• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Biodisel Dari Cpo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Biodisel Dari Cpo"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES PEMBUATAN KARET BUSA ALAM

PROSES PEMBUATAN KARET BUSA ALAM

Dosen

Dosen Pengampuh

Pengampuh :

: Ir.

Ir. Erwana

Erwana Dewi,M.E

Dewi,M.Eng.

ng.

Kelompok

Kelompok

:

: II

--

Adhe

Adhe Julian

Julian Pertananda

Pertananda

(061540421921)

(061540421921)

--  Nur Annisa Yulia

 Nur Annisa Yuliasdini

sdini

(061540421947)

(061540421947)

--  Nuraldyla Sucia

 Nuraldyla Suciaty Saputri

ty Saputri

(061540421948)

(061540421948)

Kelas

Kelas

:

: 5KIB

5KIB

JURUSAN TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

2017

2017

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, Kami  panjatkan rasa puji dan syukur atas kehadiratNya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan

karunia kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Proses

PembuatanKaret Busa Alam ini. Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih yang sebanyak banyaknya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari

 bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh

karena itu dengan tangan terbuka kami menerima kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini sehingga dapat menjadi lebih baik lagi .Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan manfaat bagi para pembaca, Terima kasih.

Palembang, 10 September 2017

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya karet bisa berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet (atau dikenal dengan istilah latex), maupun produksi manusia (sintetis). Saat pohon karet dilukai, maka getah yang dihasilkan akan jauh lebih banyak. Sumber utama getah karet adalah pohon karet Para Hevea Brasiliensis (Euphorbiaceae). Saat ini Asia menjadi sumber karet alami. Awal mulanya karet hanya hidup di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Kehadiran karet di Asia Tenggara berkat jasa dari Henry Wickham. saat ini, negara-negara Asia menghasilkan 93% produksi karet alam, yang terbesar adalah Thailand, diikuti oleh Indonesia, dan Malaysia. Karet telah digunakan sejak lama untuk berbagai macam keperluan antara lain bola karet, penghapus pensil, baju tahan air, dan lain-lain.

Pemerintah Amerika mendorong penelitian dan produksi untuk menghasilkan karet sintetik untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak. Usaha besar ini membuahkan hasil dalam waktu singkat dan terus berkembang sesudah berakhirnya perang dunia kedua, 1/3 karet yang dikonsumsi dunia adalah karet sintetik. Karet sintetik cukup mendominasi  industri karet, tetapi pemakaian karet alam pun masih sangat penting saat ini antara lain industri militer dan otomotif.

Pada tahun 1983, hampir 4 juta ton karet alam dikonsumsi oleh dunia, tetapi karet sintetik yang digunakan sudah melebihi 8 juta ton.

Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan pusat-pusat pertumbuhan  perekonomian di daerah dan sekaligus berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Guna mendukung keberhasilan pengembangan karet, perlu disusun Teknis Budidaya Tanaman Karet digunakan sebagai acuan bagi pihak-pihak yang terkait pengolahan komoditi tersebut.

(4)

Karet yang merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber  pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra  baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber). Rendahnya  produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak dan tidak  produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang menyerupai hutan. Oleh karena itu perlu upaya percepatan peremajaan karet rakyat dan pengembangan industri hilir.

Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta samasama menurun 0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah bahwa belum ada sumber dana yang tersedia untuk peremajaan. Di tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima tahun mendatang diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber maupun  produk-produk karet lainnya karena produksi bahan baku karet akan meningkat. Kayu karet

sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture tetapi belum optimal, sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa itu karet busa alam ?

 Bagaimana proses pengolahan karet busa alam ?  Bagaimana pengaplikasian penggunaan karet alam ? 1.3 Tujuan

(5)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Karet Busa Alam dan Fungsinya

Karet busa alam atau karet busa adalah bahan atau benda berbahan karet alam, yang mirip spons (binatang laut) dan dapat menyerap cairan (dan gas) karena bepori-berpori. Istilah karet busa secara salah kaprah juga digunakan untuk bahan

 – 

  bahan berpori yang terbuat dari  berbagai jenis plastic atau polimer.

