• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara konsep diri dan citra tubuh pada perempuan dewasa awal.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara konsep diri dan citra tubuh pada perempuan dewasa awal."

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

Dian Anggraeni Willianto

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Konsep Diri dan Citra Tubuh

pada perempuan dewasa awal. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswi Sekolah Tinggi

Ambarukmo Palace Tourism Academy Yogyakarta yang berusia 18-40 tahun dengan jumlah

subjek 100 orang. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara Konsep Diri dan Citra Tubuh. Data diambil menggunakan Skala Konsep Diri dan Skala Citra Tubuh menggunakan teknik Likert. Reliabilitas dari skala Konsep Diri adalah α= 0,914 dan Reliabilitas Skala Citra Tubuh adalah α= 0,916. Analisis data dengan menggunakan teknik korelasi Product-Moment Pearson menunjukkan: 1) Terdapat hubungan positif signifikan dengan kategori cukup

antara Konsep Diri dan Citra Tubuh (r = r = 0,440, p = 0,000).

Kata kunci: konsep diri, Citra Tubuh, perempuan dewasa awal.

(2)

ABSTRACT

The aimed of this research was to examine the correlation between Self Concept and Body Image of early adult women. The subjects were student college at Ambarukmo Place Tourism Academy Yogyakarta. They was 18 until 24 years old and the numbers was 100 persons. The hypothesis of this study was there was the correlation between Self concept and Body Image. This study used questioner of Self Concept and Body Image with the likert technically. Reliability

of questioner of Self Concept was α= 0,914 and reliability of questioner of Body Image was α= 0,916. Using correlation Pearson Product Moment showed that: 1) there was significant positive correlation between with the sufficient category between Self Concept and Body Image (r = r = 0,440, p = 0,000).

(3)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN CITRA TUBUH PADA PEREMPUAN DEWASA AWAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Dian Anggraeni Willianto

129114031

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN MOTTO

Perjumpaanku dengan Tuhan bisa ku rasakan melalui

perjumpaanku dengan orang-orang yang ku temui.

¬Dian Anggraeni Willianto¬

Tidak ada satupun yang kebetulan di dunia ini.

¬Lidwina T.A.,FCJ.,MA.¬

Lakukanah apa yang kamu anggap menyenangkan

bagimu sebab suatu saat itu akan berguna bagi

hidupmu

(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan untuk Tuhan Yesus yang

memampukanku, sebab tanpa Tuhan Yesus, saya

bukanlah apa-apa.

(8)
(9)

vii

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN CITRA TUBUH PADA PEREMPUAN DEWASA AWAL

Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma

Dian Anggraeni Willianto ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Konsep Diri dan Citra Tubuh pada perempuan dewasa awal. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswi Sekolah Tinggi Ambarukmo Palace Tourism Academy Yogyakarta yang berusia 18-40 tahun dengan jumlah subjek 100 orang. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara Konsep Diri dan Citra Tubuh. Data diambil menggunakan Skala Konsep Diri dan Skala Citra Tubuh menggunakan teknik Likert. Reliabilitas dari skala Konsep Diri adalah α= 0,914 dan Reliabilitas Skala Citra tubuh adalah α= 0,916. Analisis data dengan menggunakan teknik korelasi Product-Moment Pearson menunjukkan: 1) Terdapat hubungan positif signifikan dengan kategori cukup antara Konsep Diri dan Citra tubuh(r = r = 0,440, p = 0,000).

(10)

viii

THE CORRELATION BETWEEN SELF CONCEPT AND BODY IMAGE OF EARLY ADULT WOMEN

Dian Anggraeni Willianto

ABSTRACT

The aimed of this research was to examine the correlation between Self

Concept and Body image of early adult women. The subjects were student college at Ambarukmo Place Tourism Academy Yogyakarta. They was 18 until 24 years

old and the numbers was 100 persons. The hypothesis of this study was there was the correlation between Self concept and Body image. This study used questioner of Self Concept and Body image with the likert technically. Reliability of

questioner of Self Concept was α= 0,914 and reliability of questioner of Body

image was α= 0,916. Using correlation Pearson Product Moment showed that: 1)

there was significant positive correlation between with the sufficient category between Self Concept and Body image (r = r = 0,440, p = 0,000).

(11)
(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih

karunia-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan menginspirasi para pembaca.

Penyusunan skripsi ini terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus yang telah menjadi kekuatan dan penyemangat penulisan skripsi

ini dari awal hingga akhir, juga yang telah memampukan dan setia

mendampingi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma yang turut memberikan motivasi selama

penulisan skripsi ini.

3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M. Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas dan

dosen pembimbing akademik saya di fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma

4. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang

selalu sabar membimbing dan memotivasi penulis menyusun skripsi dari

tahap ke tahap.

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah

berbagi ilmu, pengalaman, dan memberikan inspirasi untuk berkarya di dunia

psikologi.

(13)

xi

7. Papa Junior dan Mama Junior terima kasih sudah menjadi orangtua luar biasa. 8. Terimas kasih Koko- kokoku, Cici-ciciku, Meme-memeku, dan Keponakan.

9. Persekutuan wanita Timur Kak Risty, Kak Lidya, Kak Mira, Maria, Ratna,

Ipo, Yayang, Dita, terima kasih untuk kebersamaan sebagai keluarga

seperantauan jauh dari Timur , kalian tidak pernah terganti.

10.Para Incezz kak Intan, kak Riri, kak Uus, kak Happy, Cheng, Sari, Wina,

Rachel, Dore, kak Anisa, mba Laundry Cicy terima kasih.

11. My Junior Curtin Diospyros, terima kasih sudah mendampingi, memberi

motivasi dan sabar mendengar keluhan-keluhan.

12.Terima kasih buat Kak Ghea, Novia, dan Fani Fati, makasih untuk

semangatnya dan bantuan langsung yang sangat berpengaruh pada kemajuan

skripsiku. Gbu sister.

13.Terima kasih buat kakak-kakak luar biasa: kak Pudar, Mas YAC Dharmadi,

kak Saktya, kak Martha Fajar, kak Angel, kak Trio, kak Cia, kak Uchy, dan

kak Nia.

Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak

kekurangan. Oleh karena itu, peneliti terbuka kepada setiap kritik dan saran

(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .. ix

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR SKEMA ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

1. Manfaat Teoritis ... 6

(15)

xiii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Konsep Diri... 7

1. Pengertian Konsep Diri ... 9

2. Aspek- aspek Konsep Diri ... 8

3. Jenis-jenis Konsep Diri ... 10

4. Ciri- ciri Konsep Diri ... 11

5. Faktor- faktor dari Konsep Diri ... 11

6. Dampak Konsep Diri ... 12

B. Citra Tubuh ... 13

1. Pengertian Citra Tubuh ... 13

2. Aspek- aspek Citra Tubuh ... 14

3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh ... 15

C. Perempuan Dewasa Awal ... 17

1. Pengertian Perempuan Dewasa Awal ... 17

2. Perkembangan Fisik Perempuan Dewasa Awal ... 18

D. Dinamika Hubungan Antara Konsep Diri dan Citra tubuh Pada Perempuan Dewasa Awal ... 19

E. Kerangka Penelitian ... 22

F. HIPOTESIS ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24

A. Jenis Penelitian ... 24

B. Identifikasi Variabel ... 24

(16)

xiv

1. Citra Tubuh ... 24

2. Konsep Diri ... 25

D. Subjek Penelitian ... 25

E. Metode Pengumpulan Data ... 25

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 32

1. Validitas ... 32

2. Seleksi Aitem ... 33

2.1.Skala Citra Tubuh ... 35

2.2.Skala Konsep Diri ... 36

3. Uji Reliabilitas ... 37

G. Metode Analisis Data... 38

1. Uji Asumsi ... 38

1.1.Uji Normalitas ... 38

1.2.Uji Linearitas ... 38

2. Uji Hipotesis ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Pelaksanaan Penelitian ... 40

B. Deskripsi Data Penelitian ... 40

C. Hasil Analisis Data ... 42

1. Uji Asumsi ... 42

a. Uji Normalitas ... 42

b.Uji Linearitas ... 43

(17)

xv

D. Pembahasan ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Keterbatasan Penelitian ... 50

C. Saran ... 51

1. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 51

2. Bagi Subjek Penelitian ... 51

(18)

xvi

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Hubungan antara Konsep Diri dengan Citra tubuh Pada Perempuan

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skor Favorable dan Unfavorable skala Citra tubuh dan Konsep Diri... 27

