PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES TERHADAP KETERAMPILAN MOTORIK PESERTA
DIDIK ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Olahraga
Oleh Eli Maryani
1007259
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCASARJANA
ELI MARYANI
PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES TERHADAP KETERAMPILAN MOTORIK PESERTA
DIDIK ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Dr. Berliana, M.Pd NIP. 19620513 198602 2 001
Pembimbing II
Dr. Nina Sutresna NIP. 19641215 198901 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana UPI
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR BAGAN ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 6
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Struktur Organisasi Tesis ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, ASUMSI, DAN HIPOTESIS ... 10
A. Pendekatan Bermain ... 10
B. Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 18
C. Keterampilan Motorik ... 23
D. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) ... 26
E. Penelitian yang Relevan ... 38
F. Asumsi ... 42
G. Hipotesis ... 44
H. Kerangka Berpikir ... 44
BAB III METODE PENELITIAN ... 49
A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 49
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Definisi Operasional ... 51
D. Instrumen Penelitian dan Analisis Uji Coba Instrumen ... 52
E. Prosedur dan Treatment Penelitian ... 57
F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61
A. Hasil Penelitian ... 61
1. Deskripsi Data ... 61
2. Deskripsi Customary Chart ... 63
3. Deskripsi Data secara Individu ... 70
4. Deskripsi Data Beda dan Pengujian Hipotesis ... 71
B. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 73
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 83
A. Kesimpulan ... 83
B. Rekomendasi ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 85
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 89
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Hasil Uji Validitas Motor Ability Test yang Dimodifikasi ... 56
3.2 Hasil Uji Reliabilitas Motor Ability Test yang Dimodifikasi ... 53
4.1 Total Data Baseline ... 61
4.2 Total Data Intervensi ... 62
4.3 Skor Total Data Baseline ME ... 65
4.4 Skor Total Data Intervensi ME ... 65
4.5 Skor Total Data Baseline FRA ... 66
4.6 Skor Total Data Intervensi FRA ... 67
4.7 Skor Total Data Baseline ER ... 68
4.8 Skor Total Data Intervensi ER ... 69
4.9 Data Individu One-Sample Statistics ... 70
4.10 Data One-Sample Statistics ... 70
4.11 Data Paired-Sample Statistics ... 71
4.12 Data Paired-Sample Correlation ... 72
4.13 Data Paired-Sample Test ... 72
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1Bagian Otak Manusia ... 32
2.2Hasil CT-Scan otak anak normal dan anak ADHD ... 33
3.1 Tes Zig-Zag Run ... 53
3.2 Tes Lempar Tangkap Bola Jarak 1,5 Meter ... 53
3.3 Tes Stork Stand Positional Balance ... 54
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
3.1 Desain A-B dari Penelitian Eksperimen Subjek-Tunggal ... 50
4.1 Customary Chart ME ... 64
4.2 Customary Chart FRA ... 66
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A Data T-Skor Uji Instrumen Motor Ability Test dan Data Jumlah T-Skor
Uji Instrumen Motor Ability Test ... 89
B Data Hasil Pengukuran Baseline Setiap Pertemuan (6 Pertemuan) ... 90
C Data Total Baseline ... 93
D Data Hasil Pengukuran Treatment/Intervensi Setiap Pertemuan (16 Pertemuan) ... 94
E Data Total Pengukuran Treatment/Intervensi ... 102
F Program Pembelajaran Penjas Semester 2 Kelas II ... 103
G Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendekatan Bermain ... 107
H Hasil Evaluasi Pembelajaran ... 155
I Perilaku Sebelum dan Selama Treatment ... 156
J Foto Dokumentasi Pendekatan Bermain dalam Pembelajaran Penjas ... 159
K SK Pengangkatan Pembimbing Penulisan Tesis Program Magister Semester Ganjil ... 161
L SK Pengangkatan Pembimbing Penulisan Tesis Program Magister Semester Genap ... 163
M Surat Permohonan Izin Melakukan Studi Lapangan/Observasi ... 165
N Surat Izin Melakukan Studi Lapangan/Observasi ... 166
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Pengaruh Pendekatan Bermain dalam Pembelajaran Penjasorkes terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Tahap perkembangan anak pada usia sekolah berada pada tahap operasional konkret. Masa ini sangat mempengaruhi perkembangan keterampilan motoriknya. Aktivitas bermain adalah aktivitas yang membantu perkembangan keterampilan motorik, karena itu pendekatan bermain pada pembelajaran penjasorkes yang sarat akan aktivitas fisik dan motorik diharapkan dapat meningkatkan keterampilan motorik peserta didik, tidak terkecuali anak dengan gangguan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). ADHD atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif (GPPH) adalah gangguan perilaku yang ditandai dengan inatensi, impulsif, dan hiperaktif. Gangguan ini banyak terjadi pada usia dini dan sekolah dasar dengan salah satu ciri kemampuan visual motorik yang rendah. Hal ini akan mempengaruhi keterampilan motorik peserta didik dalam melakukan aktivitas jasmani. Berhubungan dengan hal tersebut penelitian akan menerapkan pendekatan bermain dalam pembelajaran penjas terhadap 3 peserta didik Kelas II yang didiagnosa ADHD di SDN Cicalengka 05. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh pendekatan bermain dalam pembelajaran penjasorkes terhadap keterampilan motorik peserta didik ADHD. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen subjek-tunggal
(single-subject design). Instrumen yang digunakan adalah General Motor Ability Test
untuk sekolah dasar yang dimodifikasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan SPSS v.20, dengan alat uji yang digunakan, antara lain uji validitas dengan Pearson Correlation, uji reliabilitas dengan nilai Alfa Cronbach’s, dan uji hipotesis dengan customary chart, one-sample statistics, dan paired-sample t-test. Hasil penelitian bahwa data one-sample statistics menunjukkan adanya pengaruh pendekatan bermain terhadap keterampilan motorik, sedangkan paired sample
t-test menunjukkan tidak adanya pengaruh signifikan yang dapat dilihat dari nilai
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan salah satu hal penting untuk meningkatkan kualitas
individu. Pendidikan juga sangat penting bagi peningkatan sumber daya manusia
suatu bangsa. Hal tersebut tertuang dalam Tujuan Pendidikan Nasional yang
tersurat dalam UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan sebagai bagian dari pendidikan
secara keseluruhan sangat berperan penting dalam mewujudkan cita-cita luhur
tersebut, sehingga pemerintah tidak segan-segan dalam menetapkan kebijakan
mengenai Kurikulum 2013. Harapan utamanya adalah terwujudnya manusia
Indonesia yang utuh seperti tertuang dalan Tujuan Pendidikan Nasional, dengan
pencapaian kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor.
