(Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI IPA2 SMA Pasundan 3 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Jepang
Oleh :
Teti Rohaeti NIM 1002721
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
Story Telling terhadap Keterampilan
Berbicara Bahasa Jepang
Oleh Teti Rohaeti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Teti Rohaeti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
xiii Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK BAHASA INDONESIA
ABSTRAK BAHASA JEPANG
SINOPSIS BAHASA JEPANG
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... ii
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR LAMPIRAN... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian... 4
C. Rumusan Masalah Penelitian... 5
D. Tujuan Penelitian... 5
E. Manfaat/ Signifikansi Penelitian... 6
F. Struktur Organisasi Skripsi... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka... 8
1. Belajar dan Pembelajaran Bahasa Jepang... 8
a. Belajar Bahasa Jepang... 10
b. Mengajar Bahasa Jepang... 11
c. Pembelajaran Bahasa Jepang... 12
2. Pembelajaran Kooperatif... 13
xiv Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif... 18
e. Metode dan Teknik Pembelajaran Kooperatif... 19
3. Berbicara... 22
a. Konsep Berbicara... 22
b. Tujuan Berbicara... 26
c. Faktor-faktor Penghambat Kegiatan Berbicara ... 27
d. Penilaian Kegiatan Berbicara... 28
4. Story Telling atau Bercerita... 29
a. Story Telling atau Bercerita... 29
b. Kelebihan dan Kekurangan Story Telling atau Bercerita... 32
c. Prosedur Peaksanaan Story Telling atau Bercerita ... 34
5. Penelitian Terdahulu... 35
B. Kerangka Pemikiran... 36
C. Hipotesis Penelitian... 37
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 38
B. Desain Penelitian... 39
C. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian... 40
D. Variabel Penelitian... 40
E. Definisi Operasional... 41
1. Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Story Telling... 41
2. Keterampilan Berbicara Bahasa Jepang... 41
F. Instrumen Penelitian... 42
1. Tes... 42
2. Non-tes... 45
G. Pengembangan Instrumen Penelitian... 47
H. Teknik Pengumpulan Data... 47
xv Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Analisis Data Tes... 56
2. Analisis Data Angket... 60
B. Pembahasan... 71
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan... 76
B. Rekomendasi...,... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 80
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
TETI ROHAETI
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
tetirohaeti53@yahoo.com
Abstrak
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK STORY TELLING TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG
Keterampilan berbicara sebagai salah satu komponen yang penting untuk membangun keterampilan berbahasa yang baik. Akan tetapi, pada kenyataannya untuk mengembangkan keterampilan berbicara itu sendiri bukanlah hal yang mudah. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan banyaknya latihan berbicara itu sendiri. Namun pada kenyataanya pembelajar bahasa Jepang sering merasa kesulitan mendapatkan kesempatan untuk berlatih berbicara dalam bahasa Jepang. Bahkan di dalam proses belajar mengajar di kelas pun pembelajar jarang mendapat kesempatan dan motivasi untuk mengembangkan keterampilan berbicara bahasa Jepangnya. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk menerapkan pembelajaran kooperatif teknik story telling dalam pembelajaran bahasa Jepang untuk meningkatkan keterampilan berbicara.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari perbedaan yang signifikan antara keterampilan berbicara bahasa Jepang pembelajar yang menjadi sampel penelitian sebelum dan sesudah melaksanakan pembelajaran kooperatif teknik story telling dalam pembelajaran bahasa Jepang. Yaitu dengan menganalisis data hasil pretest dan postest yang telah dilaksanakan oleh sampel penelitian. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mencari tahu pendapat siswa tentang pembeajaran kooperatif teknik story telling dalam meningkatkan keterampilan Bahasa Jepang.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen semu atau
quasi eksperiment dengan menggunakan One Group Pretest – Postest Design. Adapun
pembelajar bahasa Jepang yang menjadi sampel penelitian ini adalah 16 orang siswa kelas XI SMA Pasundan 3 Bandung.
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Abstract
COOPERATIVE LEARNING THROUGH STORY TELLING TECHNIQUES IN IMPROVING JAPANESE SPEAKING ABILITY
Speaking ability has been viewed as one of the most important aspects to build a comprehensive communicative ability. But in fact, developing speaking ability itself is not an easy thing to do. One of the solution for the problem mentioned before is by doing speaking practice as much as possible. However, the Japanese language learners are hardly to get sufficient opportunities to practice speaking in Japanese language itself. It is also found that even in the classroom environment the students are quite hard to get adequate chance and motivations to develop their speaking ability. Therefore, this study try to employ the cooperative learning through story telling technique to develope speaking ability in Japanese language.
This study is aimed to find out the significant differences between the Japanese speaking ability of the students participant before and after conducting the cooperative learning through story telling technique in leaning the Japanese language. The purpose of the study could be achieved through analyzing the results of the pretest and posttest has been conducted before. In the other hand, this study is also aimed to find out students’s opinion about cooperative learning through story telling technique in improving their Japanese speaking abiity.
The research method used in this study was quasi eksperimental one group pretest-postest design. As for Japanese language learners who were the samples of this study were 16 students of level 2 SMA Pasundan 3 Bandung.
The results of the analysis shows that the score is 3,18 and table is 2,13. score > t-table which means that there were significant differences between the speaking ability of the students before and after conducting the cooperative learning through story telling technique in the learning process. In addition, the result of the data analysis of the questionnaire which has been collected from the respondent shows that more than half of the respondents stated that the cooperative learning through story telling technique is interesting and could provide sufficient opportunities for the students to speak in the target language (Japanese).
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Keterampilan bahasa fungsional digambarkan dengan mengacu pada
keterampilan performansi dan perilaku tertentu dalam modalitas-modalitas bahasa
yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis (Ghazali, 2010: 60).
Keterampilan berbicara sebagai salah satu dari modalitas-modaitas tersebut
merupakan hal yang akan diteliti dalam penelitian ini. Pada kenyataannya
keterampilan berbicara ini tidak serta merta dapat berkembang dalam diri setiap
orang, dan bukan juga keterampilan yang dapat diwariskan, walaupun pada
dasarnya setiap orang mampu berbicara. Contohnya banyak orang yang seringkali
memiliki gagasan atau ide yang baik, namun karena keterbatasan keterampilan
berbicara yang dimiliki, gagasan yang baik tersebut tidak dapat tersampaikan pada
lawan bicara dengan baik. Atau sebaliknya, ada orang yang keterampilan
bicaranya baik, seringkali mampu menyampaikan gagasan yang sangat sederhana
pada lawan bicaranya dengan baik dan sangat menarik.
Sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Arsjad (1988: 1) bahwa dari
kenyataan berbahasa, seseorang lebih banyak berkomunikasi secara lisan
dibandingkan dengan cara lain. Lebih dari separuh waktu kita digunakan untuk
berbicara dan mendengarkan, dan selebihnya barulah untuk menulis dan membaca.
Arsjad (1988: 1) juga mengungkapkan bahwa, sebagai anggota masyarakat,
secara alamiah seseorang mampu berbicara. Namun, dalam situasi formal sering
timbul rasa gugup, sehingga gagasan yang dikemukakan menjadi tidak teratur.
Bahkan ada yang sampai tidak berani berbicara. Anggapan bahwa setiap orang
dengan sendirinya dapat berbicara telah menyebabkan pembinaan kemampuan
berbicara sering diabaikan.
Sebagai pembelajar bahasa asing, seringkali para pelajar bahasa Jepang pun
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jangankan dalam situasi formal, hanya untuk sekedar berbicara hal-hal sederhana
yang menggunakan kosakata maupun tata bahasa yang sudah dipelajarinya saja,
masih banyak yang mengalami kesulitan.
Seringkali ditemukan siswa bahasa Jepang yang terbentur masalah
keterampilan berbicara ini ketika hendak bertanya maupun mengemukakan
gagasannya kepada orang lain dalam bahasa Jepang. Tidak jarang pula ditemukan
pelajar yang tidak mau berbicara dengan native speaker asli orang jepang,
walaupun sekedar kata sapaan atau kalimat-kalimat sederhana yang sudah
dipelajarinya. Penyebabnya diantaranya adalah tidak adanya keberanian dan
kepercayaan diri dalam menggunakan bahasa Jepang karena takut melakukan
kesalahan dalam mengucapkan kosakata maupun tata bahasa yang sudah
dipelajarinya, yang memang pada umumnya banyak memiliki perbedaan dengan
bahasa ibu pembelajar.
Selain itu, sulit menemukan orang yang bertutur bahasa Jepang selain orang
Jepangnya sendiri atau orang yang mempelajari bahasa Jepang saja. Oleh karena
itu, kesempatan para pembelajar bahasa Jepang untuk mengembangkan
keterampilan berbicara langsung lewat percakapan menjadi sedikit karena
kurangnya waktu untuk berlatih berbicara.
Dari alasan di atas, para pembelajar bahasa Jepang kurang terbiasa
mengucapkan kata-kata atau berbicara dengan menggunakan bahasa jepang
sehingga tidak ada kepercayaan dalam dirinya untuk mengemukakan kata-kata
maupun kalimat dalam bahasa Jepang.
Selain itu juga, pembelajaran bahasa Jepang di dalam kelas saat ini masih
banyak yang menggunakan metode pembelajaran yang kurang memberi
kesempatan siswa untuk aktif dalam mengembangkan keterampilan berbicara
bahasa Jepangnya, dengan kata lain kurang memberikan kesempatan dan latihan
kepada siswa untuk berbicara di dalam kelas. Selain itu, metode maupun pengajar
sendiri kurang memberikan motivasi pada pembelajar untuk mengembangkan
kemampuan berbicaranya.
Seperti yang dikatakan oleh Stubbs (dalam Ghazali 2010: 2) bahwa dalam
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bentuk komunikasi yang sangat terbatas sekali, siswa berperan pasif, tidak pernah
memulai diskusi dan biasanya berbicara hanya bila disapa oleh guru.
Morelent (2012: 5) mengatakan bahwa pengajaran berbicara dapat
dilaksanakan dengan berbagai cara. Cara mana yang baik dan tepat bergantung
kepada situasi dan tujuan pengajaran. Salah satu cara mengajarkan berbicara
tersebut adalah dengan bercerita.
Dalam penelitian ini akan mencoba melaksanakan eksperimen berupa
pembelajaran kooperatif, yang diwujudkan dengan teknik story telling atau
bercerita dalam pembelajaran bahasa Jepang.
Dari hasil meta-analisis Johnson dan beberapa rekannya terhadap 122 studi
yang meneliti pengaruh-pengaruh pembelajaran kooperatif, kompetitif dan
individualistik terhadap prestasi belajar siswa, didapatkan hasil yang menunjukan
bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan pencapaian dan produktivitas
yang lebih tinggi. Selain itu juga ternyata pembelajaran kooperatif lebih diminati
oleh siswa-siswa yang heterogen, siswa-siswa yang berasal dari kelompok etnik
yang berbeda, baik yang cacat maupun yang noncacat (Huda, 2011: 13).
Dari hasil penelitian di atas, pembelajaran kooperatif adalah salah satu metode
pembelajaran yang mampu meningkatkan peran aktif siswa dalam kegiatan
pembelajaran di dalam kelas, khususnya pembelajaran kooperatif ini akan lebih
banyak memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan keterampilan
berbicaranya.
Adapun teknik story telling adalah suatu cara untuk memberikan anak
kesempatan untuk dapat berbicara dalam bahasa Jepang. Selain itu, teknik story
telling ini adalah teknik yang dapat melatih keempat keterampilan bahasa,
khususnya keterampilan berbicara. Karena secara tidak langsung dalam
pelaksanaan teknik ini akan sangat membantu jika didahului oleh kegiatan
mendengarkan, membaca, maupun menulis point-point tertentu untuk story telling
atau kegiatan bercerita dilaksanakan.
