• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fakor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Suka Asih Wilayah Kerja Puskesmas Citarip Kota Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Fakor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Suka Asih Wilayah Kerja Puskesmas Citarip Kota Bandung"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Fakor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Suka Asih Wilayah Kerja Puskesmas Citarip Kota

Bandung

Sustania1, Dadang Arief Primana1 & Tri Ardayani1*

1Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung

Abstrak

Gerakan nasional pemerintah dalam mencapai tujuan ke-4 Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan angka kematian anak. Hal ini perlu didukung dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat karena bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Salah satu upaya pemerintah untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya dengan peningkatan pemberian ASI Eksklusif. Rendahnya pencapaian tersebut dikarenakan perilaku ibu menyusui yang dipengaruhi oleh pengetahuan ibu, dukungan suami, dan dukungan petugas kesehatan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan. Teknik sampel yang digunakan adalah propotional sample. Jumlah sampel adalah sebanyak 60 orang. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket. Analisis yang digunakan yaitu chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh faktor pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif, terdapat pengaruh faktor dukungan suami dengan pemberian ASI Eksklusif, terdapat pengaruh faktor dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah faktor pengetahuan, faktor dukungan suami, dan faktor dukungan petugas kesehatan mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif.

Kata kunci: ASI Eksklusif, Faktor-Faktor, Pengetahuan, Dukungan Suami, Dukungan Petugas Kesehatan

(2)

Pendahuluan

Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, yang dapat terjadi akibat proses penyakit atau tindakan (treatment) seperti pengobatan dan pembedahan (International Association for the Study of Pain (IASP) (1979) dalam (Potter &

Perry, 2009; Smeltzer & Bare, 2002).

Nyeri post operasi termasuk ke dalam kategori nyeri akut dengan karakteristik memiliki awitan yang cepat, mendadak dan berlangsung dalam waktu yang singkat.

Karakteristik tersebut terjadi karena diskontinuitas jaringan oleh penggunaan alat dalam tindakan pembedahan. Diskontinuitas jaringan merangsang tubuh menghasilkan mediator kimia yang akan menimbulkan proses transduction, transmission, perception dan modulation sehingga tubuh mempersepsikan rasa nyeri (Potter &

Perry, 2009; Rosenquist &

Rosenberg, 2003; Smeltzer & Bare, 2002).

Zalon (1997) dalam (Potter &

Perry, 2009) mengatakan bahwa nyeri post operasi dapat menimbulkan pasien mengalami kesulitan untuk tidur, dan menimbulkan komplikasi, salah satunya adalah terhambatnya proses penyembuhan luka post operasi.

Rangsang nyeri dapat mengaktivasi catecholamine dalam jumlah banyak sehingga dapat mempengaruhi kerja

system cardiovaskuler dengan meningkatkan tekanan darah dan nadi.Akibat tekanan darah dan nadi yang meningkat terjadi hemodinamik yang tidak stabil dan menyebabkan perfusi oksigen ke jaringan berkurang, kadar β-endorfin yang disekresikan oleh kelenjar pituitari akan meningkat dan menekan aktivitas makrofag, penurunan aktivitas makrofag berdampak pada menurunnya aktivitas sitokin yang dilepaskan makrofag seperti TNF α, IL-1, IL-6, IL-8, TGF β yang berfungsi meningkatkan matrik ekstraseluler (ECM) dan meningkatkan kolagenasi. TGF β yang menurun menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan luka (Howard & A.Steinmann, 2010;

Sole, Klein, & Moseley, 2009;

Urden, M.Stacy, & E.Lough, 2010).

Proses penyembuhan yang terhambat akan berakibat pada proses rehabilitasi pasien yang tertunda dan waktu tinggal di rumah sakit yang meningkat (LOS), untuk itu diperlukan suatu penanganan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien. Perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan (care provider) memiliki peran dalam melaksanakan intervensi keperawatan yaitu pelaksanaan manajemen penanganan nyeri. Perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan (care provider) memiliki peran dalam melaksanakan intervensi keperawatan yaitu pelaksanaan manajemen penanganan nyeri(Potter

& Perry, 2009; Urden et al., 2010).

