• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON FILM BERBAHASA JERMAN DENGAN KEMAMPUAN MENYIMAK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON FILM BERBAHASA JERMAN DENGAN KEMAMPUAN MENYIMAK."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON FILM BERBAHASA

JERMAN DENGAN KEMAMPUAN MENYIMAK

Proposal Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Bahasa Jerman

Oleh Lela Ramadhan

1000597

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

(2)

Hubungan Intensitas Menonton Film Berbahasa Jerman dengan

Kemampuan Menyimak

Oleh Lela Ramadhan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© LelaRamadhan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON FILM JERMAN DENGAN KEMAMPUAN MENYIMAK

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Drs. Setiawan, M.Pd

NIP. 195906231987031003

Pembimbing II

Pepen Permana, M.Pd

NIP. 198002102005011002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman

FPBS UPI

Drs. Amir, M.Pd

(4)

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i ABSTRAK

HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON FILM BERBAHASA JERMAN DENGAN KEMAMPUAN MENYIMAK

Dalam penelitian ini dibahas mengenai hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak. Film merupakan salah satu media alternatif yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Salah satu kelebihan media video yaitu dapat digunakan untuk mempelajari suatu keterampilan atau kecakapan tertentu. Dengan bantuan visualisasi yang ditampilkan dalam film dapat membantu untuk lebih mudah memahami alur cerita dan kata-kata yang digunakan pada saat berkomunikasi. Menyimak merupakan proses awal pembelajar bahasa untuk mengenal bahasa itu sendiri. Maka dari itu, menyimak mempunyai peranan penting dalam mempelajari bahasa. Pada nyatanya, menyimak adalah salah satu keterampilan yang sulit dikuasai pembelajar bahasa, karena pada saat yang sama pembelajar tidak hanya mendengarkan, melainkan juga memahami informasi yang didapat. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan: 1) untuk mengetahui bagaimana tingkat intensitas menonton film berbahasa Jerman mahasiswa, 2) mendeskripsikan bagaimana kemampuan menyimak mahasiswa, 3) untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif antara intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak. Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian korelasional. Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa semeter IV jurusan Pendidikan Bahasa Jerman tahun ajaran 2013/2014 dengan sampel penelitian berjumlah 20 orang mahasiswa. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data intensitas menonton film berbahasa Jerman dan data kemampuan menyimak. Setelah data dianalisis diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Nilai rata-rata angket intensitas menonton film berbahasa Jerman adalah 68,85 dengan nilai tertinggi 81, 2) nilai rata-rata tes kemampuan menyimak adalah 81,3 dengan nilai tertinggi 93, 3) terdapat hubungan yang positif antara intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil koefisien korelasi yang didapat yaitu 0,54

dan kontribusi sebesar 29% melalui persamaan regresi Ŷ = 23,82 + 0,83X. Dari hasil

(5)

