• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV Analisis Hasil Penelitian. Tabel IV.1 Alih Fungsi Lahan Sawah di Wilayah Kajian Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Bab IV Analisis Hasil Penelitian. Tabel IV.1 Alih Fungsi Lahan Sawah di Wilayah Kajian Tahun"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Bab IV Analisis Hasil Penelitian

Secara umum, bab ini akan mengkaji mengenai alih fungsi lahan sawah menjadi penggunaan non sawah di wilayah Pantai Utara jawa Barat. Kemudian hubungan antara jumlah penduduk dengan luas sawah dan hubungan antara luas lahan sawah dengan produksi padi dan pemodelan prediksi pencadangan kebutuhan beras.

IV.1 Analisis Alih Fungsi Lahan Sawah

Hasil pengolahan data dengan melakukan tumpang susun antara peta penggunaan lahan tahun 1998 dengan tahun 2006 didapat peta alih fungsi lahan tahun 1998- 2006 selanjutnya dibuat turunan petanya yaitu peta alih fungsi lahan sawah tahun 1998-2006 untuk mendapatkan alih fungsi lahan sawah dengan metode reklasifikasi. Alih fungsi lahan yang terjadi di wilayah Kajian sebagaimana terlihat pada tabel IV.1 sebagai berikut :

Tabel IV.1 Alih Fungsi Lahan Sawah di Wilayah Kajian Tahun 1998-2006

Industri (Ha)

Kebun (Ha)

Lahan terbuka

(Ha)

Padang (Ha)

Perairan darat (Ha)

Permukiman/

Perkampung an (Ha)

Tegalan/

Ladang (Ha)

Jumlah (Ha)

Bekasi 127.912,77 82.280,81 45,47 1.029,18 0,05 1.074,01 587,40 6.602,51 1.205,18 10.543,81 Karawang 192.102,19 114.506,20 1,96 898,59 - 922,27 1.227,75 2.927,43 993,08 6.971,09 Subang 217.314,80 95.877,34 2,70 7.349,80 - 1.362,45 363,14 3.743,27 1.961,36 14.782,73 Indramayu 209.613,35 139.545,54 0,18 2.930,98 - 916,83 1.466,11 10.872,18 2.287,33 18.473,60 Cirebon 110.064,00 71.736,35 24,60 13.284,92 15,42 1.012,00 632,31 7.247,00 2.748,61 24.964,86 Jumlah 857.007,11 503.946,24 74,92 25.493,47 15,48 5.287,57 4.276,70 31.392,39 9.195,56 75.736,09 Kabupaten

Luas Wilayah

(Ha)

Luas Sawah Tahun 1998

(Ha)

Alih Fungsi Lahan Sawah Tahun 1998-2006 Menjadi

Dari tabel IV.1 terlihat bahwa luas sawah terbesar di Kabupaten Indramayu seluas 139.545,54 Ha atau 66,57% dari luas wilayah dan luas sawah terkecil di Kabupaten Cirebon seluas 71.736,35 atau 65,18% dari luas wilayah. Alih fungsi lahan sawah yang terjadi diwilayah kajian selama kurun waktu 1998-2006 terbesar di Kabupaten Cirebon seluas 24.964,86 Ha atau 34,80% dari luas sawah sebelumnya dan yang terkecil di Kabupaten Karawang seluas 6.971,09 Ha atau 6,09% dari luas sawah sebelumnya. Jenis alih fungsi lahan sawah yang terjadi

(2)

paling besar adalah sawah menjadi kebun seluas 13.284,92 Ha terjadi di Kabupaten Cirebon dan yang paling kecil adalah sawah menjadi lahan terbuka seluas 0,05 Ha terjadi di Kabupaten Bekasi.

Selama kurun waktu tahun 1998 sampai dengan tahun 2006 di wilayah kajian telah terjadi alih fungsi lahan sawah yaitu seluas 75.736,09 Ha, dengan luas sawah tahun 1998 seluas 503.947,24 Ha pengurangannya mencapai 15,03% selama delapan tahun atau rata-rata 1,88% pertahun. Dengan asumsi hasil sensus pertanian tahun 2003 menunjukan hasil yang cukup mengejutkan pengurangan luas sawah akibat alih fungsi lahan rata-rata 2,42% pertahun (Irawan, 2005) dan berdasarkan Undang-Undang nomor 26 tahun 2007 ingin mempertahankan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk ketahanan pangan, maka alih fungsi lahan sawah yang terjadi untuk wilayah kajian rata-rata 1,88% pertahun merupakan hal yang sangat mengkhawatirkan dan diperkirakan alih fungsi lahan sawah akan terus terjadi. Dalam beberapa hal alih fungsi lahan sawah bersifat dilematis ini disebabkan karena pertumbuhaan penduduk dan pertumbuhan kegiatan ekonomi memerlukan jumlah lahan non pertanian yang mencukupi.

Namun demikian, pertumbuhan jumlah penduduk juga memerlukan penyediaan bahan pangan yang lebih besar yang berarti lahan sawah juga lebih luas.

Dari hasil overlay antara peta kepadatan penduduk dengan peta alih fngsi lahan sawah yang hasilnya terlihat pada lampiran Q, R, S T dan U. Untuk Kabupaten Bekasi kecamatan dengan kepadatan penduduk terpadat yaitu Kecamatan Tambun Selatan 4.525 jiwa/Km2 terjadi alih fungsi lahan sawah menjadi pemukiman terbanyak seluas 534,81 Ha, sementara kecamatan dengan kepadatan penduduk tidak padat yaitu Kecamatan Muaragembong 274 jiwa/Km2 terjadi alih fungsi lahan sawah menjadi pemukiman paling sedikit seluas 106,80 Ha.