Tabel 2 Sebaran Aitem dan Rancangan Skala Citra tubuh Sebelum Uji Coba… 29

Tabel 3 Sebaran Aitem dan Rancangan Skala Konsep Diri Sebelum Uji Coba .. 32

Tabel 4 Distribusi Aitem Skala Citra tubuh Setelah Uji Coba... 35

Tabel 5 Distribusi Aitem Skala Konsep Diri Setelah Uji Coba ... 36

Tabel 6 Koefisien Alpha Cronbach Skala Citra tubuh dan Skala Konsep Diri ... 37

Tabel 7 Hasil Pengukuran Deskriptif Variabel ... 41

Tabel 8 Hasil Uji Normalitas ... 43

Tabel 9 Hasil Uji Linearitas antara Variabel Konsep Diri dan Variabel Citra

Tubuh ... 44

Tabel 10 Kriteria Koefisien Korelasi ... 45

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Uji Coba ... 56

Lampiran 2 Hasil Reliabilitas dan Seleksi Aitem ... 74

Lampiran 3 Skala Final ... 83

Lampiran 4 Hasil Uji Beda Mean (Uji-t) ... 99

Lampiran 5 Hasil Uji Normalitas ... 101

Lampiran 6 Hasil Uji Linearitas ... 103

Lampiran 7 Hasil Uji Hipotesis... 105

Lampiran 8 Blueprint Rancangan Aitem Skala Citra Tubuh ... 107

Lampiran 9 Blueprint Rancangan Aitem Skala Konsep Diri ... 117

Lampiran 10 Gambar Kurva Uji Normalitas ... 131

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pada dasarnya manusia adalah makluk ciptaan Tuhan yang sempurna dan

sosok perempuan merupakan makluk ciptaan Tuhan yang dekat dengan

kecantikanpada penampilannya. Menurut Sukamto, & Dianovinina (2012),

penampilan fisik dianggap penting dan utama bagi seorang perempuan.

Pandangan pentingnya penampilan fisik menyebabkan banyak perempuan

yang tidak puas terhadap tubuh dan penampilannya ( Suprapto& Aditomo,

2007). Damanik, Etnawati dan Padmawati (2011) mengatakan bahwa

perempuan sering menyisihkan anggaran untuk perawatan wajah dan tubuh

dengan menggunakan kosmetik tradisional maupun kosmetik modern. Hasil

survei Nielsen Indonesia pada tahun 2013 (dalam Nitami, 2014) menjelaskan

bahwa konsumsi produk-produk kecantikan untuk perempuan di wilayah

perkotaan sepanjang tahun 2012 sebesar Rp 554 miliar, dan mengalami

kenaikan (9,38 %) pada tahun 2013 sebesar Rp 606 miliar. Terkait pandangan

penampilan fisik yang sempurna membuat perempuan menjadi lebih percaya

diri, menjadi lebih berani untuk berelasi dengan orang lain, dan terlibat dalam

berbagai lapangan pekerjaan (Hurlock, 2002).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada perempuan di Kaukasia, hasil

menunjukkan bahwa perempuan cenderung melaporkan citra tubuh

(22)

penampilan fisik mereka dibandingkan rekan seusia mereka yang terlambat

dewasa (Berk, 2012). Hal ini juga ditunjukkan dengan hasil survei di Amerika

tahun 1973, sebesar 25 % perempuan tidak puas terhadap keseluruhan

penampilannya dan mengalami kenaikan tahun 1997 dengan mencapai 56 %

(Robinson, dalamSuprapto dan Aditomo, 2007)

Penelitian oleh Money (2010) menemukan hasil bahwa tingginya kadar

ketidakpuasan bentuk tubuh dan mendorong perempuan di Irlandia untuk

melakukan diet, hasil penelitian menemukan80% perempuan menyatakan

bahwa penting bagi mereka untuk menjadi kurus dan 49% terlibat dalam

beberapa bentuk perilaku diet. Herawati (dalam Suprapto & Aditomo, 2007)

melakukan penelitian di Surabaya pada tahun 2003, menemukan hasil bahwa

sebanyak 40% perempuan dewasa awal berusia 18-25 tahun mengalami

bodydissatisfaction dalam kategori tinggi, dan 38% dalam kategori sedang.

Berdasarkan fenomena dan penelitian sebelumnya terkait kecenderungan

perempuan memandang tubuhnya negatif, menunjukkan bahwa gambaran diri

dianggap penting bagi perempuan dewasa awal. Gambaran diri atau citra tubuh

didefinisikan sebagai presepsi seseorang terkait pikiran dan perasaan tentang

tubuhnya (Grogan, 2008). Menurut Honigman dan Castle (dalam Bestiana,

2012), body image adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan

ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan

penilaian atas apa yang dipikirkan atau dirasakan terkait ukuran dan bentuk

(23)

Citra tubuh terdiri dari citra tubuh positif (body Satisfaction) dan citra

tubuh negatif (body dissatisfaction). Menurut Cash dan Szymanski (dalam

Grogan, 2008), body satisfaction adalah pandangan positif dan menerima

bentuk tubuh yang dimiliki, sedangkan bodydissatisfaction adalah pandangan

negatif tentang bentuk tubuh dan tidak puas dengan bentuk tubuh yang

dimiliki.

Perempuan yang memiliki citra tubuh negatif cenderung cemas, depresi,

kurang percaya diri, takut penolakan, dan putus asa (Brooks, Gunn, dan

Warren, dalam Berk, 2012). Sedangkan perempuan yang memiliki citra tubuh

yang positif dapatmembantu mereka mengurangi kecemasan depresi serta

memperpanjang hidup (Kany, 2015).

Menurut Thompson (dalam Ridha, 2012) faktor-faktor pembentuk citra

tubuh adalah pengaruh berat badan dan persepsi gemuk atau kurus, budaya,

siklus hidup, masa kehamilan, sosialisasi, peran gender, pengaruh distorsi citra

tubuh pada diri individu, dan konsep diri. Berdasarkan hal tersebut salah satu

yang mempengaruhi citra tubuh adalah konsep diri.

Konsep diri adalah kesan terhadap diri sendiri secara keseluruhan yang

mencakup pendapatnya terhadap diri sendiri, pendapat tentang gambaran diri

orang lain dan pendapatnya tentang hal-hal yang dicapai (Burns, dalam

Ghufron & Risnawita, 2010). Menurut Baldwin dan Holmes (dalam Pardede,

2008) terdapat beberapa faktor pembentuk konsep diri yakni relasi dengan

orang tua, relasi dengan kawan sebaya, penilaian dari masyarakat, dan proses

(24)

Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2002) citra tubuh yang terbentuk

berdasarkanperubahan fisik dan psikologis, menyebabkan berkurangnya

kemampuan reproduktif terjadi pada masa dewasa awal dengan rentan usia 18-

40 tahun. Sumanto (2004) mengatakan bahwa perempuan pada masa dewasa

awal yang mengalami perkembangan dan perubahan fisik menyebabkan

terjadinya penurunan fungsi tubuh sedikit demi sedikit. Perempuan dewasa

awal yang mengalami penurunan fungsi tubuh memiliki badan yang cenderung

lebih mudah gemuk, kulit kering, dan keriput (Santrock, 2002).

Peneliti melakukan wawancara pada beberapa perempuan dewasa awal di

Yogyakarta. Hasil wawancara menunjukkan bahwa perempuan dewasa awal

memiliki kecenderungan memandang negatif tubuh yang mereka miliki.

Subjek berusia 21 tahun mengakui bahwa dirinya merasa kurang percaya diri

dengan bentuk wajahnya. Selain itu, peneliti juga mewawancarai seorang

mahasiswi Universitas Swasta yang merasa tidak percaya diri dengan bentuk

hidungnya.

Peneliti melakukan wawancara pada seorang subjek perempuan dewasa

awal berusia 23 tahun. Hasil wawancara menunjukkan bahwa subjek memiliki

citra tubuh yang positif. Subjek mengaku dirinya sangat mengetahui kelebihan

dan kekurangan pada dirinya terutama bagian-bagian tubuh, sehingga subjek

bersyukur untuk bagian–bagian tubuh tersebut. Subjek merasa dirinya memiliki

banyak kelebihan pada beberapa bagian tubuhnya.Kelebihan tersebut menutupi

(25)

karena ia merasa kebanyakan orang memiliki kekurangan-kekurangan terkait

fisik.

