• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEUNTUNGAN HASIL USAHATANI PADI (Oryza sativa L) DI DESA KARANG DUKUH KECAMATAN BELAWANG KABUPATEN BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEUNTUNGAN HASIL USAHATANI PADI (Oryza sativa L) DI DESA KARANG DUKUH KECAMATAN BELAWANG KABUPATEN BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Keuntungan Hasil Usahatani Padi (Oryza sativa L) di Desa Karang Dukuh Kecamatan Belawang Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan

KEUNTUNGAN HASIL USAHATANI PADI (Oryza sativa L) DI DESA KARANG DUKUH KECAMATAN BELAWANG KABUPATEN BARITO KUALA PROVINSI

KALIMANTAN SELATAN

Benefits of Rice (Oryza sativa L) Financing Products in Karang Dukuh Village, Belawang District, Barito Kuala Regency, South Kalimantan Province

Bahrun

Fakultas Pertanian Universitas Achmad Yani Banjarmasin Email : bahrun.bn@gmail.com

Abstract

The research aims to know technically the implementation of rice farming. Knowing the costs, revenues, income and profits of rice farming (Oryza sativa L) in Karang Dukuh Village. The study used a survey method with observation techniques, sampling using a simple random sampling technique (Simple random sampling). The average production is 138.13 blek or 1.381.30 kg/farmer or 1.381 ton/farmer. The average income is Rp. 10,359,782,61/farmer. The average income is Rp. 18,222,384,66/farmer. The average profit is Rp. 4,780,297.21/farmer.

keywords, farming, production, revenue, total costs, profits

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara agraris, artinya pertanian memegang peranan penting dalam sistem perekonomian nasional. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa kenyataan yaitu : (1) Banyak penduduk yang bekerja atau menjadi tenaga kerja dalam sektor pertanian, (2) produksi dari hasil pertanian ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan atau menuju suatu ketahanan pangan nasional, (3) Untuk mencapai target swasembada beras yang secara berkelanjutan menuju swasembada pangan dengan digiatkan Gerakan Mandiri Padi, Padi dan Padi, (4) Merupakan pendukung proses industrialisasi.

Indonesia mempunyai ciri-ciri tersebut diatas hampir 80% dari angkatan kerja berada didaerah pedesaan, dari 75 % memperoleh pekerjaan dibidang pertanian, 35 % sebagai petani pemilik penggarap dan 42 % adalah buruh tani. Walaupun sebagian besar penduduk bekerja dibidang pertanian namun boleh dikatakan senantiasa menghadapi masalah pangan (Moeljadi Boenoewidjaya, 1983).

Swasembada pangan sesungguhnya telah berhasil dicapai di Indonesia, namun demikian karena pertambahan penduduk yang jumlahnya mencapai 2,3%

pertahunnya, maka usaha-usaha pemenuhan kebutuhan sendiri bahan pangan terutama padi dan Padi tetap harus di maksimalkan dari tahun ketahun. Usaha intensifikasi pada lahan-lahan yang telah diusahakan, demikian juga pada lahan- lahan marginal memang sangat efektif dalam memenuhi kebutuhan penduduk akan bahan pangan tersebut, namun akibat pertambahan penduduk yang tidak bisa ditahan maka perlu adanya usaha penambahan luas lahan (ekstensifikasi) khususnya untuk tanaman padi dan Padi (Noorsyamsi dkk 1981).

Di Indonesia sasaran peningkatan produksi difokuskan pada sektor tanaman pangan terutama padi ; dimana padi (beras) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, dan juga merupakan komoditas politik. Sasaran ini dimaksudkan untuk mengimbangi besarnya permintaan masyarakat akan padi (beras) untuk kebutuhan pokok, hal ini disebabkan

(2)

Keuntungan Hasil Usahatani Padi (Oryza sativa L) di Desa Karang Dukuh Kecamatan Belawang Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan

sebagai akibat pertambahan penduduk yang terus meningkat dari tahun ketahun

Pembangunan di pedesaan adalah pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan penggunaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang seoptimal mungkin serta peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai penggerak pembangunan tersebut, tentunya dengan kondisi tersebut, maka petani sebagai obyek utama dalam pembangunan pedesaan dapat meningkatkan kesejahteraannya.

