensi daerah pada satuan pendidikan itu.

4. Kompetensi Inti

Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL

dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah

menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang

pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang

dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan

(afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik

untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti

harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard

skills dan soft skills.

Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi

(organizing element)Kompetensi Dasar. Sebagai unsur pengorganisasi,

(34)

organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal

Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar

satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga

memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang

berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi

horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu

mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran

yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama

sehingga terjadi proses saling memperkuat.

Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling

terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (Kompetensi Inti 1),

sikap sosial (Kompetensi Inti 2), pengetahuan (Kompetensi Inti 3), dan

penerapan pengetahuan (Kompetensi Inti 4). Keempat kelompok itu

menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam

setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang

berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara

tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik

belajar tentang pengetahuan (Kompetensi Inti 3) dan penerapan

pengetahuan (Kompetensi Inti 4).

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai

kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

(35)

kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan pendekatan

saintifik yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan

peserta didik. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan proses

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba,

menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan perkembangan

sikap peserta didik pada kompetensi dasar dari KI-1 dan KI-2 antara

lain mensyukuri karunia Tuhan, jujur, teliti, kerja sama, toleransi,

disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum

dalam silabus dan RPP.

Tabel 2.2

Kompetensi Inti Kelas VII

Kompetensi Inti Kelas VIII

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

(36)

Berdasarkan rumusan KI-1 dan KI-2 di atas, maka cakupan,

pengertian, dan indikator penilaian kompetensi sikap spiritual dan

sosial pada jenjang SMP/MTs disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.3

1. Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu.

2. Menjalankan ibadah tepat waktu. 3. Memberi salam pada saat awal dan akhir

presentasi sesuai agama yang dianut. 4. Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan

Yang Maha Esa.

5. Mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri

6. Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu.

7. Berserah diri kepada Tuhan apabila gagal dalam mengerjakan sesuatu.

8. Menjaga lingkungan hidup di sekitar rumah tempat tinggal, sekolah dan masyarakat 9. Memelihara hubungan baik dengan sesama

umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa 10.Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

sebagai bangsa Indonesia.

11.Menghormati orang lain menjalankan ibadah sesuai agamanya.

Sikap sosial

1. Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan

2. Tidak menjadi plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan

sumber) dalam mengerjakan setiap tugas. 3. Mengemukakan perasaan terhadap sesuatu

apa adanya

4. Melaporkan barang yang ditemukan 5. Melaporkan data atau informasi apa adanya 6. Mengakui kesalahan atau kekurangan yang

(37)

adalah tindakan

2. Patuh pada tata tertib atau aturan bersama/ sekolah

3. Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai waktu yang ditentukan

4. Tertib dalam menerapkan aturan penulisan untuk karya ilmiah

Tanggungjawab

1. Melaksanakan tugas individu dengan baik 2. Menerima resiko dari tindakan yang

dilakukan

3. Tidak menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat

4. Mengembalikan barang yang dipinjam 5. Meminta maaf atas kesalahan yang

dilakukan

1. Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat

2. Menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya, dan gender

3. Menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapatnya

4. Dapat menerima kekurangan orang lain 5. Dapat mememaafkan kesalahan orang lain

Gotong royong

1. Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah 2. Kesediaan melakukan tugas sesuai

kesepakatan

(38)

berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas.

4. Aktif dalam kerja kelompok

Santun atau

1. Menghormati orang yang lebih tua. 2. Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan

takabur.

3. Tidak meludah di sembarang tempat. 4. Tidak menyela pembicaraan.

5. Mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain 6. Bersikap 3S (salam, senyum, sapa)

7. Meminta ijin ketika akan memasuki ruangan orang lain atau menggunakan barang milik orang lain

1. Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu.