Keterampilan berbicara yang baik memerlukan pengarahan dan bimbingan
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran kooperatif teknik story telling atau teknik bercerita/ mendongeng
terhadap keterampilan berbicara Bahasa Jepang.
Penelitian yang berjudul Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling
terhadap Keterampilan Berbicara Bahasa Jepang ini diharapkan mampu melatih
dan membiasakan agar keterampilan berbicara dan kepercayaan diri para pelajar
bahasa Jepang untuk bekomunikasi dalam bahasa Jepang menjadi lebih baik.
B.Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi identifikasi
masalah adalah bagaimana cara untuk meningkatkan keterampilan berbicara
bahasa Jepang pembelajar, khususnya pembelajar bahasa Jepang di kelas XI IPA
2 SMA Pasundan 3 Bandung. Sebelum mencari dan melaksanakan cara tertentu
dalam proses pembelajaran bahasa Jepang di kelas, tentunya harus mengetahui
terebih dulu penyebab dan kendala/ hambatan yang dialami pembelajar dalam
berbicara bahasa Jepang, serta mengetahui dulu kemampuan bahasa Jepang yang
dimiliki siswa
Penyebab dan kendala yang dialami pembelajar, diantaranya yaitu proses
pembelajaran yang kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat
berlatih berbicara bahasa Jepang di kelas. Sehingga siswa kurang terbiasa dalam
mengungkapakan sesuatu dalam bahasa Jepang sekalipun itu adalah kata atau
ungkapan sederhana yang telah dipelajarinya.
Setelah mengetahui penyebab dan hambatan, maka harus memilih proses
pembelajaran yang dianggap tepat. Diantaranya adalah proses pembelajaran
kooperatif dengan teknik story teling. Dimana pembelajaran kooperatif akan lebih
memberikan banyak kesempatan siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan teknik
story telling sendiri akan banyak memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk
berlatih berbicara dalam bahasa Jepang.
Setelah proses pembelajaran yang dianggap tepat tersebut dilaksanakan, maka
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dengan membandingkan keterampilan bahasa Jepang pembelajar sebelum dan
sesudah pelaksanaan proses pembelajaran yang dimaksud, maka akan diketahui
apakah hasilnya signifikan atau tidak, serta akan berdampak pada kesimpulan
apakah anggapan dan hipotesis yang mengatakan bahwa proses pembelajaran
yang dimaksud dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang atau
tidak.
C.Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis utarakan di atas, penulis
merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana keterampilan berbicara Bahasa Jepang siswa sebelum dilaksanakan
pembelajaran kooperatif teknik story telling?
2. Bagaimana keterampilan berbicara Bahasa Jepang siswa sesudah dilaksanakan
pembelajaran kooperatif teknik story telling?
3. Adakah hasil yang signifikan antara sebelum dan sesudah dilaksanakan
pembelajaran kooperatif teknik story telling?
4. Bagaimana respon siswa mengenai pembelajaran kooperatif teknik story telling
terhadap keterampilan berbicara bahasa Jepang?
D.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menjawab seluruh pertanyaan yang telah
dirumuskan. Adapun tujuan tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengetahui keterampilan berbicara Bahasa Jepang siswa sebelum
dilaksanakan pembelajaran kooperatif teknik story telling.
2. Mengetahui keterampilan berbicara Bahasa Jepang siswa sesudah dilaksanakan
pembelajaran kooperatif teknik story telling.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya hasil yang signifikan antara sebelum dan
sesudah dilaksanakan pembelajaran kooperatif teknik story telling.
4. Untuk mengetahui respon siswa pembelajaran kooperatif teknik story telling
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E.Manfaat/ Signifikansi Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan di bidang ilmu khususnya
dalam bidang pendidikan bahasa Jepang, yaitu tentang pembelajaran kooperatif
teknik story telling terhadap keterampilan berbahasa khususnya keterampilan
berbicara. Hasil penelitian ini juga dapat sebagai pedoman untuk penelitian yang
relevan serta memberi masukan dalam rangka penyusunan teori atau
konsep-konsep baru.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pengajar, penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi mengenai
proses pembelajaran dan teknik mengajar bahasa Jepang yang dapat
meningkatkan keterampilan berbahasa khususnya keterampilan berbicara
bahasa Jepang siswa.
b. Bagi pembelajar, diharapkan siswa mampu membangun sendiri
pengetahuannya, terutama untuk memahami cerita dalam bahasa Jepang dan
menemukan caranya sendiri untuk mengungkapkannya kembali dengan teknik
story telling demi mengembangkan kemampuan berbicara bahasa Jepang siswa
pada khususnya. Selain itu, dengan pembelajaran kooperatif siswa mampu
lebih berperan aktif dan bekerja sama serta saling membatu dalam proses
belajar bahasa Jepang.
c. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan menjadi wawasan baru dan menambah
motivasi untuk melaksanakan penelitian untuk memecahkan masalah yang
masih menjadi kekurangan dalam penelitian ini dimasa mendatang.
d. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti
selanjutnya. Misalnya penelitian serupa mengenai teknik story telling terhadap
objek yang lebih tinggi tingkatannya, maupun terhadap keterampilan berbahasa
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Struktur Organisasi Skripsi
Bab I pada bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi.
Bab II memaparkan kajian pustaka mengenai teori-teori belajar terutama
pengertian dan penjelasan tentang pembelajaran kooperatif, khususnya teknik
story telling dan keterampilan berbicara, penelitian terdahulu yang relevan,
kerangka pemikiran serta hipotesis penelitian.
Bab III memaparkan lokasi dan subjek populasi/ sampel penelitian, metode
penelitian, desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data.
Bab IV memaparkan pengolahan atau analisis data hasil penelitian serta
pembahasan atau analisis umum.
