Hubungan antara kepercayaan diri dengan objektifikasi diri pada perempuan dewasa awal
Bebas
141
0
0
Teks penuh
(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HALAMAN PER,SETUJUAN IX}SEN PDMBIMBING. SKRIPSI HTIBT]NGAITT. AI{TARA KF.PERCAYAAI{ DIRI I'ENGAN. OBIEKTIXIKASI I}IRI PAITA PEREMPUA}\I I}EWASA AWAL. 4. Sylvia Carolina M. Y. IVL, S. Psi., M. Si. rmggal: I3APR. 20ffi.
(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI. IIT]BT]NGAN A}TTARA KEPERCAYAAITT DIRI DSNGAIT{ OB.IEKTIXIKASI DIRI PAI'A PEREMPUAN DEWASA AWAL. Dipersiapkandan Ditulis Oleh. :. MariaFionaRatih 109ll4t)53. Nama. Penguji. l:. Penguji 2: Dra. Lusia. Pengqii 3: C. Sisu'a Widyamoko, M. Psi. Yogyakarra,. l3APR. 2015. Psikologi, Universitas Sanata Dhamra. %*# Widiyanto, M. Si..
(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HALAMAN MOTTO. “Tahu bahwa kita tahu apa yang kita ketahui dan tahu bahwa kita tidak tahu apa yang tidak kita ketahui, itulah pengetahuan sejati.” -Copernicus-. “It’s nice to be important, but it’s more important to be nice.” -From Dailymanly-. “Our faith can move mountains.” -Anonymous-. “Judge nothing, you will be happy. Forgive everything, you will be happier. Love everything, you will be happiest.” -Anonymous-. “Saying yes to happiness means learning to say no to things and. people that stress you out.” -Thema Davis-. “No matter how you feel, get up, dress up, show up, and never give up.” -Anonymous-. “The mind that perceives the limitation is the limitation.” -Buddha-. iv.
(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. Karya ini saya persembahkan untuk. Tuhan Yesus Kristus yang Maha Esa karena telah senantiasa membimbing saya dan mendengarkan doa-doa saya,. Papa (Fx. Suprapto), Mama (Fransiska Manik), Adik-adikku (Dio dan Putri) yang selalu mendukung, memotivasi dan memberikan saya nilai-nilai hidup yang berharga. Pacar (Engger) dan Sahabat-sahabatku terkasih (Yovi, Vira, Viga, Nana, Hoyi, Dita, Tita, Agnes) yang senantiasa mendengarkan keluh kesah saya serta memberikan keceriaan dalam hidup saya. Keluarga besar saya dimanapun berada karena telah peduli dan perhatian atas pendidikan dan kehidupan saya. Bapak Ibu Dosen dan seluruh staf maupun karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas ilmu-ilmu, fasilitas, dukungan, perhatian, ilmuilmu, dan kesempatan belajar yang diberikan kepada saya untuk memperoleh pengetahuan maupun pengalaman yang sangat berharga untuk masa depan saya. Keluarga besar mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma angkatan 2010 yang selalu kompak, ramah, simpati, membantu, dan mau bertukar pikir bersama selama menjalani studi serta tidak akan pernah terlupakan. v.
(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.
(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN OBJEKTIFIKASI DIRI PEREMPUAN DEWASA AWAL. Maria Fiona Ratih. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kepercayaan diri dengan objektifikasi diri pada perempuan usia dewasa awal. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara kepercayaan diri dengan objektifikasi diri. Objektifikasi diri merupakan variabel tergantung, sedangkan kepercayaan diri merupakan variabel bebas pada penelitian ini. Subjek penelitian ini terdiri dari 130 subjek perempuan dewasa awal berusia 18-25 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan skala objektifikasi diri dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,901 dan skala kepercayaan diri dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,901. Hasil uji linearitas yang dilakukan terhadap variabel objektifikasi diri dan kepercayaan diri menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel tidak linier yang ditunjukkan dengan angka 0,820 (p < 0,05). Koefisien korelasi kedua variabel penelitian ini menggunakan Spearman yang menghasilkan angka -0,014 dengan taraf signifikansi 0,872 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dengan objektifikasi diri. Tidak terbuktinya hipotesis penelitian ini diduga karena pola hubungan kedua variabel yang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor.. Kata kunci :. objektifikasi diri, kepercayaan diri. vii.
(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. THE CORRELATION BETWEEN SELF-CONFIDENCE WITH SELF-OBJECTIFICATION IN EARLY ADULTHOOD WOMEN. Maria Fiona Ratih. ABSTRACT This study aims to determine whether there is a relationship between self-confidence with selfobjectification in early adulthood women. The hypothesis of this study is that there is a relationship between self-confidence with self-objectification. Self-objectification is the dependent variable, while self-confidence is a independent variable in this study. The study subjects consisted of 130 young adult female subjects aged 18-25 years. Data collected by spreading selfobjectification scale with reliability coefficient of 0,901 and scale of self-confidence with reliability coefficient of 0,901. Linearity test results conducted on self-objectification variables and self-confidence shows that the linear relationship between the two variables are not shown in figure 0,820 (p < 0,05). The correlation coefficient between the two variables of this study using the Spearman which generates a number -0,014 with a significance level of 0,872 (p < 0,05). These results indicate that there is no significant relationship between self-confidence with selfobjectification. No evidence of the hypothesis of this study is suspected because of the pattern of relations between the two variables that can be affected by many factors.. Keywords :. self-objectification, self-confidence. viii.
(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.
(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas bimbingan. dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan antara Kepercayaan Dewasa Awal. Diri dengan Objektifikasi Diri pada Perempuan. ini dengan baik.. Penulis menyadari bahwa selama proses penulisan skripsi ini, banyak bantuan, dukungan, bimbingan, dan petunjuk berharga yang telah diberikan dari. berbagai pihak sehingga penulisan skripsi Oleh karena. itu. ini dapt diselesaikan dengan baik.. pada kesempatan ini perkenankan penulis untuk menyarnpaikan. dengan kerendahan hati unnrk mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. kepada:. 1- Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma.. 2-. Ibu Rafi Sunar Astuti, M. Si. selaku Kepala Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dbarma.. 3. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M. S" selaku Dosen Pembimbing Akademik atas dukungan dan motivasinya.. 4.. lbu Sylvia Carolina M. Y. M., M. Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi. atas. bimbingan, petunjuk, pengetahuan, dan kesabaran Ibu selama membimbing penulis dalam penyusunan skripsi..
(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 5.. Ibu Monica Eviandaru M. M.App.Psych. atas bantuannya dalam memberikan informasi, pengetahuan, jumal-jurnal, dan buku elektronik terkait variabel objektifrkasi diri serta bimbingannya selama mengerjakan penelitian ini.. 6.. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang senantiasa memberikan ilmunya kepada penulis.. 7.. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Psikologi, seperti Mas Gandung, Bu Nanik, Pak Gik, Mas Muji, Mas Doni, dan staf lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu berkat bantuan dan fasilitas yang disediakan.. 8. Kedua orangtua penulis yang terkasih,. Bapak FX. Suprapto dan Ibu Fransiska. Manik atas nilai dan pelajaran hidup, dukungan, motivasi. pengertian, perhatian. serta kesabarannya terhadap penulis selama proses penyusunan skripsi ini.. 9.. Seluruh subjek perempuan yang telah bersedia dan senang hati membantu. untuk mengisi skala penelitian guna data penelitian penulis sehingga skripsi. ini dapat terselesaikan dengan baik. 10. Sahabat-sahabat penulis tercinta (Gracia. Hoyi, Lidwina Evira Maria Krisna,. Yovidia Yofran) atas bantuannya yang banyak, semangat yang diberikan, dukungan. waktu untuk berdiskusi bersam4 dan keceriaan sehingga penulis tidak mudah penat serta putus asa dalam menyusun skripsi ini. I. l. Pacar saya terkasih, Engger yang selalu. senantiasa memotivasi, menduktmg. dengan berbagai cara, sabar, mau mendengarkan dengan baik, dan berdiskusi. bersama selama proses p€nyusunan skripsi sejak awal hingga skripsi ini terselesaikan-. XI.
