• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN MELALUI KETERAMPILAN KIRIGAMI PADA SISWA CEREBRAL PALSY SPASTIK DI SLB D YPAC BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN MELALUI KETERAMPILAN KIRIGAMI PADA SISWA CEREBRAL PALSY SPASTIK DI SLB D YPAC BANDUNG."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN

MELALUI KETERAMPILAN KIRIGAMI PADA

SISWA CEREBRAL PALSY SPASTIK DI SLB D YPAC

BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Khusus

oleh:

TRESSA THURSINA MALIKA

(0901231)

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

(2)

PENINGKATAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN MELALUI

KETERAMPILAN KIRIGAMI PADA SISWA CEREBRAL PALSY

SPASTIK DI SLB D YPAC BANDUNG

oleh:

Tressa Thursina Malika

Sebuah skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

©Tressa Thursina Malika 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya ataupun sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

TRESSA THURSINA MALIKA

PENINGKATAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN MELALUI KETERAMPILAN KIRIGAMI PADA SISWA CEREBRAL PALSY SPASTIK DI

SLB D YPAC BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Nia Sutisna, M.Si. NIP: 19570131 198603 1 001

Pembimbing II

dr. Riksma Nurahmi, M.Pd. NIP: 19751118 200501 2 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN MELALUI KETERAMPILAN

KIRIGAMI PADA SISWA CEREBRAL PALSY SPASTIK DI SLB D YPAC

BANDUNG” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan

saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak

sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas

pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya

apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan

dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya ini.

Bandung, Februari 2014

Yang membuat pernyataan,

(5)

ABSTRAK

PENINGKATAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN MELALUI KETERAMPILAN KIRIGAMI PADA SISWA CEREBRAL PALSY

SPASTIK DI SLB D YPAC BANDUNG

(Tressa Thursina Malika 0901231)

Manusia membutuhkan kemampuan motorik untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari, baik itu kemampuan motorik halus maupun motorik kasar. Selain itu, dibutuhkan juga koordinasi anggota tubuh agar dapat melakukan aktivititas sehari-hari. Tanpa koordinasi, seseorang tidak dapat melakukan gerak secara maksimal. Begitu pula yang terjadi pada anak dengan cerebral palsy, salah satu hambatan yang dialaminya adalah dalam aspek koordinasi mata dan tangan.

Cerebral palsy merupakan suatu kelainan pada gerak tubuh yang ada

hubungannya dengan kerusakan otak yang menetap. Akibatnya otak tidak berkembang, tetapi bukan suatu penyakit yang progresif. Untuk menangani hambatan dalam koordinasi mata dan tangan, pada penelitian ini diberikan intervensi melalui keterampilan kirigami. Kirigami merupakan suatu keterampilan yang berasal dari Jepang, yaitu seni menggunting kertas. Pertama, kertas dilipat terlebih dahulu, kemudian diberi pola sesuai dengan yang diinginkan, lalu guntinglah pola yang telah dibuat tersebut. Langkah terakhir, bukalah kembali secara perlahan lipatan kertas yang telah digunting itu sehingga menghasilkan suatu bentuk yang baru. Penelitian ini dilakukan pada siswa cerebral palsy spastik di SLB D YPAC Bandung yang berinisial S.B. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dengan subjek tunggal atau yang biasa disebut dengan SSR (Single Subject Research). Penelitian ini dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase baseline 1 (A1), fase intervensi (B) dan fase baseline 2. Target behavior yang diukur mencakup tiga aspek, yaitu melipat kertas, menebalkan pola dan menggunting pola. Setelah diberikan intervensi, hasil yang diperoleh S.B. dalam ketiga aspek ini secara umum terjadi peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari mean level pada setiap aspek dan pada setiap fasenya mengalami peningkatan beberapa persen. Namun pada aspek-aspek tertentu seperti menggunting pola garis lengkung dan lingkaran, tidak terjadi peningkatan sama sekali. Berdasarkan perolehan data yang telah dianalisis, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan koordinasi mata dan tangan secara umum terjadi peningkatan setelah diberikan intervensi melalui keterampilan kirigami.

(6)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

Lembar Persembahan

Pernyataan Keaslian Skripsi

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Ucapan Terima Kasih ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Grafik ... x

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Konsep Dasar Cerebral Palsy ... 9

B. Konsep Dasar Koordinasi ... 18

C. Konsep Dasar Kirigami ... 20

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 22

E. Kerangka Pemikiran ... 23

F. Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

(7)

B. Desain Penelitian ... 26

C. Metode Penelitian ... 27

D. Definisi Operasional Variabel ... 28

E. Instrumen Penelitian ... 30

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 33

G. Teknik Pengumpulan Data ... 34

H. Teknik Analisis Data ... 35

I. Prosedur Penelitian ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Penelitian ... 40

B. Analisis Data ... 44

C. Pembahasan ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Rekomendasi ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Koordinasi Mata dan Tangan ... 31

3.2. Butir-butir Instrumen Kemampuan Koordinasi Mata dan Tangan ... 31

3.3. Daftar para ahli untuk judgment expert instrumen ... 33

3.4. Interpretasi Koefisien Reliabilitas ... 34

4.1. Perkembangan Kemampuan Koordinasi Mata dan Tangan Subjek S.B. 41 4.2. Panjang Kondisi ... 45

4.3. Data Estimasi Kecenderungan Arah Aspek Melipat Kertas ... 46

4.4. Data Estimasi Kecenderungan Arah Aspek Menebalkan Pola ... 47

4.5. Data Estimasi Kecenderungan Arah Aspek Menggunting Pola ... 48

4.6. Rangkuman Kondisi Kecenderungan Stabilitas Subjek S.B. ... 60

4.7. Kondisi Jejak Data ... 60

4.8. Kondisi Level Stabilitas dan Rentang ... 61

4.9. Kondisi Perubahan Level ... 61

4.10. Rangkuman Hasil Analisis Perubahan dalam Kondisi Aspek Melipat Kertas ... 62

4.11. Rangkuman Hasil Analisis Perubahan dalam Kondisi Aspek Menebalkan Pola ... 63

4.12. Rangkuman Hasil Analisis Perubahan dalam Kondisi Aspek Menggunting Pola ... 63

4.13. Data Jumlah Variabel yang Diubah ... 64

4.14. Data Kecenderungan Arah dan Efeknya pada Aspek Melipat Kertas .... 65

4.15. Data Kecenderungan Arah dan Efeknya pada Aspek Menebalkan Pola 65 4.16. Data Kecenderungan Arah dan Efeknya pada Aspek Menggunting Pola 65 4.17. Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas Aspek Melipat Kertas ... 66

4.18. Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas Aspek Menebalkan Pola ... 66

4.19. Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas Aspek Menggunting Pola ... 66

4.20. Data Perubahan Level Aspek Melipat Kertas ... 67

(9)