Bab V, peneliti menyampaikan kesimpulan dari penelitian dan analisis data,
serta berisi saran untuk penelitian selanjutnya sesuai dengan hasil yang telah
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan prosedur dan langkah kerja yang digunakan
dalam kegiatan penelitian secara teratur dan sistematis, mulai dari tahap
perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, sampai pada tahap
pengambilan kesimpulan (Sutedi, 2009: 47).
Metode penelitian adalah cara atau prosedur yang harus ditempuh untuk
menjawab masalah yang diteliti. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
metode penelitian eksperimen semu atau kuasi eksperimen. Metode eksperimen
semu atau dikenal juga dengan istilah Pre Eksperimental Design/ kuasi
eksperimental yaitu penelitian yang dilakukan pada satu kelompok tanpa
kelompok kontrol atau pembanding.
Penelitian ini tidak membandingkan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, melainkan membandingkan antara hasil pretest dan posttest
kelompok eksperimen. Oleh karena itu, hasil penelitian ini adalah perbandingan
keterampilan berbicara kelompok eksperimen antara sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan atau treatment.
Sedangkan menurut Setyadi, eksperimen semu merupakan penelitian
penyempurnaan dari jenis praeksperimen dan berusaha untuk memenuhi kriteria
penelitian yang mempunyai validitas tinggi. Dalam penelitian jenis ini peneliti
mencoba memenuhi kriteria eksperimen dengan mengadakan tes awal dan tes
akhir untuk mengukur perolehan dari perilaku uji dan sudah mempunyai
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Perbedaan antara tingkat kemampuan awal yang tercermin pada perolehan
skor pretest dan tingkat kemampuan akhir yang tercermin pada hasil postest,
diinterpretasikan sebagai akibat dan hasil dari program pembelajaran yang telah
diselenggarakan selama jangka waktu penyelenggaraan program. Untuk itu perlu
diupayakan penggunaan tes yang sama atau setara antara pretest dan postest.
(Djiwandono, 2011: 94) .
Oleh karena itu, penelitian ini mengacu pada teori tersebut di atas bahwa
perbandingan hasil posttest dan pretest kelas eksperimen mampu menunjukan
hasil perlakuan atau treatment yang telah dilaksanakan di kelas eksperimen, serta
mampu menjawab hipotesis kerja bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa sebelum dan sesudah melaksanakan
pembelajaran kooperatif teknik story telling.
B. Desain Penelitian
Sedangkan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
Pre-test and Post-tes One Group. Dalam desain ini dilakukan observasi sebanyak
dua kali yaitu sebelum eksperimen ( ) disebut juga pre-test, dan observasi
sesudah eksperimen ( ) disebut post-test. Perbedaan antara dan yakni –
diasumsikan merupakan efek dari treatment atau ekperimen (Arikunto, 2010:
124).
X
Keterangan:
: Pre-test
X: Treatment atau perlakuan
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sebelum siswa diberikan perlakuan atau treatment, terlebih dahulu peneliti
melakukan pre-test dalam bentuk tes lisan, yaitu meminta siswa menceritakan
tentang rutinitas/kegiatan sehari-hari dengan bahasa Jepang, untuk mengetahui
keterampian berbicara siswa sebelum dilaksanakannya pembelajaran kooperatif
dengan teknik story telling ini dilaksanakan di kelas. Kemudian siswa diberi
perlakuan yang diberikan sebanyak empat kali. Proses terakhir dari eksperimen ini
adalah pelaksanaan post-test untuk mengukur keterampilan berbicara siswa
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif yaitu dengan meminta siswa
menceritakan kembali kegiatan yang dilakukannya saat waktu liburan.
C.Lokasi, Populasi dan Sampel
Manusia yang dijadikan sumber data disebut dengan populasi penelitian,
kemudian sebagian dari populasi tersebut yang dianggap bisa mewakili seluruh
karakter dari populasi yang ada dapat dipilih untuk dijadikan subjek penelitian.
Subjek penelitian tersebut disebut dengan sampel. Jadi sampel adalah sebagian
dari populasi yang dianggap mewakili untuk dijadikan sumber data. (Sutedi,
2011:179).
Adapun teknik penyampelan yang digunakan adalah teknik random atau acak.
Menurut Sutedi (2011: 180), teknik ini hanya bisa dilakukan jika populasinya
dianggap memiliki karakter yang sama atau mendekati homogen dengan jumlah
yang relatif banyak. Dengan adanya kesamaan karakter pada diri populasi, maka
dapat diasumsukan bahwa siapapun yang dijadikan sampelnya akan menghasikan
data yang tidak terlalu banyak perbedaan. Dalam penelitian ini yang menjadi
populasinya adalah Siswa SMA Pasundan 3 kelas XI yang memiliki tingkat
kemampuan bahasa Jepang, khususnya keterampilan berbicaranya yang homogen.
Selanjutnya yang menjadi sampel dari penelitian ini adalah siswa SMA Pasundan
3 kelas XI IPA2.
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian. Dalam
penelitian yang mempelajari pengaruh sesuatu treatment, terdapat variabel
penyebab atau variabel bebas (independent variable) dan variabel akibat atau
variabel terikat, tergantung, atau dependent variable (Arikunto, 2010: 169).
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas, yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lainnya yang tidak
bebas, fungsinya untuk menerangkan variabel lain, maka yang menjadi
variabel bebas pada penelitian ini adalah penerapan pembelajaran kooperatif
dengan teknik story telling dalam pembelajaran berbicara bahasa Jepang.
2. Variabel terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, fungsinya
diterangkan oleh variabel lain, maka variabel terikat dalam penelitian ini
adalah keterampilan berbicara bahasa Jepang pembelajar.
E. Definisi Operasional
1. Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Story Telling
Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran di mana siswa
bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar (Huda,
2011: 33).
Dalam penelitian ini siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa dengan prosedur poses pembelajaran:
masing-masing kelompok diberikan bacaan tentang cerita sederhana berbahasa
Jepang. Setelah itu, guru membacakan cerita tersebut dengan intonasi dan
pelafalan yang wajar. Kemudian siswa mendiskusikan teks bacaan tentang isi
cerita dalam kelompoknya dengan bimbingan guru dan media lainnya, seperi
kamus bahasa Jepang.