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i ABSTRAKT

DIE BEZIEHUNG ZWISCHEN DER INTENSITÄT DER STUDENTEN BEIM SEHEN DER DEUTSCHEN FILME UND IHREM HÖRVERSTEHEN

In dieser Untersuchung wurde die Beziehung zwischen der Intensität der Studenten beim Sehen der deutschen Filme und Hörverstehen durchgeführt. Der Film ist eins der alternativen Medien, die als Lernmedium verwendet werden können. Einer der Vorteile der Videomedien ist eine bestimmte Fähigkeit zu lernen. Die Visualisierung, die in dem Film gezeigt wird, hilft den Lernenden durch die Handlung und die Wörter, die in der Komunikation benutzt werden, leichter zu verstehen. Hörverstehen ist ein Prozess um die Sprache kennenzulernen. Deshalb spielt das Hörverstehen eine wichtige Rolle beim Sprachunterricht. In der Wirklichkeit ist das Hörverstehen schwierig zu beherrschen, denn in der gleichen Zeit müssen die Lernenden nicht nur die Wörter hören, sondern auch die Information verstehen. Diese Untersuchung hat die Ziele nämlich: 1) die Intensität der Studenten beim Sehen der deutschen Filme zu wissen, 2) das Hörverstehen der Studenten zu erklären, 3) die positive Beziehung zwischen der Intensität der Studenten beim Sehen der deutschen Filme und dem Hörverstehen zu wissen. In dieser Untersuchung wurde Korrelationsmethode benutzt. Die Population dieser Untersuchung waren die Studenten im 4. Semester der Deutschabteilung und als Stichprobe wurden 20 Studenten von der Population ausgewählt. Die Daten dieser Untersuchung sind die Daten der Intensität der Studenten beim Sehen der deutschen Filme und die Daten des Hörverstehens. Die Ergebnisse dieser Untersuchung sind wie folgende: 1) die durchschnittliche Punktzahl der Intensität der Studenten beim Sehen der deutschen Filme ist 68,85 mit den höchsten Punkten 81, 2) die durchschnittliche Punktzahl des Hörverstehens ist 81,3 mit den höchsten Punkten 93, 3) es gibt eine positive Beziehung zwischen der Intensität der Studenten beim Sehen der deutschen Filme und dem Hörverstehen. Das wurde durch die

Korrelationskoefizienten r = 0,54 und die Regressionsgleichung Ŷ= 23,82+0,83X mit dem

Beitrag der Intensität der Studenten beim Sehen der deutschen Filme 29% gezeigt. Aus den oben gennanten Ergebnissen schlägt die Verfasserin vor, dass die Studenten den Film als

(6)

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah... ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian...5

BAB II KAJIAN TEORETIS ... 6

A. Keterampilan Menyimak ... 6

1. Hakikat Menyimak... 6

2. Jenis-jenis Menyimak ... 8

3. Proses Menyimak... 10

4. Faktor-faktor yang Mempegaruhi Menyimak... 11

5. Tes Menyimak... 13

B. Film ... 14

1. Hakikat Film ... 14

2. Jenis-jenis Film ... 16

3. Kegunaan Film...17

(7)

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Hakikat Intensitas Menonton...21

6. Pengukuran Intensitas Menonton... 21

C. Kerangka Berpikir ... 22

D. Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 24

A. Metode Penelitian... 24

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... .24

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

D. Variabel dan Desain Penelitian ... 24

E. Instrumen Penelitian... 25

F. Prosedur Penelitian... 26

G. Hipotesis Statistik... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 29

B. Uji Persyaratan Analisis... 29

C. Analisis data... 30

D. Pengujian Hipotesis... 32

E. Pembahasan Hasil Penelitian... 33

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 36

(8)

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

(9)

1

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran bahasa Jerman terdapat empat keterampilan

berbahasa, yaitu menyimak (Hören), berbicara (Sprechen), membaca (Lesen) dan

menulis (Schreiben). Empat keterampilan berbahasa tersebut saling

mempengaruhi satu sama lain. Untuk dapat menulis dan berbicara seorang

pembelajar bahasa harus membaca dan mendengarkan terlebih dahulu setiap

kata-kata yang akan dibicarakan atau ditulisnya, tetapi pada saat pembelajaran

berlangsung, menyimak (Hören) merupakan salah satu keterampilan yang sulit

dikuasai oleh mahasiswa. Menyimak merupakan salah satu keterampilan yang

membantu pembelajar dalam memahami suatu bahasa, khususnya bahasa Jerman.

Dalam menyimak, pembelajar dituntut untuk membiasakan diri mendengarkan

bagaimana pengucapan setiap kata yang sebenarnya karena dengan begitu

pembelajar dapat mempelajari tidak hanya struktur bahasa itu sendiri, melainkan

juga variasi kata-kata yang dipakai pada saat berkomunikasi secara langsung.

