Dian Anggraeni Willianto
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Konsep Diri dan Citra Tubuh
pada perempuan dewasa awal. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswi Sekolah Tinggi
Ambarukmo Palace Tourism Academy Yogyakarta yang berusia 18-40 tahun dengan jumlah
subjek 100 orang. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara Konsep Diri dan Citra Tubuh. Data diambil menggunakan Skala Konsep Diri dan Skala Citra Tubuh menggunakan teknik Likert. Reliabilitas dari skala Konsep Diri adalah α= 0,914 dan Reliabilitas Skala Citra Tubuh adalah α= 0,916. Analisis data dengan menggunakan teknik korelasi Product-Moment Pearson menunjukkan: 1) Terdapat hubungan positif signifikan dengan kategori cukup
antara Konsep Diri dan Citra Tubuh (r = r = 0,440, p = 0,000).
Kata kunci: konsep diri, Citra Tubuh, perempuan dewasa awal.
ABSTRACT
The aimed of this research was to examine the correlation between Self Concept and Body Image of early adult women. The subjects were student college at Ambarukmo Place Tourism Academy Yogyakarta. They was 18 until 24 years old and the numbers was 100 persons. The hypothesis of this study was there was the correlation between Self concept and Body Image. This study used questioner of Self Concept and Body Image with the likert technically. Reliability
of questioner of Self Concept was α= 0,914 and reliability of questioner of Body Image was α= 0,916. Using correlation Pearson Product Moment showed that: 1) there was significant positive correlation between with the sufficient category between Self Concept and Body Image (r = r = 0,440, p = 0,000).
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN CITRA TUBUH PADA PEREMPUAN DEWASA AWAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
Dian Anggraeni Willianto
129114031
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO
Perjumpaanku dengan Tuhan bisa ku rasakan melalui
perjumpaanku dengan orang-orang yang ku temui.
¬Dian Anggraeni Willianto¬
Tidak ada satupun yang kebetulan di dunia ini.
¬Lidwina T.A.,FCJ.,MA.¬
Lakukanah apa yang kamu anggap menyenangkan
bagimu sebab suatu saat itu akan berguna bagi
hidupmu
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan untuk Tuhan Yesus yang
memampukanku, sebab tanpa Tuhan Yesus, saya
bukanlah apa-apa.
vii
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN CITRA TUBUH PADA PEREMPUAN DEWASA AWAL
Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma
Dian Anggraeni Willianto ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Konsep Diri dan Citra Tubuh pada perempuan dewasa awal. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswi Sekolah Tinggi Ambarukmo Palace Tourism Academy Yogyakarta yang berusia 18-40 tahun dengan jumlah subjek 100 orang. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara Konsep Diri dan Citra Tubuh. Data diambil menggunakan Skala Konsep Diri dan Skala Citra Tubuh menggunakan teknik Likert. Reliabilitas dari skala Konsep Diri adalah α= 0,914 dan Reliabilitas Skala Citra tubuh adalah α= 0,916. Analisis data dengan menggunakan teknik korelasi Product-Moment Pearson menunjukkan: 1) Terdapat hubungan positif signifikan dengan kategori cukup antara Konsep Diri dan Citra tubuh(r = r = 0,440, p = 0,000).
viii
THE CORRELATION BETWEEN SELF CONCEPT AND BODY IMAGE OF EARLY ADULT WOMEN
Dian Anggraeni Willianto
ABSTRACT
The aimed of this research was to examine the correlation between Self
Concept and Body image of early adult women. The subjects were student college at Ambarukmo Place Tourism Academy Yogyakarta. They was 18 until 24 years
old and the numbers was 100 persons. The hypothesis of this study was there was the correlation between Self concept and Body image. This study used questioner of Self Concept and Body image with the likert technically. Reliability of
questioner of Self Concept was α= 0,914 and reliability of questioner of Body
image was α= 0,916. Using correlation Pearson Product Moment showed that: 1)
there was significant positive correlation between with the sufficient category between Self Concept and Body image (r = r = 0,440, p = 0,000).
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih
karunia-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan menginspirasi para pembaca.
Penyusunan skripsi ini terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus yang telah menjadi kekuatan dan penyemangat penulisan skripsi
ini dari awal hingga akhir, juga yang telah memampukan dan setia
mendampingi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma yang turut memberikan motivasi selama
penulisan skripsi ini.
3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M. Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas dan
dosen pembimbing akademik saya di fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma
4. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang
selalu sabar membimbing dan memotivasi penulis menyusun skripsi dari
tahap ke tahap.
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah
berbagi ilmu, pengalaman, dan memberikan inspirasi untuk berkarya di dunia
psikologi.
xi
7. Papa Junior dan Mama Junior terima kasih sudah menjadi orangtua luar biasa. 8. Terimas kasih Koko- kokoku, Cici-ciciku, Meme-memeku, dan Keponakan.
9. Persekutuan wanita Timur Kak Risty, Kak Lidya, Kak Mira, Maria, Ratna,
Ipo, Yayang, Dita, terima kasih untuk kebersamaan sebagai keluarga
seperantauan jauh dari Timur , kalian tidak pernah terganti.
10.Para Incezz kak Intan, kak Riri, kak Uus, kak Happy, Cheng, Sari, Wina,
Rachel, Dore, kak Anisa, mba Laundry Cicy terima kasih.
11. My Junior Curtin Diospyros, terima kasih sudah mendampingi, memberi
motivasi dan sabar mendengar keluhan-keluhan.
12.Terima kasih buat Kak Ghea, Novia, dan Fani Fati, makasih untuk
semangatnya dan bantuan langsung yang sangat berpengaruh pada kemajuan
skripsiku. Gbu sister.
13.Terima kasih buat kakak-kakak luar biasa: kak Pudar, Mas YAC Dharmadi,
kak Saktya, kak Martha Fajar, kak Angel, kak Trio, kak Cia, kak Uchy, dan
kak Nia.
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, peneliti terbuka kepada setiap kritik dan saran
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .. ix
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR SKEMA ... xvi
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
1. Manfaat Teoritis ... 6
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Konsep Diri... 7
1. Pengertian Konsep Diri ... 9
2. Aspek- aspek Konsep Diri ... 8
3. Jenis-jenis Konsep Diri ... 10
4. Ciri- ciri Konsep Diri ... 11
5. Faktor- faktor dari Konsep Diri ... 11
6. Dampak Konsep Diri ... 12
B. Citra Tubuh ... 13
1. Pengertian Citra Tubuh ... 13
2. Aspek- aspek Citra Tubuh ... 14
3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh ... 15
C. Perempuan Dewasa Awal ... 17
1. Pengertian Perempuan Dewasa Awal ... 17
2. Perkembangan Fisik Perempuan Dewasa Awal ... 18
D. Dinamika Hubungan Antara Konsep Diri dan Citra tubuh Pada Perempuan Dewasa Awal ... 19
E. Kerangka Penelitian ... 22
F. HIPOTESIS ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24
A. Jenis Penelitian ... 24
B. Identifikasi Variabel ... 24
xiv
1. Citra Tubuh ... 24
2. Konsep Diri ... 25
D. Subjek Penelitian ... 25
E. Metode Pengumpulan Data ... 25
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 32
1. Validitas ... 32
2. Seleksi Aitem ... 33
2.1.Skala Citra Tubuh ... 35
2.2.Skala Konsep Diri ... 36
3. Uji Reliabilitas ... 37
G. Metode Analisis Data... 38
1. Uji Asumsi ... 38
1.1.Uji Normalitas ... 38
1.2.Uji Linearitas ... 38
2. Uji Hipotesis ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40
A. Pelaksanaan Penelitian ... 40
B. Deskripsi Data Penelitian ... 40
C. Hasil Analisis Data ... 42
1. Uji Asumsi ... 42
a. Uji Normalitas ... 42
b.Uji Linearitas ... 43
xv
D. Pembahasan ... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
A. Kesimpulan ... 50
B. Keterbatasan Penelitian ... 50
C. Saran ... 51
1. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 51
2. Bagi Subjek Penelitian ... 51
xvi
DAFTAR SKEMA
Skema 1 Hubungan antara Konsep Diri dengan Citra tubuh Pada Perempuan
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Skor Favorable dan Unfavorable skala Citra tubuh dan Konsep Diri... 27
Tabel 2 Sebaran Aitem dan Rancangan Skala Citra tubuh Sebelum Uji Coba… 29
Tabel 3 Sebaran Aitem dan Rancangan Skala Konsep Diri Sebelum Uji Coba .. 32
Tabel 4 Distribusi Aitem Skala Citra tubuh Setelah Uji Coba... 35
Tabel 5 Distribusi Aitem Skala Konsep Diri Setelah Uji Coba ... 36
Tabel 6 Koefisien Alpha Cronbach Skala Citra tubuh dan Skala Konsep Diri ... 37
Tabel 7 Hasil Pengukuran Deskriptif Variabel ... 41
Tabel 8 Hasil Uji Normalitas ... 43
Tabel 9 Hasil Uji Linearitas antara Variabel Konsep Diri dan Variabel Citra
Tubuh ... 44
Tabel 10 Kriteria Koefisien Korelasi ... 45
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skala Uji Coba ... 56
Lampiran 2 Hasil Reliabilitas dan Seleksi Aitem ... 74
Lampiran 3 Skala Final ... 83
Lampiran 4 Hasil Uji Beda Mean (Uji-t) ... 99
Lampiran 5 Hasil Uji Normalitas ... 101
Lampiran 6 Hasil Uji Linearitas ... 103
Lampiran 7 Hasil Uji Hipotesis... 105
Lampiran 8 Blueprint Rancangan Aitem Skala Citra Tubuh ... 107
Lampiran 9 Blueprint Rancangan Aitem Skala Konsep Diri ... 117
Lampiran 10 Gambar Kurva Uji Normalitas ... 131
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pada dasarnya manusia adalah makluk ciptaan Tuhan yang sempurna dan
sosok perempuan merupakan makluk ciptaan Tuhan yang dekat dengan
kecantikanpada penampilannya. Menurut Sukamto, & Dianovinina (2012),
penampilan fisik dianggap penting dan utama bagi seorang perempuan.
