BENCANA DIBALIK RUMUS CEPAT
Oleh : Diena Frentika
Pendidikan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Ujian Nasional sebagai instrumen evaluasi pendidikan Indonesia, sering kali dijadikan alasan tumbuh suburnya rumus cepat di Matematika. Tuntutan untuk bisa mengerjakan 40 soal pilihan ganda dalam waktu 120 menit, membuat siswa lebih mencintai rumus-rumus cepat. Begitupun dengan gurunya. Tak jarang yang mengajarkan rumus cepat pada siswanya sehingga megaburkan kaidah Matematika itu sendiri.
Menjelang musim Ujian Nasional tiba, banyak bimbel yang bersaing menawarkan rumus-rumus cepat. Sehingga semakin cepat rumus yang disuguhkan, semakin besar pula animo siswa terhadap bimbel tersebut. Begitupun dengan guru. Siswa akan lebih menyukai guru yang mampu memberikan trik-trik cepat dalam menyelesaiakan soal-soal matematika. Hal ini tidak menjadi masalah jika rumus cepat tersebut rasional dan sesuai dengan kaidah Matematika.
Penerapan rumus-rumus cepat, secara tidak langsung mengajarkan siswa untuk menyelesaikan permasalahan dalam waktu yang singkat. Hal ini baik, jika dimaknai secara baik pula. Namun jika tidak, maka siswa akan menjadi generasi yang berpikir instan. Semua serba instan. Termasuk kaya dalam waktu yang singkat. Sehingga akan memunculkan benih-benih koruptor sejak dini. Selain itu, juga akan membentuk generasi yang malas. Malas untuk berusaha, malas untuk berpikir, dan malas untuk memahami sejarah.