2. Mampu membuat keputusan dengan cepat 3. Tidak mudah putus asa

4. Tidak canggung dalam bertindak 5. Berani presentasi di depan kelas 6. Berani berpendapat, bertanya, atau

menjawab pertanyaan

5. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan

pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi

antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan

masyarakat. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta

(39)

semakin lama semakin meningkat dalam sikap (spiritual dan sosial),

pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup

dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada

kesejahteraan hidup umat manusia. Keluarga merupakan tempat

pertama bersemainya bibit sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan

keterampilan peserta didik. Oleh karena itu, peran keluarga tidak dapat

sepenuhnya digantikan oleh sekolah.

Sekolah merupakan tempat kedua pendidikan peserta didik yang

dilakukan melalui program intrakurikuler, kokurikuler, dan

ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler dilaksanakan melalui mata

pelajaran. Kegiatan kokurikuler dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan

di luar sekolah yang terkait langsung dengan mata pelajaran, misalnya

tugas individu, tugas kelompok, dan pekerjaan rumah berbentuk proyek

atau bentuk lainnya. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan

melalui berbagai kegiatan yang bersifat umum dan tidak terkait

langsung dengan mata pelajaran, misalnya kepramukaan, palang merah

remaja, festival seni, bazar, dan olahraga.

Terkait dengan hal tersebut, maka pembelajaran ditujukan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kemampuan hidup

sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,

inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan

(40)

Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk

secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan

pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan

kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi

pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami

dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk

bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk

dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.

Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan

saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Pendekatan

saintifik dapat menggunakan beberapa strategi seperti pembelajaran

kontekstual. Model pembelajaran merupakan suatu bentuk

pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya

misalnya discovery learning, project-based learning, problem-based

learning, inquiry learning. Kurikulum 2013 menggunakan modus

pembelajaran langsung (direct instructional) dan tidak langsung

(indirect instructional). Pembelajaran langsung adalah pembelajaran

yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan

keterampilan menggunakan pengetahuan peserta didik melalui interaksi

langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan

RPP. Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba,

(41)

menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung, yang disebut

dengan dampak pembelajaran (instructional effect).

Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang terjadi

selama proses pembelajaran langsung yang dikondisikan menghasilkan

dampak pengiring (nurturant effect). Pembelajaran tidak langsung

berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap yang terkandung

dalam KI-1 dan KI-2. Hal ini berbeda dengan pengetahuan tentang nilai

dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh

mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan. Pengembangan nilai dan sikap sebagai

proses pengembangan moral dan perilaku, dilakukan oleh seluruh mata

pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan

masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum

2013, semua kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler

baik yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat (luar sekolah) dalam

rangka mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan nilai

dan sikap.

Pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman belajar

sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 2.4

Lima Pengalaman belajar

Langkah Pembelajaran

(42)
(43)

menghubungkan dari dua sumber atau lebih yang tidak pat yang berbeda dari berbagai jenis

Penilaian hasil belajar peserta didik merupakan sesuatu yang sangat

penting dan strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan

penilaian hasil belajar maka dapat diketahui seberapa besar

keberhasilan peserta didik telah menguasai kompetensi atau materi

yang telah diajarkan oleh guru. Dengan penilaian hasil belajar yang

baik akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam perbaikan

(44)

dalam penilaian hasil belajar, maka akan terjadi salah informasi tentang

kualitas proses belajar dan pada akhirnya tujuan pendidikan yang

sesungguhnya tidak akan tercapai.

Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik

kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai

peserta didik setelah mengkuti proses belajar mengajar. Hamalik (2003)

menjelaskan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, dan sikap-sikap serta kemampuan peserta didik.

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran.

Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada

hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam

pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesism dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut

kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk tingkat

tinggi.

Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil

belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran

(45)

2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai

berikut:

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah

dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan

dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau

metode.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna

tentang hal yang dipelajari.

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah

untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam

bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami

dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang

telah kecil.

e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

Misalnya kemampuan menyusun suatu program.

f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang

beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan

menilai hasil ulangan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dapat dilihat

(46)

pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam

mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam

penelitian ini adalah hasil belajar kognitif yang mencakup tiga tingkatan

yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3).

Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada

aspek kognitif adalah tes.

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek

yakni penerimaan, jawaban/reaksi, penilaian organisasi dan

internalisasi. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat

diramalkan perubahanya, bila seseorang telah memiliki penguasaan

kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat

perhatian dari guru. Para guru lebih banyak menilai ranah kognitif

semata-mata. Tipe hasil belajar afektif tanpak pada siswa dalam

berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin,

motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar,

dan hubungan sosial

Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar.

Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai

tingkat yang komplek.

a. Reciving atau attending yakni semacam kepekaan dalam menerima

ransangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam

(47)

termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol,

dan seleksi gejala atau ransangan dari luar.

Tugas pendidik mengarahkan perhatian peserta didik pada

fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Misalnya

pendidik mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku,

senang bekerja sama, dan sebagainya.

b. Responding atau jawaban yakni reaksi yang diberikan oleh

seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini

mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab

stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.

Dalam kegiatan belajar hal itu dapat ditunjukan antara lain melalui

: bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas, menaati peraturan,

menggungkapkan perasaan, menanggapi pendapat, meminta maaf.

Contoh hasil belajar ranah afektif jenjang menanggapi adalah

peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau

menggali lebih dalam lagi tentang konsep disiplin

c. Valuing (Penilaian) berkenan dengan nilai dan kepercayaan

terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk

didalamnya kesediannya menerima nilai, latar belakang, atau

pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai

tersebut.

d. Organisasi yakni pengembangan dari nilai kedalam satu sistem

(48)

pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang

termasuk kedalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi

sistem nilai.

e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yakni keterpaduan semua

sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi

pola kepribadian dan tingkah lakunya. Kedalamnya termasuk

keseluruhan nilai dan karakteristiknya.

Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan

dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik yakni :

a. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)

b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

c. Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya membedakan visual,

membedakan auditif, motoris dan lain-lain

d. Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan

ketepatan.

e. Gerakan – gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai

pada keterampilan yang komplek

f. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive

seperti gerakan ekspresif dan interpretatif

Tipe hasil belajar ranah psikomotorik berkenaan dengan

keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalam

(49)

belajar afektif yang baru tampak dalam kecenderungan-kecenderungan

untuk berperilaku. Contoh hasil belajar ranah afektif diatas dapat

menjadi hasil belajar psikomotorik manakala siswa menunjukkan

perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung

didalam ranah afektifnya sehingga kedua ranah tersebut jika dilukiskan

akan tampak sebagai berikut

Tabel 2.5

Hasil belajar afektif dan Hasil Belajar Psikomotorik

Hasil Belajar Afektif Hasil Belajar Psikomotorik  Kemauan untuk

menerima pelajaran dari guru

 Segera memasuki kelas pada waktu guru datang dan duduk paling depan dengan

mempersiapkan kebutuhan belajar  Perhatian siswa terhadap

apa yang dijelaskan oleh guru

 Mencatat bahan pelajaran dengan baik dan sistematis

 Penghargaan siswa terhadap guru

 Sopan, ramah dan hormat kepada guru pada saat guru menjelaskan pelajaran

 Hasrat untuk bertanya kepada guru

 Mengangkat tangan dan bertanya kepada guru mengenai bahan pelajaran yang belum jelas  Kemauan untuk

mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut

 Keperpustakaan untuk belajar lebih lanjut untuk meminta informasi kepada guru tentang buku yang harus dipelajari, atau segera membentuk kelompok untuk diskusi

 Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran

 Melakukan latihan diri dalam memcahkan masalah bedasarkan konsep bahan yang telah

diperolehnya atau

menggunakanya dalam praktek kehidupannya

 Senang terhadap guru dan mata pelajaran yang diberikannya

(50)

bagaimana mempelajari mata pelajaran yang diajaarkannya.