Adanya pandangan positif dan negatif terkait citra tubuh pada perempuan

dewasa awal juga dirasakan oleh mahasiswi sekolah tinggi pariwisata. Hal ini

dapat terlihat dari tuntutanprofesional pada sikap dan berpenampilan menarik

baik di lingkungan kampus maupun di tempat praktek kerja lapangan

(Wikipedia, 2000). Sehingga peneliti memilih mahasiswi sekolah tinggi

pariwisata yang merupakan perempuan dewasa awal dengan rentang usia

berkisar antara 18-40 tahun sebagai subjek dalam penelitian.Peneliti ingin

melihat hubungan konsep diri dan citra tubuh.

Penelitian sebelumnyamengenai konsep diri dan citra tubuholeh Asci,

Gukmen, dan Asci (1997) menemukanadanya hubungan yang signifikan antara

konsep diri dan citra tubuh pada atlet remaja laki-laki dan remaja perempuan.

Penelitian tersebut sesuai dengan penelitian dari Kany (2015) di Indonesia

yangmenyimpulkan bahwa adanya hubungan signifikan antara citra

tubuhdengan konsep diri pada perempuan remaja yang melakukan olahraga

kebugaran.

Kebanyakan penelitian mengenaicitra tubuh dan konsep lebih berfokus

pada perempuan remaja dan variabel konsep diri dijadikan variabel

terikat.Berdasarkan fakta, pendapat para ahli dan penelitian sebelumnya,

peneliti merasa penting meneliti mengenai citra tubuh dan konsep diri pada

(26)

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara

Konsep Diri dan Citra Tubuh pada perempuan dewasa awal?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan

citra tubuh pada perempuan dewasa awal.

D.Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan kajian teori dalam

bidang psikologi perkembangan dan Psikologi khususnya dalam

permasalahan yang berkaitan dengan perilaku perempuan dewasa awal

mengenai citra tubuh dan konsep diri. Hasil penelitian ini juga diharapkan

menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman dan pembelajaran

bagi perempuan dewasa awal untuk menyadari pentingnya memiliki citra

(27)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

Menurut Koentjoro dan Esti (2000) konsep diri adalah sebuah struktur

mental yang merupakan suatu totalitas dari persepsi realistik, pengharapan,

dan penilaian seseorang terhadap fisik, kemampuan kognitif, emosi, moral

etika, keluarga, sosial, seksualitas, dan dirinya secara keseluruhan. Sejalan

pula dengan pendapat Calhoun dan Acocella (1995) yang mengatakan

bahwa konsep diri adalah gambaran mental tentang diri melalui

pengetahuan mengenai diri, pengharapan terhadap diri dan penilaian

terhadap diri individu.

Centi (1993) menyatakan bahwa konsep diri adalah pandangan yang

berasal dari dalam diri seseorang. Menurut Berzonsky (1981) konsep diri

adalah gambaran mengenai diri seseorang, baik persepsi terhadap diri

nyatanya maupun penilaian berdasarkan harapannya yang merupakan

gabungan dari aspek-aspek fisik, psikis, sosial, dan moral.

Menurut Rogers konsep diri merupakan sikap dan keyakinan individu

terhadap kelemahan dan kelebihan yang dimiliki oleh individu tersebut

(Elkins, 1979). Konsep diri adalah cara bagaimana individu menilai diri

(28)

dirasakan, diyakini dan dilakukan, baik ditinjau dari segi fisik, moral,

keluarga, personal dan social (Partosuwido, Nuryoto,& Irfan, 1985).

Kesimpulan dari beberapa pengertian tersebut yakni konsep diri

merupakan keyakinan dan persepsi seorang individu tentang dirinya melalui

penilaian, harapan, dan pengetahuan tentang diri dari segi fisik, sosial, dan

psikologisnya. Konsep diri membuat individu mengevaluasi kelemahan dan

kelebihan dirinya. Selain itu, konsep diri mengarahkan individu dalam

bertindak dan pembentukan kepribadiannya.

2. Aspek- aspek Konsep Diri

Menurut Calhoun dan Acocella (1995), konsep diri memiliki 3 aspek yaitu:

1) Pengetahuan

Individu memiliki pengetahuan tentang segala hal mengenai

dirinya. Pada aspek ini, informasi mengenai dirinya tersebut membuat

individumengenal dan mengetahui cara memperlakukan dirinya.

Pada aspek pengetahuan terdiri dari beberapa aspek didalamnya

yaitu :

a. Fisik

Pengetahuan individu terhadap fisik, kesehatan, dan keahlian

yang ada pada dirinya.

b. Diri Pribadi

Individu mengetahui bagaimana kepribadiannya terlepas dari

(29)

c. Moral

Individu memiliki pengetahuan tentang dirinya dalam konteks

nlai-nilai moral, agama, hubungan dengan Tuhan dan pandangan

terhadap diri yang baik dan buruk.

d. Keluarga

Pengetahuan individu terhadap peran dirinya dalam keluarga

dan sejauh mana hubungan antara individu dengan keluarga

dalam kehidupannya.

e. Sosial

Pengetahuan individu berkaitan dengan bagaimana interaksi

individu terhadap orang lain dalam lingkup yang lebih luas.

2) Harapan

Aspek yang kedua adalah harapan. Setelah individu memahami

dirinya maka individu menyadari bahwa dirinya memiliki pandangan

terhadap masa depan. Individu memiliki harapan terhadap masa

depannya dan tentu setiap individu memiliki harapan yang berbeda-

beda. Dalam aspek ini, individu juga memiliki pandangan diri ideal.

Harapan diri ideal di masa depan menjadi motivasi bagi individu untuk

menentukan perilakunya dalam mencapai harapannya.

3) Penilaian

Pada aspek ini individu berperan sebagai penilai dan mengevaluasi

dirinya sendiri. Individu menilai dan melakukan evaluasi diri berkaitan

(30)

berkaitan dengan harga diri individu apakah individu tersebut menerima

diri apa adanya sesuai dengan gambaran diri.

3. Jenis- jenis Konsep Diri

Menurut Calhoun dan Acocella (1995) terdapat dua jenis konsep diri

pada seorang individu yakni:

a. Konsep diri positif

Konsep diri positif memiliki sifat stabil dan bervariasi. Konsep diri

positif cukup luas dalam menampung seluruh pengalaman mental

individu tentang dirinya yang menjadi positif. Selain itu, individu mampu

menerima pendapat atau fakta-fakta tentang dirinya sendiri, sehingga ia

mampu menerima dirinya sendiri dan orang lain dengan segala kelebihan

dan kekurangannya.

b. Konsep diri negatif

Konsep diri negatif bisa terlalu kaku atau stabil. Individu yang

memiliki konsep diri negatif tidak memiliki pengetahuan dan pandangan

yang banyak mengenai dirinya sendiri, sehingga ia tidak memiliki

perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Hal ini menyebabkan rasa cemas

yang selalu mengancam dirinya. Selain itu, mereka selalu menilai dirinya

negatif dan merasa keadaan dirinya tidak cukup baik. Mereka merasa

tidak berharga dibandingkan orang lain.Mereka merasa cemas ketika

menghadapi informasi mengenai dirinya yang buruk, serta menganggap

(31)

4. Ciri- ciri Konsep Diri

Ciri-ciri konsep diri positif dan konsep diri negatif menurut Willian D

Brook dan Philip Emnert ( dalam Rakhmat, 2004) sebagai berikut:

a. Individu dengan konsep diri positif memiliki ciri-ciri, seperti yakin pada

kemampuannya, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa

rasa malu, serta menyadari bahwa setiap orang mempunyai keinginan,

perasaan, dan perilaku yang tidak seutuhnya diterima oleh kebanyakan

orang.

b. Individu dengan konsep diri negatif memiliki ciri-ciri peka pada kritik,

seperti rendah diri dan mempertahankan logika berpikir yang keliru,

krisis berlebihan yang terlihat dengan selalu mengeluh dan mencela

orang lain. Individu dengan konsep diri negatif juga cenderung merasa

tidak disenangi oleh orang lain, serta menganggap orang disekitarnya

tidak memperhatikan dirinya.

5. Faktor-faktor dari Konsep Diri

Berzonsky (1981) menyebutkan bahwa konsep diri mencakup

pandangan diri terhadap empat faktor, yaitu:

a. Diri fisik (physical self), meliputi seluruh kepemilikan individu yang

terwujud dalam benda-benda nyata seperti tubuh, pakaian, benda

material, dan sebagainya.

b. Diri sosial (social self), meliputi peran-peran sosial yang dimainkan oleh

(32)

c. Diri moral (moral self), meliputi semua nilai dan prinsip yang dipegang

individu dalam kehidupan.

d. Diri psikis (psycholo-gical self), meliputi pemikiran, perasaan, dan sikap

individu terhadap diri sendiri (proses ego).