(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 12. Teman-teman Fakultas Psikologi Universitas Sanata. Dharma Kelas A, B,. Co. dan D (terlebih kepada Daning, Luci4 Pudji, Pino, Ghea Fiona Darnanih. Lola Vienna Esti, Nana Paramita, Ninda Sekar, Tutut, Riska Muyu, Iwan, Yovi, Kiki, Tyastri, Sandra, kak Ri4 Esri, Suster Marcel, Fili, Tita, Lusi, Dita Mbak Ndut, Agres, Metha Desi, Cha+ha" Riri, Tyas, Ninda, Dian, Helen, Vian, Vind4 Vero, Maya Kalit, Martha, Astrid Laksita Astrid Rosaria" Tari, M"gu,. Vivi4. Tirsa" Silvia Regina, Uli, Rais4 Silya Celly, dll.) yang selalu. kompak, bersedia membanfu dan menemani dalam menyebar maupun mengisi. skala penelitian, mau bertukar pikiran, dan mau berbagi informasi serta pengetahuan yang berguna terhadap penulis selama proses penyusunan skripsi. ini. 13. Teman-teman. dari segala fakultas di Universitas Sanata Dharma yg telah. membantu dalam menyebarkan skala penelitian maupun berkenan untuk mengisi skala penelitian ini (di antaranya, Uli, Jepe, Immartha" Rosie, Renny,. Manha dll.) dan adik-adik angkatan di Fakultas Psikologi yg. bersedia. membantu dalam pengumpulan data (Rona EndalU dll.). Penulis meft$a bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.. Oleh karena. itq. penulis memohon maaf atas kesalahan maupun kelalaian yang. telah diperbuat dalam bentuk sikap, ucapan, penulisan, dan lain-lain sehingga penulis menerima serta mengharapkan berbagai macam kritik dan saran yang. bersifat membangun untuk memperbaiki penulisan skripsi. xll. ini. agar menjadi.
(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.
(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii ABSTRACT ....................................................................................................... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... ix KATA PENGANTAR ..................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ............................................................................................ xviii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xix BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 10 C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 10 D. Manfaat Penelitian................................................................................ 10 1. Manfaat Teoritis .............................................................................. 10 2. Manfaat Praktis ................................................................................ 10 BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................................... 12 xiv.
(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. A. Objektifikasi Diri.................................................................................. 12 1. Pengertian Objektifikasi Diri ........................................................... 12 2. Aspek-aspek Objektifikasi Diri ....................................................... 15 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Objektifikasi Diri ..................... 16 B. Kepercayaan Diri .................................................................................. 20 1. Pengertian Kepercayaan Diri ........................................................... 20 2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri ....................................................... 21 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepercayaan Diri ..................... 23 C. Masa Dewasa Awal .............................................................................. 25 1. Pengertian Masa Dewasa Awal ....................................................... 25 2. Perkembangan Fisik Masa Dewasa Awal ....................................... 26 3. Perkembangan Kognitif Masa Dewasa Awal .................................. 28 4. Perkembangan Sosioemosi Masa Dewasa Awal ............................. 29 D. Hubungan antara Objektifikasi Diri dengan Kepercayaan Diri pada Perempuan Dewasa Awal .................................................................... 31 Gambar 1. Skema Penelitian ................................................................ 36 E. Hipotesis ............................................................................................... 36 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 37 A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 37 B. Identifikasi Variabel ............................................................................. 37 C. Definisi Operasional ............................................................................. 37 1. Objektifikasi Diri ............................................................................. 37 2. Kepercayaan Diri ............................................................................. 39 xv.
(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. D. Subjek Penelitian .................................................................................. 41 E. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 42 1. Skala Objektifikasi Diri ................................................................... 42 2. Skala Kepercayaan Diri ................................................................... 43 F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur .................................................... 46 1. Validitas ........................................................................................... 46 2. Seleksi item ..................................................................................... 46 3. Reliabilitas ....................................................................................... 51 G. Metode Analisis Data ........................................................................... 52 1. Uji Asumsi ....................................................................................... 52 a. Uji Normalitas .......................................................................... 52 b. Uji Linearitas ............................................................................ 53 2. Uji Hipotesis .................................................................................... 53 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 54 A. Pra Penelitian, Pelaksanaan Penelitian, dan Data Demografi .............. 54 1. Pra Penelitian ................................................................................... 54 2. Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 54 3. Data Demografi Subjek Penelitian .................................................. 56 B. Hasil Penelitian .................................................................................... 57 1. Analisis tambahan ........................................................................... 57 2. Uji Asumsi ....................................................................................... 58 a. Uji Normalitas .......................................................................... 59 b. Uji Linearitas ............................................................................ 60 xvi.
(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3. Uji Hipotesis .................................................................................... 61 4. Pembahasan ..................................................................................... 62 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 66 A. Kesimpulan........................................................................................... 66 B. Saran ..................................................................................................... 66 1. Bagi Individu Dewasa Awal ............................................................ 66 2. Bagi Kalangan Masyarakat dan Media Massa ................................ 67 3. Bagi Penelitian Selanjutnya ............................................................. 67 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 68 LAMPIRAN ..................................................................................................... 71. xvii.
(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 1. Blue Print Skala Objektifikasi Diri .................................................... 43 Tabel 2. Kisi-kisi Sebaran Item Skala Objektifikasi Diri ................................ 43 Tabel 3. Blue Print Skala Kepercayaan Diri .................................................... 45 Tabel 4. Kisi-kisi Sebaran Item Skala Kepercayaan Diri ................................ 45 Tabel 5. Distribusi Item Skala Objektifikasi Diri (setelah uji coba) ................ 48 Tabel 6. Distribusi Item Skala Objektifikasi Diri Pengambilan Data Sesungguhnya .................................................................................... 49 Tabel 7. Distribusi Item Skala Kepercayaan Diri (setelah uji coba) ................ 50 Tabel 8. Distribusi Item Skala Kepercayaan Diri Pengambilan Data Sesungguhnya .................................................................................... 51 Tabel 9. Deskripsi Usia dan Pekerjaan Subjek Penelitian ............................... 56 Tabel 10. Nilai Minimal, Nilai Maksimal, Mean Teoritis, Mean Empiris, dan Standar Deviasi ................................................................................ 58 Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Objektifikasi Diri..................... 59 Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Kepercayaan Diri..................... 59 Tabel 13. Hasil Uji Linearitas Variabel Objektifikasi Diri dan Kepercayaan Diri ................................................................................................... 60 Tabel 14. Hasil Uji Korelasi Spearman antara Variabel Objektifikasi Diri dengan Kepercayaan Diri ............................................................................. 61. xviii.
(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Survei ........................................................................................... 72 Lampiran 2. Skala Objektifikasi Diri dan Kepercayaan Diri untuk Uji Coba . 81 Lampiran 3. Skala Objektifikasi Diri dan Kepercayaan Diri untuk Penelitian 98 Lampiran 4. Uji Asumsi, dan Uji Hipotesis ..................................................... 112. xix.
(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penampilan fisik dianggap penting pada jaman sekarang ini. Penampilan fisik yang menarik, cantik, dan bentuk tubuh yang ideal lebih banyak dilakukan oleh perempuan. Banyak perempuan yang melakukan perubahan terhadap tubuhnya seperti bedah plastik untuk diubah sesuai dengan keinginan mereka. Selain itu, makin banyaknya dibangun tempat spa dan berbagai perawatan tubuh pada saat ini memfasilitasi perempuan untuk lebih mementingkan perhatiannya terhadap penampilan fisik mereka. Banyak perempuan juga sering melakukan pengurangan porsi makan, diet, olahraga, dan mengonsumsi suplemen diet untuk mendapatkan penampilan fisik yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar perempuan penting untuk memiliki penampilan yang cantik. Kaum perempuan akan merasa berhasil sebagai perempuan ideal apabila dirinya dapat tampil cantik. Perempuan yang ingin tampil cantik dan menarik dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah media massa. Hal ini terlihat dari banyaknya artikel mengenai diet yang berisi tips-tips untuk mendapatkan tubuh ideal dengan cara diet makanan, berolahraga, maupun mengonsumsi suplemen diet dan pelangsing. Selain itu, adapun Iklan Woman Rejuvenation Program (WRP) yang ditayangkan di televisi sejak tahun 2008. Iklan tersebut 1.
(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2. merupakan contoh penawaran susu rendah lemak yang memberikan gambaran seorang model perempuan yang memiliki bentuk tubuh sangat langsing menjadi dikagumi banyak orang. Pengaruh media massa terhadap perempuan membuat banyak perempuan juga berusaha mendapatkan wajah cantik dan menarik dengan melakukan berbagai macam perawatan kosmetik. Menurut sebuah survei tentang penggunaan kosmetik, terjadi pertumbuhan penggunaan kosmetik di daerah Jawa terutama di wilayah pedesaan hingga 27,5% di tahun 2013. Pertumbuhan ini menyaingi pertumbuhan di daerah perkotaan yang hanya mengalami kenaikan 9,4%. Menurut Hellen Katherina, fenomena tersebut disebabkan karena banyak perempuan merasa penting untuk menjadi cantik (www.industri.bisnis.com, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Margraf, dkk. (2013) juga menemukan bahwa sebagian besar subjek setelah melakukan bedah plastik merasa penampilannya semakin menarik sehingga menimbulkan hal positif terkait psikologis, yaitu menjadi lebih bahagia, meningkatnya kualitas hidup, menurunnya kecemasan, depresi, dan phobia sosial. Peneliti juga melakukan survei sederhana untuk mencari tahu alasan perempuan yang rutin melakukan perawatan tubuh, perawatan kosmetik, dan sering mengenakan pakaian yang feminim. Dari 130 perempuan, 48 orang di antaranya rutin melakukan perawatan tubuh. Sebagian besar subjek perempuan yang rutin melakukan perawatan tubuh mengatakan alasan mereka merawat tubuh untuk menunjang penampilan dan merasa penting.