4.22. Data Perubahan Level Aspek Menggunting Pola ... 67

4.23. Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi dalam Aspek

Melipat Kertas ... 73

4.24. Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi dalam Aspek

Menebalkan Pola ... 74

4.25. Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi dalam Aspek

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1.1. Hasil Karya Seni Keterampilan Kirigami Bentuk Bunga ... 5

(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik

3.1. Prosedur Dasar Desain A-B-A ... 26

4.1. Perkembangan Aspek Melipat Kertas pada Fase

Baseline 1 (A1), Intervensi (B), Baseline 2 (A2) ... 42

4.2. Perkembangan Aspek Menebalkan Pola pada Fase

Baseline 1 (A1), Intervensi (B), Baseline 2 (A2) ... 43

4.3. Perkembangan Aspek Menggunting Pola pada Fase

Baseline 1 (A1), Intervensi (B), Baseline 2 (A2) ... 44

4.4. Estimasi Kecenderungan Arah Kemampuan Menulis Permulaan Aspek

Melipat Kertas pada Fase Baseline 1, Intervensi, Baseline 2 ... 46

4.5. Estimasi Kecenderungan Arah Kemampuan Koordinasi Mata

dan Tangan Aspek Menebalkan Pola pada Fase Baseline 1, Intervensi,

Baseline 2... 47

4.6. Estimasi Kecenderungan Arah Kemampuan Koordinasi Mata

dan Tangan Aspek Menggunting Pola pada Fase Baseline 1, Intervensi,

Baseline 2... 48

4.7. Kecenderungan Stabilitas Aspek Melipat Kertas pada Fase Baseline 1 . 50

4.8. Kecenderungan Stabilitas Aspek Menebalkan Pola pada

Fase Baseline 1 ... 51

4.9. Kecenderungan Stabilitas Aspek Menggunting Pola pada

Fase Baseline 1 ... 52

4.10. Kecenderungan Stabilitas Aspek Melipat Kertas pada Fase Intervensi .. 53

4.11. Kecenderungan Stabilitas Aspek Menebalkan Pola pada

Fase Intervensi ... 55

4.12. Kecenderungan Stabilitas Aspek Menggunting Pola pada

Fase Intervensi ... 56

4.13. Kecenderungan Stabilitas Aspek Melipat Kertas pada Fase Baseline 2 . 57

4.14. Kecenderungan Stabilitas Aspek Menebalkan Pola pada

(12)

4.15. Kecenderungan Stabilitas Aspek Menggunting Pola pada

Fase Baseline 2 ... 59

4.16. Data Overlap Baseline 1 ke Intervensi Aspek Melipat Kertas ... 68

4.17. Data Overlap Intervensi ke Baseline 2 Aspek Melipat Kertas ... 69

4.18. Data Overlap Baseline 1 ke Intervensi Aspek Menebalkan Pola ... 70

4.19. Data Overlap Intervensi ke Baseline 2 Aspek Menebalkan Pola ... 71

4.20. Data Overlap Baseline 1 ke Intervensi Aspek Menggunting Pola ... 72

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Perizinan

Lampiran II Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian

Lampiran III Judgment Instrumen

Lampiran IV Program Intervensi, Uji Validitas, Uji Reliabilitas dan Hasil

Pekerjaan Siswa

Lampiran V Pencatatan Data Kemampuan Koordinasi Mata dan Tangan

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna

dibandingkan makhluk lainnya karena diberikan akal dan pikiran. Manusia

sebagai makhluk hidup tentunya perlu untuk mempertahankan kehidupan.

Manusia membutuhkan udara untuk bernapas, manusia memerlukan pakaian

untuk melindungi kulitnya dari panasnya sinar matahari maupun dinginnya hujan,

manusia juga membutuhkan makanan yang berguna sebagai penghasil tenaga

pada tubuh kita untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Manusia membutuhkan kemampuan motorik untuk melakukan

aktivitasnya sehari-hari seperti yang telah disebutkan di atas, baik itu kemampuan

motorik halus maupun motorik kasar, misalnya untuk berjalan mengambil

makanan, kita harus mempunyai kemampuan motorik yang maksimal. Selain itu,

dibutuhkan juga koordinasi anggota tubuh agar dapat melakukan aktivititas

sehari-hari. Seseorang dengan cerebral palsy memiliki salah satu hambatan dalam

kemampuan motorik dan koordinasi, misalnya untuk mengambil dan memegang

gelas saja ia akan mengalami kesulitan. Cerebral palsy merupakan salah satu jenis

kelainan yang tergolong ke dalam tunadaksa.

Istilah tunadaksa merupakan istilah lain dari cacat tubuh atau tuna fisik, yaitu berbagai kelainan bentuk tubuh yang mengakibatkan kelainan fungsi dari tubuh untuk melakukan gerakan-gerakan yang dibutuhkan. Pada jenis anak tunadaksa tertentu disertai juga dengan kelainan panca indera dan kelainan kecerdasan. (Muslim, 1996 : 6)

Menurut Muslim (1996), anak tunadaksa dibedakan berdasarkan kelompok

kelainan fungsi dan sebab yang melatarbelakanginya, yaitu :

1. Anak tunadaksa dengan kerusakan sistem persarafan, yaitu otak dan sumsum

tulang belakang.

a. Anak tunadaksa dengan kerusakan otak memiliki masalah yang kompleks.

(15)

2

juga mengalami kelainan indera, dan ada diantaranya yang mengalami

kelainan kecerdasan.

b. Anak tunadaksa dengan kerusakan pada tulang belakang contohnya adalah

kerusakan bagian depan sel-sel tulang belakang yang disebabkan karena

penyakit poliomielitis. Jenis ini mengalami kelainan kelumpuhan yang

bersifat layuh dan lembek.

2. Anak tunadaksa dengan kerusakan pada alat gerak, yaitu otot, tulang, dan

sendi.

a. Kerusakan tulang dan sendi, misalnya karena infeksi atau kecelakaan

sehingga ada anggota gerak yang harus diamputasi.

b. Kerusakan otot, misalnya yang dikenal dengan muscle dystrhopy yang

mengalami kelainan pada pertumbuhan serabut otot lurik terutama pada

anggota gerak.