Secara umum, keberhasilan suatu pendidikan bergantung pada proses
pembelajaran. Adapun keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh
beberapa faktor isi kurikulum, antara lain tujuan pengajaran, pendidik, peserta
didik, media pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi.
Bertolak dari paparan tersebut, peneliti mengambil ide masalah terhadap
peserta didik. Salah satu masalah peserta didik di kelas umum yang kurang
mendapat perhatian para pendidik terutama orangtua adalah gangguan pada anak
yang disebut Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). ADHD atau GPPH adalah
gangguan perilaku yang ditandai dengan inattention (gangguan pemusatan
perhatian), impulsive (berbuat dan berbicara tanpa memikirkan akibatnya), dan
2
Berdasarkan observasi pendahuluan dan obeservasi lanjutan pada kegiatan
pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas, mulai Januari 2013 sampai
sekarang, pada peserta didik Kelas I (sekarang Kelas II) di SDN Cicalengka 05,
telah ditemukan 3 peserta didik laki-laki dari 99 peserta didik didiagnosis ADHD.
Diagnosis ADHD dilakukan oleh peneliti dengan mengamati gejala-gejala yang
muncul minimal di dua tempat, yaitu rumah dan sekolah serta bersifat menetap
selama 6 bulan.
Hasil observasi pendahuluan yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa
peserta didik dengan ADHD cenderung mengganggu proses pembelajaran, baik
dengan aktivitas dirinya yang tidak bisa diam maupun aktivitas mengganggu
teman-temannya yang sedang belajar. Pada pembelajaran penjas yang didominasi
di luar kelas, peserta didik dengan ADHD memiliki keterampilan motorik yang
rendah jika dibandingkan dengan peserta didik normal seusianya, misalnya gerak
koordinasi yang melibatkan mata-tangan seperti gerak lempar tangkap bola.
Peserta didik sebagai salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan proses
pembelajaran harus ditata sedemikian rupa supaya kondusif dan terkonsentrasi
penuh pada pembelajaran, sehingga berbagai bentuk informasi terkait materi
pembelajaran akan tersampaikan secara utuh.
Anak bukanlah miniatur orang dewasa, sehingga dalam pembelajaran pun
pendidik harus mempertimbangkan pendekatan pembelajaran sesuai dengan usia
perkembangan mereka. Sebagaimana Jean Peaget (dalam Asrori, 2009, hlm. 49-54) membagi empat tahapan perkembangan kognitif, antara lain “tahap sensori -motoris, tahap praoperasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal”.
Piaget (dalam Crain, 2011, hlm. 120-138) mengemukakan tahapan
perkembangan anak usia sekolah terletak pada tahapan ketiga, yaitu tahap
operasional konkrit dengan rentang usia 7–11 tahun. Salah satu karakteristik
tahapan ini adalah pemahaman konsep diperoleh dari proses mengalami sendiri,
sehingga pada usia ini anak cenderung mencoba dan ingin tahu. Artinya, pada
tahap ini anak cenderung banyak bergerak dan beraktivitas, sehingga pendekatan
3
Beberapa alasan penulis menerapkan pendekatan bermain didasari teori-teori
yang dikemukakan para ahli, seperti Bigot, Kohnstam, dan Palland, Rob &
Leertouwer (dalam Sukintaka, 1992, hlm. 4-5), antara lain:
a. Teori Rekreasi atau Teori Pelepasan. Teori rekreasi dikemukakan oleh para
ahli dari Jerman, yaitu Scaller (1841) dan Lazarus (1884). Mereka
berpendapat bahwa permainan adalah keasyikan yang bukan dalam bentuk
bekerja dan bermaksud untuk bersenang-senang serta istirahat.
b. Teori Surplus atau Teori Kelebihan Tenaga. Teori ini dikemukakan oleh
Herbert Spencer yang menyatakan bahwa tenaga berlebihan yang ada pada
anak itu menuntut jalan keluar dan dapat disalurkan dalam permainan.
c. Teori Teologi. Teori ini dikemukakan oleh ahli kebangsaan Jerman yang
bernama Karl Groos. Ia menyatakan bahwa permainan mempunyai tugas
biologik yang mempelajari fungsi hidup sebagai persiapan untuk hidup yang
akan datang.
d. Teori Sublimasi. Teori Sublimasi dikemukakan oleh ahli kebangsaan Swis
yang bernama Ed Claparede. Ia menyatakan bahwa permainan bukan hanya
mempelajari fungsi hidup tetapi merupakan proses sublimasi, yaitu dengan
bermain insting rendah akan menjadi tingkat perbuatan yang tinggi.
e. Teori Buhler. Carl Buhler adalah ahli kebangsaan Jerman. Ia menyatakan
bahwa permainan tidak hanya mempelajari fungsi hidup, tetapi juga
merupakan function lust (nafsu berfungsi), dan activity of drang (kemauan
untuk aktif).
f. Teori Reinkarnasi. Teori Reinkarnasi dikemukakan oleh Stanley Hall. Ia
menyatakan bahwa permainan anak itu adalah ulangan dari kehidupan nenek
moyangnya.
Masa kanak-kanak merupakan masa bermain dan mengeksplorasi segala
sesuatu yang mereka ingin tahu, sehingga masa-masa tersebut anak akan terlihat
aktif. Ketika bermain mereka melakukannya dengan asyik dan menyenangkan,
bukan merupakan pekerjaan yang membebani mereka. Adapun kelebihan tenaga
mereka salurkan dalam aktivitas bermain sehingga mereka merasa puas. Upaya
4
akan membekali mereka dalam kehidupan yang akan datang. Pengalaman yang
mereka dapatkan selama bermain akan menambah mereka lebih luwes
menghadapi aktivitas pada usia yang semakin dewasa dan semakin kompleks.
Akhirnya, mereka memiliki keinginan dan cita-cita terhadap tokoh-tokoh yang
diidentifikasi olehnya sebagai tokoh atau bentuk kegiatan yang menjadi inspirasi,
dimana biasana permainan yang dimainkan oleh anak-anak merupakan sutu
aktivitas yang sifatnya reinkarnasi dari nenek moyang dari masa-masa
sebelumnya.
Berdasarkan teori-teori tersebut, melalui pendekatan bermain diharapkan
peserta didik merasa senang (have fun). Rasa senang yang muncul diharapkan
searah dengan tingginya perhatian terhadap aktivitas dan konsep belajar gerak.
Keinginannya untuk beraktivitas memungkinkan dapat melatih kemampuan
koordinasi gerakan, karena menurut Mulyani dalam jurnalnya mengenai
Perkembangan Visual Motorik Pasien ADHD (2007, hlm. 141) menyatakan bahwa “Anak GPPH banyak yang mengalami gangguan visual motorik karena selain mengalami gangguan konsentrasi, emosinya juga cenderung impulsif dan
hiperaktivitas sehingga tidak telaten melakukan aktivitas yang memerlukan ketekunan dan ketelatenan”. Pendapat lain dikemukakan oleh Rusmawati dan Dewi dalam jurnalnya mengenai Pengaruh Terapi Musik dan Gerak (2011, hlm. 79) bahwa “Aktif secara fisik akan membantu memperhalus kemampuan motorik dan koordinasi tubuh yang pada akhirnya memperhalus reflek mental dan mendorong perkembangannya”.
Anak ADHD juga mengalami gangguan fungsi penglihatan, pendengaran, dan
organ tubuh lainnya untuk merespon dan mengeksekusi suatu tugas gerak serta
kedisiplinan peserta didik terhadap peraturan sederhana yang mengikat suatu
permainan. Sebagaimana dikemukakan Setyawan dalam jurnalnya mengenai
Aspek Neurologis ADHD, bahwa anak ADHD akan mengalami gangguan terkait
penglihatan dan pendengaran sehingga mengalami kelambatan penerimaan
stimulus dalam lobus frontal, “dimana lobus frontal berfungsi dalam
5
kerja lobus frontal diawali dengan penerimaan rangsang yang diterima indera
penglihatan dan pendengaran. Pendekatan bermain diharapkan dapat
mengendalikan perhatian dan perilaku hiperaktif peserta didik yang didiagnosis
ADHD dengan rangsangan aktivitas menyenangkan dan instruksi-instruksi
sederhana yang mudah diingat dan tidak memerlukan perhatian yang membebani
mereka sehingga perhatiannya mudah teralih dan tidak tahu apa yang harus
dilakukannya.
Berdasarkan hasil observasi peneliti, pada pembelajaran umum, anak ADHD
cenderung mengganggu, misalnya mengobrol dengan temannya, memainkan alat
tulis, lambat dalam melakukan tugas guru bahkan tidak mengerjakan sama sekali,
serta perilaku mengganggu lainnya. Sedangkan, di lapangan dalam pembelajaran
penjas anak ADHD tidak memperhatikan instruksi guru, mengobrol dengan suara
yang keras, tidak memahami tugas gerak yang harus dilakukannya, serta
cenderung lebih sibuk dengan gerakan-gerakan sendiri tanpa tujuan dan sulit
diatur.
Hasil observasi di atas menunjukkan penderita ADHD memiliki kelainan pada
tingkat aktivitas gerak tinggi, tetapi tingkat keterampilan motorik rendah. Adapun
pendekatan bermain diterapkan sebagai pendekatan yang dianggap cocok karena
sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik. Untuk mengukur tingkat
keterampilan motoriknya, peneliti mengujicobakan Motor Ability Test untuk
Sekolah Dasar. Hal ini sangat penting mengingat aktivitas Penjasorkes sarat
dengan keterampilan gerak, jika tidak diperbaiki dan dilatih sejak dini apalagi
pada peserta didik dengan gangguan perhatian yang notabene memiliki
kemampuan motorik rendah maka gangguan dan kesulitan tersebut akan
berkembang sampai remaja bahkan dewasa. Sebagaimana hasil penelitian
menunjukkan bahwa 30–80% kasus ADHD menetap pada masa remaja, bahkan
sampai dewasa. Hal ini termasuk aspek kemampuan gerak. Jadi, diharapkan
peserta didik yang didiagnosis ADHD kemudian mendapatkan perlakuan dan
perhatian dalam penelitian ini, risiko ADHD dapat semakin menurun. Artinya,
6
Melalui penelitian Eksperimen Subjek-Tunggal peneliti ingin mengetahui
seberapa besar pengaruh pendekatan pembelajaran bermain terhadap keterampilan
motorik peserta didik dengan ADHD, sehingga peneliti akan mencoba melakukan
penelitian lebih lanjut.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan observasi pendahuluan dan pengamatan, peneliti menemukan
beberapa permasalahan sebagai berikut.
1. Anak cenderung lebih suka bermain sendiri maupun berpasangan ketika
proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas, baik di tempat duduk bahkan
sampai lari saling mengejar.
2. Cara bermain anak, terutama pada anak laki-laki sering mengakibatkan salah
satu teman atau keduanya menangis, karena mereka tidak memiliki
kemampuan untuk saling kontrol.
3. Anak cenderung sering keluar masuk kelas dengan alasan buang air kecil atau
buang air besar, meskipun semata-mata hal ini disebabkan karena keinginan
untuk selalu bergerak.
4. Anak-anak yang didiagnosis ADHD lebih mendominasi aktivitas sehari-hari
meskipun selalu bertanya dan melakukan kesalahan dalam melakukan
aktivitas.
5. Di Amerika Serikat kasus ADHD berkisar antara 2-20% pada anak-anak usia
sekolah dan 3-7% pada usia pra pubertas. Di Indonesia jumlahnya belum
dapat dipastikan, namun kasus anak ADHD semakin meningkat (Jurnal eCl,
Volume 2, Nomor 1, Maret 2014).
6. Menurut Paternotte & Buitelaar (2010: 14) menyatakan bahwa “sebagian
besar anak ADHD memiliki masalah dengan motorik sehingga disebut dengan
developmental coordination disorder (DCD).”
7 C. Rumusan Masalah Penelitian
Untuk memfokuskan identifikasi permasalahan di atas, peneliti menjabarkan
permasalahan, apakah pendekatan bermain dalam pembelajaran penjasorkes
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan motorik anak
ADHD?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh
pendekatan bermain terhadap keterampilan motorik peserta didik dengan ADHD.
E. Manfaat Penelitian
Adapun signifikansi dari penelitian ini, antara lain sebagai berikut.
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para
pendidik pada umumnya dan orangtua peserta didik pada khususnya dalam
mendeteksi gangguan pemusatan perhatian dan konsentrasi, perilaku impulsif, dan
hiperaktif anak-anaknya, sehingga dapat dilakukan terapi atau pengobatan secara
dini. Jadi, dapat membantu anak dalam meningkatkan prestasi akademiknya
melalui peningkatan keterampilan motorik.
2. Secara Praktis
a. Sebagai sarana peningkatan kompetensi pedagogik dan profesional
pendidik melalui penerapan berbagai pendekatan pembelajaran, seperti
pendekatan bermain yang membantu tercapainya tujuan pembelajaran.
b. Sebagai sarana bagi peserta didik, terutama peserta didik dengan ADHD
untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan motorik-nya.
c. Sebagai sarana bagi peneliti untuk mengaplikasikan kemampuan akademik
yang telah diperoleh, serta menambah wawasan keilmuan dalam
mengantisipasi berbagai gangguan baik yang bersifat internal maupun
8
d. Sebagai panduan bagi guru dan orangtua atau keluaraga anak penderita
ADHD dalam menangani kasus motoriknya, sehingga kontrol motorik
tersebut dapat dialih-positifkan dengan pendekatan bermain.
F. Struktur Organisasi Tesis
Struktur organisasi tesis secara umum terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian
awal, bagian utama, dan bagian akhir. Adapun struktur organisasi penulisan tesis
ini adalah sebagai berikut.
PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
B. Identifikasi Masalah Penelitian
C. Rumusan Masalah Penelitian
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Struktur Orgaisasi Tesis
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, ASUMSI,
DAN HIPOTESIS
A. Pendekatan Bermain
B. Pembelajaran Pendidikan Jasmani
C. Keterampilan Motorik
D. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
9 F. Asumsi
G. Hipotesis
H. Kerangka Berpikir
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
B. Populasi dan Sampel
C. Definisi Operasional
D. Instrumen Penelitian dan Analisis Uji Coba Instrumen
E. Prosedur dan Treatment Penelitian
F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
2. Deskripsi Customary Chart
3. Deskripsi Data Beda dan Pengujian Hipotesis
B. Pembahasan Hasil Analisis Data
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini desain subjek-tunggal
(single-subject design). Pada penelitian ini subjek yang menjadi sampel penelitian bersifat
tunggal atau individu, bisa satu orang, dua orang, atau lebih, sehingga penyajian
serta analisis hasil eksperimen pun berdasarkan subjek secara individual.
Demikian juga dengan jumlah variabel terikat.
Jumlah variabel terikat pada penelitian ini hanya terbatas satu variabel saja.
Sebagaimana yang dikemukakan Fraenkel & Wallen (2008, hlm. 306-308) bahwa
it is important that only one variable be changed at a time when moving from one
condition to another. …, when analyzing a single-subject design, it is always
important to determine whether only one variable at a time has been changed. If
this is not the case, any conclusions that are drawn may be erroneous.
Berdasarkan uraian tersebut penulis memutuskan hanya mengambil satu variabel
terikat saja, yaitu keterampilan motorik anak ADHD.
Menurut Sukmadinata (2010, hlm. 211) bahwa, “eksperimen subjek-tunggal
hanya terbatas pada satu variabel saja”. Hal ini dimungkinkan untuk menghindari
bias dan error dalam pengumpulan data. Hal utama yang paling penting bahwa
penelitian jenis ini adalah hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan
berdasarkan banyaknya subjek, tetapi peneliti hanya menyimpulkan hasil
penelitian secara perseorangan.
2. Desain Penelitian
Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan Desain A-B dalam Fraenkel & Wallen (2008, hlm. 300). Perhatikan
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bagan 3.1
Desain A-B dari penelitian eksperimen subjek-tunggal
Keterangan:
A = data garis dasar (baseline data)
B = data perlakuan (treatment data)
Karakteristik utama dari eksperimen subjek-tunggal adalah adanya
pengukuran yang berulang sampai keadaan stabil. Sebagaimana digambarkan
pada salah satu desain eksperimen subjek tunggal, yaitu desain A-B. Desain
penelitian di atas menggambarkan kolom A sebagai kolom garis dasar (baseline
data) dan kolom B sebagai kolom data perlakuan (treatment data). Pengukuran
baseline bertujuan untuk memberikan gambaran tentang perilaku target secara
alami terjadi sebelum perlakuan, sedangkan pengukuran perlakuan bertujuan
untuk mengetahui efektivitas pengaruh dari treatment yang telah diberikan. Batas
data baseline masih bersifat fleksibel karena stabilitas hasil penelitian tidak dapat
dipastikan, demikian juga dengan data treatment, sebagaimana dijelaskan dalam
Fraenkel & Wallen (2008, hlm. 305) bahwa “The data shown in the baseline
Pertemuan
1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A
Data Garis Dasar
B Data Perlakuan
13 14 15 16
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
condition appear to be stable, and hance it would be appropriate for the
researcher to introduce the intervention”.