Pandangan pentingnya penampilan fisik menyebabkan banyak perempuan
yang tidak puas terhadap tubuh dan penampilannya ( Suprapto& Aditomo,
2007). Damanik, Etnawati dan Padmawati (2011) mengatakan bahwa
perempuan sering menyisihkan anggaran untuk perawatan wajah dan tubuh
dengan menggunakan kosmetik tradisional maupun kosmetik modern. Hasil
survei Nielsen Indonesia pada tahun 2013 (dalam Nitami, 2014) menjelaskan
bahwa konsumsi produk-produk kecantikan untuk perempuan di wilayah
perkotaan sepanjang tahun 2012 sebesar Rp 554 miliar, dan mengalami
kenaikan (9,38 %) pada tahun 2013 sebesar Rp 606 miliar. Terkait pandangan
penampilan fisik yang sempurna membuat perempuan menjadi lebih percaya
diri, menjadi lebih berani untuk berelasi dengan orang lain, dan terlibat dalam
berbagai lapangan pekerjaan (Hurlock, 2002).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada perempuan di Kaukasia, hasil
menunjukkan bahwa perempuan cenderung melaporkan citra tubuh
penampilan fisik mereka dibandingkan rekan seusia mereka yang terlambat
dewasa (Berk, 2012). Hal ini juga ditunjukkan dengan hasil survei di Amerika
tahun 1973, sebesar 25 % perempuan tidak puas terhadap keseluruhan
penampilannya dan mengalami kenaikan tahun 1997 dengan mencapai 56 %
(Robinson, dalamSuprapto dan Aditomo, 2007)
Penelitian oleh Money (2010) menemukan hasil bahwa tingginya kadar
ketidakpuasan bentuk tubuh dan mendorong perempuan di Irlandia untuk
melakukan diet, hasil penelitian menemukan80% perempuan menyatakan
bahwa penting bagi mereka untuk menjadi kurus dan 49% terlibat dalam
beberapa bentuk perilaku diet. Herawati (dalam Suprapto & Aditomo, 2007)
melakukan penelitian di Surabaya pada tahun 2003, menemukan hasil bahwa
sebanyak 40% perempuan dewasa awal berusia 18-25 tahun mengalami
bodydissatisfaction dalam kategori tinggi, dan 38% dalam kategori sedang.
Berdasarkan fenomena dan penelitian sebelumnya terkait kecenderungan
perempuan memandang tubuhnya negatif, menunjukkan bahwa gambaran diri
dianggap penting bagi perempuan dewasa awal. Gambaran diri atau citra tubuh
didefinisikan sebagai presepsi seseorang terkait pikiran dan perasaan tentang
tubuhnya (Grogan, 2008). Menurut Honigman dan Castle (dalam Bestiana,
2012), body image adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan
ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan
penilaian atas apa yang dipikirkan atau dirasakan terkait ukuran dan bentuk
Citra tubuh terdiri dari citra tubuh positif (body Satisfaction) dan citra
tubuh negatif (body dissatisfaction). Menurut Cash dan Szymanski (dalam
Grogan, 2008), body satisfaction adalah pandangan positif dan menerima
bentuk tubuh yang dimiliki, sedangkan bodydissatisfaction adalah pandangan
negatif tentang bentuk tubuh dan tidak puas dengan bentuk tubuh yang
dimiliki.
Perempuan yang memiliki citra tubuh negatif cenderung cemas, depresi,
kurang percaya diri, takut penolakan, dan putus asa (Brooks, Gunn, dan
Warren, dalam Berk, 2012). Sedangkan perempuan yang memiliki citra tubuh
yang positif dapatmembantu mereka mengurangi kecemasan depresi serta
memperpanjang hidup (Kany, 2015).
Menurut Thompson (dalam Ridha, 2012) faktor-faktor pembentuk citra
tubuh adalah pengaruh berat badan dan persepsi gemuk atau kurus, budaya,
siklus hidup, masa kehamilan, sosialisasi, peran gender, pengaruh distorsi citra
tubuh pada diri individu, dan konsep diri. Berdasarkan hal tersebut salah satu
yang mempengaruhi citra tubuh adalah konsep diri.
Konsep diri adalah kesan terhadap diri sendiri secara keseluruhan yang
mencakup pendapatnya terhadap diri sendiri, pendapat tentang gambaran diri
orang lain dan pendapatnya tentang hal-hal yang dicapai (Burns, dalam
Ghufron & Risnawita, 2010). Menurut Baldwin dan Holmes (dalam Pardede,
2008) terdapat beberapa faktor pembentuk konsep diri yakni relasi dengan
orang tua, relasi dengan kawan sebaya, penilaian dari masyarakat, dan proses
Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2002) citra tubuh yang terbentuk
berdasarkanperubahan fisik dan psikologis, menyebabkan berkurangnya
kemampuan reproduktif terjadi pada masa dewasa awal dengan rentan usia 18-
40 tahun. Sumanto (2004) mengatakan bahwa perempuan pada masa dewasa
awal yang mengalami perkembangan dan perubahan fisik menyebabkan
terjadinya penurunan fungsi tubuh sedikit demi sedikit. Perempuan dewasa
awal yang mengalami penurunan fungsi tubuh memiliki badan yang cenderung
lebih mudah gemuk, kulit kering, dan keriput (Santrock, 2002).
Peneliti melakukan wawancara pada beberapa perempuan dewasa awal di
Yogyakarta. Hasil wawancara menunjukkan bahwa perempuan dewasa awal
memiliki kecenderungan memandang negatif tubuh yang mereka miliki.
Subjek berusia 21 tahun mengakui bahwa dirinya merasa kurang percaya diri
dengan bentuk wajahnya. Selain itu, peneliti juga mewawancarai seorang
mahasiswi Universitas Swasta yang merasa tidak percaya diri dengan bentuk
hidungnya.
Peneliti melakukan wawancara pada seorang subjek perempuan dewasa
awal berusia 23 tahun. Hasil wawancara menunjukkan bahwa subjek memiliki
citra tubuh yang positif. Subjek mengaku dirinya sangat mengetahui kelebihan
dan kekurangan pada dirinya terutama bagian-bagian tubuh, sehingga subjek
bersyukur untuk bagian–bagian tubuh tersebut. Subjek merasa dirinya memiliki
banyak kelebihan pada beberapa bagian tubuhnya.Kelebihan tersebut menutupi
karena ia merasa kebanyakan orang memiliki kekurangan-kekurangan terkait
fisik.