Pada kenyataannya pembelajar selalu mempunyai kendala pada saat menyimak,

tidak hanya dalam pemahaman tapi juga kata-kata yang dikuasai oleh pembelajar

tidak cukup menunjang untuk memahami suatu tema pembicaraan yang diberikan.

Munculnya permasalahan di atas diduga karena adanya beberapa

faktor yang mempengaruhi hasil belajar mahasiswa dalam menyimak, antara lain

konsentrasi, kurangnya pembendaharaan kosakata bahasa Jerman, kurangnya

pemahaman tentang grammatik bahasa Jerman, kurangnya pemahaman tentang

tema yang dibicarakan, kurang efektifnya media yang digunakan pada saat

menyimak, teknik pembelajaran yang digunakan tidak sesuai, keadaan fisik yang

kurang baik dan kurang kondusifnya lingkungan sekitar pada saat pembelajaran

berlangsung. Faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena

pada saat yang sama pembelajar dituntut untuk memahami isi percakapan dan

(10)

2

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengetahui jawaban dari setiap pertanyaan yang diberikan. Selain itu, rendahnya

tingkat intensitas dalam latihan menyimak pun dapat berpengaruh dalam

penerimaan setiap kata dari percakapaan yang diberikan. Oleh karena itu,

pembelajar tidak terbiasa dengan cara berbicara maupun dialek yang digunakan

oleh narasumber. Karena media yang digunakan pada saat menyimak tidak terlalu

menarik dan tidak mendukung dalam pembelajaran maka para pembelajar pun

akan kehilangan konsentrasi pada saat menyimak karena pembelajar sudah tidak

mempunyai minat untuk mendengarkan bahkan untuk memahami isi percakapan

yang diberikan.

Pada zaman yang semakin berkembang ini, banyak media yang dapat

digunakan untuk melatih kemampuan menyimak. Salah satu di antaranya adalah

film. Film merupakan salah satu media yang menarik dan dapat digunakan dalam

proses pembelajaran. Dengan film pembelajar tidak hanya berlatih menyimak

dengan memanfaatkan audio saja, melainkan dibantu dengan visualisasi dalam

pemahaman terhadap percakapan yang ditampilkan. Selain itu, film dapat menarik

perhatian pembelajar untuk mendengarkan bahasa Jerman dengan memperhatikan

setiap visualisasi yang ada. Pembelajar pun dapat dengan mudah berlatih karena

tidak sulit untuk bisa mendapatkan film Jerman pada era globalisasi ini.

Film sebagai media pembelajaran tidak hanya kemampuan berbicara

yang dapat dilatih, akan tetapi film juga dapat digunakan untuk meningkatkan

kemampuan menyimak. Karena cara yang dapat digunakan untuk membiasakan

organ pendengaran untuk menyerap kata ataupun kalimat yang diutarakan dengan

media film ini adalah dengan meningkatkan intensitas menonton film itu sendiri.

Hal tersebut akan menjadi suatu dorongan untuk meningkatkan kualitas

keterampilan berbahasa yang dimiliki, khususnya keterampilan menyimak,

disebabkan karena terbiasanya seseorang dalam mendengar dan memahami

bahasa yang dipelajari. Maka dari itu, pembelajar dituntut untuk aktif mencari

(11)

3

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang harus dikuasai agar dapat selalu memperbaiki dan menjadi lebih baik dalam

setiap keterampilan berbahasa.

Berdasarkan pada penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa

kemampuan menyimak membutuhkan latihan yang bervariasi tidak hanya di kelas

akan tetapi pembelajar dapat melakukan latihan dimana saja dan kapan saja

dengan media yang bervariasi pula agar pembelajar dapat meningkatkan

kemampuan yang dimiliki demi mendapatkan hasil yang lebih baik. Maka dari itu,

penulis merumuskan masalah tersebut ke dalam sebuah penelitian dengan judul:

Hubungan Intensitas Menonton Film Berbahasa Jerman dengan Kemampuan Menyimak.

