• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Evaluasi Program Layanan BK. ini memiliki peran yang sangat penting dan menentukan keberhasilan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Evaluasi Program Layanan BK. ini memiliki peran yang sangat penting dan menentukan keberhasilan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Teoretis

1. Pengertian Evaluasi Program Layanan BK

Evaluasi terhadap layanan bimbingan dan konseling pada era sekarang ini memiliki peran yang sangat penting dan menentukan keberhasilan program Bimbingan dan Konseling. Evaluasi program layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah perlu dipersiapkan dengan baik, persiapan penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah adalah seperangkat kegiatan yang dilakukan melalui berbagai bentuk survei, untuk menginventarisasi tujuan, kebutuhan, kemampuan sekolah serta persiapan sekolah untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling.

Sejalan dengan pentingnya evaluasi dalam perbaikan layanan dan pengambilan keputusan, guru BK sebagai evaluator dituntut memiliki kemampuan dan keterampilan dalam memilih dan mendesain evaluasi terhadap layanan yang diselenggarakan kepada siswa. Meskipun penting, akan tetapi tuntutan menjadi evaluator sendiri terhadap program bimbingan konseling yang diselenggarakan bukanlah hal yang mudah.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak guru BK tidak melakukan evaluasi terhadap program yang diselenggarakannya.

Menurut Aip Badrujaman (2010 : 17) menyatakan bahwa :

a) Evaluasi merupakan sebuah proses, artinya bahwa evaluasi merupakan suatu kegiatan yang di dalamnya terdapat serangkaian prosedur serta tahapan kegiatan yang harus dilakukan.

b) Dalam evaluasi terdapat pemberian penilaian, artinya evaluasi akan memberikan nilai tertentu berdasarkan kriteria tertentu.

7

(2)

c) Penilaian dilakukan keberhargaan dan keberhasilan suatu program. Hal ini menegaskan bahwa evaluasi program merupakan evaluasi yang memberikan penekanannya pada keberhasilan dan keberhargaan program. Penilaian (judgement) diberikan kepada program bukan kepada audience atau peserta didik yang dilayani pada program.

d) Evaluasi dilakukan melalui tahapan pengumpulan data, pengolahan data, serta analisis data.

e) Hasil evaluasi digunakan untuk mengambil suatu keputusan, apakah program sudah baik atau tidak, apakah program dapat diteruskan, perlu diperbaiki, atau bahkan dengan program lain.

Menurut H. Daryanto (2010 : 6) berpendapat bahwa : Evaluasi yakni mengukur dan menilai yaitu :

a) Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan ukuran.

Pengukuran bersifat kuntitatif

b) Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kuantitatif

c) Megadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas yakni mengukur dan menilai.

Adapun menurut Anas Sudijono (2005 : 5) berpendapat bahwa

“Evaluasi adalah mencakup dua kegiatan yang telah dikemukakan terdahulu yaitu mencakup pengukuran dan penilaian. Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu, untuk dapat menentukan nilai dari suatu yang sedang dinilai itu, dilakukan pengukuran dan wujud dari pengukuran itu adalah pengujian dan pengujian inilah yang dalam dunia kependidikan dikenal dengan istilah tes.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses pemberian penilaian terhadap keberhargaan dan keberhasilan suatu program yang dilakukan melalui pengumpulan data, pengolahan data, serta analisis data yang akan dijadikan dasar untuk membuat keputusan.

2. Tujuan Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Saat ini keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah termasuk madrasah sudah tampak lebih baik apabila dibanding dengan era sebelumnya. Pengakuan ke arah pelayanan bimbingan dan konseling atau

(3)

konseling sebagai suatu profesi sudah semakin mengkristal terutama dari pemerintah dan kalangan profesi lainnya. Meskipun demikian, masih ada persepsi negatif tentang bimbingan dan konseling terutama tentang keberadaannya di sekolah dan madrasah, para siswa, orang tua siswa bahkan dari guru BK sendiri. Selain persepsi negatif tentang BK, juga sering muncul tudingan miring terhadap guru bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah seperti guru tidak aktivitas atau guru tidak ada kegiatan, guru pasif, dan tudingan-tudingan miring lainnya.