(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3. sebagai wanita supaya terlihat cantik, menarik, sehingga mereka dapat memandang baik terhadap diri sendiri, puas pada diri sendiri, meningkatnya kepercayaan diri, dan semangat dalam beraktivitas. Selain itu, dari 130 perempuan, 101 orang di antaranya mengatakan rutin menggunakan kosmetik. Sebagian besar subjek perempuan yang rutin menggunakan kosmetik menyatakan alasan mereka adalah untuk menjaga penampilan terlihat awet muda dan menarik karena sebagai perempuan penting tampil cantik, sehingga dapat menghargai diri sendiri, semakin percaya diri, semangat dalam beraktivitas, dan membuat mood lebih baik. Dari 130 perempuan, 66 orang di antaranya mengaku sering mengenakan pakaian feminim. Sebagian besar subjek perempuan yang sering mengenakan pakaian feminim menyatakan alasannya bahwa dengan mengenakan pakaian feminim dapat menunjang penampilan atau bentuk tubuh, terlihat menarik, feminim, dan seksi, sehingga membuat diri mereka sendiri lebih nyaman dan semakin percaya diri. Hasil survei juga ditemukan bahwa paling banyak subjek yang melakukan perawatan tubuh adalah sebulan sekali. Selain itu, paling banyak subjek melakukan pengeluaran untuk rutin merawat tubuh dalam 1 bulan adalah sekitar Rp. 100.000,- sampai Rp. 500.000,-. Berdasarkan hasil survei tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian besar perempuan melakukan usaha untuk mengubah dan menjaga penampilannya. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku-perilaku untuk selalu memperhatikan dan mengawasi penampilan pada perempuan jaman sekarang cukup tinggi..
(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4. Dapat dikatakan bahwa perempuan akan merasa ideal apabila mereka dapat memiliki penampilan yang cantik serta menarik. Perilaku-perilaku tersebut yang dilakukan perempuan untuk mengubah tubuh dan penampilannya, dipengaruhi oleh pandangan bahwa perempuan yang ideal adalah perempuan yang memiliki tubuh langsing, muda, dan putih (Wolf, 1991). Konsep mengenai perempuan yang ideal dihasilkan dari budaya yang dibuat oleh masyarakat. Perempuan yang ideal dianggap dapat menarik perhatian banyak pria, mudah untuk mendapatkan pasangan, lebih diperhatikan dan dikagumi orang lain, serta semakin dicintai pasangan. (Fredrickson & Roberts, 1997). Gambaran konsep perempuan ideal yang dibentuk masyarakat ini disebut dengan budaya objektifikasi. Budaya objektifikasi merupakan sistem budaya yang berisi praktek-praktek objektifikasi seperti mengomentari tubuh, mengevaluasi tubuh, dan sebagainya (Fredrickson & Roberts, 1997). Budaya objektifikasi tersebut mempengaruhi perempuan untuk memperlakukan dirinya sebagai objek yang diamati dan dievaluasi. Dalam penelitian. Muashomah. (2010). tentang. labelling,. ditemukan. bahwa. perempuan menjadi objek dalam interaksi dan tindakan sosial oleh laki-laki maupun perempuan dalam struktur masyarakat Indonesia yang patriarki. Pada kaum pria belum banyak penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar pria sering memperhatikan penampilan fisik dan rela mengubah penampilan fisiknya seperti yang dilakukan oleh banyak.
(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 5. perempuan. Budaya objektifikasi lebih menjadikan kaum perempuan sebagai sasaran penilaian oleh laki-laki mengenai penampilan fisik (Bordo, 1993). Budaya objektifikasi mendorong perempuan untuk mengadopsi cara pandang yang digunakan oleh individu ketiga mengenai kriteria penampilan ideal. Proses mengadopsi cara pandang individu ketiga disebabkan karena banyaknya orang yang mengevaluasi penampilan secara terus menerus. Hal tersebut kemudian menjadi kebiasaan dan terjadi proses internalisasi. Proses internalisasi timbul pada saat individu menerima pengaruh disebabkan karena pengaruh yang disosialisasikan oleh masyarakat sesuai dengan sistem nilai yang dimiliki individu tersebut. Pengaruh yang masuk dianggap berguna dalam mengarahkan dan memecahkan masalah yang dimiliki individu (Rakhmat, 2008). Proses internalisasi budaya objektifikasi kemudian membuat individu memiliki objektifikasi diri. Objektifikasi diri menurut Fredrickson dan Roberts (1997) merupakan penilaian terhadap tubuh yang menekankan pada aspek penampilan fisik (seperti warna kulit, ukuran tubuh) daripada menekankan aspek kompetensi fisik (seperti kesehatan, stamina). Dengan kata lain, individu yang memiliki objektifikasi diri berarti individu tersebut mementingkan penampilan fisik untuk menentukan kualitas dirinya (Fredrickson & Roberts, 1997). Kriteria penampilan ideal yang terbentuk dalam budaya objektifikasi dan kemudian mendorong individu untuk menginternalisasi objektifikasi diri merupakan sesuatu yang sebenarnya tidak realistik dan tidak mungkin.
(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 6. dicapai. Oleh karena itu, objektifikasi diri akan menimbulkan kesenjangan antara konsep diri ideal dan konsep diri aktual individu. Perempuan yang mengalami objektifikasi. diri membuat individu. tersebut mengalami penurunan tingkat kinerja dalam mengerjakan tugas (Quinn, Kallen, Twenge & Fredrickson, 2006). Objektifikasi diri juga membuat perempuan kehilangan dirinya dan mengganggu pikirannya karena perempuan mengadopsi pandangan bahwa dirinya adalah objek yang dinilai dan dievaluasi oleh individu lain (Fredrickson & Roberts, 1997). Objektifikasi diri juga menjadi hal yang dikhawatirkan karena dapat menghabiskan kinerja untuk mengerjakan tugas matematika, perasaan malu terhadap kondisi tubuh, serta gejala gangguan makan. Selain itu, perempuan yang mengalami objektifikasi diri akan selalu mengawasi penampilannya sehingga hal ini mengganggu kesadaran dan membatasi mental mereka (Fredrickson, Roberts, Noll, Quinn & Twenge, 1998). Konsekuensi yang lain dari objektifikasi diri, adalah merasa malu, cemas, dan lain-lain. Bahkan lebih parah dapat mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan mental, gangguan fungsi seksual, dan gangguan perilaku makan seperti anorexia nervosa dan bulimia (Fredrickson & Roberts 1997). Di sisi lain, apabila individu dapat memenuhi kriteria penampilan ideal dalam budaya objektifikasi, maka individu tersebut akan mendapatkan pengakuan sosial dan pengartian diri dari masyarakat sehingga menimbulkan perasaan berharga (Fredrickson & Roberts 1997)..
(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 7. Objektifikasi diri merupakan salah satu aspek dari konsep diri bahwa objektifikasi diri dapat mempengaruhi individu mengubah pandangan dan penilaian terhadap dirinya sendiri atas apa yang dikatakan oleh individu lain terhadap penampilan fisiknya. Oleh karena itu, objektifikasi diri penting untuk dilihat karena dapat membantu mengetahui konsep diri individu atau cara pandang individu terhadap dirinya sendiri. Objektifikasi diri ini mengalami penelitian secara terus menerus oleh para peneliti mengenai penyebab dan konsekuensi yang dapat ditimbulkan. Beberapa di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Gapinski, Brownell dan LaFrance (2003). Dalam penelitian ini ditemukan bahwa perempuan yang dikondisikan memakai pakaian renang dan mendapat komentar terhadap penampilan fisiknya memiliki objektifikasi diri tinggi yang kemudian berkorelasi dengan rendahnya motivasi intrinsik, efikasi diri, dan fungsi kognitif individu tersebut. Menurut hasil penelitian ini, perempuan yang memiliki objektifikasi diri tinggi turut menggambarkan motivasi, dan keyakinan yang rendah terhadap kemampuannya, serta mengganggu fungsi kognitif individu tersebut karena terus menerus mengawasi penampilan fisik. Selain itu, Strelan, Mehaffey, dan Tiggemann (2003), juga meneliti objektifikasi diri dan menemukan bahwa perempuan yang memiliki objektifikasi diri tinggi adalah perempuan yang melakukan olahraga untuk alasan penampilan fisik daripada untuk alasan kesehatan. Objektifikasi diri yang tinggi ini ditemukan memiliki korelasi dengan kepuasan tubuh, harga tubuh, dan harga diri yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan.