B. Identifikasi Masalah

Dengan mengacu kepada masalah yang telah dijelaskan pada latar

belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai

berikut:

1. Apakah kesulitan mahasiswa dalam menyimak disebabkan kurangnya latihan

menonton film berbahasa Jerman?

2. Apakah kurangnya penguasaan kosakata bahasa Jerman dapat menyebabkan

kesulitan mahasiswa pada saat menyimak?

3. Apakah rendahnya tingkat konsentrasi dapat menyebabkan kesulitan

mahasiswa pada saat menyimak?

4. Apakah penggunaan media yang kurang menarik dapat mempengaruhi

rendahnya kemampuan mahasiswa dalam menyimak?

5. Apakah rendahnya penguasaan grammatik bahasa Jerman dapat mempengaruhi

kesulitan mahasiswa dalam memahami suatu tema pada saat menyimak?

6. Apakah penggunaan teknik pembelajaran yang kurang tepat dapat

mempengaruhi kurangnya kemampuan mahasiswa dalam menyimak?

7. Apakah film dapat dijadikan media pembelajaran untuk membantu dalam

(12)

4

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8. Apakah rendahnya intensitas menonton film berbahasa Jerman dapat

mempengaruhi rendahnya kemampuan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa

Jerman dalam menyimak?

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah maka difokuskan pada permasalahan

sebagai berikut:

1. Intensitas Menonton Film Berbahasa Jerman

Menonton film berbahasa Jerman sebagai salah satu cara alternatif

yang dapat digunakan untuk melatih kemampuan berbahasa khususnya

kemampuan menyimak.

2. Kemampuan Menyimak

Dalam proses menyimak pembelajar tidak harus mengerti setiap

kata yang diucapkan akan tetapi pembelajar hanya perlu memahami inti dari tema

yang dibicarakan.

Penelitian ini dibatasi pada permasalahan tersebut dengan asumsi

bahwa menonton film berbahasa Jerman memberikan manfaat dan lebih

berpengaruh pada kemampuan menyimak.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah maka dapat dirumuskan

masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana intensitas menonton film Jerman mahasiswa Jurusan Pendidikan

Bahasa Jerman?

2. Bagaimana kemampuan menyimak mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa

(13)

5

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Apakah terdapat hubungan yang positif antara intensitas menonton film Jerman

dengan kemampuan menyimak?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan-tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat intensitas mahasiswa Jurusan Pendidikan

Bahasa Jerman dalam menonton film Jerman.

2. Mendeskripsikan bagaimana kemampuan menyimak mahasiswa Jurusan

Pendidikan Bahasa Jerman.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif antara intensitas

menonton film Jerman dan kemampuan menyimak mahasiswa Jurusan

Pendidikan Bahasa Jerman.

F. Manfaat Penelitian

Melalui spenelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang

kemampuan menyimak dan film itu sendiri sebagai sebuah media pembelajaran

dalam perkembangan pendidikan bahasa Jerman.

2. Manfaat Praktis

a. Dosen

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu

pembuka jalan baru terhadap media pembelajaran yang dapat digunakan para

dosen dalam menyampaikan materi dalam perkuliahan.

(14)

6

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman diharapkan

penelitian ini dapat bermanfaat sebagai salah satu sumber pengetahuan dalam

upaya meningkatkan keterampilan menyimak.

c. Jurusan

Bagi Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman sendiri diharapkan penelitian ini

dapat menjadi salah satu informasi, bahan pertimbangan dan pandangan baru

dalam mengembangkan media pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan

(15)

24

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan langkah yang harus ditempuh dalam

melakukan sebuah penelitian. Penelitian kuantitatif ini termasuk ke dalam

jenis penelitian korelasional. Dalam teknik penghitungannya, penelitian ini

disebut dengan koefisien korelasi bivariat. Koefisien korelasi bivariat adalah

statistik yang dapat digunakan oleh peneliti untuk menerangkan keeratan

hubungan antara dua variabel. Pada pelaksanaannya digunakan metode yang

bersifat analisis korelasional untuk mengolah, menyusun dan menganalisis

data yang didapat agar diperoleh suatu kesimpulan dari permasalahan yang

diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman.