Anak tunadaksa memiliki berbagai macam masalah yang harus

dihadapinya, antara lain :

a. Masalah fisik, diantaranya dapat berupa kelumpuhan anggota gerak atas,

anggota gerak bawah, atau pada otot-otot penegak tulang punggung. Selain

kelumpuhan, masalah fisik yang dialami anak tunadaksa adalah kaku sendi

(kontraktur) dan perubahan bentuk misalnya skoliosis, kifosis, dan lordosis.

b. Masalah gangguan fungsi mobilisasi, mulai dari gangguan berguling,

merangkak, duduk, berdiri dan berjalan. Gangguan tersebut merupakan

gangguan fungsi mobilisasi pada kaki. Sedangkan gangguan fungsi mobilisasi

pada tangan misalnya meraih, memegang serta menggenggam.

c. Masalah gangguan fungsi mental yaitu menghadapi masalah penyesuaian

pendidikan sehingga diperlukan upaya khusus dalam kegiatan yang

memerlukan kemampuan mental agar tercapai pengembangan potensi yang

sesuai.

d. Masalah gangguan kemampuan kegiatan fisik sehari-hari, dapat berupa

(16)

3

Menurut Phelp, 1957 (Muslim, 1996 : 68), cerebral palsy merupakan

golongan dari tunadaksa, yaitu seseorang yang mengalami kerusakan pada

otaknya. Cerebral palsy adalah suatu kelainan pada gerak tubuh yang ada

hubungannya dengan kerusakan otak yang menetap. Akibatnya otak tidak

berkembang, tetapi bukan suatu penyakit yang progresif. Sedangkan menurut

Soeharso, 1977 (Muslim, 1996 : 69), cerebral palsy merupakan kelainan yang

kompleks, karena cerebral palsy merupakan kekakuan yang disebabkan karena

sebab-sebab yang terletak di dalam otak. Cerebral palsy tidak hanya

mengakibatkan gangguan gerak, tetapi bisa juga menjadi gangguan pendengaran,

penglihatan, kecerdasan dan komunikasi, oleh sebab itulah cerebral palsy

dianggap sebagai kelainan yang kompleks.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan yaitu di SLB D YPAC Bandung,

terdapat seorang siswa kelas IV yang berinisial S.B. dengan kelainan cerebral

palsy spastik yang memiliki hambatan dalam aspek akademik dan motorik.

Menurut hasil observasi, siswa yang berinisial S.B. ini adalah seseorang

dengan cerebral palsy spastik dengan keadaan kecerdasan di bawah rata-rata,

perhatian yang mudah teralihkan, jari jemari tangannya yang kaku, serta

membutuhkan alat bantu untuk berjalan karena kakinya yang kaku.

Pada aspek akademik, S.B. sudah dapat membaca tetapi masih diperlukan

latihan agar membacanya menjadi lebih lancar. Lalu dalam menulis, S.B. masih

dalam tahap menebalkan huruf yang sebelumnya diberikan titik-titik terlebih

dahulu. Akan tetapi S.B. sangat senang dalam mata pelajaran matematika,

sehingga S.B. memiliki keunggulan dalam berhitung.

Pada aspek motorik kasar, S.B. sudah mampu berjalan dengan

menggunakan alat bantu dan sudah mampu berguling. Sedangkan dalam aspek

motorik halus, S.B. kesulitan mengendalikan gerakan terutama yang berhubungan

dengan benda yang berukuran kecil, misalnya memasukkan kancing baju ke

dalam lubangnya. Hal ini disebabkan karena jari jemari tangannya yang kaku dan

kurangnya koordinasi antara mata dan tangan.

Allah berfirman dalam QS. Ar-Ra’du ayat 11 yang artinya “...

(17)

4

keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ....” Ayat tersebut bermakna bahwa

Allah tidak akan mengubah suatu keadaan seseorang kecuali seseorang itu

berusaha untuk mengubah keadaannya. Maka dari itu, ini berarti pula bahwa

seseorang dengan cerebral palsy yang memiliki hambatan salah satunya dalam

koordinasi, tidak akan mengalami peningkatan apapun apabila ia tidak berlatih

untuk mengoptimalkan kemampuannya. Sebaliknya, apabila ia berlatih dengan

sungguh-sungguh, maka cepat atau lambat dan sedikit demi sedikit akan terlihat

perubahan dari hasil latihan tersebut. Maka sebagai pendidik tentunya kita tidak

dapat membiarkan mereka begitu saja. Kita harus membantu melatih dan

memberikan motivasi kepada mereka agar mereka pada akhirnya dapat

beraktivitas mandiri seperti orang-orang pada umumnya.

Berdasarkan kondisi siswa tersebut, peneliti bermaksud melakukan

penelitian terhadap kemampuan koordinasi mata dan tangannya. Hal ini

disebabkan karena kemampuan koordinasi mata dan tangan sangat penting dan

dibutuhkan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya untuk makan,

minum, berpakaian serta merias diri. Maka dari itu, diperlukan program latihan

atau kegiatan-kegiatan yang dapat membantu meningkatkan koordinasi mata dan

tangan. Kegiatan yang melibatkan koordinasi mata dan tangan diantaranya

mewarnai, melipat, menulis, menggunting, menempel,dan meronce manik-manik

dari ukuran yang besar ke ukuran yang kecil.

Kondisi jari jemari siswa yang kaku, maka sudah dipastikan untuk

melakukan kegiatan-kegiatan tersebut di atas itu tidaklah mudah, maka

diperlukanlah kegiatan yang menarik untuk siswa serta dapat meningkatkan

koordinasi mata dan tangan.

Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan koordinasi

mata dan tangan adalah dengan keterampilan Kirigami. Kirigami merupakan suatu

keterampilan yang berasal dari Jepang. Kata kirigami berasal dari kata “kiru

yang berarti memotong, dan “gami” yang berarti kertas (Mitarwan, 2011).

Keterampilan ini merupakan pengembangan dari keterampilan origami, hanya

saja origami hanya sebatas keterampilan melipat kertas, sedangkan kirigami

(18)

5

dilipat terlebih dahulu sehingga menghasilkan suatu karya seni. Berikut ini contoh

hasil karya seni keterampilan kirigami :

Gambar 1.1 Hasil Karya Seni Keterampilan Kirigami Bentuk Bunga.

Keterampilan kirigami ini dapat dijadikan sebagai intervensi dalam

meningkatkan koordinasi mata dan tangan, karena aktivitas dalam keterampilan

kirigami ini melibatkan pula aspek koordinasi mata dan tangan. Hal yang pertama

dilakukan dalam keterampilan kirigami ini adalah melipat kertas, dalam hal ini

melibatkan aspek koordinasi mata dan tangan, yaitu mata harus fokus melihat

kertas serta tangan yang menggerakan kertas dari salah satu ujung kertas ke ujung

yang lain, sehingga didapatkan lipatan kertas yang sama panjang. Hal yang kedua

yang harus dilakukan adalah membuat pola, dalam hal ini juga melibatkan

koordinasi mata dan tangan, dalam membuat pola mata harus fokus melihat ke

kertas dan tangan yang bergerak untuk membuat pola dengan tepat pada kertas.

Hal yang terakhir adalah menggunting pola tersebut, dalam menggunting tentunya

sangat dibutuhkan koordinasi antara mata dan tangan. Mata fokus melihat pada

pola yang akan digunting, sedangkan tangan yang bergerak untuk menggerakkan

(19)

6

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, penulis

akan melakukan penelitian terhadap peningkatan koordinasi mata dan tangan

melalui keterampilan kirigami pada siswa cerebral palsy spastik di SLB D YPAC

Bandung.

B. Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang dapat diidentifikasi terhadap kemampuan

koordinasi mata dan tangan pada siswa cerebral palsy adalah sebagai berikut:

1. Minat Siswa

Minat siswa sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Apabila siswa

tidak berminat dan tidak mood untuk belajar, maka siswa tidak akan mau untuk

belajar sehingga kemampuan koordinasi siswa pun tidak terlatih.

2. Latihan yang Cenderung Monoton

Siswa akan merasa bosan apabila latihan yang diberikan itu

monoton, maka sebaiknya siswa diberikan latihan yang beragam agar siswa

senang dan tertarik untuk meningkatkan koordinasi mata dan tangannya.

3. Peran Orang Tua

Peran orang tua juga sangat berpengaruh terhadap kondisi anak. Orang tua

perlu memberikan semangat atau motivasi pada anaknya, agar anak selalu

semangat dalam belajar, sehingga apabila anak semangat dalam belajar maka

kemampuan koordinasi mata dan tangan siswa akan terlatih dan diharapkan

terjadi peningkatan.

4. Gaya Mengajar Guru

Gaya mengajar guru merupakan hal yang penting dalam proses melatih siswa

dalam meningkatkan koordinasi mata dan tangan, karena gaya mengajar guru

sangat berpengaruh terhadap hasil latihan siswa.

5. Latihan yang akan digunakan

Latihan yang digunakan dalam pembelajaran juga harus menyenangkan bagi

siswa agar siswa mau dan tertarik untuk belajar. Peneliti akan menggunakan

(20)

7

mata dan tangan siswa cerebral palsy spastik. Kirigami merupakan suatu

keterampilan menggunting kertas yang menghasilkan suatu karya seni.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah peningkatan koordinasi mata dan

tangan melalui keterampilan kirigami pada siswa cerebral palsy spastik di

SLB D YPAC Bandung. Pada keterampilan ini, siswa diberikan tes secara

praktik yaitu dalam aspek melipat kertas, menebalkan pola dan menggunting

pola, serta diberikan intervensi melalui keterampilan kirigami dengan ketiga

aspek yang sama pula.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka masalah dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah ada peningkatan

koordinasi mata dan tangan setelah diberikan intervensi melalui keterampilan

kirigami?

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus :

 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada

peningkatan koordinasi mata dan tangan siswa cerebral palsy spastik setelah

diberikan intervensi melalui keterampilan kirigami.

 Tujuan Khusus

a. Mengetahui kemampuan koordinasi mata dan tangan siswa cerebral

palsy spastik sebelum diberikan intervensi melalui keterampilan kirigami.

b. Mengetahui kemampuan koordinasi mata dan tangan siswa cerebral

(21)

8

c. Mengetahui apakah ada pengaruh dari penerapan keterampilan kirigami

terhadap peningkatan koordinasi mata dan tangan pada siswa cerebral

palsy spastik.

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah :

a. Dalam tataran teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan ilmu pengetahuan terutama bagi orang yang berkecimpung di

dunia pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.

b. Dalam tataran praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi:

1) Pendidik; dapat menjadi kegiatan yang dapat digunakan ketika

menghadapi siswa, khususnya siswa berkebutuhan khusus yang

mengalami hambatan dalam koordinasi mata dan tangan.

2) Siswa; dengan keterampilan ini, siswa dapat mengekspresikan

imajinasinya untuk membuat karya seni yang indah. Selain itu,

kemampuan koordinasi mata dan tangan siswa tentunya akan terlatih.

3) Pembaca; dapat dijadikan contoh atau sumber referensi untuk meneliti

(22)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLB D YPAC Bandung yang berada di Jalan

Mustang No. 46 Bandung. Penelitian ini dilakukan di luar kegiatan belajar,

agar tercipta suasana yang santai dan nyaman yang memungkinkan siswa

akan diteliti ketika berada di rumahnya.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu seorang siswa cerebral palsy spastik

berjenis kelamin perempuan.

Nama : S.B.

Kelas : D1-IV SDLB di SLB D YPAC Bandung

Tempat tanggal lahir : Bandung, 31 Desember 2003

Alamat : Jl. Cipedes Atas RT 03 RW 02 Kel. Sukarasa Kec.

Sukasari Kota Bandung

Agama : Islam

Anak ke- dari : 1

BB dan TB : 24 kg dan 135 cm

S.B. tergolong siswa cerebral palsy spastik dengan hambatan tangan

dan kaki yang kaku. S.B. hanya dapat berjalan dengan menggunakan alat

bantu walker. Dalam bidang akademik, S.B. tergolong siswa yang agak

lambat dalam belajar. Hal ini dikarenakan perhatiannya mudah teralihkan,

mempunyai rasa yang tidak percaya diri serta jarang masuk sekolah. Akan

tetapi S.B. sangat senang dalam mata pelajaran matematika, sehingga S.B.

memiliki keunggulan dalam berhitung.

Berdasarkan hasil observasi, kemampuan S.B. dalam gerak dasar yang

meliputi gerakan kepala, gerakan anggota gerak atas, gerakan punggung dan

(23)

26

pergelangan kaki ke atas dan ke bawah serta ke kanan dan kiri ia tidak

mampu. Dalam hal keseimbangan, S.B. sudah mampu menyeimbangkan

dirinya ketika duduk, namun dalam berdiri dan berjalan ia tidak mampu. Hal

ini disebabkan karena kondisi kakinya yang kaku.

B. Desain Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan

subjek tunggal atau single subject research (SSR). SSR merupakan suatu metode

penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada subjek tunggal dengan tujuan

untuk mengetahui besarnya pengaruh dari perlakuan yang diberikan secara

berulang-ulang terhadap perilaku yang ingin dirubah dalam waktu tertentu.

Desain tunggal yang digunakan adalah desain A-B-A, yang terdiri dari

tahapan kondisi A1 (baseline 1), B (perlakuan), A2 (baseline 2). Menurut Sunanto

et al. (2006: 61), desain A-B-A merupakan salah satu pengembangan dari desain

dasar A-B, desain A-B-A telah menunjukkan adanya hubungan sebab akibat

antara variabel terikat dan variabel bebas. Mula-mula target behaviour diukur

secara kontinyu pada kondisi baseline (A1) dengan periode waktu tertentu

kemudian kondisi intervensi (B) pengukuran pada kondisi baseline kedua (A2)

diberikan. Penambahan kondisi baseline yang kedua (A2) ini dimaksudkan

sebagai kontrol untuk fase intervensi sehingga memungkinkan untuk menarik

kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan terikat variabel

terikat.

(24)

27

Pada penelitian ini A1 (baseline 1) yakni kemampuan dasar, yaitu

bagaimana kemampuan siswa dalam koordinasi mata dan tangan, yang meliputi

aspek melipat kertas, aspek menebalkan pola dan aspek menggunting pola.

Pengamatan dan pengambilan data tersebut dilakukan secara berulang untuk

memastikan data yang sudah didapat dan melihat kemampuan awal anak secara

pasti, serta dilaksanakan dalam suasana alami, yakni tidak dibuat-buat, dan tidak

diketahui anak, bahwa anak sedang diobservasi.