(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 8. yang memiliki objektifikasi diri tinggi disebabkan karena rendahnya kepuasan individu terhadap kondisi fisiknya, kurang menghargai kondisi tubuhnya sendiri, dan kurang memiliki perasaan berharga terhadap dirinya karena kondisi penampilan fisik yang dimiliki. Berdasarkan penelitian Strelan dkk. dan penelitian Gapinski dkk. yang telah dijelaskan sebelumnya, harga diri dan efikasi diri menjadi hal yang penting untuk diteliti dengan objektifikasi diri karena harga diri maupun efikasi diri memuat aspek-aspek yang menggambarkan konsep diri individu. Konsep diri merupakan gambaran terhadap diri sendiri dan kumpulan keyakinan mengenai individu seperti apa dirinya sendiri (Hamachek, 1987). Hal ini menjadi sesuatu yang penting untuk dilihat karena dapat berkaitan dengan keyakinan individu akan kemampuan yang dimiliki untuk berhasil mencapai harapannya. Hal ini disebut sebagai kepercayaan diri. Kepercayaan diri diartikan sebagai suatu sikap dan keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki sehingga individu tersebut tidak merasa cemas dalam setiap tindakannya, merasa bebas dalam melakukan segala hal yang disenangi, dapat bertanggung jawab, memiliki sikap hangat dan sopan, memiliki sikap menghargai individu lain, serta dapat mengetahui maupun mengenal kelebihan dan kekurangan yang dimiliki (Lauster, 1995). Neill (2005) menambahkan bahwa kepercayaan diri merupakan kombinasi dari harga diri dan efikasi diri. Dengan kata lain, individu yang percaya diri memiliki nilai, konsep, dan perasaan mampu terhadap kemampuan yang dimilikinya. Hal ini berkaitan dengan objektifikasi diri.
(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 9. yang kerap diteliti hubungannya terhadap harga diri dan efikasi diri. Dengan demikian, perempuan yang memiliki objektifikasi diri dapat menggambarkan kepercayaan diri perempuan tersebut. Selain itu, objektifikasi diri juga diteliti hubungannya dengan motivasi individu dan kemudian menggambarkan hubungan objektifikasi diri dengan kepercayaan diri. Survei sederhana yang dilakukan peneliti juga menemukan bahwa perilaku-perilaku objektifikasi diri dilakukan oleh perempuan untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka. Selain itu, penelitian mengenai kepercayaan diri yang dilakukan oleh Scott, S. menemukan hubungannya dengan rutin menggunakan kosmetik. Dalam penelitian ini, sejumlah subjek perempuan yang suka mengenakan kosmetik ketika bepergian menghasilkan bahwa kosmetik dapat menurunkan kecemasan mereka yang kemudian meningkatkan kepercayaan diri mereka. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan yang melakukan perubahan pada penampilan fisiknya dapat disebabkan oleh bagaimana kepercayaan diri perempuan tersebut. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti hubungan antara objektifikasi diri (SelfObjectification) dengan kepercayaan diri (Self-Confidence). Penelitian mengenai objektifikasi diri dengan kepercayaan diri ini dilakukan untuk membuktikan adanya korelasi di antara kedua variabel. Subjek penelitian ini adalah perempuan usia dewasa awal berkisar antara 1825 tahun dan tidak memiliki cacat fisik. Alasan pemilihan subjek perempuan dewasa awal karena tugas pada tahap perkembangan tersebut salah satunya.
(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 10. membangun relasi yang intim dan usia ini cukup erat dengan isu budaya mengenai daya tarik fisik yang memunculkan objektifikasi diri. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Objektifikasi Diri pada perempuan? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui apakah ada hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Objektifikasi Diri pada perempuan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Memberi sumbangan pengetahuan kepada ilmu Psikologi Sosial dan Psikologi Perkembangan tentang Objektifikasi Diri pada perempuan dan adakah hubungannya dengan Kepercayaan Diri perempuan tersebut. 2. Manfaat Praktis a. Bagi subjek penelitian Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada kaum perempuan tentang objektifikasi diri bahwa adakah hubungannya dengan kepercayaan diri yang marak terjadi di era jaman sekarang sehingga dapat membantu dalam pengawasan terhadap diri dan tindakan yang sekiranya tidak perlu dilakukan untuk menghindari akibat-akibat yang dapat terjadi pada kondisi fisik dan mental..
(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 11. b. Bagi masyarakat Memberikan. pengetahuan. dan. wawasan. tentang. fenomena. objektifikasi diri bahwa adakah hubungannya dengan kepercayaan diri di kalangan perempuan jaman sekarang. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari tentang objektifikasi pada perempuan dan akibat budaya objektifikasi yang dibentuk di ruang lingkup masyarakat..
(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI. A. Objektifikasi Diri 1. Pengertian Objektifikasi Diri Teori objektifikasi diri membahas tubuh perempuan dalam konteks sosiokultural. Teori ini dikembangkan awalnya oleh Fredrickson dan Roberts (1997) bertujuan untuk melihat dan memahami fakta-fakta dan konsekuensi secara psikologis serta risiko kesehatan mental yang terjadi karena objektifikasi diri. Objektifikasi diri merupakan salah satu bentuk tekanan gender, dalam hal ini kerap terjadi pada kaum perempuan. Bentuk tekanan tersebut dalam hal ini disebut sebagai praktek objektifikasi, yang terjadi ketika tubuh, organ tubuh, dan fungsi seksual individu dipisahkan dari diri individu dan dipandang sebagai suatu objek. Dalam proses objektifikasi diri, individu diperlakukan sebagai tubuh semata. Menurut Fredrickson dan Roberts (1997), praktek objektifikasi dapat terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk evaluasi seksual sampai dengan tindakan kekerasan seksual. Praktek objektifikasi dalam bentuk evaluasi seksual dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan media massa seperti film, iklan, program-program televisi, majalah, dan lain-lain. Hasil penelitian terhadap objektifikasi diri memaparkan bahwa tubuh kaum perempuan lebih sering menjadi objek dari objektifikasi diri daripada. 12.
(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 13. tubuh laki-laki. Perkembangan objektifikasi diri semakin meluas di lingkungan masyarakat dan membentuk suatu budaya objektifikasi. Budaya objektifikasi ini menempatkan dan memberitahukan kepada kaum perempuan. serta. masyarakat. untuk. melihat,. mengevaluasi,. dan. memperlakukan tubuh perempuan sebagai objek. Pada saat lingkungan menilai dan mengevaluasi tubuh perempuan terjadi secara terus menerus, maka perempuan tersebut akan ikut menilai dan mengevaluasi tubuhnya sendiri berdasarkan pandangan masyarakat dan inilah yang disebut sebagai proses internalisasi. Proses internalisasi ini terjadi ketika terdapat kesukarelaan individu untuk memenuhi tuntutantuntutan dari luar, kemudian mengidentifikasi tuntutan-tuntutan tersebut dan mengakui serta memasukkannya menjadi salah satu bagian dari dirinya, bukan lagi sebagai tuntutan. Objektifikasi diri timbul setelah terjadi proses internalisasi cara pandang yang digunakan oleh lingkungan sosial terhadap individu, khususnya kaum perempuan. Perempuan akan memandang dirinya sebagai objek untuk dinilai dan dievaluasi oleh individu lain. Objektifikasi diri ini kemudian diprediksi memunculkan beberapa konsekuensi terhadap perempuan yang memiliki objektifikasi diri. Konsekuensi psikologis dari objektifikasi diri berupa timbulnya perasaan malu, cemas, merasa tidak aman, dan menurunnya kepekaan terhadap internal tubuh. Selain itu, konsekuensi-konsekuensi psikologis tersebut akan memunculkan konsekuensi kesehatan mental seperti gangguan makan,.
(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 14. depresi, dan disfungsi seksual (Fredrickson & Roberts, 1997; Fredrickson, Roberts, Noll, Quinn, & Twenge, 1998). Setelah itu, beberapa peneliti lainnya juga telah melakukan penelitian untuk mencari penyebab dan konsekuensi yang lain dari objektifikasi diri. Beberapa di antaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Gapinski, dkk. (2003). Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa perempuan yang dikondisikan. memakai. pakaian. renang. dan. mendapat. komentar. menghasilkan objektifikasi diri tinggi yang berkorelasi dengan rendahnya motivasi intrinsik, efikasi diri, dan fungsi kognitif individu. Selain itu, ada juga penelitian yang dilakukan oleh Strelan, dkk. (2003). menemukan bahwa perempuan yang berolahraga untuk alasan. mendapatkan penampilan menarik memiliki objektifikasi diri tinggi yang berkorelasi dengan kepuasan tubuh, harga tubuh, dan harga diri individu yang rendah. Ciri dari individu yang memiliki objektifikasi diri adalah kebiasaan untuk selalu waspada dan mengawasi penampilan fisiknya. Oleh karena itu, objektifikasi diri adalah sikap mengutamakan peran bagian tubuh yang mudah terlihat (penampilan fisik) daripada peran bagian tubuh yang tidak mudah terlihat (kompetensi fisik) untuk menentukan kualitas diri. Aspekaspek penampilan fisik yang dimaksud adalah daya tarik fisik, daya tarik seksual, ukuran tubuh, berat badan, dan kekencangan otot (Fredrickson & Roberts, 1997)..