Peningkatan produksi rata-rata, pada dasarnya dapat ditempuh dengan melalui beberapa program pokok diantaranya, Intensifikasi, Ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi (Moeljadi Banoewidjojo, 1983. Hal ; 8). Namun demikian usaha- usaha yang ditempuh tersebut hanya beberapa saja yang bisa diterapkan, karena lahan-lahan produktif untuk pertanian yang ada dipulau Jawa banyak berubah fungsi menjadi jalan raya, bangunan perumahan dll (Heru, 1996, Hal ;11),. Sehingga untuk meningkat produksi melalui program intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi terkendala oleh keterbatasan lahan, disamping itu pula prioritas pembangunan tertumpu pada pulau Jawa.

Desa Karang Dukuh merupakan salah satu Desa yang pada awalnya adalah daerah pemukiman tansmigrasi dari pulau jawa yang terdapat di Kabupaten Barito Kuala dan sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Komoditi pertanian yang diusahakan bermacam- macam seperti padi, palawija, sayuran, hortikultura dan peternakan. Tipe di di desa ini adalah tipe B artinya, lahan yang hanya terluapi air pasang saat pasang besar.

Daerah ini cocok untuk padi, palawija dan sayuran.

Padi merupakan komoditi utama bagi petani di Desa Karang Dukuh. Sistem pertanaman yang dilakukan di desa ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian ; yakni diusahakan pada musim kemarau (MK) seluas 224 Ha dan pada musim hujan (MH)

seluas 124 Ha. Pada musim kemarau padi yang ditanam umumnya jenis lokal dengan varitas Siam Unus, Pontianak, Perak dan lain-lain. Sedangkan pada musim hujan padi yang ditanam jenis unggul lokal dengan varitas Margasari dan Martapura.

Pada musim hujan (MH), merupakan usaha tanam padi penuh resiko dilahan pasang surut. Karena selain tingginya serangan OPT (organisme penggangu tanaman) juga sangat dipengaruhi oleh tingginya air di peran.

Namun demikian sebagian besar petani di Desa Karang Dukuh dalam beberapa tahun terakhir ini dengan menerapkan teknologi pengelolaan lahan dan tanaman telah melaksanakan kegiatan tanaman dimusim hujan tersebut dengan kata lain , mampu melaksanakan pola tanam dua kali setahun dengan harapan akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara teknis penyelenggaraan usahatani padi. Mengetahui Biaya, penerimaan, pendapatan dan keuntungan usahatani padi (Oryza sativa L) di Desa Karang Dukuh

METODOLOGI Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Desa Karang Dukuh Kecamatan Belawang Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan yaitu dari bulan September 2020 sampai dengan selesai, yaitu dari tahap persiapan sampai dengan penyusunan laporan.

Data dan Sumber Data

Data yang diamati dan dianalisa dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada petani dengan dibantu quisioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari dinas-dinas atau instansi yang berhubungan dengan penelitian ini.

(3)

Keuntungan Hasil Usahatani Padi (Oryza sativa L) di Desa Karang Dukuh Kecamatan Belawang Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan

Metode Penarikan Contoh

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik observasi, panarikan contoh menggunakan teknik acak sederhana (Simple random sampling), dimana setiap petani mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel

Menurut Masri Singarimbun (1985), bahwa besarnya contoh yang diambil untuk mendapatkan data yang refresentatif minimal 10% dari data yang ada. Jumlah Petani yang mengusahakan usahatani padi tadah hujan varietas unggul Margasari di Desa Karang Dukuh sebanyak 124 KK (kepala keluarga) yang mengusahakan tanaman padi jenis unggul, kemudian dilakukan Purposive Sampling untuk varietas Margasari didapatkan 116 KK. kemudian dilakukan pengambilan secara acak sederhana (Simple Random Sampling) sebanyak 20 % (23 orang) dari seluruh populasi.

Analisis Data

Data yang sudah terkumpul diolah dalam bentuk tabulasi dan selanjutnya dianalisa yang meliputi : biaya, penerimaan, pendapatan dan keuntungan dari usahatani padi. Dalam analisis ini, data yang diperoleh diklasifikasikan menurut jenis dan sifatnya kemudian dihitung sesuai dengan tujuan penelitiann.

