• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU PENGGUNAAN DAN PERAWATAN KELAMBU LLINs PADA MASYARAKAT DAERAH ENDEMIS MALARIA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERILAKU PENGGUNAAN DAN PERAWATAN KELAMBU LLINs PADA MASYARAKAT DAERAH ENDEMIS MALARIA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU PENGGUNAAN DAN PERAWATAN KELAMBU LLINs PADA MASYARAKAT DAERAH ENDEMIS MALARIA

KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN

Diana Andriyani Pratamawati, Siti Alfiah, Widiarti

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Jl. Hasanudin No.123 Salatiga 50721, Jawa Tengah, Indonesia

Email : pratamawati@gmail.com

, Siti Alfiah, Widiarti

BEHAVIORAL AND TREATMENT LLINs IN THE ENDEMIC MALARIA REGIONAL COMMUNITY LEBAK DISTRICT BANTEN PROVINCE

Naskah masuk: 15 September 2017 Revisi I: 03 Oktober 2017 Revisi II: 24 November 2017 Naskah diterima: 24 Mei 2018

Abstrak

Efektivitas kelambu berinsektisida yang dipercaya dapat menurunkan prevalensi malaria dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dalam penggunaannya, seperti cara memasang dan mencuci, disamping lama pemakaian.

Perilaku masyarakat dapat berbeda di setiap wilayah sehubungan dengan budaya, kultur dan suku/etnis sebagai faktor predisposisi. Tujuan penelitian ini menggambarkan perilaku masyarakat dalam penggunaan dan perawatan kelambu berinsektisida (LLINs), meliputi penerimaan, penggunaan, pencucian dan partisipasi dalam perawatan LLINs (pelestarian program). Desain penelitian ini observasional dengan rancangan cross sectional. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner dan panduan observasi kelambu. Sampel penelitian adalah masyarakat yang memiliki kelambu berinsektisida di Kabupaten Lebak (Banten) sebanyak 81 responden. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan responden tentang penggunaan kelambu pada kategori “cukup” (70,4%), dengan mayoritas bersikap “mendukung” penggunaan kelambu (65,4%), dan perilaku penggunaan kelambu yang tergolong “baik” (58%). Hasil observasi kelambu juga memperlihatkan sebagian besar responden memasang kelambu baik di seluruh tempat tidur yang dimiliki maupun sebagian dari tempat tidur yang dimiliki. Pengetahuan penggunaan kelambu responden belum maksimal serta dalam pemakaian kelambu berinsektisida LLINs pada sebagian kecil responden mengeluhkan panas dan gerah, sehingga diperlukan evaluasi kegiatan sosialisasi manfaat dan cara pemasangan serta perawatan kelambu berinsektisida LLINs yang telah dilakukan.

Kata Kunci : LLINs, Perilaku, Perawatan

Abstract

The effectiveness of insecticide-treated nets are believed to reduce the prevalence of malaria is influenced by the behavior of people in their use, such as how to install and wash, in addition to duration of use. People’s behavior can be different in each region with respect to culture, culture and ethnicity as a predisposing factor.

The purpose of this study is to describe the behavior of people in the use of insecticide-treated nets (LLINs), such as the acceptance, use, washing and participation in the care of LLINs (program preservation).

The study design was observational cross-sectional design. The instrument of this research is questionnaire and observation guidance of mosquito net. Samples are people with insecticide-treated nets in Lebak regency (Banten) were 81 respondents. Data were analyzed by descriptive. The results showed the level of knowledge about the use of mosquito nets in the category of “enough“ (70,4 %) , with the majority being “ support “ the use of mosquito nets (65,4 %), and the practise of the use of mosquito nets were classified as “ good “ (58 %).

The results also show the observation nets most respondents installing netting around the bed either owned or

(2)

partially owned the bed. Knowledge of the use of mosquito nets is not maximal and in the use of insecticide treated nets LLINs in a small number of respondents complained of heat and stifling, so it is necessary to evaluate the benefits of socialization activities and how to install and care of insecticide treated nets LLINs that have been done.

Keywords : Mosquito nets , LLINs , Behavior

PENDAHULUAN

Malaria masih menjadi masalah kesehatan di indonesia. Kondisi ini disebabkan karena adanya vektor yang dapat menularkan malaria dan resistensi obat serta insektisida yang digunakan dalam pengendalian vektor.

Oleh karena itu, malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi sasaran prioritas komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs).

Eliminasi malaria di indonesia dimulai sejak tahun 2007 dan dikuatkan dengan dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) Menkes no. 293 Tahun 2009. Berbagai upaya aplikasi pengendalian malaria dilakukan di berbagai daerah, seperti pembagian kelambu berinsektisida untuk penduduk berisiko, penyemprotan rumah dengan insektisida (Indoor Residual Spraying) dan larvasida.

Pengendalian malaria juga dilakukan dengan surveilan penderita dan pengobatan yang tepat menggunakan Artemisinin-based Combination Therapy (ACT) serta pengobatan pencegahan pada ibu hamil. Upaya ini dilaksanakan dengan berbagai sumber dana, baik dari pemerintah maupun non pemerintah seperti The Global Fund to Fight AiDS, Tuberculosis and Malaria/GFATM (Kementerian Kesehatan RI, 2011)

Global Fund pada tahun 2009 membagikan kelambu berinsektisida ke 16 provinsi. Penggunaan kelambu berinsektisida pada balita merupakan salah satu indikator malaria dalam MDGs. Cakupan kelambu di indonesia merupakan tiga terendah di negara SEARO (Laihad, F.J., Harijanto, P., Poespoprodjo, 2011). Pemakaian kelambu berinsektisida dilaporkan dapat menurunkan prevalensi malaria dan parasitemia pada balita di daerah endemis (Sharma, S.K., Tyagi, P.K., Upadhyay, A.K., Haque, M.A., Mohanty, S.S., Raghavendra, K., Dash, A.P., 2009).

Efektivitas kelambu berinsektisida dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dalam penggunaannya, seperti cara memasang dan mencuci, disamping lama pemakaian (Marchand, 2001; Nurmaliani, Rizki ., Reni Oktarina., Maya Arisanti., dan Desy Asyati., 2016;

WHO Bangladesh., 2016). Perilaku masyarakat dapat berbeda di setiap wilayah sehubungan dengan budaya, kultur dan suku/etnis, hal ini sebagai faktor predisposisi (notoatmodjo, 2003).