(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 15. Selanjutnya, Fredrickson dan Roberts (1997) menjelaskan bahwa tiaptiap individu akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap budaya objektifikasi. Respon tersebut dipengaruhi oleh faktor usia, etnis, peran jenis kelamin, dan kepribadian tiap individu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa objektifikasi diri bisa tidak dimiliki semua individu dan pada beberapa tingkat, objektifikasi diri individu satu dengan individu lain dapat berbeda. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan objektifikasi diri merupakan sikap mengutamakan peran aspek penampilan fisik daripada peran aspek kompetensi fisik untuk menentukan kualitas dirinya.. 2. Aspek-aspek Objektifikasi Diri Menurut Fredrickson dan Robert (1997), aspek-aspek objektifikasi diri meliputi sikap mengutamakan peran aspek penampilan fisik daripada aspek kompetensi fisik, yang dijelaskan sebagai berikut: - Aspek evaluasi penampilan fisik eksternal terdiri dari : 1) Berat tubuh Berat tubuh merupakan massa relatif tubuh yang menimbulkan gaya gravitasi yang menunjukkan beratnya seorang individu. Berat tubuh individu yang ideal adalah tidak gemuk. 2) Daya tarik seksual Daya tarik seksual merupakan daya tarik individu melalui seluruh kelebihan yang dimiliki untuk menjadi menarik secara seksual karena.
(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 16. gaya dan pesona seperti mengenakan pakaian yang dapat menutupi kekurangan pada tubuh, menjaga bau tubuh, dan mengenakan kosmetik di wajah. 3) Daya tarik fisik Daya tarik fisik adalah sejauh mana ciri-ciri fisik individu dianggap menyenangkan, indah, dan cantik seperti warna kulit yang cemerlang dan penampilan yang terlihat muda. 4) Kekencangan otot Kekencangan otot menggambarkan kondisi bentuk otot yang kencang, tidak memiliki penimbunan lemak yang berlebihan, dan otot tidak terlihat menggelambir. 5) Ukuran tubuh Ukuran tubuh merupakan sebuah metode untuk menentukan jumlah, kapasitas, dan dimensi bagian tubuh individu. Objektifikasi diri ditunjukkan seperti ukuran tubuh yang kecil dan langsing.. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi objektifikasi diri a. Praktek-praktek objektifikasi dalam budaya objektifikasi yang muncul dalam tiga hal (Fredrickson & Roberts, 1997) : 1) Dalam hubungan interpersonal dan sosial, yang menunjukkan bahwa: a) Perempuan lebih banyak dan sering merasa diamati, dievaluasi, dan dinilai oleh lingkungan sosial maupun pasangan..
(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 17. b) Laki-laki sering mengamati, menilai, dan mengevaluasi serta memandang perempuan yang berjalan di jalan raya maupun di tempat umum. c) Pada saat orang lain mengamati perempuan biasanya sering diiringi dengan komentar yang menilai tubuh perempuan tersebut. 2) Dalam berbagai media yang menggambarkan hubungan interpersonal maupun sosial. Menurut Goffman (1979, dalam Fredrickson & Roberts, 1997), iklan yang tayang di televisi maupun media cetak sering melukiskan laki-laki yang sedang mengamati seorang perempuan dari kejauhan dan membayangkan perempuan tersebut. 3) Dalam media visual yang menyoroti tubuh perempuan. Media visual menyoroti tubuh perempuan yang merupakan salah satu contoh bentuk objektifikasi tidak hanya dilihat dalam hal pornografi, tetapi juga sekarang ini semakin ditunjukkan seperti dalam film, beberapa karya seni, iklan media massa, beberapa program televisi, video klip musik, majalah-majalah dan foto olahraga. Menurut Archer, Iritani, Kimmes, dan Barrios (1983, dalam Fredrickson & Roberts, 1997), media cetak dan karya seni juga memperlihatkan foto laki-laki yang cenderung ditekankan detail pada bagian wajah dan kepala, sedangkan foto perempuan cenderung ditunjukkan dengan detail yang ditekankan pada bagian tubuh tertentu, bahkan terkadang tanpa kepala maupun wajah. Hal ini menunjukkan bahwa tubuh perempuan sering menjadi target budaya objektifikasi seksual..
(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 18. b. Kebutuhan dan sistem nilai yang dimiliki individu dalam proses internalisasi budaya objektifikasi Menurut Fredrickson dan Roberts (1997), budaya objektifikasi yang terbentuk untuk memperlakukan perempuan sebagai objek yang dilihat, diamati, dinilai, dan dievaluasi penampilannya secara fisik membujuk perempuan untuk mengadopsi cara pandang orang lain mengenai tubuh. Oleh karena itu, banyak perempuan yang mengadopsi cara pandang orang lain terhadap tubuhnya. Proses mengadopsi cara pandang orang lain terhadap tubuh diri sendiri inilah yang disebut proses internalisasi. Costanzo (1992) berpendapat bahwa proses internalisasi diiringi oleh sosialisasi yang efektif dari lingkungan dengan adanya kerelaan diri individu, kemudian saling mengenal sehingga pada akhirnya menggugat kepememilikan nilai dari lingkungan menjadi milik individu tersebut yang akan selalu bersama individu dalam kehidupan sehari-harinya. Selain itu, proses internalisasi timbul karena individu menganggap pengaruh budaya objektifikasi sesuai dengan sistem nilai yang dimiliki bahwa berguna untuk mengarahkan dan memecahkan masalah individu tersebut (Rakhmat, 2008). Masalah-masalah atau sistem nilai yang mungkin mendorong individu untuk menginternalisasi budaya objektifikasi dapat dilihat dalam berbagai penelitian terhadap objektifikasi diri. Individu yang memiliki objektifikasi diri tinggi berkorelasi dengan motivasi intrinsik, efikasi diri, dan fungsi kognitif individu tersebut yang rendah (Gapinski, dkk., 2003)..
(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 19. Selain itu, kepuasan tubuh, harga tubuh, dan harga diri yang rendah juga berkorelasi dengan objektifikasi diri individu yang tinggi (Strelan, dkk., 2003). Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa individu yang kurang memiliki keyakinan, kurang berharga, kurangnya motivasi, dan kurangnya kepuasan terhadap tubuh akan menginternalisasi budaya objektifikasi supaya mendapatkan perasaan berharga, keyakinan, motivasi, dan kepuasan tubuh atas pengakuan sosial serta pengartian diri dari masyarakat terhadap diri individu tersebut (Fredrickson & Roberts, 1997). Dengan kata lain, individu menginternalisasi budaya objektifikasi sehingga memiliki objektifikasi diri dan menghasilkan perilaku-perilaku objektifikasi diri. Hal ini disebabkan karena individu tersebut berusaha memperoleh perasaan berharga atau memenuhi kebutuhannya melalui pengartian diri dan pengakuan sosial dari masyarakat atau lingkungan sekitarnya.. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa objektifikasi diri dipengaruhi oleh berbagai bentuk budaya objektifikasi berupa pengamatan, penilaian, dan evaluasi terhadap tubuh perempuan khususnya dalam bentuk komentar, lirikan mata, dan panggilan. Budaya objektifikasi terjadi dalam berbagai situasi, seperti dalam hubungan interpersonal dan sosial serta media cetak maupun media visual yang.
(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 20. banyak menyoroti tubuh perempuan dan membuat tubuh perempuan sebagai sasaran penilaian. Selain itu, objektifikasi diri juga dipengaruhi oleh faktor kebutuhan yang dimiliki individu untuk menginternalisasi budaya objektifikasi.. B. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan Diri Kepercayaan diri diartikan sebagai suatu sikap dan keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki sehingga individu tersebut tidak merasa cemas dalam setiap tindakannya, merasa bebas dalam melakukan segala hal yang disenangi dan bertanggung jawab atas tindakan yang telah dilakukan, memiliki sikap hangat dan sopan ketika berinteraksi dengan individu lain, memiliki sikap menghargai individu lain dan dapat mengenal kelebihan dan kekurangan yang dimiliki (Lauster, 1995). Menurut kepribadian. Lauster yang. (1990),. menentukan. kepercayaan kehidupan. diri. merupakan. individu.. Neill. sifat (2005). menambahkan bahwa kepercayaan diri mengacu pada keyakinan nilai pribadi seseorang dan kemungkinan untuk berhasil. Kepercayaan diri adalah kombinasi dari harga diri dan efikasi diri secara umum. Lindenfield (1997) juga menemukan dua jenis kepercayaan diri, yakni percaya diri batin dan percaya diri lahir. Percaya diri batin adalah jenis percaya diri yang memberikan individu perasaan dan anggapan bahwa individu tersebut dalam kondisi yang baik. Percaya diri lahir adalah jenis.