Hasil belajar afektif dan psikomotorik ada yang tampak pada saat

proses belajar belajar berlangsung dan adapula yang baru tampak

kemudian (setelah pengajaran diberikan) dalam praktek dalam

kehidupannya dilingkungan keluarga,sekolah dan masyarakat. Itulah

sebabnya hasil belajar afektif dan psikomotorik sifatnya lebih luas,

lebih sulit dipantau namun memiliki nilai yang sangat berarti bagi

kehidupan siswa sebab dapat secara langsung mempengaruhi

perilakunya.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 , pengertian hasil belajar adalah

sebagai berikut :

1. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan

informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam

kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi

pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara

terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran.

2. Pendekatan Penilaian adalah proses atau jalan yang ditempuh dalam

melakukan penilaian hasil belajar peserta didik.

3. Bentuk Penilaian adalah cara yang dilakukan dalam menilai

capaian pembelajaran peserta didik, misalnya: penilaian unjuk kerja,

(51)

4. Instrumen Penilaian adalah alat yang digunakan untuk menilai

capaian pembelajaran peserta didik, misalnya: tes dan skala sikap

5. Ketuntasan Belajar adalah tingkat minimal pencapaian kompetensi

sikap, pengetahuan, dan keterampilan meliputi ketuntasan

penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun

waktu belajar.

6. Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki

peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan

tugas pada situasi yang sesungguhnya.

7. Penilaian Diri adalah teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan

keterampilan yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara

reflektif.

8. Penilaian Tugas adalah penilaian atas proses dan hasil pengerjaan

tugas yang dilakukan secara mandiri dan/atau kelompok.

9. Penilaian Projek adalah penilaian terhadap suatu tugas berupa suatu

investigasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan, pengolahan data,

sampai pelaporan.

10. Penilaian berdasarkan Pengamatan adalah penilaian terhadap

kegiatan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.

11.Ulangan Harian adalah penilaian yang dilakukan setiap

(52)

12. Ulangan Tengah Semester adalah penilaian yang dilakukan untuk

semua muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam paruh pertama

semester.

13.Ulangan Akhir Semester adalah penilaian yang dilakukan untuk

semua muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam satu semester.

14. Nilai modus adalah nilai terbanyak capaian pembelajaran pada

ranah sikap.

15.Nilai rerata adalah nilai rerata capaian pembelajaran pada ranah

pengetahuan.

16. Nilai optimum adalah nilai tertinggi capaian pembelajaran pada

ranah keterampilan.

Penilaian Hasil Belajar oleh pendidik memiliki fungsi untuk

memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi

kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara

berkesinambungan. Berdasarkan fungsinya Penilaian Hasil Belajar oleh

Pendidik meliputi:

a. Formatif yaitu memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik

dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada setiap kegiatan

penilaian selama proses pembelajaran dalam satu semester, sesuai

dengan prinsip Kurikulum 2013 agar peserta didik tahu, mampu

dan mau. Hasil dari kajian terhadap kekurangan peserta didik

(53)

perbaikan RPP serta proses pembelajaran yang dikembangkan guru

untuk pertemuan berikutnya; dan

b. Sumatif yaitu menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada

akhir suatu semester, satu tahun pembelajaran, atau masa

pendidikan di satuan pendidikan. Hasil dari penentuan

keberhasilan ini digunakan untuk menentukan nilai rapor, kenaikan

kelas dan keberhasilan belajar satuan pendidikan seorang peserta

didik.

Lingkup Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik mencakup

kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan.

1. Sikap (Spiritual dan Sosial)

Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada ranah sikap

spiritual dan sikap sosial adalah sebagai berikut.