Waktu penelitian dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Pendidikan

Bahasa Jerman semester IV. Dalam penentuan sampel penelitian ini

digunakan teknik purpose sampling dengan jumlah sampel 20 orang

mahasiswa dari anggota populasi.

D. Variabel dan Desain Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti hubungannya

satu sama lain, yaitu:

a. Variabel bebas atau disebut juga variabel X, yaitu intensitas menonton

film berbahasa Jerman.

(16)

25

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Variabel terikat atau yang disebut juga variabel Y, yaitu kemampuan

menyimak mahasiswa.

Berdasarkan kedua variabel yang telah disebutkan di atas, maka

desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

r

Keterangan:

X: Intensitas Menonton Film

Y: Kemampuan Menyimak

r: Koefisien Korelasi

Dengan definisi operasional variabel sebagai berikut:

a. Intensitas menonton film yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salah

satu cara untuk mengasah kemampuan berbahasa dengan bantuan

visualisasi yang ditampilkan. Intensitas menonton akan dikaji dengan

angket untuk mengetahui seberapa sering mahasiswa menonton film

berbahasa Jerman.

b. Keterampilan menyimak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

keterampilan untuk menangkap dan memahami informasi.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data

dalam penelitian ini adalah:

a. Angket Intensitas Menonton Film

Instrumen intensitas menonton berbentuk kuesioner tertutup dengan

memberikan beberapa alternatif pilihan (A, B, C, D dan E). Angket ini terdiri

dari 11 butir soal yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai frekuensi,

durasi, media yang digunakan pada saat menonton film, motivasi dan manfaat

yang dirasakan oleh responden. Pemberian skor untuk setiap pilihan adalah

A=5, B=4, C=3, D=2 dan E=1 yang selanjutnya akan dikonversi ke dalam

(17)

26

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

skala nilai 0-100. Dalam pembuatan angket ini, peneliti dibantu oleh pihak

UPT-LBK UPI bidang bimbingan dan konseling yang seterusnya dilakukan

proses penghitungan validitas dan reliabilitas terhadap angket yang telah

dibuat.

b. Tes Kemampuan Menyimak

Untuk mengetahui nilai kemampuan menyimak mahasiswa dalam

mata kuliah Arbeit mit Hörtexten I, maka data diperoleh dengan memberikan

tes menyimak. Soal-soal yang diberikan diambil dari contoh soal latihan

menyimak B1 dalam buku Zertifikat Deutsch. Penilaian tes ini mengikuti

acuan baku, yaitu 5 poin untuk setiap soal menyimak global dan menyimak

selektif dan 2,5 poin untuk setiap menyimak detail dengan skor maksimal 75

yang selanjutnya skor tesebut akan dikonversi ke dalam skala nilai 0-100. Tes

ini diasumsikan telah memenuhi kriteria validitas dan reabilitas.

Tabel 3.1

Dalam penelitian ini terdapat langkah-langkah yang ditempuh sebagai

berikut:

1. Persiapan Pengumpulan Data

Pada langkah pertama ini, terlebih dahulu disiapkan instrumen angket

(18)

27

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rekomendasi dosen pembimbing dan pihak UPT-LBK UPI serta konfirmasi

kepada dosen bersangkutan yang mengajar mata kuliah Arbeit mit Hörtexten I

untuk melakukan pengumpulan data.

2. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pada langkah kedua ini dilakukan dengan maksud mengumpulkan

data mengenai taraf intensitas menonton film serta keterampilan menyimak.

teknik pengumpulan data ini berupa pemberian angket dan tes tertulis kepada

mahasiswa semester IV tahun ajaran 2013/2014 yang mengikuti mata kuliah

Arbeit mit Hörtexten I.