(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 21. percaya diri yang mendorong individu untuk dapat terlihat dan bertindak kepada lingkungan sekitar yang menunjukkan bahwa individu tersebut memiliki keyakinan terhadap dirinya sendiri. Kedua jenis percaya diri ini saling mendukung dalam diri individu.. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan dan penilaian positif yang dimiliki individu terhadap kemampuan yang dimiliki untuk berhasil, tanpa merasa takut untuk mencoba dan melakukan sesuatu, bertanggung jawab, memiliki interaksi yang baik dengan individu lain, dan merasa mampu untuk mencapai tujuan dan keinginan, serta merasa puas terhadap diri sendiri. Selain itu, individu yang percaya diri juga memiliki rasa aman dan mengetahui kebutuhan yang dimiliki.. 2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri Lauster (1990) menjelaskan aspek-aspek kepercayaan diri terdiri dari : a. Memiliki perasaan aman Perasaan aman adalah perasaan yang dimiliki individu untuk merasa bebas dari rasa takut dan ragu-ragu terhadap lingkungan sekitarnya. b. Memiliki keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri Keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri adalah perasaan individu yang tidak memerlukan perbandingan antara dirinya sendiri dengan orang lain dan tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya..
(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 22. c. Tidak mementingkan diri sendiri dan memiliki perasaan toleransi Tidak mementingkan diri sendiri dan memiliki toleransi menggambarkan bahwa individu mengetahui dan menerima kekurangan yang dimiliki serta dapat menerima pendapat orang di sekitarnya. d. Memiliki ambisi yang normal Memiliki ambisi yang normal menggambarkan individu memiliki ambisi yang disesuaikan dengan kemampuannya, tidak melakukan kompensasi terhadap ambisi yang berlebihan, dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik, dan bertanggung jawab terhadap tindakannya. e. Mandiri Mandiri yang dimaksud disini menunjukkan individu tidak merasa tergantung pada orang lain dan tidak membutuhkan dukungan serta bantuan orang lain pada saat melakukan sesuatu. f. Optimis Optimis menjelaskan individu yang memiliki pandangan dan harapan yang positif terhadap dirinya sendiri dan masa depan yang dimilikinya.. Berdasarkan aspek-aspek yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa orang yang percaya diri memiliki aspek-aspek berupa keyakinan terhadap kekuatan dan kemampuannya dalam melakukan sesuatu sehingga dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, mandiri, dan memiliki sikap toleransi yang baik terhadap lingkungan di sekitarnya. Selain itu, orang yang percaya diri juga ditandai dengan sikap optimis, merasa aman.
(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 23. dalam melakukan sesuatu dan berinteraksi dengan orang lain, serta dapat bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan. Individu yang percaya diri juga ditunjukkan dengan tidak mementingkan diri sendiri dan dapat menerima kekurangan serta pendapat dari orang lain.. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri Menurut. Santrock. (2003). faktor-faktor. yang. mempengaruhi. kepercayaan diri yaitu : a. Penampilan fisik Individu yang memiliki anggota badan lengkap dan tidak memiliki cacat fisik akan cenderung memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi daripada individu yang memiliki cacat fisik tertentu. Selain itu, individu yang obesitas maupun overweight cenderung memiliki percaya diri yang rendah. b. Penerimaan dan penilaian teman sebaya Individu yang mendapatkan penerimaan sosial dari teman sebaya secara positif akan membuat individu cenderung lebih percaya diri dalam melakukan sesuatu. Hal ini dikarenakan dapat mempengaruhi persepsi individu terhadap suatu hal secara positif. c. Dukungan dari orangtua dan keluarga Dukungan orangtua seperti kasih sayang, penerimaan, memberikan kebebasan kepada anak-anaknya dengan batasan tertentu, dan keadaan.
(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 24. keluarga yang baik sangat mempengaruhi pembentukan rasa percaya diri individu. d. Prestasi Individu yang memiliki kecerdasan dan wawasan tinggi cenderung menghasilkan prestasi yang baik sehingga kemudian meningkatkan kepercayaan dirinya. Myers. (2012). menambahkan. hal. lain. yang. mempengaruhi. kepercayaan diri individu yaitu : a. Lingkungan sosial Lingkungan sosial terdiri dari orang-orang yang berada di lingkungan sekitar individu seperti keluarga, teman, pacar, guru atau dosen, dan sebagainya. Lingkungan sosial juga memberikan pengaruh terhadap kepercayaan diri individu. Penerimaan dari lingkungan sosial terhadap individu akan mempengaruhi individu memiliki konsep diri yang positif sehingga meningkatkan kepercayaan dirinya dalam menjalani kehidupan dan dalam menghadapi lingkungan sekitar. Di sisi lain, penolakan dari lingkungan sosial terhadap individu cenderung akan mempengaruhi individu memandang dirinya secara negatif sehingga membuat individu merasa cemas dan tidak percaya diri dalam menghadapi kehidupan dan lingkungan sekitar. b. Tingkat Pendidikan.
(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 25. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki individu cenderung akan membuat individu lebih yakin dan optimis terhadap kemampuan yang dimiliki sehingga akan meningkat kepercayaan dirinya.. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penampilan fisik berpengaruh terhadap kepercayaan diri karena penampilan fisik merupakan salah satu gambaran individu terhadap dirinya sendiri untuk melihat kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Selain itu, pola asuh yang diterapkan oleh orangtua di dalam suatu keluarga dapat mempengaruhi individu dalam berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan, dan prestasi yang dicapai individu juga berpengaruh terhadap kepercayaan diri individu. Individu yang percaya diri juga mendapatkan dukungan dan penerimaan yang baik dari lingkungan sosial termasuk teman sebaya. Selain itu, kepercayaan diri juga dipengaruhi oleh tingkat wawasan maupun latar belakang pendidikan yang dimiliki individu.. C. Masa Dewasa Awal 1. Pengertian Masa Dewasa Awal Definisi yang legal mengenai individu dewasa awal adalah individu yang berusia mulai dari 18 tahun yang sudah memiliki hak untuk memilih dan menikah hingga usia 25 tahun. Secara sosiologis, individu dewasa awal didefinisikan sebagai individu yang telah mampu menanggung dirinya sendiri, memilih dan menentukan pekerjaan, membangun hubungan yang.
(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 26. romantis dan intim serta ingin memulai hidup berumah tangga. Sedangkan secara psikologis, individu dewasa awal ditandai dengan membangun suatu hubungan (Papalia & Feldman, 2014). Terdapat dua kriteria yang menunjukkan bahwa individu berada dalam periode masa dewasa awal yakni individu tersebut telah mandiri secara ekonomi dan dapat membuat keputusan sendiri. Individu yang mandiri secara ekonomi berarti individu telah memiliki pekerjaan tetap. Selain itu, biasanya individu pada masa dewasa awal telah menyelesaikan pendidikan SMA, adapula yang telah melalui pendidikan di universitas maupun pascasarjana bahkan ada yang menjalani pendidikan di universitas sambil bekerja. Individu dewasa awal juga telah dapat membuat keputusan secara mandiri yang berarti individu dapat membuat keputusan dalam hidup secara luas seperti keputusan mengenai karir, nilai-nilai, keluarga dan hubungan. Selain itu, individu pada masa dewasa awal lebih banyak memiliki kesempatan untuk melakukan berbagai gaya hidup maupun nilai-nilai dari lingkungan (Santrock, 2002).. 2. Perkembangan Fisik Masa Dewasa Awal Menurut Santrock (2002) dan Papalia serta Feldman (2014), perkembangan individu dewasa awal ditandai dengan masalah- masalah mengenai kondisi fisik seperti : a. Gaya hidup.
(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 27. Pada jaman sekarang, tidak sedikit individu yang memiliki berat badan berlebih. Masalah kelebihan berat badan adalah persoalan umum yang dialami baik oleh laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi, masalah kelebihan berat badan ini lebih banyak dirasakan oleh perempuan. Menurut penelitian Fallon (1990, dalam Santrock, 2002), hal ini disebabkan karena perempuan memiliki gambaran tubuh ideal yaitu tubuh yang lebih kurus dari berat rata-rata perempuan sehingga banyak perempuan yang merasa dirinya lebih berat dari gambaran berat tubuh ideal. Oleh karena itu, banyak perempuan yang melakukan berbagai gaya hidup di antaranya seperti diet, mengonsumsi obat penurun berat badan, dan olahraga. Banyak individu sekarang ini melakukan diet untuk mengurangi berat badan mereka agar sesuai dengan gambaran tubuh ideal yang kemudian menjadi obsesi bagi sebagian besar individu dimanapun. Selain itu, saat ini banyak individu yang mengkonsumsi obat penurun berat badan. Ada beberapa obat-obatan yang diproduksi khusus digunakan untuk membantu individu dalam melakukan pengurangan berat badan. Sebagian besar individu juga melakukan olahraga dengan tujuan untuk mengurangi berat badan. Kegiatan berolahraga dapat memberikan pengaruh pada tubuh seperti meningkatkan metabolisme dan membakar kalori. Olahraga diyakini merupakan salah satu cara yang dapat.