Tabel 2.6

Sasaran Penilaian Hasil Belajar

Tingkatan Sikap Deskripsi

Menerima nilai Kesediaan menerima suatu nilai dan memberikan perhatian terhadap nilai tersebut

Menanggapi nilai Kesediaan menjawab suatu nilai dan ada rasa puas dalam membicarakan nilai tersebut

Menghargai nilai Menganggap nilai tersebut baik; menyukai nilai tersebut; dan komitmen terhadap nilai tersebut

(54)

dari sistem nilai dirinya

Mengamalkan nilai

Mengembangkan nilai tersebut sebagai ciri dirinya dalam berpikir, berkata,

berkomunikasi, dan bertindak (karakter)

(sumber: Olahan Krathwohl dkk.,1964)

7. Pengetahuan

Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada kemampuan

berpikir adalah sebagai berikut

Tabel 2.7

Sasaran Penilaian Hasil Belajar

Kemampuan yang diingat dan digunakan ketika menjawab pertanyaan tentang fakta, definisi konsep, prosedur, hukum, teori dari apa yang sudah dipelajari di kelas tanpa berubah

Memahami: Sudah ada proses pengolahan dari bentuk aslinya tetapi arti dari kata, istilah, tulisan, grafik, tabel, gambar, foto tidak berubah.

Kemampuan mengolah pengetahuan yang dipelajari menjadi sesuatu yang baru seperti menggantikan suatu kata/istilah dengan kata/istilah lain yang sama maknanya; menulis kembali suatu kalimat/paragraf/tulisan dengan kalimat/paragraf/tulisan sendiri dengan tanpa mengubah artinya informasi aslinya; mengubah bentuk komunikasi dari bentuk kalimat ke bentuk

grafik/tabel/visual atau sebaliknya; memberi tafsir suatu

(55)

terkandung dalam suatu

pengetahuan seperti konsep massa, cahaya, suara, listrik, hukum penawaran dan permintaan, hukum Boyle, hukum Archimedes, membagi/ mengali/menambah/mengurangi/menju m-lah, menghitung modal dan harga, hukum persamaan kuadrat, menentukan arah kiblat, menggunakan jangka, menghitung jarak tempat di peta, menerapkan prinsip kronologi dalam menentukan waktu suatu

benda/peristiwa, dan sebagainya dalam mempelajari sesuatu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.

Menggunakan lainnya, antara fakta dengan konsep, antara argumentasi dengan kesimpulan, benang merah pemikiran antara satu karya dengan karya lainnya

Kemampuan mengelompokkan benda berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri-cirinya, memberi nama bagi

kelompok tersebut, menentukan apakah satu kelompok sejajar/lebih tinggi/lebih luas dari yang lain, menentukan mana yang lebih dulu dan mana yang

belakangan muncul, menentukan mana yang memberikan pengaruh dan mana yang menerima pengaruh, menemukan keterkaitan antara fakta dengan

kesimpulan, menentukan konsistensi antara apa yang dikemukakan di bagian awal dengan bagian berikutnya,

menemukan pikiran pokok penulis/pembicara/nara sumber, menemukan kesamaan dalam alur berpikir antara satu karya dengan karya lainnya, dan sebagainya

Mengevaluasi: Menentukan nilai suatu benda atau informasi berdasarkan suatu kriteria

Kemampuan menilai apakah informasi yang diberikan berguna, apakah suatu informasi/benda

(56)

suatu pekerjaan/keputusan/ peraturan, memberikan pertimbangan alternatif mana yang harus dipilih berdasarkan kriteria, menilai benar/salah/bagus/jelek dan sebagainya suatu hasil kerja

berdasarkan kriteria.

Mencipta: Membuat sesuatu yang baru dari apa yang sudah ada cerita/tulisan dari berbagai sumber yang dibacanya, membuat suatu benda dari bahan yang tersedia,

mengembangkan fungsi baru dari suatu benda, mengembangkan berbagai bentuk kreativitas lainnya.

(sumber: Olahan Anderson, dkk. 2001).

Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada dimensi

pengetahuan adalah sebagai berikut.