Untuk mengetahui biaya sarana produksi yang digunakan dalam peneyelenggaraan usahatani padi, secara matematis adalah sebagai berikut (Soekartawi,1995 ; 57) :

TC = TEC + TIC ………..….. (1)

Dimana :

TC = Total Cost/ Biaya Total (Rp) TEC = Total Eksplicit Cost / Biaya

Eksplisit Total (Rp)

TIC = Total Implicit Cost / Biaya Implisit Total (Rp)

Menurut (Rahim dan Hastuti, 2007), untuk mengetahui total penerimaan dirumuskan sebagai berikut :

TR = Y x Py ... (2)

Dimana :

TR = Total Penerimaan

Y = produksi yang diperoleh dari suatu usahatani

Py = harga produksi

Menurut Syarifuddin A. Kasim, (1995 ;36), untuk mengetahui pendapatan digunakan rumus sebagai berikut :

I = TR – TEC ……….(3)

Dimana :

I = Income / Pendapatan (Rp)

TR = Total Revenue/Penerimaan Total(Rp) TEC =Total Explicit Cost/Biaya

EksplisitTotal (Rp)

Untuk mengetahui keuntungan digunakan rumus analisa keuntungan (Soekartawi, 1989) adalah :

 = TR – TC ………...(4) Dimana :

= Profit / Keuntungan (Rp)

TR = Total Revenue / Penerimaan Total (Rp)

TC = Total Cost / Biaya Total (Rp)

HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Usahatani Padi

1. Benih

Petani responden seluruhnya menggunakan benih padi jenis unggul varietas Margasari. Benih berlabel merah jambu atau benih sebar, dengan kandungan air maksimal 14% dan daya tumbuh 85%

serta bebas hama dan penyakit. Benih diperoleh dari bantuan Dinas Pertnian dan Peternakan Kabupaten Barito Kuala untuk

(4)

Keuntungan Hasil Usahatani Padi (Oryza sativa L) di Desa Karang Dukuh Kecamatan Belawang Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan

kegiatan Peningkatan Mutu Instensifikasi padi (PMI-Padi) . rata-rata benih yang diterima petani atau per ha sebesar 30 kg (Lampiran 6).

2. Persemaian

Persemaian yang dilaksanakan oleh petani responden adalah persemaian basah sebagaimana umumnya tanam padi di musim hujan dan cara sebagai beikut : 1. Benih direndam selama 24 jam (setelah

12 jam air rendaman diganti dengan air baru). Dapat pula direndam pada air yang mengalir selama 24 jam. Tiriskan selama 1 malam.

2. Lahan dipersiapkan dengan cara membuat bedengan-bedengan di lahan . Untuk pertanaman seluas 1 hektar dengan jumlah benih 30 kg, diperlukan persemaian ± 300 m2

3. Kemudian benih disebarkan dan ditutupi dengan daun kelapa. Bibit padi di persemaian dipelihara sebaik mungkin sebaik mungkin dengan cara memberikan pupuk urea 10-12 kg dan sebagian menggunakan kapur pertanian 20-25kg.

3. Pengolahan Tanah

Disaat bibit masih dipersemaian atau 7-15 hari sebelum tanam dilakukan pengolahan tanah. Seluruh responden melakukan pengolahan tanah dengan hand traktor. Sebelum menggunakan hand traktor dilakukan penyemprotan herbisida dengan dosis yang dianjurkan 4-5 liter/ha. Tetapi dengan kondisi lahan yang rumputnya sedikit dan bekas batang padi sisa pertanaman musim kemarau maka rata-rata petani responden hanya menggunakan hesbisida 2,49 liter/ha

Setelah rumput kering kemudian dilakukan olah tanah dengan hand traktor.

Ada 2 model pengolahan tanah yang dilakukan sesuai keinginan petani. Model pertama tanah dibajak (singkal) kemudian diglebeg. Model yang kedua diglebeg 2 kali. Dibajak dengan kedalaman ± 25 cm dimaksudkan untuk mengemburkan tanah.

Sedangkan diglebeg untuk mngolah tanah menjadi lumpur.

4, Penanaman

Padi jenis ungul umurnya lebih pendek daripada padi jenis lokal. Sehingga setelah persemaian berumur 25-30hari langsung dipindahkan ke lahan tanpa pelacakan. Sebelum ditanam bibit-bibit padi dicabut sehari sebelum tanam dan bagian atas serta bagian perakarannya dipangkas.