Adanya pandangan positif dan negatif terkait citra tubuh pada perempuan
dewasa awal juga dirasakan oleh mahasiswi sekolah tinggi pariwisata. Hal ini
dapat terlihat dari tuntutanprofesional pada sikap dan berpenampilan menarik
baik di lingkungan kampus maupun di tempat praktek kerja lapangan
(Wikipedia, 2000). Sehingga peneliti memilih mahasiswi sekolah tinggi
pariwisata yang merupakan perempuan dewasa awal dengan rentang usia
berkisar antara 18-40 tahun sebagai subjek dalam penelitian.Peneliti ingin
melihat hubungan konsep diri dan citra tubuh.
Penelitian sebelumnyamengenai konsep diri dan citra tubuholeh Asci,
Gukmen, dan Asci (1997) menemukanadanya hubungan yang signifikan antara
konsep diri dan citra tubuh pada atlet remaja laki-laki dan remaja perempuan.
Penelitian tersebut sesuai dengan penelitian dari Kany (2015) di Indonesia
yangmenyimpulkan bahwa adanya hubungan signifikan antara citra
tubuhdengan konsep diri pada perempuan remaja yang melakukan olahraga
kebugaran.
Kebanyakan penelitian mengenaicitra tubuh dan konsep lebih berfokus
pada perempuan remaja dan variabel konsep diri dijadikan variabel
terikat.Berdasarkan fakta, pendapat para ahli dan penelitian sebelumnya,
peneliti merasa penting meneliti mengenai citra tubuh dan konsep diri pada
B.Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara
Konsep Diri dan Citra Tubuh pada perempuan dewasa awal?
C.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan
citra tubuh pada perempuan dewasa awal.
D.Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretis
Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan kajian teori dalam
bidang psikologi perkembangan dan Psikologi khususnya dalam
permasalahan yang berkaitan dengan perilaku perempuan dewasa awal
mengenai citra tubuh dan konsep diri. Hasil penelitian ini juga diharapkan
menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman dan pembelajaran
bagi perempuan dewasa awal untuk menyadari pentingnya memiliki citra
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri
Menurut Koentjoro dan Esti (2000) konsep diri adalah sebuah struktur
mental yang merupakan suatu totalitas dari persepsi realistik, pengharapan,
dan penilaian seseorang terhadap fisik, kemampuan kognitif, emosi, moral
etika, keluarga, sosial, seksualitas, dan dirinya secara keseluruhan. Sejalan
pula dengan pendapat Calhoun dan Acocella (1995) yang mengatakan
bahwa konsep diri adalah gambaran mental tentang diri melalui
pengetahuan mengenai diri, pengharapan terhadap diri dan penilaian
terhadap diri individu.
Centi (1993) menyatakan bahwa konsep diri adalah pandangan yang
berasal dari dalam diri seseorang. Menurut Berzonsky (1981) konsep diri
adalah gambaran mengenai diri seseorang, baik persepsi terhadap diri
nyatanya maupun penilaian berdasarkan harapannya yang merupakan
gabungan dari aspek-aspek fisik, psikis, sosial, dan moral.
Menurut Rogers konsep diri merupakan sikap dan keyakinan individu
terhadap kelemahan dan kelebihan yang dimiliki oleh individu tersebut
(Elkins, 1979). Konsep diri adalah cara bagaimana individu menilai diri
dirasakan, diyakini dan dilakukan, baik ditinjau dari segi fisik, moral,
keluarga, personal dan social (Partosuwido, Nuryoto,& Irfan, 1985).
Kesimpulan dari beberapa pengertian tersebut yakni konsep diri
merupakan keyakinan dan persepsi seorang individu tentang dirinya melalui
penilaian, harapan, dan pengetahuan tentang diri dari segi fisik, sosial, dan
psikologisnya. Konsep diri membuat individu mengevaluasi kelemahan dan
kelebihan dirinya. Selain itu, konsep diri mengarahkan individu dalam
bertindak dan pembentukan kepribadiannya.
2. Aspek- aspek Konsep Diri
Menurut Calhoun dan Acocella (1995), konsep diri memiliki 3 aspek yaitu:
1) Pengetahuan
Individu memiliki pengetahuan tentang segala hal mengenai
dirinya. Pada aspek ini, informasi mengenai dirinya tersebut membuat
individumengenal dan mengetahui cara memperlakukan dirinya.
Pada aspek pengetahuan terdiri dari beberapa aspek didalamnya
yaitu :
a. Fisik
Pengetahuan individu terhadap fisik, kesehatan, dan keahlian
yang ada pada dirinya.
b. Diri Pribadi
Individu mengetahui bagaimana kepribadiannya terlepas dari
c. Moral
Individu memiliki pengetahuan tentang dirinya dalam konteks
nlai-nilai moral, agama, hubungan dengan Tuhan dan pandangan
terhadap diri yang baik dan buruk.
d. Keluarga
Pengetahuan individu terhadap peran dirinya dalam keluarga
dan sejauh mana hubungan antara individu dengan keluarga
dalam kehidupannya.
e. Sosial
Pengetahuan individu berkaitan dengan bagaimana interaksi
individu terhadap orang lain dalam lingkup yang lebih luas.
2) Harapan
Aspek yang kedua adalah harapan. Setelah individu memahami
dirinya maka individu menyadari bahwa dirinya memiliki pandangan
terhadap masa depan. Individu memiliki harapan terhadap masa
depannya dan tentu setiap individu memiliki harapan yang berbeda-
beda. Dalam aspek ini, individu juga memiliki pandangan diri ideal.
Harapan diri ideal di masa depan menjadi motivasi bagi individu untuk
menentukan perilakunya dalam mencapai harapannya.
3) Penilaian
Pada aspek ini individu berperan sebagai penilai dan mengevaluasi
dirinya sendiri. Individu menilai dan melakukan evaluasi diri berkaitan
berkaitan dengan harga diri individu apakah individu tersebut menerima
diri apa adanya sesuai dengan gambaran diri.
3. Jenis- jenis Konsep Diri
Menurut Calhoun dan Acocella (1995) terdapat dua jenis konsep diri
pada seorang individu yakni:
a. Konsep diri positif
Konsep diri positif memiliki sifat stabil dan bervariasi. Konsep diri
positif cukup luas dalam menampung seluruh pengalaman mental
individu tentang dirinya yang menjadi positif. Selain itu, individu mampu
menerima pendapat atau fakta-fakta tentang dirinya sendiri, sehingga ia
mampu menerima dirinya sendiri dan orang lain dengan segala kelebihan
dan kekurangannya.
b. Konsep diri negatif
Konsep diri negatif bisa terlalu kaku atau stabil. Individu yang
memiliki konsep diri negatif tidak memiliki pengetahuan dan pandangan
yang banyak mengenai dirinya sendiri, sehingga ia tidak memiliki
perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Hal ini menyebabkan rasa cemas
yang selalu mengancam dirinya. Selain itu, mereka selalu menilai dirinya
negatif dan merasa keadaan dirinya tidak cukup baik. Mereka merasa
tidak berharga dibandingkan orang lain.Mereka merasa cemas ketika
menghadapi informasi mengenai dirinya yang buruk, serta menganggap
4. Ciri- ciri Konsep Diri
Ciri-ciri konsep diri positif dan konsep diri negatif menurut Willian D
Brook dan Philip Emnert ( dalam Rakhmat, 2004) sebagai berikut:
a. Individu dengan konsep diri positif memiliki ciri-ciri, seperti yakin pada
kemampuannya, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa
rasa malu, serta menyadari bahwa setiap orang mempunyai keinginan,
perasaan, dan perilaku yang tidak seutuhnya diterima oleh kebanyakan
orang.
b. Individu dengan konsep diri negatif memiliki ciri-ciri peka pada kritik,
seperti rendah diri dan mempertahankan logika berpikir yang keliru,
krisis berlebihan yang terlihat dengan selalu mengeluh dan mencela
orang lain. Individu dengan konsep diri negatif juga cenderung merasa
tidak disenangi oleh orang lain, serta menganggap orang disekitarnya
tidak memperhatikan dirinya.
