BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Hak Kekayaan Intelektual (dalam hal ini disebutkan HKI) atau yang disebut Intellectual Property Rights (IPR) telah menjadi materi perhatian yang sangat
penting. Karya-karya intelektual memang memberi kontribusi yang besar bagi kemajuan masyarakat, termasuk di bidang ekonomi, sehingga para inventor dan kreator patut mendapat penghargaan melalui hak intelektualnya. Kemudian, perlunya perlindungan HKI tidak lagi sebatas kehendak individu pemilik HKI itu,tetapi sudah terkait dengan kepentingan negara. HKI ternyata berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, yang pada akhirnya berpengaruh kepada kesejahteraan masyarakat. Selama bertahun-tahun, para ahli ekonomi telah mencoba untuk memberikan penjelasan mengenai mengapa sebagian perekonomian negara berkembang dengan pesat sedangkan sebagian lagi tidak. Secara umum, disepakati bahwa ilmu pengetahuan dan invensi memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi saat ini. Banyak negara di dunia ini telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat karena keberhasilannya memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kemudian mampu menggelorakan industri kreatif.
1Di Indonesia sejak tahun 1982 telah mempunyai Undang-Undang Hak Cipta yang bersifat nasional dan sekarang telah disesuaikan dengan ketentuan
1
Bernard Nainggolan,Pemberdayaan Hukum Hak Cipta Dan Lembaga Manajemen
Kolektif,Bandung, 2011, hlm. 1-2)
TRIPs (Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights) atau aspek-aspek hak kekayaan intelektual yang terkait dengan perdagangan, karena Indonesia ikut menandatangani perjanjian putaran Uruguay dalam rangka pembentukan World Trade Organization dan telah pula meratifikasi dengan Undang-undang No. 7
Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization.
2Undang-Undang Republik Indonesia tentang Hak Cipta sudah
mengalamibeberapa perubahan berupaya penyempurnaan sejak diundangkan yaitu UU No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, UU No. 7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta, UU No. 12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta, UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat sehingga perlu diganti dengan UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Perubahan Undang-Undang Hak Cipta tersebut dilatarbelakangi perkembangan ekonomi kreatif yang menjadi salah satu andalan Indonesia dan berbagai negara dan berkembang pesatnya teknologi informasi dan komunikasi mengharuskan adanya pembaruan Undang-Undang Hak Cipta, mengingat Hak Cipta menjadi basis terpenting dari ekonomi kreatif nasional. Dengan Undang- Undang Hak Cipta yang memenuhi unsur perlindungan dan pengembangan ekonomi kreatif ini maka diharapkan kontribusi sektor Hak Cipta dan Hak Terkait bagi perekonomian negara dapat lebih optimal. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi salah satu variabel dalam Undang- Undang tentang Hak Cipta ini, mengingat teknologi informasi dan komunikasi di
2
Gatot Supramono, Hak Cipta Dan Aspek-aspek Hukumnya, Bandung,2009, hal 3.
satu sisi memiliki peran strategic dalam pengembangan Hak Cipta, tetapi di sisi lain juga menjadi alat untuk pelanggaran hukum di bidang ini. Pengaturan yang proporsional sangat diperlukan, agar fungsi positif dapat dioptimalkan dan dampak negatifnya dapat diminimalkan.
3Hak cipta adalah salah satu hak yang paling luas di bidang HKI, selain objeknya yang sangat besar tetapi juga melibatkan begitu banyak orang. Hak cipta juga merupakan bagian dari hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan, memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin kepada orang lain untuk itu hal ini disebut dengan Lisensi. Hak cipta seseorang dilindungi seumur hidup pencipta dan 50 (lima puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia berdasarkan UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, maka pada UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya.Hal itu merupakan perlindungan HKI sekaligus penghargaan bagi para pencipta.
4Salah satu ciptaan yang dilindungi oleh hak cipta berdasarkan pasal 12 UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah ciptaan lagu atau musik (huruf d). Karya lagu atau musik adalah ciptaan utuh yang terdiri dari unsur lagu atau melodi, syair atau lirik dan aransemen, termasuk notasinya, dalam arti bahwa lagu atau musik tersebut merupakan suatu kesatuan karya cipta. Pencipta musik atau lagu adalah seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya lahir
3
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
4
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta,
Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 266, tanggal 16 Oktober 2014, Pasal 58 ayat 2
suatu ciptaan musik atau lagu berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi, yang dalam istilah lain dikenal sebagai komposer.
5Dalam UU Hak Cipta terbaru pengaturan mengenai lagu atau musik sebagai ciptaan yang dilindungi terdapat dalam pasal 40 UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Dalam kerangka sistem perlindungan Hak Cipta (copyright) hukum membedakan 2 (dua) macam hak, pertama yaitu hak ekonomi (economic right) yang berhubungan dengan perlindungan kepentingan ekonomi Pencipta, misal untuk mendapatkan pembayaran royalti atas penggunaan (pengumuman atau perbanyak) karya cipta yang dilindungi, kedua adalah hak moral (moralright) yang berkaitan dengan perlindungan kepentingan nama baik pencipta, misal untuk mencantumkan nama pencipta dan untuk tidak menambah isi karya cipta.
6Lagu atau musik yang merupakan salah satu objek hak cipta pada dasarnya terkandung hak ekonomi yang dapat dimanfaatkan secara ekonomi untuk mendapatkan keuntungan yang bernilai ekonomi seperti uang
7, disamping pula terkandung suatu hak moral yaitu suatu hak yang melekat pada diri si pencipta atau pelaku dan tidak dapat dihilangkan, dihapus, atau dialihkan tanpa alasan apa pun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah beralih atau dialihkan. Pemanfaatan secara ekonomi atau pengeksploitasian suatu ciptaan selaras dengan sifat dari hak cipta, yaitu bahwa hak cipta itu merupakan benda bergerak yang dapat beralih dan
5
Hendra Tanu Atmadja, Hak Cipta Musik atau Lagu, Jakarta: Penerbit Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2003, hlm. 55.
6
Sanusi Bintang, 1998, Hukum Hak Cipta, Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti, hal. 4.)
7
Ahmad Sarjono, Royalti dalam Karya Cipta Lagu, http://www.dharanalastarya.org/forum/
1085.html, diakses pada 10 November 2016.
dialihkan baik melalui pewarisan, hibah, wasiat, maupun melalui suatu perjanjian seperti jual beli, maupun lisensi
8Musik atau lagu yang telah diciptakan seseorang dengan penuh imajinasi dan telah dinyanyikan oleh seorang penyanyi mampu memberikan kepuasan orang lain dalam menikmati alunan nada-nada atau lirik-liriknya sehingga tidak menutup kemungkinan dinyanyikan kembali secara berulang-ulang oleh orang- orang/ penyanyi-penyanyi lainnya. Pengguna atau penikmat lagu dan musik mempunyai peluang mendengarkan atau memperdengarkan lagu-lagu dan musik untuk tujuan komersial artinya dengan memperdengarkan kembali lagu dan musik ciptaan seseorang dapat memberikan keuntungan bagi dirinya, misalnya hotel- hotel, diskotik-diskotik, restoran-restoran, radio dan televisi, karaoke dan sebagainya.Hal ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini sehingga dapat mendorong penggunaan dan pengumuman lagu untuk kepentingan komersil tersebut.
Seorang pencipta lagu memiliki hak eksklusif untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya ataupun memberikan izin kepada pihak lain untuk melakukan hal tersebut. Itu berarti bahwa orang lain atau pihak lain yang memiliki keinginan untuk menggunakan karya cipta (lagu) milik orang lain, maka ia harus terlebih dahulu meminta izin dari si pencipta lagu atau orang yang memegang hak cipta atas lagu tersebut. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis
8
Edy Damian, Hukum Hak Cipta, Bandung: PT Alumni, 2002, hlm. 19
setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perbuatan pengumuman ini sendiri adalah pembacaan, pameran, penjualan, pengedaran atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun, termasuk media internet atau melakukan dengan cara apa pun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar atau dilihat orang lain. Sedangkan perbuatan yang dikategorikan sebagai perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu ciptaan, baik secara keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau temporer. Hal ini sesuai dengan filosofi hukum yang diatur dalam Undang- Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta bahwa pencipta mempunyai hak moral untuk menikmati hasil kerjanya, termasuk keuntungan yang dihasilkan oleh keintelektualannya
9. Jadi hak cipta memberi hak milik eksklusif atas suatu karya pencipta. Dengan demikian, setiap orang lain yang ingin melakukan perbuatan untuk mengumumkan dan atau memperbanyak hasil ciptaan, wajib terlebih dahulu minta izin kepada pemiliknya yaitu pemegang hak cipta (lagu atau musik) melalui pemberian lisensi. Hal ini sesuai dengan hakikat hak eksklusif itu sendiri.
Lisensi adalah suatu bentuk pemberian izin untuk memanfaatkan suatu hak atas kekayaan intelektektual yang dapat diberikan oleh pemberi lisensi kepada penerima lisensi agar penerima lisensi dapat melakukan suatu bentuk kegiatan usaha, baik dalam bentuk teknologi atau pengetahuan (knowhow) yang dapat
9
Djuwityastuti, “Kajian Yuridis Penerbitan Sertifikat Lisensi Pengumuman Musik oleh
Yayasan Karya Cipta Indonesia”, Majalah Yustisia, Edisi No. 69 September-Desember
2006, hlm. 47
dipergunakan untuk memproduksi menghasilkan, menjual, atau memasarkan barang tertentu, maupun yang akan dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan jasa tertentu, dengan mempergunakan hak kekayaan intelektual yang dilisensikan tersebut. Untuk keperluan tersebut penerima lisensi diwajibkan untuk memberikan kontra prestasi dalam bentuk pembayaran royalti yang dikenal juga dengan license fee.
10Hak untuk mengumumkan ( performing rights) , termasuk dalam hak ekonomi yang ada dalam hak cipta. Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa salah satu hak yang dimiliki oleh pencipta adalah hak ekonomi. Performing right yaitu hak mengumumkan dalam penggunaan ciptaan, berhubungan dengan hak mengumumkan kepada khalayak terutama untuk kepentingan komersial terutama lagu yang dalam hal ini pencipta atau pemegang hak dan penyanyi juga berhak atasnya. Dikarenakan sebagai bagian dari hak ekonomi, bagi masyarakat atau orang-orang yang memutar lagu untuk kepentingan komersial diharuskan membayar royalti.
11Pengumuman karya cipta lagu atau musik ini dilakukan untuk kepentingan komersil ini dapat dilihat dari penggunaan lagu melalui program acara musik televisi, radio, ring back tone (RBT), hotel, restoran dan tempat tempat karaoke.
Yang menjadi fokus belakangan ini dalam hal pengumuman karya cipta lagu untuk kepentingan komersil adalah Pengumuman karya cipta lagu atau musik oleh
10
Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Lisensi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2001, hlm.10.
11
Inge Dwisvimar dan Sulasno, “Kewenangan Yayasan Karya Cipta Indonesia (KCI) Sebagai
Performing Right Collecting Society “, Prospek , vol 1 No 1 Juni 2008).
Karaoke. Seperti yang kita ketahui saat ini Perkembangan usaha karaoke keluarga semakin pesat dan menjamur.Meskipun begitu, sangat jarang kita menemukan tempat karaoke yang sepi oleh pengunjung. Hal ini dikarenakan semakin hari masyarakat semakin membutuhkan sebuah hiburan.
12Perkembangan usaha karaoke tersebut tidak lepas dalam mendukung pengumuman atau penyiaran musik atau lagu-lagu yang beredar di Indonesia.
Adanya hotel yang mempunyai tempat hiburan khusus bagi pelanggannya untuk menikmati musik yang tentu saja ada tambahan biaya untuk mendapatkan fasilitas tersebut. Berkembangnya tempat-tempat karaoke keluarga yang disana kita bisa menikmati berbagai macam jenis musik atau lagu, baik lagu-lagu dalam negeri atau mancanegara. Hotel dan tempat karaoke keluarga tersebut sangat berperan dalam pengumuman atau penyiaran musik atau lagu.
Penyiaran atau pengumuman musik atau lagu yang diketahui melalui program acara musik televisi, radio, ring back tone (RBT), hotel,dan tempat tempat karaoke tentunya sangat menguntungkan bagi pencipta musik atau lagu. Pencipta akan beranggapan bahwa karya ciptanya yang dalam hal ini adalah musik atau lagu dapat diterima oleh masyarakat. Jerih payah yang dikeluarkan untuk menciptakan musik atau lagu tersebut terbayarkan dengan adanya royalty yang diterima pencipta dari pihak-pihak yang telah melakukan pengumuman terhadap karya ciptanya tersebut.
12
waralabakaraokeindonesia..co.id 2 Maret 2016 diakses 12 November 2016
Namun belakangan ini dengan dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta perlindungan hak cipta terhadap lagu sangat gencar dilakukan terutama dalam bidang pemungutan royalti. Seperti yang sering kita dengar belakangan ini beberapa usaha karaoke di indonesia tidak melakukan kewajibannya untuk membayar royalti kepada pencipta atau pemegang hak . Para penegak hukum sedang gencar menindak usaha karaoke yang tidak membayar royalti kepada pencipta atau pemegang hak cipta. Hal ini terlihat sebagai berikut , Pihak Polda Metro Jaya menegaskan akan melakukan pengetatan hak cipta lagu bagi tempat usaha karaoke agar membayar royalti sesuai dengan undang-undang yang berlaku.Kepala Polda Metro Jaya, menjelaskan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 terkait hak cipta pengurusan lisensi lagu atau musik dalam usaha karaoke sehingga pengusaha yang tidak membayar royalti dapat dipidanakan.
Setiap pengusaha karaoke yang menayangkan lagu maka wajib membayar royalti bagi penyanyi maupun pencipta lagu.
13Kegiatan pengumuman suatu karya cipta lagu atau musik tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta yang dimaksudkan untuk tujuan komersial mengakibatkan tidak terpenuhinya hak ekonomi dari pencipta atau pemegang hak.
Tidak terpenuhinya hak ekonomi juga dikarenakan keterbatasan kemampuan para pencipta atau pemegang hak dalam mengelola hak ekonomi yang berupa royalti kepada pengguna lagu atau musik (users). Perlindungan royalti atas suatu karya cipta lagu atau musik ini merupakan masalah serius yang berkembang dewasa ini.
Tingkat pelanggaran hak cipta semakin meningkat sejalan dengan perkembangan
13
Republika.co.id 07 Oktober 2016 09.14 WIB diakses 12 November 2016
ilmu pengetahuan dan teknologi. Maraknya tindakan pembajakan suatu hak cipta membuat hak ekonomi pencipta dalam bentuk royalti menjadi terhambat bahkan tak terbayarkan padahal hak ekonomi merupakan salah satu aspek yang dilindungi oleh Undang-undang hak cipta.
14Selain itu kesulitan dalam prosedur pembayaran royalti banyak dijadikan alasan oleh pengguna musik komersil dalam membayar royalti, hal ini memang harus dicermati dan juga dengan mengingat banyaknya pencipta dan pemakai Hak Cipta yang ada.
Berkaitan dengan penggunaan atau pengumuman karya cipta lagu atau musik,pemegang hak cipta tidak memiliki kemampuan untuk memonitor setiap penggunaan karya ciptanya, seperti di stasiun televisi, radio, restoran untuk mengetahui berapa banyak karya cipta lagunya telah diperdengarkan ditempat tersebut. Oleh karena itu, untuk menciptakan kemudahan baik bagi si pemegang hak cipta untuk memonitor penggunaan karya ciptanya, si pencipta/ pemegang hak cipta dapat saja menunjuk kuasa (baik seseorang ataupun lembaga) yang bertugas mengurus hal tersebut. Dalam praktek di beberapa negara, pengurusan lisensi atau pengumpulan royalti dilakukan melalui suatu lembaga manajemen kolektif. Di Indonesia, lembaga yang ditunjuk untuk mewakili pencipta lagu atau musik sebagai collecting society
15dalam menagih royalti karya musik baik bagi musisi Indonesia maupun musisi yang berasalyang berafiliasi dengan The
14
Indrasatya Cctavianus Nasirun, Jurnal “KAJIAN HUKUM TERHADAP PERLINDUNGAN ROYALTI ATAS KARYA CIPTA LAGU ATAU MUSIK DARI ASPEK UU NO. 19 TAHUN 2002”,diakses 15 November 2016
15
Agus Sunyoto, Memungut Royalti Lagu, Hak Siapa?,
http://www.bengkelmusik.com/forum/archive/index.php?t-1085.html, diakses pada tanggal 2
Desember 2016
InternationalConfederation of Societies of Authors and Composers (CISAC) di
Paris yaitu Karya Cipta Indonesia (KCI) . Secara umum KCI mempunyai peranan untuk mengurus kepentingan pencipta lagu yang hak ciptanya dikuasakan pada KCI
16dalam pemungutan royalti untuk pemakaian ciptaan tersebut oleh pengguna/ user yang bersifat komersial di dalam atau di luar negeri, juga untuk ciptaan lagu atau musik asing di Indonesia serta kemudian mendistribusikan royalti tersebut kepada pencipta lagu. Selanjutnya, kewenangan hukum KCI dalam hal pemungutan royalti bagi karya musik dan lagu asing di Indonesia, KCI mendasarkan kewenangannya pada perjanjian reciprocal yaitu perjanjian timbal balik yang dibuat antara KCI dengan lembaga-lembaga collecting society di seluruh dunia yang sama-sama menjadi anggota CISAC
17. Lembaga KCI ini didirikan atas prakarsa beberapa orang yang bersimpati dan berkecimpung di bidang musik dan didukung oleh Pemerintah ( Tim Keppres 34 dan Departemen Kehakiman). Tugas dari KCI adalah mengumpulkan royalti untuk para Pencipta Lagu dari User dan mendistribusikannya kepada Pencipta Lagu yang berhak
18. Selain KCI, di Indonesia terdapat beberapa Collecting Management Society atau disebut Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) yaitu Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI), Asosiasi Penerbit Musik Indonesia ( APMINDO), Wahana Musik Indonesia ( WAMI) dan lain sebagainya. Dalam praktiknya, pencipta harus menjadi anggota LMK tertentu untuk dapat dibantu dalam pengawasan
16
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Pasal 45 ayat (1)
17
Karya Cipta Indonesia (KCI), http://www.kci.or.id/., diakses pada 12 November 2016.
18
Tim Lindsey dkk, Hak Kekayaan Intelektual. Alumni.Bandung .2006. hal 119)
penggunaan/eksploitasi ciptaannya dan untuk memungut royalti dari para pengguna (user) karya ciptanya. Untuk terwujudnya hal tersebut pencipta atau pemegang hak cipta untuk dapat dibantu pengadministrasian atau pemungutan royalti oleh LMK perlu adanya pemberian kuasa dari pencipta atau pemegang hak cipta kepada LMK tersebut.
Dalam hal penggunaan atau pengumuman karya cipta lagu atau musik untuk kepentingan komersil seperti karaoke, restoran dan lain-lain terdapat beberapa pihak yang terlibat yaitu pencipta, KCI sebagai kuasa pencipta dan Pengguna (user), maka berdasarkan peraturan perundang-undangan hak cipta penggunaan karya cipta lagu atau musik tersebut harus disertai dengan izin dari KCI sebagai kuasa dari pencipta atau pemegang hak cipta karya cipta musik atau lagu yang mana izin tersebut dinamakan lisensi. Dan atas penggunaan atau pengumuman karya cipta lagu atau musik tersebut timbul hak ekonomi yang harus diterima oleh pencipta berupa royalti yang harus dipungut oleh KCI sebagai pemegang kuasa pencipta atau pemegang hak cipta kepada pengguna (user). Dalam hal ini KCI mempunyai peran yang sangat besar untuk terpenuhinya hak ekonomi pencipta karya cipta lagu atau musik yang karyanya digunakan untuk kepentingan komersil seperti karaoke, hotel, restoran dan lain-lain.
Berdasarkan persoalan di atas, melalui serangkaian data atau penelitian, penulis
bermaksud mengadakan penelitian untuk mengetahui dari peranan Karya Cipta
Indonesia sebagai lembaga pemungut royalti atas pengumuman karya cipta lagu
atau musik oleh Usaha karaoke dalam hal ini penulis akan melakukan penelitian
dengan mengambil sampel di Kota Medan sebagai kota besar yang mempunyai
perkembangan dan pertumbuhan usaha karaoke yang cukup pesat. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas mendorong penulis untuk menulis skripsi dengan judul :
“PELAKSANAAN PEMUNGUTAN ROYALTI OLEH KARYA CIPTA INDONESIA SUMUT ATAS PENGUMUMAN KARYA CIPTA LAGU OLEH USAHA KARAOKE DI KOTA MEDAN (STUDI PADA KARYA CIPTA INDONESIA SUMATERA UTARA)”.
B. Permasalahan
Perumusan masalah dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk mempermudah penulis dalam membatasi masalah yang akan diteliti sehingga tujuan dan sasaran yang akan dicapai menjadi jelas, searah dan mendapatkan hasil yang diharapkan. Berdasarkan uraian dan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Kedudukan dan Peran Karya Cipta Indonesia Sumut dalam hal Pemungutan Royalti Lagu atau Musik
2. Bagaimana Mekanisme Pemungutan Royalti oleh Karya Cipta Indonesia Sumut atas Pengumuman Karya Cipta Lagu atau Musik oleh Usaha Karaoke di Medan
3. Apa saja Hambatan- hambatan yang dialami Karya Cipta Sumut dalam
pemungutan royalti terhadap Usaha Karaoke di Kota Medan
C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui gambaran secara umum Karya Cipta Indonesia 2. Untuk mengetahui kedudukan dan peran Karya Cipta Indonesia
Sumut dalam Pemungutan Royalti Lagu atau Musik.
3. Untuk mengetahui Mekanisme Pemungutan Royalti oleh Karya Cipta Indonesia Sumut atas Pengumuman Karya Cipta Lagu atau Musik oleh Usaha Karaoke di Medan
4. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dialami Karya Cipta Indonesia Sumut dalam pemungutan royalti terhadap Usaha Karaoke di Kota Medan.
D. Manfaat Penulisan
Di dalam melakukan penelitian ini, penulis mengharapkan ada manfaat yang dapat diambil baik bagi diri penulis sendiri maupun bagi masyarakat pada umumnya. Manfaat penelitian ini dibedakan ke dalam dua bentuk, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a) Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu Hukum
Perdata pada umumnya dan Hukum Hak Kekayaan Intelektual (HKI) pada
khususnya, terutama mengenai pelaksanaan pemungutan royalti atas karya
cipta berupa lagu atau musik oleh Karya Cipta Indonesia (KCI) kepada pengguna musik komersial seperti Karaoke.
b) Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Hukum Hak Kekayaan Intelektual dan umumnya Hukum Perdata.
2. Manfaat Praktis
a) Hasil penelitian ini akan berguna dalam memberikan jawaban terhadap masalah yang akan diteliti.
b) Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan informasi dan gambaran kepada masyarakat pada umumnya maupun pihak-pihak yang berkepentingan mengenai peran karya cipta indonesia dalam hal pemungutan royalti atas pengunaan dan pengumuman karya cipta lagu atau musik untuk kepentingan komersil oleh Usaha karaoke di Indonesia terutama di kota Medan.
E. Metode Penelitian
Menurut Soerjono Soekanto, penelitian dimulai ketika seseorang
berusaha untuk memcahkan masalah yang dihadapi secara sistematis
dengan metode dan teknik tertentu yang bersifat ilmiah, artinya bahwa
metode atau teknik yang digunakan tersebut bertujuan untuk satu atau
beberapa gejala dengan jalan menganalisanya dan dengan mengadakan
pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta tersebut untuk kemudian
mengusahakan suatu pemecahan atas masalah-masalah yang
ditimbulkan faktor tersebut.
19Metode penelitian hukum adalah prosedur atau tata cara yang dilakukan dalam melakukan penelitian hukum.
20Dalam penulisan skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Ada dua jenis penelitian hukum yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Soerjono Soekanto bahwa:
“ Penelitian hukum itu berdasarkan tujuannya terdiri atas yang pertama, penelitian hukum normatif, yang mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian sejarah hukum, dan penelitian perbandingan hukum. Kedua, Penelitian hukum sosiologis, atau empiris, yang mencakup, penelitian terhadap identifikasi hukum dan penelitian efektivitas hukum.
21Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan jenis penelitian hukum normatif yaitu sebuah bentuk atau jenis penelitian yang dilakukan secara tidak langsung terhadap objek yang diteliti dengan
19
Khudzaifah Dimyati & Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum, Universitas Muhamadiyah Surakarta, Surakarta , 2004.hal.1
20
M.Syamsudin, operasionalisasi penelitian hukum,PT.RajaGrafindoPersada, Jakarta, 2007.hal 12
21
Fajar mukti dan Achmad Yulianto, Dualisme penelitian hukum normatif dan empiris,
yogyakarta, pustaka pelajar, 2010. hal.153
mengandalkan data dan informasi tentang hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tersier.
Penulis juga melakukan penelitian hukum empiris yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diteliti dengan mengandalkan data khusus melalui pengumpulan fakta, gagasan atau pendapat dari sejumlah orang atau amasyarakat yang kemudian data ini dipergunakan untuk menguji kebenaran dari suatu peraturan perundang- undangan, teori dan konsep melalui kenyataan di dalam praktek.
2. Jenis data dan bahan hukum
Dalam penelitian hukum terdapata dua jenis data yang diperlukan. Jenis data yang pertama adalah data primer dan data kedua yaitu data sekunder.
22Sepanjang yang hendak di teliti adalah perilaku hukum dari warga masyarakat. Maka warga masyarakat harus diteliti secara langsung, sehingga yang dipergunakan adalah data primer atau data dasar. Dalam penelitian hukum, dipergunakan pula data sekunder, dari sudut kekuatan mengikatnya di golongkan dalam :
1. Bahan Hukum Primer : a. Norma atau kaedah dasar b. Peraturan Dasar
22
Ibid., hlm.156
c. Peraturan perundang-undangan d. Traktat
2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, misalnya buku, makalah, pendapat para ahli dan hasil penelitian yang berkaitan dengan objek penelitian ini.
3. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan sekunder, misalnya kamus, ensiklopedia, dan seterusnya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penulisan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Dalam penelitian Hukum Normatif dilakukan dengan studi pustaka terhadap bahan hukum primer, sekunder, dan tersier, yaitu dapat dilakukan dengan membaca, mendengar maupun penelusuran di internet.
b. Dalam penelitian Hukum Empiris dapat dilakukan dengan 3 teknik yaitu wawancara, kuesioner dan observasi.
23Penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan penelitian hukum normatif dengan cara melakukan studi kepustakaan serta
.
23Ibid., hlm 168-170.
penelitian hukum empiris dengan menggunakan wawancara dan observasi pada Karya Cipta Indonesia Sumatera Utara (SUMUT).
4. Analisa
Analisis pendekatan penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang digunakan oleh peneliti dengan mendasarkan pada data-data yang dinyatakan responden secara lisan ataupun tulisan, dan juga perilakunya.
Analisis data merupakan proses pengorganisasian dan pengurutan data dalam pola, kategori dan uraian dasar, sehingga akan ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
24F. Sistematika penulisan
Untuk memudahkan pemahaman terhadap materi dari isi skripsi ini dan agar membuat sistematika secara teratur dalam bagian- bagian yang semuanya saling berhubungan satu sama lain, maka penulis membaginya kedalam beberapa bab dan diantara bab-bab terdiri pula atas sub bab.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
24