Setelah siswa mengerti isi cerita tersebut, setiap kelompok berdiskusi untuk
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bertindak sebagai observer yang akan menyampaikan penilaian dan komentarnya
terhadap penampilan setiap kelompok di akhir pembelajaran.
2. Keterampilan Berbicara Bahasa Jepang
Tarigan (2008: 16) mengatakan bahwa berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Adapun pada penelitian ini keterampilan berbicara yang dimaksud adalah
keterampian berbicara yang tercermin dari kegiatan story telling atau bercerita.
Dimana kegiatan ini dapat didahului oleh kegiatan menyimak atau membaca dan
mendiskusikan sebuah cerita untuk mempermudah kegiatan story telling atau
bercerita.
Adapun penilaian berbicara pada penelitian ini mengacu pada lima unsur yang
disebutkan oleh Halim, dkk., yaitu (1) lafal atau ucapan (termasuk vocal dan
konsonan, intonasi serta tekanan), (2) tata bahasa, (3) kosakata, (4) kefasihan
(kemudahan dan kecepatan bicara), dan (5) pemahaman.
F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini diakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keterampilan
berbicara bahasa Jepang serta respon siswa setelah diterapkannya pembelajaran
kooperatif teknik story telling. Hal utama yang harus dilakukan untuk
memperoleh data yang tepat adalah dengan cara penyusunan alat bantu berupa
instrumen penelitian yang tepat. Menurut Arikunto (2010: 193), instrumen adalah
alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian atau dapat
disebut juga sebagai alat evaluasi untuk memperoleh suatu data.
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai
pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau
dijawab oleh peserta didik (Arifin, 2012: 118).
Selanjutnya tes menurut Arikunto adalah serentetan pertanyaan atau latihan
serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Arikunto, 2010: 193).
Adapun intrumen tes yang akan digunakan pada penelitian ini meliputi
pre-test dan post-pre-test. Tujuan dari penggunaan intrumen ini adalah mengukur
keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa sebelum dan sesudah diadakannya
perlakuan/ treatment yang berupa pembelajaran kooperatif dengan teknik story
telling.
Perbedaan antara tingkat kemampuan awal yang tercermin pada perolehan
skor pretes dan tingkat kemampuan akhir yang tercermin pada hasil postes,
diinterpretaikan sebagai akibat dan hasil dari program pembelajaran yang teah
diselenggarakan selama jangka waktu penyelenggaraan program. Untuk itu perlu
diupayakan penggunaan tes yang sama atau setara antara pretes dan postes.
(Djiwandono, 2011: 94) .
Dalam penelitian ini, baik pre-test maupun post-test menggunakan instrumen
yang sama, yaitu dilakukan dengan jenis tes lisan, menceritakan kembali tentang
kegiatan/ rutinitas sehari hari dan kegiatan diwaktu liburan yang dilakukan
masing-masing siswa. Pada tes ini siswa dapat membuat karangan sederhana
terlebih dahulu atau catatan-catatan kecil untuk membantu kegiatan story telling
tersebut.
Data yang diambil dari hasil pre-test dan post-test diolah berdasarkan kriteria
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Pemberian skor untuk masing-masing komponen yang dilakukan dengan
memberi tanda (√) pada lembar penilaian sesuai aspek kemampuan yang
dinilai sebagai berikut:
a. Lafal dan intonasi
b. Tata bahasa
c. Kosakata
d. Kefasihan atau kelancaran
e. Pemahaman
2. Jenis penilaian pada penelitian ini menggunakan penilaian berskala. Dengan
jenis skala likert atau likert scale. Setyadi (2006), mengungkapakan bahwa
skala jenis ini memberikan pilihan dengan rentangan yang berlawanan arah,
misalnya dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju atau sangat sering
hingga tidak pernah.
Adapun pada penelitian ini rentangan yang digunakan adalah dari sangat baik
hingga sangat kurang dengan arti skala secara umum, adalah:
1 = sangat kurang 3 = cukup 5 = sangat baik
2 = kurang 4 = baik
Untuk mempermudah proses evaluasi, dapat dilihat dalam deskripsi/
penjabaran lebih lengkap mengenai skala penilaian aspek keterampilan berbicara
berikut ini:
a. Lafal dan intonasi
(5) pelafalan bunyi bahasa jelas, tidak ada pengaruh bahasa ibu si penutur
serta intonasi tepat dan sempurna.
(4) tidak ada kesalahan/ penyimpangan yang berarti dalam peafalan dan
intonasi penutur mendekati sempurna
(3) terdapat sedikit kesalahan pelafalan dan intonasi, namun secara
kebahasaan masih dapat dipahami
(2) kesalahan pelafalan dan intonasi cukup sering dan terasa mengganggu
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Tata bahasa
(5) penggunaan struktur kalimat sudah tepat, tidak ditemui penyimpangan
dari kaidah bahasa
(4) pada umumnya struktur bahasa sudah tepat, tidak ditemui penyimpangan
yang berarti dan dapat merusak bahasa
(3) terdapat beberapa kesalahan atau penyimpangan tetapi tidak merusak
bahasa
(2) terdapat cukup banyak kesalahan bahasa
(1) banyak sekali penyimpangan dalam menggunakan tata bahasa
c. Kosakata
(5) kata yang digunakan dipiih secara tepat dan bervariasi sesuai dengan isi
cerita
(4) kata-kata yang digunakan umumnya sudah tepat dan bervariasi, hanya
ada sesekali kata yang tidak cocok
(3) kata-kata yang digunakan sudah cukup baik hanya kurang bervariasi
(2) agak banyak menggunakan kata-kata yang tidak tepat
(1) kata-kata yang digunakan banyak sekali yang tidak tepat dan tidak sesuai
d. Kepasihan atau Kelancaran
(5) pembicaraannya sangat lancar/ fasih, baik dari segi penguasaan isi maupun
bahasa
(4) pembicaraan lancar/ fasih, hanya ada beberapa gangguan yang tidak berarti
(3) pembicaraan agak lancar, agak sering berhenti
(2) pembicaraan kurang lancar
(1) pembicaraan sangat tidak benar, banyak diam dan gugup
e. Pemahaman
(5) isi cerita sangat bagus dan sesuai, serta semua hal yang diceritakan dapat
dipahami dengan sangat baik
(4) isi cerita sudah bagus dan sesuai, serta dapat dipahami, tapi belum pada
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(3) isi cerita sudah sesuai dan cukup dapat dimengerti namun hanya sedikit hal
yang diceritakan
(2) isi cerita cukup baik, namun dirasakan masih sulit dimengerti
(1) isi cerita tidak sesuai dan sangat sulit untuk dipahami
2. Nontes
Arifin (2012) mengungkapkan instrumen non-tes dapat digunakan jika kita
ingin mengetahui kualitas proses dan produk dari suatu pekerjaan serta hal-hal
yang berkenaan dengan domain afektif, seperti sikap, minat, bakat, dan motivasi.
Arifin juga menambahkan banyak aspek pembelajaran termasuk jenis hasil belajar
yang hanya dapat diukur dengan teknik nontes. Jika evaluator hanya
menggunakan teknik tes saja, tentu data yang dikumpulkan menjadi kurang
lengkap dan tidak bermakna, bahkan dapat merugikan pihak-pihak tertentu.
(Arifin, 2012: 152)
Adapun instumen nontes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
angket atau kuisioner. Angket merupakan salah satu instrumen pengumpul data
penelitian yang diberikan kepada responden (manusia dijadikan subjek penelitian).
Menurut Faisal (1981: 2), teknik angket ini dilakukan dengan cara pengumpulan
datanya melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk
mendapatkan informasi atau keterangan dari responden (dalam Sutedi: 164)
Untuk mengetahui respon dari responden mengenai pembelajaran kooperatif
teknik story telling ini, maka penulis membuat angket tertutup yang berisi sebelas
pertanyaan dan satu nomor angket terbuka.
Adapun pada tabel berikut ini memaparkan tentang kisi-kisi angket yang
menjadi pedoman pembuatan angket pada penelitian ini:
Tabel 3.1
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Indikator Nomor
Soal
Jumlah Soal
1 Pendapat siswa terhadap kegiatan berbicara dalam bahasa Jepang
1 1
2 Kesempatan berbicara siswa dalam bahasa Jepang 3, 4, 7 3
3 Pendapat siswa terhadap metode dan teknik pembelajaran bahasa Jepang yang selama ini digunakan
2 1
4 Pendapat siswa terhadap pembelajaran koopratif teknik
story telling
5, 6, 8 3
5 Kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif teknik story telling dalam pembelajaran bahasa Jepang
9 1
6 Hubungan pembelajaran kooperatif teknik story telling dengan keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa
10, 11 2
G. Pengembangan Instrumen
Pengembangan dari dua jenis instrumen yang digunakan pada penelitian ini
yaitu berupa expert judgement. Expert Judgement diambil dari bahasa Inggris
expert yang berarti ahli dan judgement yang berarti pendapat atau pertimbangan.
Pengertian praktisnya adalah pertimbangan atau pendapat ahli atau orang yang
berpengalaman. Dalam hal ini expert judgment adalah pendapat seorang ahli
terkait dengan layak atau tidaknya instrumen penelitian yang peneliti rancang
guna kelengkapan perangkat penelitian.
Kesahihan tes akan terlihat bila alat tersebut mempunyai kesesuaian dengan
tujuan dan deskripsi bahan pelajaran yang diajarkan. Untuk mengetahuinya, alat
tersebut dapat dikonsultasikan dan dievaluasikan kepada orang yang ahli dalam
bidang yang bersangkutan (expert judgement).
Pada penelitian ini, penulis meminta seorang dosen jurusan pendidikan bahasa
Jepang, FPBS UPI untuk memberikan expert judgement nya terhadap instrumen
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu H. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan pada penelitian ini mengacu pada
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan sampel penelitian, yaitu siswa kelas XI IPA 2 SMA Pasundan 3
Bandung
2. Mengidentifikasi masalah yang dialami pembelajar dalam berbicara bahasa
Jepang
3. Melakukan studi pustaka mengenai pembelajaran kooperatif teknik story
telling terhadap keterampilan berbicara
4. Merumuskan cerita yang dijadikan instrumen penelitian, serta bahan ajar
untuk pelaksanaan eksperimen
5. Membuat instrumen penelitaian berupa tes lisan untuk pre-test dan post-test
6. Membuat skala penilaian keterampilan berbicara
7. Melakukan eksperimen dengan rincian sebagai berikut:
a. Menentukan cerita bahasa Jepang sederhana yang sesuai dengan
kemampuan siswa yang menjadi sampel penelitian
b. Memberikan pre-test untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum
pembelajaran kooperatif teknik story telling
c. Penerapan pembelajaran kooperatif teknik story telling dengan bahan ajar
yang telah dirumuskan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1). Menjelaskan tujuan dan aturan sebelum pembelajaran kooperatif
teknik story telling dalam pembelajaran bahasa Jepang
2). Membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang
3). Setiap kelompok diberikan sebuah cerita bahasa Jepang sederhana.
Selanjutnya setiap kelompok mendiskusikan isi cerita tersebut
masing-masing.
4). Setelah selesai berdiskusi, masing-masing kelompok menceritakan
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5). Seluruh siswa dipimpin oleh guru berdiskusi dan mengevaluasi secara
bersama-sama keseluruhan kegiatan pada setiap pertemuan.
6). Memberikan post-test untuk mengetahui untuk mengetahui
keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa setelah sebelum
pembelajaran kooperatif teknik story telling.