5. Faktor-faktor dari Konsep Diri
Berzonsky (1981) menyebutkan bahwa konsep diri mencakup
pandangan diri terhadap empat faktor, yaitu:
a. Diri fisik (physical self), meliputi seluruh kepemilikan individu yang
terwujud dalam benda-benda nyata seperti tubuh, pakaian, benda
material, dan sebagainya.
b. Diri sosial (social self), meliputi peran-peran sosial yang dimainkan oleh
c. Diri moral (moral self), meliputi semua nilai dan prinsip yang dipegang
individu dalam kehidupan.
d. Diri psikis (psycholo-gical self), meliputi pemikiran, perasaan, dan sikap
individu terhadap diri sendiri (proses ego).
6. Dampak Konsep Diri
Stuart dan Sundeen (1991) merumuskan beberapa dampak dari
konsep diri, antara lain :
a. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana individu
berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, dan penilaian personal
tertentu. Sehingga dari adanya pengetahuan, sikap dan keyakinan tentang
diri (konsep diri) berdampak pada individu dalam mewujudkan diri
idealnya.
b. Gambaran Diri (Citra tubuh)
Ketika seorang individu memiliki pengetahuan, sikap, penilaian, dan
harapan tentang diri, hal ini kemudian memunculkan sikap terhadap
tubuhnya baik secara sadar maupun tidak sadar baik positif maupun
negatif.
c. Harga Diri
Seorang individu yang memilki pemahaman terkait sikap, harapan
dan penilaian tentang dirinya dengan positif maka akan memunculkan
harga diri atau penilaian tentang diri yang tinggi. Semakin positif konsep
kelebihan yang ada pada dirinya cenderung memiliki harga diri yang
tinggi.
B. Citra Tubuh
1.Pengertian Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan konsep yang mencakup persepsi tentang diri dan
sikap-sikap terhadap penampilan fisik individu (Cash, 2004). Citra tubuh
adalah konsepsi dan sikap terhadap penampilan fisik seseorang (Berk, 2012).
Thompson dan Altabe (1990) mengatakan bahwa citra tubuh sebagai
penilaian mengenai fisiknya sendiri seperti ukuran tubuh, berat badan, dan
aspek tubuh lainnya yang berkaitan dengan penampilan.
Honigman dan Castle (dalam Januar & Puteri, 2007) mengatakan citra
tubuh adalah gambaranmental,persepsi, dan penilaian orang lain terhadap
dirinya. Sejalan pula dengan pendapat Arthur dan Emily (dalam Wiranatha
&Supriadi, 2015) yang menyebutkan citra tubuh adalah imajinasi subjektif
seseorang terhadap fisiknya. Hoyt (dalam Naimah, 2008) menyebutkan citra
tubuh adalah sikap individu terhadap ukuran, bentuk, dan estetika tubuhnya
berdasarkan evaluasi individual dan pengalaman afektif terkait atribut
fisiknya.
Kesimpulan dari beberapa pengertian tersebut yakni citra tubuh
merupakan gambaran mental, persepsi, dan penilaian terhadap bagian-bagian
tubuh, dan estetika tubuhnya berdasarkan evaluasi individual dan
pengalaman afektif terkait atribut fisiknya.
2.Aspek-aspek Citra tubuh
MenurutGrogan (2008) aspek- aspek citra tubuhyakni :
a. Aspek persepsi yakni seorang individu mengorganisasikan dan
menginterpretasikan kondisi fisiknya melalui proses membandingkan
ukuran tubuhnya dengan tingkat pemahaman terkait dirinya sendiri dan
kemudian ditandai dengan adanya keinginan atau harapan untuk
memiliki tubuh dan berpenampilan lebih baik.
b. Aspek perasaan yaitu emosi atau perasaan terhadap tubuh yang dimiliki
oleh individu. Perasaan yang muncul berupa perasaan negatif ataupun
positif dengan tubuh yang dimiliki.
c. Aspek penilaian yakni evaluasi terkait tubuh berupa pemikiran mengenai
perbandingan diri fisik dengan diri orang serta bagaimana persepsi
seseorang dalam mengestimasi ukuran tubuhnya seperti : “rambut saya
indah dan berkilau”.
Pengukuran terhadap ketiga aspek ini menghasilkan kepuasaan serta
ketidakpuasaan individu terkait tubuh dan penampilan fisik yang dimiliki.
Kepuasaan menunjukkan tingginya citra tubuh, sedangkan ketidakpuasan
3.Faktor- faktor yang mempengaruhi Citra Tubuh
Pandangan terhadap tubuh sangat dipengaruhi oleh perubahan
pertumbuhan fisik, tayangan dan tampilan media massa yang menampilkan
bentuk tubuh model ideal, sehingga individu cenderung membandingkan
bentuk tubuhnya dengan bentuk tubuh orang lain seusianya.
Dalam perkembangan individu terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan citra tubuh, antara lain:
a. Usia
Usia mempengaruhi citra tubuh terutama terkait munculnya
ketidakpuasan terhadap tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perempuan dengan rentan usia 17 sampai 25 tahun memiliki
ketidakpuasan terhadap citra tubuhnya dibandingkan dengan perempuan
usia 40 tahun sampai 60 tahun (Cash & Pruzinsky, 2002).
b. Konsep diri
Thompson (dalam Ridha, 2012) mengungkapkan bahwa salah satu
faktor pembentuk citra tubuh adalah konsep diri yang merupakan
gambaran individu terhadap dirinya, meliputi penilaian diri dan penilaian
sosial.
c. Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin menjadi faktor penting dalam perkembangan
citra tubuh seseorang. Franzoi dan Koehler (dalam Cash &
Pruzinsky,2002) menemukan bahwa perempuan memiliki citra tubuh
menjelaskan bahwa perempuanlebih mempermasalahkan citra tubuh bila
dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu, perempuan menyadari bahwa
penampilan fisik dianggap sangat penting, sehingga perempuan lebih
mempersoalkan kegemukan dibandingkan pria (Hurlock, 2002).
d. Media Massa
Media massa mempengaruhi citra tubuh seseorang terkait persepsi
perempuanyang merasa tubuhnya tidak ideal. Tiggemann (dalam Cash &
Pruzinsky,2002) menyatakan bahwa media memberikan gambaran ideal
mengenai fitur perempuan yang mempengaruhi gambaran tubuh
seseorang.Majalah perempuan terutama majalah fashion, film dan televisi
(termasuk tayangan khusus anak-anak) menyajikan gambar model-model
yang kurus sebagai figur yang ideal, sehingga menyebabkan banyak
perempuan merasa tidak puas dengan dirinya. Dari segi tingkah laku,
perempuan ingin memiliki tubuh yang kurus seperti para model di media,
mereka rela melakukan diet atau cara lain untuk mengurangi berat tubuh.
e. Hubungan Interpersonal
Rosen dan koleganya (dalam Cash & Purzinsky, 2002) menyatakan
bahwa feedback terhadap penampilan dalam hubungan interpersonal
mempengaruhi pandangan dan perasaan mengenai tubuh.Menurut Dunn
dan Gokee (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) penerimaanfeedback
mengenai penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan persepsi
f. Kepribadian
Cash (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) mengatakan bahwa
kepribadian individu juga mempengaruhi pembentukan terhadap citra
tubuh. Guiney dan Furlong (dalam Rice & Dolgin,2002) menyatakan
bahwa pada remaja perempuan, ketidakpuasan terhadap citra tubuh
berdampak pada harga diri yang lebih rendah daripada remaja perempuan
yang lain. Penelitian dari Siegel (dalam Rice & Dolgin, 2002)
menemukan bahwa citra tubuh yang negatif merupakan penyebab utama
remaja perempuan menjadi depresif.
C. Perempuan Dewasa Awal
1. Pengertian Perempuan Dewasa Awal
Perempuan dewasa awal merupakan individu perempuan dengan
kisaran usia 18 tahun sampai 40 tahun dan pada masa ini terjadi
perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya
kemampuan reproduktif (Hurlock, 2002).Masa dewasa awal merupakan
masa pencarian kematangan dan masa reproduktif yakni masa yang penuh
dengan masalah ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode
komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan
penyesuaian diri pada pola hidup yang baru (Sumanto, 2014).