Kabupaten Karawang kecamatan dengan kepadatan penduduk terpadat yaitu Kecamatan Majalaya 2.219 jiwa/Km2 terjadi alih fungsi lahan sawah menjadi pemukiman terbanyak seluas 278,42 Ha, sementara kecamatan dengan kepadatan penduduk tidak padat yaitu Kecamatan Ciampel 296 jiwa/Km2 terjadi alih fungsi

(3)

lahan sawah menjadi pemukiman seluas 39,27 Ha. Alih fungsi lahan sawah menjadi pemukiman paling sedikit seluas 25,21 Ha terjadi di Kecamatan Tirtajaya dengan kepadatan penduduk 866 jiwa/Km2.

Kabupaten Subang kecamatan dengan kepadatan penduduk terpadat yaitu Kecamatan Subang 1.962 jiwa/Km2 terjadi alih fungsi lahan sawah menjadi pemukiman terbanyak seluas 453,68 Ha, sementara kecamatan dengan kepadatan penduduk tidak padat yaitu Kecamatan Legonkulon 249 jiwa/Km2 terjadi alih fungsi lahan sawah menjadi pemukiman seluas 174,76 Ha. Alih fungsi lahan sawah menjadi pemukiman paling sedikit seluas 6,00 Ha terjadi di Kecamatan Purwadadi dengan kepadatan penduduk 656 jiwa/Km2.

Kabupaten Indramayu kecamatan dengan kepadatan penduduk terpadat yaitu Kecamatan Indramayu 1.923 jiwa/Km2 terjadi alih fungsi lahan sawah menjadi pemukiman seluas 495,78 Ha, alih fungsi lahan sawah menjadi pemukiman terbanyak seluas 661,74 Ha di Kecamatan Juntinyuat dengan kepadatan penduduk 1.476 jiwa/Km2. Sementara kecamatan dengan kepadatan penduduk tidak padat yaitu Kecamatan Pasekan 310 jiwa/Km2 terjadi alih fungsi lahan sawah menjadi pemukiman paling sedikit seluas 121,55 Ha.

Kabupaten Cirebon kecamatan dengan kepadatan penduduk terpadat yaitu Kecamatan Weru 7.572 jiwa/Km2 terjadi alih fungsi lahan sawah menjadi pemukiman seluas 138,33 Ha, alih fungsi lahan sawah menjadi pemukiman terbanyak seluas 580,95 Ha di Kecamatan Klangenan dengan kepadatan penduduk 2.372 jiwa/Km2. Sementara kecamatan dengan kepadatan penduduk tidak padat yaitu Kecamatan Pasaleman 524 jiwa/Km2 terjadi alih fungsi lahan sawah menjadi pemukiman 185,54 Ha. Alalih fungsi lahan sawah menjadi pemukiman paling sedikit 59,41 Ha terjadi di Kecamatan Waled dengan kepadatan penduduk 2.013 jiwa/Km2.

Persoalan alih fungsi lahan sawah sangat rumit sehingga upaya pemecahannya tidak mungkin dilakukan secara parsial, diperlukan pendekatan yang menyeluruh

(4)

dengan melibatkan pihak terkait secara aktif. Berbagai kebijaksanaan yang berkaitan dengan masalah pengendalian alih fungsi lahan sawah sudah banyak dibuat, beberapa peraturan perundangan yang berkenaan dengan hal tersebut antara lain :

- Undang-Undang nomor 26 tahun 2007, Penataan ruang kawasan perdesaan diarahkan untuk pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk ketahanan pangan. Dalam undang-undang ini terdapat sanksi administratif dan sanksi pidana bagi setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

- Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 53 tahun 1989, pembangunan kawasan industri tidak boleh mengkonversi sawah irigasi teknis/lahan pertanian subur.

- Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 33 tahun 1990, pelarangan pemberian ijin perubahan fungsi lahan basah dan pengairan beririgasi bagi pembangunan kawasan industri.

- SE MNA/Ka. BPN 410-1851/1994, pencegahan penggunaan lahan sawah beririgasi teknis untuk penggunaan non pertanian melalui penyusunan rencana tata ruang.

- SE MNA/Ka. BPN 410-2261/1994, ijin lokasi tidak boleh mengkonversi sawah irigasi teknis.

- SE Ka. Bappenas 5334/MK/1994, pelarangan konversi lahan sawah irigasi teknis untuk non pertanian.

- SE Ka. Bappenas 5335/MK/1994, penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota melarang konversi lahan sawah irigasi teknis untuk non pertanian.

- SE Mendagri 474/4263/SJ/1994, mempertahankan sawah irigasi teknis untuk mendukung swasembada pangan

- SE MNA/Ka. BPN 460-1594/1996, mencegah konversi lahan sawah irigasi teknis menjadi lahan kering.

Peraturan perundangan tersebut dalam pelaksanaannya tidak efektif karena tidak didukung oleh data dan sikap proaktif yang memadai, seharusnya dapat

(5)

dilaksanakan dalam upaya pengendalian alih fungsi lahan sawah agar tidak terus terjadi.

Dengan terjadinya alih fungsi lahan sawah maka diperlukan upaya langkah- langkah pengendalian, dimana pengendalian mengandung makna melakukan sesuatu tindakan tertentu agar proses, hasil dan akibat yang terjadi sesuai dengan yang diharapkan. Upaya melakukan pengendalian dilakukan beberapa pendekatan yaitu :

1) melakukan identifikasi permasalahan empiris yang terkait dengan penyebab, pola, dan dampak alih fungsi lahan sawah. Dengan alasan bahwa setelah diketahui penyebab, pola dan dampak terjadinya alih fungsi lahan sawah maka dapat dilakukan upaya pencegahan dengan menekan penyebabnya, menghentikan pola yang terjadi dan mengurangi dampak negatif terjadinya alih fungsi lahan sawah.

2) Regulasi, pemerintah menetapkan aturan dalam pemanfaatan lahan yang ada, berdasarkan pertimbangan teknis, ekonomis dan sosial. Selain itu diperlukan mekanisme perizinan yang jelas dan transparan dengan melibatkan semua stakeholder yang ada dalam proses alih fungsi lahan. Dengan alasan bahwa pemerintah telah membuat peraturan perundangan yang berkenaan dengan alih fungsi lahan sawah, hal ini seharusnya dalam pelaksanaannya dilakukan secara tegas tanpa kompromi yaitu mencegah terjadinya alih fungsi lahan sawah dan tetap mempertahankan lahan sawah yang ada dan disertai sanksi yang tegas.