7). Memberikan angket
8. Mengolah data hasil tes dan angket
9. Membuat penafsiran dan pembahasan dari data yang telah diolah
10. Membuat kesimpulan berdasarkan hipotesis
11. Laporan hasil penelitian
I. Pengolahan dan Analisis Data 1. Uji t-test
a. Mencari Gain (d) antara pre-test dan post-test
d = postest - pretest
b. Mencari nilai rata-rata (mean) gain antara pre-test dan post-test dengan
rumus:
Keterangan:
Md : mean gain
: jumlah gain secara keseluruhan
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Mencari deviasi masing-masing sampe (xd) dengan rumus:
xd = d –Md
Keterangan:
xd : deviasi masing-masing sampel
d : gain
Md : mean gain
d. Menghitung jumlah kuadrat deviasi (Σ )
Keterangan:
Σ : jumlah kuadrat deviasi
: jumlah gain setelah dikuadratkan
: jumlah gain secara keseluruhan
: jumlah sampel/ banyaknya subjek
e. Mencari nilai (uji t) untuk mengetahui pengaruh pembelajaran
kooperatif teknik story telling yang diterapkan dengan rumus sebagai
berikut.
=
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Md : Mean gain
: jumlah kuadrat deviasi
N : jumah sampel/ banyaknya subjek
f. Memberi interpretasi terhadap nilai
g. Uji hipotesis
Merumuskan Hipotesis Kerja ( ), yaitu terdapat perbedaan yang signifikan
antara variabel X dan variabel Y, dan merumuskan Hipotesis Nol ( ), yaitu
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.
Kebenaran dua hipotesa di atas diuji dengan membandingkan dan
, dengan terlebih dulu menetapkan derajat kebebasan dengan rumus:
df atau db = N – 1
dengan menggunakan df atau db ini maka akan diperoleh nilai pada taraf
signifikasi 5% atau 1%. Jika lebih kecil atau sama dengan
( ) maka diterima dan ditolak, dengan kata lain tidak ada
pengaruh yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Dan jika
lebih besar ( ) maka ditolak dan diterima, dengan
kata lain antara variabel X dan variabel Y terdapat perbedaan yang cukup
signifikan.
2. Pengolahan Data Angket
Untuk mengolah data angket dapat dilakukan dengan menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Menjumlahkan setiap jawaban angket
b. Menyusun frekuensi jawaban
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Menghitung presentase frekuensi dari setiap jawaban dengan rumus sebagai
berikut:
P = x 100%
Keterangan:
P : Persentase frekuensi dari setiap jawan responden
f : frekuensi dari setiap jawaban responden
n : jumlah responden
e. Menafsirkan hasil angket dengan berpedoman pada tabel dan data berikut ini:
Tabel 3.2
Tabel Penafsiran Data Angket
Persentase (P) Jumlah Responden (n)
0% Tidak ada seorang pun
1% - 5% Hampir tidak ada
6% - 25% Sebagian keci
26% - 49% Hampir setengahnya
50% Setengahnya
51% - 75% Lebih dari setengahnya
76% - 95% Sebagian besar
96% - 99% Hampir seluruhnya
100% Seluruhnya
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan
Pada penelitian ini telah mengujicobakan pembelajaran kooperatif teknik
story telling dalam pembelajaran bahasa Jepang terhadap keterampilan berbicara
bahasa Jepang pembelajar yang menjadi sampel penelitian, yakni 16 orang
pembelajar bahasa Jepang di kelas XI IPA 2 SMA Pasundan 3 Bandung. Dari
hasil penelitian, pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan peran siswa
dalam proses pembelajaran, dan lebih mendominasi dari pada peran pengajar di
kelas. Disamping itu juga, pembelajaran kooperatif mampu membuat pembelajar
saling bekerjasama dan membantu satu sama lain dalam proses pembelajaran di
kelas.
Dengan peran pembelajar yang lebih dominan inilah yang mampu
memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk lebih banyak berlatih dan
mengembangkan keterampilan berbicara bahasa Jepangnya. Adapun teknik story
telling pun dapat menjadi salah satu cara untuk memanfaatkan dan menggunakan
bahasa Jepang yang telah dipelajari oleh pembelajar dalam kegiatan berbicara
yakni menceritakan kembali cerita berbahasa Jepang yang setara dengan
kemampuan bahasa Jepang yang telah dipelajarinya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan
beberapa hal untuk menjawab rumusan masalah penelitian yang telah dirumuskan
sebelumnya.
1. Hasil pretest yang dilaksanakan sebelum dilaksanakannya pembelajaran
kooperatif teknik story telling dalam pembelajaran bahasa Jepang di kelas,
menunjukan bahwa rata-rata keterampilan berbicara bahasa Jepang
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Setelah dilaksanakan treatment dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif teknik story telling dalam pembelajaran bahasa Jepang di kelas
sebanyak empat kali treatment, dilaksanakan postest yang menunjukan
keterampilan berbicara bahasa Jepang pembelajar setelah diaksanaknnya
pembelajaran kooperatif teknik story telling dalam pembelajaran bahasa
Jepang di kelas. Dari hasil postest dapat diketahui bahwa rata-rata
keterampian berbicara bahasa Jepang siswa meningkat menjadi 62,75%.
3. Hasil analisis pada kedua data tes ini secara statistik, dapat disimpukan bahwa
ada perbedaan yang signifikan. Yaitu dengan membandingkan nilai t-test
yang didapakan sebesar 3,18 dengan nilai t-tabel pada db 15 untuk 5% yaitu
2,13 dan untuk 1% yaitu 2,95. Dengan demikian, t-hitung 3,18 > t-tabel 2,13
untuk 5% dan t-hitung 3,18 > t-tabel 2,95 untuk 1%. t-hitung > t-tabel yang
berarti Hk diterima. Hal ini membuktikan bahwa ada perbedaan yang
signifikan terhadap keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa antara
sebelum dan sesudah dilaksanakannya pembelajaran kooperatif teknik story
telling dalam pembelajaran bahasa Jepang.
4. Hasil analisis data angket yang telah diisi oleh responden dapat disimpulkan
bahwa lebih dari setengahnya responden menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif teknik story telling ini sangat memberikan lebih banyak
kesempatan untuk berbicara dalam bahasa Jepang. Selain itu, lebih dari
setengahnya responden yang menyatakan bahwa intensitas berlatih berbicara
bahasa sangat mempengaruhi terhadap keterampilan berbicara bahasa
Jepang. Sementara itu, sebagian kecil responden menyatakan sangat
mengalami kesulitan saat melaksanakan pembelajaran kooperatif teknik story
telling dalam pembelajaran bahasa Jepang. Akan tetapi, terlepas dari kesulitan
yang dialami sebagian responden, dari analisis data angket dapat dikatakan
bahwa sebagian besar responden menyatakan cukup merasakan perbedaan/
pengaruh terhadap keterampilan berbicara bahasa Jepangnya setelah
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
setengahnya responden yang menyatakan pembelajaran kooperatif teknik
story teling ini cukup menarik.
B. Rekomendasi
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa teknik story telling ini adalah teknik
yang mampu dan harus memadupadankan keterampilan berbahasa yang lainnya
selain keterampilan berbicara. Karena pada dasarnya kegiatan menceritakan
kembali sebuah cerita tidak akan dapat dilaksanakan tanpa melaului kegiatan
mendengarkan atau membaca dan memahami isi cerita yang akan diceritakan.
Bila perlu kegiatan menulis untuk membantu proses bercerita dapat dilakukan
sebelum proses menceritakan kembali tersebut dilaksanakan.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa beberapa sampel penelitian
mengalami kesulitan untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif teknik story
telling ini dalam pembelajaran bahasa Jepang. Hal ini memungkinkan mengingat
sampel penelitian ini adalah pembelajar tingkat dasar yang pengalaman belajar
bahasa Jepangnya masih terbatas. Walaupun pada dasarnya cerita yang digunakan
pada penelitian ini telah dibuat dan dinyatakan setara dengan kemampuan bahasa
Jepang sampel penelitian, namun beberapa sampel penelitian menyatakan belum
mahir dalam memadupadankan beberapa keterampilan berbahasa yang lainnya
untuk melaksanakan kegiatan story telling ini, terutama pada proses memahami isi
cerita dan melafalkan serta menceritakan kembali sebuah cerita.
Oleh karena itu, bagi penelitian selanjutnya peneliti merekomendaikan untuk
mengujicobakan pembelajaran kooperatif teknik story telling ini pada pembelajar
tingkat menengah maupun tingkat tinggi yang mempunyai keterampilan
berbahasa Jepang yang lebih banyak dan memadai untuk melaksanakan proses
story telling ini. Selain itu, penilaian keterampilan berbicaranya pun dapat
dikembangkan tidak hanya terbatas pada aspek-aspek penilaian pada penelitian ini.
Salah satunya dengan menambahkan aspek non-kebahasaan seperi gerak-gerik
atau mimik saat proses bercerita agar teknik story telling ini dapat dilaksanakan
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lagi lingkup pengembangannya. Bila perlu pembelajaran kooperatif teknik story
telling ini tidak hanya dilaksanakan terhadap keterampilan berbicara saja, namun
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur,
Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Arsjad, Maidar G & U.S. Mukti. (1988). Pembinaan Kemampuan Berbicara
Bahasa Indonesia, Jakarta: Erlangga.
Baharuddin dan Esa N Wahyuni. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Cahyo, N Agus. (2013). Panduan Aplikasi Teori-teori Belajar Mengajar
Teraktual dan Terpopuler, Jogjakarta: Diva Press.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Keempat, Jakarta: Balai Pustaka.
Djatmika. 2004. Buku Kolita “Konferensi Linguistik Tahunan” 2, Jakarta: Atmaja
Djiwandono, Soenardi. (2011). Tes Bahasa: Pegangan Bagi Pengajar Bahasa,
Jakarta: PT Indeks.
Ghazali, Syukur. (2010). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan
Pendekatan Komunikatif-Interaktif, Bandung: Refika Aditama.
Halim, Amran, dkk. (1982). Ujian Bahasa, Jakarta: PT Wira Nurbakti.
Huda, Miftahul. (2011). Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan
Model Terapan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Iskandarwassid & Sunendar, Dadang. (2008). Strategi Pembelajar Bahasa,
Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI dengan PT Remaja Rosdakarya.
Kida, M., Kodama, Y., dan Nagasaka, M. (2009). Hanasu Koto o Kangaeru,
Tokyo: Hitsuji Shobou
Morelent, Yetty. (2012). Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui
Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter di Sekolah Menengah Atas,
Teti Rohaeti, 2014
Pembelajaran Kooperatif Teknik Story Telling Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Musfiroh, Tadkiroatun. (2008). Bercerita Untuk Anak Usia Dini, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Nuke, Dewi Utami H. (2010). Efektivitas Metode Cooperative Learning Tipe
Paired Story Telling dalam Pembelajaran Sakubun, Skripsi pada FPBS
UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Resmini, Novi & Juanda, Dadan. (2008). Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia di Kelas Tinggi, Bandung: UPI Press.
Sagala, Syaiful. (2008). Konsep & Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta
Setyadi, Bambang. (2006). Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing
Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta: Graha Imu.
Sudarmadji, dkk. (2010). Teknik Bercerita, Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta.
Sudjianto. (2010). Metodologi Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Jepang,
Bekasi: Kesaint Blanc
Sudjiono, Anas. (2001). Pengantar Evauasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sutedi, Dedi. (2011). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang, Bandung: UPI Press
dengan Humaniora Utama Press.
Tarigan, H.G. (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
Bandung: Angkasa.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta:
Kencana Prenanda Media Group.
Wahyu, Novena Puji L. (2009). Pembelajaran Keterampian Berbicara Bahasa
Jepang dengan Teknik “Tes Monolog Langsung”, Skripsi pada FPBS UPI