Karet busa selama ini didominasi oleh karet sintetis poliuretan yang harganya jauh lebih murah sehingga karet busa alam semakin ditinggalkan. Karet busa banyak dikonsumsi untuk  berbagai keperluan seperti kasur, bantal, jok, komponen sepatu, penyekat, dan pelapis bagian

dalam jaket. Perkembangan baru menunjukan bahwa proses produksi busa poliuretan beresiko tinggi karena bahan bakunya beracun dan karsiogenik. Karena itu akhir-akhir ini ada kecenderungan meningkatnya permintaan karet busa dari karet alam. Karena dianggap lebih aman, ramah lingkungan, memiliki daya elastis dan daya lenting yang sempurna, tahan panas dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan. Peluang tersebut perlu dimanfaatkan dengan sasaran menumbuhkan usaha dilingkup pedesaan, menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan nilai tambah petani karet. Namun selama ini masih belum ditemukan cara  produksi yang murah, mudah dan aman untuk dilakukan, sehingga perlu pengetahuan baru untuk dapat memproduksi karet busa alam dan diperkirakan dapat ditempuh melalui perkembangan usaha baru yaitu menjadi produsen karet busa yang dikelola secara kelompok tani.

(6)

2.2 Keunggulan karet busa alam dibandingkan dengan karet busa sintetis

Dibanding karet busa sintetis , karet busa alam lebih unggul dalam hal kenyamanan dan umur pakai, karena memiliki ketahanan sobek yang lebih tinggi, tegangan putus. Untuk memberikan nilai kepegasan yang sama, busa alam hanya memerlukan ketebalan sepertiga dari  busa sintetis, jadi biasa dikatakan karet busa alam lebih efektif. Karet busa alam juga aman digunakan dan aman untuk diproduksi tidak bersifat karsinogenik. Sedangkan proses pembuatan karet busa sintetis memiliki resiko yang cukup tinggi karena bahan bakunya isosianat beracun dan bersifat karsinogenik. Oleh karena itu permintaan terhadap karet busa alam cenderung meningkat terutama untuk perlengkapan tidur dan jok mobil. Selain diproduksi oleh perusahaan yang telah lama ada, berbagai merek kasur dan bantal dari karet busa alam pun kini  bermunculan, walaupun karet busa alam memiliki banyak keunggulan namun bahan mentah

untuk pembuatannya mahal karena harus benar- benar bersumber dari karet alam yaitu lateks  pekat.

2.3 Proses Pengolahan Karet Busa Alam

Proses pembuatan karet busa alam melalui 5 tahap adalah konversi lateks kebun menjadi lateks pekat, pembuatan kompon lateks, pengocokan dan pembusaan kompon lateks dan vulkanisasi kompon lateks, pengeringan karet busa dan finishing pemotongan dan pengemasan, a.Konversi Lateks Kebun

Konversi lateks kebun kadar karet kering 25-28% menjadi lateks pekat 55-60%, proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan mesin sentrifugasi atau pendadihan. Untuk industri  besar sebaiknya menggunakan mesin sentrifugasi karena lebih efisien dan dapat digunakan untuk

(7)

kapasitas cukup banyak, sedangkan untuk industri kecil menggunakan pendadihan karena harganya lebih murah.

 b. Pembentukan Kompon Lateks

Pembentukan kompon lateks yaitu pencampuran lateks pekat dengan bahan bahan kimia,  proses ini dilakukan dengan menambahkan bahan-bahan kimia tertentu yaitu bahan pembusa, vulkanisasi, pengisi dan akselerator. Alat yang digunakan dalam proses ini gilingan pendispersi,  bahan yang sering digunakan adalah belerang, karena lebih efektif dalam pembentukan gel

lateks.Tujuan pembuatan kompon adalah untuk memperbaiki sifat-sifat fisika dan kimia yang kurang menguntungkan suatu produk barang jadi. Campuran diaduk perlahan-lahan dan dijaga  jangan sampai terjadi pengotoran sampai campuran tersebut homogen, campuran ini disebut kompon lateks. Sebelum dicetak kompon lateks ini berbentuk cairan sehingga perlu ditambahkan  bahan pemantap kedalam kompon lateks agar tidak menggumpal.

(8)

c. Pengocokan dan Pembusaan

Pengocokan dan pembusaan agar terbentuk komponen lateks yang berbuih sehingga strukturnya lebih renggang atau berpori. Kemudian lateks dituangkan kedalam cetakan. Pembentukan busa dilakukan dengan cara penambahan Hidrogen peroksida 15% kedalam campuran kompon dan dilanjutkan dengan pengadukan, cara ini ternyata mengalami kendala yaitu komponen cepat menggumpal sebelum busa terbentuk, sehingga ditambahkan ZnO dan Amonium Khlorida untuk mencegah penggumpalan selama pengocokan dan pembusaan bisa menjadi 7-10 kali volume kompon.

