• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

Indonesia merupakan produsen karet nomor dua terbesar di dunia dengan produksi sebesar 2,55 juta ton pada tahun 2007 setelah Thailand (2,97 juta ton).

Indonesia juga memiliki luas lahan karet terbesar di dunia dengan luas lahan mencapai 3,4 juta hektar di tahun 2007, sehingga peranan karet dan barang jadi karet terhadap ekspor nasional cukup penting. Dari produksi sebesar 2,55 juta ton karet alam ternyata masih sangat sedikit yang dapat terserap oleh industri dalam negeri, yaitu hanya sekitar 360 ribu ton atau sekitar 14,11% yang dimanfaatkan sektor industri untuk menjadi barang seperti ban, sarung tangan, alat-alat kesehatan dan barang jadi lainnya (Parhusip, 2008). Untuk meningkatkan penyerapan produksi karet alam nasional bagi industri dalam negeri, maka getah karet dari petani harus diolah menjadi bahan setengah jadi yang berupa kompon padat atau kompon karet cair. Untuk membuat kompon padat atau kompon karet cair diperlukan bahan dasar berupa karet sheet angin atau lateks pekat. Pembuatan karet sheet angin atau lateks pekat dari lateks kebun dapat dilakukan dengan teknologi yang sederhana sehingga bisa dikerjakan di tingkat petani karet. Dengan membuat dan menjual getah karet alam dari petani dalam bentuk sheet angin atau lateks pekat, maka harga jual getah karet alam akan jauh meningkat beberapa kali lipat daripada yang selama ini dilakukan yaitu menjual dalam bentuk karet bongkahan yang berharga murah, sehingga akan sangat meningkatkan pendapatan petani karet (Sujito dan Wibowo, 2015).

Permasalahan yang selama ini dihadapi oleh masyarakat industri kecil barang jadi karet adalah sulitnya mendapatkan kompon karet cair yang merupakan bahan baku utama untuk membuat berbagai barang jadi karet. Mengingat potensi yang sangat besar produksi karet alam di Indonesia yang belum terserap oleh industri dalam negeri, maka untuk memenuhi kebutuhan industri karet khususnya industri kecil barang jadi karet dalam negeri, perlu dibuat kompon karet cair

(2)

dengan kualitas yang memenuhi standar SNI (Standar Nasional Indonesia) atau ASTM (American Society for Testing and Materials). Dengan demikian masyarakat industri barang jadi karet terutama masyarakat industri kecil barang jadi karet lebih mudah untuk memperoleh bahan baku produksinya. Proses pembuatan kompon karet cair merupakan proses yang sederhana dan tidak memerlukan teknologi yang tinggi sehingga memungkinkan untuk dapat dilakukan pada tingkat petani karet. Dengan menjual karet alam dalam bentuk bahan setengah jadi seperti kompon karet cair yang harganya jauh lebih tinggi dari karet bongkahan yang selama ini dilakukan petani karet tentu saja akan sangat meningkatkan pendapatan petani karet, atau dengan kata lain akan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi petani karet secara umum. Peningkatkan nilai ekonomi karet alam di tingkat petani karet pada gilirannya akan sangat meningkatkan devisa Negara (Suryana dan Gunadi, 2007).

Kompon karet cair adalah bahan setengah jadi yang merupakan campuran antara lateks karet alam dengan berbagai bahan kimia aditif (Xu dkk., 2007).

Dalam proses pembuatan kompon karet cair terjadi reaksi kimia antara poliisoprena dari lateks dengan berbagai bahan kimia yang digunakan.

Pembentukan ikatan silang tiga dimensi (crosslink) antara molekul-molekul poliisoprena dari lateks dengan bahan pemvulkanisasi (vulkanisator) seperti misalnya belerang akan merubah sifat karet yang semula plastis dan lemah menjadi elastis, keras dan kuat (Khang and Ariff, 2012; Radhakrishnan, 2008).

Bahan kimia kompon karet cair secara umum terdiri dari bahan pemvulkanisasi (vulcanizator), bahan pencepat (accelerator), bahan antioksidan atau antidegradan, bahan penggiat (activator), bahan pemantap (stabilizer) dan bahan pengisi (filler) di samping bahan-bahan tambahan lainnya (Xu dkk., 2007; White dkk., 2009). Kompon karet cair merupakan bahan setengah jadi untuk membuat berbagai barang jadi karet dengan berbagai cara seperti pencelupan, penjuluran, pencetakan, pembusaan, penyemprotan, dan metode yang lain. Berbagai produk barang jadi karet yang dapat dibuat dari karet cair antara lain adalah berbagai sarung tangan karet untuk bermacam-macam keperluan, balon, alat kontrasepsi, sedotan botol, matras, pelapis karpet, benang karet, pelapis tekstil, pelapis kertas,

(3)

battery separator, pembungkus, bantal, guling, dan kasur. Produk barang jadi

karet pada umumnya mempunyai sifat-sifat tertentu yang diutamakan sesuai dengan sifat yang diinginkan. Oleh karena itu susunan karet cair atau kompon karet cair yang dbuat disesuaikan dengan jenis produk yang akan dihasilkan atau sifat yang diutamakan.