B (perlakuan atau intervensi) yang diberikan berupa penerapan

keterampilan kirigami sebelum proses belajar berlangsung. Pada fase ini,

intervensi yang dilakukan adalah membuat lipatan kertas, membuat pola pada

lipatan kertas, dan menggunting pola sehingga dihasilkan bentuk yang baru dari

lipatan kertas tersebut.

A2 (baseline 2), yakni pengamatan kembali terhadap kemampuan siswa

dalam koordinasi mata dan tangan, yang meliputi aspek melipat kertas, aspek

menebalkan pola dan aspek menggunting pola setelah diberikan intervensi berupa

keterampilan kirigami. Hal ini juga dapat menjadi evaluasi sejauh mana intervensi

yang diberikan berpengaruh terhadap subjek.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif eksperimen dengan rancangan eksperimen subjek tunggal (Single

Subject Research) menggunakan desain A – B – A.

Menurut Krathwohl, 1997: 7 (Syaodih, 2006: 57) penelitian eksperimen

merupakan penelitian yang bersifat validation atau menguji, yaitu menguji

pengaruh satu atau lebih variabel terhadap variabel lain. Menurut Sukardi, 2011:

179 (Nursyahidah, 2012) penelitian eksperimen pada prisipnya dapat

didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang

mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect relationship). Menurut

Latipun, 2002 (Nursyahidah, 2012) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen

merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi yang

(25)

28

diamati. Sedangkan menurut Sugiyono (2008: 107) “metode penelitian

eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

perlakuan terhadap variabel tertentu dalam kondisi yang terkendalikan”.

Pengertian mengenai SSR menurut Sunanto et al. (2006: 56) SSR

merupakan suatu metode penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada subjek

tunggal dengan tujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari perlakuan yang

diberikan secara berulang-ulang terhadap perilaku yang ingin dirubah dalam

waktu tertentu.

Pada penelitian ini, diujikan pengaruh keterampilan kirigami terhadap

peningkatan koordinasi mata dan tangan dalam aspek melipat kertas, menebalkan

pola dan menggunting pola pada siswa cerebral palsy spastik.

D. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu :

a. Variabel Independent (variabel bebas)

Variabel Independent (variabel bebas) adalah variabel yang

memberikan pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain. Dalam penelitian ini,

yang menjadi variabel independent adalah latihan keterampilan kirigami.

Kirigami merupakan suatu keterampilan menggunting kertas yang

sebelumnya kertas dilipat terlebih dahulu sehingga menghasilkan suatu karya

seni. Alat yang dibutuhkan dalam keterampilan ini sangat sederhana dan

mudah didapatkan, yaitu hanya membutuhkan kertas dan gunting.

Keterampilan kirigami ini dapat dijadikan sebagai intervensi dalam

meningkatkan koordinasi mata dan tangan, karena aktivitas dalam

keterampilan kirigami ini melibatkan pula aspek koordinasi mata dan tangan.

Hal yang pertama dilakukan dalam keterampilan kirigami ini adalah melipat

kertas, dalam hal ini melibatkan aspek koordinasi mata dan tangan, yaitu mata

harus fokus melihat kertas serta tangan yang menggerakan kertas dari salah

satu ujung kertas ke ujung yang lain, sehingga didapatkan lipatan kertas yang

sama panjang. Hal yang kedua yang harus dilakukan adalah membuat pola,

(26)

29

pola mata harus fokus melihat ke kertas dan tangan yang bergerak untuk

membuat pola dengan tepat pada kertas. Hal yang terakhir adalah

menggunting pola tersebut, dalam menggunting tentunya sangat dibutuhkan

koordinasi antara mata dan tangan. Mata fokus melihat pada pola yang akan

digunting, sedangkan tangan yang bergerak untuk menggerakkan gunting

untuk menggunting pola tersebut dengan tepat dan sesuai pola.

Keterampilan kirigami memberikan manfaat pendidikan pada bidang

seni, matematika, desain grafis serta koordinasi mata dan tangan. Oleh sebab

itu, maka peneliti akan menggunakan keterampilan kirigami sebagai latihan

untuk meningkatkan koordinasi mata dan tangan siswa cerebral palsy spastik.

b. Variabel Dependent (variabel terikat)

Variabel Dependent (variabel terikat) adalah variabel yang

ditimbulkan atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Pada penelitian ini, yang

menjadi variabel terikat adalah peningkatan koordinasi mata dan tangan pada

siswa cerebral palsy spastik. Koordinasi merupakan suatu kerja sama antar

anggota tubuh untuk melakukan suatu gerakan tertentu. Kegiatan koordinasi

mata dan tangan yang menjadi target behavior ada tiga aspek yaitu aspek

melipat kertas, aspek menebalkan pola dan aspek menggunting pola.

Pada aspek melipat kertas mata harus fokus melihat kertas serta

tangan yang menggerakan kertas dari salah satu ujung kertas ke ujung yang

lain, sehingga didapatkan lipatan kertas yang sama panjang. Pada aspek

menebalkan pola juga diperlukan koordinasi mata dan tangan, mata fokus

pada pola yang akan ditebalkan dan tangan bergerak menebalkan pola

tersebut dengan tepat. Begitu pula dalam menggunting pola, dibutuhkan

koordinasi antara mata dan tangan, mata fokus melihat pada pola yang akan

digunting dan tangan menggerakkan gunting untuk menggunting pola

(27)

30

E. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka diperlukan

alat ukur yang baik untuk melakukan sebuah penelitian. Alat ukur dalam

penelitian dinamakan instrumen penelitian. Menurut Sugiyono (2008: 148)

instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena

alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut

variabel penelitian. Menurut Arikunto, 2003: 160 (Saefatul, 2013:26) instrumen

penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Sedangkan Syaodih (2006: 230) mengatakan bahwa:

Instrumen tes bersifat mengukur, karena berisi pertanyaan atau pernyataan yang alternatif jawabannya memiliki standar jawaban tertentu, benar-salah ataupun skala jawaban. Instrumen yang berisi jawaban benar-salah dapat berbentuk tes pilihan jamak (multiple choice), benar salah (true false), menjodohkan (matching

choice), jawaban singkat (short answer) ataupun tes isian (completion test).