Munculnya persepsi negatif tentang BK dan tudingan-tudingan miring tehadap guru BK antara lain disebabkan ketidaktahuan akan tugas, peran, fungsi, dan tanggung jawab guru bimbingan dan konseling baik oleh para guru mata pelajaran, pengawas, kepala sekolah dan madrasah, para siswa, dan orang tua siswa maupun oleh guru bimbingan dan konseling itu sendiri. Selain itu, bisa disebabkan oleh tidak disusunya progam bimbingan dan konseling secara terencana dan sistematis di sekolah dan madrasah.

Adapun tujuan dari evaluasi pelaksanaan program menurut Dewa Ketut Sukardi (2007 : 249) bahwa ;

a) Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek yang telah memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling

b) Mengetahui tingkat efesiensi dan efektivitas strategi pelaksanaan program bimbingan dan konseling.

Adapun menurut Aib Badrujaman (2010 : 19) mengemukakan bahwa : Evaluasi program bimbingan dan konseling bertujuan untuk memperbaiki praktik penyelenggaraan program bimbingan dan

(4)

konseling itu sendiri, dan di sisi yang lain evaluasi merupakan alat untuk meningkatkan akuntabilitas program bimbingan dan konseling dimata stakeholder, seperti guru, kepala sekolah, orang tua, dan terutama siswa.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling adalah untuk menilai dan memperbaiki yang terjadi dalam kegiatan pendidikan yang melibatkan beberapa pihak di sekolah.

3. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling

Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia, layanan berasal dari kata

“layan” yang kata kerjanya adalah melayani yang mempunyai arti membantu menyiapkan (mengurus) apa-apa yang diperlukan seseorang:

meladeni, menerima (menyambut) ajakan (tantangan, serangan, dsb).

a. Pengertian bimbingan

Istilah “bimbingan” merupakan tejemahan dari kata

“guidance” yang kata dasarnya “guide” milik beberapa arti: (a)

menunujukkan jalan (showing the way), (b) memimpin (leading), (c) memberikan petunjuk (giving instruction), (d) mengatur (regulating), (e) mengarahkan (governing), dan (f) memberi

nasihat (giving advice).

Pengertian Bimbingan menurut Tohirin (2007 : 18) adalah : Bimbingan adalah suatu proses yang bekelanjutan. Artinya kegiatan bimbingan tidak dilakukan secara kebetulan, incidental, tidak sengaja, asal-asalan; melinkan kegiatan yang dilakukan secara sengaja, berencana, sistematis, dan terarah kepada tujuan.

(5)

Prayitno dan Erman Amti (2004 : 99) mengemukakan bahwa : Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dapat dikembangkan berdasarkan norma- norma yang berlaku.

Dari kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah merupakan pemberian bantuan kepada peserta didik, untuk mendukung agar peserta didik lebih percaya diri baik dalam mengenal lingkungan maupun dalam mengembangkan dirinya. Intinya bimbingan merupakan suatu pemberian bantuan.

b. Pengertian Konseling

Pengertian konseling menurut Tohirin (2007 : 25) mengemukakan bahwa :

Konseling adalah bisa berarti: kontak atau hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien.

Adapun menurut Dewa Ketut Sukardi (2007 : 38) menyatakan bahwa :

Konseling merupakan suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antara konselor dan klien yang berisi usaha yang laras, unik, human (manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku, agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini da mungkin pada masa yang akan datang.

(6)

c. Pengertian Layanan BK

Makna bimbingan dan Konseling menurut Tohirin (2007 : 26) menyatakan bahwa :

Bimbingan dan Konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.

Atau proses pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap masalah konseli sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri, mampu menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.

Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa pelayanan Bimbingan dan Konseling yaitu proses pemberian bantuan kepada konseli untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik dan mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimiliki klien kearah tingkat perkembangan yang optimal. Adapun jenis-jenis layanan Bimbingan dan Konseling yaitu yang terdiri dari layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, dan layanan konseling kelompok.

4. Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling

Di dalam suatu kegiatan baik itu formal maupun non formal pasti akan ada tujuannya. Begitu juga dengan bimbingan dan konseling, tujuan dari bimbingan dan konseling yaitu :

(7)

Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004 : 130) Bimbingan dan Konseling memiliki tujuan yang terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus :

Tujuan umum bimbingan dan konseling membantu individu agar dapat mencapai perkembangan secara optimal sesuai dengan bakat, kemampuan, minat dan nilai-nilai, serta terpecahnya masalah yang dihadapi individu (klien). Termasuk tujuan umum bimbingan tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu agar dapat membantu dengan ciri-ciri mampu memahami dan menerima dirinya sendiri dan lingkungannya, membuat keputusan dan rencana yang realistik, mengarahkan diri sendiri dengan keputusan dan rencananya itu serta pada akhirnya mewujudkan diri sendiri. Tujuan khusus bimbingan dan konseling langsung terkait kepada arah perkembangan klien dan masalah-masalah yang dihadapi. Tujuan khusus itu merupakan penjabaran tujuan-tujuan umum yang dikaitkan pada permasalahan klien, baik yang menyangkut perkembangan maupun kehidupannya.