(3)

Penanganan nyeri dengan tehnik famakologi dibagi kedalam 3 kategori aksi obat yaitu; (1) opioid agonists (morphine, fetanyl, hidromorphone, meperidine, codeine, methadone), (2) non opioids (acetaminopen, nonsteroidal, antiinflamatory drugs (NSAIDS), dan (3) adjuvants (anticonvulsants, antidepresan, local anesthetics).

(Urden et al., 2010).

Penanganan nyeri dengan tehnik non farmakologi diantaranya dengan (1) Cutaneus stimulation and massage ; Transcutaneus Electrical Nerve Stimulator (TENS), (2)Ice and Heat Therapie,(3) Tehnik Cognitive (guide imagery, music therapy, hypnosis, pendidikan, relaksasi, distraksi) (Smeltzer & Bare, 2002;

Urden et al., 2010).

Tehnik relaksasi merupakan tehnik penanganan nyeri non farmakologiyang dapat membantu memperlancar sirkulasi darah sehingga suplaioksigen meningkat dan dapat membantu mengurangi tingkat nyeri serta mempercepat proses penyembuhan luka pada pasien post operasi.

Distraksi merupakan manajemen nyeri dengan tehnik memfocuskan perhatian klien pada sesuatu selain dari rasa nyerinya.Teknik distraksi dapat mengaktivasi sistem reticular yang dapat menghambat stimulus yang menyakitkan (Urden et al., 2010).Teknik relaksasi dan distraksi merupakan strategi kognitif yang memberikan kesembuhan secara fisik dan mental, kelebihan dari teknik ini

yaitu ketika pasien mencapai relaksasi penuh maka persepsi nyeri berkurang, sehingga sangat efektif apabila tehnik distraksi dan relaksasi digunakan untuk menangani masalah nyeri pada pasien post operasi (Potter

& Perry, 2009).

Perkembangan ilmu keperawatan telah memberikan kontribusi terhadap munculnya berbagai metode untuk mengurangi rasa nyeri, metode yang digunakan seperti distraksi dan relaksasi dapat digunakan dalam teknik penanganan nyeri pasien post operasi.

Berdasarkan fakta dan teori tersebut peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian mengenai “Pengaruh Teknik Distraksi dan Relaksasi Terhadap Tingkat Nyeri pada Pasien Post Operasi di Rumah Sakit Immanuel Bandung”.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perngaruh tehnik distraksi dan relaksasi terhadap tingkat nyeri pada pasien post operasi di RS Immanuel Bandung.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperimen dengan pendekatan one group pretest – posttest design. Dalam Penelitian ini peneliti mengukur tingkat nyeri pada pasien post operasi sebelum diberi intervensi tehnik distraksi dan relaksasi, kemudian tingkat nyeri diobservasi kembali setelah diberi

(4)

intervensi tehnik distraksi dan relaksasi.

Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah: (1) Pasien laki- laki atau perempuan berusia lebih dari 10 tahun yang mengalami post operasi di Rumah Sakit Immanuel Bandung, (2) Kesadaran compost mentis, kooperatif (3) Kondisi stabil, (4) Pasien yang telah mendapatkan perawatan setelah operasi > 1x24 jam,(5) Bersedia menjadi responden secara tertulis.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Nonprobability sampling jenis accidental sampling dengan Consecutive admission yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurunwaktu tertentu sehingga jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi (Sugiyono, 2010). Penelitian dilakukan dari bulan september sampai oktober 2014 dan sampel yang terkumpul adalah 140 orang.

Tabel 1

Kerangka Pemikiran Pengaruh Tehnik Distraksi dan relaksasi terhadap Tingkat Nyeri pada pasien Post operasi Di Rumah Sakit Immanuel Bandung

Input Proses Output Outcome

Keterangan:

= Yang diteliti.