Tabel 2.8

Sasaran Penilaian Hasil Belajar

Dimensi

Pengetahuan Deskripsi

Faktual Pengetahuan tentang istilah, nama orang, nama benda, angka, tahun, dan hal-hal yang terkait secara khusus dengan suatu mata pelajaran.

Konseptual Pengetahuan tentang kategori, klasifikasi, keterkaitan antara satu kategori dengan lainnya, hukum kausalita, definisi, teori

(57)

Metakognitif Pengetahuan tentang cara mempelajari pengetahuan, menentukan pengetahuan yang penting dan tidak penting (strategic knowledge), pengetahuan yang sesuai dengan konteks tertentu, dan pengetahuan diri (self-knowledge).

(Sumber: Olahan dari Andersen, dkk., 2001)

8. Keterampilan

Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada keterampilan

abstrak berupa kemampuan belajar adalah sebagai berikut.

Tabel 2.9

Sasaran Penilaian Hasil Belajar

Kemampuan Belajar

Deskripsi

Mengamati Perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu

tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati

Menanya Jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual,

konseptual, prosedural, dan hipotetik)

Mengumpulkan informasi/mencoba

Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk

(58)

Menalar/meng-asosiasi

Mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan

mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep, interpretasi argumentasi dan kesimpulan

mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/konsep/teori, mensintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antarberbagai jenis fakta/konsep/teori/ pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/ konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpretasi, struktur baru,

argumentasi dan kesimpulan dari konsep/teori/pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber.

Mengomunikasikan Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media

elektronik, multi media dan lain-lain.

(Sumber: Olahan Dyers)

Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada keterampilan

kongkret adalah sebagai berikut.

Tabel 2.10

Sasaran Penilaian Hasil Belajar

Keterampilan kongkret

Deskripsi

Persepsi (perception) Menunjukan perhatian untuk melakukan suatu gerakan

Kesiapan (set) Menunjukan kesiapan mental dan fisik untuk melakukan suatu gerakan

Meniru (guided response)

(59)

Membiasakan gerakan (mechanism)

Melakukan gerakan mekanistik

Mahir (complex or overt response)

Melakukan gerakan kompleks dan termodifikasi

Menjadi gerakan alami (adaptation)

Menjadi gerakan alami yang

diciptakan sendiri atas dasar gerakan yang sudah dikuasai sebelumnya

Menjadi tindakan orisinal (origination)

Menjadi gerakan baru yang orisinal dan sukar ditiru oleh orang lain dan menjadi ciri khasnya

(Sumber: Olahan dari kategori Simpson)

B. Kerangka Berfikir

Berdasarkan kajian teori sebagai mana telah di paparkan di atas,

maka dalam penelitian ini dipandang perlu mengajukan kerangka

pemikiran :

1.Perilaku guru berdasarkan Kompetensi Inti – 2

Sikap dan perilaku guru juga berperan penting dalam pembentukan

sikap siswa seperti yang dikemukakan dalam istilah jawa yaitu guru di

gugu lan ditiru yang artinya dalam bahasa Indonesia Guru dianut dan

ditiru jadi apapun yang dilakukan guru dari segi sikap, perkataan, perilaku

akan ditiru oleh siswa maka apabila guru berperilaku baik maka siswa juga

berperilaku baik. Di dalam memberikan contoh sikap guru harus dapat

menerikan contoh dan teladan bagi siswa yang sesuai dengan Kompetensi

Inti – 2 karena penilaian sikap yang dilakukan oleh guru kepada siswa ada

(60)

Ada tujuh aspek di dalam Kompetensi Inti – 2 yaitu ; Jujur,

Disiplin, Tanggung Jawab, Toleransi, Gorong Royong, Sopan Santun,

Percaya Diri, maka diharapkan sebelum guru memberikan penilai sikap

pada siswa guru harus terlebih dahulu memerikan contoh dan teladan

perilaku sikap sesuai dengan Kompetensi Inti – 2 agar siswa dapat

menyerapnya dan berperilaku dengan baik.

2.Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Guru Berdasarkan Kompetensi Inti – 2 dengan Nilai Afektif

Persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai Kompetensi Inti – 2

dengan hasil belajar afektif di duga memiliki hubungan terhadap hasil

belajar afektif. Maka kerangka berfikir yang dapat peneilti paparkan adalah

sebagai berikut :

Perilaku dan sikap guru akan menjadi panutan bagi siswa maka dari

itu guru harus memberikan contoh dan teladan yang baik. Apa bila persepsi

siswa terhadap perilaku guru rendah dan nilai afektif rendah maka guru

belum secara maksimal dalam membeikan contoh dan sikap perilaku yang

sesuai dengan Kompetensi Inti – 2 sebaliknya apa bila hasil persepsi siswa

terhadap perilaku guru tinggi dan nilai afektif juga tinggi maka guru sudah

(61)

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritis sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ha = Ada hubungan persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai

kompetensi Inti – 2 (Jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, sopan

santun dan percaya diri) dan nilai afektif di SMP N 2 TURI

(62)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah Diskriptif asosiatif pada siswa-siswi

kelas VIII B sejumlah 32 siswa, karena peneliti akan mendiskripsikan tentang

Presepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai KI 2 dan nilai afektif. Pengertian

penelitian deskriptif menurut Sugiono (2008:5) adalah sebagai berikut :

“peneitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variable

mandiri, baik satu variable atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan,

atau menghubungkan dengan variable yang lain.”

Sedangkan penelitian asosiatif menurut sugiono(2008:8) adalah sebagi berikut :

“penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara dua variable atau lebih.”

Jadi penelitian Diskriptif asosiatif adalah penelitian yang akan mendiskripsikan

dan menguraikan permasalahan yang bertujuan untuk megetahui hubungan dua

variable atau lebih.

B.Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu Penelitian

Penelitian ini di laksanakan bulan Januari - Juni 2015

b. Tempat Penelitian

(63)

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Setelah

mengemukakan beberapa populasi bedasarkan konsep dan teori tertentu,

penelitian perlu menentukan variabel-variabel penelitian dan selanjutnya

merumuskan hipotesis bedasarkan hubungan antar variabel. Fenomena

sosial dapat dijelaskna dan diramalkan apabila hubungan antara variabel

tertentu telah diketahui. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu :

1. Variabel nilai afektif (Y)

2. Variabel persepsi siswa terhadap perilaku guru sesuai dengan

kompetensi inti-2 (X)

D.Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru IPS dan siswa kelas VII B.

b. Objek penelitiannya adalah “Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Guru

Sesuai Kompetensi Inti-2 dan Nilai afektif”

E. Teknik Sampling

1. Populasi Penelitian

Penelitian ini ditunjukan pada suatu populasi. Populasi adalah

keseluruhan dari subjek penelitian atau keseluruhan unsur-unsur yang

memiliki karakteristik yang sama (Arikunto 2006:130). Populasi dari

(64)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteleti

(Arikunto 2006:131). (Mardalis 2009:55) menyatakan, sampel adalah

contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek

penelitian. Jadi sampel adalah contoh yang diambil dari sebagian

populasi penelitian yang dapat mewakili populasi.

Cara atau teknik pengambilan sampel adalah teknik penarikan

sampel menggunakan purposive sampling random. Purposive

samplingrandom adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa

sehingga tiap unit penelitian atau satuan elemtary dari populasi

mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

F. Teknik Pengumpulan Data

a. Kuisioner

Adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan melalui pos untuk

diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab dalam pengawasan

peneliti. Kuisioner ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang

sikap-sikap yang ditinjau dari KI 2. Kuisioner ini bersifat tertutup

artinya peneliti sudah menyediakan alternatif jawaban, sehingga

responden diminta memilih jawaban yang ada. Tujuan dilakukan

kuisioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan

tujuan penelitian dan memperoleh informasi mengenai suatu masalah

(65)

adalah kuisioner tertutup karena siswa menjawab dengan memilih

salah satu opsi jawabann yang tersedia. Pengujian kuesioner akan

dilakukan kepada seluruh siswa kelas VIII.