Jarak tanam yang digunakan 22 cm x 22 cm dan ditanam sedalam ± 5 cm dan banyaknya bibit 2 – 3 batang.

5. Pemupukan dan Pengapuran

Dalam hal pemupukan petani hanya menggunakan Urea Pemupukan dilakukan 1 kali selama musim tanam. Pupuk Urea rata-rata 141,30 kg/petani/ha. Jumlah kapur rata-rata sebesar 141,30 kg/petani.

6, Pengendalian hama dan penyakit Selama pelaksanaan penanaman ada beberapa jenis hama dan penyakit yangmenyerang seperti ; tikus, penggerek batang, walang sangit dan burung.

Pengendalian tikus dilakukan sebelum pertanaman dengan cara gropyokan dan pengumpanan. Disaat ada tanaman dilakukan lagi pengumpanan dan pada lahan bagian ujung biasanya dilakukan pemagaran dengan pagar plastik. Sedangkan burung dilakukan pengendalian pada saat padi mulai keluar bulir padi sampai dengan panen dijaga selama 15 -18 hari.

7. Panen dan Produksi

Pada saat tanaman berumur kurang lebih dari 90 hari setelah tanam dan biasanya sekitar bulan Maret. Sebelum panen petani melihat tanda-tanda yaitu butir padi kelihatan masak merata atau sudah berwarna kuning, bernas, daun bendera terlihat kering dan kerontokan gabah bisa diremas dengan tangan. Alat yang digunakan adalah sabit.

Produksi yang diperoleh sebesar 138,13 blek/ha atau sebesar 1.381,30 kg.

(5)

Keuntungan Hasil Usahatani Padi (Oryza sativa L) di Desa Karang Dukuh Kecamatan Belawang Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan

Analisis Biaya Penyelenggaraan Usahatani

Biaya yang dialokasikan petani contoh dalam kegiatan usahatani padi yang nyata- nyata dikeluarkan, (eksplisit) yaitu meliputi Biaya penyusutan alat, Hand traktor, biaya sarana produksi dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK).

1.Biaya Eksplisit

Penyusutan Alat dan Perlengkapan

Biaya penyusutan alat/perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan usahatani padi rata-rata sebesar Rp.20.885,87/petan..

Data lebih rinci lihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Rata-rata Biaya Penyusutan alat dan Perlengkapan Pada Usahatani Padi di Desa Karang Dukuh

No Sarana Produksi Rata-Rata Persentase (%) 1.

2.

3.

4.

5.

6..

Sabit Cangkul Terpal Karung Asak Plastik pagar

1.684,78 1.250,00 3.125,00 1.528,99 543,48 12.753,63

8,07 5,98 14,96 7,32 2,60 61,06

Jumlah 20.885,87 100,00

Sumber : Pengolahan Data Primer

Sewa Hand Traktor

Dalam kegiatan pengolahan tanah seluruh responden melakukan pengolahan tanah menggunakan hand traktor dengan biaya Rp. 300.000 untuk dibajak dan glebeg dan Rp 250.000 untuk diglebeg 2 kali.

Adapun besarnya biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 6.250.000 atau rata-rata sebesar Rp. 271.739,13/petani.

Sarana Produksi

Biaya sarana produksi yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani padi meliputi biaya penggunaan pupuk urea, kapur dan insektisida dan Rodentisida.

Rata-rata biaya sarana produksi sebesar Rp 201.108,70/petani/ha. Data lebih rinci lihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Biaya Sarana Produksi Pada Usahatani Padi di Desa Karang Dukuh No Sarana Produksi Rata-Rata

(Rp)

Persentase (%) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

Benih Pupuk Urea Kapur pertanian Insektisida Rodentisida Pestisida

300.000,00 395.652,17 141.304,35 5.543,48 29.217,39 77.173,91

31,62 41,70 14,89 0,58 3,08 8,13

Jumlah 948.891,30 100,00

Sumber : Pengolahan Data Primer

Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga

Untuk melaksanakan kegiatan usahatani tentunya diperlukan tenaga kerja, baik tenaga kerja upahan maupun tenaga kerja dalam keluarga. Kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja upahan (TKLK) dalam kegiatan usahatani padi adalah penanaman, panen dan perontokan.