6. Dampak Konsep Diri

Stuart dan Sundeen (1991) merumuskan beberapa dampak dari

konsep diri, antara lain :

a. Ideal Diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana individu

berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, dan penilaian personal

tertentu. Sehingga dari adanya pengetahuan, sikap dan keyakinan tentang

diri (konsep diri) berdampak pada individu dalam mewujudkan diri

idealnya.

b. Gambaran Diri (Citra tubuh)

Ketika seorang individu memiliki pengetahuan, sikap, penilaian, dan

harapan tentang diri, hal ini kemudian memunculkan sikap terhadap

tubuhnya baik secara sadar maupun tidak sadar baik positif maupun

negatif.

c. Harga Diri

Seorang individu yang memilki pemahaman terkait sikap, harapan

dan penilaian tentang dirinya dengan positif maka akan memunculkan

harga diri atau penilaian tentang diri yang tinggi. Semakin positif konsep

(33)

kelebihan yang ada pada dirinya cenderung memiliki harga diri yang

tinggi.

B. Citra Tubuh

1.Pengertian Citra Tubuh

Citra tubuh merupakan konsep yang mencakup persepsi tentang diri dan

sikap-sikap terhadap penampilan fisik individu (Cash, 2004). Citra tubuh

adalah konsepsi dan sikap terhadap penampilan fisik seseorang (Berk, 2012).

Thompson dan Altabe (1990) mengatakan bahwa citra tubuh sebagai

penilaian mengenai fisiknya sendiri seperti ukuran tubuh, berat badan, dan

aspek tubuh lainnya yang berkaitan dengan penampilan.

Honigman dan Castle (dalam Januar & Puteri, 2007) mengatakan citra

tubuh adalah gambaranmental,persepsi, dan penilaian orang lain terhadap

dirinya. Sejalan pula dengan pendapat Arthur dan Emily (dalam Wiranatha

&Supriadi, 2015) yang menyebutkan citra tubuh adalah imajinasi subjektif

seseorang terhadap fisiknya. Hoyt (dalam Naimah, 2008) menyebutkan citra

tubuh adalah sikap individu terhadap ukuran, bentuk, dan estetika tubuhnya

berdasarkan evaluasi individual dan pengalaman afektif terkait atribut

fisiknya.

Kesimpulan dari beberapa pengertian tersebut yakni citra tubuh

merupakan gambaran mental, persepsi, dan penilaian terhadap bagian-bagian

(34)

tubuh, dan estetika tubuhnya berdasarkan evaluasi individual dan

pengalaman afektif terkait atribut fisiknya.

2.Aspek-aspek Citra tubuh

MenurutGrogan (2008) aspek- aspek citra tubuhyakni :

a. Aspek persepsi yakni seorang individu mengorganisasikan dan

menginterpretasikan kondisi fisiknya melalui proses membandingkan

ukuran tubuhnya dengan tingkat pemahaman terkait dirinya sendiri dan

kemudian ditandai dengan adanya keinginan atau harapan untuk

memiliki tubuh dan berpenampilan lebih baik.

b. Aspek perasaan yaitu emosi atau perasaan terhadap tubuh yang dimiliki

oleh individu. Perasaan yang muncul berupa perasaan negatif ataupun

positif dengan tubuh yang dimiliki.

c. Aspek penilaian yakni evaluasi terkait tubuh berupa pemikiran mengenai

perbandingan diri fisik dengan diri orang serta bagaimana persepsi

seseorang dalam mengestimasi ukuran tubuhnya seperti : “rambut saya

indah dan berkilau”.

Pengukuran terhadap ketiga aspek ini menghasilkan kepuasaan serta

ketidakpuasaan individu terkait tubuh dan penampilan fisik yang dimiliki.

Kepuasaan menunjukkan tingginya citra tubuh, sedangkan ketidakpuasan

(35)

3.Faktor- faktor yang mempengaruhi Citra Tubuh

Pandangan terhadap tubuh sangat dipengaruhi oleh perubahan

pertumbuhan fisik, tayangan dan tampilan media massa yang menampilkan

bentuk tubuh model ideal, sehingga individu cenderung membandingkan

bentuk tubuhnya dengan bentuk tubuh orang lain seusianya.

Dalam perkembangan individu terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan citra tubuh, antara lain:

a. Usia

Usia mempengaruhi citra tubuh terutama terkait munculnya

ketidakpuasan terhadap tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

perempuan dengan rentan usia 17 sampai 25 tahun memiliki

ketidakpuasan terhadap citra tubuhnya dibandingkan dengan perempuan

usia 40 tahun sampai 60 tahun (Cash & Pruzinsky, 2002).

b. Konsep diri

Thompson (dalam Ridha, 2012) mengungkapkan bahwa salah satu

faktor pembentuk citra tubuh adalah konsep diri yang merupakan

gambaran individu terhadap dirinya, meliputi penilaian diri dan penilaian

sosial.

c. Jenis kelamin

Faktor jenis kelamin menjadi faktor penting dalam perkembangan

citra tubuh seseorang. Franzoi dan Koehler (dalam Cash &

Pruzinsky,2002) menemukan bahwa perempuan memiliki citra tubuh

(36)

menjelaskan bahwa perempuanlebih mempermasalahkan citra tubuh bila

dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu, perempuan menyadari bahwa

penampilan fisik dianggap sangat penting, sehingga perempuan lebih

mempersoalkan kegemukan dibandingkan pria (Hurlock, 2002).

d. Media Massa

Media massa mempengaruhi citra tubuh seseorang terkait persepsi

perempuanyang merasa tubuhnya tidak ideal. Tiggemann (dalam Cash &

Pruzinsky,2002) menyatakan bahwa media memberikan gambaran ideal

mengenai fitur perempuan yang mempengaruhi gambaran tubuh

seseorang.Majalah perempuan terutama majalah fashion, film dan televisi

(termasuk tayangan khusus anak-anak) menyajikan gambar model-model

yang kurus sebagai figur yang ideal, sehingga menyebabkan banyak

perempuan merasa tidak puas dengan dirinya. Dari segi tingkah laku,

perempuan ingin memiliki tubuh yang kurus seperti para model di media,

mereka rela melakukan diet atau cara lain untuk mengurangi berat tubuh.

e. Hubungan Interpersonal

Rosen dan koleganya (dalam Cash & Purzinsky, 2002) menyatakan

bahwa feedback terhadap penampilan dalam hubungan interpersonal

mempengaruhi pandangan dan perasaan mengenai tubuh.Menurut Dunn

dan Gokee (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) penerimaanfeedback

mengenai penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan persepsi

(37)

f. Kepribadian

Cash (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) mengatakan bahwa

kepribadian individu juga mempengaruhi pembentukan terhadap citra

tubuh. Guiney dan Furlong (dalam Rice & Dolgin,2002) menyatakan

bahwa pada remaja perempuan, ketidakpuasan terhadap citra tubuh

berdampak pada harga diri yang lebih rendah daripada remaja perempuan

yang lain. Penelitian dari Siegel (dalam Rice & Dolgin, 2002)

menemukan bahwa citra tubuh yang negatif merupakan penyebab utama

remaja perempuan menjadi depresif.

C. Perempuan Dewasa Awal

1. Pengertian Perempuan Dewasa Awal

Perempuan dewasa awal merupakan individu perempuan dengan

kisaran usia 18 tahun sampai 40 tahun dan pada masa ini terjadi

perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya

kemampuan reproduktif (Hurlock, 2002).Masa dewasa awal merupakan

masa pencarian kematangan dan masa reproduktif yakni masa yang penuh

dengan masalah ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode

komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan

penyesuaian diri pada pola hidup yang baru (Sumanto, 2014).

Perempuan dewasa awal mengalami masa peralihan dari masa

remaja. Pada masa dewasa awal identitas diri yang telah dimiliki sejak

(38)

mengatakan berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur

pada masa dewasa awal karena dewasa awal adalah masa peralihan dari

ketergantungan ke kemandirian, baik dari segi ekonomi, kebebasan

menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih

realistis.

Berdasarkan pengertian diatas, disimpulkan bahwa perempuan

dewasa awal adalah individu pada rentang usia antara 18 hingga 40

tahunmengalami perubahan fisik dan psikologis pada dirinya, serta

berkurangnya kemampuan reproduktif. Pada rentang usia tersebut,

perempuan dewasa awal berada di masa untuk bekerja, terlibat dalam

hubungan dengan masyarakat, serta individu beralih menjadi mandiri atau

tidak tergantung pada ekonomi, psikologis dan sosiologis pada

orangtuanya.