3. Pengolahan Data

Setelah mendapatkan data dari kedua variabel tersebut, dilakukan

proses pengolahan data dengan melakukan langkah uji persyaratan analisis

terlebih dahulu, antara lain:

a. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians dari populasi

yang beragam menjadi satu ragam atau ada kesamaan dan layak untuk diteliti.

b. Uji Normalitas Distribusi data X dan Y

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi

data hasil angket intensitas menonton film berbahasa Jerman mahasiswa dan

kemampuan menyimak.

Setelah memperoleh hasil dari uji homogenitas dan normalitas,

langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan menggunakan teknik

analisis korelasi. Teknik analisis korelasi ini dilakukan untuk mengetahui

besarnya hubungan antara variabel X dan variabel Y, dengan menggunakan

korelasi Pearson Product Moment. Selain teknik analisis korelasi, dilakukan

pula teknik analisis regresi linear sederhana yang bertujuan untuk mengetahui

linear dan berarti atau tidaknya hubungan kedua variabel yang akan diteliti.

G. Hipotesis Statistik

(19)

28

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H0 : rxy = 0

H1 : rxy < 0

Hipotesis H0 dapat diterima apabila tidak terdapat hubungan positif

antara variabel X dan variabel Y, namun apabila terdapat hubungan yang

positif antara variabel X dan variabel Y, maka hipotesis H0 ditolak. Dengan

(20)

36

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pada data-data yang telah diperoleh dalam penelitian ini,

maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Tingkat intensitas menonton film berbahasa Jerman mahasiswa semester

IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman tahun ajaran 2013/2014 Universitas

Pendidikan Indonesia termasuk ke dalam kategori cukup tinggi dengan

nilai tertinggi 81 dan nilai rata-rata 68,85.

2. Nilai kemampuan menyimak mahasiswa semester IV Jurusan Pendidikan

Bahasa Jerman tahun ajaran 2013/2014 Universitas Pendidikan Indonesia

setelah mengikuti tes termasuk ke dalam kategori baik dengan nilai

tertinggi 93 dan nilai rata-rata 81,3.

3. Intensitas menonton film berbahasa Jerman memiliki hubungan yang

positif dengan kemampuan menyimak mahasiswa semester IV Jurusan

Pendidikan Bahasa Jerman tahun ajaran 2013/2014 Universitas Pendidikan

Indonesia. Hubungan ini dibuktikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,54

yang termasuk ke dalam kategori cukup tinggi. Hal tersebut menunjukkan

adanya hubungan berbanding lurus antara intensitas menonton film dengan

kemampuan menyimak, yaitu semakin sering mahasiswa menonton film

berbahasa Jerman maka semakin baik pula kemampuan menyimak

mahasiswa, begitu pun sebaliknya.

4. Dengan besar kontribusi intensitas menonton film berbahasa Jerman

terhadap kemampuan menyimak sebanyak 29%, maka menonton film

berbahasa Jerman tidak dapat dijadikan sebagai faktor utama dalam

meningkatkan kemampuan menyimak mahasiswa.

(21)

37

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka disarankan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Dengan hasil penelitian yang telah dijelaskan bahwa tingkat intensitas

menonton film berbahasa Jerman mahasiswa yang cukup tinggi, maka film

dapat digunakan para pengajar bahasa Jerman menjadi salah satu media

yang inovatif dan menarik dalam pembelajaran bahasa Jerman. Meskipun

cukup sulit untuk menemukan film berbahasa Jerman di Indonesia, akan

tetapi pembelajar bahasa Jerman dapat mengunduh film-film tersebut atau

dengan meminjam ke perpustakaan Goethe Institut.