Perempuan dewasa awal mengalami masa peralihan dari masa
remaja. Pada masa dewasa awal identitas diri yang telah dimiliki sejak
mengatakan berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur
pada masa dewasa awal karena dewasa awal adalah masa peralihan dari
ketergantungan ke kemandirian, baik dari segi ekonomi, kebebasan
menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih
realistis.
Berdasarkan pengertian diatas, disimpulkan bahwa perempuan
dewasa awal adalah individu pada rentang usia antara 18 hingga 40
tahunmengalami perubahan fisik dan psikologis pada dirinya, serta
berkurangnya kemampuan reproduktif. Pada rentang usia tersebut,
perempuan dewasa awal berada di masa untuk bekerja, terlibat dalam
hubungan dengan masyarakat, serta individu beralih menjadi mandiri atau
tidak tergantung pada ekonomi, psikologis dan sosiologis pada
orangtuanya.
2. Perkembangan Fisik Perempuan Dewasa Awal
Ketika seorang wanita tumbuh menjadi dewasa, mereka telah belajar
untuk menerima perubahan-perubahan fisik dan cenderung mengetahui
pemanfaatannya (Hurlock, 2002). Menurut Sumanto (2014) perkembangan
atau perubahan fisik pada perempuan dewasa awal mengalami degradasi
sedikit demi sedikit. Pada masa ini juga motivasi untuk meraih sesuatu
sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang sehat, sehingga masa
dewasa awal lebih mengutamakan kekuatan fisik daripada kekuasaan rasio
dewasa awal ditandai dengan berat badan cenderung lebih mudah gemuk,
kulit kering, dan keriput (Santrock, 2002).
Perempuan dewasa awal menyadari perkembangan fisik yang terjadi
pada dirinya berpengaruh pada penampilannya meskipun penampilan tidak
sesuai dengan keinginannya (Hurlock, 2002). Mereka menyadari tidak
mampu menghilangkan kekurangan tersebut dan berusaha untuk
memperbaiki penampilannya (Hurlock, 2002). Perempuan dewasa awal
menyadari bahwa penampilan fisik yang menarik sangat membantu
statusnya dalam bidang bisnis maupun perkawinan (Hurlock, 2002).
D.Dinamika Hubungan antara Konsep Diri dan Citra Tubuh pada Perempuan Dewasa Awal
Sesuai perkembangan perempuan dewasa awal khususnya yang berkaitan
dengan penampilan fisik, perempuan dewasa awal menyadari
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada perubahan fisik. Sehingga banyak diantara
perempuan dewasa awal memiliki kecenderungan memandang diri dan tubuh
mereka negatif (Berk, 2012). Menurut Hurlock (2002) dalam interaksi
sosialnya penampilan fisik yang menarik merupakan potensi yang
menguntungkan dan bermanfaat untuk memperoleh berbagai hasil
menyenangkan bagi pemiliknya. Selain itu, bagi perempuan dewasa awal
penampilan memegang peran penting dalam dunia usaha, pergaulan sosial,
Perubahan yang terjadi dan pentingnya peranan fisik pada perempuan
dewasa awal membuat mereka melakukan evaluasi dan memandang dirinya
menjadi sebuah masalah yang besar dan membentuk konsep diri pada diri
mereka ( Kany, 2015).
Menurut Koentjoro dan Esti (2000) konsep diri adalah sebuah struktur
mental yang merupakan suatu totalitas dari persepsi realistik, pengharapan, dan
penilaian terhadap fisik, kemampuan kognitif, emosi, moral etika, keluarga,
sosial, seksualitas, dan dirinya secara keseluruhan.
Konsep diri yang terbentuk dalam perempuan dewasa awal menurut
Calhoun dan Acocella (1995) adalah konsep diri positif dan konsep diri yang
negatif. Konsep diri positif yakni individu cukup mampu menampung seluruh
pengalaman mental tentang dirinya dengan baik. Perempuan dewasa awal yang
memiliki memiliki konsep diri positif mampu menerima pendapat atau fakta-
fakta tentang dirinya sehingga mampu menerima segala kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki. Sebaliknya, konsep diri negatif yakni perempuan
dewasa awal yang tidak memiliki pengetahuan dan pandangan yang banyak
tentang dirinya, menilai diri negatif, dan merasa cemas ketika menghadapi
informasi yang buruk mengenai dirinya.
Dapat munculnya konsep diri positif, konsep diri negatif serta perubahan
dan peranan fisik pada perempuan dewasa awal nantinya dapat berdampak
pada kepuasaan dan ketidak puasaan terhadap tubuh yang dimiliki. Perempuan
dewasa awal yang memiliki pengharapan yang negatif (konsep diri negatif) dan
akanmemandang dirinya lemah atau memiliki citra tubuh yang negatif (Rubin
& Steinberg , 2011). Akan tetapi, jika seorang perempuan mempunyai
pengetahuan mengenai dirinya dan karakter konsep diri yang lebih baik dalam
mempersepsi gambaran mental individu mengenai tubuhnya (konsep diri
positif), maka ia memiliki kepuasan citra tubuh (body-image satisfaction)
E.Kerangka Penelitian
Skema 1. Hubungan antara Konsep Diri dengan Citra Tubuh Pada Perempuan Dewasa Awal
Karakter Perempuan Dewasa Awal :
Berusia 18-40 tahun
Terjadi perubahan pada fisik dan
psikologisnya
Perhatian terhadap penampilan,
pakaian, tata rias, dan lambang kedewasaan
Konsep Diri positif :
1. Pengetahuan : mengetahui kelebihan
dan kekurangan yang dimiliki serta mengetahui peran dalam lingkungan.
2. Harapan : yakin akan kemampuan dan
memiliki tujuan untuk menjadi lebih baik.
3. Penilaian : mengevaluasi, memandang
diri secara baik, dan memandang setiap situasi berpengaruh baik.
Konsep Diri negatif:
1. Pengetahuan :Tidak mengetahui
kelebihan dan kelebihan yang dimiliki serta tidak mengetahui peran dalam lingkungan.
2. Harapan : pesimis dalam memandang
masa depan dan memiliki tujuan untuk menjadi lebih baik.
3. Penilaian: mengevaluasi dan
memandang diri secara kurang baik serta memandang buruk segala situasi.
Citra Tubuh positif :
1. Persepsi : menginterpretasikan secara
positif bentuk tubuh,penampilan, dan positif membandingkan diri dan orang lain.
2. Perasaan : perasaan positif yang muncul
pada penampilan seperti bersyukur, optimis, dll.
3. Penilaian :mengevaluasi penampilan
secara positif, dan membandingkan diri secara positif dengan orang lain.
Citra Tubuh negatif :
1. Persepsi : menginterpretasikan secara
negatif bentuk tubuh,penampilan, dan negatif membandingkan diri dan orang lain.
2. Perasaan : perasaan negatif yang
muncul pada penampilan seperti kurang percaya diri, pesimis, kecewa,marah,dll.
3. Penilaian : mengevaluasi penampilan
F. Hipotesis
Ada hubungan positif antara citra tubuh (body image) dengan konsep diri
yang dimiliki oleh perempuan dewasa awal. Semakinpositif konsep diri yang
dimiliki perempuan dewasa awal maka citra tubuh yang dimiliki semakin
positif dan sebaliknya semakin negatif konsep diri yang dimiliki maka citra
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan
metode penelitian korelasional. Menurut Suryabrata (1998) penelitian yang
bersifat korelasional ini berupaya mencari ada tidaknya hubungan antara dua
variabel.Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat apakah terdapat korelasi
antara citra tubuh (citra tubuh) dan konsep diri pada perempuan dewasa awal.
B.Identifikasi Variabel
1. Variabel Terikat : Citra Tubuh
2. Variabel Bebas : Konsep Diri
C. Definisi Operasional 1. Citra Tubuh
Citra tubuh adalah pandangan individu yang mencakup perasaan dan
sikap-sikap yang muncul terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan
fisiknya secara menyeluruh. Gambaran tentang pandangan terkait tubuh
dan penampilan yang dimiliki ini dapat mempengaruhi perubahan tingkat
laku individu tersebut. Dalam penelitian ini citra tubuh diukur
2. Konsep Diri
Konsep diri merupakan keyakinan dan persepsi seorang individu
tentang dirinya melalui penilaian, harapan, dan pengetahuan tentang diri.