B. Populasi dan Sampel
Jumlah populasi dan sampel dalam penelitian ini terdiri atas 3 orang anak
laki-laki peserta didik Kelas I SDN Cicalengka 05, Tahun Pelajaran 2012/2013 yang
saat ini telah berada di Kelas II. Jumlah populasi sekaligus sampel penelitian yang
digunakan dikenal dalam beberapa istilah, antara lain populasi total, sampel jenuh,
dan sensus. Hal ini dikemukakan oleh Sugiyono (2010, hlm. 217) bahwa, “Sampel
jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel”. Pendapat lain mengemukakan bahwa sampel jenuh dilakukan
ketika populasi terdiri atas 35 subjek atau kurang, sehingga seluruh subjek
tersebut diambil sebagai sampel.
Lokasi penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Cicalengka 05,
Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung. Adapun alasan peneliti melakukan
penelitian di tempat tersebut, antara lain berpartisipasi aktif dalam meningkatkan
kualitas peserta didik di tempat tugas peneliti, lokasi sekolah di pusat keramaian
(pasar Cicalengka), latar belakang pekerjaan orangtua peserta didik cukup
heterogen (guru, pedagang, karyawan pabrik, dosen, TNI, dan Polisi).
C. Definisi Operasional
Untuk memberi batasan mengenai lingkup penelitian, peneliti memberikan
definisi operasional sebagai berikut.
1. Menurut Joyce & Weil dalam Rusman (2012, hlm. 133) menyatakan bahwa
Model Pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Model pembelajaran bermain adalah suatu proses penyampaian pengajaran
dalam bentuk bermain tanpa mengabaikan materi inti. Game-based, menurut
Werner & Almond dalam Metzler (2000, hlm. 59) menyatakan bahwa this
model uses games as the basic organizing structure from which to teach
children the necessary components of skill, cognitive knowledge, and strategy.
Games can be competitive but are usually cooperative in nature. The
complexity and structure of each game will match the students developmental
abilities, low organizational, group-based, and modified games are usually
planned.
3. Pembelajaran Pendidikan Jasmani dijelaskan oleh Rink (1993, hlm. 4) bahwa
“Teaching physical education for learning is primarily a text on instructional processes and the teaching skills recuired to execute those processes
effectively, that is what teachers can do help students learn what they want
them to learn”.
4. Menurut Magill dalam bukunya Motor Learning and Control (2011, hlm. 3)
mengemukakan bahwa motor skill as activities or tasks that require voluntary
head, body, and/or limb movement to achieve a specific purpose or goal.
5. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perilaku
yang ditandai dengan inattention (gangguan pemusatan perhatian), impulsive
(berbuat dan berbicara tanpa memikirkan akibatnya), dan hyperactivity yang
tidak sesuai dengan umurnya. Terdapat tiga tipe ADHD, antara lain tipe 1, 2,
dan 3. Tipe 1 menunjukkan gangguan perhatian tanpa hiperaktif dan
impulsivitas (ADD). Tipe 2 menunjukkan impulsivitas dan hiperaktivitas
tanpa gangguan pemusatan perhatian. Tipe 3 kombinasi dari gangguan
pemusatan perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas.
D. Instrumen Penelitian dan Analisis Uji Coba Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan adalah Motor Ability Test untuk Sekolah
Dasar, tetapi disesuaikan untuk peserta didik ADHD. Hal tersebut terkait dengan
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ability yang sebenarnya. Berikut prosedur pelaksanaan tes motor ability dengan
modifikasi diuraikan pada halaman berikutnya.
1. Tes shuttle run 4 × 10 meter
Gambar 3.1
Tes zig-zag run
Tujuan : Melatih kelincahan, koordinasi, dan keseimbangan dalam
bergerak merubah arah.
Alat/Fasilitas : Stopwatch, cone, dan lapangan datar dengan jarak cone
awal ke cone akhir 10 meter.
Pelaksanaan : Start dilakukan dengan berdiri di samping cone awal,
setelah mendengar peluit testee melakukan lari bolak-
belok sampai cone akhir, kemudian berputar dan
mengikuti rute awal.
Skor : Dihitung waktu yang ditempuh ketika tes shuttle run.
2. Tes lempar tangkap bola jarak 1,5 meter
2,5 m 2,5 m
2,5 m 2,5 m 2,5 m 2,5 m
Start
Tembok
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.2
Tes lempar tangkap bola jarak 1,5 meter
Tujuan : Mengukur kemampuan koordinasi mata dan tangan.
Alat/Fasilitas : Stopwatch, bola tangan, dan tembok yang rata.
Pelaksanaan : Testee berdiri di depan tembok yang rata pada jarak 1,5
meter sambil memegang bola tangan dengan kedua
tangan, kemudian melemparkan bola dengan dua tangan
ke tembok dan menerima kembali pantulannya, lemparan
disarankan tidak melebihi kepala testee. Tes ini dilakukan
selama 30 detik. Siapkan bola cadangan untuk
mengefektifkan waktu.
Skor : Dihitung jumlah tangkapan bola yang dapat dilakukan
selama 30 detik. Bola yang jatuh tidak dihitung.
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.3
Tes stork stand positional balance
Tujuan : Mengukur keseimbangan tubuh
Alat/Fasilitas : Stopwatch
Pelaksanaan : Testee berdiri dengan tumpuan kaki kiri, kedua tangan
direntangkan setinggi bahu, kedua mata dipejamkan,
kemudian letakkan kaki kanan pada lutut kaki kiri bagian
dalam. Pertahankan posisi tersebut selama mungkin.