(9)

Vulkanisasi yang disebut dengan pemasakan karet agar komponen lateks menjadi busa yang stabil, struktur karet yang lebih baik dan koloid lateks dapat terdispersi secara merata atau homogeny. Pada proses ini molekul-molekul karet oleh belerang membentuk suatu jaringan tiga demensi dan karet yang semula plastis akan berubah jadi elastis, reaksi antara molekul molekul karet dengan belerang berlangsung sangat lambat membutuhkan waktu beberapa jam. Waktu vulkanisasi barang karet yang tebal dengan suhu 140oC adalah cukup lama karena karet merupakan penghantar panas yang buruk, sebaliknya untuk karet yang tipis dengan suhu 160oC waktu vulkanisasi lebih singkat.

e. Pengepresan

Pengepresan bertujuan untuk mengeluarkan sisa-sisa air yang terdapat didalam busa karet yang masih basah.

f. Pengeringan

Pengeringan dapat dilakukan secara sederhana dengan oven yang dialiri uap panas dengan suhu 60-70oC selama 4

 – 

36 jam tergantung ketebalan karet busa, kalau suhunya terlalu tinggi menyebabkan karet busa jadi lengket dan berubah warna. Sedang yang cara modern dilakukan dengan microwave, gelombang cahaya.

(10)

g. Pemotongan dan Pengemasan

Setelah karet kering lalu dipotong-potong lalu dikemas dan siap untuk dipasarkan.

(11)

Konversi Latek kebun

Sentrifuse/pendadihan

Lateks pekat KKK 55-60%

Pengocokan dan pembusaan

Dicetak

Vulkanisasi

(12)

Pengeringan 70 C

Karet busa alam

Pemotongan dan pengemasan

Diagram alir pengolahan karet busa alam.

2.4 Aplikasi karet busa alam

Karet busa alam banyak digunakan pada berbagai macam industri misal industri  perlengkapan tidur kasur, bantal, guling, perlengkapan otomotif untuk jok mobil, perlengkapan  bayi untuk perlak bayi, industri keramik untuk cetakan keramik agar diperoleh pori-pori yang

(13)

BAB III 3.1 Kesimpulan

 Karet busa alam atau karet busa adalah bahan atau benda berbahan karet alam, yang

mirip spons (binatang laut) dan dapat menyerap cairan (dan gas) karena bepori- berpori. Istilah karet busa secara salah kaprah juga digunakan untuk bahan

 – 

  bahan  berpori yang terbuat dari berbagai jenis plastic atau polimer.

 Proses pembuatan karet busa alam melalui 5 tahap adalah konversi lateks kebun

menjadi lateks pekat, pembuatan kompon lateks, pengocokan dan pembusaan kompon lateks dan vulkanisasi kompon lateks, pengeringan karet busa dan finishing  pemotongan dan pengemasan.

 Karet busa alam banyak digunakan pada berbagai macam industri misal industri

 perlengkapan tidur kasur, bantal, guling, perlengkapan otomotif untuk jok mobil,  perlengkapan bayi untuk perlak bayi, industri keramik untuk cetakan keramik agar

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008. Karet alam, http://industri karet.wordpress.com/

Anonim. 2011. Jenis Jenis Karet Alam dalam Usaha Agroindustri Karet ,http://  binaukm.com/2011/09/jenis-jenis karet alam dalam usaha agroindustri karet.

Rusadi, H 2008. Rekayasa alsin manufaktur kkaret busa untuk industry.Bogor, Balai Penelitian Tanaman Karet.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini terlihat pada gambar 4.2, campuran lateks polistirena dengan lateks pekat karet alam perbandingan 80:20 mengalami kenaikan nilai densitas dari 0,993 g/ml menjadi 1,010 g/ml

Lateks karet iradiasi atau lateks alam pekat pra-vulkanisasi adalah lateks alam yang divulkanisasi dengan menggunakan teknologi nuklir, dan langsung dapat digunakan untuk

Judul Tesis : PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SEMI INTERPENETRATING POLYMER NETWORK (IPN) DARI LATEKS PEKAT KARET ALAM - BUBUR AMPAS TAHU.. Nama Mahasiswa : Wimpy Prendika

Lateks karet iradiasi atau lateks alam pekat pra-vulkanisasi adalah lateks alam yang divulkanisasi dengan menggunakan teknologi nuklir, dan langsung dapat digunakan untuk

Proses pembuatan karet menjadi benang karet dengan cara lateks pekat yang. masuk di periksa di laboratorium kimia dan di uji kemudian lateksnya di

Neraca massa pembuatan karet siklo menggunakan lateks pekat dapat dilihat pada Gambar 20, untuk neraca massa pembuatan karet siklo menggunakan lateks DPNR dapat dilihat pada Gambar

Pencampuran lateks pekat karet alam (LPKA) dengan lateks PS-g-MA disebut dengan soil stabilizer termoplas (SSTP) maupun dengan lateks polyester disebut soil stabilizer

Lateks karet iradiasi atau lateks alam pekat pra-vulkanisasi adalah lateks alam yang divulkanisasi dengan menggunakan teknologi nuklir, dan langsung dapat digunakan untuk