= Tidak diteliti

Sumber: Modifikasi Potter & Perry (2009), Smeltzer & Bare (2002) dan Urden (2010)

Tingkat Nyeri Sebelum diberikan penanganan nyeri tehnik distraksi dan relaksasi ; 0- 10 (NRS)

Manajemen Penanganan Nyeri:

a. Farmakologis 1) Opioid 2) Non Opioid 3) Adjustvans

b. Non Farmakologis 1) Bimbingan antisipasi 2) Stimulasi

Kutaneus

Kualitas hidup pasien post operasi

Tingkat Nyeri setelah diberikan manajemen penanganan nyeri tehnik distraksi dan relaksasi; 0- 10 (NRS)

Tidak Ada Pengaruh Ada Pengaruh Perawatan

perioperatif : a. Pre Operatif b. Intra

Operatif

c. Post Operatif

3) Distraksi 4) Relaksasi

(5)

Hasil

1. Karakteristik Pasien Post Operasi di RS Immanuel Bandung

Tabel 1

Distribusi frekuensi Karakteristik Pasien Post Operasi di RS Immanuel Bandung Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Usia, Suku Bangsa

Karakteristik Frekuensi Valid Persentase

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

60 80

42.9 57.1

Total 140 100

Pendidikan SD

SMP SMA D3 S1 S2

Missing system

10 15 50 1 26

1 37

9.7 14.6 48.5 1 25.2

1

Total 140 100

Pekerjaan Pelajar IRT Wiraswasta Pegawai Swasta Pegawai Negeri Pensiunan Lain-lain Missing System

1 2 25 32 1 1 44 34

0.9 1.9 23.6 30.2 0.9 0.9 41.5

Total 140 100

Suku Bangsa Jawa Sunda Batak Timor China

Missing System

11 69 3 2 9 46

11.7 73.4 3.2 2.1 9.6

Total 140 100

Usia 10-19 tahun 20-29 Tahun 30-39 Tahun 40-49 Tahun 50-59 Tahun 60-69 Tahun 70-79 Tahun

10 43 35 16 21 9 6

7.1 30.7 25.0 11.4 15.0 6.4 4.3

Total 140 100

Berdasarkan tabel 1 karakteristik pasien post operasi di RS Immanuel Bandung sebagian besar perempuan 57,1 %, pendidikan

SMA 48,5 %, pegawai swasta 30,2%, suku sunda 73,4%, , usia 20- 29 tahun 30,7% dari 140 responden.

(6)

2. Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Sebelum Intervensi tehnik Distraksi dan Relaksasi di RS Immanuel Bandung

Tabel 2

Distribusi frekuensi Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Sebelum Intervensi tehnik Distraksi dan Relaksasi di RS.Immanuel Bandung

Tingkat Nyeri Frekuensi Persentase

Tidak Nyeri (NRS; 0) 0 0

Nyeri Ringan (NRS; 1-3) 28 20

Nyeri Sedang (NRS; 4-6) 88 62.9

Nyeri Berat (NRS; 7-9) 24 17.1

Total 140 100

Berdasarkan tabel 2 distribusi menunjukan rata-rata tingkat nyeri pada pasien post operasi sebelumintervensi tehnik distraksi dan relaksasi di Rumah Sakit

Immanuel Bandung sebagian besar berada pada tingkat nyeri Sedang (NRS; 4-6) yaitu 62, 9 % dari 140 responden.

3. Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Setelah Intervensi Tehnik distraksi dan relaksasi di RS Immanuel Bandung

Tabel 3

DistribusiFrekuensi Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Setelah Intervensi Tehnik distraksi dan relaksasi di Rumah Sakit Immanuel Bandung

Tingkat Nyeri Frekuensi Persentase

Tidak Nyeri (NRS; 0) 5 3.6

Nyeri Ringan (NRS; 1-3) 100 71.4

Nyeri Sedang (NRS; 4-6) 32 22.9

Nyeri Berat (NRS; 7-9) 3 2.1

Total 140 100

Berdasarkan tabel 3 distribusi frekuensi menunjukkan tingkat nyeri pasien post operasi setelah intervensi tehnik distraksi dan relaksasi di

Rumah Sakit Immanuel Bandung yaitu sebagian besar berada tingkat nyeri ringan (NRS; 1-3) yaitu 71, 4%

dari 140 responden.