(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 28. mempertahankan penurunan berat badan dalam jangka waktu yang lebih lama. b. Gangguan makan dan citra tubuh Individu yang sangat memperhatikan citra tubuhnya membuat dirinya mengontrol berat badan (Davison & Birch, 2001; Schreiber dkk., 1996; dalam Papalia & Feldman, 2014). Perhatian yang berlebihan pada berat badan dan citra tubuh akan menimbulkan gejala anorexia nervosa dan bulimia nervosa yang merupakan gejala abnormal dari pola asupan makanan. Gangguan-gangguan tersebut telah terjadi dimana-mana dan paling banyak dialami oleh perempuan muda. Banyak faktor yang mempengaruhi individu mengalami gangguan makan, salah satunya adalah sikap dari masyarakat sekitar terhadap individu khususnya perempuan tentang gambaran tubuh ideal yang harus kurus.. 3. Perkembangan Kognitif Masa Dewasa Awal Menurut K. Warner Schaie (1977, dalam Santrock, 2002), bahwa perkembangan kognitif individu dewasa awal lebih maju dari masa remaja dalam hal penggunaan intelektual. Hal ini menjelaskan bahwa individu dewasa awal secara kognitif berubah dari mencari pengetahuan menjadi menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam tujuan untuk mengejar karir dan membentuk keluarga. Menurut Schaie, pemikiran individu dewasa awal ini berada dalam tahap pencapaian. Dalam tahap pencapaian, individu dewasa awal akan mulai menerapkan pengetahuan yang telah mereka.
(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 29. peroleh selama masa perkembangan sebelumnya untuk mencapai tujuannya pada masa dewasa awal, yakni membina sebuah keluarga dan bekerja.. 4. Perkembangan Sosioemosi Dewasa Awal Salah satu tugas perkembangan individu dewasa awal adalah menjalani hubungan intim dengan orang lain yang akan menjadi pasangan hidup serta kemudian memiliki keturunan untuk mempertahankan spesies. Dalam menjalani hubungan intim selalu dilalui dengan proses ketertarikan antara individu satu dengan individu lain. Setelah itu, individu akan menjalin hubungan yang lebih dekat dan intim sehingga menimbulkan perasaan emosional yang berupa perasaan cinta terhadap pasangannya tersebut (Santrock, 2002). Individu dewasa awal khususnya mahasiswa telah banyak yang menganggap penting hubungan intim karena pada masa dewasa awal ini individu mulai memiliki keinginan untuk menjalin hubungan dekat dengan individu lain agar dapat mengalami perasaan emosional dan hubungan yang intim (Santrock, 2002). Menurut Santrock (2011), dalam perkembangan sosioemosi dewasa awal terdapat aspek ketertarikan. Ketertarikan yang dimaksud salah satunya adalah ketertarikan terhadap fisik. Para psikolog menemukan bahwa lakilaki dan perempuan memiliki pendapat yang berbeda mengenai seberapa pentingnya penampilan dalam mencari pasangan. Menurut perempuan, sifat yang dianggap paling penting dalam mencari pasangan adalah penuh.
(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 30. perhatian, jujur, dapat diandalkan, baik hati, dan memiliki penghasilan yang baik. Sedangkan pria cenderung memilih pasangan yang memiliki penampilan menarik, terampil memasak, dan dapat berhemat (Buss & Barnes, 1986; Eastwick & Finkel, 2008; dalam Santrock, 2011). Ketertarikan fisik ini dapat berbeda-beda tentang individu seperti apa yang menarik. Hal ini menunjukkan bahwa kriteria cantik pada perempuan dapat berbeda-beda antar budaya maupun dalam budaya itu sendiri. Misalnya, pada tahun 1950-an kriteria cantik ideal adalah perempuan yang penuh berisi. Akan tetapi, pada jaman sekarang ini kriteria cantik ideal telah berubah menjadi tubuh yang sangat kurus.. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa individu dewasa awal merupakan individu yang memulai tugas perkembangannya sebagai dewasa yang mengalami penyesuaian dan mulai mencapai tujuan hidup dengan bekerja dan mencari pasangan untuk membina sebuah keluarga. Selain itu, individu dewasa awal mengalami perkembangan pada aspek fisik, pemikiran kognitif, dan perkembangan sosioemosi. Dalam perkembangan fisik, individu dewasa awal menghadapi berbagai perubahan dalam aspek fisik seperti kenaikan berat badan kemudian timbul perubahan gaya hidup dan gangguan makan disebabkan oleh citra tubuh ideal pada jaman sekarang ini. Gaya hidup pada masa dewasa awal ini di antaranya seperti diet, mengonsumsi obat penurun berat badan, dan olahraga. Usahausaha yang dilakukan individu dewasa awal tersebut disebabkan karena faktor.
(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 31. kriteria tubuh ideal yang dibentuk masyarakat saat ini. Oleh karena itu, banyak individu mengadopsi kriteria tubuh ideal dan mulai mengawasi berat badan. Apabila pengawasan berat badan terjadi secara berlebihan, maka individu akan mengalami gangguan makan seperti anorexia nervosa dan bulimia nervosa. Dalam perkembangan kognitif, individu dewasa awal mengalami perubahan kognitif seperti penuturan Schaie (1977). Menurut Schaie, individu dewasa awal akan mengalami tahap pencapaian bahwa individu tersebut mulai menerapkan pengetahuan yang dimiliki ke dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai tujuan perkembangan seperti membina keluarga dan berkarir. Sedangkan dalam perkembangan sosial dan emosi, individu dewasa awal mengalami kebutuhan untuk membangun hubungan yang intim. Oleh karena itu, banyak individu dewasa awal mulai mencari dan memilih pasangan serta membangun. hubungan. intim. bersama. pasangannya. tersebut.. Dalam. membangun hubungan intim terdapat aspek ketertarikan fisik yang diyakini mempengaruhi individu sebagai syarat memilih pasangan pada saat ini.. D. Hubungan antara Objektifikasi Diri dengan Kepercayaan Diri pada Perempuan Dewasa Awal Praktek-praktek budaya objektifikasi sesuai dengan isu-isu dalam perkembangan dewasa awal. Individu dewasa awal mengalami berbagai isu tentang citra tubuh dan gaya hidup dikarenakan berat badan berlebih khususnya lebih banyak dirasakan. oleh. perempuan.. Beberapa. penelitian. menemukan. bahwa.
(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 32. peningkatan berat badan yang dialami oleh perempuan dewasa awal membuat mereka merasa tidak bahagia. Di dalam penelitian Fallon (1990, dalam Santrock, 2002), hal ini dikarenakan faktor tekanan budaya dari masyarakat yang membentuk citra tubuh ideal bagi perempuan sehingga banyak perempuan yang merasa dirinya lebih berat dari berat tubuh ideal. Oleh karena itu, banyak perempuan yang mulai menginternalisasi citra tubuh ideal ke dalam dirinya. Hal ini mengakibatkan banyak perempuan mengawasi berat tubuhnya dan melakukan berbagai usaha untuk menurunkan berat badan seperti diet, mengonsumsi obat penurun berat badan, dan melakukan olahraga. Apabila perempuan dewasa awal melakukan pengawasan yang berlebihan akan mengakibatkan perempuan tersebut mengalami gejala gangguan makan, seperti anorexia dan bulimia nervosa. Hal ini juga sesuai dengan objektifikasi diri yang disebabkan karena adanya budaya objektifikasi yang berisi kriteria perempuan yang ideal dinilai dari penampilan perempuan tersebut harus menarik dan ideal. Oleh karena itu, budaya ini diinternalisasi untuk memperoleh pengakuan dan pengartian diri dari masyarakat karena adanya kebutuhan akan penghargaan diri atau kebutuhan lain sehingga individu menginternalisasi budaya objektifikasi dan mengalami objektifikasi diri. Objektifikasi diri juga berhubungan dengan isu-isu dalam perkembangan kognitif dan sosial emosi. Dengan kata lain, individu dewasa awal juga mengalami hal-hal yang menyebabkan individu khususnya perempuan menginternalisasi budaya objektifikasi. Menurut Rakhmat (2008), individu.