Long-Lasting Insecticide-treated Nets (LLins) adalah kelambu insektisida-tahan lama yang mempertahankan tingkat insektisida efektif selama minimal tiga tahun, bahkan setelah pencucian berulang (CDC, 2014). Skema Evaluasi Pestisida WHO (WHOPES) telah memberikan persetujuan penuh atau interim kepada 15 dari LLins ini untuk digunakan dalam pencegahan malaria (WHO, 2017). Kelambu berinsektisida rekomendasi WHO sebelum LLINs adalah Insecticide-treated bed nets (iTn). namun iTn ini membutuhkan perawatan berkala dengan bahan kimia mahal. Hasil penelitian Achrya (2015) menunjukkan LLins lebih efektif dalam membunuh nyamuk dibandingkan dengan iTn. Bahkan setelah dicuci, LLins mempertahankan tingkat efektivitas dan lebih efektif dalam mengurangi Man Hour Density (MHD) nyamuk dibandingkan dengan ITN (Acharya &

Acharya, 2015). LLins tidak memerlukan perawatan ulang seperti iTn. World Health Organization (WHO) merekomendasikan LLins karena terbukti dapat menurunkan kasus malaria secara signifikan di negara- negara di mana program malaria telah mencapai cakupan LLINs yang tinggi, bahkan sejak tahun 2014 WHO juga merekomendasikan bahwa LLins didistribusikan ke semua orang (cakupan universal) di daerah malaria, tidak hanya oleh kelompok yang paling rentan: wanita hamil dan anak-anak di bawah 5 tahun (WHO, 2017).

Menurut WHO (2007) kelambu berinsektisida LLINs memiliki daya bunuh yang telah distandarkan tahan 20 kali pencucian (dalam kondisi laboratorium) dan untuk pemakaian oleh masyarakat, dipersyaratkan minimum tahan selama tiga tahun (WHO Management, 2007).

Berdasarkan rekomendasi WHO, tiap jenis (merk) kelambu LLins mengandung bahan aktif insektisida berbeda seperti :deltametrin, permetrin dan alfa- sipermetrin. Kelambu berinsektisida / LLins dengan bahan polyester direkomendasikan dapat digunakan hingga 3-4 tahun, sedangkan polyethylene 4-5 tahun, selain itu cara pemakaian dan pencucian kelambu dapat mengurangi kandungan insektisida, sehingga menurunkan efektivitas dalam mengendalikan nyamuk vektor dan dampaknya dapat mempercepat proses resistensi terhadap insektisida (WHO, 2017; WHO

(3)

HQ, 2017). Penggunaan dan pembagian kelambu berinsektisida dalam rangka pengendalian malaria telah dilakukan di beberapa daerah endemis malaria di indonesia, tetapi malaria masih menjadi masalah, sehingga perlu diketahui perilaku masyarakat (meliputi pengetahun, sikap, perilaku) dalam perawatan kelambu berinsektisida (LLins) yang dapat berpengaruh pada efektivitas kelambu LLins terhadap nyamuk vektor malaria.

Kelambu berinsektisida (LLins) dapat efektif membunuh nyamuk, apabila pemasangan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut (Tri Boewono, Damar., Siti Alfiiah., 2013; Kementerian Kesehatan RI, 2017) :

1) Kelambu LLins dikeluarkan dari bungkus plastik. Sebelum dipasang, sebaiknya diangin- anginkan terlebih dahulu di tempat teduh (terhindar dari sinar matahari langsung) selama satu hari semalam.

2) Kelambu LLins dipasang dengan mengikatkan keempat tali kelambu pada tiang tempat tidur, atau pada paku di dinding

3) Waktu tidur, seluruh bagian bawah LLins dimasukkan (dilipat) di bawah kasur atau tikar, sehingga tidak ada peluang nyamuk masuk ke dalam kelambu.

4) Kelambu digunakan pada waktu tidur setiap malam sepanjang tahun, tidak hanya pada saat ada gangguan nyamuk saja.

5) Kelambu LLins harus dirawat dan diperiksa, apabila ada lubang atau robek, segera dijahit dan dipasang lagi.

6) Kelambu kotor karena debu, dapat dicuci oleh masyarakat setiap 2-3 bulan sekali.

Selain pemasangan yang benar, kelambu LLins juga akan tetap efektif apabila cara pencucian kelambu dilakukan dengan benar. Berdasarkan standar efektifitas perawatan kelambu berinsektisida LLinS, cara pencucian kelambu yang benar antara lain (Tri Boewono, Damar., Siti Alfiiah., 2013) :

1. Mencuci dengan menggunakan detergen, tidak boleh dikucek, disikat, atau digosok-gosok (sabun batangan tidak boleh digunakan, karena mengandung soda kadar tinggi).

2. Pencucian kelambu ukuran keluarga (luas ± 19 m2), diperlukan air ± 1 liter, dengan detergen 2 gram/liter.

3. Kelambu dimasukkan ke dalam ember berisi larutan detergen (tidak boleh direndam), kemudian dicelupkan berulang kali, sampai kotoran dirasa hilang.

4. Kelambu LLins, tidak boleh dicuci menggunakan mesin cuci.

5. Kelambu dibilas menggunakan air bersih sebanyak tiga kali.

6. Air bekas cucian kelambu tidak boleh dibuang ke kolam ikan atau parit dan sungai yang airnya untuk pemeliharaan ikan.

7. Air bekas cucian kelambu LLins, sebaiknya dibuang di lubang galian tanah, kedalaman 0,5 meter dan jauh dari sumber air.

8. Kelambu setelah dicuci, tidak boleh diperas, cukup ditiriskan saja

9. Kelambu dikeringkan ditempat teduh (terlindung dari sinar matahari langsung) 10. Kelambu LLins dirawat dengan baik, supaya

tidak cepat robek diikat atau digulung apabila tidak digunakan.

11. Merokok atau menyalakan api dekat kelambu LLins, sangat dilarang karena LLins beresiko mudah terbakar.

12. Kelambu LLins dapat dicelup ulang setelah pemakaian selama tiga tahun, oleh petugas puskesmas atau kader yang sudah terlatih.

Penggunaan kelambu berinsektisida efektif mencegah penularan malaria apabila perilaku vektor dan masyarakat, serta lingkungan memungkinkan yaitu cakupan penggunaan >80% penduduk di lokasi aplikasi, daerah endemis, penduduk menggunakan kelambu berinsektisida (waktu tidur) secara benar, penduduk tidak mempunyai kebiasaan berada di luar rumah (malam hari), perilaku vektor mencari darah malam hari pada umumnya di dalam rumah dan puncak aktivitas menggigit tidak pada sore hari, kelambu berinsektisida (LLins) digunakan oleh masyarakat harus berkualitas dan terbuat dari bahan tidak mudah koyak, sehingga efektif minimal tiga tahun, penduduk bertanggungjawab terhadap perawatan kelambu seperti : menjahit apabila koyak, mencuci secara teratur tiga bulan sekali, serta mengeringkan dengan cara benar (ditempat teduh/

terlindung dari sinar matahari langsung) (Tri Boewono, Damar., Siti Alfiiah., 2013).

informasi merupakan salah satu sumber utama dari knowledge (pengetahuan) yang menjadi salah satu strategi dalam perubahan perilaku pada bagian fasilitasi (penyediaan sarana dan prasarana). Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak di luar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan.(Pratiwi, ninik Lely., Oedoyo Soedirman., 2017). Tindakan nyata ditentukan salah satunya oleh sikap. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 2007). informasi

(4)

yang diperoleh seseorang melalui promosi kesehatan secara tidak langsung menimbulkan paksaan untuk mengikuti karena dengan informasi tersebut masyarakat dapat mengetahui ancaman penyakit yang ditimbulkan jika tidak mengikuti pola perilaku sehat yang disarankan.