Bahan baku untuk pembuatan karet cair adalah lateks pekat sedang dakomponen aditifnya kebanyakan berbentuk padat. Proses pembentukan ikatan silang antara molekul poliisoprena dengan belerang yang merupakan proses utama dalam pembentukan karet cair akan dapat lebih mudah terjadi dan lebih sempurna, jika proses dilakukan dalam fase cair, yaitu dengan lebih dahulu mendispersikan berbagai bahan aditif tersebut menjadi bahan berbentuk cair dengan penambahan solven dan bahan pendispersi. Dengan demikian spesifikasi karet cair yang dihasilkan dapat memenuhi syarat untuk membuat berbagai barang jadi karet sesuai dengan standar SNI atau ASTM.

Untuk pembuatan barang jadi karet dari karet cair dapat dilakukan antara lain dengan cara pencelupan atau pencetakan dilanjutkan dengan proses vulkanisasi dengan cara pemanasan. Dalam proses ini pembentukan ikatan silang antara poliisoprena dari lateks dengan belerang berlangsung sempurna dan sifat barang jadi karet yang dihasilkan akan sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam proses vulkanisasi ini lamanya waktu vulkanisasi akan menentukan sifat barang jadi yang dihasilkan. Jika proses vulkanisasi kurang lama, maka ikatan silang yang terbentuk akan kurang banyak sehingga kualitas barang jadi karet yang dihasilkan akan kurang baik. Sebaliknya jika waktu vulkanisasi terlalu lama maka sebagian ikatan silang antara poliisoprena lateks dengan belerang akan rusak, sehingga kualitas barang jadi karet juga menjadi kurang baik. Dalam penelitian ini dilakukan variasi waktu vulkanisasi untuk mendapatkan kondisi optimum untuk membuat barang jadi karet dari karet cair.

Lateks pekat merupakan bahan berbentuk koloid yang stabil dalam suasana basa. Dalam pembuatan karet cair beberapa bahan aditif ditambahkan ke dalam lateks pekat dan akan mempengaruhi kestabilan lateks pekat. Untuk mempertahankan kondisi lateks agar tetap berbentuk koloid selama proses

(4)

pembuatan karet cair, maka salah satu caranya adalah menjaga kondisi proses agar tetap dalam suasana basa agar tidak terjadi koagulasi yang akan menghambat pembentukan ikatan silang antara poliisoprena lateks dengan belerang dengan cara penambahan stabilisator. Menurut Utama (2007) dan Valavi (2011), salah satu stabilisator yang dapat digunakan dalam proses ini adalah KOH. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan variasi penggunaan KOH sebagai stabilisator untuk mendapatkan kondisi terbaik agar barang jadi karet yang dihasilkan mempunyai sifat yang baik.

Asap cair tempurung kelapa mengandung senyawa fenol, karbonil dan asam sebagai komponen utamanya (Tranggono dkk., 1997). Senyawa fenol mempunyai sifat sebagai anti bakteri dan antioksidan. Dalam proses pembuatan karet cair dari lateks pekat, salah satu senyawa antioksidan yang biasa digunakan adalah senyawa-senyawa fenol. Dengan banyaknya kandungan fenol dalam asap cair tempurung kelapa, maka bahan ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengganti senyawa antioksidan yang biasa digunakan dalam pembuatan kompon lateks. Dalam penelitian ini dilakukan variasi penggunaan asap cair sebagai bahan antioksidan di samping antioksidan yang biasa digunakan untuk pembuatan kompon sehingga didapatkan kondisi terbaik untuk pembuatan barang jadi karet.