(52) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 33. yang menginternalisasi suatu pandangan disebabkan karena pandangan tersebut dibutuhkan oleh sistem nilai individu, digunakan untuk memecahkan masalah, dan kemudian menjadi bagian dari diri individu. Oleh karena itu, perempuan dewasa awal yang menginternalisasi budaya objektifikasi disebabkan karena kebutuhan untuk memenuhi tugas perkembangannya. Santrock (2002) dan Papalia serta Feldman (2014) menyatakan bahwa dewasa awal memiliki tugas perkembangan kognitif yaitu menerapkan pengetahuan yang dimiliki ke dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai tujuan perkembangan seperti membangun relasi yang intim dan bekerja. Selain itu, individu dewasa awal memiliki tugas perkembangan sosial emosi untuk memenuhi kebutuhan akan keintiman dengan cara mencari dan memilih pasangan serta membangun relasi intim yang kemudian membina keluarga. Menurut Santrock (2011), dalam proses membangun relasi intim dibutuhkan adanya ketertarikan individu satu pada individu lain berupa ketertarikan terhadap penampilan fisik. Beberapa penelitian menemukan bahwa ketertarikan terhadap fisik lebih banyak dimiliki oleh laki-laki dalam mencari pasangan. Hal ini sesuai dengan budaya patriarki di masyarakat yang selalu menuntut perempuan untuk melayani dan mengikuti keputusan yang dibuat oleh laki-laki. Penjelasan tersebut berkaitan dengan objektifikasi diri pada perempuan dewasa awal yang mengalami kebutuhan untuk membangun relasi yang intim. Namun, di Indonesia yang sebagian besar masih menganut budaya patriarki membuat perempuan dewasa awal menarik perhatian laki-laki untuk.
(53) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 34. memilihnya sebagai pasangan dalam membangun relasi intim. Hal ini juga sesuai dengan penjelasan Fredrickson dan Roberts (1997) bahwa individu yang memiliki tubuh ideal akan semakin dikagumi, disayang, dan diperhatikan oleh orang lain. Penelitian dalam Santrock (2011) juga menunjukkan bahwa salah satu kriteria ideal laki-laki dalam mencari pasangan adalah penampilan fisik. Oleh karena itu, perempuan dewasa awal menginternalisasi budaya objektifikasi ke dalam dirinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam tugas perkembangan masa dewasa awal. Perempuan dewasa awal yang memiliki objektifikasi diri turut menggambarkan bagaimana gambaran diri individu. Hal ini menunjukkan bahwa objektifikasi diri dapat menjadi salah satu gambaran penilaian individu mengenai kualitas dirinya karena penilaian individu lain terhadap penampilan fisiknya. Oleh karena itu, objektifikasi diri penting untuk dilihat karena dapat menggambarkan keyakinan individu terhadap dirinya sendiri. Keyakinan individu terhadap dirinya sendiri itu disebut sebagai kepercayaan diri. Menurut Neill (2005), kepercayaan diri merupakan kombinasi dari harga diri dan efikasi diri. Hal ini menunjukkan bahwa individu yang percaya diri dapat menghargai kondisi dirinya sendiri dan yakin terhadap kemampuan yang dimiliki untuk mencapai hasil yang diinginkan. Harga diri dan efikasi diri ini dekat hubungannya dengan objektifikasi diri. Hal ini terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Gapinski dkk. (2003) dan Strelan dkk. (2003). Kedua penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan antara objektifikasi diri dengan harga diri dan efikasi diri. Oleh karena itu, perempuan yang memiliki.
(54) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 35. objektifikasi diri dapat menggambarkan bagaimana kepercayaan diri perempuan tersebut. Berdasarkan definisi Neill di atas, maka kombinasi harga diri dan efikasi diri yang merupakan kepercayaan diri dapat memiliki hubungan dengan objektifikasi diri. Dapat dikatakan bahwa harga diri dan efikasi diri atau disebut dengan kepercayaan diri juga menjadi alasan perempuan dengan rela menginternalisasi budaya objektifikasi. Seperti penuturan Costanzo (1992) dan Rakhmat (2008), perempuan yang menginternalisasi budaya objektifikasi karena mereka memiliki kebutuhan atau sistem nilai yang sesuai dari menginternalisasi budaya objektifikasi. Perempuan yang menginternalisasi budaya objektifikasi dikarenakan memerlukan pengakuan atau penghargaan orang lain dan pengartian diri dari lingkungan sekitarnya. Selain itu, dalam penelitian Gapinski dkk. (2003) terhadap individu yang memiliki objektifikasi diri ditemukan hasil bahwa ada hubungan antara objektifikasi diri dengan motivasi intrinsik individu tersebut. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan diri individu dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang didorong oleh motivasi individu tersebut untuk yakin dalam mencapai tujuan dan. menyelesaikan. tugasnya.. Oleh. karena. itu,. perempuan. yang. menginternalisasi budaya objektifikasi sehingga dirinya memiliki objektifikasi diri dapat disebabkan karena kebutuhan kepercayaan dirinya. Oleh karena itu, berdasarkan dinamika hubungan objektifikasi diri dengan kepercayaan diri menunjukkan bahwa perempuan dewasa awal yang.
(55) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 36. memiliki objektifikasi diri memiliki hubungan dengan kepercayaan diri perempuan tersebut. Gambar 1. Skema Penelitian. Praktek-praktek budaya objektifikasi seksual. Proses Internalisasi budaya objektifikasi. Kepercayaan Diri. Objektifikasi diri. E. Hipotesis Berdasarkan penjelasan pada sub bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kepercayaan diri dengan objektifikasi diri pada perempuan dewasa awal..
(56) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel satu dengan variabel lain yang dianalisis menggunakan metode statistika (Azwar, 2003). Penelitian ini diadakan bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara variabel objektifikasi diri dengan variabel kepercayaan diri.. B. Identifikasi Variabel 1. Variabel Bebas. : Kepercayaan Diri. 2. Variabel Tergantung : Objektifikasi Diri. C. Definisi Operasional 1. Objektifikasi Diri Objektifikasi diri merupakan sikap mengutamakan peran aspek penampilan fisik daripada peran aspek kompetensi fisik dalam menentukan kualitas dirinya. Adapun objektifikasi diri akan digambarkan melalui skala objektifikasi diri yang mengacu pada aspek yang diungkapkan oleh Fredrickson dan Roberts (1997), yaitu : -. Aspek evaluasi penampilan fisik eksternal terdiri dari : 1) Berat tubuh. 37.
(57) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 38. Berat tubuh merupakan massa relatif tubuh yang menimbulkan gaya gravitasi yang menunjukkan beratnya seorang individu. Berat tubuh individu yang ideal adalah tidak gemuk. 2) Daya tarik seksual Daya tarik seksual merupakan daya tarik individu melalui seluruh kelebihan yang dimiliki untuk menjadi menarik secara seksual karena gaya dan pesona seperti mengenakan pakaian yang dapat menutupi kekurangan pada tubuh, menjaga bau tubuh, dan mengenakan kosmetik di wajah. 3) Daya tarik fisik Daya tarik fisik adalah sejauh mana ciri-ciri fisik individu dianggap menyenangkan, indah, dan cantik seperti warna kulit yang cemerlang dan penampilan yang terlihat muda. 4) Kekencangan otot Kekencangan otot menggambarkan kondisi bentuk otot yang kencang, tidak memiliki penimbunan lemak yang berlebihan, dan otot tidak terlihat menggelambir. 5) Ukuran tubuh Ukuran tubuh merupakan sebuah metode untuk menentukan jumlah, kapasitas, dan dimensi bagian tubuh individu. Objektifikasi diri ditunjukkan seperti ukuran tubuh yang kecil dan langsing..
(58) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 39. Metode yang digunakan dalam skala objektifikasi diri akan diukur menggunakan metode summated ratings atau model Likert (Azwar, 2003). Dalam metode ini, respon subjek akan diberi skor yang sesuai dengan nilai jawaban terhadap masing-masing item. Dengan kata lain, skor respon subjek ditentukan oleh nilai tiap jawaban terhadap tiap item, sehingga apabila semakin tinggi skor total subjek maka semakin tinggi pula respon subjek terhadap objektifikasi diri dan semakin rendah skor total subjek maka semakin rendah pula respon subjek terhadap objektifikasi diri.. 2. Kepercayaan Diri Kepercayaan diri merupakan keyakinan dan penilaian positif yang dimiliki individu terhadap kemampuan yang dimiliki untuk berhasil, tanpa merasa takut untuk mencoba dan melakukan suatu aktivitas, bertanggung jawab, memiliki interaksi yang baik dengan individu lain, dan merasa mampu untuk mencapai tujuan dan keinginan serta merasa puas terhadap diri sendiri. Selain itu, individu yang percaya diri juga memiliki rasa aman dan mengetahui kebutuhan yang dimiliki. Kepercayaan diri akan digambarkan melalui skala kepercayaan diri yang mengacu pada aspek kepercayaan diri yang diungkapkan oleh Lauster (1990), yaitu : a. Memiliki perasaan aman Perasaan aman adalah perasaan yang dimiliki individu untuk merasa bebas dari rasa takut dan ragu-ragu terhadap lingkungan sekitarnya. b. Memiliki keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri.
Gambar
Dokumen terkait