Tujuan bimbingan dan konseling menurut Tohirin (2007 : 36) menjelaskan bahwa :

Memperoleh pemahaman yang lebih baik diri klien, mengarahkan diri klien sesuai dengan potensi yang dimiliki klien ke arah tingkat perkembangan yang optimal, mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapi klien, dapat menyesuaikan diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya sehingga memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.

Adapun tujuan bimbingan dan konseling menurut Hallen (2002 : 57) menjelaskan bahwa :

a) Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, dimaksudkan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri.

b) Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta mengenal lingkungannya secara obyektif, baik sosial maupun ekonomi.

c) Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya, baik pendidikan, karier, maupun bidang budaya, keluarga dan masyarakat.

(8)

Dari ketiga pendapat di atas, maka jelaslah bahwa tujuan dari bimbingan dan konseling adalah mengarah kepada peserta didik agar peserta didik lebih memahami dirinya sendiri, baik dari kekurangannya maupun kelebihannya. Dan juga, membantu peserta didik untuk berani mengambil sendiri keputusan yang baik (sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan) untuk diri klien.

5. Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Bimbingan dan Konseling merupakan bagian yang integral dan tidak terpisahkan dari proses pendidikan dan memiliki konstribusi terhadap keberhasilan proses pendidikan di sekolah termasuk madrasah. Hal ini berarti proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah dan madrasah tidak akan memperoleh hasil yang optimal tanpa didukung oleh penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling yang baik. Pelayanan bimbingan dan konseling di madrasah hanya mungkin dapat dilaksanakan secara baik apabila diprogramkan secara baik pula.

Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah terlaksana melalui sejumlah kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan tersebut diselenggarakan melalui suatu pogram bimbingan (guidance program). Menurut Tohirin (2007) bahwa “Secara umum program

bimbingan merupakan suatu rancangan atau rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu”. Rancangan atau rencana kegiatan tersebut disusun secara sistematis, terorganisasi, dan terkoordinasi dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan makna program

(9)

secara umum di atas, dapat disusun rumusan program bimbingan dan konseling sebagai berikut: suatu rangkaian kegiatan bimbingan dan konseling yang tersusun secara sistematis, terencana, terorganisasi, terkoordinasiselama periode waktu tertentu.

Menurut Tohirin (2007 : 260) Berdasarkan dalam perencanaan program BK di sekolah dan madrasah, perlu dilakukan dan dipersiapkan hal-hal sebagai berikut:

a) Studi kelayakan

Merupakan refleksi tentang alasan-alasan mengapa diperlukan suatu program bimbingan. Studi kelayakan juga perlu dilakukan untuk melihat pogram mana yang lebih layak untuk dilaksanakan dalam bentuk layanan bimbingan terhadap siswa.

b) Penyusunan program bimbingan

Penyusunan program bimbingan dapat dikerjakan oleh tenaga ahli bimbingan atau guru BK atau konselor sekolah dan madrasah atau koordinasi BK dengan melibatkan tenaga bimbingan yang lain.

Penyusunan program bimbingan harus merujuk kepada kebutuhan sekolah dan madrasah secara umum dan lingkup layanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah. Dari aspek bidang pelayanan bimbingan dan konseling meliputi bidang : (a) pengembangan pribadi, (b) pengembangan sosial, (c) pengembangan kegiatan belajar (akademik), (d) pengembangan karier, (e) pengembangan kehidupan berkeluarga, dan (f) pengembangan bidang kehidupan beragama. Dari aspek jenis layanan BK meliputi: (a) layanan orientasi, (b) layanan penempatan dan penyaluran, (d) layanan penguasaan konten, (e) konseling perorangan, (f) konseling kelompok, dan (g) bimbingan kelompok.

c) Penyediaan sarana fisik dan teknis

Sarana fisik adalh semua peralatan atau perlengkapan yang dibutuhkan dalam rangka penyusunan program BK dan sarana teknis adalah alat-alat atau instrument-instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan pelayanan bimbingan.

d) Penentuan sarana personil dan pembagian tugas

Sarana personel dalam penyusunan program adalah orang-orang yang dilibatkan dalam penyusunan program BK.

e) Kegiatan-kegiatan penunjang

Dalam penyusunan rencana program BK di sekolah dan madrasah diperlukan kegiatan-kegiatan pendukung terutama pertemuan staf

(10)

bimbingan dan hubungan dengan masyarakat atau instansi lain yang terkait dengan rencana program BK yang akan disusun.