2. Dalam meningkatkan kemampuan menyimak, pembelajar pun harus terus

melatih dan mengasah kamampuan menyimak dengan melakukan berbagai

latihan untuk membiasakan diri mendengarkan setiap kata yang

digunakan, tidak hanya menonton film berbahasa Jerman, tetapi juga

pembelajar dapat mendengarkan lagu dalam bahasa Jerman,

memperbanyak komunikasi dengan native speaker dan mendengarkan

(22)

8

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Benny, A. (2013). Pengertian dan Perkembangan Konsep Media

Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya. [Online] Tersedia: http://belajar.kemdikbud.go.id.

Brandi, Marie Luise. (1996). Video im Deutschunterricht. München:

Langenscheidt (Goethe Institut).

Butzkamm, Wolfgang. (1996). Unterrichtssprache Deutsch Wörter und

Wendungen für Lehrer und Schüler. Deutschland: Hüber Verlag

Dahlhaus, Barbara. (1994). Fertigkeit Hören. München: Langenscheidt

(Goethe Institut).

Duden. (2010). Das Bedeutungswörterbuch. Mannheim: Bibliographisches

Institut AG.

Hermawan, Herry. (2012). Menyimak: Keterampilan Berkomunikasi yang

Terabaikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Klinglmair, Anita. (2008). Zur Rolle des Hörens im Deutsch als

Zweitspracheunterricht. Skripsi Universitas Wien. Wien: Tidak diterbitkan.

Surkamp, Carola (Hrsg.). (2010). Fremdsprachendidaktik. Weimar: J.B.

Metzler.

Obermayr, Karin. (2007). Hören und Verstehen. Sprechanlasse für das

kommunikative Handel im Deutschunterricht. Skripsi Universitas Wien. Wien: Tidak diterbitkan.

Putra, Heriyanto Hendra. (2012). Hubungan antara Daya Ingat Dengan

Keterampilan Menyimak Mahasiswa Semester 5 Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman. Skripsi FPBS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan

(23)

9

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rampillon, Ute. (1996). Lerntechnicken im Fremdsprachenunterricht.

München: Hüber Verlag.

Riduwan. (2003). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Wiemann, Beatrice. (2009). Wir hören, was wir verstehen, aber wir verstehen nicht immer, was wir hören. Skripsi Universitas Teknik Chemnitz. Deutschland: Tidak diterbitkan.

Kusumah, Wijaya dan Dwitagama, Dedi. (2011). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Indeks.

. (2010). Grundmuster von Filmgattungen. [Online] Tersedia:

http://www.geschichte-projekte-hannover.de/filmundgeschichte/zitieren_und_dokumentieren/beschrei bung_von_inhalt_und_form/filmgattungen_gestaltungsformen_und_ge nres.html

388

Gambar

Tabel 3.1

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji pH yogurt, kadar asam laktat, dan jumlah mikroba total, diperoleh data bahwa terdapat pengaruh jenis bahan dasar susu dengan perubahan pH yogurt,

 Kurva LM menunjukkan kombinasi tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang konsisten dengan ekuilibrium dalam pasar keseimbangan uang riil..  Kurva LM digambar untuk

Metode VALSAT ( Value Stream Analysis Tools ) merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui jenis aktivitas yang memberikan nilai tambah ( value added ) dan yang

Interest, including premiums, discounts, and guarantee fees paid or credited by a Contractor or Sub-contractor to a person who is not a resident of either Australia

Penelitian ini memfokuskan terhadap proses dan waktu siklus produksi untuk produk UC - 208 INNER yang digunakan pada plumber block. Kedua, penelitian yang

Gross Income (Taxable wages/ salaries and similar remuneration derived in respect of employment exercised in the petroleum operations in JPDA area or in Timor-Leste area). Net

prosedur atau program.  Merancang storyboard multimedia interaktif berbasis Quantum Teaching and Learning berdasarkan hasil temuan studi pada tahap analisis. Storyboard

Perlu adanya penelitian perlakuan dengan dosis yang berbeda untuk meningkatkan nilai fekunditas, daya tetas, dan kelulushidupan larva ikan lele sangkuriang