Konsep diri membuat individu mampu mengevaluasi kelemahan dan
kelebihan dirinya, serta mengarahkan individu dalam bertindak dan
membentuk kepribadiannya. Dalam penelitian ini konsep diridiukur
menggunakan skala konsep diri.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang-orang yang menjadi sumber data dari
penelitian, memiliki karakteristik yang sesuai variabel penelitian dan pada
dasarnya dikenai kesimpulan hasil penelitian (Azwar, 2015).
Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik conveniencesampling,
yakni peneliti memiliki kriteria-kriteria tertentu untuk menentukan sampel dari
populasi (Creswell, 2010).Peneliti memilih subjekpenelitian mahasiswi
Sekolah TinggiAmbarukmo Palace Tourism Academy Yogyakarta dikarenakansubjek penelitian mahasiswi Sekolah TinggiAmbarukmo Palace
Tourism Academy Yogyakarta tersebutdituntut profesional pada sikap dan
berpenampilan menarik baik di lingkungan kampus maupun di tempat praktik
kerja lapangan (Wikipedia, 2000).
E. Metode Pengumpulan Data
Peneliti membuat skala variabel citra tubuh dan skala konsep diri
menggunakan skala likert. Skala likert merupakan skala yang digunakan untuk
tertentu (Siregar, 2013). Peneliti meminta subjek untuk memilih salah satu
jawaban dari empat alternatif pilihan jawaban. Peneliti menggunakan alternatif
pilihan jawaban dengan tujuan untuk mengungkapkan gambaran kondisi
subjek yang sebenarnya, apakah sesuai atau tidak dengan fenomena yang
ingindiukur. Apabila semakin sesuai, maka semakin mengungkapkan
fenomena tersebut memang terjadi pada masing-masing subjek.
Skala citra tubuhdan konsep diriterdiri dari pernyataan favorable dan
unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang mendukung objek
sikapnya, sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang tidak
mendukung objek sikapnya (Supraktiknya, 1998). Dalam menjawab
pernyataan-pernyataan tersebut, subjek diberi 4 kategori respon yaitu Sangat
Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
Penggunaan 4 kategori respon tanpa adanya kategori respon “netral”
digunakan dengan pertimbangan menurut Shaw dan Wright (dalam Widhiarso,
2010) bahwa subjek penelitian tidak memiliki sikap atau pendapat. Hal ini
juga sejalan dengan pendapat dari Kulas dan Stachowski (dalam Widhiarso,
2010) yang menjelaskan bahwa ada faktor lain seperti ragu-ragu dalam
memberikan respon. Pada pernyataan favorable jawaban Sangat Sesuai (SS)
akan mendapat skor 4, jawaban Sesuai (S) akan mendapat skor 3, jawaban
Tidak Sesuai (TS) mendapat skor 2, dan jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS)
Tabel 1
Skor Favorable dan Unfavorable Skala Citra tubuhdan Konsep Diri Respon
Skor
Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai 4 1
Sesuai 3 2
Tidak Sesuai 2 3
Sangat Tidak Sesuai 1 4
Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek dalam skala citra tubuh
menunjukan bahwa subjek memiliki citra tubuh yang cenderung positif sebaliknya
semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan bahwa subjek memiliki citra
tubuhyang cenderung negatif. Selain itu, jika subjek memperoleh skor yang
semakin tinggi, hal ini menunjukkan bahwa subjek memiliki konsep diri yang
cenderung positif sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka subjek
memiliki konsep diri yang cenderung negatif.
1. Skala Citra tubuh
Alat pengambilan data yang digunakan untuk mengukur citra tubuh
adalah skala dalam bentuk skala likert. Peneliti menentukan jumlah aitem
favorable dan unfavorable sama pada tiap aspek variabelcitra tubuh. Hal
ini sesuai dengan Suryabrata (1998) yang mengatakan bahwa penentuan
bobot masing-masing untuk jumlah aitem bukanlah hal yang mudah,
sehingga untuk memperoleh bobot yang berbeda-beda perlu membuat
banyaknya soal yang sama atau sebanding dengan bobotnya. Penyusunan
skala citra tubuh dilakukan berdasarkan aspek-aspek yaitu aspek persepsi,
Menurut Grogan (2008) aspek- aspek citra tubuh yakni :
a. Aspek persepsi yakni seorang individu mengorganisasikan dan
menginterpretasikan kondisi fisiknya melalui proses
membandingkan ukuran tubuhnya dengan tingkat pemahaman
terkait dirinya sendiri dan kemudian ditandai dengan adanya
keinginan atau harapan untuk memiliki tubuh dan berpenampilan
lebih baik.
b. Aspek perasaan yaitu emosi atau perasaan terhadap tubuh yang
dimiliki oleh individu. Perasaan yang muncul dapat berupa
perasaan negatif ataupun positif dengan tubuh yang dimiliki.
c. Aspek penilaian yakni evaluasi terkait tubuh dapat berupa
pemikiran mengenai perbandingan diri fisik dengan diri orang lain
serta bagaimana persepsi seseorang dalam mengestimasi ukuran
Tabel 2
Sebaran Item dan Rancangan Skala Citra tubuh Sebelum Uji Coba
2. Konsep Diri
Alat pengambilan data yang digunakan untuk mengukur citra tubuh
adalah skala dalam bentuk skala likert. Peneliti menentukan jumlah aitem
favorable dan unfavorable sama pada tiap aspek variabel konsep diri. Hal
ini sesuai dengan Suryabrata (1998) yang mengatakan bahwa penentuan
bobot masing-masing untuk jumlah aitem bukanlah hal yang mudah,
sehingga untuk memperoleh bobot yang berbeda-beda perlu membuat
banyaknya soal yang sama atau sebanding dengan bobotnya.
Penyusunan skala konsep diri dilakukan berdasarkan aspek-aspek
yaitu pengetahuan, harapan, dan penilaian.
No. Aspek
Nomor Aitem Jumlah
Item
Bobot Favorable Unfavorable
1. Pengetahuan
Individu memiliki pengetahuan tentang segala hal mengenai
dirinya. Pada aspek ini, informasi mengenai dirinya tersebut membuat
individumengenal dan mengetahui cara memperlakukan dirinya.
Pada aspek pengetahuan terdiri dari beberapa aspek didalamnya
yaitu :
a) Fisik
Pengetahuan individu terhadap fisik, kesehatan, dan keahlian
yang ada pada dirinya.
b) Diri Pribadi
Individu mengetahui bagaimana kepribadiannya terlepas dari
penilaian terhadap fisik dan hubungan dengan orang lain.
c) Moral
Individu memiliki pengetahuan tentang dirinya dalam konteks
nlai-nilai moral, agama, hubungan dengan Tuhan dan pandangan
terhadap diri yang baik dan buruk.
d) Keluarga
Pengetahuan individu terhadap peran dirinya dalam keluarga
dan sejauh mana hubungan antara individu dengan keluarga dalam
kehidupannya.
e) Sosial
Pengetahuan individu berkaitan dengan bagaimana interaksi
2. Harapan
Aspek yang kedua adalah harapan. Setelah individu memahami
dirinya maka individu menyadari bahwa dirinya memiliki pandangan
terhadap masa depan. Individu memiliki harapan terhadap masa
depannya dan tentu setiap individu memiliki harapan yang berbeda-
beda. Dalam aspek ini, individu juga memiliki pandangan diri ideal.
Harapan diri ideal di masa depan menjadi motivasi bagi individu
untuk menentukan perilakunya dalam mencapai harapannya.
3. Penilaian
Pada aspek ini individu berperan sebagai penilai dan
mengevaluasi dirinya sendiri. Individu menilai dan melakukan
evaluasi diri berkaitan dengan kesesuaian antara identitas serta
harapan diri idealnya. Hal ini berkaitan dengan harga diri individu
apakah individu tersebut menerima diri apa adanya sesuai dengan
Tabel 3
Sebaran Item dan Rancangan Skala Konsep Diri Sebelum Uji Coba
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas
Validitas yakni sejauh mana ketepatan alat ukur melakukan fungsi
pengukurannya dan juga sebagai penunjuk fungsi pengukuran suatu tes
(Periantalo, 2015). Validitas yang diukur dalam skala ini adalah validitas
isi. Validitas isi yaitu sejauh mana seperangkat item (soal) mengukur apa
yang hendak diukur (Periantalo, 2015) oleh skala citra tubuh dan skala
konsep diri, termasuk didalamnya validitas tampang yaitu pemeriksaan
aitem-aitem tes apakah telah mampu mengungkapkan atribut yang hendak
diukur (Azwar, 2003). Selain validitas isi dan validitas tampang terdapat
juga validitas logis yang menunjukkan sejauhmana isi tes merupakan
wakil dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam kawasan ukurnya (Azwar, 2003). Validitas alat
No. Aspek Nomor Aitem Jumlah Bobot
Favorable Unfavorable
penelitian ini diketahui dengan melakukan professional judgement oleh
dosen pembimbing skripsi.