Besarnya rata-rata biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK) dalam kegiatan usahatani padi rata-rata sebesar Rp. 889.526,09/petani

Pajak Lahan

Biaya pajak lahan yang dibayar oleh petani selama 1 (satu) tahun Rp.

2.711,11/ha. Dengan demikian, karena kegiatan usahatani yang dilaksanakan pada lahan tersebut 2 (dua) kali dalam setahun, maka pajak lahan yang dihitung sebesar Rp.

1.355,56/petani/ha.

Biaya eksplisit rata-rata yang dikeluarkan dalam penyelenggaraan

usahatani padi sebesar

Rp.2.137.397,95/petani. Data lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Biaya Eksplisit Pada Usahatani Padi di Desa Karang Dukuh

No Biaya Eksplisit Rata-Rata (Rp)

Persentase (%) 1.

2.

3.

4.

5.

6

Penyusutan alat Sewa hand traktor Sewa Hand sprayer Saprodi I

TKLK Pajak lahan

20.885,87 271.739,13 5.000,00 948.891,30 889.526,09 889.526,09

0,98 12,71 0,23 44,39 41,62 0,06

Jumlah 2.137.397,95 100,00

Sumber : Pengolahan Data Primer

(6)

Keuntungan Hasil Usahatani Padi (Oryza sativa L) di Desa Karang Dukuh Kecamatan Belawang Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan

Biaya Implisit

Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga Biasanya biaya tenaga kerja dalam keluarga oleh petani kurang begitu diperhatikan, khususnya mengenai upah yang diberikan. Walaupun petani tidak mengupah secara langsung untuk penggunaan tenaga kerja dalam keluarga sendiri, tetapi dalam perhitungan suatu usahatani upah tersebut tetap diperhitungkan, karena ia sekaligus merupakan pendapatan bagi keluarga petani itu sendiri.

Rata-rata biaya untuk penggunaan tenaga kerja dalam keluarga adalah sebesar Rp. 2.483.586,96/petani. Untuk tanam dilaksanakan “Handipan“ (bahasa masyarakat setempat). Handipan adalah semacam arisan tenaga kerja untuk tanam yang dilaksanakan masyarakat petani di Desa Karang Dukuh dan desa-desa sekitarnya. Umumnya dilakukan oleh wanita 40 – 45 orang perkelompok. Sedangkan tenaga pria digunakan untuk mencabut benih 1 hari sebelum tanam 12 – 15 orang perkelompok. Pertanaman diatur bergiliran sesuai kesiapan lahan dan harus selesai setengah hari dalam 1 ha. Peraturannya apabila tidak hadir maka dibayar dengan ketidak hadiran pada musim tanam berikutnya, atau digantikan dengan orang lain.

Bunga Modal

Bunga modal diperhitungkan dan dimasukkan dalam biaya implisit, karena modal yang digunakan adalah milik petani sendiri. Perhitungan baiya bunga modal adalah dengan jalan mengalikan antara total biaya eksplisit yang dikeluarkan petani dengan besarnya bunga modal ( tingkat suku bunga ) yang berlaku saat itu. Rata-rata bunga modal yang dikeluarkan petani sebesar Rp. 315.819,93/petani/ musim tanam.

Penerimaan

Penerimaan merupakan hasil

perkalian antara jumlah produksi fisik dengan harga yang berlaku komoditi tersebut. Produksi yang diperoleh rata-rata sebesar 138,13 blek atau 1.381,30 kg/petani atau 1,381 ton/petani/ha dengan harga yang berlaku 76.000/blek. Penerimaan petani pada usahatani padi rata-rata sebesar Rp.10.359.782,61/petani.

Pendapatan

Diketahui penerimaan rata-rata sebesar 10.359.782,61/petani dan biaya eksplisit rata-rata sebesar Rp.2.137.397,95/petani, Sedangkan rata-rata pendapatan yang diperoleh petani contoh dalam satu kali proses produksi sebesar Rp.18.222.384,66/petani.

Keuntungan

Keuntungan adalah hasil pengurangan antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan petani dalam satu musim tanam. Rata-rata keuntungan yang diperoleh petani dalam satu musim

tanam adalah sebesar Rp.