Pada penelitian ini, peneliti bermaksud memperoleh data mengenai

peningkatan koordinasi mata dan tangan melalui keterampilan kirigami pada

siswa cerebral palsy spastik. Maka dari itu dibuatlah instrumen yang disesuaikan

dengan kebutuhan penelitian untuk memperoleh data tersebut. Namun sebelum

membuat instrumen, perlu dibuat kisi-kisi instrumen terlebih dahulu. Hal ini

dimaksudkan untuk memudahkan peneliti dalam menyusun instrumen. Setelah

membuat kisi-kisi instrumen, dibuat pula pengembangan butir-butir instrumen dan

menyusun program intervensinya. Berikut ini adalah langkah-langkah yang

dilakukan dalam penyusunan instrumen:

1) Membuat kisi-kisi instrumen kemampuan koordinasi mata dan tangan;

Seperti yang telah dijelaskan di atas, kisi-kisi instrumen dibuat untuk

mempermudah peneliti dalam membuat instrumen yang nantinya akan dikerjakan

oleh siswa. Peneliti harus memahami teori-teori mengenai penelitian yang akan

dilakukan agar memperoleh indikator yang valid untuk dapat menyusun instrumen

(28)

31

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Koordinasi Mata dan Tangan

Komponen Sub Komponen Indikator

5. Koordinasi 5.6 Koordinasi Mata Dan Tangan

1. Melipat Kertas

2. Menebalkan Pola

3. Menggunting Pola

2) Pengembangan butir-butir instrumen kemampuan koordinasi mata dan

tangan;

Setelah membuat kisi-kisi instrumen, langkah selanjutnya adalah

mengembangkan butir-butir soal. Butir-butir soal dikembangkan berdasarkan

indikator-indikator yang telah dibuat.

Tabel 3.2 Butir-butir Instrumen Kemampuan Koordinasi Mata dan Tangan

Komponen Sub

Komponen Indikator Sub Indikator

Kriteria

1.1Melipat kertas sama panjang secara vertikal

1.2Melipat kertas sama panjang secara horizontal

1.3Melipat kertas sama panjang secara diagonal dari kanan atas ke kiri bawah

1.4Melipat kertas sama panjang secara diagonal dari kanan bawah ke kiri atas

2.

Menebalkan pola

2.1Menebalkan pola garis vertikal 2.2Menebalkan pola garis horizontal 2.3Menebalkan pola garis diagonal

kanan

2.4Menebalkan pola garis diagonal kiri

2.5Menebalkan pola garis lengkung 2.6Menebalkan pola lingkaran 3.

Menggunting pola

3.1Menggunting pola garis vertikal 3.2Menggunting pola garis horizontal 3.3Menggunting pola garis diagonal

kanan

(29)

32

kiri

3.5Menggunting pola garis lengkung 3.6Menggunting pola lingkaran

Keterangan aspek melipat kertas:

 Nilai 3 : jika siswa mampu melipat kertas sama panjang sesuai pola.

 Nilai 2 : jika siswa mampu melipat kertas sesuai pola, namun tidak sama panjang.

 Nilai 2 : jika siswa mampu menebalkan pola, tetapi keluar garis.

 Nilai 1 : jika siswa mampu membuat coretan, tetapi tidak membentuk pola yang disediakan.

*Skor maksimum : 54.

Keterangan aspek menggunting pola:

 Nilai 3 : jika siswa mampu menggunting sesuai pola.

 Nilai 2 : jika siswa mampu menggunting, tetapi tidak sesuai pola

 Nilai 1 : jika siswa hanya mampu menggunting, tetapi tidak pada pola yang disediakan.

*Skor maksimum : 54

Catatan: Setiap sub indikator terdiri dari tiga butir soal.

3) Menyusun Program Intervensi

Program intervensi diberikan kepada siswa dengan menggunakan

keterampilan kirigami. Dengan dibuatnya program intervensi ini diharapkan siswa

mampu mengembangkan kemampuan koordinasi mata dan tangannya sehingga

(30)

33

F. Proses Pengembangan Instrumen

1) Uji Validitas Instrumen

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur

apa yang seharusnya diukur. Dengan menggunakan instrumen yang valid dalam

pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid. Jadi,

instrumen yang valid merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil

penelitian yang valid (Sugiyono, 2008: 173). Maka dari itu sebelum instrumen

diujikan pada siswa, instrumen tersebut harus diuji validitasnya terlebih dahulu.

Uji validitas instrumen ini dilakukan oleh pendapat ahli (judgment expert).

Pengujian validitas instrumen ini dinilai oleh satu orang dosen PKh dan satu orang

guru di SLB D YPAC Bandung. Uji validitas yang dilakukan pada instrumen

penelitian ini menggunakan uji validitas isi (content validity) yang berkenaan

dengan isi dan format instrumen. Berikut ini daftar penguji validitas instrumen

yang dibuat oleh peneliti:

Tabel 3.3 Daftar para ahli untuk judgment expert instrumen

No Nama Jabatan

1. M.A Dosen PKh

2. E.H Guru SLB

Skor hasil validitas instrumen diukur dengan menggunakan rumus:

Berdasarkan perhitungan butir soal 1-48 didapatkan hasil 100%, yang

artinya instrumen tersebut valid dan dinyatakan layak untuk digunakan dalam

penelitian. Hasil perhitungan terlampir pada lampiran nomor IV.

2) Uji Reliabilitas Instrumen

Sebuah instrumen yang akan diujikan, tidak hanya harus valid, tetapi juga

harus reliabel. Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil

(31)

34

instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya

sama atau relatif sama (Syaodih, 2006: 229). Maka dari itu, setelah instrumen

diuji validitasnya, instrumen tersebut juga harus diuji reliabilitasnya. Dalam uji

reliabilitas ini, instrumen harus diujikan pada subyek yang memiliki karakteristik

yang sama atau mendekati subyek dalam penelitian. Instrumen diujikan kepada 5

orang siswa di SLB PGRI Pasirjambu yang memiliki kemampuan koordinasi mata

dan tangan yang masih rendah.

Berikut ini merupakan tabel interpretasi koefisien reliabilitas menurut

Arikunto, 2010:

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Reliabilitas

Rentang Koefisien Reliabilitas Interpretasi

0,08-1,00 Sangat tinggi

0,60-0,79 Tinggi

0,20-0,59 Rendah

0,00-0,19 Sangat Rendah

Perhitungan reliabilitas pada instrumen ini dihitung dengan menggunakan

perangkat lunak (software) komputer yaitu dengan aplikasi ANATES. Hasil yang

didapat dari perhitungan uji reliabilitas ini yaitu 1,00 (sangat tinggi) artinya

instrumen dinyatakan reliabel dan layak untuk digunakan dalam penelitian. Hasil

perhitungan terlampir pada lampiran nomor IV.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian dapat dilakukan dengan berbagai

macam teknik, baik itu menggunakan tes maupun non tes. Tes dapat dilakukan

dengan tes lisan, tes tulis, tes perbuatan dan sebagainya. Sedangkan non tes dapat

dilakukan diantaranya melalui wawancara, observasi, angket, dokumentasi,

maupun inventori.

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

(32)

35

yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,

kemampuan yang dimiliki kelompok atau individu” (Arikunto, 2006:150). Teknik

pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan tes perbuatan (praktik).