2. Seleksi Aitem
Seleksi aitem penting dilakukan untuk menentukan aitem-aitem yang
dianggap layak dan baik digunakan dalam sebuah penelitian. Hal yang
perlu diperhatikan dalam menyeleksi aitem adalah daya diskriminasi
aitem. Daya diskriminasi aitem ini membedakan respons yang diberikan
dari tiap individu. Dalam IBM SPSS 20daya diskriminasi aitem dilihat
pada kolom Corrected Item- Total Correlation atau koefisien korelasi
aitem-total(rix).
Daya diskriminasi aitem dirumuskan secara umum bahwarix =0 jika
seluruh subjek mencapai skor yang sama (tidak terjadi diskriminasi), dan
rix =1, jika terjadi distribusi skor yang bersifat rektanguler (terjadi
diskriminasi yang sempurna, yaitu perbedaan antara subjek yang mencapai
skor dibawah cutting score atau diatas. Dengan kata lain, makin rix
mendekati 1 makin baik daya diskriminasi tes (Supraktinya, 1998).
Menurut Azwar (2009) aitem yang baik dan digunakan apabila rix ≥ 0,3,
sedangkan aitem yang buruk rix≤ 0,3.Apabila item tersebut memiliki nilai
0,25 – 0,299 item tersebut dapat dipertimbangkan (Periantalo, 2015).
Peneliti mengadakan uji coba penelitian terlebih dahulu sebelum
melakukan penelitian. Dalam melakukan uji coba atau try out alat
Tinggi Pariwisata Ambarukmo Yogyakarta yang berjumlah 50 orang
subjek. Uji Coba dilaksanakan satu kali pada 19 Agustus 2016 pukul
10.00-14.00 WIB sebelum para mahasiswi memulai perkuliahan. Tempat
pelaksanaan penelitian menggunakan ruangan perkuliahan yang telah
disepakati peneliti dengan pihak Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo.
Sebelum melakukan pengambilan data pada subjek penelitian uji
coba, peneliti menginformasikan terlebih dahulu kepada Ketua Sekolah
Tinggi Pariwisata Ambarukmo Yogyakarta beberapa hari sebelumnya.
Kemudian, peneliti meminta bantuan kepada pihak kampus untuk
menentukan mahasiswi yang dijadikan sampel pada waktu dilaksanakan
uji coba. Pihak kampus menganjurkan mahasiswi semester 5 dengan
pertimbangan bahwa mahasiswi semester 5 sesuai dengan kriteria subjek
uji coba yang dibutuhkan oleh peneliti.
Subjek dalam uji coba berjumlah 50 orang. Seluruh subjek diberikan
1 eksemplar skala yang terdiri dari 2 jenis skala, yaitu skala citra tubuh
atau disebut skala I dan skala konsep diri disebut skala 2 yang dapat dilihat
pada lampiran. Berdasarkan 50 eksemplar skala yang di bagikan oleh
peneliti, uji coba dianggap memenuhi syarat karena semua item terjawab.
Berikut adalah hasil uji coba skala citra tubuh dan skala konsep diri yang
2.1. Skala Citra tubuh
Seleksi aitem dilakukan pada skala citra tubuh ini menggunakan
program IBM SPSS 20. Berdasarkan hasil uji coba yang telah
dilakukan, peneliti mendapatkan 50 aitem yang disajikan dengan
kualitas aitem yang baik dari 60 aitem total. Hasil perhitungan
menunjukkan koefisien korelasi total berkisar pada rix = -0,536 sampai
0,564. Setelah dilakukan seleksi aitem, koefisien korelasi aitem total
menjadi rix = 0,252 sampai 0,571. Berikut disajikan tabel 3 yang
merupakan distribusi aitem skala citra tubuh setelah melalui seleksi
aitem.
Tabel 4
Distribusi Aitem Skala Citra tubuh Setelah Uji Coba
Keterangan: aitem yang dicetak tebal merupakan aitem yang gugur.
No. Aspek Nomor Aitem Jumlah
Item Favorable Unfavorable
2.2. Skala Konsep Diri
Seleksi aitem yang dilakukan pada skala konsep dirimenggunakan
program IBM SPSS 20. Berdasarkan hasil uji coba yang telah
dilakukan, peneliti mendapatkan 48 aitem yang disajikan dengan
kualitas aitem yang baik dari 60 aitem total. Hasil perhitungan
menunjukkan koefisien korelasi total berkisar pada rix = -0,055 sampai
0,601. Setelah dilakukan seleksi aitem, koefisien korelasi aitem total
menjadi rix = 0,253 sampai 0,621. Berikut disajikan table 4 yang
merupakan distribusi aitem skala konsep diri setelah melalui seleksi
aitem.
Tabel 5
Distribusi Aitem Skala Konsep Diri Setelah Uji Coba
Keterangan: aitem yang dicetak tebal merupakan aitem yang gugur
No. Aspek Nomor Aitem Jumlah
Favorable Unfavorable
3. Uji Reliabilitasi
Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keakuratan hasil tes
(Periantalo, 2015). Menurut Azwar (2015) koefisien reliabilitas (rix)
berada pada kisaran angka 0 sampai 1,00 diartikan bahwa semakin
mendekati angka 1, 00 maka alat pengukuran tersebut semakin reliabel.
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan analisis pada
nilai koefisien AlphaCronbach. Alat ukur yang dianggap reliabel ketika
koefisien alpha Cronbach menunjukan angka >0,60 dan semakin baik
ketika koefisien alpha cronbachmendekati angka 1,00 (Supratiknya,
1998). Penghitungan reliabilitas menggunakan aplikasi IBM SPSS 20.
Koefisien alpha cronbach dari skala Citra tubuh setelah uji coba
adalah 0,899, kemudian menjadi 0,916 setelah dilakukan seleksi aitem.
Koefisien alpha cronbach skala Konsep Diri setelah diuji coba adalah
0,904, kemudian menjadi 0,914 setelah dilakukan seleksi aitem. Berikut
merupakan tabel Koefisien alpha cronbach dari skala Citra tubuh dan
skala Konsep Diri:
Tabel 6
Koefisien Alpha Cronbach Skala Citra tubuh dan Skala Konsep Diri
No. Skala Setelah
Uji Coba
Setelah Seleksi Aitem
1. Skala Citra tubuh 0,899 0,916
G.Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi
Penelitian ini melakukan uji asumsi bertujuan untuk mengetahui
terpenuhi atau tidaknya asumsi korelasional yang digunakan untuk uji
hipotesis. Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas sebaran data dan
linearitas hubungan antar variabel.
1.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya
data dalam penelitian ini. Menurut Santoso (2010) uji normalitas ini perlu
dilakukan karena semua perhitungan statistik parametrik memiliki asumsi
normalitas sebaran. Jika hasil perhitungan menunjukkan nilai p lebih
kecil dari 0,05 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan data berbeda secara
signifikan, dengan kata lain data tidak normal sedangkan jika p lebih dari
0,05 (p > 0,05) maka data dikatakan normal (Santoso, 2010). Uji
normalitas dilakukan dengan menggunakan Kologrov-Smirnov Test dan
Shapiro Wilk melalui bantuan IBM SPSS 20.
1.2. Uji Linearitas
Uji linearitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat
apakah data hasil hubungan antar variable yang hendak dianalisis
mengikuti garis lurus, maka peningkatan atau penurunan satu variable
akan diikuti oleh variabel lain secara linear. Pengujian linearitas
dilakukan dengan Uji Linearitas menggunakan alat bantu program IBM
SPSS 20. Jika nilai sign atau p > 0,05 maka terdapat hubungan tidak
linear atau hubungan antara dua variabel lemah (Santoso, 2010).