2. Perkembangan Fisik Perempuan Dewasa Awal

Ketika seorang wanita tumbuh menjadi dewasa, mereka telah belajar

untuk menerima perubahan-perubahan fisik dan cenderung mengetahui

pemanfaatannya (Hurlock, 2002). Menurut Sumanto (2014) perkembangan

atau perubahan fisik pada perempuan dewasa awal mengalami degradasi

sedikit demi sedikit. Pada masa ini juga motivasi untuk meraih sesuatu

sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang sehat, sehingga masa

dewasa awal lebih mengutamakan kekuatan fisik daripada kekuasaan rasio

(39)

dewasa awal ditandai dengan berat badan cenderung lebih mudah gemuk,

kulit kering, dan keriput (Santrock, 2002).

Perempuan dewasa awal menyadari perkembangan fisik yang terjadi

pada dirinya berpengaruh pada penampilannya meskipun penampilan tidak

sesuai dengan keinginannya (Hurlock, 2002). Mereka menyadari tidak

mampu menghilangkan kekurangan tersebut dan berusaha untuk

memperbaiki penampilannya (Hurlock, 2002). Perempuan dewasa awal

menyadari bahwa penampilan fisik yang menarik sangat membantu

statusnya dalam bidang bisnis maupun perkawinan (Hurlock, 2002).

D.Dinamika Hubungan antara Konsep Diri dan Citra Tubuh pada Perempuan Dewasa Awal

Sesuai perkembangan perempuan dewasa awal khususnya yang berkaitan

dengan penampilan fisik, perempuan dewasa awal menyadari

kekurangan-kekurangan yang terjadi pada perubahan fisik. Sehingga banyak diantara

perempuan dewasa awal memiliki kecenderungan memandang diri dan tubuh

mereka negatif (Berk, 2012). Menurut Hurlock (2002) dalam interaksi

sosialnya penampilan fisik yang menarik merupakan potensi yang

menguntungkan dan bermanfaat untuk memperoleh berbagai hasil

menyenangkan bagi pemiliknya. Selain itu, bagi perempuan dewasa awal

penampilan memegang peran penting dalam dunia usaha, pergaulan sosial,

(40)

Perubahan yang terjadi dan pentingnya peranan fisik pada perempuan

dewasa awal membuat mereka melakukan evaluasi dan memandang dirinya

menjadi sebuah masalah yang besar dan membentuk konsep diri pada diri

mereka ( Kany, 2015).

Menurut Koentjoro dan Esti (2000) konsep diri adalah sebuah struktur

mental yang merupakan suatu totalitas dari persepsi realistik, pengharapan, dan

penilaian terhadap fisik, kemampuan kognitif, emosi, moral etika, keluarga,

sosial, seksualitas, dan dirinya secara keseluruhan.

Konsep diri yang terbentuk dalam perempuan dewasa awal menurut

Calhoun dan Acocella (1995) adalah konsep diri positif dan konsep diri yang

negatif. Konsep diri positif yakni individu cukup mampu menampung seluruh

pengalaman mental tentang dirinya dengan baik. Perempuan dewasa awal yang

memiliki memiliki konsep diri positif mampu menerima pendapat atau fakta-

fakta tentang dirinya sehingga mampu menerima segala kelebihan dan

kekurangan yang dimiliki. Sebaliknya, konsep diri negatif yakni perempuan

dewasa awal yang tidak memiliki pengetahuan dan pandangan yang banyak

tentang dirinya, menilai diri negatif, dan merasa cemas ketika menghadapi

informasi yang buruk mengenai dirinya.

Dapat munculnya konsep diri positif, konsep diri negatif serta perubahan

dan peranan fisik pada perempuan dewasa awal nantinya dapat berdampak

pada kepuasaan dan ketidak puasaan terhadap tubuh yang dimiliki. Perempuan

dewasa awal yang memiliki pengharapan yang negatif (konsep diri negatif) dan

(41)

akanmemandang dirinya lemah atau memiliki citra tubuh yang negatif (Rubin

& Steinberg , 2011). Akan tetapi, jika seorang perempuan mempunyai

pengetahuan mengenai dirinya dan karakter konsep diri yang lebih baik dalam

mempersepsi gambaran mental individu mengenai tubuhnya (konsep diri

positif), maka ia memiliki kepuasan citra tubuh (body-image satisfaction)

(42)

E.Kerangka Penelitian

Skema 1. Hubungan antara Konsep Diri dengan Citra Tubuh Pada Perempuan Dewasa Awal

Karakter Perempuan Dewasa Awal :

 Berusia 18-40 tahun

 Terjadi perubahan pada fisik dan

psikologisnya

 Perhatian terhadap penampilan,

pakaian, tata rias, dan lambang kedewasaan

Konsep Diri positif :

1. Pengetahuan : mengetahui kelebihan

dan kekurangan yang dimiliki serta mengetahui peran dalam lingkungan.

2. Harapan : yakin akan kemampuan dan

memiliki tujuan untuk menjadi lebih baik.

3. Penilaian : mengevaluasi, memandang

diri secara baik, dan memandang setiap situasi berpengaruh baik.

Konsep Diri negatif:

1. Pengetahuan :Tidak mengetahui

kelebihan dan kelebihan yang dimiliki serta tidak mengetahui peran dalam lingkungan.

2. Harapan : pesimis dalam memandang

masa depan dan memiliki tujuan untuk menjadi lebih baik.

3. Penilaian: mengevaluasi dan

memandang diri secara kurang baik serta memandang buruk segala situasi.

Citra Tubuh positif :

1. Persepsi : menginterpretasikan secara

positif bentuk tubuh,penampilan, dan positif membandingkan diri dan orang lain.

2. Perasaan : perasaan positif yang muncul

pada penampilan seperti bersyukur, optimis, dll.

3. Penilaian :mengevaluasi penampilan

secara positif, dan membandingkan diri secara positif dengan orang lain.

Citra Tubuh negatif :

1. Persepsi : menginterpretasikan secara

negatif bentuk tubuh,penampilan, dan negatif membandingkan diri dan orang lain.

2. Perasaan : perasaan negatif yang

muncul pada penampilan seperti kurang percaya diri, pesimis, kecewa,marah,dll.

3. Penilaian : mengevaluasi penampilan

(43)

F. Hipotesis

Ada hubungan positif antara citra tubuh (body image) dengan konsep diri

yang dimiliki oleh perempuan dewasa awal. Semakinpositif konsep diri yang

dimiliki perempuan dewasa awal maka citra tubuh yang dimiliki semakin

positif dan sebaliknya semakin negatif konsep diri yang dimiliki maka citra

(44)

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan

metode penelitian korelasional. Menurut Suryabrata (1998) penelitian yang

bersifat korelasional ini berupaya mencari ada tidaknya hubungan antara dua

variabel.Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat apakah terdapat korelasi

antara citra tubuh (citra tubuh) dan konsep diri pada perempuan dewasa awal.

B.Identifikasi Variabel

1. Variabel Terikat : Citra Tubuh

2. Variabel Bebas : Konsep Diri

C. Definisi Operasional 1. Citra Tubuh

Citra tubuh adalah pandangan individu yang mencakup perasaan dan

sikap-sikap yang muncul terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan

fisiknya secara menyeluruh. Gambaran tentang pandangan terkait tubuh

dan penampilan yang dimiliki ini dapat mempengaruhi perubahan tingkat

laku individu tersebut. Dalam penelitian ini citra tubuh diukur

(45)

2. Konsep Diri

Konsep diri merupakan keyakinan dan persepsi seorang individu

tentang dirinya melalui penilaian, harapan, dan pengetahuan tentang diri.

Konsep diri membuat individu mampu mengevaluasi kelemahan dan

kelebihan dirinya, serta mengarahkan individu dalam bertindak dan

membentuk kepribadiannya. Dalam penelitian ini konsep diridiukur

menggunakan skala konsep diri.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang-orang yang menjadi sumber data dari

penelitian, memiliki karakteristik yang sesuai variabel penelitian dan pada

dasarnya dikenai kesimpulan hasil penelitian (Azwar, 2015).

Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik conveniencesampling,

yakni peneliti memiliki kriteria-kriteria tertentu untuk menentukan sampel dari

populasi (Creswell, 2010).Peneliti memilih subjekpenelitian mahasiswi

Sekolah TinggiAmbarukmo Palace Tourism Academy Yogyakarta dikarenakansubjek penelitian mahasiswi Sekolah TinggiAmbarukmo Palace

Tourism Academy Yogyakarta tersebutdituntut profesional pada sikap dan

berpenampilan menarik baik di lingkungan kampus maupun di tempat praktik

kerja lapangan (Wikipedia, 2000).