4. Pengaruh TehnikDistraksi danRelaksasiTerhadap Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Di Rumah Sakit Immanuel Bandung.

Dataintensitas nyeri pasien post operasi sebelum dan sesudah intervensi tehnik distraksi dan relaksasi di Rumah Sakit Immanuel

Bandungberdistribusinormal (p value

> 0,05), Selanjutnya dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji T Paired Test.

(7)

Tabel 4

Uji Beda Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Sebelum Dan Sesudah IntervensiTehnik distraksi dan relaksasi Di Rumah Sakit Immanuel Bandung.

Tingkat Nyeri Mean SD SE Ʃ

(N) T Sig.(2-

tailed) Sebelum Intervensi

Tehnik Relaksasi dan Distraksi

4.74 1.694 .143

140 20.304 .000 Setelah Intervensi

Tehnik Relaksasi dan Distraksi

2.99 1.573 .133

Mean Different 1.757 1.024 .087

Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan bahwa hasil uji t untuk perbedaantingkat nyeri sebelum dan sesudah intervensi tehnik distraksi dan relaksasi pada pasien post operasi di Rumah sakit immanuel Bandung. Didapatkan nilai t hitung 20.304 dan nilai signifikan .000 apabila dibandingkan dengan nilai alpha5% (0,05), sehingga Ho ditolak Ha diterima dengan demikian terdapat pengaruh tehnik distraksi dan relaksasi terhadap tingkat nyeri.

Pembahasan

1. Karakteristik Pasien Post Operasi di RS Immanuel Bandung

Karakteristik pasien post operasi di RS Immanuel Bandung berdasarkan jenis kelamin sebagian besar adalah perempuan yaitu 57, 1

% dari 140 responden, perbandingan persentase jumlah laki-laki dan perempuan menunjukkan tidak terlalu jauh, dengan perbedaan sekitar 7,1%.

Potter & Perry (2009), dan Urden et al (2010) menyatakan

bahwa Laki-laki dan perempuan tidak berbeda dalam berespons terhadap nyeri. Akan tetapi terdapat budaya yang menganggap jika seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama dalam hal ini nyeri.

Berdasarkan karakteristik pendidikan sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu 48, 5

% dari 140 responden, karakteristik pekerjaan sebagian besar bekerja sebagai pegawai swasta yaitu 30, 2%

dari 140 responden, dan karakteristik Suku Bangsa sebagian besar memiliki Suku Bangsa Sunda yaitu 73, 4% dari 140 responden.

Nyeri memiliki makna tersendiri pada seseorang dan dipengaruhi oleh latar belakang budayanya (Davidhizar et all, 1997, Marrie, 2002) dalam (Smeltzer &

Bare, 2002), Ekspresi nyeri dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu tenang dan emosi, pasien tenang umumnya akan diam pada saat merasakan nyeri, mereka memiliki sikap dapat menahan nyeri.

(8)

Sedangkan pasien yang emosional akan berekspresi secara verbal dan akan menunjukkan tingkah laku nyeri dengan merintih dan menangis (Davidhizar et all, 1997, Marrie, 2002) dalam (Smeltzer & Bare, 2002).

Berdasarkan Usia sebagian besar berusia 20-29 Tahun yaitu 30,7

% dari 140 responden, menurut Smeltzer & Bare, (2002)Orang tua dan anak-anak lebih merasakan nyeri dibandingkan dengan orang dewasa muda hal ini disebabkan orang tua dan anak-anak sering tidak dapat mengkomunikasikan nyeri yang dirasakannya.

2. Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Sebelum Intervensi tehnik Distraksi dan Relaksasi di RS Immanuel Bandung

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat nyeri sedang pada nilai NRS; 4-6 yaitu sebanyak 62,9 % dari 140 responden, sedangkan rata-rata tingkat nyeri sebelum tindakan tehnik distraksi dan relaksasi yaitu 4.74 dari 140 responden.

Nyeri post operasi disebabkan oleh adanya rangsangan mekanik akibat terjadinya kerusakan jaringan akibat prosedur pembedahan yaitu adanya luka (insisi), kerusakan jaringan (insisi) ini akan merangsang mediator-mediator kimia dari nyeri seperti histamin, bradikinin, asetilkolin, dan subtansi prostaglandin dimana zat-zat ini dapat meningkatkan sensitifitas nyeri

: (Potter & Perry, 2009; Smeltzer &

Bare, 2002)

Rangsang nyeri dapat mengaktivasi catecholamine dalam jumlah banyak sehingga dapat mempengaruhi kerja system cardiovaskuler dengan meningkatkan tekanan darah dan nadi.Akibat tekanan darah dan nadi yang meningkat terjadi hemodinamik yang tidak stabil dan menyebabkan perfusi oksigen ke jaringan berkurang, kadar β-endorfin yang disekresikan oleh kelenjar pituitari akan meningkat dan menekan aktivitas makrofag, penurunan aktivitas makrofag berdampak pada menurunnya aktivitas sitokin yang dilepaskan makrofag seperti TNF α, IL-1, IL-6, IL-8, TGF β yang berfungsi meningkatkan matrik ekstraseluler (ECM) dan meningkatkan kolagenasi. TGF β yang menurun menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan luka (Howard &

A.Steinmann, 2010; Sole, Klein, &

Moseley, 2009; Urden, M.Stacy, &

E.Lough, 2010).

3. Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Setelah Intervensi Tehnik Distraksi dan Relaksasi di RS Immanuel Bandung

Sebagian besar responden memiliki tingkat nyeri ringan(NRS;

1-3) yaitu 71,4%dari 140 responden.

Bila dibandingkan dengan tingkat nyeri sebelum pemberian tehnik distraksi dan relaksasi terdapat penurunan tingkat nyeri setelah pemberian tehnik distraksi dan relaksasi, dengan nilai rata-rata

(9)

penurunan berada pada tingkat nyeri 1-3.

Tehnik relaksasi merupakan tehnik penanganan nyeri non farmakologi yang dapat membantu memperlancar sirkulasi darah sehingga suplaioksigen meningkat dan dapat membantu mengurangi tingkat nyeri serta mempercepat proses penyembuhan luka pada pasien post operasi.

Distraksi merupakan manajemen nyeri dengan tehnik memfocuskan perhatian klien pada sesuatu selain dari rasa nyerinya.Teknik distraksi dapat mengaktivasi sistem reticular yang dapat menghambat stimulus yang menyakitkan (Urden et al., 2010).

Teknik relaksasi dan distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan Gate Control theory menurut Melzack and Walls Gate Control Theory (1965) dalam (Potter &

Perry, 2009), karena mampu merangsang peningkatan hormon endorfin kemudian merangsang substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh, pada saat neuron perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis antara neuron perifer dan neuron yang menuju otak tempat substansi Pmenghantarkan impuls. Sehingga endorfin memblokir transmisi impuls nyeri di medulla spinalis, sehingga sensasi nyeri menjadi berkurang (Potter &

Perry, 2009).

Hasil observasi dan wawancara selama penelitian rata- rata tehnik relaksasi dan distraksi mulai dirasakan manfaatnya saat

pengulangan yang ke 3 dan 4, hal ini didukung oleh teori Smelzer & Bare 2002 yang mengatakan bahwa tehnik relaksasi dan distraksi perlu diulang terus dengan teratur.

Tingkat nyeri tertinggi didapatkan pada pasien post operasi hari ke-1 dengan nilai 9 yaitu pada pasien post operasi cholelithiasis.

manajemen nyeri yang dilakukan oleh perawat ruangan menggunakan tehnik farmakologis dengan pemberian terapi Ketorolak sesuai program/ advis dokter (1 x 3 kali 30 mg), selain itu 140 responden lain tetap memperoleh terapi farmakologi yaitu Analgesik yang merupakan bagian dari penatalaksanaan nyeri.

Ketorolac adalah analgetik yang umum di pakai di RS Immanuel, termasuk analgetik nonnarkotik yang kuat serta bekerja di area perifer dan tidak memiliki efek opioid reseptor, Ketorolac juga dapat sebagai antiinflamasi dan antipiretik dimana efek yang ditimbulkan adalah memperlambat sintesa prostaglandin.

Teknik distraksi dapat dilakukan pada hari ke 1 operasi dengan kategori operasi ringan dan sedang, akan tetapi pada operasi berat atau besar teknik distraksi dan relaksasi dapat diberikan pada hari ke 2. Pemberian dilakukan 1 jam sebelum pemberian analgetik, atau 7- 8 jam setelah pemberian terapi ketorolak dan dilakukan selama 15 menit kemudian diulang 3-4 kali.Setelah intervensi selesai dilakukan dan di kaji ulang terdapat perbedaan yang signifikan tingkat

(10)

nyeri sebelum dan sesudah intervensi tehnik distraksi dan relaksasi.

4. Pengaruh Tehnik Distraksi dan Relaksasi Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Di Rumah Sakit Immanuel Bandung.

Menurut hasil uji t untuk rata- rata tingkat nyeri sebelum dan sesudah intervensi tehnik Distraksi dan Relaksasi didapatkan nilai T hitung 20.304. Nilai T tersebut apabila dibandingkan dengan nilai alpha 5%

(0,05) atau T tabel .000. maka Ho di tolak sedangkan Ha diterima dengan kata lain terdapat pengaruh tehnik distraksi dan relaksai terhadap tingkat nyeri post operasi.

Hasil beda mean sebelum dan sesudah pemberian tehnik distraksi dan relaksasi didapatkan penurunan 1.757, jadi dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh tehnik distraksi dan relaksasi terhadap tingkat nyeri pada pasien post operasi di Rumah Sakit Immanuel Bandung.

Teknik relaksasi dan distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan Gate Control theory menurut Melzack and Walls Gate Control Theory (1965) dalam (Potter &

Perry, 2009), karena mampu merangsang peningkatan hormon endorfin kemudian merangsang substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh, pada saat neuron perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis antara neuron perifer dan neuron yang menuju otak tempat substansi P menghantarkan impuls. Sehingga endorfin

memblokir transmisi impuls nyeri di medulla spinalis, sehingga sensasi nyeri menjadi berkurang (Potter &

Perry, 2009).

Berdasarkan penelitian (Kwekkeboom et al., 2006) dengan menggunakan metode systematic reviewmelalui kajian literature dengan kata kunci relaksasi dan nyeri terhadap hasil riset yang dipublikasikan melalui CINAHL, medline diperoleh 8 dari 15 artikel yang didapat, menyatakan bahwa relaksasi mempengaruhi terjadinya relaksasi pada otot dan dapat mengurangi nyeri post operasi.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pemberian tehnik distraksi dan relaksasi terhadap tingkat nyeri pada pasien post operasi di Rumah Sakit Imanuel Bandung terhadap 140responden, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebagian besar responden berada pada tingkat nyeri sedang (NRS; 4-6). Tingkat nyeri yang dirasakan sangat berat adalah pada responden yang mengalami post operasi Cholelithiasis dengan tingkat nyeri 9.

2. Setelah di beri perlakuan dengan tehnik distraksi dan relaksasi, tingkat nyeri pasien post operasi di Rumah sakit Immanuel Bandung sebagian besar berada pada tingkat nyeri ringan (NRS;1-3).

3. Terdapat perbedaan yang signifikan rerata penurunan

(11)

tingkat nyeri responden sebelum dan sesudah diberikan intervensi tehnik relaksasi dan distraksi pada pasien post operasi.

Saran

Berdasarkan simpulan diatas tentang penelitian ini dapat dijadikan:

1. Dasar untuk Rumah Sakit supaya memperbaharui standar operasional prosedur manajemen penanganan nyeri yang lebih komprehensif. Sehingga perawat dapat mempergunakan sebagai pedoman dalam pemberian manajemen nyeri.

2. Dasar pemahaman perawat akan pentingnya pemberian tehnik distraksi dan relaksasi yang komprehensif perlu ditingkatkan dan karenabermanfaat bagi pasien post operasi. Untuk itu perlu dilakukan pelatihan dan sosialisasi mengenai manajemen nyeri khususnya distraksi dan relaksasi.

3. Dasar dalam pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan terkait dengan asuhan keperawatan yang holistic, komprehensif, dan berkelanjutan melalui manajemen nyeri pada pasien pos operasi.

4. Data awal bagi peneliti selanjutnya, yaitu hubungan karakteristik individudengan tingkat nyeri.

DAFTAR PUSTAKA

Howard, P. K., &A.Steinmann, R.

(2010).Sheehy's Emergency Nursing Principles And Practice (Sixth Edition ed.). St.

Louis, Missouri: MOSBY Elsevier

IASP Task Force on Taxonomy, (1994), "Part III: Pain Terms, A Current List with Definitions

and Notes on

Usage;Classification of Chronic Pain, Second Edition”, (pp 209-214), edited by H. Merskey and N. Bogduk, IASP Press, Seattle. diakses di;

http://www.iasp-

pain.org/Content/NavigationM enu/GeneralResourceLinks/Pai nDefinitions/default.htm

Kwekkeboom, Kristine, L., &

Gretarsdottir, E.

(2006).Systematic Review of Relaxation Interventionsfor Pain, Journal of Nursing Scholarship; ProQuest 38 (3), pg. 269-275.

Potter, P. A., & Perry, A. G.

(2009).Fundamentals Of Nursing (Seventh ed.).

Singapore: MOSBY Elsevier.

Potter & Perry, (2010), Fundamental Keperawatan, Buku 2, Edisi 7, Philadelpia; Lippincott Williams & Wilkins.

Rosenquist, R. W., & Rosenberg, J.

(2003).Postoperative Pain

(12)

Guidelines.Regional

Anesthesia and Pain Medicine, Vol.28(4), p279-288.

RS Immanuel. 2009. Standar Keperawatan Penanganan Nyeri. Bandung: RS Immanuel.

_____. 2012. Pendidikan dan Penelitian. Bandung: RS Immanuel.

Smeltzer, S. C. O. C., & Bare, B. G.

(2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth (Edisi 8 ed.). Jakarta:

EGC.

Smeltzer & Bare, (2010), Brunner &

Suddarth's Textbook of Medical-surgical Nursing, Volume 1, Philadelpia;

Lippincott Williams &

Wilkins.

Sole, M. L., Klein, D. G., &

Moseley, M. J. (2009).

Introduction To Critical Care Nursing (Fifth Edition ed ed.).

St. Louis, Missouri: Sauders Elsevier.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Bandung: Penerbit Alfabeta.

Urden, L. D., M.Stacy, K.,

&E.Lough, M. (2010).Critical Care Nursing (6ed.).St Louis;

Mosby Elvisier Inc.pada tanggal 10 Desember 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Secara berkelompok dan dengan bimbingan fasilitator berdiskusi terkait konsep dan prinsip komunikasi efektif dalam pembelajaran serta kegunaan pengetahuannya

Dalam rangka memudahkan pengelolahan data seiring dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, penggunaan komputer sebagai alat bantu sangat dibutuhkan dalam

bahwa demi terarahnya program perencanaan kegiatan Pemerintah Kota Padang Tahun 2014-2019 pengaturan tentang indikator kinerja utama di lingkungan Pemerintah Kota

[r]

PEMBAGIAN KELAS MAHASISWA BARU SEMESTER

Pengkajian keperawatan yang dilakukan klien 1 dan klien 2 didapatkan sama- sama mengatakan badannya lemas, akan tetapi lemas yang dialami klien 1 lebih lama dari pada

Kesediaan Pam Swakarsa “SETIA JATI” untuk ikut serta menjaga situasi kamtibmas dan. berpatisipasi didalam mencegah dan mungrangi aksi pencuriaan

Pembangunan Daerah Tertinggal membutuhkan pendekatan perwilayahan (regional development approach) yang bersinergi antar lintas pelaku (sektor), karena itu diperlukan program