Tes perbuatan (praktik) dilakukan dengan tes melipat kertas, tes menebalkan pola

dan tes menggunting pola. Tes ini diberikan kepada siswa pada tahap baseline 1

(A1) untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam hal koordinasi mata dan

tangan pada ketiga aspek tersebut sebelum diberikan intervensi. Tahap A1

dilakukan minimal tiga hingga lima sesi atau sampai didapat data yang stabil

(Sunanto et al. 2005: 62). Kemudian tes diberikan kembali pada tahap intervensi

(B) untuk mengetahui kemampuan siswa selama diberikan intervensi. Pada tahap

terakhir, yaitu baseline 2 (A2) diberikan kembali tes tersebut untuk mengetahui

kemampuan siswa setelah diberikan intervensi apakah ada peningkatan atau tidak.

H. Teknik Analisis Data

Pada penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah

data-data terkumpul. Teknik analisis data-data dalam penelitian kuantitatif menggunakan

statistik deskriptif maupun statistik inferensial. Namun pada penelitian dengan

kasus tunggal penggunaan statistik yang kompleks tidak dilakukan, tetapi lebih

banyak menggunakan statistik deskriptif yang sederhana.

Proses analisis data pada penelitian ini adalah banyak divisualisasikan

dengan menggunakan grafik. Pembuatan grafik ini memiliki dua tujuan utama

yaitu untuk membantu mengorganisasi data sepanjang proses pengumpulan data

yang nantinya akan mempermudah untuk mengevaluasi dan untuk memberikan

rangkuman data kuantitatif serta mendeskripsikan target behavior yang akan

membantu dalam proses menganalisis hubungan antara variabel bebas dan terikat

(Sunanto et al. 2005: 36). Skor jawaban siswa dari setiap sesinya akan

(33)

36

Komponen-komponen penting yang akan dianalisis meliputi:

1. Analisis dalam kondisi adalah menganalisis perubahan data dalam satu

kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi, sedangkan

komponen yang akan dianalisis meliputi:

a) Panjang Kondisi

Panjang kondisi atau banyaknya data dalam setiap kondisi ini tidak ada

ketentuan banyaknya, tetapi data dalam tahap baseline ditentukan sampai

dengan data yang didapat menunjukan stabilitas dan arah yang jelas.

b) Estimasi Kecenderungan Arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua

data dalam suatu kondisi banyaknya data yang berada dibawah dan di atas

garis tersebut sama banyak. Metode yang digunakan pada penelitian ini

adalah split middle atau belah tengah, karena membuat garis lurus yang

membelah data dalam suatu kondisi berdasarkan median.

c) Kecenderungan Stabilitas

Tingkat stabilitas menunjukan tingkat homogenitas data dalam suatu

kondisi. Hal ini ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang

berada dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean. Jika sebanyak 50%

atau lebih data berada dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean,

maka data tersebut dikatakan stabil.

d) Jejak Data (Path)

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data yang lain dalam

suatu kondisi. Jejak data ini ada tiga kemungkinan, yakni meningkat,

menurun, atau mendatar.

e) Rentang

Rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi merupakan jarak

antara data pertama dengan data terakhir (Sunanto, 2006: 12).

f) Perubahan Level (Level Change)

Tingkat perubahan ini merupakan selisih data dalam suatu kondisi antara

(34)

37

2. Analisis Antar Kondisi adalah perubahan data antar suatu kondisi misalnya

kondisi baseline (A) ke kondisi intervensi (B). Komponen-komponen analisis

antar kondisi meliputi:

a) Jumlah variabel yang diubah (Number of variable changed)

b) Perubahan kecenderungan arah dan efeknya (Change in Trend variable

and Effect)

c) Perubahan kecenderungan stabilitas dan efeknya (Change in trend

stability)

d) Perubahan level (Change in Level)

e) Persentase overlap (Presentage of Overlap)

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data yang telah

diperoleh tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menghitung persentase target behavior pada fase baseline.

b. Menghitung persentase target behavior pada fase intervensi.

c. Membuat tabel data hasil pengukuran target behavior pada fase baseline

dan fase intervensi.

d. Menganalisis data dalam kondisi dan antar kondisi untuk mengetahui

pengaruh intervensi terhadap target behavior yang ingin dicapai.

I. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian

Langkah-langkah persiapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

a) Melakukan studi pendahuluan di SLB D YPAC Bandung

b) Menetapkan subyek dan permasalahan yang akan diteliti

c) Mengurus surat perizinan, meliputi:

 Pengajuan surat ketetapan dosen pembimbing yang diajukan pada Dekan FIP.

(35)

38

 Permohonan izin penelitian dari Rektor UPI kepada Kepala Badan Kesbangpol Linmasda (Kesatuan Bangsa dan Politik).

 Permohonan izin penelitian dari Kepala Badan Kesbangpol Linmasda kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

 Setelah mendapatkan surat izin penelitian dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, surat tersebut diberikan kepada Kepala

Sekolah SLB D YPAC Bandung untuk meminta izin melaksanakan

penelitian..

d) Menyusun instrumen penelitian mengenai kemampuan koordinasi

mata dan tangan yang meliputi aspek melipat kertas, menebalkan pola

dan menggunting pola untuk digunakan pada siswa cerebral palsy

spastik. Instrumen penelitian ini meliputi kisi-kisi instrumen,

pembuatan butir soal, dan pembuatan program intervensi.

e) Melakukan uji coba instrumen penelitian, uji coba instrumen ini

meliputi uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan pada satu

orang dosen PKh dan satu orang guru SLB.

f) Menganalisis hasil uji coba instrumen.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan sebanyak 16 sesi, dengan pembagian

A1 (baseline 1) sebanyak empat sesi, B (intervensi) sebanyak delapan sesi

dan A2 (baseline 2) sebanyak empat sesi. Berikut ini adalah

langkah-langkah pelaksanaan penelitian:

a) Memberikan tes kepada siswa pada tahap baseline 1 (A1) untuk

mengetahui kemampuan awal siswa dalam koordinasi mata dan

tangan pada aspek melipat kertas, menebalkan pola dan

menggunting pola sebelum diberikan intervensi.

b) Memberikan intervensi (B) kepada siswa melalui keterampilan

kirigami. Setelah itu diberikan tes kembali untuk mengetahui

apakah ada peningkatan atau tidak selama diberikan intervensi.

c) Memberikan tes kepada siswa pada tahap baseline 2 (A2) untuk

(36)

39

melipat kertas, menebalkan pola dan menggunting pola siswa

setelah diberikan intervensi melalui keterampilan kirigami.

d) Mengumpulkan dan menganalisis data hasil penelitian.

(37)

78

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan perolehan data yang telah dianalisis, dapat disimpulkan

bahwa kemampuan koordinasi mata dan tangan yang diintervensi dengan

keterampilan kirigami pada subjek S.B. secara keseluruhan mengalami

peningkatan. Tetapi pada sub indikator tertentu ada yang tidak mengalami

perubahan sama sekali. Ini berarti bahwa keterampilan kirigami berpengaruh

dalam meningkatkan koordinasi mata dan tangan. Selain itu keterampilan kirigami

dapat membuat anak senang sekaligus melatih imajinasinya, karena disini anak

bebas untuk membuat suatu karya seni. Peningkatan kemampuan koordinasi mata

dan tangan ini dapat dilihat dari nilai mean level pada setiap aspek dan pada

setiap fasenya.