E. Metode Pengumpulan Data

Peneliti membuat skala variabel citra tubuh dan skala konsep diri

menggunakan skala likert. Skala likert merupakan skala yang digunakan untuk

(46)

tertentu (Siregar, 2013). Peneliti meminta subjek untuk memilih salah satu

jawaban dari empat alternatif pilihan jawaban. Peneliti menggunakan alternatif

pilihan jawaban dengan tujuan untuk mengungkapkan gambaran kondisi

subjek yang sebenarnya, apakah sesuai atau tidak dengan fenomena yang

ingindiukur. Apabila semakin sesuai, maka semakin mengungkapkan

fenomena tersebut memang terjadi pada masing-masing subjek.

Skala citra tubuhdan konsep diriterdiri dari pernyataan favorable dan

unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang mendukung objek

sikapnya, sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang tidak

mendukung objek sikapnya (Supraktiknya, 1998). Dalam menjawab

pernyataan-pernyataan tersebut, subjek diberi 4 kategori respon yaitu Sangat

Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

Penggunaan 4 kategori respon tanpa adanya kategori respon “netral”

digunakan dengan pertimbangan menurut Shaw dan Wright (dalam Widhiarso,

2010) bahwa subjek penelitian tidak memiliki sikap atau pendapat. Hal ini

juga sejalan dengan pendapat dari Kulas dan Stachowski (dalam Widhiarso,

2010) yang menjelaskan bahwa ada faktor lain seperti ragu-ragu dalam

memberikan respon. Pada pernyataan favorable jawaban Sangat Sesuai (SS)

akan mendapat skor 4, jawaban Sesuai (S) akan mendapat skor 3, jawaban

Tidak Sesuai (TS) mendapat skor 2, dan jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS)

(47)

Tabel 1

Skor Favorable dan Unfavorable Skala Citra tubuhdan Konsep Diri Respon

Skor

Favorable Unfavorable

Sangat Sesuai 4 1

Sesuai 3 2

Tidak Sesuai 2 3

Sangat Tidak Sesuai 1 4

Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek dalam skala citra tubuh

menunjukan bahwa subjek memiliki citra tubuh yang cenderung positif sebaliknya

semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan bahwa subjek memiliki citra

tubuhyang cenderung negatif. Selain itu, jika subjek memperoleh skor yang

semakin tinggi, hal ini menunjukkan bahwa subjek memiliki konsep diri yang

cenderung positif sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka subjek

memiliki konsep diri yang cenderung negatif.

1. Skala Citra tubuh

Alat pengambilan data yang digunakan untuk mengukur citra tubuh

adalah skala dalam bentuk skala likert. Peneliti menentukan jumlah aitem

favorable dan unfavorable sama pada tiap aspek variabelcitra tubuh. Hal

ini sesuai dengan Suryabrata (1998) yang mengatakan bahwa penentuan

bobot masing-masing untuk jumlah aitem bukanlah hal yang mudah,

sehingga untuk memperoleh bobot yang berbeda-beda perlu membuat

banyaknya soal yang sama atau sebanding dengan bobotnya. Penyusunan

skala citra tubuh dilakukan berdasarkan aspek-aspek yaitu aspek persepsi,

(48)

Menurut Grogan (2008) aspek- aspek citra tubuh yakni :

a. Aspek persepsi yakni seorang individu mengorganisasikan dan

menginterpretasikan kondisi fisiknya melalui proses

membandingkan ukuran tubuhnya dengan tingkat pemahaman

terkait dirinya sendiri dan kemudian ditandai dengan adanya

keinginan atau harapan untuk memiliki tubuh dan berpenampilan

lebih baik.

b. Aspek perasaan yaitu emosi atau perasaan terhadap tubuh yang

dimiliki oleh individu. Perasaan yang muncul dapat berupa

perasaan negatif ataupun positif dengan tubuh yang dimiliki.

c. Aspek penilaian yakni evaluasi terkait tubuh dapat berupa

pemikiran mengenai perbandingan diri fisik dengan diri orang lain

serta bagaimana persepsi seseorang dalam mengestimasi ukuran

(49)

Tabel 2

Sebaran Item dan Rancangan Skala Citra tubuh Sebelum Uji Coba

2. Konsep Diri

Alat pengambilan data yang digunakan untuk mengukur citra tubuh

adalah skala dalam bentuk skala likert. Peneliti menentukan jumlah aitem

favorable dan unfavorable sama pada tiap aspek variabel konsep diri. Hal

ini sesuai dengan Suryabrata (1998) yang mengatakan bahwa penentuan

bobot masing-masing untuk jumlah aitem bukanlah hal yang mudah,

sehingga untuk memperoleh bobot yang berbeda-beda perlu membuat

banyaknya soal yang sama atau sebanding dengan bobotnya.

Penyusunan skala konsep diri dilakukan berdasarkan aspek-aspek

yaitu pengetahuan, harapan, dan penilaian.

No. Aspek

Nomor Aitem Jumlah

Item

Bobot Favorable Unfavorable

(50)

1. Pengetahuan

Individu memiliki pengetahuan tentang segala hal mengenai

dirinya. Pada aspek ini, informasi mengenai dirinya tersebut membuat

individumengenal dan mengetahui cara memperlakukan dirinya.

Pada aspek pengetahuan terdiri dari beberapa aspek didalamnya

yaitu :

a) Fisik

Pengetahuan individu terhadap fisik, kesehatan, dan keahlian

yang ada pada dirinya.

b) Diri Pribadi

Individu mengetahui bagaimana kepribadiannya terlepas dari

penilaian terhadap fisik dan hubungan dengan orang lain.

c) Moral

Individu memiliki pengetahuan tentang dirinya dalam konteks

nlai-nilai moral, agama, hubungan dengan Tuhan dan pandangan

terhadap diri yang baik dan buruk.

d) Keluarga

Pengetahuan individu terhadap peran dirinya dalam keluarga

dan sejauh mana hubungan antara individu dengan keluarga dalam

kehidupannya.

e) Sosial

Pengetahuan individu berkaitan dengan bagaimana interaksi

(51)

2. Harapan

Aspek yang kedua adalah harapan. Setelah individu memahami

dirinya maka individu menyadari bahwa dirinya memiliki pandangan

terhadap masa depan. Individu memiliki harapan terhadap masa

depannya dan tentu setiap individu memiliki harapan yang berbeda-

beda. Dalam aspek ini, individu juga memiliki pandangan diri ideal.

Harapan diri ideal di masa depan menjadi motivasi bagi individu

untuk menentukan perilakunya dalam mencapai harapannya.

3. Penilaian

Pada aspek ini individu berperan sebagai penilai dan

mengevaluasi dirinya sendiri. Individu menilai dan melakukan

evaluasi diri berkaitan dengan kesesuaian antara identitas serta

harapan diri idealnya. Hal ini berkaitan dengan harga diri individu

apakah individu tersebut menerima diri apa adanya sesuai dengan

(52)

Tabel 3

Sebaran Item dan Rancangan Skala Konsep Diri Sebelum Uji Coba

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas

Validitas yakni sejauh mana ketepatan alat ukur melakukan fungsi

pengukurannya dan juga sebagai penunjuk fungsi pengukuran suatu tes

(Periantalo, 2015). Validitas yang diukur dalam skala ini adalah validitas

isi. Validitas isi yaitu sejauh mana seperangkat item (soal) mengukur apa

yang hendak diukur (Periantalo, 2015) oleh skala citra tubuh dan skala

konsep diri, termasuk didalamnya validitas tampang yaitu pemeriksaan

aitem-aitem tes apakah telah mampu mengungkapkan atribut yang hendak

diukur (Azwar, 2003). Selain validitas isi dan validitas tampang terdapat

juga validitas logis yang menunjukkan sejauhmana isi tes merupakan

wakil dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur sebagaimana yang telah

ditetapkan dalam kawasan ukurnya (Azwar, 2003). Validitas alat

No. Aspek Nomor Aitem Jumlah Bobot

Favorable Unfavorable

(53)

penelitian ini diketahui dengan melakukan professional judgement oleh

dosen pembimbing skripsi.

2. Seleksi Aitem

Seleksi aitem penting dilakukan untuk menentukan aitem-aitem yang

dianggap layak dan baik digunakan dalam sebuah penelitian. Hal yang

perlu diperhatikan dalam menyeleksi aitem adalah daya diskriminasi

aitem. Daya diskriminasi aitem ini membedakan respons yang diberikan

dari tiap individu. Dalam IBM SPSS 20daya diskriminasi aitem dilihat

pada kolom Corrected Item- Total Correlation atau koefisien korelasi

aitem-total(rix).