2. Uji Hipotesis
Setelah uji asumsi semuanya terpenuhi, peneliti melanjutkan uji
hipotesis. Pengujian hipotesis menggunakan perhitungan dengan teknik
korelasi dengan bantuan perangkat IBM SPSS 20.Pada penelitian ini,
peneliti ingin melihat korelasi antara konsep diri dan citra tubuhpada
perempuan dewasa awal. Taraf signifikansi yang digunakan adalah p <
0,05. Apabila korelasi yang didapatkan memiliki nilai p < 0,05, maka
dapat dikatakan bahwa korelasi antar variabel signifikan (Santoso, 2010).
Sedangkan jika nilai p > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal 22
Agustus 2016 dengan subjek penelitian mahasiswi dari Sekolah Tinggi
Ambarukmo Palace Tourism Academy Yogyakarta. Peneliti memberikan
kuisioner penelitian kepada mahasiswi yang sesuai dengan kriteria penelitian.
Sebelum memberikan kuisioner, peneliti menanyakan terlebih dahulu
mengenai identitas dan banyaknya mahasiswi agar sesuai dengan kriteria
subjek penelitian.
Mahasiswi yang menjadi subjek dalam penelitian ini berjumlah 100
orang. Seluruh subjek diberikan 1 eksemplar skala yang terdiri dari 2 jenis
skala, yaitu skala citra tubuhdisebut skala I dan skala konsep diri disebut
skala 2 yang dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan 100 eksemplar skala
yang dibagikan oleh peneliti pada subjek penelitian dianggap memenuhi
syarat karena semua item terjawab semua. Total kuisioner yang digunakan
dalam penelitian adalah sebanyak 100 eksemplar.
B.Deskripsi Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk melihat tingkatcitra
antara mean teoritik dan mean empirik dari variabel konsep diri dan citra
tubuh.
Tabel 7
Hasil Pengukuran Deskriptif Variabel
Variabel Teoritis Empiris SD
Tabel 7 menunjukkan tingkat Konsep Diri dan Citra tubuh pada
perempuan dewasa awal. Berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukkan
bahwa tingkat Konsep Diri pada perempuan dewasa awal cenderung positif.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai mean empirik yang lebih tinggi dibandingkan
mean teoritiknya dengan taraf signifikansi 0,000. Kemudian perempuan
dewasa awal memiliki citra tubuh yang cenderung positif. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan mean empirik yang lebih tinggi daripada mean teoritiknya dengan
taraf signifikasi 0,000.
Tabel 7 juga menunjukkan bahwa perempuan dewasa awal memiliki
Konsep Diri yang cenderung positif. Hal ini dibuktikan dengan nilai mean
empiriknya yaitu 152,39 yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai mean
teoritiknya yaitu 120. Hasil uji T juga menunjukkan bahwa mean teoritik dan
mean empirik dari variabel Konsep Diri memiliki taraf signifikansi yaitu p =
0,000 (p < 0,05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan.
Perempuan dewasa awal juga memiliki Citra tubuh yang cenderung
positif. Hal ini dibuktikan dengan nilai mean empiriknya yaitu 144,06 yang
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai mean teoritiknya yaitu 125. Hasil uji T
juga menunjukkan bahwa mean teoritik dan mean empirik dari variabel Citra
tubuh memiliki taraf signifikansi yaitu p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan. Standar Deviasi Variabel Citra tubuh yaitu
sebesar 18,26.
C. Hasil Analisis Data 1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Penelitian melakukan uji normalitas yang bertujuan untuk
mengetahui apakah data penelitian berasal dari populasi yang
sebarannya normal. Hal ini dapat dilihat melalui data dengan nilai p <
0,05 menunjukkan bahwa data tersebut memiliki perbedaan yang
signifikan dengan data yang normal. Sebaliknya apabila data yang
didapatkan memiliki nilai p > 0,05 menunjukkan bahwa data tersebut
tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan data yang normal.
Maka data semacam itu merupakan data dengan sebaran yang normal
(Santoso, 2010). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
Tabel 8
Hasil Uji Normalitas
Variabel
Kolmogorov-Smirnov Signifikan Keterangan
Konsep Diri 0,069 0,200 Normal
Citra tubuh 0,082 0,095 Normal
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa variabel Konsep Diri
memiliki taraf signifikansi sebesar 0,200 (p > 0,05). Hal ini berarti
bahwa sebaran data pada variabel Konsep Diri memiliki data yang
normal. Pada variabel Citra tubuh hasil menunjukkan bahwa variabel
ini memiliki taraf signifikansi sebesar 0,095 (p > 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa sebaran data pada variabel tersebut memiliki data
yang normal.
b. Uji Linearitas
Penelitian ini melakukan uji normalitas bertujuan untuk
mengetahui hubungan antar kedua variabel yang hendak dianalisis
apakah mengikuti garis lurus atau tidak. Peningkatan atau penurunan
kuantitas pada suatu variabel diikuti oleh secara linear oleh
peningkatan dan penurunan kuantitas pada variabel lainnya (Santoso,
2010). Jika data memenuhi syarat yaitu p < 0,05 maka data tersebut
Berikut adalah hasil Uji Linearitas antara variabel Konsep Diri
dan variabel Citra tubuh.
Tabel 9
Hasil Uji Linearitas antara Variabel Konsep Diri dan Variabel Citra tubuh
Linearity 23,492 0,000
Deviation From Linearity
0,992 0,506
Berdasarkan hasil uji linearitas, diketahui bahwa variabel
Konsep Diri dan variabel Citra tubuh memiliki nilai F sebesar 23,492
dengan taraf signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang linear antara variabel Konsep diri dan
variabel Citra tubuh karena memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari
0,05.
2. Uji Hipotesis
Penelitian ini melakukan uji hipotesis yang bertujuan menguji
hipotesis yang telah dijabarkan sebelumnya, yaitu hubungan antara Citra
tubuh dan Konsep Diri. Distribusi data yang dihasilkan normal, maka
pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan korelasi
Product-Moment Pearson. Berikut merupakan kriteria keofisien korelasi menurut
Tabel 10
Kriteria Koefisien Korelasi Kriteria
Korelasi
Kategori
0 Tidak Ada Korelasi
0,00-0,25 Korelasi Sangat Lemah
0,025-0,5 Korelasi Cukup
0,5-0,75 Korelasi Kuat
0,75-0,99 Korelasi Sangat Kuat
1 Korelasi Sempurna
Hasil uji korelasi antara variabel Konsep Diri dan variabel Citra
tubuh dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini:
Tabel 11
Korelasi Variabel Konsep Diri dan Variabel Citra tubuh
Citra tubuh Konsep Diri Citra tubuh
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Tabel 10 merupakan hasil analisis data yang menunjukkan korelasi
r = 0,440 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05) yang diuji menggunakan
one-tailed test antara variabel Konsep Diri dan variabel Citra tubuh.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
Diri dan variabel Citra tubuh. Hal ini berarti bahwa perempuan dewasa
awal yang memiliki Konsep Diri yang cenderung positif maka Citra
tubuh yang dimiliki cenderung positif. Begitupun sebaliknya, jika
perempuan dewasa awal memiliki Konsep Diri yang cenderung negatif
maka Citra tubuh cenderung negatif. Hasil analisis ini membuktikan
bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima.
D. Pembahasan
Penelitian ini memiliki tujuan melihat hubungan antara variabel Konsep
Diri dan variabel Citra tubuh pada perempuan dewasa awal. Berdasarkan
hasil analisis korelasi koefisien r = 0,440 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05)
yang diuji menggunakan one-tailed test, maka hipotesis diterima. Hasil
analisis tersebut menunjukkan hubungan yang positif signifikan dengan
kategori cukup antara variabel Konsep Diri dan variabel Citra tubuh pada
perempuan dewasa awal. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan dewasa
awal yang memiliki Konsep Diri cenderung positif diikuti dengan Citra tubuh
yang cenderung positif. Sebaliknya, perempuan dewasa awal yang memiliki
Konsep Diri yang cenderung negatif diikuti dengan Citra tubuh yang
cenderung negatif.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Kany
(2015) yang menyimpulkan bahwa adanya hubungan signifikan antara Citra
tubuh dan Konsep Diri pada perempuan remaja yang melakukan kebugaran.