Sehingga adanya informasi yang dibutuhkan mengenai penggunaan kelambu LLins diharapkan akan mampu memberdayakan masyarakat secara mandiri dalam penggunaan dan perawatan kelambu (Pratiwi, ninik Lely., Oedoyo Soedirman., 2017).

Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan perilaku masyarakat (meliputi pengetahuan, sikap, perilaku) dalam perawatan kelambu berinsektisida (LLins), meliputi penerimaan, penggunaan, pencucian dan partisipasi dalam pengadaan LLins pengganti (pelestarian program).

BAHAN DAN CARA

Desain penelitian ini observasional dengan rancangan cross sectional. Lokasi yang dipilih adalah lokasi dengan kasus malaria tertinggi di Kabupaten Lebak dan mendapat pembagian kelambu LLins dari Dinas Kesehatan setempat. Lokasi penelitian berada di empat desa yang dibagikan kelambu LLins oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak antara lain Desa Bayah Barat, Desa Darmasari, dan Desa Bayah Timur, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak Provinsi Banten.

Populasi penelitian yaitu masyarakat yang rumahnya menerima kelambu berinsektisida (LLins) berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak Provinsi Banten selama rentang waktu 3 tahun (2010-2013).

Jumlah sampel penduduk yang diwawancara dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus Lemeshow, et al. (1990) dan Murti (2006)(Lwanga, S.K., 2000;

Murti, 2006). Hasil perhitungan didapatkan jumlah sampel minimal penduduk setiap kabupaten adalah 81 penduduk. Kriteria inklusi sampel penduduk yang diwawancara adalah penduduk yang berumur di atas 15 tahun dan tinggal di lokasi penelitian. Sedangkan kriteria esklusinya adalah penduduk tidak sehat rohani.

instrumen penelitian berupa wawancara dengan kuesioner terstruktur diserta lembar observasi kelambu.

Kuesioner terstruktur yang digunakan meliputi identitas responden dan riwayat malaria (21 item), pengetahuan (8 item), sikap (10 item) dan perilaku (10 item) dalam penggunaan kelambu berinsektisida (LLins), serta lembar observasi kelambu LLins (11 item) yang menggambarkan kelambu LLins (keadaan kelambu LLins, asal diperoleh, waktu diperoleh, nama kelambu (merk), dipasang atau tidak, cara pemasangannya, cara pencucian dan cara penjemuran).

Tingkat pengetahuan responden diukur melalui delapan item variabel pertanyaan pengetahuan seputar kelambu berinsektsida meliputi pernah mendengar kelambu berinsektisida dapat mencegah penyakit malaria, tujuan dibagikannya kelambu berinsektisida, cara kerja LLins dalam mencegah malaria, waktu pemakaian LLins yang efektif mencegah malaria , mengetahui cara menggunakan kelambu berinsektisida dengan benar, cara pencucian dan penjemuran yang benar, frekuensi pencucian LLins dan lama kelambu berinsektisida LLins masih efektif.

Sedangkan untuk pengukuran variabel sikap juga meliputi sepuluh item pertanyaan dengan jawaban setuju/tidak setuju/tidak tahu antara lain masyarakat dapat mencegah tertular malaria dengan cara tidur menggunakan kelambu berinsektisida, penggunaan kelambu berinsektisida sangat efektif mencegah penularan malaria, kelambu berinsektisida tidak boleh dicuci supaya tidak rusak, kelambu berinsektisida sulit dipasang ditempat tidur, penggunaan kelambu berinsektisida menyebabkan gerah dan susah tidur, kelambu berinsektisida harus dijemur di panas matahari setelah dicuci agar dapat membunuh nyamuk, kelambu berinsektisida LLins dapat digunakan selama lebih dari 3 tahun, kelambu berinsektisida dapat dibeli ditoko/pasar bebas, pengendalian dan pencegahan malaria merupakan tanggung jawab pemerintah saja, pencegahan malaria dengan kelambu berinsektisida sulit dilakukan.

Untuk pengukuran variabel perilaku/praktik pennggunaan dan perawatan kelambu meliputi sepuluh item pertanyaan antara lain biasa tidur menggunakan kelambu berinsektisida LLins setiap malam, seluruh anggota keluarga biasa tidur menggunakan kelambu berinsektisida setiap malam, darimana mendapat kelambu berinsektisida, pernah mendapatkan informasi/

penyuluhan tentang penggunaan kelambu berinsektisida LLins dari petugas kesehatan, kesulitan dalam memasang kelambu berinsektisida LLins ditempat tidur, pernah mencuci kelambu beinsektisida yang dimiliki, menjemur kelambu berinsektisida setelah dicuci, jika kelambu dirumah rusak apa yang dilakukan, pada jam berapa biasanya tidur di malam hari, bila jumlah kelambu berinsektisida dirumah terbatas, ibu hamil dan anak-anak diutamakan tidur di kelambu.

Pengkategorian tingkat pengetahuan responden menggunakan hasil pengukuran mean dan standar deviasi terhadap skor jawaban responden. Dimana dibuat tiga kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Pengkategorian tingkat pengetahuan responden menggunakan parameter (Riwidikdo, 2010) :

(5)

1. Baik, bila nilai responden (x) > mean +1 SD 2. Cukup, bila nilai responden mean – 1 SD < x

< mean + 1 SD

3. Kurang, bila nilai responden (x) < mean – 1 SD Pengkategorian sikap responden menggunakan Skor T. Penggunaan skor T biasa digunakan untuk mengkategorikan sikap (Riwidikdo, 2010).

Pengkategorian sikap didasarkan atas mean T. Dasar pengkategorian adalah : bila skor T responden > mean T berarti mendukung dan bila skor T responden ≤ Mean T berarti tidak mendukung (Riwidikdo, 2010). Adapun rumus mencari skor T adalah 50+10(skor Z). Skor Z diperoleh dari rumus :

Z =

Untuk pengkategorian perilaku juga mempergunakan Mean dari Skor T. Dasar pengkategorian perilaku yaitu bila skor T responden > mean T berarti Baik dan bila skor T responden ≤ Mean T berarti Kurang. Dasar pengkategorian mempergunakan Mean dari Skor T pada sikap dan perilaku, karena lebih mudah digunakan dan lebih reliabel untuk pengkategorian dikotomi, karena dalam pengukuran perilaku menggunakan dua kategori (dikotomi) yaitu kategori “Baik” dan “Buruk”.

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Data yang diperoleh akan diuji terlebih dahulu

distribusi normalnya untuk menentukan analisis statistik yang digunakan. Berdasarkan hasil uji distribusi normal pada data diperoleh hasil bahwa nilai pengetahuan sikap dan perilaku tidak terdistribusi normal (p<0,05) maka analisis statistik yang digunakan adalah statistik non- parametrik(Hartono, 2010).