Daya diskriminasi aitem dirumuskan secara umum bahwarix =0 jika

seluruh subjek mencapai skor yang sama (tidak terjadi diskriminasi), dan

rix =1, jika terjadi distribusi skor yang bersifat rektanguler (terjadi

diskriminasi yang sempurna, yaitu perbedaan antara subjek yang mencapai

skor dibawah cutting score atau diatas. Dengan kata lain, makin rix

mendekati 1 makin baik daya diskriminasi tes (Supraktinya, 1998).

Menurut Azwar (2009) aitem yang baik dan digunakan apabila rix ≥ 0,3,

sedangkan aitem yang buruk rix≤ 0,3.Apabila item tersebut memiliki nilai

0,25 – 0,299 item tersebut dapat dipertimbangkan (Periantalo, 2015).

Peneliti mengadakan uji coba penelitian terlebih dahulu sebelum

melakukan penelitian. Dalam melakukan uji coba atau try out alat

(54)

Tinggi Pariwisata Ambarukmo Yogyakarta yang berjumlah 50 orang

subjek. Uji Coba dilaksanakan satu kali pada 19 Agustus 2016 pukul

10.00-14.00 WIB sebelum para mahasiswi memulai perkuliahan. Tempat

pelaksanaan penelitian menggunakan ruangan perkuliahan yang telah

disepakati peneliti dengan pihak Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo.

Sebelum melakukan pengambilan data pada subjek penelitian uji

coba, peneliti menginformasikan terlebih dahulu kepada Ketua Sekolah

Tinggi Pariwisata Ambarukmo Yogyakarta beberapa hari sebelumnya.

Kemudian, peneliti meminta bantuan kepada pihak kampus untuk

menentukan mahasiswi yang dijadikan sampel pada waktu dilaksanakan

uji coba. Pihak kampus menganjurkan mahasiswi semester 5 dengan

pertimbangan bahwa mahasiswi semester 5 sesuai dengan kriteria subjek

uji coba yang dibutuhkan oleh peneliti.

Subjek dalam uji coba berjumlah 50 orang. Seluruh subjek diberikan

1 eksemplar skala yang terdiri dari 2 jenis skala, yaitu skala citra tubuh

atau disebut skala I dan skala konsep diri disebut skala 2 yang dapat dilihat

pada lampiran. Berdasarkan 50 eksemplar skala yang di bagikan oleh

peneliti, uji coba dianggap memenuhi syarat karena semua item terjawab.

Berikut adalah hasil uji coba skala citra tubuh dan skala konsep diri yang

(55)

2.1. Skala Citra tubuh

Seleksi aitem dilakukan pada skala citra tubuh ini menggunakan

program IBM SPSS 20. Berdasarkan hasil uji coba yang telah

dilakukan, peneliti mendapatkan 50 aitem yang disajikan dengan

kualitas aitem yang baik dari 60 aitem total. Hasil perhitungan

menunjukkan koefisien korelasi total berkisar pada rix = -0,536 sampai

0,564. Setelah dilakukan seleksi aitem, koefisien korelasi aitem total

menjadi rix = 0,252 sampai 0,571. Berikut disajikan tabel 3 yang

merupakan distribusi aitem skala citra tubuh setelah melalui seleksi

aitem.

Tabel 4

Distribusi Aitem Skala Citra tubuh Setelah Uji Coba

Keterangan: aitem yang dicetak tebal merupakan aitem yang gugur.

No. Aspek Nomor Aitem Jumlah

Item Favorable Unfavorable

(56)

2.2. Skala Konsep Diri

Seleksi aitem yang dilakukan pada skala konsep dirimenggunakan

program IBM SPSS 20. Berdasarkan hasil uji coba yang telah

dilakukan, peneliti mendapatkan 48 aitem yang disajikan dengan

kualitas aitem yang baik dari 60 aitem total. Hasil perhitungan

menunjukkan koefisien korelasi total berkisar pada rix = -0,055 sampai

0,601. Setelah dilakukan seleksi aitem, koefisien korelasi aitem total

menjadi rix = 0,253 sampai 0,621. Berikut disajikan table 4 yang

merupakan distribusi aitem skala konsep diri setelah melalui seleksi

aitem.

Tabel 5

Distribusi Aitem Skala Konsep Diri Setelah Uji Coba

Keterangan: aitem yang dicetak tebal merupakan aitem yang gugur

No. Aspek Nomor Aitem Jumlah

Favorable Unfavorable

(57)

3. Uji Reliabilitasi

Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keakuratan hasil tes

(Periantalo, 2015). Menurut Azwar (2015) koefisien reliabilitas (rix)

berada pada kisaran angka 0 sampai 1,00 diartikan bahwa semakin

mendekati angka 1, 00 maka alat pengukuran tersebut semakin reliabel.

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan analisis pada

nilai koefisien AlphaCronbach. Alat ukur yang dianggap reliabel ketika

koefisien alpha Cronbach menunjukan angka >0,60 dan semakin baik

ketika koefisien alpha cronbachmendekati angka 1,00 (Supratiknya,

1998). Penghitungan reliabilitas menggunakan aplikasi IBM SPSS 20.

Koefisien alpha cronbach dari skala Citra tubuh setelah uji coba

adalah 0,899, kemudian menjadi 0,916 setelah dilakukan seleksi aitem.

Koefisien alpha cronbach skala Konsep Diri setelah diuji coba adalah

0,904, kemudian menjadi 0,914 setelah dilakukan seleksi aitem. Berikut

merupakan tabel Koefisien alpha cronbach dari skala Citra tubuh dan

skala Konsep Diri:

Tabel 6

Koefisien Alpha Cronbach Skala Citra tubuh dan Skala Konsep Diri

No. Skala Setelah

Uji Coba

Setelah Seleksi Aitem

1. Skala Citra tubuh 0,899 0,916

(58)

G.Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi

Penelitian ini melakukan uji asumsi bertujuan untuk mengetahui

terpenuhi atau tidaknya asumsi korelasional yang digunakan untuk uji

hipotesis. Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas sebaran data dan

linearitas hubungan antar variabel.

1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya

data dalam penelitian ini. Menurut Santoso (2010) uji normalitas ini perlu

dilakukan karena semua perhitungan statistik parametrik memiliki asumsi

normalitas sebaran. Jika hasil perhitungan menunjukkan nilai p lebih

kecil dari 0,05 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan data berbeda secara

signifikan, dengan kata lain data tidak normal sedangkan jika p lebih dari

0,05 (p > 0,05) maka data dikatakan normal (Santoso, 2010). Uji

normalitas dilakukan dengan menggunakan Kologrov-Smirnov Test dan

Shapiro Wilk melalui bantuan IBM SPSS 20.

1.2. Uji Linearitas

Uji linearitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat

apakah data hasil hubungan antar variable yang hendak dianalisis

(59)

mengikuti garis lurus, maka peningkatan atau penurunan satu variable

akan diikuti oleh variabel lain secara linear. Pengujian linearitas

dilakukan dengan Uji Linearitas menggunakan alat bantu program IBM

SPSS 20. Jika nilai sign atau p > 0,05 maka terdapat hubungan tidak

linear atau hubungan antara dua variabel lemah (Santoso, 2010).

2. Uji Hipotesis

Setelah uji asumsi semuanya terpenuhi, peneliti melanjutkan uji

hipotesis. Pengujian hipotesis menggunakan perhitungan dengan teknik

korelasi dengan bantuan perangkat IBM SPSS 20.Pada penelitian ini,

peneliti ingin melihat korelasi antara konsep diri dan citra tubuhpada

perempuan dewasa awal. Taraf signifikansi yang digunakan adalah p <

0,05. Apabila korelasi yang didapatkan memiliki nilai p < 0,05, maka

dapat dikatakan bahwa korelasi antar variabel signifikan (Santoso, 2010).

Sedangkan jika nilai p > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada

(60)

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal 22

Agustus 2016 dengan subjek penelitian mahasiswi dari Sekolah Tinggi

Ambarukmo Palace Tourism Academy Yogyakarta. Peneliti memberikan

kuisioner penelitian kepada mahasiswi yang sesuai dengan kriteria penelitian.

Sebelum memberikan kuisioner, peneliti menanyakan terlebih dahulu

mengenai identitas dan banyaknya mahasiswi agar sesuai dengan kriteria

subjek penelitian.