4.780.297,21/petani.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan analisis data primer mengenai usahatani padi di Desa Karang Dukuh Kecamatan Belawang Kabupaten Barito Kuala, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Bahwa penyelenggaraan usahatani padi di Desa Karang Dukuh, dilakukan secara semi mekanis. Adapun luas lahan yang diusahakan untuk usahatani padi rata- rata 1 hektar

2. Produksi yang diperoleh rata-rata sebesar 138,13 blek atau 1.381,30 kg/petani atau 1,381 ton/petani dengan harga yang berlaku 76.000/blek.

3. Penerimaan petani rata-rata sebesar Rp.10.359.782,61/petani

4. Pendapatan yang diperoleh petani contoh dalam satu kali proses produksi sebesar

(7)

Keuntungan Hasil Usahatani Padi (Oryza sativa L) di Desa Karang Dukuh Kecamatan Belawang Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan

Rp.18.222.384,66/petani. Sedangkan rata- rata keuntungan yang diperoleh petani dalam satu musim tanam adalah sebesar Rp. 4.780.297,21/petani.

Saran

1. Agar pendapatan lebih meningkat lagi maka perlu lebih diperhatikan dalam pengelolaan usahatani yang diusahakan terutama pada penggunaan alat (mekanis) dan sarana produksi yang sesuai dengan anjuran.

2. Perlu adanya bantuan dari pemerintah dalam hal perbaikan teknik usahatani padi sehingga dihasilkan produksi yang lebih baik.

3. Untuk menjaga kestabilan harga jual padi maka perlu peran pemerintah untuk mengatur harga jual ataupun mengendalikan harga padi dipasaran, sehingga petani tidak dirugikan

DAFTAR PUSTAKA.

Boediono, 1982. Ekonomi Mikro. Penerbit BPEE, Jakarta.

Bishop. C.E. dan Toussaint.W.D, 1978.

Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian. Penerbit Mutiara.

Jakarta.

Deptan, 1993. Bercocok Tanam Padi di Berbagai Tipe Lahan. Banjarbaru.

Deptan, 1984. Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian dan Aplikasinya.

Yogyakarta.

Deptan, 1987. Pasca Panen Padi pasang surut, Palawija, Hortikultura.

Banjarbaru.

Deptan, 2002. Laporan Tahunan Mantri Tani Kecamatan Tabukan Kabupaten Barito Kuala

Fadholi Hernanto, 1989. Ilmu Usahatani.

PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Iberahim Manwan, 1989. Status Pengolahan Hama Padi di Indonesia, Bogor.

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1985. Metode Pengambilan Contoh. LP3ES. Jakarta.

Mosher.AT. 1987. Menggerakan dan Membangun Pertanian. Penerbit Yasaguna. Jakarta.

Mubyarto, 1989, Pengantar Ekonomi Pertanian, Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).

Jakarta.

Soehardjo dan Dahlan Patong, 1982. Sendi- sendi Pokok Ilmu Usahatani.

Penerbit Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin (LEPHAS), Ujung Pandang.

Soekartawi, 1988, Pengantar Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. UI Press, Jakarta.

Syarifuddin A. Kasim. 1995, Pengantar Eknomi Produksi Pertanian.

Lambung Mangkurat University.

Banjarbaru.

Referensi

Dokumen terkait

Peserta Nama TWK TIU

[r]

Pada hari ini Senin tanggal Delapan bulan Juli tahun Dua Ribu Tiga Belas dimulai Pukul 10.30 WIB s/d Pukul 23.59 WIB dengan mengambil tempat di Dinas Bina Marga dan Cipta

Di negara Jepun para guru menyediakan pengajaran bermula dengan perbincangan. secara tidak formal bersama rakan atau sesiapa sahaja yang boleh

Sistem pengukuran kinerja dibangun dan dikembangkan untuk menilai sejauh mana capaian kinerja pemerintah Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten OKU TIMUR yang bisa

Adapun tujuan worskshop ini yang pertama adalah untuk mendorong hak-hak Penyandang Disabilitas untuk mendapatkan penghormatan, perlindungan, pemenuhan dan pemajuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Faktor Risiko Umur, Jenis Kelamin, Kegemukan, dan Hipertensi dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe II di

Dari hasil pemeriksaan kadar kolesterol LDL pada 25 sampel pasien diabetes melitus tipe 2 non PJK terdapat 9 (18%) pasien dengan kadar kolesterol LDL normal dan 16