b. Observasi

Cartwright mendifinisikan sebagai suatu proses melihat,

mengamati dan mencermati serta “merekam” perilaku secara

sistematis untuk suatu tujuan tertetu. Observasi ialah suatu kegiatan

mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu

kesimpulan dan diagnosis. Pengamatan yang tanpa tujuan bukan

merupakan observasi. Pada dasarnya tujuan dari observasi adalah

untuk mendeskripsikan lingkungan yang diamati, aktivitas-aktivitas

yang berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan

tersebut beserta aktivitas dan perilaku yang dimunculkan, serta makna

kejadian bedasarkan perspektif individu yang terlibat tersebut.

G. Teknik Pengujian Instrumen

Untuk mengetahui apakah instumen valid atau belum dilakukan

pengujian-pengujian sebagai berikut :

1. Pengujian validitas

Neuman (2000) dalam bukunya mendifinisikan validitas “

Validity means truthful. It refers to the bridge between a construct

and the data.” Validitas dapat pula diartikan sebagai kesesuaian

(66)

ukur yang didapat akan mewakili dimensi ukuran yang sebenarnya

dan dapat dipertanggung jawabkan.

Rumus Korelasi yang dapat digunakan untuk menghitung

validitas instrumen adalah rumus Korelasi Product Moment Pearson

yaitu :

r

xy =

Keterangan :

r xy = Koefisien korelasi product moment

x = nilai dari setiap item y = nilai dari seluruh item n = jumlah sampel

Untuk mempermudah perhitungan, peneliti menggunakan bantuan Program SPSS 16.0 For Windows. Langkah-langkah pengujian validitas sebagai berikut :

a. Memasukan data skor yang diperoleh kedalam data uji

coba menggunakan program Microsoft Office Excel

b. Menghitung skor total yang diperoleh setiap siswa

menggunakan Microsoft Office Excel

c. Mentabulasikan data tersebut ke dalam tabel uji coba

pada program SPSS Statistic 16.0 For Windows

d. Menguji validitas dengan Program SPSS Statistic 16.0

For Windows

Besarnya nilai r ditentukan dengan taraf signifikan 5 %. Apabila

(67)

Tabel 3. 1 Uji Validitas No

Pertanyaan r table r hitung Keterangan

Gambar

Tabel 4.10 Uji korelasi aspek sopan santun dengan nilai aektif  .......................
Tabel 2. Data Induk Penelitian  .......................................................................
Tabel 2.1 Struktur Kurikulum SMP
Tabel 2.2 Kompetensi Inti Kelas VII
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa pengendalian lalu lintas kendaraan bermotor perseorangan dan barang pada koridor atau kawasan tertentu pada waktu dan jalan tertentu memenuhi kriteria sebagai Retribusi Jasa

[r]

Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Koefisien Daya Pembeda Soal Hasil Uji Coba 47 Tabel 3.10 Hasil Perhitungan KoefisienTaraf Kesukaran Soal Hasil Uji Coba 47 Tabel 3.11

dihadui d.ng$ nmilih stal.gi yang repai {Fish.r.1996). S.lain mcnilih nrarcgi, p.ruehen .iuEa harus m€mperhrtika f,kroFf.kror yeA menp€ngadhi tip€ sinr€gi yog nereka

sempit luas semai hiroi 狭い 広い.. ringan berat karui omoi 軽い 重い. dekat jauh chikai tooi

RINGKASAN EKSEKUTIF PROGRAM BAGI PERMOHONAN KEBENARAN MEMUNGUT.

Logaritma merupakan kebalikan dari perpangkatan. Bentuk

Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah meminta surat bukti telah melakukan penelitian dari kepala madrasah MA Al-Hikmah Langkapan, mendeskripsikan data