Pada aspek melipat kertas, mean level pada fase baseline 1 adalah 49,9%,

pada fase intervensi diperoleh sebesar 59,6% dan pada fase baseline 2 mean level

yang diperoleh adalah 74,9%. Peningkatan pada aspek ini terlihat pada fase

intervensi, dimana anak sedikit-sedikit sudah mulai mampu untuk melipat kertas

sesuai pola dengan rapih. Ini berarti bahwa pada aspek melipat kertas terjadi

lengkung dan lingkaran masih belum ada peningkatan.

Begitu pula dalam aspek menggunting pola, kemampuan subjek S.B.

secara keseluruhan mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari perolehan

mean level pada fase baseline 1 sebesar 68,5%, meningkat pada fase intervensi

sebesar 70,7%, lalu meningkat lagi pada fase baseline 2 menjadi 77,25%. Seperti

(38)

79

mampu untuk menggunting pola garis vertikal, horizontal, diagonal kanan dan kiri

secara rapih. Namun tidak ada peningkatan yang signifikan dalam menggunting

pola garis lengkung dan lingkaran.

B.Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, bahwa

keterampilan kirigami dapat memberikan pengaruh terhadap koordinasi mata dan

tangan, maka penulis memberikan rekomendasi untuk:

1. Pendidik

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu rekomendasi

untuk menggunakan keterampilan kirigami dalam menghadapi siswa yang

mengalami hambatan dalam koordinasi mata dan tangan. Namun pada

pelaksanaan kegiatan ini diperlukan bimbingan dan pengawasan dari

pendidik terkait penggunaan alat gunting yang merupakan benda tajam agar

tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Orang Tua

Orang tua diharapkan dapat membimbing anaknya secara rutin dalam

meningkatkan koordinasi mata dan tangannya dengan menggunakan

keterampilan kirigami, agar anak mengalami peningkatan dalam hal

tersebut. Alat dan bahan yang diperlukan pun tidaklah sulit, hanya

membutuhkan sebuah gunting dan selembar kertas saja maka para orang tua

sudah dapat membimbing anaknya dalam meningkatkan kemampuan

koordinasi mata dan tangan, mengingat koordinasi mata dan tangan

merupakan hal yang paling utama untuk dapat melakukan berbagai

aktivitas sehari-hari, tanpa itu seseorang akan merasa kesulitan untuk

menjalankan aktivitasnya sehari-hari.

3. Peneliti selanjutnya

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

keterampilan kirigami dapat meningkatkan kemampuan koordinasi mata

dan tangan. Keterampilan kirigami masih terdengar asing bagi sebagian

(39)

80

untuk meneliti lebih jauh tentang pengaruh keterampilan kirigami pada

kasus yang berbeda, misalnya dalam meningkatkan kreativitas dan

imajinasi anak serta dalam bidang seni dan matematika, karena manfaat

dari keterampilan kirigami ini tidak hanya untuk meningkatkan koordinasi

mata dan tangan saja, tetapi salah satu manfaat lain dari keterampilan

kirigami adalah untuk meningkatkan daya imajinasi anak untuk

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arry, U. (2011). Seni Origami dan Kirigami [Online]. Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/2011/06/26/seni-origami-dan-kirigami-376489.html. [01 September 2013].

Assjari, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunadaksa. Bandung. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi.

Florence, T. (2006). Kirigami Home Decorations. United States: Tuttle Publishing

Karyana, A. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunadaksa. Jakarta: PT. Luxima Metro Media

Mitarwan, M.Hamid. (2011). Kirigami Bunga, Buah dan Sayuran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Muslim, A dan Sugiarmin, M. (1996). Ortopedi dalam Pendidikan Anak

Tunadaksa. DEPDIKBUD

Muhammad, J. (2008). Special Education for Special Children. Jakarta: PT. Mizan Publika

Nuraini. (2010). Penyebab Tunadaksa. [Online] Tersedia: http://nurainiplb2010.blogspot.com/2010/12/penyebab-tuna-daksa.html [14 Oktober 2011]

Nurhasanah. (2010). Peningkatan Koordinasi Motorik Anak Cerebral Palsy

Spastik melalui Gerakan Tari Saman di SLB D YPAC Bandung.

Bandung: tidak diterbitkan

Nursyahidah, Farida. (2012). Penelitian Eksperimen. [Online] Tersedia:

http://faridanursyahidah.files.wordpress.com/2012/05/penelitian-eksperimen_farida.pdf[21 November 2013]

Olvista. (2011). Kirigami seni Lipat-Potong Kertas. [Online]. Tersedia: http://olvista.com/hobby/kirigami-seni-lipat-potong-kertas/. [01 September 2013].

(41)

Saefatul-Mustaqimah, U. (2013). Efektivitas Penggunaan Media Fondant

untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus dalam Menulis Permulaan Siswa Cerebral Palsy Sedang di SLB D YPAC Bandung.

Bandung: tidak diterbitkan

Sugiyono. (2008). Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suharsimi, A. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Sunanto, J. et al. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press

Suprihatin, T. (2010). Pengaruh Permainan Enerjetik dalam Meningkatkan

Kemampuan Koordinasi Gerak Mata, Tangan dan Kaki Siswa Tunagrahita Sedang. Bandung: tidak diterbitkan

Syaodih-Sukmadinata, N. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Tn. (2011). Faktor Penyebab terjadinya Tunadaksa. [Online]. Tersedia: http://pabk-4you.blogspot.com/2011/08/faktor-penyebab-terjadinya-tunadaksa.html. [01 November 2011].

Widati, S. et al (2010). Hand Out Mata Kuliah Bina Diri dan Bina Gerak

Gambar

Gambar 1.1 Hasil Karya Seni Keterampilan Kirigami Bentuk Bunga.
Grafik 3.1 Prosedur Dasar Desain A-B-A
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Koordinasi Mata dan Tangan
Tabel 3.3 Daftar para ahli untuk judgment expert instrumen
+2

Referensi

Dokumen terkait

MENGGUNAKAN METODE FIFO, MAKA HARGA POKOK BARANG YANG DIJUAL ADALAH SEBESAR RP 39. MILYAR DAN PERSEDIAAN AKHIRNYA BERNILAI RP 41

(4) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dipenuhi, atau jika Kreditor belum dapat memberikan suara mereka mengenai rencana perdamaian, atas permintaan

• Transaksi Penerbitan Notes merupakan salah satu strategi Perseroan dalam diversifikasi sumber pendanaan dari investor internasional. Hal ini guna mendukung rencana

Teknik Permainan Cello Keroncong Asli Pada Grup Keroncong Merah Putih Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu.. DAFTAR

[r]

Simtom ansietas dan depresi pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 dialisis.. Ansietas dan depresi sering bertumpang tindih, hal

Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi Dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah

[r]