HASIL

Hasil wawancara penggunaan kelambu di Kabupaten Lebak Provinsi Banten memperoleh responden sebanyak 81 orang, yang berasal dari Desa Bayah Barat, Desa Darmasari, dan Desa Bayah Timur, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak Provinsi Banten.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh karakteristik responden, riwayat kelambu, serta tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku penggunaan kelambu. Selain itu, kegiatan wawancara juga dilakukan pada petugas kesehatan (Puskesmas Kecamatan Bayah) untuk memperoleh tambahan informasi mengenai program yang dilakukan pemerintah daerah setempat terkait dengan program kelambu berinsektisida.

Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diwawancarai terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir, kelompok umur, dan pekerjaan, Rincian selengkapnya mengenai karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, pendidikan, umur dan pekerjaan di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak Tahun 2013

No Kategori f (n =81 ) %

1. Jenis Kelamin

Laki-laki 3 3,7

Perempuan 78 96,3

2. Pendidikan Terakhir

Tidak Sekolah 1 1,2

SD 39 48,1

SMP 19 23,5

SMA/SMK 17 21,0

Perguruan Tinggi 5 6,2

3. Kelompok Umur

15 - 25 Tahun 13 16,0

26 - 35 Tahun 35 43,2

36 - 45 Tahun 26 32,1

46 - 55 Tahun 7 8,6

>55 Tahun 0 0,0

(6)

No Kategori f (n =81 ) % 4. Pekerjaan

Petani 6 7,4

Pedagang/Wiraswasta 4 4,9

Ibu Rumah Tangga 64 79,0

Lainnya 3 3,7

Bidan 2 2,5

nelayan 2 2,5

5. Responden Pernah Malaria

Ya 14 17,3

Tidak 67 82,7

6. Pernah Terima Kelambu

Ya 81 100,0

Tidak 0 0,0

7. Tahun Menerima Kelambu Berinsektisida

2003 1 1,2

2005 1 1,2

2007 2 2,5

2008 25 30,9

2008 & 2013 1 1,2

2009 19 23,5

2009 & 2013 1 1,2

2010 5 6,2

2011 3 3,7

2012 8 9,9

2013 15 18,5

Tabel 1 menunjukkan dari 81 responden yang diwawancarai diketahui mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 78 orang (96,3%), dengan latar belakang pendidikan sebagian besar responden (39 orang) setingkat sekolah dasar (48,1%).

Klasifikasi umur responden kasus mayoritas pada rentang umur 26-35 tahun yaitu sebanyak 35 orang (43,2%,). Jenis pekerjaan yang dilakukan responden mayoritas sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 64 orang (79,0%). Seluruh responden menyatakan pernah menerima kelambu berinsektisda (100%) mayoritas menerima pada tahun 2008 sebanyak 25 orang (30,9%).

Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Penggunaan Kelambu Responden

Hasil pengukuran pengetahuan responden diketahui melalui delapan item variabel pertanyaan pengetahuan seputar kelambu berinsektsida meliputi pernah mendengar kelambu berinsektisida dapat mencegah penyakit malaria (72,8% menjawab Ya), tujuan dibagikannya kelambu berinsektisida (42,0% menjawab untuk mencegah kontak dengan nyamuk penular malaria), cara kelambu berinsektisida dapat mencegah

malaria (45,7% menjawab kelambu berinsektisida mempunyai efek dapat mengusir sekaligus membunuh nyamuk penular malaria), kelambu berinsektisida dapat efektif mencegah malaria jika digunakan setiap malam saat tidur (82,7% menjawab Ya), tahu menggunakan kelambu berinsektisida dengan benar (64,2% Ya), setelah dicuci kelambu LLins perlu dijemur dibawah panas matahari (58,0% Ya), kelambu berinsektisida LLins masih dapat membunuh dan mengusir nyamuk sampai dengan berapa kali pencucian (82,7% tidak tahu), lama kelambu berinsektisida LLins masih dapat digunakan untuk membunuh dan mengusir nyamuk penular malaria (49,4% tidak tahu). Hasil selengkapnya distribusi tingkat pengetahuan masyarakat mengenai kelambu dapat dilihat pada Tabel 2.

Sedangkan hasil untuk pengukuran variabel sikap yang meliputi sepuluh item pertanyaan dengan jawaban setuju/tidak setuju/tidak tahu antara lain masyarakat dapat mencegah tertular malaria dengan cara tidur menggunakan kelambu berinsektisida (80,2%

setuju), penggunaan kelambu berinsektisida sangat efektif mencegah penularan malaria (87,7% setuju), kelambu berinsektisida tidak boleh dicuci supaya tidak rusak (69,1% tidak setuju), kelambu berinsektisida

(7)

sulit dipasang ditempat tidur (76,5% tidak setuju), penggunaan kelambu berinsektisida menyebabkan gerah dan susah tidur (72,8 tidak setuju), kelambu berinsektisida harus dijemur di panas matahari setelah dicuci agar dapat membunuh nyamuk (54,3% setuju), kelambu berinsektisida LLins dapat digunakan selama lebih dari tiga tahun (74,1% setuju), kelambu berinsektisida dapat dibeli di toko/pasar bebas (75,3%

tidak setuju), pengendalian dan pencegahan malaria merupakan tanggung jawab pemerintah saja (61,7%

tidak setuju), pencegahan malaria dengan kelambu berinsektisida sulit dilakukan (65,4% tidak setuju). Hasil selengkapnya distribusi sikap masyarakat mengenai kelambu dapat dilihat pada Tabel 3.

Untuk hasil pengukuran variabel perilaku pennggunaan dan perawatan kelambu meliputi sepuluh item pertanyaan antara lain biasa tidur menggunakan kelambu berinsektisida LLins setiap malam (63,0%

Ya), seluruh anggota keluarga biasa tidur menggunakan kelambu berinsektisida setiap malam (66,7% Tidak), darimana mendapat kelambu berinsektisida (98,8%

diberikan dinas kesehatan/puskesmas), pernah mendapatkan informasi/penyuluhan tentang penggunaan kelambu berinsektisida LLins dari petugas kesehatan (79,0% tidak pernah), kesulitan dalam memasang kelambu berinsektisida LLins ditempat tidur (80,2%

tidak), pernah mencuci kelambu beinsektisida yang dimiliki (76,5% ya pernah), menjemur kelambu berinsektisida setelah dicuci (55,6% Ya), jika kelambu dirumah rusak apa yang dilakukan (56,8% diperbaiki), pada jam berapa biasanya tidur di malam hari (63,0%

Jam 7-9 malam), bila jumlah kelambu berinsektisida dirumah terbatas, ibu hamil dan anak-anak diutamakan tidur dikelambu (97,5% Ya). Hasil selengkapnya distribusi perilaku masyarakat mengenai kelambu dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 2. Distribusi pengetahuan responden dalam penggunaan dan perawatan kelambu berinsektisida di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak Tahun 2013

Parameter f (n= 81) %

Tahu kelambu berinsektisida dapat mencegah

penyakit malaria Ya 59 72,8

Tidak 22 27,2

Tujuan dibagikannya kelambu berinsektisida Untuk Mencegah Malaria 24 29,6 Untuk Mencegah Kontak dengan

nyamuk Penular Malaria 34 42,0

Tidak Tahu 23 28,4

Cara kelambu berinsektisida dapat mencegah

malaria Kelambu berinsektisida mempunyai

efek dapat mengusir sekaligus

membunuh nyamuk penular malaria 37 45,7

Kelambu berinsektisida menghilangkan

penyakit malaria 8 9,9

Tidak Tahu 36 44,4

Kelambu berinsektisida dapat efektif mencegah

malaria jika digunakan setiap malam saat tidur Ya 67 82,7

Tidak 1 1,2

Tidak Tahu 13 16,0

Tahu cara menggunakan kelambu berinsektisida

dengan benar Ya 52 64,2

Tidak 29 35,8

Setelah dicuci, kelambu LLin perlu

dijemur dipanas matahari Ya 47 58,0

Tidak 24 29,6

Tidak Tahu 10 12,3

Kelambu berinsektisida LLin masih dapat membunuh dan mengusir nyamuk sampai dengan berapa kali pencucian?

