• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALTERNATIF INDUSTRI KREATIF BERBASIS BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ALTERNATIF INDUSTRI KREATIF BERBASIS BAHASA DAN SASTRA INDONESIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ALTERNATIF INDUSTRI KREATIF BERBASIS BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Hilda Hilaliyah Ahmad Khoiril Anam

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Indraprasta PGRI

hilda.unindra@gmail .com; chairilanam45@gmail.com

Abstrak; Perhatian masyarakat Indonesia, baik pada kalangan anak-anak, remaja, maupun dewasa, terhadap bahasa Indonesia rendah. Akan tetapi, perhatian masyarakat tentang perniagaan atau kewirausahaan cukup tinggi.Hal itu membuktikan bahwa perhatian masyarakat pada perniagaan lebih tinggi daripada bidang kebahasaan. Oleh karena itu, kesadaran dan perhatian masyarakat atas bahasa Indonesia perlu ditingkatkan. Sebagai upaya untuk meningkatkan perhatian masyarakat terhadap bahasa Indonesia penulis mencoba melakukan kolaborasi antara kedua hal tersebut, yaitu memanfaatkan kewirausahaan sebagai sarana untuk mempropagandakan nilai-nilai kebahasaan, khususnya bahasa Indonesia. Adapun bidang kewirausahaan yang dipilih adalah industri kreatif berbasis bahasa dan sastra. Industri kreatif berbasis bahasa dan sastra dapat berbentuk kaus, tas, stiker, topi, dan sweter yang di dalamnya berisi olah kata dan sastra. Olah kata tersebut dapat berupa kata baku dan tidak baku, kata bermotivasi, puisi, dan pantun. Alternatif tersebut dipilih sebagai salah satu bentuk usaha yang dapat dijadikan sarana untuk menyosialisaskan nilai-nilai bahasa dan sastra di dalamnya.Bahkan, dapat dijadikan sebagai salah satu industri kreatif yang dapat dikembangkan.Dengan demikian, alternatif industri kreatif berbasis bahasa dan sastra dirasakan sangat berpotensi menumbuhkan kesadaran masyarakat mencintai dan melestarikan bahasa Indonesia, terutama bagi penuturnya.

Kata kunci: Industri Kreatif, Bahasa, Sastra

Abstract; The attention of Indonesian societies, in which of children, teens, or adults, towards Indonesian language is in the low level. In the other hand, their attention to commerce and entrepreneurship issues tends to be high. It means that the attention towards commerce and entrepreneurship is higher than the one of language focus.

Hence, it is necessary to increase society's attention to get involved actively with Indonesian language. As an effort, the writer tries to collaborate between those two issues, that is, to benefit the entrepreneurship as a media to proclaim language values, particularly of Indonesian language. As for the chosen entrepreneurship is creative industry that has language and literature basis. These can be in the form of shirt, bag, sticker, hat, and sweater in which language and literature are involved. That language involvement can be released in formal and in informal varieties, motivated words, poetry, and poem. That alternative is selected as one of the efforts which can be employed as the media to socialize language and literature values. Moreover, it can be also employed as one of the creative industries which can be developed. Therefore, the alternative of language and literature used in creative industry seems to potentially increase society's consciousness as well as to live and to preserve Indonesian language, particularly for its interlocutor.

Key words: creative industry, language, literature

(2)

PENDAHULUAN

Perhatian masyarakat Indonesia, baik pada kalangan anak-anak, remaja, maupun dewasa, terhadap bahasa Indonesia sangat rendah. Akan tetapi, perhatian masyarakat tentang perniagaan atau kewirausahaan sangat tinggi.Hal itu membuktikan bahwa perhatian masyarakat pada perniagaan lebih tinggi daripada pada kebahasaan. Oleh karena itu, kesadaran dan perhatian masyarakat atas bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.

Di samping itu, perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia terdapat fenomena baru di bidang ekonomi, industri, usaha, teknologi, informasi, dan sebagainya.Fenomena itu merupakan tantangan bagi bidang-bidang lainnya, khususnya ilmu kebahasaan, dalam hal ini adalah bahasa Indonesia.Hal ini dapat dilakukan mengingat bahasa dapat masuk ke semua bidang ilmu dan semua sendi kehidupan, tak terkecuali bidang perekonomian industri kreatif.

Sebagai upaya untuk meningkatkan perhatian masyarakat terhadap bahasa Indonesia penulis mencoba melakukan kolaborasi antara kedua hal tersebut, yaitu memanfaatkan kewirausahaan sebagai sarana untuk mempropagandakan nilai-nilai kebahasaan, khususnya bahasa Indonesia. Adapun bidang kewirausahaan yang dipilih adalah industri kreatif berbasis bahasa dan sastra. Industri kreatif berbasis bahasa dan sastra dapat berbentuk kaus, tas, stiker, topi, dan sweter yang di dalamnya berisi olah kata dan sastra. Olah kata tersebut dapat berupa kata baku dan tidak baku, kata bermotivasi, puisi, dan pantun. Alternatif tersebut dipilih sebagai salah satu bentuk usaha yang dapat dijadikan sarana untuk menyosialisaskan nilai-nilai bahasa dan sastra di dalamnya.

Artikel ini bertujuan memberikan gambaran tentang alternatif bentuk usaha yang dapat dijadikan sarana untuk menyosialisaskan dan mempropagandakan nilai-nilai bahasa di dalamnya. Di samping itu, penikmat industri kreatif seperti kaus, tas, stiker, topi, dan sweter semancam ini didominasi oleh kaum remaja. Usia remaja merupakan tahapan usia yang haus akan ilmu pengetahuan. Selain itu, orang di berbagai usia akan lebih tertarik ketika membaca bacaan-bacaan dari media kreatif yang digunakan. Oleh karena itu, alternatif ini dirasa sangat berpotensi menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap bahasa Indonesia dengan memanfaatkan kewirausahaan.

Artikel ini bermanfaat untuk semua pihak, khususnya bidang kebahasaan, dalam hal ini bahasa Indonesia, dan bidang kewirausahaan, khususnya industri kreatif.Artikel ini secara tidak langsung memberikan alternatif bagi pengembang industri kreatif dan pengembang bahasa dalam menggerakkan dan memanfaatkan perkembangan perekonomian di Indonesia. Dengan demikian, industri kreaif berbasis bahasa Indonesia bermanfaat bagi perkembangan perekonomian serta pengembangan dan penyebaran bahasa Indonesia yang baik dan benar.

PEMBAHASAN

Kebangkitan Industri Kreatif Kebahasaan

Keterbukaan pasar bagi berbagai industri memberikan peluang kreativitas olah piker dan keterampilan untuk mencapai berbagai produk dalam upaya memasuki pasar terbuka pada tingkat nasional ataupun regional (Masarakat Ekonomi ASEAN).Di samping itu, kemudahan transportasi dan teknologi informasi serta media promosi serba cepat dan canggih pada era sekarang ini sungguh memberikan peluang besar bagi upaya penggalian dan pengembangan industri kreatif (Sugono dan Tasai, 2010). Penggalian berbagai potensi industri kreatif kebahasaan di berbagai ranah kehidupan bermasyarakat dan penggarapan berbagai potensi itu akan menjadi industri kreatif.

Selain sebagai basis industri kreatif, bahasa Indonesia juga mempunyai posisi sebagai medium dalam industri kreatif kebahasaan tersebut. Industri kreatif desain,

(3)

fotofrafi, musikl, pertunjukan, kerajinan, arsitektur, dan kuliner tidak berbasis bahasa Indonesia. Namun, bahasa Indonesia itu tetap memainkan perannya dalam proses olah pikir, rasa, imajinasi, dan renungan untuk memberikan nama, informasi, propmosi, atau iklan pada industrikreatif tersebut. Selain itu, merek dagang, usaha/jasa, bangunan, permukiman, petunjuk lalu lintas, wisata, dan graffiti tidak terlepas dari peran bahasa sebagai medium industri kreatif (Sugono, 2012).

Industri Kreatif Berbasis Bahasa

Masyarakat dalam kehidupan masa kini memerlukan media, seperti iklan (tulis, audio, dan audio visual), olah kata, papan nama, spanduk, petunjuk (lalu lintas, jalan, wisata), peringatan, imbauan untuk melancarkan tujuan industrinya. Semua itu disajikan dengan medium bahasa.Hal itu disebut industri kreatif berbasis bahasa Indonesia (Sugono, 2014: 6).

Industri kreatif berbasis bahasa dalam iklan mengalami perkembangan yang luar biasa, terutama iklan elektronik, baik televisi, radio, maupun internet.Kecerdasan memilih dan mengolah kata serta merangkai kata-kata sehingga terciptanya pesan promosi barang yang diiklankan merupakan aktivitas olah pikir dan kreativitas berbasis bahasa.Selain periklanan, ada juga industri kreatif berbasis bahasa lainnya, yaitu berupa olah kata.Industri ini betul-betul merupakan industri kreatif yang menjadikan bahasa sebagai basis kreativitas dalam memasyarakatkan, mengangkat, dan memberdayakan kearifan lokal untuk memotivasi, mendorong, mengkritik, mengingatkan, meminta, mengimbau, dan sebagainya dalam wujud ekspresi tertulis.Ekspresi tersebut dapat dituangkan pada kaus, topi, sandal, stiker, sweter, gantungan kunci, serta asesoris lainnya.

Sebagai contoh pada kaus, misalnya meletakan kata baku dan tidak baku, idiom, peribahasa, pantun, serta kutipan puisi di bagian depannya. Selain itu pada stiker, olah kata dapat dieksperikan dalam bentuk kebahasaan yang beraneka ragam, mulai dari kata baku dan tidak baku hingga pantun jenaka, begitu pula pada asesoris lainnya.

Berikut ini beberapa alternatif industri kreatif berbasis bahasa dan sastra yang dapat dikemas dengan berbagai produk.

1. Kaus Kata Baku

Gambar 1.Contoh altenatif kaus kata baku Sumber: https://tees.co.id/public/uploads/images

(4)

2. Kaus Berpantun

Gambar 2. Contoh altenatif kaus berpantun Sumber: Jurnal Desain Vol. 1 No.1 2013

(5)

3. Kaus Berpuisi

Gambar 3. Contoh altenatif kaus berpuisi Sumber:https://scontent-sjc2-1.cdninstagram.com

4. Kaus Motivasi

Gambar 4. Contoh altenatif kaus motivasi Sumber:https://3.bp.blogspot.com

(6)

5. Tas Berpantun

Gambar 5. Contoh altenatif tas berpantun Sumber:Jurnal Desain Vol. 01 No.01 2013 6. Stiker

Gambar 6. Contoh stiker berpantun Sumber: dokumentasi pribadi

Gambar 7. Contoh stiker berpantun Sumber: dokumentasi pribadi

(7)

7. Topi Berpantun

Gambar 8. Contoh altenatif topi berpantun Sumber: Jurnal Desain Vol. 01 No.01 2013 8. Sweter Berpantun

Gambar 9. Contoh altenatif sweter berpantun Sumber: Jurnal Desain Vol. 01 No. 01 2013

Industri Kreatif Berdaya Dukung Bahasa

Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahasanya, baik bahasa nasional/negara, maupun bahasa daerahnya. Selain kekayaan bahasa, negara kepulauan ini memiliki kergaman budaya.Dalam keragaman budaya itu tersimpan berbagai potensi untuk dijadikan industri kreatif.Industri dalam kategori ini meliputi alih bahasa dan alih media (Sugono, 2012).Industri alih bahasa mencakup penerjemahan dan sulih suara.

Pada pertemuan-pertemuan formal di Indonesia warga negara ataupun warga negara asing diharuskan untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya, sesuai dengan undang-undang yang mengatur kebahasaan. Dalam

(8)

pertemuan tersebut, tidak semua warga negara asing mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Hal ini membuktikan bahwa alih bahasa, dalam hal ini adalah layanan penerjemahan untuk peserta tersebut sangat dibutuhkan.Selain itu, pengumuman atau iformasi di tempat-tempat umum perlu disertai terjemahan bahasa asing, baik lisan maupun tulisan. Tentu peletakan bahasa Indonesia harus berada di atas bahasa asing tersebut. Begitu pula sebaliknya, semua produk luar negeri (bahasa asing) yang masuk ke wilayah Indonesia, perlu penerjemahan ke dalam bahasa Indonesia, baik informasi produk maupun petunjuk penggunaannya (Departemen Pendidikan Nasional, 2009).

Selain penerjemahan, industri kreatif berdaya dukung bahasa itu mencakup sulih suara. Penayangan film, sinetron, berita, dan bentuk lainnya yang menggunakan bahasa asing melalui media elektronik membutuhkan sulih suara ke dalam bahasa Indonesia atau minimum menyertakan teks tertulis di bagian bawah layar. Hal ini dilakukan agar masyarakan awam dapat memahami pesan dari film atau acara tersebut.Selain itu, industri kreatif, seperti mainan (basis kertas maupun elektronik) perlu digunakan sulih suara semacam ini juga.

Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Kebahasaan

Kegiatan industri kreatif berbasis bahasa Indonesia ataupun berdaya dukung bahasa Indonesia menggunakan tenaga kerja professional di sejumlah keahlian (perancang, tim kreatif, pemasaran, peneliti, penerjemah, penyulih suara, editor/penyunting), tenaga lapangan, dan sebagainya. Kebutuhan tenaga-tenaga professional di bidang-bidang itu melahirkan pusat-pusat pelatihan tenagaindustri kreatif tersebut.Selain itu, penggalian potensi dan pengembangan industri kretif tersebut memerlukan tenaga-tenaga praktisi sehingga diperlukan pusat-pusat pelatihan tenaga terampil di bidang-bidang tersebut.

Pertumbuhan dan perkembangan industri kreatif dapat menggerakkan pengusaha kecil dan menengah.Sementara itu, pengusaha besar ikut berpartisipasi sebagai pemodal ataupun sebagai penyuluh bagi industri kreatif tersebut.Selain menggerakkan ekonomi kelas bawah dan menengah, kebangkitan industri kreatif kebahasaan tersebut turut member kontribusi bagi pengenalan identitas bangsa, baik pada tingkat nasional—terutama generasi muda—maupun pada tingkat internasional (Sugono, 2012). Bagaimanapun kebangkitan industri kreatif tersebut digerakkan juga oleh kekuatan bahasa Indonesia di dalamnya.

Peran dan Kekuatan Bahasa Indonesia

Di Indonesia ada tiga kelompok bahasa yang saling terjalin, yaitu (1) bahasa nasional, (2) bahasa daerah, dan (3) bahasa asing (Alwi dan Sugono, 2000). Bahasa daerah dan bahasa asing berperan sebagai pemerkaya bahasa Indonesia itu sendiri. Sebagai bahasa ibu atau B-1, bahasa daerah turut membentuk keperibadian anak suku bangsa bagi sebagian besar penduduk Indonesia, sedangkan bahasa asing dimanfaatkan untuk sarana pergaulan dan akses dunia internasional (Sugono, 2010: 111—118).

Bahasa Indonesia, dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, memainkan peran sebagai sarana penguasaan ilmu, teknologi, dan seni, serta pemerkukuh rasa nasionalisme dan persatuan bangsa.Selain itu, dalam perjalanan sejarah kehidupan masyarakat Indonesia telah memainkan peran sejak masuknya Islam di Nusantara. Pedagang-pedagang muslim dari timur tengah menggunakan bahasa Indonesia (bahasa Melayu) sebagai bahasa pengantar mereka dengan masyarakat Indonesia.

Puncaknya, pengukuhan bahasa Indonesia terjadi pada peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 yang salah satu isi dari Sumpah Pemuda itu adalah pengukuhan terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan negara Indonesia.

(9)

Kekuatan Bahasa Indonesia dalam Industri Kreatif

Pascakemerdekaan, bahasa Indonesia makin memainkan peran strategis.

Penempatan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara telah menjadikan bahasaIndonesia memasuki berbagai ranah kehidupan kebangsaan. Penggunaan bahasa Indonesia tidak hanya dalam menjalankan pemerintahan, tetapi juga telah meluas ke berbagai ranah kehidupan, antara lain dalam organisasi politik, perhubungan nasional, pergaulan antaretnis, perdagangan, dan perindustrian (Sugono, 2005). Pemerian merek dagang, nama usaha, tempat perdagangan, nama industri, nama produk, dan lain sebagainya menggunakan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia dalam berbagai ranah kehidupan itu telah membangkitkan rasa kebanggaan sebagai identitas kebangsaan satu kesatuan dengan kemerdekaan bangsa Indonesia (Sugono, 2012).

Kekuatan bahasa Indonesia sangat memengaruhi kehiduoan masyarakat dalam bertutur kata dan bertindak.Peribahasa sekalih kayu dayung, dua tiga pulau terlampaui dan sambil menyelam minum air mengingatkan masyarakat untuk berlaku efisien dan efektif dalam setiap menjalani aktivitas.Sementara itu, sikap kehati-hatian dapat dilihat pada berkata pelihara lidah, berjalan pelihara kaki. Sikap kehati-hatian itu dalam bertutur kata bertujuan agar tidak salah atau tidak menyinggung perasaan orang lain dan dalam berbuat agar tidak salah dalam melangkah. Sikap kecermatan dalam berbuat atau dalam melakukan sesuatu tampak pada peribahasa biar lambat, asal selamat.Sikap kehatian-hatian itu tidak mengutamakan keterlambatan, melainkan mengutamakan ketercapaian kehendak.Oleh karena itu, ungkapan bahasa jawa alon-alon waton kelakon, aja kliwat lebih tepat karena mengutamakan ketercapaian kehendak walaupun memakan waktu yang lebih lama.Namun, diingatkan aja kliwat, jangan pula terlalu cepat sehingga terlewat dari sasaran yang seharusnya dicapai. Masih dalam bahasa Jawa, ungkapan aja mung nyatur alaning liyan,

‘jangan hanya membicarakan kejelekan orang lain’ member peringatan tentang kebiasaan membicarakan kekurangan atau kejelekan orang lain (Sugono, 2008).

Kekuatan bahasa dalam membentuk sikap bijak tersebut menjadi perhatian tim kreatif oleh kata sebagai bentuk alternatif industri kreatif. Kami memanfaatkan kekuatan bahasa untuk memengaruhi masyarakat agar menjani kehidupan ini dengan menjaga hubungan dengan sesama dan hubungan dengan Tuhan Sang Pencipta.Industri kreatif olah kata mengangkat kearifan lokal ang tersimpan di masyarakat ke dalam kehidupan kekinian, tertama di kalangan muda. Hal ini dibuktikan pada pemanfaatkan indutri kreatif oleh kata yang memanfaatkan kaus oblong, topi, tas, stiker, gantungan kunci dan lain sebagainya (Sugono, 2010). Sasaran ditujukan kepada kaum muda karena merekalah pelaku kehidupan banhsa ini ke depan.

Pembelajaran peribahasa Indonesia sejak abad lalu tidak membawa hasil maksimal karena ungkapan-ungkapan tersebut hanya dilafalkan bedasarkan susunan kalimat dan artinya dalam sebuah buku pelajaran, buka diterapkan pada kehidupan sehari-hari.Tanpa disadari para pemakai kaus oblong dari industri kreatif, unsur kebahasaan telah mengingatkan orang yang membaca untuk melakukan kebaikan dan menjauhi larangan.

Memberikan ilmu kebahasaan berupa kata baku dan tidak baku, diksi, pantun, puisi, dan unsure kebahasaan lainnya merupakan salah satu dari perbuatan baik dan pastinya bermanfaat untuk orang lain. Seseorang yang menjalankan dan mengamalkan kebaikan dan bermanfaat bagi orang lain akan terkembang DNA positif pada dirinya. Sebaliknya sesorang yang melakukan kejahatan akan terkembang DNA negative pada dirinya (Murakami, 2012).

(10)

PENUTUP

Kehidupan masyarakat Indonesia memiliki berbagai potensi besar di bidang industri kreatif.Bahasa Indonesia memiliki peranan penting, baik sebagai unsur utama maupun sebagai meduimnya saja. Oleh karena itu, pemilihan industri kreatif berbasis bahasa Indonesia sangat perlu dilakukan mengingat peluangnya sangat besar. Selain itu, nilai-nilai kebaikan yang terkandung di dalamnya pun sangat banyak.Penggarapan potensi industri kreatif berbasis bahasa ini dilakukan melalui gerakan kolaborasi lembaga pengelola kebahasaan dengan para pengusaha industri kreatif di tanah air. Industri kreatif kebahasaan sangat strategis dimanfaatkan sebagai medium pemasyarakatan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Dengan demikian, keberhasilan semua itu turut menggerakan ekonomi masyarakat kelas bawah dan kelas menengah.

Sebagai insan yang berkecimpung di dalam ilmu kebahasaan, khususnya bahasa Indonesia, penulis berharap kepada semua pihak untuk memanfaatkan industri kreatif sebagai sarana untuk menyampaikan ilmunya masing-masing, baik dalam bidang sains, sosial, seni, maupun bidang kebahasaan. Mengingat kebangkitan indsutri kreatif di zaman sekarang sangat pesat.Oleh karena itu pemanfaatan industri semacam ini terbuka lebar untuk bidang ilmu apapun.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dan Dendy Sugono. 2000. Politik Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa.

Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Undang-Undang No. 24 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.

Mega dan Nurhablisyah. 2013. “Memopulerkan Pantun Betawi Melalui Produk Distro”

Jurnal DesainVol. 01 No.01 2013: 45-60

Murakami, Kazuo. 2012. Misteri DNA. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sugono, Dendy. 2012. “Pengembangan Industri Kreatif Daya Dukung Bahasa”. Seminar Pengembang Industri Kreatif Berbasis Media, Teknologi dan Iptek, Yogyakarta.

Sugono, Dendy. 2012. “Pengembangan Industri Kreatif Fisik dan Nonfisik. Seminar”.

Seminar Pengembang Industri Kreatif, Yogyakarta, 19—20 November 2012.

Sugono, Dendy. 2011. “The Language Attitude of Border People Insular Riau, West Kalimantan, East Kalimantan, North Sulawesi, and the Eastern Sunda Island”.

Wacana, Volume 13, No. 1 April 2011, hlm. 166—184.

Sugono, Dendy dan Amran Tasai. 2010. Peribahasa Indonesia: Kearifan Lokal Budaya Bangsa. Jakarta: Pusat Bahasa.

Sugono, Dendy. 2010. “Pemertahanan Bahasa Nusantara”. Seminar Nasional Pascasarjana Universitas Diponogoro, Semarang, 6 Mei 2010.

Sugono, Dendy. 2010. “Arah Pengembangan Bahasa Indonesia”. Kandai, Jurnal Bahasa dan Sastra, Volume 6.No. 2.Hlm. 111—118. Kendari: Bahasa Sulawesi Tenggara.

Sugono, Dendy. 2010. “Industri Olah Kata Joger: PMDN dan PMA”. Jakarta: Pusat bahasa.

Sugono, Dendy. 2008. “Olah Kata Dagadu: Industri Kebahasaan”. Jakarta: Pusat Bahasa.

Sugono, Dendy. 2005. “Membangun Identitas Bangsa Melalui Bahasa dan Sastra Indonesia”. Seminar Nasional Bahasa dan Sastra, Jakarta, 30 Maret 2005.

https://tees.co.id/public/uploads/imagesdiunduh 18 Juli 2017 https://scontent-sjc2-1.cdninstagram.com diunduh 19 Juli 2017 https://3.bp.blogspot.com diunduh 19 Juli 2017

Gambar

Gambar 1.Contoh altenatif kaus kata baku  Sumber: https://tees.co.id/public/uploads/images
Gambar 2. Contoh altenatif kaus berpantun  Sumber: Jurnal Desain Vol. 1 No.1 2013
Gambar 3. Contoh altenatif kaus berpuisi  Sumber:https://scontent-sjc2-1.cdninstagram.com
Gambar 5. Contoh altenatif tas berpantun  Sumber:Jurnal Desain Vol. 01 No.01 2013  6.  Stiker
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data-data tersebut gaya bahasa retoris dan kiasan dalam novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye layak untuk dijadikan alternatif bahan ajar sastra Indonesia di

Sastra anak adalah karya imajinatif dalam bentuk bahasa yang berisi pengalaman, perasaan dan pikiran anak yang khusus ditijukan bagi anak-anak, ditulis oleh pengarang.

Di dalam usaha mewujudkan jati diri budaya bangsa, khususnya bahasa dan sastra, kita harus menempatkan bahasa dan sastra Indonesia, juga bahasa dan sastra daerah, pada posisi

: Mata Kuliah Sastra kontemporer merupakan salah satu mata kuliah pilihan pada program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Setelah mengikuti perkuliahan ini,

Berdasarkan data-data tersebut gaya bahasa retoris dan kiasan dalam novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye layak untuk dijadikan alternatif bahan ajar sastra Indonesia di

Bahasa dan Sastra Indonesia V 2015 SPI 4105 Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia 3 Putri Kumala Dewi, S.Pd., M.Pd./ Nia Budiana, M.Pd.. Bahasa dan Sastra Indonesia V 2015

Bahasa dan Sastra Indonesia Special Edition: Lalonget IV Halaman: 311—320 311 GHÂNCARAN: JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Hal tersebut sangat relevan dengan dunia pendidikan bahasa dan sastra Indonesia terutama dalam mewujudkan pembelajaran yang kreatif di era digital seperti sekarang ini.. Di dalam