6. Jenis - Jenis Layanan

Program bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yang di sekolah tersebut. Bagaimana kita mengetahui kebutuhan peserta didik dapat dilihat dari jenis layanan apa saja yang ada dalam bimbingan konseling yang berhubungan dengan peserta didik.

Jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada peserta didik di sekolah dalam buku Tohirin (2007 : 141-195) mengemukakan bahwa :

a. Layanan Orientasi

Menurut prayitno (2004 :141) megemukan bahwa:

Orientasi berarti tatapan ke depan ke arah dan tentang sesuatu yang baru. Berdasarkan arti ini, layanan orientasi bisa bermakna suatu layanan terhadap sisiwa baik di sekolah maupun di masyarakat yang berkenaan dengan tatapan ke depan ke arah dan tentang seseuatu yang baru.

b. Layanan Informasi

Menurut Winkel (1991: 147) mengemukakan bahwa :

Layanan informasi merupakan suatu layanan yang berupaya memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan. Layanan infomasi juga bermakna untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya dan tentang proses perkembangan anak muda.

c. Layanan penempatan dan penyaluran

Menurut Winkel (1991: 153) mengemukakan bahwa :

Layanan penempatan adalah usaha-usaha membantu siswa merencanakan masa depannya selama masih di madrasah dan sesudah tamat, memilih program studi lanjutan sebagai persiapan untuk kelak memangku jabatan tertentu.

d. Layanan Penguasaan Konten

Menurut Prayitno (2004: 158) mengemukakan bahwa :

Layanan penguasaan konten merupakan suatu layanan bantuan kepada individu (siswa) baik sendiri maupun dalam kelompok

(11)

untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar.

e. Layanan Konseling Perorangan

Menurut prayitno (2004 : 163) mengemukakan bahwa :

Layanan Konseling Perorangan yaitu layanan konseling yang diselenggarakan oleh seseorang pembina (konselor) terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien.

f. Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok merupakan suatu cara memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (peserta didik) melalui kegiatan kelompok

g. Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok merupakan sejumlah peserta dalam bentuk kelompok dengan konselor sebagai pemimpin kegiatan kelompok. Layanan konseling kelompok mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi dan pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi peserta layanan.

Adapun jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling menurut Dewa Ketut Sukardi (2007 : 60-68) berpendapat bahwa :

1) Layanan Orientasi

yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap peserta didik (terutama orang tua) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru.

2) Layanan Informasi

yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar kepada peserta didik (terutama orang tua) dalam menerima dan memahami informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan sehari-hari sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat.

3) Layanan Penempatan dan Penyaluran

yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat ( misalnya penempatan/penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau program studi, program pililhan, magang, kegiatan kurikuler/ekstrakurikuler) sesuai dengan potensi, bakat, dan minat serta kondisi pribadinya.

(12)

4) Layanan Bimbingan Belajar (pembelajaran)

yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi dan kesenian.

5) Layanan Konseling Perorangan

yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik yang mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing/konselor dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya.

6) Layanan Bimbingan Kolompok

yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta unutuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

7) Layanan Konseling Kelompok

yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok.

Dari kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis- jenis layanan bimbingan dan konseling adalah bantuan yang diberikan oleh konselor kepada individu yang megalami masalah, agar masalah yang dihadapi dapat terselesaikan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

7. Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling

Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (1989) disebutkan bahwa

“Kebutuhan adalah yang dibutuhkan”. Berdasarkan pengertian tersebut, kebutuhan peserta didik terhadap layanan bimbingan dan konseling tentunya berkaitan erat dengan permasalahan yang mereka hadapi dalam kegiatan belajar baik di sekolah maupun di rumah, sehingga dengan

(13)

adanya kebutuhan dalam menghadapi berbagai permasalahan tersebut itulah peran bimbingan dan konseling di suatu sekolah ini sangat penting dan perlu untuk dioptimalkan fungsinya.

Pada umumnya keterkaitan kebutuhan peserta didik terhadap layanan bimbingan dan konseling akan berdampak pada perilaku dan juga kemauan peserta didik dalam memanfaatkan layanan tersebut. Dalam setiap kegiatan pembelajaran, perubahan menjadi suatu tujuan utama dalam kegiatan akhir. Baik perubahan dalam berperilaku, berpikir dan juga perubahan dalam tindakan. Sedangkan untuk mewujudkan adanya perubahan-perubahan tersebut, setiap peserta didik membutuhkan bimbingan akan keputusan dalam suatu tindakan yang akan mereka lakukan.

Kebutuhan peserta didik akan bimbingan dan konseling pada umumnya dapat disesuaikan dengan layanan yang disediakan oleh para konselor dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di sekolah tersebut. Oleh karena itu kemampuan dalam menganalisa berbagai kebutuhan peserta didik akan layanan bimbingan dan konseling patut dimiliki dan dikuasai oleh para konselor.

Menurut pendapat Syamsu Yusuf L.N (2011 : 30-32) mengemukakan bahwa :

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan/atau pelatihan dalam rangka membantu para siswa agar mampu mengembangkan potensinya secara optimal, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, sosial, maupun fisik-motoriknya.

(14)

Hurlock (1986 : 322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak, baik dalam cara berfikir, bersikap maupun berperilaku. Sekolah berperan sebagai substitusi keluarga, dan guru sebagai substitusi orang tua.

Beberapa faktor lingkungan sekolah yang berkontribusi positif terhadap perkembangan siswa atau anak diantaranya :

a. Kejelasan visi, misi, dan tujuan yang akan dicapai.

b. Pengelolaan atau manajerial yang professional.

c. Para personil sekolah memiliki komitmen yang tinggi terhadap visi, misi, dan tujuan sekolah.

d. Para personil sekolah memiliki semangat kerja yang tinggi, merasa senang, disiplin, dan rasa tanggung jawab.

e. Para guru memiliki kemampuan akademik dan professional yang memadai.

f. Sikap dan perlakuan guru terhadap siswa bersifat positif : bersikap ramah dan resfek terhadap siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat atau bertanya.

g. Para guru menampilkan peranannya sebagai guru dalam cara-cara yang selaras dengan harapan siswa, begitupun siswa menampilkan peranannya sebagai siswa dalam cara-cara yang selaras dengan harapan guru.

h. Tersedianya sarana-prasarana yang memadai, seperti: kantor kepala dan guru, ruang kelas, ruang laboraturium (praktikum), perlengkapan kantor, perlengkapan belajar mengajar, perpustakaan, alat peraga, halaman sekolah dan fasilitas bermain, tempat beribadah, dan toilet.

i. Suasana hubungan sosio-emosional antar pimpinan sekolah, guru- guru, siswa, petugas administrasi, dan orang tua siswa berlangsung secara harmonis.

j. Para personil sekolah merasa nyaman dalam bekerja karena terpenuhi kesejahteraan hidupnya.

Dalam salah satu hasil penelitian mengenai pendidikan, Michael Russel (Sigelman dan Shaffer, 1995:426) mengemukakan tentang definisi sekolah yang efektif, yaitu yang mengembangkan prestasi akademik, keterampilan sosial, sopan sanun, sikaf positif terhadap belajar, absenteeism yang rendah, melatih keterampilan sebagai bekal bagi siswa untuk dapat bekerja.

Selanjutnya, sigelman dan Shaffer mengemukakan tentang kinerja guru yang efektif, yaitu yang mampu menciptakan lingkungan belajar disekolah seperi berikut :

(15)

a. Menekankan pencapain akademik (keberhasilan belajar) dengan cara memberikan pekerjaan rumah, dan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum.

b. Mengelola aktivitas kelas secara efektif dengan mengkreasi tugas- tugas namun senantiasa dalam suasana yang menyenangkan, seperti memberikan instruksi tugas secara jelas,mendorong siswa untuk mengerjakan tugas, dan member reward kepada siswa yang hasil kerjanya bagus.

c. Mengelola masalah kedisiplinan secara efektif ( menangani anak bermasalah dengan baik, tanpa memberikan hukuman secara fisik).

d. Membangun kerja sama dengan guru lain sebagai suatu tim kerja yang secara bersama berusaha mencapai kurikulum.

Seiring dengan program pemerintahan mengenai pendidikan karaktek, maka sekolah memiliki tanggung jawab untuk merealisasikannya melalui pengintegrasian pendidikan secara keseluruhan. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah diharapkan menjadi “centre of nation character building” (pusat pembangunan karaketer bangsa). Pendidikan karakter ini bukan mata pelajaran, tetapi nilai-nilai karakter itu harus ditanamkan kepada para peserta didik melalui proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.

8. Evaluasi Kesesuaian Program Layanan Bimbingan dan Konseling Dengan Kebutuhan Peserta Didik

Dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah agar dapat terlaksana secara efektif dan efisien serta tujuannya dapat tercapai secara efektif dan efesien pula maka harus disusun programnya secara terencana dan sistematis. Dengan kata lain, pelayanan BK di madrasah perlu direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai secara sistematis sehingga dirasakan manfaatnya oleh berbagai pihak.

Evaluasi kesesuaian atau tidaknya program layanan bimbingan dan konseling dengan kebutuhan peserta didik, ini dapat di lihat dari program bimbingan dan konseling yang sudah terprogram di sekolah tersebut,

(16)

dimana program yang sudah berlaku harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Kriteria atau patokan yang dipakai untuk mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada terpenuhi tidaknya kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan pihak- pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan membantu peserta didik memperoleh perubahan-perubahan perilaku dan pribadi ke arah yang lebih baik.

Untuk menghasilkan kesesuaian layanan bimbingan dan konseling yang tepat dengan kebutuhan peserta didik dalam belajar, para konselor di tuntut untuk mampu menciptakan dan menyusun program layanan bimbingan dan konseling yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Adapun bidang layanan dibutuhkan oleh peserta didik menurut Tohirin (2007 : 124-134) adalah sebagai berikut :

1. Bidang pengembangan kehidupan pribadi yaitu sebagai suatu bantuan dari pembimbing kepada terbimbing (individu) agar dapat mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan secara baik.

2. Bidang pengembangan kehidupan sosial yaitu suatu bimbingan atau bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah- masalah sosial seperti pergaulan, penyelesaian masalah konflik, penyesuaian diri dan sebagainya. Agar dapat mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan secara baik.

3. Bidang pengembangan kemampuan belajar yaitu suatu batuan dari pembimbing kepada individu (peserta didik) dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai.

(17)

4. Bidang pengembangan karir yaitu bantuan dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia pekerjaan, pemilihan lapangan pekerjaan atau jabatan (profesi) tertentu serta membekali diri agar siap memangku jabatan tersebut dan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan dari lapangan pekerjaan yang teah dimasukan berdasarkan pengertian di atas.

Ditinjau dari masalah yang dihadapi para siswa, bimbingan di sekolah mencakup 4 bidang menurut Dewa Ketut sukardi (2008 : 12-14) berikut:

1. Bimbingan Pribadi

Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling di SMP, SMA/SMK membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri, serta sehat jasmani dan rohani. Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut:

a. Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b. Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peranannya di masa depan.

c. Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangannya pada atau melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif.

d. Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha- usaha penanggulangannya.

e. Pemantapan kemampuan mengambil keputusan

f. Pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya.

g. Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik secara rohaniah maupun jasmaniah.

2. Bimbingan Sosial

Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling di SMP, SMA/SMK membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan, bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut :

a. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif.

(18)

b. Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat serta berargumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif.

c. Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial, baik di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat luas dengan menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, serta nilai-nilai agama, adat, hukum, ilmu, dan kebiasaan yang berlaku.

d. Pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis, dan produktif dengan teman sebaya, baik di sekolah yang sama, di sekolah yang lain, di luar sekolah, maupun dimasyarakat pada umumnya.

e. Pemantapan pemahaman kondisi dan peraturan sekolah serta upaya pelaksanaannya secara dinamis dan bertanggung jawab.

f. Orientasi tentang hidup berkeluarga.

3. Bimbingan Belajar

Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan konseling di SMP, SMA/SMK membantu siswa mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkannya melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut :

a. Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien serta produktif, baik dalam mencari informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan narasumber lainnya, mengembangkan keterampilan belajar, mengerjakan tugas-tugas pelajaran, dan menjalani program penilaian hasil belajar.

b. Pemantapan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun berkelompok.

c. Pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolah menengah umum sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.

d. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial, dan budaya yang ada di sekolah, lingkungan sekitar, dan masyarakat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan kemampuan, serta pengembangan pribadi.

e. Orientasi belajar di sekolah sambungan/perguruan tinggi.

4. Bimbingan Karier

Dalam bidang bimbingan karier, pelayanan bimbingan dan konseling di SMP, SMA/SMK membantu siswa merencanakan dan mengembangkan masa depan karier. Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut :

(19)

a. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier yang hendak dikembangkan.

b. Pemantapan orientasi dan informasi karier pada umumnya, khususnya karier yang hendak dikembangkan.

c. Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

d. Orientasi dan informasi terhadap pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.

Menurut Dewa Ketut sukardi kebutuhan peserta didik di sekolah (2008 : 96) sebagai berikut:

Evaluasi dalam program bimbingan dan konseling di sekolah ialah berupaya untuk menelaah program layanan bimbingan dan konseling yang telah dan sedang dilaksanakan untuk mengembangkan dan memperbaiki program bimbingan dan konseilng di sekolah bersangkutan. Dengan demikian, penilaian layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah bertujuan (1). Membantu mengembangtumbuhkan kurikulum sekolah ke arah kesesuaian dan kebutuhan belajar siswa, (2) membantu guru-guru memperbaiki cara mengajar di kelas,dan ruang lainnya yang dibutuhankan siswa, (3) memungkinkan program bimbingan dan konseling berfungsi lebih efektif .

B. Kerangka Berpikir

Bimbingan dan Konseling merupakan bagian yang integral dan tidak terpisahkan dari proses pendidikan dan memiliki konstribusi terhadap keberhasilan proses pendidikan di sekolah termasuk madrasah. Hal ini berarti proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah dan madrasah tidak akan memperoleh hasil yang optimal tanpa didukung oleh penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling yang baik. Pelayanan bimbingan dan konseling di madrasah hanya mungkin dapat dilaksanakan secara baik apabila diprogramkan secara baik pula.

(20)

Agar pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah dapat terlaksana secara efektif dan efisien serta tujuannya dapat tercapai secara efektif dan efesien pula maka harus disusun programnya secara terencana dan sistematis. Dengan kata lain, pelayanan bimbingan dan konseling di madrasah perlu direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai secara sistematis sehingga dirasakan manfaatnya oleh berbagai pihak.

Kebutuhan peserta didik tidak hanya di rumah tetapi juga di sekolah, kebutuhan di rumah berbeda dengan kebutuhan di sekolah, jika di rumah mungkin kebutuhannya meliputi seragam sekolah, alat-alat tulis, tetapi di sekolah peserta didik membutuhkan pendidikan yang lebih baik salah satunya tentang penilaian program layanan bimbingan konseling yang ada di sekolah.

Apakah program yang dijalankan di sekolah sudah sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Maka dari itu pada penulis ingin mengetahui sejauh mana kebutuhan peserta didik di sekolah khususnya yang berkaitan dengan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

C. Hipotesis Penelitian

Menurut Nana Sudjana (2003 : 37) menyatakan bahwa “Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan jawaban dari masalah”. Dan Menurut Lexy J.

Moeleong (1993 : 32) berpendapat bahwa “Dalam peneliti deskriptif tidak harus menggunakan hipotesis, jadi hipotesis bisa digunakan atau tidak digunakan”. Karena penelitian ini termasuk penelitian deskriptif maka hipotesis tersebut tidak digunakan.

Referensi

Dokumen terkait

Bila dari hasil analisis diperoleh temuan bahwa hutan kota dengan luasan tertentu tidak mampu menyerap zat pencemar dari kendaraan bermotor untuk menghasilkan kualitas udara

Secara mikroskopik menunjukkan perubahan berupa radang, pada penambahan ampas VCO pada level R-1,0 dan R-2,0%, hal ini dimungkinkan disebabkan karena semua senyawa yang

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa : 1) Penerapan metode quantum

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dapat memberikan suatu gambaran bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar Fisika

Oleh karena itu, dapat diindikasikan bahwa bank-bank di Indonesia masih membentuk asimetri informasi sehingga investor yang menerapkan green economy di ketiga

Setelah melakukan penelitian dan dari hasil pembahasan yang telah diuraikan, maka peneliti dapat menyimpulkan dan memberikan saran sehubungan dengan Perancangan

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik kelas VIII MTs NU Mu’allimat Kudus telah mengalami miskonsepsi materi optik yaitu: pada hukum pemantulan cahaya,