Selain itu agar proses pembentukan ikatan silang antara poliisoprena dari lateks dengan belerang dapat berjalan dengan lebih cepat maka perlu ditambahkan bahan pengaktif (aktivator). Penambahan bahan pengaktif harus diatur agar proses vulkanisasi untuk pembentukan ikatan silang antara poliisoprena dari lateks dengan belerang dapat terjadi secara optimum. Jika terlalu sedikit bahan pengaktif yang ditambahkan, maka proses vulkanisasi berlangsung lambat sehingga ikatan silang yang terbentuk tidak maksimal. Sebaliknya jika terlalu banyak bahan pengaktif yang ditambahkan, maka proses vulkanisasi juga tidak optimal karena akan menyebabkan koagulasi poliisoprena selama proses, sehingga pembentukan ikatan silang antara poliisoprena dengan belerang menjadi tidak maksimal. Bahan pengaktif yang biasa digunakan dalam pembuatan karet cair atau kompon adalah campuran antara ZnO dengan asam stearat. Dalam penelitian ini dilakukan variasi penggunaan ZnO sebagai aktivator untuk mendapatkan kondisi terbaik dalam

(5)

pembuatan karet cair sehingga barang jadi karet yang dibuat mempunyai sifat- sifat fisika kimia yang baik.

1.2 Kebaruan Penelitian

Lateks sebagai bahan baku kompon karet cair merupakan bahan alam hasil perkebunan yang ketersediannya sangat melimpah di Indonesia. Pemanfaatan kompon karet cair untuk membuat barang jadi atau setengah jadi masih sangat terbatas, sehingga masih potensial untuk dikembangkan menjadi berbagai produk yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.

Kompon karet cair merupakan bahan setengah jadi untuk menghasilkan berbagai barang jadi karet dengan berbagai metode seperti pencelupan, penjuluran, penyemprotan, dan pencetakan, tetapi ketersediaannya di pasaran sangat terbatas. Dalam proses pengolahan karet alam, asap cair tempurung kelapa biasanya digunakan sebagai koagulan serta untuk mengurangi bau pada bahan olah karet. Penelitian untuk pembuatan kompon karet cair dengan menggunakan asap cair tempurung kelapa sebagai bahan antioksidan selama ini belum pernah dilakukan, sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk mendapatkan komposisi yang optimum agar karet cair yang dihasilkan mempunyai sifat-sifat yang baik sesuai dengan standar SNI maupun ASTM. Karet cair merupakan material baru yang sifatnya berbeda dengan bahan dasarnya yaitu lateks karena sudah mengalami proses vulkanisasi sehingga bahan yang semula bersifat plastis dan lemah berubah menjadi bahan yang elastis dan kuat.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh waktu vulkanisasi dalam proses pembuatan film karet terhadap sifat fisika kimia barang jadi karet yang dihasilkan

2. Mengetahui pengaruh penggunaan bahan pemantap (stabilizer) KOH dalam proses pembuatan karet cair terhadap sifat fisika kimia barang jadi karet

(6)

3. Mengetahui pengaruh penggunaan asap cair sebagai bahan antioksidan dalam pembuatan karet cair terhadap sifat fisika kimia barang jadi karet yang dihasilkan

4. Mengetahui pengaruh penggunaan bahan pengaktif ZnO dalam proses pembuatan karet cair terhadap sifat fisika kimia barang jadi karet yang dihasilkan

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Dapat diperoleh suatu formula sebagai acuan untuk pembuatan kompon karet cair dari lateks pekat sebagai bahan setengah jadi untuk membuat berbagai barang jadi karet dengan kualitas yang memenuhi standar SNI maupun ASTM.

2. Dapat menjadi salah satu informasi awal bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai kompon karet cair.

Referensi

Dokumen terkait

Lateks pekat dicampur dengan bahan kimia yang telah dibuat dalam bentuk dispersi atau emulsi dengan susunan kompon tertentu sesuai dengan tujuan barang jadi karet yang akan

Penelitian untuk mengetahui berbagai aspek kehidupan penghuni RUTAN dan LAPAS sebagai dampak kepadatan hunian ini menurut hemat penulis penting untuk dilakukan mengingat

Peneliti memilih limbah cair pemindangan ikan karena menurut (Saputra et al., 2016) pada limbah cair pemindangan ikan dengan menggunakan proses pembuatan seperti

Dapat dijadikan salah satu sumber informasi, referensi ataupun acuan dalam perancangan dan pembuatan sistem serupa, sehingga menjadi tambahan pengetahun bagi

Penulis melakukan pengumpulan data untuk penulisan Laporan Akhir yang diperlukan misalnya bahan baku yang digunakan dalam pembuatan roti tawar, harga jual roti

Hasil penelitian uji penggunaan berbagai jenis koagulan terhadap mutu bahan olah karet ( Hevea brasiliensis ), koagulum lateks dengan koagulan ekstrak nenas

Neraca massa pembuatan karet siklo menggunakan lateks pekat dapat dilihat pada Gambar 20, untuk neraca massa pembuatan karet siklo menggunakan lateks DPNR dapat dilihat pada Gambar

Asap cair mempunyai kelebihan, yaitu (1) selama pembuatan asap cair, senyawa Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) dapat dihilangkan, (2) konsentrasi pemakaian asap cair