Mahasiswi yang menjadi subjek dalam penelitian ini berjumlah 100

orang. Seluruh subjek diberikan 1 eksemplar skala yang terdiri dari 2 jenis

skala, yaitu skala citra tubuhdisebut skala I dan skala konsep diri disebut

skala 2 yang dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan 100 eksemplar skala

yang dibagikan oleh peneliti pada subjek penelitian dianggap memenuhi

syarat karena semua item terjawab semua. Total kuisioner yang digunakan

dalam penelitian adalah sebanyak 100 eksemplar.

B.Deskripsi Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk melihat tingkatcitra

(61)

antara mean teoritik dan mean empirik dari variabel konsep diri dan citra

tubuh.

Tabel 7

Hasil Pengukuran Deskriptif Variabel

Variabel Teoritis Empiris SD

Tabel 7 menunjukkan tingkat Konsep Diri dan Citra tubuh pada

perempuan dewasa awal. Berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukkan

bahwa tingkat Konsep Diri pada perempuan dewasa awal cenderung positif.

Hal ini ditunjukkan dengan nilai mean empirik yang lebih tinggi dibandingkan

mean teoritiknya dengan taraf signifikansi 0,000. Kemudian perempuan

dewasa awal memiliki citra tubuh yang cenderung positif. Hal ini dapat dilihat

berdasarkan mean empirik yang lebih tinggi daripada mean teoritiknya dengan

taraf signifikasi 0,000.

Tabel 7 juga menunjukkan bahwa perempuan dewasa awal memiliki

Konsep Diri yang cenderung positif. Hal ini dibuktikan dengan nilai mean

empiriknya yaitu 152,39 yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai mean

teoritiknya yaitu 120. Hasil uji T juga menunjukkan bahwa mean teoritik dan

mean empirik dari variabel Konsep Diri memiliki taraf signifikansi yaitu p =

0,000 (p < 0,05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan.

(62)

Perempuan dewasa awal juga memiliki Citra tubuh yang cenderung

positif. Hal ini dibuktikan dengan nilai mean empiriknya yaitu 144,06 yang

lebih tinggi dibandingkan dengan nilai mean teoritiknya yaitu 125. Hasil uji T

juga menunjukkan bahwa mean teoritik dan mean empirik dari variabel Citra

tubuh memiliki taraf signifikansi yaitu p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan. Standar Deviasi Variabel Citra tubuh yaitu

sebesar 18,26.

C. Hasil Analisis Data 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Penelitian melakukan uji normalitas yang bertujuan untuk

mengetahui apakah data penelitian berasal dari populasi yang

sebarannya normal. Hal ini dapat dilihat melalui data dengan nilai p <

0,05 menunjukkan bahwa data tersebut memiliki perbedaan yang

signifikan dengan data yang normal. Sebaliknya apabila data yang

didapatkan memiliki nilai p > 0,05 menunjukkan bahwa data tersebut

tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan data yang normal.

Maka data semacam itu merupakan data dengan sebaran yang normal

(Santoso, 2010). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan

(63)

Tabel 8

Hasil Uji Normalitas

Variabel

Kolmogorov-Smirnov Signifikan Keterangan

Konsep Diri 0,069 0,200 Normal

Citra tubuh 0,082 0,095 Normal

Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa variabel Konsep Diri

memiliki taraf signifikansi sebesar 0,200 (p > 0,05). Hal ini berarti

bahwa sebaran data pada variabel Konsep Diri memiliki data yang

normal. Pada variabel Citra tubuh hasil menunjukkan bahwa variabel

ini memiliki taraf signifikansi sebesar 0,095 (p > 0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa sebaran data pada variabel tersebut memiliki data

yang normal.

b. Uji Linearitas

Penelitian ini melakukan uji normalitas bertujuan untuk

mengetahui hubungan antar kedua variabel yang hendak dianalisis

apakah mengikuti garis lurus atau tidak. Peningkatan atau penurunan

kuantitas pada suatu variabel diikuti oleh secara linear oleh

peningkatan dan penurunan kuantitas pada variabel lainnya (Santoso,

2010). Jika data memenuhi syarat yaitu p < 0,05 maka data tersebut

(64)

Berikut adalah hasil Uji Linearitas antara variabel Konsep Diri

dan variabel Citra tubuh.

Tabel 9

Hasil Uji Linearitas antara Variabel Konsep Diri dan Variabel Citra tubuh

Linearity 23,492 0,000

Deviation From Linearity

0,992 0,506

Berdasarkan hasil uji linearitas, diketahui bahwa variabel

Konsep Diri dan variabel Citra tubuh memiliki nilai F sebesar 23,492

dengan taraf signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang linear antara variabel Konsep diri dan

variabel Citra tubuh karena memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari

0,05.

2. Uji Hipotesis

Penelitian ini melakukan uji hipotesis yang bertujuan menguji

hipotesis yang telah dijabarkan sebelumnya, yaitu hubungan antara Citra

tubuh dan Konsep Diri. Distribusi data yang dihasilkan normal, maka

pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan korelasi

Product-Moment Pearson. Berikut merupakan kriteria keofisien korelasi menurut

(65)

Tabel 10

Kriteria Koefisien Korelasi Kriteria

Korelasi

Kategori

0 Tidak Ada Korelasi

0,00-0,25 Korelasi Sangat Lemah

0,025-0,5 Korelasi Cukup

0,5-0,75 Korelasi Kuat

0,75-0,99 Korelasi Sangat Kuat

1 Korelasi Sempurna

Hasil uji korelasi antara variabel Konsep Diri dan variabel Citra

tubuh dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini:

Tabel 11

Korelasi Variabel Konsep Diri dan Variabel Citra tubuh

Citra tubuh Konsep Diri Citra tubuh

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Tabel 10 merupakan hasil analisis data yang menunjukkan korelasi

r = 0,440 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05) yang diuji menggunakan

one-tailed test antara variabel Konsep Diri dan variabel Citra tubuh.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

(66)

Diri dan variabel Citra tubuh. Hal ini berarti bahwa perempuan dewasa

awal yang memiliki Konsep Diri yang cenderung positif maka Citra

tubuh yang dimiliki cenderung positif. Begitupun sebaliknya, jika

perempuan dewasa awal memiliki Konsep Diri yang cenderung negatif

maka Citra tubuh cenderung negatif. Hasil analisis ini membuktikan

bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima.

D. Pembahasan

Penelitian ini memiliki tujuan melihat hubungan antara variabel Konsep

Diri dan variabel Citra tubuh pada perempuan dewasa awal. Berdasarkan

hasil analisis korelasi koefisien r = 0,440 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05)

yang diuji menggunakan one-tailed test, maka hipotesis diterima. Hasil

analisis tersebut menunjukkan hubungan yang positif signifikan dengan

kategori cukup antara variabel Konsep Diri dan variabel Citra tubuh pada

perempuan dewasa awal. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan dewasa

awal yang memiliki Konsep Diri cenderung positif diikuti dengan Citra tubuh

yang cenderung positif. Sebaliknya, perempuan dewasa awal yang memiliki

Konsep Diri yang cenderung negatif diikuti dengan Citra tubuh yang

cenderung negatif.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Kany

(2015) yang menyimpulkan bahwa adanya hubungan signifikan antara Citra

tubuh dan Konsep Diri pada perempuan remaja yang melakukan kebugaran.

Gambar

Tabel 1 Skor Favorable dan Unfavorable Skala Citra tubuhdan Konsep Diri
Tabel 2
Tabel 3 Sebaran Item dan Rancangan Skala Konsep Diri Sebelum Uji Coba
Tabel 4 Distribusi Aitem Skala Citra tubuh Setelah Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan imaginary audience dengan citra tubuh, hubungan antara konsep diri dengan citra tubuh, dan

Hasilnya adalah para remaja akan lebih percaya diri ketika foto selfie-nya disukai banyak pengguna instagram lainnya, dan sebaliknya remaja akan merasa kurang percaya diri

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini tidak dapat diterima, yaitu tidak terdapat korelasi antara citra tubuh dan konsep diri

citra tubuh dengan objektifikasi diri pada wanita dewasa

Judul Skripsi : Objektifikasi Diri Ditinjau Dari Citra Tubuh Pada Wanita

15 Wanita cantik bukan dilihat dari bentuk tubuh 16 Bentuk tubuh yang ideal tidak harus seperti biola 17 Saya mulai cemas jika berat badan

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini tidak dapat diterima, yaitu tidak terdapat korelasi antara citra tubuh dan konsep diri

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini tidak dapat diterima, yaitu tidak terdapat korelasi antara citra tubuh dan konsep diri dengan