Skor : Dihitung waktu yang dicapai dalam mempertahankan
sikap tersebut sampai memindahkan kaki kiri dari tempat
semula.
4. Lari cepat 20 meter
Gambar 3.4
Tes lari cepat 20 meter
Tujuan : Mengukur kecepatan lari
Alat/Fasilitas : Stopwatch, lintasan lurus dan rata sejauh 20 meter, dan
peluit.
Pelaksanaan : Start dilakukan dengan berdiri di belakang garis start.
Pada aba-aba “bersedia” testee berdiri dengan salah satu
ujung kakinya sedekat mungkin dengan garis start. Aba-
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mendengar suara peluit maka testee lari secepat mungkin
sampai garis finish dengan jarak 20 meter.
Skor : Dihitung waktu yang ditempuh ketika berlari sejauh 20 m.
Untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas instrumen, peneliti melakukan
uji validitas dan uji reliabilitas terhadap lima orang anak dari SLB C di
Cicalengka yang memiliki karakteristik gangguan perilaku termasuk ADHD.
Adapun hasil dari uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat dari tabel pada
halaman berikut.
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas
Motor Ability Test yang Dimodifikasi
Correlations
T_SZZ T_SLT T_SSS T_SLC total
T_SZZ
Pearson Correlation 1 .751 -.799 -.161 .376
Sig. (2-tailed) .144 .105 .797 .533
N 5 5 5 5 5
T_SLT
Pearson Correlation .751 1 -.401 .403 .808
Sig. (2-tailed) .144 .504 .501 .098
N 5 5 5 5 5
T_SSS
Pearson Correlation -.799 -.401 1 .602 .170
Sig. (2-tailed) .105 .504 .283 .785
N 5 5 5 5 5
T_SLC
Pearson Correlation -.161 .403 .602 1 .835
Sig. (2-tailed) .797 .501 .283 .078
N 5 5 5 5 5
total
Pearson Correlation .376 .808 .170 .835 1
Sig. (2-tailed) .533 .098 .785 .078
N 5 5 5 5 5
Tabel 3.1 menggambarkan bahwa validitas total instrument adalah 0.
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
alfa (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa intrumen tes motor ability dengan
modifikasi adalah valid.
Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas
Motor Ability Test yang Dimodifikasi
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 5 100.0
Excludeda 0 .0
Total 5 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.675 5
Tabel 3.2 menggambarkan bahwa instrumen yang digunakan valid dari 4 item
yang ada. Sedangkan, reliabilitas instrumen adalah 0,675. Suatu instrumen
dinyatakan andal atau reliabel jika memiliki nilai Alfa Cronbach > 0,6.
Berdasarkan kedua tabel tersebut, instrumen tes motor abiliti dengan
modifikasi dinyatakan valid dan reliabel.
E. Prosedur dan Treatment Penelitian
Prosedur penelitian terdiri atas program dan skenario peneliti dalam
memberikan treatment, terdiri atas empat aspek dalam standar kompetensi
(kebugaran jasmani, senam, gerak ritmik, dan aktivitas di lingkungan sekolah)
yang dirancang ke dalam 16 pertemuan, dimana dalam satu minggu terdapat 3 kali
pertemuan dengan masing-masing pertemuan adalah dua jam pelajaran (2 JP),
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berjenis kelamin laki-laki, dimana terdapat anak ADHD. Jumlah anak laki-laki
tersebut adalah 41 orang.
Adapun treatment yang diberikan diukur secara kontinyu pada kondisi
baseline (A) dengan periode waktu tertentu, kemudian berlanjut pada kondisi
intervensi (B) dengan menerapkan pendekatan bermain. Kondisi baseline
dilakukan selama 6 pertemuan sesuai jadwal pelajaran penjas, yaitu satu minggu 2
kali pertemuan. Sedangkan, kondisi intervensi dirancang selama 16 pertemuan.
Hal ini dilakukan sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Yudiana (2010,
hlm. 128) yang menyatakan bahwa “proses pemberian perlakuan pada
pelaksanaan penelitian secara intensif sejumlah 16 pertemuan pembelajaran”.
Pada setiap sesi pembelajaran ketiga anak dilakukan tes motor ability yang telah
dimodifikasi. Hasil kondisi baseline dan intervensi digambarkan dalam bentuk
bagan yang menunjukkan pengaruh pendekatan bermain terhadap kemampuan
motorik. Hasil tes dari setiap item tes diintegrasikan dengan menggunakan T-Skor
kemudian digambarkan pada grafik baseline, demikian juga pada kondisi
intervensi atau pemberian treatment.
F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain:
a. Observasi pendahuluan. Observasi pendahuluan bertujuan untuk melihat
fakta-fakta di lapangan. Setelah itu, sebagai bentuk tindak lanjut maka
dilakukan observasi lanjutan.
b. Observasi lanjutan. Observasi lanjutan bertujuan melihat konsistensi
perilaku peserta didik yang didiagnosis ADHD yang disertai dengan
perilaku peserta didik pada setting-an yang lain, misalnya rumah.
c. Wawancara. Teknik wawancara dilakukan terhadap pihak-pihak yang
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ADHD, antara lain guru kelas, orangtua, peserta didik, atau psikiater, baik
selama proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran.
d. Tes ini menggunakan instrument Motor Ability Test untuk Sekolah Dasar
yang dimodifikasi. Tes ini akan memberikan gambaran mengenai
kemampuan fisik umum dari peserta didik tingkat sekolah dasar. Jadi,
akan membantu pendidik (guru penjas) dalam mendiagnosis
kelemahan-kelemahan peserta didik dalam hal kemampuan gerak. Adapun diagnosis
peserta didik yang mengalami ADHD diperoleh dari observasi
berdasarkan Kriteria Diagnosis ADHD menurut Diagnostic Statistical
Manual of Mental Disorder IV (DSM IV) yang dikeluarkan tahun 1994.