3) incentive and charges, pemberian subsidi (insentif) kepada petani yang dapat meningkatkan kualitas lahan yang dimilikinya, serta penerapan pajak yang menarik bagi yang mempertahankan keberadaan lahan pertanian. Dengan alasan bahwa adanya insentif dan penerapan pajak yang menarik bagi petani diharapkan dapat mempertahankan lahan sawahnya sehingga tidak tertarik untuk melakukan alih fugsi dan menjual lahan sawahnya yang mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan sawah.

(6)

Pengendalian alih fungsi lahan sawah sangat perlu dilakukan, disamping itu terhadap lahan sawah yang sudah terjadi alih fungsi seharusnya dilakukan upaya penggantian lahan sawah di daerah lain yang cocok dilihat dari aspek fisik lahan, sosial dan ekonomi. Pengantian lahan sawah ini diterapkan dengan melakukan pencetakan sawah baru, namun hal ini memerlukan biaya yang sangat tinggi.

Sehingga pencetakan sawah baru ini menjadi alternatif yang terakhir dengan tetap mengutamakan upaya pencegahan terjadinya alih fungsi lahan sawah melalui pengendalian alih fungsi lahan sawah.

Peranan Badan Pertanahan Nasional (BPN) dalam pengendalian alih fungsi lahan sawah salah satunya adalah dalam rangka pemberian ijin lokasi. Melalui Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota diminta pertimbangan dalam rangka pemberian ijin lokasi yaitu dengan membuat pertimbangan teknis penatagunaan tanah yang juga turut dalam rapat koordinasi pemberian ijin lokasi. Dalam hal ini peranan BPN dalam pengendalian alih fungsi lahan sawah bisa mencegah terjadinya alih fungsi lahan sawah dengan tidak memberikan rekomendasi dalam pertimbangan teknis penatagunaan tanahnya. Selain itu dalam penyusunan neraca penggunaan lahan yang dibuat memperhatikan lahan sawah agar tetap dapat dipertahankan fungsinya.

IV.2 Hubungan antara Jumlah Penduduk, Luas Sawah dan Produksi Padi Data jumlah penduduk, luas lahan sawah dan jumlah produksi padi seperti pada tabel lampiran K dan L. Untuk mengetahui korelasi masing-masing variabel maka dilakukan melalui analisis statistik yaitu metode korelasi dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment, yang perhitungannya dilakukan dengan bantuan SPSS 11.5 for Windows. Pengujian korelasi dilakukan utuk masing- masing kabupaten di wilayah kajian.

IV.2.1. Data Tahun 1998

Kabupaten Bekasi dengan hasil perhitungan analisis korelasi antara jumlah penduduk, luas sawah dan produksi padi adalah seperti pada tabel IV.2 sebagai berikut :

(7)

Tabel IV.2 Hasil Perhitungan Korelasi Kabupaten Bekasi Data Tahun 1998

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Luas Sawah

(Ha)

Jumlah Produksi

Padi (Ton) Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Pearson Correlation 1 ,001 -,134

Sig. (2-tailed) . ,998 ,634

N 15 15 15

Luas Sawah (Ha)

Pearson Correlation ,001 1 ,636**

Sig. (2-tailed) ,998 . ,011

N 15 15 15

Jumlah Produksi Padi (Ton)

Pearson Correlation -,134 ,636** 1

Sig. (2-tailed) ,634 ,011 .

N 15 15 15

* Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Untuk pengujian koefisien korelasi Pearson Product Moment dengan perumusan hipotesis statistiknya adalah :

1. H0 : ρ = 0 : tidak ada hubungan antara jumlah penduduk dengan luas lahan sawah

Ha : ρ ≠ 0 : ada hubungan antara jumlah penduduk dengan luas lahan sawah 2. H0 : ρ = 0 : tidak ada hubungan antara luas lahan sawah dengan produksi padi

Ha : ρ ≠ 0 : ada hubungan antara luas lahan sawah dengan produksi padi maka digunakan uji-t dengan pengujian t hitung dengan t tabel, sebagai berikut : 1. Untuk korelasi antara variabel jumlah penduduk dengan luas sawah t hitung =

0,004 < t tabel = 1,771 dengan α = 0,05 uji satu pihak, maka H0 diterima. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara jumlah penduduk dengan luas sawah.

2. Untuk korelasi antara variabel luas sawah dengan produksi padi t hitung = 2,972 > t tabel = 1,771 dengan α = 0,05 uji satu pihak, maka H0 ditolak. Hal ini berarti ada hubungan antara luas sawah dengan produksi padi.

Untuk melihat interpretasi yang lebih lengkap dari koefisien korelasi (r) maka dilakukan melalui koefisen determinasi yang merupakan kuadrat dari koefisen korelasi besarnya prosentase perubahan pada Y yang bisa diterangkan oleh X melalui hubungan linier Y dan X atau d = r2xy. Setelah dilakukan pengujian hipotesis dan hasil signifikannya, untuk melihat interpretasi yang lebih lengkap

(8)

dari koefisien korelasi (r) maka dilakukan melalui koefisien determinasi dengan hasil perhitungan sebagai berikut :

1. Untuk korelasi variabel antara jumlah penduduk dengan luas sawah karena H0

diterima artinya tidak ada hubungan antara jumlah penduduk dengan luas sawah, maka tidak perlu dilakukan interpretasi.

2. Untuk korelasi variabel antara luas sawah dengan produksi padi d = 0,404496 artinya bahwa varian yang terjadi pada produksi padi 40,45% dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada luas sawah, sisanya 59,551% dijelaskan oleh variabel lain. Hubungan antara luas sawah dengan produksi padi mempunyai hubungan yang moderat.

Kabupaten Karawang dengan hasil perhitungan analisis korelasi antara jumlah penduduk, luas sawah dan produksi padi adalah seperti pada tabel IV.3 sebagai berikut :

Tabel IV.3 Hasil Perhitungan Korelasi Kabupaten Karawang Data Tahun 1998

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Luas Sawah

(Ha)

Jumlah Produksi

Padi (Ton) Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Pearson Correlation 1 ,451* ,471*

Sig. (2-tailed) . ,061 ,048

N 18 18 18

Luas Sawah (Ha)

Pearson Correlation ,451 1 ,901**

Sig. (2-tailed) ,061 . ,000

N 18 18 18

Jumlah Produksi Padi (Ton)

Pearson Correlation ,471* ,901** 1

Sig. (2-tailed) ,048 ,000 .

N 18 18 18

* Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Untuk pengujian koefisien korelasi digunakan uji-t dengan pengujian t hitung dengan t tabel, sebagai berikut :

1. Untuk korelasi antara variabel jumlah penduduk dengan luas sawah t hitung = 2,021 > t tabel = 1,746 dengan α = 0,05 uji satu pihak, maka H0 ditolak. Hal ini berarti ada hubungan antara jumlah penduduk dengan luas sawah.

(9)

2. Untuk korelasi antara variabel luas sawah dengan produksi padi t hitung = 8,308 > t tabel = 1,746 dengan α = 0,05 uji satu pihak, maka H0 ditolak. Hal ini berarti ada hubungan antara luas sawah dengan produksi padi.

Untuk melihat interpretasi yang lebih lengkap dari koefisien korelasi (r) maka dilakukan melalui koefisen determinasi dengan hasil perhitungan sebagai berikut : 1. Untuk korelasi variabel antara jumlah penduduk dengan luas sawah d =

0,203401 artinya bahwa varian yang terjadi pada luas sawah 20,34% dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada jumlah penduduk, sisanya 79,66%

dijelaskan oleh variabel lain. Hubungan antara jumlah penduduk dengan luas sawah mempunyai hubungan yang moderat.

2. Untuk korelasi variabel antara luas sawah dengan produksi padi d = 0,811801 artinya bahwa varian yang terjadi pada produksi padi 81,18% dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada luas sawah, sisanya 18,82% dijelaskan oleh variabel lain. Hubungan antara luas sawah dengan produksi padi mempunyai hubungan yang sangat erat.

Kabupaten Subang dengan hasil perhitungan analisis korelasi antara jumlah penduduk, luas sawah dan produksi padi adalah seperti pada tabel IV.4 sebagai berikut :

Tabel IV.4 Hasil Perhitungan Korelasi Kabupaten Subang Data Tahun 1998

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Luas Sawah

(Ha)

Jumlah Produksi

Padi (Ton) Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Pearson Correlation 1 ,620** ,636**

Sig. (2-tailed) . ,004 ,003

N 20 20 20

Luas Sawah (Ha)

Pearson Correlation ,620** 1 ,918**

Sig. (2-tailed) ,004 . ,000

N 20 20 20

Jumlah Produksi Padi (Ton)

Pearson Correlation ,636** ,918** 1

Sig. (2-tailed) ,003 ,000 .

N 20 20 20

** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

(10)

Untuk pengujian koefisien korelasi digunakan uji-t dengan pengujian t hitung dengan t tabel, sebagai berikut :

1. Untuk korelasi antara variabel jumlah penduduk dengan luas sawah t hitung = 3,353 > t tabel = 1,734 dengan α = 0,05 uji satu pihak, maka H0 ditolak. Hal ini berarti ada hubungan antara jumlah penduduk dengan luas sawah.

2. Untuk korelasi antara variabel luas sawah dengan produksi padi t hitung = 9,821 > t tabel = 1,734 dengan α = 0,05 uji satu pihak, maka H0 ditolak. Hal ini berarti ada hubungan antara luas sawah dengan produksi padi.

Untuk melihat interpretasi yang lebih lengkap dari koefisien korelasi (r) maka dilakukan melalui koefisen determinasi dengan hasil perhitungan sebagai berikut : 1. Untuk korelasi variabel antara jumlah penduduk dengan luas sawah d =

0,3844 artinya bahwa varian yang terjadi pada luas sawah 38,44% dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada jumlah penduduk, sisanya 61,56%

dijelaskan oleh variabel lain. Hubungan antara jumlah penduduk dengan luas sawah mempunyai hubungan yang moderat.

2. Untuk korelasi variabel antara luas sawah dengan produksi padi d = 0,842724 artinya bahwa varian yang terjadi pada produksi padi 84,27% dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada luas sawah, sisanya 15,73% dijelaskan oleh variabel lain. Hubungan antara luas sawah dengan produksi padi mempunyai hubungan yang sangat erat.

Kabupaten Indramayu dengan hasil perhitungan analisis korelasi antara jumlah penduduk, luas sawah dan produksi padi adalah seperti pada tabel IV.5 sebagai berikut :

(11)

Tabel IV.5 Hasil Perhitungan Korelasi Kabupaten Indramayu Data Tahun 1998

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Luas Sawah

(Ha)

Jumlah Produksi

Padi (Ton) Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Pearson Correlation 1 ,521** ,393*

Sig. (2-tailed) . ,013 ,071

N 22 22 22

Luas Sawah (Ha)

Pearson Correlation ,521** 1 ,718**

Sig. (2-tailed) ,013 . ,000

N 22 22 22

Jumlah Produksi Padi (Ton)

Pearson Correlation ,393* ,718** 1

Sig. (2-tailed) ,071 ,000 .

N 22 22 22

* Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Untuk pengujian koefisien korelasi digunakan uji-t dengan pengujian t hitung dengan t tabel, sebagai berikut :

1. Untuk korelasi antara variabel jumlah penduduk dengan luas sawah t hitung = 2,730 > t tabel = 1,725 dengan α = 0,05 uji satu pihak, maka H0 ditolak. Hal ini berarti ada hubungan antara jumlah penduduk dengan luas sawah.

2. Untuk korelasi antara variabel luas sawah dengan produksi padi t hitung = 1,911 > t tabel = 1,725 dengan α = 0,05 uji satu pihak, maka H0 ditolak. Hal ini berarti ada hubungan antara luas sawah dengan produksi padi.

Untuk melihat interpretasi yang lebih lengkap dari koefisien korelasi (r) maka dilakukan melalui koefisen determinasi dengan hasil perhitungan sebagai berikut : 1. Untuk korelasi variabel antara jumlah penduduk dengan luas sawah d =

0,2711441 artinya bahwa varian yang terjadi pada luas sawah 27,14% dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada jumlah penduduk, sisanya 72,86%

dijelaskan oleh variabel lain. Hubungan antara jumlah penduduk dengan luas sawah mempunyai hubungan yang moderat.

2. Untuk korelasi variabel antara luas sawah dengan produksi padi d = 0,154449 artinya bahwa varian yang terjadi pada produksi padi 15,44% dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada luas sawah, sisanya 84,56% dijelaskan oleh

(12)

variabel lain. Hubungan antara luas sawah dengan produksi padi mempunyai hubungan yang tidak erat.

Kabupaten Cirebon dengan hasil perhitungan analisis korelasi antara jumlah penduduk, luas sawah dan produksi padi adalah seperti pada tabel IV.6 sebagai berikut :

Tabel IV.6 Hasil Perhitungan Korelasi Kabupaten Cirebon Data Tahun 1998

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Luas Sawah

(Ha)

Jumlah Produksi

Padi (Ton) Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Pearson Correlation 1 ,439* ,240

Sig. (2-tailed) . ,036 ,270

N 23 23 23

Luas Sawah (Ha)

Pearson Correlation ,439* 1 ,785**

Sig. (2-tailed) ,036 . ,000

N 23 23 23

Jumlah Produksi Padi (Ton)

Pearson Correlation ,240 ,785** 1

Sig. (2-tailed) ,270 ,000 .

N 23 23 23

* Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Untuk pengujian koefisien korelasi digunakan uji-t dengan pengujian t hitung dengan t tabel, sebagai berikut :

1. Untuk korelasi antara variabel jumlah penduduk dengan luas sawah t hitung = 2,239 > t tabel = 1,721 dengan α = 0,05 uji satu pihak, maka H0 ditolak. Hal ini berarti ada hubungan antara jumlah penduduk dengan luas sawah.

2. Untuk korelasi antara variabel luas sawah dengan produksi padi t hitung = 5,807 > t tabel = 1,721 dengan α = 0,05 uji satu pihak, maka H0 ditolak. Hal ini berarti ada hubungan antara luas sawah dengan produksi padi.

Untuk melihat interpretasi yang lebih lengkap dari koefisien korelasi (r) maka dilakukan melalui koefisen determinasi dengan hasil perhitungan sebagai berikut :

(13)

1. Untuk korelasi variabel antara jumlah penduduk dengan luas sawah d = 0,192721 artinya bahwa varian yang terjadi pada luas sawah 19,27% dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada jumlah penduduk, sisanya 80,73%

dijelaskan oleh variabel lain. Hubungan antara jumlah penduduk dengan luas sawah mempunyai hubungan yang moderat.

2. Untuk korelasi variabel antara luas sawah dengan produksi padi d = 0,616225 artinya bahwa varian yang terjadi pada produksi padi 61,62% dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada luas sawah, sisanya 38,38% dijelaskan oleh variabel lain. Hubungan antara luas sawah dengan produksi padi mempunyai hubungan yang erat.

IV.2.2. Data Tahun 2006

Hasil perhitungan analisis korelasi antara jumlah penduduk, luas sawah dan produksi padi untuk masing-masing kabupaten di wilayah kajian adalah sebagai berikut :

Kabupaten Bekasi dengan hasil perhitungan analisis korelasi antara jumlah penduduk, luas sawah dan produksi padi adalah seperti pada tabel IV.7 sebagai berikut :

Tabel IV.7 Hasil Perhitungan Korelasi Kabupaten Bekasi Data Tahun 2006

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Luas Sawah

(Ha)

Jumlah Produksi

Padi (Ton) Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Pearson Correlation 1 -,330 -,299

Sig. (2-tailed) . ,124 ,166

N 23 23 23

Luas Sawah (Ha)

Pearson Correlation -,330 1 ,860**

Sig. (2-tailed) ,124 . ,000

N 23 23 23

Jumlah Produksi Padi (Ton)

Pearson Correlation -,299 ,860** 1

Sig. (2-tailed) ,166 ,000 .

N 23 23 23

** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

(14)

Untuk pengujian koefisien korelasi digunakan uji-t dengan pengujian t hitung dengan t tabel, sebagai berikut :

1. Untuk korelasi antara variabel jumlah penduduk dengan luas sawah t hitung = -1,602 < t tabel = 1,721 dengan α = 0,05 uji satu pihak, maka H0 diterima. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara jumlah penduduk dengan luas sawah.

2. Untuk korelasi antara variabel luas sawah dengan produksi padi t hitung = 7,723 > t tabel = 1,721 dengan α = 0,05 uji satu pihak, maka H0 ditolak. Hal ini berarti ada hubungan antara luas sawah dengan produksi padi.

Untuk melihat interpretasi yang lebih lengkap dari koefisien korelasi (r) maka dilakukan melalui koefisen determinasi dengan hasil perhitungan sebagai berikut : 1. Untuk korelasi variabel antara jumlah penduduk dengan luas sawah karena H0

diterima artinya tidak ada hubungan antara jumlah penduduk dengan luas sawah, maka tidak perlu dilakukan interpretasi.

2. Untuk korelasi variabel antara luas sawah dengan produksi padi d = 0,7396 artinya bahwa varian yang terjadi pada produksi padi 73,96% dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada luas sawah, sisanya 26,04% dijelaskan oleh variabel lain. Hubungan antara luas sawah dengan produksi padi mempunyai hubungan yang erat.

Kabupaten Karawang dengan hasil perhitungan analisis korelasi antara jumlah penduduk, luas sawah dan produksi padi adalah seperti pada tabel IV.8 sebagai berikut :

(15)

Tabel IV.8 Hasil Perhitungan Korelasi Kabupaten Karawang Data Tahun 2006

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Luas Sawah

(Ha)

Jumlah Produksi

Padi (Ton) Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Pearson Correlation 1 -,147 -,138

Sig. (2-tailed) . ,437 ,466

N 30 30 30

Luas Sawah (Ha)

Pearson Correlation -,147 1 ,873**

Sig. (2-tailed) ,437 . ,000

N 30 30 30

Jumlah Produksi Padi (Ton)

Pearson Correlation -,138 ,873** 1

Sig. (2-tailed) ,466 ,000 .

N 30 30 30

** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Untuk pengujian koefisien korelasi digunakan uji-t dengan pengujian t hitung dengan t tabel, sebagai berikut :

1. Untuk korelasi antara variabel jumlah penduduk dengan luas sawah t hitung = -0,786 < t tabel = 1,721 dengan α = 0,05 uji satu pihak, maka H0 diterima. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara jumlah penduduk dengan luas sawah.

2. Untuk korelasi antara variabel luas sawah dengan produksi padi t hitung = 9,472 > t tabel = 1,721 dengan α = 0,05 uji satu pihak, maka H0 ditolak. Hal ini berarti ada hubungan antara luas sawah dengan produksi padi.

Untuk melihat interpretasi yang lebih lengkap dari koefisien korelasi (r) maka dilakukan melalui koefisen determinasi dengan hasil perhitungan sebagai berikut : 1. Untuk korelasi variabel antara jumlah penduduk dengan luas sawah karena H0

diterima artinya tidak ada hubungan antara jumlah penduduk dengan luas sawah, maka tidak perlu dilakukan interpretasi.

2. Untuk korelasi variabel antara luas sawah dengan produksi padi d = 0,762129 artinya bahwa varian yang terjadi pada produksi padi 76,21% dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada luas sawah, sisanya 23,79% dijelaskan oleh variabel lain. Hubungan antara luas sawah dengan produksi padi mempunyai hubungan yang erat.

(16)

Kabupaten Subang dengan hasil perhitungan analisis korelasi antara jumlah penduduk, luas sawah dan produksi padi adalah seperti pada tabel IV.9 sebagai berikut :

Tabel IV.9 Hasil Perhitungan Korelasi Kabupaten Subang Data Tahun 2006

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Luas Sawah

(Ha)

Jumlah Produksi

Padi (Ton) Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Pearson Correlation 1 ,489* ,482*

Sig. (2-tailed) . ,021 ,023

N 22 22 22

Luas Sawah (Ha)

Pearson Correlation ,489* 1 ,937**

Sig. (2-tailed) ,021 . ,000

N 22 22 22

Jumlah Produksi Padi (Ton)

Pearson Correlation ,482* ,937** 1

Sig. (2-tailed) ,023 ,000 .

N 22 22 22

* Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

** Correlation is significant at the 0.01 level 1-tailed).

Untuk pengujian koefisien korelasi digunakan uji-t dengan pengujian t hitung dengan t tabel, sebagai berikut :

1. Untuk korelasi antara variabel jumlah penduduk dengan luas sawah t hitung = 2,507 > t tabel = 1,725 dengan α = 0,05 uji satu pihak, maka H0 ditolak. Hal ini berarti ada hubungan antara jumlah penduduk dengan luas sawah.

2. Untuk korelasi antara variabel luas sawah dengan produksi padi t hitung = 11,996 > t tabel = 1,725 dengan α = 0,05 uji satu pihak, maka H0 ditolak. Hal ini berarti ada hubungan antara luas sawah dengan produksi padi.

Untuk melihat interpretasi yang lebih lengkap dari koefisien korelasi (r) maka dilakukan melalui koefisen determinasi dengan hasil perhitungan sebagai berikut : 1. Untuk korelasi variabel antara jumlah penduduk dengan luas sawah d =

0,239121 artinya bahwa varian yang terjadi pada luas sawah 23,91% dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada jumlah penduduk, sisanya 76,09%

dijelaskan oleh variabel lain. Hubungan antara jumlah penduduk dengan luas sawah mempunyai hubungan yang moderat.

(17)

2. Untuk korelasi variabel antara luas sawah dengan produksi padi d = 0,877969 artinya bahwa varian yang terjadi pada produksi padi 87,80% dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada luas sawah, sisanya 12,20% dijelaskan oleh variabel lain. Hubungan antara luas sawah dengan produksi padi mempunyai hubungan yang sangat erat.

Kabupaten Indramayu dengan hasil perhitungan analisis korelasi antara jumlah penduduk, luas sawah dan produksi padi adalah seperti pada tabel IV.10 sebagai berikut :

Tabel IV.10 Hasil Perhitungan Korelasi Kabupaten Indramayu Data Tahun 2006

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Luas Sawah

(Ha)

Jumlah Produksi

Padi (Ton) Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Pearson Correlation 1 ,488** ,333*

Sig. (2-tailed) . ,005 ,067

N 31 31 31

Luas Sawah (Ha)

Pearson Correlation ,488** 1 ,808**

Sig. (2-tailed) ,005 . ,000

N 31 31 31

Jumlah Produksi Padi (Ton)

Pearson Correlation ,333* ,808** 1

Sig. (2-tailed) ,067 ,000 .

N 31 31 31

** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

* Correlation is significant at the 0.05 level (1 -tailed).

Untuk pengujian koefisien korelasi digunakan uji-t dengan pengujian t hitung dengan t tabel, sebagai berikut :

1. Untuk korelasi antara variabel jumlah penduduk dengan luas sawah t hitung = 3,011 > t tabel = 1,699 dengan α = 0,05 uji satu pihak, maka H0 ditolak. Hal ini berarti ada hubungan antara jumlah penduduk dengan luas sawah.

2. Untuk korelasi antara variabel luas sawah dengan produksi padi t hitung = 7,385 > t tabel = 1,699 dengan α = 0,05 uji satu pihak, maka H0 ditolak. Hal ini berarti ada hubungan antara luas sawah dengan produksi padi.

(18)

Untuk melihat interpretasi yang lebih lengkap dari koefisien korelasi (r) maka dilakukan melalui koefisen determinasi dengan hasil perhitungan sebagai berikut : 1. Untuk korelasi variabel antara jumlah penduduk dengan luas sawah d =

0,238144 artinya bahwa varian yang terjadi pada luas sawah 23,81% dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada jumlah penduduk, sisanya 76,19%

dijelaskan oleh variabel lain. Hubungan antara jumlah penduduk dengan luas sawah mempunyai hubungan yang moderat.

2. Untuk korelasi variabel antara luas sawah dengan produksi padi d = 0,652864 artinya bahwa varian yang terjadi pada produksi padi 65,28% dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada luas sawah, sisanya 34,71% dijelaskan oleh variabel lain. Hubungan antara luas sawah dengan produksi padi mempunyai hubungan yang erat.

Kabupaten Cirebon dengan hasil perhitungan analisis korelasi antara jumlah penduduk, luas sawah dan produksi padi adalah seperti pada tabel IV.11 sebagai berikut :

Tabel IV.11 Hasil Perhitungan Korelasi Kabupaten Cirebon Data Tahun 2006

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Luas Sawah

(Ha)

Jumlah Produksi

Padi (Ton) Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Pearson Correlation 1 ,463** ,453**

Sig. (2-tailed) . ,004 ,005

N 37 37 37

Luas Sawah (Ha)

Pearson Correlation ,463** 1 ,835**

Sig. (2-tailed) ,004 . ,000

N 37 37 37

Jumlah Produksi Padi (Ton)

Pearson Correlation ,453** ,835** 1

Sig. (2-tailed) ,005 ,000 .

N 37 37 37

** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Untuk pengujian koefisien korelasi digunakan uji-t dengan pengujian t hitung dengan t tabel, sebagai berikut :

(19)

1. Untuk korelasi antara variabel jumlah penduduk dengan luas sawah t hitung = 3,090 > t tabel = 1,690 dengan α = 0,05 uji satu pihak, maka H0 ditolak. Hal ini berarti ada hubungan antara jumlah penduduk dengan luas sawah.

2. Untuk korelasi antara variabel luas sawah dengan produksi padi t hitung = 8,978 > t tabel = 1,690 dengan α = 0,05 uji satu pihak, maka H0 ditolak. Hal ini berarti ada hubungan antara luas sawah dengan produksi padi.

Untuk melihat interpretasi yang lebih lengkap dari koefisien korelasi (r) maka dilakukan melalui koefisen determinasi dengan hasil perhitungan sebagai berikut : 1. Untuk korelasi variabel antara jumlah penduduk dengan luas sawah d =

0,214369 artinya bahwa varian yang terjadi pada luas sawah 21,44% dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada jumlah penduduk, sisanya 78,56%

dijelaskan oleh variabel lain. Hubungan antara jumlah penduduk dengan luas sawah mempunyai hubungan yang moderat.

2. Untuk korelasi variabel antara luas sawah dengan produksi padi d = 0,697225 artinya bahwa varian yang terjadi pada produksi padi 69,72% dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada luas sawah, sisanya 30,28% dijelaskan oleh variabel lain. Hubungan antara luas sawah dengan produksi padi mempunyai hubungan yang erat.

IV.3 Analisis Pemodelan Prediksi Pencadangan Kebutuhan Beras

Dari hasil simulasi seperti pada tabel III.8 pada bab sebelumnya terlihat bahwa pencadangan beras dari tahun ke tahun semakin menurun dengan rata-rata pengurangannya setiap tahun 3,84%, sehingga pada titik tertentu akan terjadi defisit dalam pencadangan kebutuhan beras. Hasil Simulasi yang dibuat dilakukan validasi berdasarkan data pada tabel III.9 pada bab sebelumnya, dengan hasil validasi seperti pada tabel IV.12 sebagai berikut :

(20)

Tabel IV.12 Validasi Hasil Simulasi dengan Kondisi Berdasarkan Data Wilayah Kajian

Total Konsumsi Beras (Ton)

Jumlah Produksi Beras

(Ton)

PencadanganK ebutuhan Beras (Ton)

Total Konsumsi Beras (Ton)

Jumlah Produksi Beras

(Ton)

PencadanganK ebutuhan Beras (Ton)

Total Konsumsi Beras (Ton)

Jumlah Produksi Beras (Ton)

Pencadangan Kebutuhan Beras (Ton)

1998 556.158,33 2.479.083,78 1.922.925,45 - - - - - -

1999 649.135,91 2.531.906,36 1.882.770,46 - - - - - -

2000 745.664,08 2.584.648,43 1.838.984,35 - - - - - -

2001 845.742,85 2.637.309,97 1.791.567,12 - - - - - -

2002 949.372,21 2.689.890,99 1.740.518,78 981.361,00 2.709.212,58 1.727.851,58 -31.988,79 -19.321,59 12.667,20 2003 1.056.552,16 2.742.391,49 1.685.839,32 962.898,44 2.381.504,96 1.418.606,52 93.653,72 360.886,53 267.232,81 2004 1.167.282,72 2.794.811,46 1.627.528,75 1.243.753,56 2.947.730,77 1.703.977,20 -76.470,85 -152.919,30 -76.448,46 2005 1.281.563,87 2.847.150,92 1.565.587,05 1.268.975,78 2.936.302,73 1.667.326,95 12.588,08 -89.151,81 -101.739,89

2006 1.399.395,61 2.899.409,85 1.500.014,24 - - - - - -

2007 1.520.777,95 2.951.588,27 1.430.810,32 - - - - - -

2008 1.645.710,88 3.003.686,16 1.357.975,28 - - - - - -

2009 1.774.194,41 3.055.703,53 1.281.509,12 - - - - - -

2010 1.906.228,54 3.107.640,38 1.201.411,84 - - - - - -

Tahun

Hasil Simulasi Kondisi Berdasarkan Data Simpangan

Sumber Hasil Pengolahan Data

Dari tabel IV.12 di atas terlihat bahwa pencadangan kebutuhan beras rata-rata simpangannya adalah 2,25% dengan simpangan yang terbesar pada tahun 2003 sebanyak 267.232,81 ton/tahun atau 18,84% dan simpangan yang terkecil pada tahun 2002 sebanyak 12.667,20 ton/tahun atau 0,73%.

Berdasarkan hasil validasi dengan data yang diperoleh, kondisinya tidak sesuai dengan prediksi yang dilakukan dengan simulasi karena model dibangun hanya dengan menggunakan dua parameter yaitu prosentase pertumbuhan penduduk dan prosentase pertumbuhan produksi padi. Dengan memasukkan parameter- parameter tambahan seperti luas lahan sawah, faktor kekeringan, serangan Hama, bencana alam dan lain-lain model yang dibangun akan memberikan hasil yang mendekati kondisi nyata. Secara sederhana model ini dapat dijadikan dasar dalam memperkirakan proyeksi kebutuhan beras di masa yang akan datang.

Apabila model dijalankan unuk tahun 2021 dan 2022 maka didapat hasil sebagai berikut :

(21)

Tabel IV.13 Hasil Simulasi Prediksi Pencadangan Kebutuan Beras Wilayah Kajian Tahun 2021 dan 2022

Tahun

Total Konsumsi Beras (Ton)

Jumlah Produksi Beras (Ton)

Pencadangan Kebutuhan Beras (Ton) 2021 3.592.943,23 3.673.631,33 80.688,09 2022 3.767.584,51 3.724.601,92 -42.982,58

Sumber Hasil Pengolahan Data

Dari tabel IV.13 terlihat bahwa untuk tahun 2022 akan terjadi defisit pencadangan kebutuhan beras di wilayah kajian dimana jumlah produksi beras yang dihasilkan lebih kecil dibanding total konsumsi beras. Namun bila kita melihat perbandingan antara jumlah produksi padi nasional, wilayah kajian dan hasil simulasi model wilayah kajian seperti pada tabel IV.14 sebagai berikut :

Tabel IV.14 Perbandingan Jumlah Produksi Padi Nasional, Wilayah Kajian dan Hasil Simulasi Model Wilayah Kajian

Nasional Wilayah

Kajian %

Hasil Simulasi

Model Wilayah

Kajian

%

1998 46.483.000 3.724.865,62 8,01% 3.813.975,05 8,21%

1999 48.201.000 - - 3.895.240,56 8,08%

2000 49.207.000 - - 3.976.382,19 8,08%

2001 47.895.000 4.386.470,57 9,16% 4.057.399,95 8,47%

2002 48.899.000 4.168.019,35 8,52% 4.138.293,83 8,46%

2003 49.378.000 3.663.853,78 7,42% 4.219.063,82 8,54%

2004 51.446.000 4.534.970,41 8,82% 4.299.709,94 8,36%

Tahun

Jumlah Produksi Padi (Ton)

Sumber BPS dan Hasil Pengolahan Data

Dari tabel IV.14 terlihat bahwa jumlah produksi padi wilayah kajian dibanding produksi padi nasional rata-rata sebesar 8,39% dan jumlah produksi padi hasil simulasi model wilayah kajian dibanding produksi padi nasional rata-rata sebesar 8,31%.

Gambar

Tabel IV.1 Alih Fungsi Lahan Sawah di Wilayah Kajian Tahun 1998-2006
Tabel IV.2 Hasil Perhitungan Korelasi Kabupaten Bekasi Data Tahun 1998        Jumlah  Penduduk (Jiwa)  Luas  Sawah (Ha)  Jumlah  Produksi Padi (Ton)  Jumlah Penduduk  (Jiwa)     Pearson Correlation  1 ,001  -,134Sig
Tabel IV.3 Hasil Perhitungan Korelasi Kabupaten Karawang Data Tahun 1998
Tabel IV.4 Hasil Perhitungan Korelasi Kabupaten Subang Data Tahun 1998
+7

Referensi

Dokumen terkait

terdapat dalam ekstrak gambir, semakin tinggi konsentrasi senyawa katekin dalam matrik edible film maka semakin tinggi sifat antibakterinya dan keberadaan senyawa katekin

As shown in following screenshot, the node displays all the available passes, render layers and scenes present in the current rendered file.. Multiple Render Layers nodes can

Harapan ke depannya bagi Puskesmas X Kabupaten Kediri adalah, puskesmas membuat sebuah kebijakan prosedural dalam bentuk SOP analisis risiko dan keselamatan pasien

Melalui uji f, bauran pemasaran memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen dalam memilih Bandung Makuta Cake dengan F hitung

Hasil penelitian menujukan bahwa tidak semua dalam pemanfaatan sistem informasi manajemen memiliki peran terhadap pengambilan keputusan.Alasanya pertama penggunaan SIM

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, maka disarankan bagi semua guru maupun calon guru untuk. 1) Menerapkan pembelajaran kooperatif teknik team

nota retour, lalu kedua nota tersebut dibawa ke perusahaan roti dan di masukkan ke komputer oleh petugas administrasi, sedangkan untuk pendistribusian roti

Adapun Hornsby (Oktafiani et al., 2018) mentakrifkan disleksia sebagai bentuk kesulitan belajar membaca dan menulis terutama belajar mengeja (mengujar) secara betul