< 10 kali 11 13,6

10-20 kali 2 2,5

> 20 kali 1 1,2

Tidak Tahu 67 82,7

Lama kelambu berinsektisida LLin masih dapat digunakan untuk membunuh dan mengusir nyamuk penular malaria

Satu (1) Tahun 7 8,6

Dua (2) Tahun 7 8,6

Lebih dari 3 tahun 27 33,3

Tidak Tahu 40 49,4

(8)

Tabel 3. Distribusi sikap responden dalam penggunaan dan perawatan kelambu berinsektisida di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak Tahun 2013

Parameter f

(n= 81) %

Masyarakat dapat mencegah tertular malaria dengan cara tidur

1. menggunakan kelambu berinsektisida Tidak Tahu 4 4,9

Tidak Setuju 1 1,2

Setuju 65 80,2

Sangat Setuju 11 13,6

Penggunaan kelambu berinsektisida sangat efektif mencegah

2. penularan malaria Sangat Tidak Setuju 1 1,2

Tidak Setuju 3 3,7

Setuju 71 87,7

Sangat Setuju 6 7,4

Kelambu berinsektisida tidak boleh dicuci supaya tidak rusak

3. Tidak Tahu 5 6,2

Setuju 19 23,5

Tidak Setuju 56 69,1

Sangat Tidak Setuju 1 1,2

Kelambu berinsektisida sulit dipasang ditempat tidur

4. Tidak Tahu 2 2,5

Setuju 17 21,0

Tidak Setuju 62 76,5

Penggunaan kelambu berinsektisida menyebabkan gerah dan

5. susah tidur Tidak Tahu 1 1,2

Sangat Setuju 1 1,2

Setuju 19 23,5

Tidak Setuju 59 72,8

Sangat Tidak Setuju 1 1,2

Kelambu berinsektisida harus dijemur di panas matahari

6. setelah dicuci agar dapat membunuh nyamuk Tidak Tahu 6 7,4

Sangat Setuju 2 2,5

Setuju 44 54,3

Tidak Setuju 29 35,8

Kelambu berinsektisida LLin dapat digunakan selama lebih

7. dari 3 tahun Tidak Tahu 5 6,2

Tidak Setuju 15 18,5

Setuju 60 74,1

Sangat Setuju 1 1,2

Kelambu berinsektisida dapat dibeli ditoko/pasar bebas

8. Tidak Tahu 10 12,3

Sangat Setuju 1 1,2

Setuju 9 11,1

Tidak Setuju 61 75,3

Pengendalian dan pencegahan malaria merupakan tanggung

9. jawab pemerintah saja Tidak Tahu 4 4,9

Setuju 27 33,3

Tidak Setuju 50 61,7

Pencegahan malaria dengan kelambu berinsektisida sulit

10. dilakukan Tidak Tahu 7 8,6

Setuju 21 25,9

Tidak Setuju 53 65,4

(9)

Tabel 4. Distribusi perilaku responden dalam penggunaan dan perawatan kelambu berinsektisida di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak Tahun 2013

Parameter f

(n= 81) %

Biasa tidur menggunakan kelambu berinsektisida LLin

1. setiap malam Ya 51 63,0

Tidak 30 37,0

2. Seluruh anggota keluarga biasa tidur menggunakan kelambu

berinsektisida setiap malam Ya 27 33,3

Tidak 54 66,7

3. Asal kelambu berinsektisida Diberikan oleh Dinas Kesehatan/

Puskesmas 80 98,8

Diberi Oleh Mantri Anwar 1 1,2

5. Mendapatkan informasi/penyuluhan tentang penggunaan

kelambu berinsektisida LLin dari petugas kesehatan Ya, Pernah 17 21,0

Tidak Pernah 64 79,0

6. Kesulitan dalam memasang kelambu berinsektisida LLin

ditempat tidur Ya 14 17,3

Tidak 65 80,2

Tidak Tahu 2 2,5

7. Pernah mencuci kelambu beinsektisida yang dimiliki Ya Pernah 62 76,5

Tidak Pernah 19 23,5

8. Menjemur kelambu berinsektisida setelah dicuci Ya 45 55,6

Tidak 24 29,6

Tidak Tahu 6 7,4

belum pernah jemur 6 7,4

9. Jika kelambu dirumah rusak apa yang dilakukan Disimpan 7 7

Dibuang 8 8

Diperbaiki 46 46

Membeli lagi 7 7

Dibiarkan saja 8 8

Lainnya 2 2

Tidak Tahu 1 1

10.Pada jam berapa biasanya tidur di malam hari Jam 7-9 malam 51 63,0

Jam 9-11 malam 29 35,8

Jam 11 malam ke atas 1 1,2

Bila jumlah kelambu berinsektisida dirumah terbatas, ibu

11. hamil dan anak-anak diutamakan tidur dikelambu Ya 79 97,5

Tidak 2 2,5

Hasil pengukuran pengetahuan, sikap, perilaku kemudian dikompositkan serta dianalisis sehingga diperoleh tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku

responden. Hasil selengkapnya tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam penggunaan kelambu berinsektisida disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Tingkat pengetahuan, sikap, perilaku responden dalam penggunaan Dan perawatan kelambu berinsektisida di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak Tahun 2013

Kategori Perilaku f

(n= 81) %

Pengetahuan Baik 6 7,4

Cukup 57 70,4

Kurang 18 22,2

Sikap Mendukung 53 65,4

Tidak Mendukung 28 34,6

Perilaku Baik 47 58,0

Buruk 34 42,0

(10)

Pada Tabel 5 menunjukkan tingkat pengetahuan responden tentang penggunaan kelambu pada kategori cukup sebanyak 57 orang (70,4%), dengan mayoritas bersikap mendukung penggunaan kelambu sebanyak 53 orang (65,4%), dan perilaku penggunaan kelambu yang tergolong baik sebanyak 47 orang ( 58%).

Hasil Observasi Kelambu

Hasil kegiatan observasi kelambu yang dipakai responden memperlihatkan bahwa keadaan kelambu yang dimiliki masyarakat sebagian besar dalam kondisi baik (30 orang/ 37,0%). Kelambu yang dimiliki sebagian besar responden berusia lebih dari satu tahun (63 orang/

77,8%). Sebagian responden 32,1% memasang kelambu di seluruh tempat tidur yang dimiliki. Sedangkan sebagian responden lainnya, kelambu berinsektisida LLins yang dimiliki tidak dipasang (34 orang / 42%).

Tabel 6. Hasil Observasi Penggunaan Kelambu Berinsektisida di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak Tahun 2013

Parameter F (n=81) %

1. Keadaan kelambu yang dimiliki Baik 30 37,0

Rusak 9 11,1

Kotor 8 9,9

Masih dalam kemasan 13 16,0

Baik Tapi Tidak Digunakan 13 16,0

Rusak dan Tidak digunakan 7 8,6

Kotor dan tidak digunakan 1 1,2

2. Saat diterimanya kelambu < 1 Tahun 18 22,2

>1 Tahun 63 77,8

3. Berapa jumlah kelambu yang dipakai di rumah 1-2 Buah 43 53,1

> 2 Buah 4 4,9

Tidak ada 34 42,0

4. Tempat Kelambu dipasang Seluruh tempat tidur 26 32,1

Sebagian tempat tidur 21 25,9

Tidak dipasang 34 42,0

5. Jumlah kelambu yang tidak terpakai 1-2 32 39,5

>2 Buah 2 2,5

Tidak ada 47 58,0

6. Kelambu pernah dicuci berapa kali Tidak Pernah 19 23,5

Satu kali 13 16,0

Dua kali 5 6,2

Tiga-Empat kali 11 13,6

Lima-Sepuluh kali 3 3,7

Sepuluh-Lima Belas Kali 3 3,7

Lebih dari Lima Belas Kali 20 24,7

Tidak Tahu 7 8,6

7. Asal Kelambu Dinas Kesehatan/Puskesmas 80 98,8

Mantri Anwar 1 1,2

8. Cara pemasangan kelambu Benar 33 40,7

Salah 14 17,3

Kelambu Tidak Dipasang 34 42,0

Sebagian besar responden tidak memiliki kelambu cadangan (47 orang / 58,0%).

Pada perawatan kelambu, ternyata sebagian besar responden mencuci kelambunya lebih dari 15 kali (20 orang / 24,7%). Sementara sebagian responden lainnya tidak pernah mencuci kelambunya yaitu sebanyak 19 orang (23,5%). Asal kelambu hampir seluruhnya berasal dari Dinas Kesehatan/ Puskesmas setempat (80 orang / 98,8%) kecuali satu responden yang kelambu berinsektisida berasal dari pemberian petugas mantri setempat. Sebagian besar responden menyatakan tidak ada keluhan penggunaan kelambu (58 orang/71,6 %).

Sebagian besar responden juga menyatakan ukuran kelambu berinsektisida yang dimiliki ukurannya pas / sesuai dengan tempat tidur yang ada (49 orang / 60,5%).

Rincian selengkapnya hasil observasi kelambu dapat dilihat pada Tabel 6.

(11)

Parameter F (n=81) % 9. Keluhan setelah memakai kelambu

berinsektisida Ada 15 18,5

Tidak ada 58 71,6

Tidak Tahu 8 9,9

10. Keluhan setelah memakai kelambu

berinsektisida Agak panas 1 1,2

awal pasang kelambu, mata tidak

nyaman 1 1,2

Gerah 6 7,4

Kalau musim panas, kepanasan 1 1,2

Panas dan Gerah 1 1,2

Repot 2 2,5

Ribet 1 1,2

ribet pemasangan 1 1,2

Susah keluar masuk karena bentuknya

tidak berbelah 1 1,2

Tidak ada keluhan 66 81,5

11. Kelambu dicuci menggunakan Detergen 54 66,7

Belum Pernah Dicuci 19 23,5

Detergen dan Sabun Colek 1 1,2

Lainnya 6 7,4

12. Perbandingan ukuran kelambu dengan

tempat tidur Pas (sesuai) 49 60,5

Terlalu Kecil 22 27,2

Terlalu Besar 6 7,4

Tidak Tahu 4 4,9

PEMBAHASAN

Tingkat pengetahuan tentang penggunaan kelambu berinsektisida sebagian besar responden masih tergolong cukup. Hal ini memperlihatkan bahwa pengetahuan penggunaan kelambu responden belum maksimal. Hal ini juga dikuatkan dengan hasil wawancara petugas kesehatan yang menyatakan perlunya sosialisasi manfaat dan cara pemeliharaan kelambu berinsektisida dari ahlinya langsung. Berdasarkan hasil observasi kelambu pada Tabel 6, diperoleh informasi bahwa sebagian besar kelambu yang dimiliki masyarakat telah berumur 4 tahun (kelambu diterima pada tahun 2008- penelitian dilakukan tahun 2013) dengan bahan kelambu berupa polyethylene. Kelambu berinsektisida/LLins dengan bahan polyester direkomendasikan dapat digunakan hingga 3-4 tahun, sedangkan polyethylene 4-5 tahun (World Health Organization (WHO) & Global Malaria Programme, 2013; WHO HQ, 2017).

Perilaku perawatan kelambu LLins sangat penting untuk menjaga kandungan insektisida di dalam benang kelambu. Cara pemakaian dan pencucian kelambu dapat mengurangi kandungan insektisida, sehingga menurunkan efektivitas dalam mengendalikan nyamuk vektor dan dampaknya dapat mempercepat proses resistensi terhadap insektisida (World Health Organization (WHO)

& Global Malaria Programme, 2013). Hasil penelitian

ini menunjukkan 23,5% responden menyatakan tidak pernah mencuci kelambunya (Tabel 3), sehingga kemungkinan bahan aktif insektisida berkurang hampir tidak ada. namun, debu dan lembab pada kelambu dapat berpengaruh untuk kesehatan paru-paru (Safetysign, 2017). Sedangkan sebagian lainnya telah mencuci kelambunya sebanyak lebih dari 15 kali. Penyuluhan sangat penting tidak hanya untuk penggunaan namun juga untuk perawatan. Sebagai upaya agar masyarakat dapat merawat dengan baik kelambunya, kelestarian kelambu berinsektisida LLins dapat terus dijaga. Penyuluhan dari ahli kelambu berinsektisida langsung juga akan dapat meningkatkan motivasi masyarakat untuk memakai kelambu berinsektisida dan merawatnya dengan benar.

Hasil penelitian IPB tentang penggunaan kelambu di Kabupaten Bangka juga menekankan pada pentingnya sosialiasi dan penyuluhan penggunaan kelambu pada masyarakat (iPB, 2008). Kurangnya sosialisasi penggunaan kelambu yang baik dan benar ditunjukkan oleh hasil penelitian Ambo Masse (2008) di Kota Tidore Provinsi Maluku Utara yang menyebutkan respon dinas kesehatan dan puskesmas hanya sebatas menyiapkan dana berbagi untuk pendistribusian, namun pelaksanaan program pendistribusian kelambu berinsektisida masih bersifat mobilisasi sosial / top down intervention (Masse, 2008).

(12)

Kategori perilaku penggunaan kelambu berinsektisida tergolong baik, hal ini ditunjukkan dari hasil observasi kelambu yang memperlihatkan sebagian besar responden memasang kelambu baik di seluruh maupun sebagian dari tempat tidur yang dimiliki.

Meski demikian dalam perawatan kelambu tergolong belum baik, sebagian responden tidak pernah mencuci kelambunya dan sebagian lainnya mencuci kelambu lebih dari lima belas kali dan mayoritas menggunakan detergen. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yahya (2011) di Muara Enim yaitu sebanyak 95,52% responden memakai kelambu setiap hari, namun hanya 54,29% saja yang mengetahui cara pemakaian yang benar, selain itu hanya sekitar 65,7% responden yang melakukan pencucian kelambu dan 78,26% di antaranya tidak mengetahui cara pencucian kelambu yang benar, serta sebagian besar responden menjemur kelambu di bawah cahaya matahari langsung (76,09%) (Yahya, 2011). Demikian pula dengan hasil penelitian indriyati et.al (2016) di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan yang menunjukkan kebiasaan mencuci kelambu berinsektisida yang terlalu sering dan menjemur kelambu berinsektisida di tempat yang panas dapat mempercepat resiko kehilangan kandungan insektisida dalam kelambu serta dapat menurunkan efektifitas waktu pakai LLins (indriyati, Liestiana., Juhairiyah. & Yuana., 2016).

Perilaku penggunaan kelambu berinsektisida tergolong baik hal ini ditunjukkan dengan jawaban responden bahwa sebagian besar responden menyatakan tidak ada keluhan selama penggunaan kelambu. Meski kategori perilaku perawatan kelambu masyarakat di Kabupaten Lebak tergolong baik, namun terkait pelestarian kelambu berinsektisida LLins, diketahui jumlah kelambu berinsektisida yang dimiliki masyarakat sebagian besar masih terbatas yang dipakai saja. Hasil penelitian Adryanto (2010) menunjukkan dari analisis multivariat didapatkan hasil bahwa pengetahuan bukan merupakan variabel pengganggu (confounding) terhadap hubungan kepatuhan tidur menggunakan kelambu dengan kejadian penyakit malaria. Hal ini kemungkinan karena kecukupan kelambu yang ada di masyarakat masih kurang sehingga meski masyarakat mengetahui tentang penyakit malaria dan manfaat kelambu namun tidak ada sarananya maka pengetahuannya menjadi tidak berpengaruh (Adryanto, 2010). Sementara itu, kelambu berinsektisida tidak dijual di pasar bebas sehingga pemenuhan kebutuhan kelambu masih bergantung pada pemerintah dan lembaga donor. Akibatnya, bila kelambu berinsektisida rusak maka masyarakat akan sulit mencari penggantinya. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan penyuluhan tentang manfaat dan cara perawatan kelambu LLINs dari ahlinya. Hal ini

sebagaimana amanat dari Global Malaria Program dari WHO dimana salah satu intervensi primer yang harus dilakukan adalah “full coverage” LLins pada populasi yang berisiko malaria.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Pengetahuan, sikap dan perilaku perawatan kelambu di Kabupaten Lebak Provinsi Banten tergolong baik hal ini juga terlihat dari tingkat pengetahuan tentang penggunaan kelambu berinsektisida sebagian besar responden juga tergolong cukup, kategori sikap yang dimiliki termasuk mendukung penggunaan kelambu berinsektisida dan perilaku penggunaannya sebagian besar tergolong baik. Hasil observasi kelambu memperlihatkan sebagian besar responden memasang kelambu baik di seluruh tempat tidur yang dimiliki maupun sebagian dari tempat tidur yang dimiliki.

Sebagian besar masyarakat penerima kelambu bersedia memperbaiki apabila kelambu berinsektisida yang dimiliki rusak.

Saran

Penyuluhan penggunaan kelambu disertai cara perawatan kelambu. narasumber penyuluhan dari ahlinya langsung sangat disarankan. Karena penyuluhan dari ahlinya langsung akan dapat meningkatkan motivasi masyarakat untuk memakai kelambu berinsektisida dan merawatnya dengan benar. Pada penyuluhan tersebut juga ditekankan cara perawatan kelambu yang benar meliputi cara pencucian dan frekuensi pencucian, serta cara penjemuran agar bahan insektisida pada kelambu dapat bertahan lebih lama membunuh nyamuk penular malaria.

KONTRIBUSI PENULIS

Pada penulisan artikel ini penulis DAP berperan sebagai konseptor dalam hal perilaku kesehatan, sedangkan ibu SA juga sebagai konseptor di bidang pengendalian vektor dan ibu WD sebagai konseptor ahli bidang insektisida. Menulis, mengkaji, dan mengedit dilakukan oleh DAP, SA, dan WD.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP), serta almarhum Prof. Dr. Damar Tri Boewono, MS atas kepercayaan yang telah diberikan untuk menulis artikel ini. Ucapan terima kasih juga kami

(13)

sampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak beserta jajarannya yang telah memberikan izin dan kerjasama yang baik dalam pelaksanaan penelitian ini. Serta berbagai pihak yang sudah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Acharya I & Acharya JP, 2015. A Study on Efficacy of LLINS As Compared To In-Use ITNs Amongst Troops in a Malaria Endemic Area. Journal of Tropical Diseases, 3(4).

Adryanto AFT, 2010. Hubungan Kepatuhan Menggunakan Kelambu Berinsektisida dengan Kejadian Penyakit Malaria Di Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur. Universitas indonesia. Available at: http://lontar.ui.ac.id/

file?file=digital / 20307435-T 31110-Hubungan kepatuhan-full text.pdf.

CDC, 2014. Long-Lasting insecticide-treated nets (LLins). Februari. Available at: https://www.

cdc.gov/malaria/malaria_worldwide/reduction/

itn.html [Accessed March 21, 2018].

Hartono, 2010. SPSS 16.0 : Analisis Data Statistik dan Penelitian Cetakan ii., Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

indriyati, Liestiana., Juhairiyah. & Yuana. WT, 2016.

Kepemilikan, penggunaan, dan perawatan kelambu berinsektisida tahan lama oleh rumah tangga di daerah endemis malaria Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan. JHECDs, 1(1), pp.8–13. Available at: file:///C:/Users/E5/

Downloads/4802-7704-2-PB.pdf.

iPB (institut Pertanian Bogor), 2008. Penggunaan Kelambu Berinsektisida Tahan Lama Sebagai Alat Pencegah Malaria di Kabupaten Bangka, indonesia. Available at: http://repository.ipb.ac.id/

bitstream/handle/123456789/55025/BAB iii Penggunaan Kelambu Berinsektisida Tahan Lama Sebagai Alat Pencegah Malaria di Kabupaten Bangka, indonesia.pdf?sequence=7%3E.

Kementerian Kesehatan RI, 2017. Cegah Malaria dengan Kelambu Berinsektisida. 26 April 2017.

Available at: http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/

baca/rilis-media/20170426/1320645/cegah- malaria-kelambu-berinsektisida/.

Kementerian Kesehatan RI BP dan PK, 2011. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Tahun 2010, Jakarta: Kementerian Kesehatan R. I.

Laihad, F.J., Harijanto, P., Poespoprodjo J., 2011.

Epidemiologi Malaria di indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Triwulan 1.

Lwanga, S.K. SL, 2000. Sample Size Determination in Health Studies (A Practical Manual), Geneva:

World Health Organization.

Marchand RP, 2001. Factors that affect the success and failure of insecticideTreated net Programs for malaria control in SE Asia and the Western Pacific.

WHO Western Pacific Regional Office. Available at: http://www.who.int/malaria/publications/atoz/

itn_r62.pdf [Accessed March 21, 2018].

Masse A, 2008. Distribusi dan penggunaan kelambu berinsektisida di Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara. Universitas Gadjah Mada.

Available at: http://etd.ugm.ac.id/index.php? mod

= penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=v iew&typ=html&buku_id=39126&obyek_id=4.

Murti B, 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

notoatmodjo S, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Nurmaliani, Rizki ., Reni Oktarina., Maya Arisanti., dan Desy Asyati., 2016. Daya Bunuh Kelambu Berinsektisida Long Lasting insecticidal nets ( LLinS ) terhadap nyamuk Anopheles maculatus.

ASPIRATOR, 8(1), pp.1–8. Available at: http://

ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/

aspirator/article/view/3931.

Pratiwi, Ninik Lely., Oedoyo Soedirman. HB ed., 2017. Mengubah Perilaku Kesehatan Melalui Pemberdayaan Masyarakat, Airlangga University Press.

Riwidikdo H, 2010. Statistik Untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program R dan SPSS, Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Safetysign, 2017. PPOK, PENYAKIT PARU AKIBAT PAPARAN DEBU DAN ASAP YANG MENGANCAM JIWA PEKERJA. 03 Maret 2017. Available at: https://www.safetysign.co.id/

news/295/PPOK-Penyakit-Paru-Akibat-Paparan- Debu-dan-Asap-yang-Mengancam-Jiwa-Pekerja.

Sarwono S, 2007. Sosiologi Kesehatan, Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Sharma, S.K., Tyagi, P.K., Upadhyay, A.K., Haque, M.A., Mohanty, S.S., Raghavendra, K., Dash, A.P., 2009. Efficacy of permethrin treated long- lasting insecticidal nets on malaria transmission and observations on the perceived side effects, collateral benefits and human safety in a hyperendemic tribal area of Orissa, india. Acta Tropica, (112), pp.181–187.

Tri Boewono, Damar., Siti Alfiiah. BY, 2013. Buku Saku : Standar Kelambu Berinsektisida Efektif

(14)

dalam Mengendalikan Malaria (Karakteristik, Pemasangan, Pencucian), Salatiga: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit.

WHO, 2017. WHO recommended long-lasting insecticidal nets. WHO International, p.201.

Available at: http://www.who.int/malaria/

publications/atoz/who_recommendation_

coverage_llin/en/ [Accessed March 21, 2018].

WHO Bangladesh., 2016. Malaria prevention: WHO supports LLIN efficacy study. 1 November 2016.

Available at: http://www.searo.who.int/bangladesh/

llinban/en/ [Accessed March 21, 2018].

WHO HQ G, 2017. Long-lasting Insecticidal Nets (LLIN) and Indoor Residual Spraying (IRS) Guidelines. WHO International. Available at:

http://www.who.int/neglected_diseases/events/

LLIN_and_IRS_Guidelines/en/ [Accessed March 21, 2018].

WHO Management, 2007. Long-lasting insecticidal nets for malaria prevention managers n o i t i d trial e. Global Malaria Programme. Available at: http://www.who.int/management/programme/

LongLastinginsecticidalnetsMalaria.pdf [Accessed March 22, 2018].

World Health Organization (WHO) & Global Malaria Programme, 2013. WHO Guidance Note for Estimating the Longevity of Long-Lasting insecticidal nets in Malaria Control September 2013. Available at: http://www.who.int/malaria/

publications/atoz/who_guidance_longevity_

llins.pdf [Accessed September 9, 2015].

Yahya, 2011. Penggunaan Kelambu Berinsektisida Permethrin Di Desa Seleman Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan.

Jurnal Pembangunan Manusia, 5(3). Available at: http://balitbangnovdasumsel.com/jurnal/15.

Adryanto, Achmad F.T. 2010.Hubungan Kepatuhan Menggunakan Kelambu Berinsektisida dengan Kejadian Penyakit Malaria Di Kabupaten Sikka Provinsi nusa Tenggara Timur [Tesis].

Fakultas Kesehatan Masyarakat.Universitas Indonesia. Tersedia dari : <http://lontar.ui.ac.

id/file?file=digital / 20307435-T%2031110- Hubungan%20kepatuhan-full%20text.pdf>

[Diunduh 12 Februari 2015]

Gambar

Tabel 1.   Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, pendidikan, umur dan pekerjaan di  Kecamatan  Bayah Kabupaten Lebak  Tahun 2013
Tabel  1  menunjukkan  dari  81  responden  yang  diwawancarai  diketahui  mayoritas  responden  berjenis  kelamin perempuan yaitu sebanyak 78 orang (96,3%),  dengan  latar  belakang  pendidikan  sebagian  besar  responden (39 orang) setingkat sekolah dasa
Tabel 2.  Distribusi  pengetahuan  responden  dalam  penggunaan  dan  perawatan  kelambu  berinsektisida  di  Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak Tahun 2013
Tabel 3.  Distribusi sikap responden dalam penggunaan dan perawatan kelambu berinsektisida di Kecamatan  Bayah Kabupaten Lebak  Tahun 2013
+3

Referensi

Dokumen terkait

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah data Total Penumpang dalam Negeri pada perusahaan pelayaran yang dinaungi oleh Pelabuhan Tanjung Perak dalam satuan orang data

kesarjanaan (Kode BK 1 s.d Kode BK 3) Pendidikan sekolah yang terakreditasi dan memperoleh gelar/ijazah dimaksudkan sebagai pendidikan formal yang diikuti Widyaiswara

Trade Balance Is Estimated to Post Deficits of USD968 Million China Trade Surplus With U.S..

Walaupun teori tersebut sebagai tesa dan anti tesa dari pergumulan antara pemikir hukum Islam di kalangan umat Islam, tetapi setidaknya teori-teori tersebut dapat

Laporan Akhir ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikana Diploma III di Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Telekomunikasi Politeknik

Kemudian Yunani kuno banyak memunculkan teori dan tokoh- tokoh Ilmu falak seperti Aristoteles dan Claudius Photolumeus, bangsa Cina telah menemukan kalender, bangsa Persia

Dari kutipan tersebut dipahami, Huntington mengemukakan bahwa pemilah-milahan yang besar antar umat manusia dan sumber konflik yang dominan antara mereka akan berakar

Penyusun skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)