2. Teknik Analisis Data
Proses analisis data diawali dengan menghitung T-Skor. Hal ini bertujuan
menyetarakan data dengan satuan ukur berbeda sehingga diperoleh skor standar.
Adapun rumus untuk memperoleh T-Skor dari Abduljabar & Darajat (2013, hlm.
124) adalah sebagai berikut.
atau
untuk waktu
Keterangan:
T-Skor = Skor standar yang dicari
X = Skor mentah
X = Nilai rata-rata
S = Simpangan baku
Rumus simpangan baku (S) yang digunakan untuk kelompok kecil adalah
sebagai berikut.
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
= Simpangan baku
= Jumlah kuadrat dibagi sampel dikurangi 1
Setelah memperoleh nilai t-skor, analisis dilanjutkan dengan menggunakan
IBM Statistical Product and Service Solution (SPSS) v.20. Tahapan pengolahan
dan analisis statistik untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan dilakukan
melalui dua tahap yaitu customary chart dan uji hipotesis dengan menggunakan
paired-sample t-test atau dikenal dengan uji-t satu pihak. Tujuannya untuk
menguji signifikansi beda rata-rata dua kelompok dan menguji pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
Adapun uji kebermaknaan dari paired-sample t-test adalah sebagai berikut.
a. Jika nilai Sig. atau P-value > 0,05 maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan.
b. Jika nilai Sig. atau P-value < 0,05 maka dinyatakan terdapat perbedaan.
Sebagaimana rumusan masalah, seberapa besar pengaruh pendekatan bermain
pada pembelajaran penjas terhadap keterampilan motorik anak ADHD di SDN
Cicalengka 05 Kab. bandung.
Hipotesis:
H0 : Tidak terdapat pengaruh dari pendekatan bermain terhadap keterampilan
motorik anak ADHD di SDN Cicalengka 05 Kab. bandung.
H1 : Terdapat pengaruh dari pendekatan bermain terhadap keterampilan motorik
anak ADHD di SDN Cicalengka 05 Kab. bandung.
Kriteria keputusan:
a. Terima H0 jika Sig. > 0,05.
b. Tolak H0 jika Sig.< 0,05.
Kesimpulannya, jika nilai Sig. lebih dari nilai α (0.05) maka H0 diterima,
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
nilai Sig. kurang dari nilai α (0.05) maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini berupa data, pembahasan, serta analisis. Secara kuantitatif
yang bersumber dari data maka pendekatan bermain dalam pembelajaran penjas
tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan motorik anak
ADHD di SDN Cicalengka 05 Kab. Bandung, tetapi berdasarkan analisis dan
pembahasan keterampilan motorik ME cenderung meningkat. Hal ini dapat dilihat
dari hasil analisis individu yang menunjukkan bahwa nilai Sig. (2-tailed)
ketiganya kurang dari nilai α, yang artinya terdapat pengaruh dari pendekatan bermain terhadap keterampilan motorik peserta didik ADHD. Peningkatan ini
salah satunya dipengaruhi oleh tipe ADHD yang diderita ME dan aktivitas fisik
yang dilakukannya. Di sekolah ME mengikuti ekstrakurikuler karate, sedangkan
kedua temannya selain menderita gangguan inattentive mereka juga tidak
mengikuti salah satu ekstrakurikuler yang disediakan di sekolah, misalnya, futsal,
pramuka, karate, pencak silat, vokal, dan jaipongan. Hal yang paling
mempengaruhi adalah FRA dan ER menderita ADHD dengan tipe inattentive dan
untuk ER termasuk tipe kombinasi.
Berdasarkan beberapa studi peneliti melakukan studi kasus bahwa pendekatan
bermain dalam pembelajaran penjasorkes yang menuntut peserta didik untuk
melakukan aktivitas fisik sangat efektif dalam pembelajaran penjasorkes, tidak
terkecuali kelas ABK yang didalamnya terdapat peserta didik ADHD.
B. Rekomendasi
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan rekomendasi terhadap
pihak-pihak yang memerlukan informasi hasil penelitian ini. Adapun beberapa hal yang
akan dikemukakan sebagai rekomendasi adalah sebagai berikut.
1. Bagi sekolah: melakukan psikotes pada tahap penyeleksian siswa baru
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengajar khusus bagi anak yang memerlukan kebutuhan khusus. Hal ini untuk
memberikan penanganan dan perlakuan khusus terhadap peserta didik yang
memerlukan perlakuan dan penangan khusus, seperti anak ADHD.
2. Bagi para guru: agar mampu mengidentifikasi peserta didik yang memerlukan
perlakuan khusus, sehingga dapat menerapkan pendekatan pembelajaran serta
berbagai metoda yang tepat bagi ABK maupun yang normal misalnya dengan
pendekatan bermain.
3. Bagi peserta didik: peserta didik harus lebih bersemangat mengikuti
pembelajaran penjas sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
kurikulum. Hal lain adalah dapat men-stimuli guru dalam menerapkan
berbagai pendekatan dan metode pembelajaran.
4. Bagi orangtua peserta didik: jika menemukan anaknya memiliki perilaku yang
berbeda hendaknya konsultasikan dengan guru yang mengetahui perilaku
peserta didik di sekolah. Jika di luar penanganan, libatkan pihak yang
berkompeten dalam hal gangguan perilaku, misalnya dokter anak atau
psikiatri.
5. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan lebih mengembangkan penelitian dengan
ruang lingkup yang lebih luas lagi, dengan menjadikan penelitian ini sebagai
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Abduljabar, Bambang, & Darajat, Jajat. (2013). Aplikasi Statistika dalam Penjas. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Asrori, Mohammad. (2009). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.
Barkley, Russel A. & Murphy, Kevin R. (2006). Attention-Deficit Hyperactivity
Disorder A Clinical Workbook Third Edition. United States: The Guilford
Press.
Budimansyah, Suparlan, & Meirawan. (2009). PAKEM: Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Bandung: Genesindo.
Crain, William. (2011). Theories of Development Concepts and Application Sixth
Edition. USA: Pearson Education.
Creswell, John W. (2008). Education Research. Planning, Conducting, and
Evaluating Quantitative and Qualitative Research. (Third Edition). USA:
Pearson Merrill Prentice Hall.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1995). Jakarta.
Fraenkel, Jack R. & Wallen, Norman E. (2008). How to Design and Evaluate
Research in Education (Seven Edition). New York: The McGraw Hill Higher
Education.
Hagger, Martin & Chatzisarantis, Nikos. (2005). The Social Psychology of
Exercise and Sport. England: Open Universiti Press.
Kurniawan, Deni. (2011). Pembelajaran Terpadu: Teori, Praktik, dan Penilaian. Bandung: CV. Pustaka Cendikia Utama.
Landreth, Garry L. (2012). Play Therapy The Art of The Relationship Third
Edition. New York: Routledge.
Lutan, Rusli. & Suherman, Adang. (2000). Perencanaan Pembelajaran Penjas. Jakarta: Departemen Pendidikan nasional.
Magill, Richard A. (2011). Motor Learning and Control. (Ninth Edition). America: Mc. Grow Hill.
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nass, Ruth D. & Leventhal, Fern. (2012). 100 Tanya Jawab Mengenai ADHD
pada Anak: dari Prasekolah hingga Perguruan Tinggi. (Edisi Kedua). Jakarta:
PT. Indeks.
Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., & Greene, Beverly. (2005). Psikologi
Abnormal Jilid 2. Penerbit Erlangga.
Pangrazi & Daeur. (1995). Dynamic Physical Education for Elementary School
Children. US: Macmillan Publishing Company.
Paternotte, Arga & Buitelaar, Jan. (2010). ADHD:Attention Deficit Hyperactive
Disorder (Gangguan Permusatan Perhatian dan Hiperaktivitas) Tanda-Tanda, Diagnosis, Terapi, serta Penanganannya di Rumah dan di Sekolah.
Jakarta: Prenada Media.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Sekolah Dasar dan Menengah.
Peraturan Pemerintah RI No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Rahmat, Jalaludin. (2000). Psikologi Komunikasi. (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosda Karya.
Rink, Judith E. (1993). Teaching Physical Education for Learning Second
Edition. USA: Mosby.
Ruff, Holly Alliger & Rothbart, Mary Klevjord. (1996). Attention in Early
Development: Themes and Variations. USA: Oxford University Press.
Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Samsudin. (2008). Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
SD/MI. Jakarta: Litera.
Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Schmidt, Richard A. & Wrisberg, Craig A. (2000). Motor Learning and
Performance (A Problem-Based Learning Approach) Second Edition. USA:
Human Kinetics.
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Solehudin M. (1996). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Sternberg, Robert J. (2006). Psikologi Kognitif Edisi Keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suherman, Adang. (2000). Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sukintaka. (1992). Teori Bermain. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi. (1989). Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.
Tinning, Richard. (2010). Pedagogy and Human Movement (Theory, practice,
research). New York: Routledge.
The Developmental Sciences Trust. (1970). Mechanisms of Motor Skill
Development. London: Academic Pess Inc.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sumber Lain:
Al Gifari, Muhammad Yusrin. (2013). Penatalaksanaan Fisioterapi pada Gangguan Tumbuh Kembang Akibat Attention Deficit Disorder. (Laporan Praktik Klinik). algiharmonious.com. (28 Oktober 2013).
Amin, Rasmi. Perilaku Hiperaktif dan Upaya Penanganannya. [Online]. Tersedia di: http://www.lpmpsulsel.net. Diakses 1 Juni 2014.
Brown, Thomas E. A New Approach to Attention Deficit Disorder. Association
for Supervision and Curricullum Development. hlm. 25-29.
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dewi, Dian Kusuma. (2012). Meningkatkan Kebugaran Jasmani Melalui Model Pendekatan Bermain dalam Pendidikan jasmani di SMP. (Makalah).
dewikusumadian.blogspot.com. (24 Oktober 2013).
Judarwanto, Widodo. Penatalaksaan Attention Deficit Hyperactivity Disorder pada Anak. htpp://www.childrenfamily.com. (24 Mei 2014)
Lalusu, Revina., Kaunang, Theresia M. T., & Kandau, L. F. Joyce. (2014). Hubungan Pangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas dengan Prestasi Belajar pada Anak SD Kelas 1 di Kecamatan Wenang Kota Manado. Jurnal
e-Clinic, 2 (1).
M. C., Selekta. (2013). Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada Anak Usia 2 Tahun. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (Medula), 1 (3), hlm. 19-25.
Mulyani, Siti. (2007). Perkembangan Visual Motorik pada Pasien yang Mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas di Pusat Pengkajian dan Pengamatan Tumbuh Kembang Anak. Humanitas, 4 (2), hlm. 132-143.
Nanik. Penelusuran Karakteristik Hasil Tes Intelegensi WISC pada Anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas. Jurnal Psikologi, 34 (1), hlm. 18-39.
Reid, Robert, et al. (1994). Who Are The Children With Attention Deficit-Hyperactivity Disorder? A Ashool-Based Survey. The Journal of Special
Education, 28 (2), hlm. 117-137.
Rusmawati, Diana & Dewi, Endah Kumala. (2011). Pengaruh Terapi Musik dan Gerak Terhadap Penurunan Kesulitan Perilaku Siswa Sekolah Dasar dengan Gangguan ADHD. Jurnal Psikologi Undip, 9 (1), hlm. 73-90.
Yudiana, Y. (2010). Implementasi Model Pendekatan Taktis dan Teknis dalam Pembelajaran permainan Bola Voli pada pendidikan jasmani Siswa SMP.
Eli Maryani, 2014
Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Penjasorkes Terhadap Keterampilan Motorik Peserta Didik Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd)