• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Karakteristik Kimia

Kimia mempelajari tentang struktur, komposisi, sifat, perubahan dimana konsep, teori, dan hukumnya berdasarkan fenomena alam yang makroskopik, mikroskopik dan simbolik (Tan dan Treagust, 1999). Setiap mata pelajaran memerlukan teknik pembelajaran yang berbeda untuk mempelajarinya. Ciri- ciri ilmu kimia dalam buku Tresna Sastrawijaya (1988) dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Konsepnya kebanyakan bersifat abstrak

Materi kimia yang abstrak dapat dilakukan teknik belajar dengan menciptakan gambaran terkait hal abstrak tersebut sehingga peserta didik dapat membayangkannya. Diharapkan sebuah gambaran yang ada dapat membantu dalam mengingat seperti materi atom, struktur molekul dan sebagainya.

b. Materi pelajaran cukup banyak

Materi kimia yang cukup banyak membutuhkan waktu yang banyak pula untuk memahaminya. Maka dari itu waktu yang tersedia digunakan secara efisien untuk belajar kimia.

c. Materi bertahap dan dibahas secara urut

Belajar kimia harus memahami materi yang mudah terlebih dahulu karena topik yang di bahas secara urut, yaitu dari yang mudah hingga ke materi yang sulit.

(2)

d. Mempelajari ilmu kimia yang sebenarnya dari zat-zat sederhana Bahan di alam lebih mendominasi suatu campuran yang terdiri dari senyawa-senyawa yang rumit dan sulit dipelajari. Maka dari itu, belajar kimia dimulai dengan mempelajari zat-zat sederhana.

e. Ilmu pengetahuan alam yang bukan hanya mengerjakan soal

Belajar kimia yaitu memahami tentang atom, aturan-aturan, fakta, deskripsi dan istilah dalam kimia yang digunakan untuk memecahkan masalah atau soal-soal.

2. Pembelajaran Kimia

Kata pembelajaran mempunyai kata dasar belajar yang berarti usaha untuk mendapatkan ilmu, merubah tingkah laku berdasarkan pengalaman (Akbar, 2013). Pembelajaran merupakan usaha untuk menuntun peserta didik ke dalam proses belajar agar memperoleh tujuan yang diharapkan (Raehang., 2014).

Pembelajaran kimia merupakan pembelajaran yang mempunyai beban di awal pembelajaran karena sifat subjeknya (Johnstone, 2006). Johnstone mengungkapkan dalam Chemical Education Research in Glasgow in Persprctive tentang segitiga Johnson yang memuat tiga konseptual kimia. Tiga konsep kimia dalam segitiga tersebut ialah representasi makroskopik, sub- mikro, dan simbolik. Representasi makroskopik ialah representasi kimia yang bisa dilihat langsung oleh mata, contohnya perubahan warna, bentuk, suhu, dan lain-lain. Representasi sub-mikro ialah representasi yang menjelaskan struktur dan proses dari fenomena makroskopik yang diamati. Representasi simbolik ialah representasi secara kualitatif dan kuantitatif yang contohnya persamaan kimia, gambar, grafik, maupun stoikiometri.

Pembelajaran kimia memerlukan dimensi baru untuk meningkatkan literasi ilmiah dan pemahaman publik mengenai peranan kimia dalam kehidupan. Oleh karena itu (Mahaffy, 2004) dalam The Future Shape Of

(3)

Chemistry Education membuat tetrahedral pendidikan kimia untuk menggambarkan apa yang kita pahami dalam pembelajaran kimia dengan peran serta elemen manusia dalam kimia.

Gambar 2.1 Tetrahedral Pendidikan Kimia

Pembelajaran kimia ialah suatu pembelajaran yang menekankan nilai abstrak dan sulit dipahami dengan contoh konkrit sehingga diperlukan metode khusus untuk menjelaskan teori abstrak menjadi terlihat nyata dan mudah dipahami (Panggabean and Harahap, 2020)

Berdasarkan penjelasan diatas, disimpulkan bahwa pembelajaran kimia merupakan pembelajaran dengan materi abstrak dan sulit dijelaskan dengan contoh nyata yang mana diperlukan bahan ajar dan metode khusus yang mudah dipahami peserta didik agar memperoleh tujuan yang diharapkan.

3. Media Pembelajaran a. Pengertian media

Bahasa Latin dari kata ‘media’ yang artinya ‘tengah’, ‘perantara’, atau

‘pengantar’. Media dalam bahasa arab yaitu perantara atau pengantar pesan dari pengirim untuk penerima pesan. Media memiliki arti alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menemukan, memproses, dan menyusun ulang informasi yang tidak tertulis (langsung). Secara ringkas, media yaitu alat yang dimanfaatkan untuk mengantarkan pesan dalam proses pembelajaran (Arsyad,2013).

(4)

b. Pengertian media pembelajaran

Sanaky (2013:3), media pembelajaran ialah sarana yang berguna untuk mengantarkan pesan dalam proses belajar untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi agar tercapainya tujuan pembelajaran. Media merupakan sarana komunikasi dimana komunikator mengantarkan pesan kepada komunikan (Daryanto, 2013).

c. Karakter dan jenis media pembelajaran

Karakter dan jenis media pembelajaran di dalam buku Sanaky (2013:46) ialah sebagai berikut:

1) Media pembelajaran menurut bentuk fisiknya

a) Media elektronik : televisi, radio, slide, video, LCD, DVD, komputer, internet, modul elektronik, handout elektronik dll.

b) Media non-elektronik : buku, handout, modul, media grafis, dan alat peraga.

2) Media pembelajaran menurut panca indera a) Media audio (mendengar)

b) Media visual (melihat)

c) Media audio-visual (mendengar-melihat)

3) Media pembelajaran menurut alat dan bahan yang digunakan

a) Perangkat keras (hard ware) sebagai sarana yang menayangkan pesan

b) Perangkat lunak (soft ware) sebagai pesan atau informasi.

d. Ciri-Ciri media pembelajaran

(5)

Azhar Arsyad (2013: 6) menuturkan beberapa ciri-ciri yang tercantum dalam media pendidikan, di antaranya adalah:

1) Secara fisik, media disebut perangkat keras yang berarti suatu benda yang dapat diketahui dengan pancaindera.

2) Media disebut sebagai perangkat lunak yaitu pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang isinya ditujukan kepada peserta didik.

3) Media yang digunakan dalam bpelajar terdapat visual dan audio.

4) Media yang digunakan dalam belajar mempunyai arti alat untuk membantu proses pembelajaran.

5) Media yang dipakai pada pembelajaran sebagai sarana komunikasi guru dan peserta didik.

6) Media yang digunakan dalam pembelajaran dapat digunakan banyak orang secara bersama-sama.

e. Tujuan media pembelajaran

Tujuan media pembelajaran sebagai alat untuk membantu pembelajaran menurut Sanaky (2013:5) ialah sebagai berikut :

1) Memudahkan proses pembelajaran.

2) Mempertinggi efisiensi dalam proses pembelajaran.

3) Melindungi relevansi antara materi dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar.

4) Memudahkan guru untuk fokus dalam proses pembelajaran.

f. Kegunaan dan manfaat media pembelajaran

Daryanto (2013:5) kegunaan media secara umum yaitu : 1) Mempertegas pesan supaya tidak terlalu verbal.

(6)

2) Memberi solusi dalam ruang dan waktu yang terbatas.

3) Memberikan semangat belajar, interaksi lebih langsung antara peserta didik dengan media.

4) Membuat peserta didik belajar mandiri yang cocok dengan minat, kemampuan visual dan auditori.

5) Memberi rangsangan dan menyamakan persepsi.

6) Pembelajaran mempunyai 5 inti komunikasi yaitu pengajar sebagai yang menyampaikan pesan, bahan ajar, media ajar, peserta didik, dan tujuan pembelajaran.

Manfaat media pembelajaran menurut Sanaky (2013:7) ada dua yaitu manfaat bagi guru dan peserta didik yang dijabarkan di bawah ini:

a) Manfaat bagi guru : 1) memberi pedoman dan arah agar tercapainya tujuan pembelajaran; 2) memberi variasi pembelajaran; 3) meningkatkan kualitas pengajaran; 4) menyajikan pokok-pokok informasi yang disusun secara sistematik; 5) membuat situasi belajar yang menyenangkan.

b) Manfaat bagi peserta didik : 1) menambah motivasi belajar; 2) menambah variasi belajar; 3) mempermudah untuk belajar; 4) memberi rangsangan untuk berfikir dan analisis.

g. Fungsi media pembelajaran

Media pembelajaran mempunyai peran yang penting dalam proses pembelajaran. Adapun beberapa fungsi media pembelajaran menurut Adam & Syastra (2015) di antaranya adalah:

1) Fungsi media pembelajaranyaitu sebagai sumber belajar.

2) Fungsi semantik, yaitu kapasitas media untuk memperbanyak kata yang maknanya dapat mudah dipahami oleh pembaca.

(7)

3) Fungsi manipulatif, yakni kapabilitas media untuk merekam, menyimpan, mengabadikan, membangun dan menghubungkan suatu kejadian.

4) Fungsi psikologis, yakni fungsi minat, afektif, kognitif, kreatif, motivasi, dan sosio-kultural.

4. Modul Elektronik

Seiring berkembangnya teknologi dan multimedia modul pembelajaran cetak dapat dijadikan elektronik atau digital yang disebut juga dengan modul elektronik (e-modul) (Oksa & Soenarto, 2020). Modul elektronik merupakan terobosan baru dari modul cetak, bedanya modul elektronik dapat di buka dengan bantuan komputer atau handphone yang mendukung untuk mengakses modul. Menurut Sugiyanto (2014) modul elektronik merupakan suatu bentuk penyajian sumber belajar mandiri yang dirancang untuk memudahkan peserta didik menggapai tujuan pembelajaran yang dirancang sistematis dari unit terkecil dan ditampilkan dalam bentuk elektronik yang di dalamnya terdapat teks, gambar, audio, video, animasi, dan interaktif. Modul elektronik merupakan bahan ajar pembelajaran mandiri yang dirancang rapi dan sistematis agar tujuan pembelajaran tercapai. Tujuan pembelajaran tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk elektronik dengan animasi, audio, navigasi, sehingga pengguna lebih interaktif. Modul elektronik yang interaktif melibatkan tampilan audiovisual, suara, film, dll, dan penggunaan modul tersebut mudah agar digunakan sebagai media pembelajaran yang baik.

Manfaat media elektronik dapat membuat proses belajar lebih menarik, interaktif, dapat menambahkan kualitas belajar karena dapat diakses kapan dan dimana saja (Wiyoko et al., 2014). Pengembangan emodul dapat dilakukan dengan berbagai metode dibantu dengan media pendukung lainnya.

Modul pembelajaran memuat petunjuk umum, materi, dan evaluasi pembelajaran. Hal-hal yang terdapat dalam petunjuk umum antara lain:

kompetensi dasar, isi materi, indikator pencapaian, kegiatan belajar, referensi,

(8)

dan penilaian. Materi pembelajaran terdiri satu pokok bahasan atau lebih yang memuat lembar kerja yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang terkait materi (Sanaky,2013).

Tabel 2.1 Perbedaan Modul Elektronik dengan Modul Cetak

Modul Elektronik Modul Cetak

Tampilannya menggunakan monitor atau layar computer dan phone.

Sekumpulan kertas berupa informasi yang di cetak dan di jilid.

Mudah di bawa dan di akses. Semakin tebal dan besar, modul akan berat untuk di bawa kemana-mana.

Tidak membutuhkan biaya cetak untuk produksi.

Dalam produksi membutuhkan biaya cetak yaitu print warna.

Penyimpanan dengan google drive, USB, Flashdick atau memory card.

Penyimpanan di suatu tempat seperti rak buku, meja belajar dan lainnya.

Penyajian modul dapat disisipkan dengan audio dan video.

Penyajian modul hanya dapat dilengkapi dengan ilustrasi.

(Priatna, 2017)

Desain modul pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik modul yang baik seperti yang diungkapkan oleh Widodo, Chomsin, dan Jamadi (2008: 50) yaitu:

a. Self Instruksional

Karakteristik self instruction bertujuan agar peserta didik dapat belajar mandiri. Modul elektronik yang dikembangkan harus terdapat tujuan yang disampaikan dengan jelas. Modul berisi materi yang dirancang dari unit kecil dan bersifat kontekstual. Bahasa modul yang digunakan sederhana dan mudah dipahami yang mengarahkan peserta didik untuk membantu menemukan konsep.

(9)

b. Self Contained

Tujuan dari self contained yaitu menyediakan materi dengan kesatuan yang utuh agar peserta didik mampu memahami materi pelajaran secara tuntas.

c. Stand Alone

Modul tersebut dapat digunakan atau dioperasikan tanpa bahan ajar lain.

d. Adaptive

Karakteristik modul adaptive yaitu modul mampu menyesuaikan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

e. User Friendly

Karakteristik modul User Friendly yaitu informasi dan instruksi dalam modul memudahkan pengguna.

5. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Modul elektronik yang dikembangkan memakai pendekatan kontekstual.

Johnson (2010) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual ialah sesuatu proses pembelajaran yang bertujuan untuk membantu peserta didik melihat makna pada materi dengan menghubungkan konteks dalam kehidupan sehingga dapat membuat peserta didik untuk mempraktikkan dalam kehidupan mereka. Konteks yang disajikan akan membuat peserta didik menguasai serta memberi makna bagi peserta didik karena memahami materi yang dipelajari.

Menurut Hosnan (2014), pendekatan kontekstual memiliki 7 komponen utama ialah konstruktivisme (constructivisme), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), permodelan (modelling), refleksi (reflection) penilaian autentik (authentic assessment). Semua komponen digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan modul secara sistematis dan taat kaidah. Modul elektronik yang akan dikembangkan berbasis pendekatan kontekstual yang memiliki 7 komponen utama ialah :

(10)

a. Kontruktivisme

Kontruktivisme merupakan komponen dimana pengetahuan ditingkatkan oleh manusia secara perlahan yang hasilnya diperluas dengan konteks yang terbatas. Peserta didik harus membangun pengetahuan dan melihat makna melalui pangalaman nyata.

b. Bertanya

Suatu strategi yang dimanfaatkan secara aktif oleh peserta didik untuk melakukan analisis dan mengeksplorasi gagasan.

c. Menemukan

Bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual ialah komponen menemukan. Guru harus menyusun strategi yang dapat menuntun peserta didik untuk menemukan. Kegiatan menemukan yang dapat dilakukan antara lain: merumuskan masalah, pengamatan atauobservasi, analisis dan memaparkan hasil.

d. Masyarakat Belajar

Masyarakat belajar ialah komponen yang melibatkan orang lain yang dapat terjadi dengan adanya proses komunikasi dua arah.

e. Permodelan

Model adalah contoh yang ditiru sedangkan permodelan adalah bentuk pemelajaran melalui pengamatan pada model.

f. Refleksi

Cara berpikir ke belakang tentang materi yang telah dipelajari pada masa lalu ialah refleksi. Peserta didik akan berpikir kembali dan melakukan analisis terhadap materi yang baru didapatnya.

g. Penilaian yang Sebenarnya

Penilaian ialah proses mengumpulkan data yang dapat mengukur perkembangan peserta didik.

(11)

6. Aplikasi Canva

Canva adalah sebuah aplikasi online yang gratis dan menyediakan banyak template untuk membuat desain grafis. Aplikasi canva menyediakan ilustrasi, gambar, template , jenis huruf yang dapat mendukung kreativitas dalam membuat suatu konten, desain, poster, presentasi dan sejenisnya. Aplikasi canva dapat diakses pada www.canva.com secara online dengan mendaftarkan sebagai anggota terlebih dahulu (Sholeh et al., 2020). Penulis menggunakan aplikasi canva untuk membuat modul elektronik sebelum diubah menjadi bentuk seperti buku digital atau bentuk flip. Gambar, ilustrasi, template yang terdapat dalam modul di ambil dari aplikasi canva yang disesuaikan dengan isi materi pada modul. Setelah isi modul jadi kemudian dijadikan format pdf untuk dijadikan bentuk flip melalui aplikasi Flip PDF Professional.

7. Flip PDF Professional

Flip PDF Professional ialah perangkat lunak yang dapat mengonversi file PDF atau word menjadi halaman seperti tampilan buku berbentuk digital.

Perangkat lunak tersebut dapat mengintegrasikan gambar, video, hyperlink, audio, clipchart objek ke halaman dengan begitu mudah menggunakan software ini (Suryani, 2018).

Kelebihan aplikasi Flip PDF Professional menurut Perdana (2013) dalam buku Suryani (2018) yaitu :

1) Mengimpor file dengan berbagai pilihan: a) file PDF menjadi halaman buku flip; b) file gambar dengan format *. jpg, *bmp, *jpeg, *.png, *.gif;

c) film dan video dengan format *.Swf, *.Flv, *F4V, *Mp4; d) menambah audio untuk musik latar flipbook; e) menambah latar belakang dinamis flipbook.

2) Menyesuaikan desain output seperti: a) template membalik buku yang menarik; b) mengatur warna dan gambar; c) dapat mengatur jenis huruf, dan halaman teks; d) dapat menetapkan ukuran output dari flipbook; e) menyimpan template yang di buat untuk dipakai suatu waktu.

(12)

3) Format output yang fleksibel: a) output membalik buku dengan format SWF; b) output ke dalam format .exe; c) menerbitkan sebagai HTML; d) pengiriman email cepat dengan format ZIP.

Kekurangan Flip PDF Professional diantaranya sebagai berikut:

1) Video dan media lain yang dimasukkan ke dalam buku digital tidak dapat dipisahkan dari folder utama penyimpanan buku digital. Jika video atau media lain disimpan terpisah maka tidak dapat diputar apabila file buku digital digunakan di laptop atau PC yang berbeda.

2) Buku digital di olah dalam software di input dalam format PDF. Dengan demikian, apabila terdapat perubahan pada file utama harus membuat project baru.

Berdasarkan kelebihan dan kekurangan yang sudah dijelaskan, penulis mengembangkan modul elektronik menggunakan Flip PDF Professional dalam format akhir HTML untuk mengunggah ke website agar bisa dilihat secara online.

8. Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Kelarutan dan hasil kali kelarutan yaitu materi kimia kelas XI SMA/MA.

Materi ini meliputi : kelarutan, tetapan hasil kali kelarutan, hubungan kelarutan dan tetapan kelarutan dan hasil kali kelarutan, reaksi pengendapan dan pengaruh penambahan ion senama.

a. Kelarutan (solubility)

Kelarutan (s) adalah konsentrasi maksimum zat terlarut dalam suatau larutan. Kelarutan dinyatakan dalam mol L-1 sama dengan kemolaran.

b. Tetapan Hasil Kali Kelarutan (solubility product constant)

Tetapan kesetimbangan larutan jenuh yang dilambangkan dengan Ksp. Ksp dapat diartikan hasil kali konsentrasi maksimum ion-ion dipangkatkan

(13)

koefisien. Contoh : kesetimbangan dalam larutan jenuh adalah sebagai berikut.

CaF2(s) Ca 2+(aq) + 2 F-(aq)

Persamaan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) CaF2 adalah : Ksp = [Ca 2+] [F -]2

Secara umum, persamaan kesetimbangan larutan garam AxBy sebagai berikut :

AxBy (s) xAm+ (aq) + yBn- (aq)

c. Hubungan Kelarutan (s) dan Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Konsentrasi kesetimbangan ion di dalam larutan jenuh CaF2 yaitu ion Ca 2+ dan ion F- dapat dikaitkan dengan kelarutan CaF2 yang sesuai dengan perbandingan koefisien reaksi. Jika kelarutan CaF2 dinyatakan dengan s, maka konsentrasi ion Ca 2+ dalam larutan adalah s dan konsentrasi ion F - sama dengan 2s.

CaF2(s) Ca 2+(aq) + 2F -(aq)

s s 2s

Nilai tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) CaF2 dapat dihubungkan dengan nilai kelarutannya (s).

Ksp = [Ca2+] [F-]2

= (s) (2s)2

= 4s3

Kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) untuk elektrolit AxBy mempunyai hubungan yang dapat dinyatakan sebagai berikut :

(14)

AxBy (s) xAm+(aq) + yBn-(aq)

Tetapan hasil kali kelarutannya adalah : Ksp = [A m+]x [Bn-]y

Hubungan antara tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) dan kelarutan (s) dapat dirumuskan dengan:

Ksp = [A m+]x [Bn-]y Ksp = (xs)x (ys)y

Ksp = (xxyy) s(x+y) (Johari, 2010) d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan

1) Suhu

Adanya panas atau suhu yang tinggi, jarak antarmolekul zat padat akan semakin renggang sehingga gaya antar molekulnya menjadi lemah.Adanya pengaruh suhu terhadap kelarutan yaitu semakin tinggi suhu semakin mudah larut.

2) Jenis Pelarut

Senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut polar sedangkan senyawa nonpolar mudah larut dalam pelarut nonpolar. Contoh senyawa polar seperti : garam dapur, semua asam, gula, dan alkohol akan mudah larut dalam pelarut polar seperti air. Lemak yang merupakan senyawa nonpolar akan lebih mudah larut dalam minyak yang termasuk pelarut nonpolar.

3) Pengaruh Ion Sejenis

Ion yang sama yang terdapat pada garam, seperti AgNO3, AgCl, Ag3PO4, dan Ag2CrO4 ialah ion Ag+. Apabila di dalam larutan garam yang sulit larut dilarutkan larutan yang memiliki ion senama maka akan

(15)

menyebabkan kelarutan garam tersebut berkurang.

4) pH

Secara umum, suatu basa akan mudah larut dengan larutan asam dan akan sulit larut dengan larutan basa. Pengaruh penambahan ion sejenis dan pengaruh pH dalam kelarutan dijelaskan melalui video pembelajaran yang dapat menarik perhatian peserta didik sehingga muncul perasaan penasaran dan senang saat belajar kimia.

e. Memperkirakan Terjadinya Endapan

Apabila konsentrasi ion Ag+ dikalikan dengan konsentrasi ion Cl- hasilnya melebihi harga Ksp AgCl maka ion Ag+ dan Cl- akan bergabung menjadi endapan AgCl.

Cl- (aq) + Ag+ AgCl (s)

Jadi kita dapat memperkirakan terjadinya endapan atau tidak dengan membandingkan nilai perkalian ion Ag+ dan ion Cl- dengan nilai Ksp.Hasil kali ion-ion disebut juga dengan Qsp.

Jika:

Qsp < Ksp AgCl, larutan belum jenuh, dan tidak terbentuk endapan.

Qsp = Ksp AgCl, larutan tepat jenuh.

Qsp > Ksp AgCl, larutan lewat jenuh dan terjadi pengendapan.

(16)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Ariesta et al., (2013) menyatakan pembelajaran kimia melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan metode pembelajaran GI dan proyek mempunyai pengaruh pada prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotorik pada materi pokok Ksp.

2. Ozi (2019) mengungkapkan bahwa pembelajaran materi Ksp dengan menggunakan modul dapat meningkatkan nilai N-gain pada aspek makroskopik sebesar 0,54, dan pada aspek mikroskopik sebesar 0,68 dan pada aspek simbolik 0,38 yang termasuk ke dalam kategori sedang.

3. Sugianto et al., (2017) hasil penelitian menyatakan bahwa media pembelajaran berbentuk modul elektronik flipbook sudah baik dan layak digunakan, dan telah melalui tahap validasi para ahli dengan penilaian positif. Peserta didik menjadi sangat mudah memahami materi pembelajaran, mudahnya pengaksesan modul manjadi poin tambahan yang merupakan kelebihan modul. Animasi juga dapat menambah motivasi, minat, dan aktivitas belajar pada peserta didik.

4. Wahyuningtyas & Pratama (2018) menyatakan modul pembelajaran pecahan sederhana siswa kelas III yang dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik dan diperoleh rerata nilai mencapai 88.

5. Wulandari et al., (2019) menyatakan modul berbasis kontekstual materi koloid telah dikembangkan dan memenuhi kriteria yang valid dan tidak perlu direvisi.

Hasil belajar kimia siswa menggunakan modul memperoleh nilai yang lebih tinggi dari nilai kriteria ketuntasan minimun.

(17)

C. Kerangka Berpikir

Kimia merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah sebagai cabang ilmu IPA dan sangat penting untuk diajarkan pada sekolah formal karena termasuk dari kehidupan manusia. Pembelajaran kimia dapat mengandalkan bahan ajar yang dapat membuat peserta didik tertarik sehingga mencapai target yang sudah ditetapkan di sekolah.

Model pembelajaran abad 21 salah satunya yaitu pembelajaran ditujukan untuk memicu peserta didik mencari informasi dari berbagai sumber dan guru sebagai fasilitator atau teman belajar. Pembelajaran lebih kreatif, fleksibel dan berpusat kepada siswa yang diarahkan untuk melatih berfikir analitis, mampu merumuskan masalah dan menyelesaikan masalah. Peserta didik harus memahami konsep kimia yang abstrak dengan waktu singkat sehingga menyebabkan motivasi belajar peserta didik rendah karena kesulitan dalam memahaminya Penggunaan media pembelajaran sebagai bahan ajar oleh guru masih bersifat konvensional seperti buku modul yang cenderung kurang menarik perhatian peserta didik, peserta didik lebih cepat bosan dan hanya dapat menggunakan media tersebut sebagai bahan belajar di sekolah. Hal tersebut diperkirakan menyebabkan pembelajaran menjadi kurang efektif karena ketertarikan peserta didik pada pembelajaran rendah.

Pendidikan tidak lepas dari perkembangan teknologi. Teknologi yang telah diikuti oleh peserta didik dan pendidik sudah semakin berkembang pesat. Salah satunya berupa smartphone dan komputer/laptop. Penggunaan media pembelajaran dengan teknologi seperti penggunaan smartphone dan komputer/laptop dapat menarik minat peserta didik. Pemanfaatan smartphone sebagai media pembelajaran dapat memudahkan peserta didik dalam proses belajar. Penambahan ilustrasi mempermudah peserta didik dalam memahami materi. dengan keadaan tersebut dapat dikembangkan sebuah modul elektronik untuk pembelajaran yang berbasis pendekatan kontekstual menggunakan Flip PDF Professional pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.

(18)

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan di SMA N 2 Sukoharjo diketahui bahwa dibutuhkan sumber belajar berupa modul elektronik sebagai sarana belajar mandiri agar peserta didik tidak hanya mengandalkan materi dari guru dan bahan ajar cetak.

Pembelajaran Kimia

Membutuhkan modul berbasis pendekatan kontekstual

1. Kurangnya sumber belajar berupa modul elektronik sebagai sarana belajar mandiri.

2. Peserta didik hanya dapat materi dari guru dan bahan ajar cetak.

Pengembangan modul elektronik berbasis

pendekatan kontekstual Model ADDIE

Uji Coba Produk di Sekolah realita

solusi

validasi

1. Materi 2. Media

Bahan ajar modul elektronik berbasis pendekatan kontekstual dengan kriteria

layak hasil

Implementasi dan Evaluasi

(19)

Berdasarkan hal tersebut maka penulis mengembangkan modul elektronik berbasis pendekatan kontekstual pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang diharapkan dapat berguna untuk peserta didik, guru dan sekolah.

Gambar

Gambar 2.1 Tetrahedral Pendidikan Kimia
Tabel 2.1 Perbedaan Modul Elektronik dengan Modul Cetak
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa kelompok tikus perlakuan yang diberikan intervensi olahraga secara signifikan dapat menurunkan kolesterol total,

Hasil: Uji statistik dengan Chi-Square didapatkan bahwa nilai p=0,922 (p&gt;0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan motivasi terhadap pendokumentasian

ada percobaan kali ini praktikan melakukan itting antara data impedansi yang ada percobaan kali ini praktikan melakukan itting antara data impedansi yang

1. Tujuan: Pada audit Keuangan untuk menentukan luas pengujian audit substantif, pada audit operasional untuk menevaluasi efisiensi dan efektifitas struktur pengendalian intern

Berdasarkan hasil tersebut maka perlu penelitian lanjutan untuk menentukan metode konsolidasi kayu, menentukan metode aplikasi terbaik, menentukan bahan injeksi pada

(2006), “Analisis faktor psikologis konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian roti merek Citarasa di Surabaya”, skripsi S1 di jurusan Manajemen Perhotelan, Universitas

Uterus mempunyai 3 macam lapisan dinding yaitu perimetrium(lapisan yang terluar yang berfungsi sebagai pelindung uterus), miometrium (lapisan yang kaya akan sel otot dan berfungsi

Terdapat lima kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi