• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci : Penyaluran Kredit, Kredit Bermasalah dan Rentabilitas.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kata Kunci : Penyaluran Kredit, Kredit Bermasalah dan Rentabilitas."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KREDIT DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP RENTABILITAS

(Studi Kasus Pada bank bjb Cabang Tasikmalaya) Rosmiyanti

083403102 Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyaluran kredit, kredit bermasalah dan rentabilitas dan untuk mengetahui pengaruh penyaluran kredit terhadap kredit bermasalah, dan untuk mengetahui pengaruh penyaluran kredit dan kredit bermasalah secara parsial maupun secara simultan terhadap rentabilitas pada bank bjb Cabang Tasikmalaya. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus pada bank bjb Cabang Tasikmalaya. Data yang dikumpulkan berupa data primer dengan teknik analisis data menggunakan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) penyaluran kredit mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap kredit bermaslah, (2) penyaluran kredit secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap rentabilitas, kredit bermasalah secara parsial mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap rentabilitas, penyaluran kredit dan kredit bermasalah secara simultan mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap rentabilitas.

Kata Kunci : Penyaluran Kredit, Kredit Bermasalah dan Rentabilitas.

PENDAHULUAN

Seiring dengan semakin

berkembangnya volume

pembangunan dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, maka semakin besar pula peranan yang dilakukan bank terkait dengan kebutuhan masyarakat akan dana. Bagi bank sendiri, hal ini merupakan peluang bagi perkembangan usaha mereka karena salah satu sumber pendapatan utama yang diproleh adalah dari operasi perkreditan.

Sebagaimana telah diketahui, sekarang ini persaingan antar bank semakin tinggi. Fenomena bermunculannya bank-bank yang semakin banyak dengan variasi kredit dan produk yang ditawarkan, mengakibatkan persaingan yang besar

pula sehingga untuk

mengantisipasinya pihak perbankan berlomba-lomba menyalurkan kredit sebesar mungkin dengan tetap harus menjaga kehati-hatian dalam melakukan kebijakan perkreditannya melalui analisa kredit maupun kebijakan dalam pengelolaannya, diantaranya dengan memberikan berbagai kemudahan dalam pemberian kredit baik dari segi jangka waktu yang relatif bervariasi, bunga yang relatif lebih kecil, maupun fasilitas yang mudah terjangkau.

Akan tetapi, tetap saja tidak semua penyaluran kredit akan memberikan keuntungan kembali.

Karena seringkali pengembalian kredit yang disalurkan tidak berjalan dengan lancar dan pada kenyataanya tidak pernah lepas dari adanya kredit

(2)

bermasalah. Kredit bermasalah akan berakibat pada kerugian bank, yaitu kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan, maupun pendapatan bunga yang tidak dapat diterima. Artinya, bank kehilangan kesempatan mendapat bunga yang berakibat pada penurunan pendapatan secara total. (Ismail:

2010: 123).

Disisi lain, bank juga harus mampu mengelola dana yang diperoleh dari masyarakat dengan sebaik mungkin. Dapat dibayangkan jika suatu bank tidak mampu menyalurkan kredit, sementara dana yang terhimpun jumlahnya besar maka sudah dapat dipastikan bahwa bank tersebut akan mengalami kerugian karena harus membayar bunga atas simpanan. Ini berarti bahwa bank tidak hanya berfungsi sebagai lembaga penghimpun dana saja tetapi berfungsi sebagai lembaga penyalur dana pula. Kesalahan dalam penyaluran dana lebih merugikan lagi jika tidak diproses dengan baik. Hal itu dapat menyebabkan banyaknya jumlah kredit yang bermsaalah. Jika hal tersebut dialami oleh bank maka tingkat rentabilitas bank tersebut akan mengalami penurunan.

Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan yang diperoleh. Akan tetapi tidak berarti bahwa jumah kredit yang disalurkan besar akan memberikan keuntungan yang besar pula. Karena dalam setiap penyaluran kredit terdapat risiko kredit yang melekat yang jika tidak mampu meminimalisirnya akan berdampak pada tingkat kredit bermasalah perbankan.

Kredit bermasalah

menggambarkan suatu situasi dimana

persetujuan pengembalian kredit mengalami risiko kegagalan, bahkan menunjukkan kepada bank akan memperoleh rugi yang potensial.

Dalam penyaluran kreditnya, bank harus siap menghadapi risiko kredit yang menyebabkan kredit tersebut menjadi bermasalah. Untuk itu, bank harus melakukan analisis kredit dengan baik agar bisa mendeteksi kemungkinan terjadi kredit bermasalah. (Ismail, 2010: 121) Selain itu kredit bermasalah yang terjadi dapat pula memberikan dampak terhadap kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Dimana salah satu kemampuan bank dalam menghasilkan laba tersebut dapat diperoleh dari penyaluran kredit.

Hal ini yang harus diperhatikan oleh PT. bank bjb tbk sebagai bank pemerintah yang terus mengalami perkembangan usaha baik melalui ekspansi kredit, penyediaan jasa, maupun penyaluran kredit. PT. bank bjb tbk mencatat pertumbuhan kredit sebesar 21 persen pada triwulan I tahun 2012 menjadi Rp. 29,10 triliyun. Menurut dirut bank bjb Bien Subiantoro, pada saat yang sama prinsip kehati-hatian terus dilaksanakan dengan menjaga portofolio rasio kredit bermasalah sehingga NPL (Non performing Loan) semester pertama tahun ini dijaga di angka 1,2 persen. Kemudian bank bjb juga membukukan asset Rp. 63, 68 triliun pada triwulan I 2012 meningkat dari Rp. 46,66 triliun pada periode sama tahun sebelumnya. Laba pada triwulan pertama ini meningkat menjadi Rp. 270 milyar dari Rp. 260 milyar pada periode yang sama tahun sebelumnya. (www.pikiran-rakyat- online.com/node/186704)

(3)

Dari keterangan tersebut diatas, bisa diidentifikasi bahwa ketika penyaluran kredit meningkat dengan kredit bermasalah yang bisa dijaga maka aset bertambah dan laba pun bertambah. Hal itu berarti rentabilitas pada PT. Bank bjb tbk dapat dikatakan baik. Akan tetapi tidak selamanya kredit bermasalah itu bisa dijaga dalam posisi yang sama setiap periodenya. Adakalanya kredit bermasalah tersebut mengalami fluktuasi setiap periodenya yang nantinya bisa mempengaruhi terhadap perolehan laba ataupun terhadap rentabilitasnya.

Begitu pula dengan bank bjb Cabang Taskmalaya, turut aktif dalam melakukan penyaluran berbagai macam kredit guna membiayai kegiatan-kegiatan perekonomian daerah agar semakin maju dan berkembang ditengah persaingan yang semakin ketat. Oleh karena itu bank bjb Cabang Tasikmalaya dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan serta dapat menjaga kepercayaan masyarakat untuk menyimpan dan meminjam dana di bank bjb Cabang Tasikmalaya.

Seperti yang diketahui bahwa bank bjb merupakan bank pemerintah yang memiliki kontribusi cukup penting terhadap perekonomian daerah. Selain itu, setiap periodenya terjadi peningkatan penyaluran kredit dan nasabah yang menyimpan dananya di bank bjb Cabang Tasikmalaya meskipun tak dipungkiri potensi terjadinya kredit bermasalah tetap ada.

Demikian halnya, penyaluran kredit inilah yang menjadi andalan dalam memperoleh laba, akan tetapi tidak selamanya kegiatan perkreditan

yang dilakukan bank tersebut berjalan lancar serta sesuai dengan yang diharapkan, terutama dalam hal pengembaliannya oleh debitur. Hal ini terbukti dengan banyaknya kasus- kasus kredit bermasalah pada hampir semua bank khususnya yang ada di Indonesia atau dikenal dengan Non performing Loan.

TINJAUAN PUSTAKA

Penyaluran kredit menurut Ismail (2010: 26) adalah kegiatan penyaluran dana dari bank kepada nasabah (debitur), dan nasabah wajib untuk mengembalikan dana pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan.

Menurut IAI dalam PSAK No. 31 mengenai akuntansi perbankan paragrap 24 (2009: 31.5), kredit bermasalah adalah kredit yang pembayaran angsuran pokok dan/atau bunganya telah lewat 90 hari atau lebih setelah jatuh tempo atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan.

Apabila dikaitkan dengan tingkat kolektibilitasnya menurut SE No. 6 /23/ DPNP tanggal 31 Mei 2004, kedit bermasalah adalah perbandingan antara jumlah kredit kurang lancar, kredit yang diragukan dan kredit macet dengan total kredit.

Dimana dapat dirumuskan sebagai berikut:

NPL=

Kredit Kurang Lancar + Diragukan + Macet

Total Kredit x

100%

Rentabilitas adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.

(Lukman Dendawijaya, 2009: 118)

(4)

Khusus untuk dunia perbankan, penilaian tentang rentabilitas yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank adalah dengan menggunakan Return on Asset

(ROA). Menurut Lukman

Dendawijaya (2009: 118) Return on Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan.

Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.

Rumusnya:

ROA= Laba Sebelum Pajak

Total Aktiva x 100%

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus.

Menurut Mohammad Nazir (2005: 54) yang dimaksud dengan metode deskriptif analisis adalah suatu metode yang meneliti status kelompok manusia, objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan sisitematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Selanjutnya penelitian studi kasus menurut Syamsul Hadi (2006: 21) adalah penelitian dengan pendekatan studi kasus adalah penelitian dengan menggunakan satu kasus sebagai objek penelitian.

TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik yang digunakan dalam Pengujian Hipotesis Asosiatif ini adalah Analisis Korelasi dan Analisis Regresi melalui Analisis Jalur (Path Analysis). Oleh karena itu, sebelum mempelajari analisis jalur, maka terlebih dahulu harus dipahami konsep dasar analisis regresi dan korelasi (Sugiyono, 2009: 297).

Dimana analisis korelasi digunakan untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih, baik hubungan yang bersifat simetris, kausal dan reciprocal, sedangkan analisis regresi digunakan untuk memprediksikan seberapa jauh perubahan nilai variabel-variabel dependen, bila nilai variabel independen di manipulasi/dirubah-rubah atau dinaik- turunkan (Sugiyono, 2009: 260).

PENGUJIAN HIPOTESIS

Pengujian hipotesis akan dimulai dengan penetapan hipotesis operasional, penetapan tingkat signifikan, uji kelayakan, kriteria dan penarikan kesimpulan.

1. Penetapan Hipotesis Operasional Pada penetapan hipotesis, hipotesis yang akan diuji dimaksudkan untuk melihat ada tidaknya pengaruh antara variabel-variabel penelitian. Hipotesis yang digunakan adalah:

Ho1 : penyaluran kredit tidak berpengaruh terhadap kredit bermasalah

Ha1 : penyaluran kredit berpengaruh terhadap kredit bermasalah

Ho2 : penyaluran kredit dan kredit bermasalah secara parsial tidak berpengaruh terhadap rentabilitas.

(5)

Ha2 : penyaluran kredit dan kredit bermasalah secara parsial berpengaruh terhadap rentabilitas.

H𝑜3 : penyaluran kredit dan kredit bermasalah secara

simultan tidak

berpengaruh terhadap rentabilitas.

Ha3 : penyaluran kredit dan kredit bermasalah secara simultan berpengaruh terhadap rentabilitas.

2. Penetapan tingkat signifikansi Taraf signifikan (𝛼) ditetapkan sebesar 5%. Ini berarti kemungkinan kebenaran hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 95% atau toleransi kemelesetan 5%. Taraf signifikan ini adalah tingkat yang umum digunakan dalam penelitian sosial karena dianggap cukup nyata untuk mewakili hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.

3. Uji signifikansi

Untuk menguji signifikan dilakukan dua pengujian, yaitu:

a. Secara simultan menggunakan uji F

b. Secara parsial menggunakan uji t

4. Kaidah keputusan

Kaidah keputusan yang digunakan adalah:

a. Terima Ho jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dan tolak Ho jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 >

𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

b. Terima Ho jika –t 1

2𝛼 ≤ tℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ t 1

2𝛼 dan tolak Ho jika –t 1

2𝛼 > tℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 atau tℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > t

1 2𝛼

5. Penarikan kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian di atas, penulis akan melakukan analisis secara kuantitatif. Dan hasil analisis tersebut akan ditarik kesimpulan, apakah hipotesis yang telah ditetapkan itu diterima atau ditolak.

HASIL PEMBAHASAN

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis) dengan menggunakan SPSS Versi 16.0.

Hasil penelitian yang diperoleh kemudian dianalisis untuk melihat penyaluran kredit (X1), kredit bermasalah (X2) dan rentabilitas (Y) pada bank bjb Cabang tasikmalaya, pengaruh variabel X1 (penyaluran kredit) terhadap variabel X2 (kredit bermasalah) pada bank bjb Cabang Tasikmalaya, pengaruh variabel X1 (penyaluran kredit) dan variabel X2 (kredit bermasalah) secara parsial dan simultan terhadap variabel Y (rentabilitas) pada bank bjb Cabang Tasikmalaya.

Perubahan penyaluran kredit per triwulan pada bank bjb cabanag Tasikmalaya yang cenderung terus

mengalami peningkatan

mengindikasikan bahwa kredit tersebut realisasi/landingnya baik. Hal itu dipengaruhi oleh semakin banyaknya debitur. Disamping itu, pengaruh lainnya yaitu layanan kredit secara cepat, tepat, dan akurat serta memberikan kepuasaan terhadap nasabah sehingga nasabah menjadi loayal, kemudian promosi melalui pengenalan produk perbankan secara intens melalui berbagai media (pencitraan bank), serta tingkat suku bunga yang cukup bersaing.

(6)

Berdasarkan tabel yang diperoleh dari Laporan Perbandingan Kolektabilitas bank bjb Cabang Tasikmalaya triwulan I tahun 2009 sampai dengan triwulan III tahun 2012 dapat diketahui bahwa NPL dari tiap triwulan mengalami fluktuasi yang berbeda-beda. Tingkat NPL paling tinggi terjadi pada triwulan IV tahun 2010, yaitu 0,57%. Hal ini disebabkan karena nasabah mengalami kegagalan dalam usahanya sehingga tidak mampu mengembalikan pinjamannya sesuai dengan perjanjian. Sedangkan tingkat NPL paling rendah terjadi pada triwulan IV tahun 2011, yaitu 0,28%.

Hal ini disebabkan karena keberhasilan nasabah dalam menjalankan usahnya sehingga mampu mengembalikan pinjaman tepat pada waktunya. Adanya tingkat NPL yang mengalami fluktuasi yang berbeda-beda akan berdampak terhadap perbandingan perubahan tingkat NPL pada bank bjb Cabang Tasikmalaya.

Berdasarkan tabel Perubahan NPL bank bjb Cabang Tasikmalaya per triwulan 2009 sampai dengan 2012 dapat diketahui bahwa perubahan NPL dari tiap triwulan mengalami fluktuasi yang berbeda-

beda. Peningkatan perubahan NPL paling tinggi terjadi pada triwulan I tahun 2012, yaitu meningkat sebesar 0,26% sedangkan penurunan perubahan NPL paling tinggi terjadi pada triwulan II tahun 2012, yaitu menurun sebesar 0,18%.

Peningkatan rentabilitas menunjukkan bahwa bank bjb Cabang Tasikmalaya mampu mengelola dan menjaga kinerja bank. Penyebab dari peningkatan tingkat rentabilitas adalah total aktiva yang dimiliki perusahaan dan keuntungan yang diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan. Sedangkan penurunan rentabilitas menunjukkn bahwa bank kurang mampu mengelola dan menjaga kinerja bank. Akan tetapi untuk bank bjb Cabang Tasikmalaya sendiri, terjadinya penurunan rentabilitas itu disebabkan karena total aktiva yang mengalami peningkatan yang besar disebabkan bank bjb Cabang Tasikmalaya terus melakukan penambahan jaringan, penambahan SDM maupun jumlah debitur yang mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan penyaluran kredit tersebut.

Adapun hasil SPSS versi 16.0 adalah sebagai berikut:

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Penyaluran

Kredita . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Kredit Bermasalah

(7)

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .082a .007 -.070 .09304

a. Predictors: (Constant), Penyaluran Kredit

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .001 1 .001 .088 .772a

Residual .113 13 .009

Total .113 14

a. Predictors: (Constant), Penyaluran Kredit b. Dependent Variable: Kredit Bermasalah

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.475 3.059 -.155 .879

Penyaluran

Kredit .033 .111 .082 .296 .772

a. Dependent Variable: Kredit Bermasalah Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Kredit Bermasalah,

Penyaluran Kredita . Enter a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Rentabilitas

(8)

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .590a .348 .240 .85012

a. Predictors: (Constant), Kredit Bermasalah, Penyaluran Kredit ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4.635 2 2.318 3.207 .077a

Residual 8.672 12 .723

Total 13.307 14

a. Predictors: (Constant), Kredit Bermasalah, Penyaluran Kredit b. Dependent Variable: Rentabilitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 80.001 27.979 2.859 .014

Penyaluran Kredit -2.556 1.016 -.588 -2.515 .027

Kredit

Bermasalah -.219 2.534 -.020 -.087 .932

a. Dependent Variable: Rentabilitas

Hasil pengolahan data dengan SPSS Versi 16.0 diperoleh R yang menunjukkan keeratan hubungan antara penyaluran kredit dan kredit bermasalah sebesar 0.082 berarti tingkat hubungan sangat rendah dan besarnya pengaruh dari penyaluran kredit terhadap kredit bermasalah adalah sebesar 0,7%. Artinya bahwa dengan adanya penyaluran kredit maka

bank setidaknya akan mengalami kredit bermasalah sebagai dampak dari usaha bank tersebut. Akan tetapi pada bank bjb Cabang Tasikmalaya hubungan antara penyaluran kredit dengan kredit bermasalah sangat rendah karena semakin besar penyaluran kredit yang diberikan oleh bank tersebut tidak diikuti dengan kenaikan NPL melainkan kecenderungan semakin

(9)

menurun, itu disebabkan karena pihak bank bisa menjaga mutu kredit serta menanggulangi NPL yang muncul dari usaha tersebut walaupun ada beberapa triwulan dari peningkatan kredit yang diberikan NPL nya meningkat itu disebabkan kurang ketatnya prosedur dari manajemen bank tersebut.

Selanjutnya pengaruh lainnya adalah sebesar 0,993 atau 99,3%.

Kredit bermasalah dapat disebabkan oleh berbagai hal yang berasal dari pihak bank itu sendiri, kondisi nasabah, bahkan dari kondisi eksternal. Dari pihak bank adanya kesalahan dalam analisis kredit kelayakan permintaan kredit yang diajukan oleh calon debitur, lemahnya sistem informasi kredit maupun sistem pengawasan dan administrasi kredit serta kondisi nasabah dimana adanya penggunaan pinjaman tidak sesuai dengan yang telah dijanjikan atau adanya musibah yang menimpa nasabah dan kondisi ekonomi yang mengalami inflasi sehingga meningkatkan tingkat suku bunga.

Untuk menguji signifikan tidaknya nilai R square tersebut digunakan uji t. Berdasarkan perhitungan SPSS Versi 16.0 diperoleh thitung sebesar 0,296 dan ttabel sebesar 2,178 dimana sesuai dengan kaidah keputusan jika – t 1

2𝛼 ≤ tℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ t 1

2𝛼 maka terima Ho atau dengan melihat tingkat signifikansi dapat dilihat dari nilai sig.

hasil output SPSS yaitu 0,772 dimana 0,772 > 0,05 artinya penyaluran kredit berpengaruh tidak signifikan terhadap kredit bermasalah.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lukman Dendawijaya (2009: 24) bahwa risiko terbesar yang dipikul oleh bank berasal dari kegiatan pemberian kredit,

bentuknya bermacam-macam, salah satunya risiko kredit bermasalah.

Setiap terjadinya perubahan baik peningkatan maupun penurunan pemberian kredit, maka peluang terjadinya risiko kredit bermasalah akan mengalami perubahan juga.

Adapun tidak signifikannya penyaluran kredit terhadap kredit bermasalah disebabkan oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pihak bank itu sendiri, kondisi nasabah, atau dari kondisi eksternal. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan menurut Siswanto Sutojo (2008: 21).

Pengaruh penyaluran kredit secara parsial terhadap rentabilitas pada bank bjb Cabang Tasikmalaya dapat dilihat dari indikator yang digunakan yaitu jumlah kredit yang disalurkan (X1) dan Return On Assets (ROA) dari perbandingan laba sebelum pajak dengan total aktiva(Y).

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS Versi 16.0 untuk analisis jalur, koefisien beta (𝛽) atau koefisien standar untuk variabel X1 (penyaluran kredit) terhadap variabel Y (rentabilitas) adalah sebesar 0,588 dengan arah negatif. Arah negatif disini artinya yaitu jika penyaluran kredit semakin tinggi, maka kredit bermasalah semakin menurun yang artinya dengan semakin tingginya penyaluran kredit tidak diikuti dengan semakin tinggi pula kredit bermasalah sehingga diperoleh koefisien determinasi sebesar 0,3457 atau 34,57%. Artinya yaitu bahwa penyaluran kredit mempengaruhi rentabilitas sebesar 34,57% dan sisanya 65,43% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak penulis teliti.

Untuk menguji signifikan tidaknya pengaruh penyaluran kredit terhadap rentabilitas maka dilakukan uji t

(10)

dengan diperoleh nilai thitung sebesar - 2,515 dengan mengambil taraf signifikansi 𝛼 sebesar 5% maka nilai ttabel 2,178. Hal ini sesuai dengan kaidah keputusan jika –t 1

2𝛼 > tℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 atau tℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > t 1

2𝛼 maka tolak Ho atau melihat dengan tingkat signifikan dapat dilihat dari nilai sig. hasil output SPSS yaitu 0,027. Dimana 0,027 < 0,05 artinya penyaluran kredit berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas.

Pengaruh kredit bermasalah secara parsial terhadap rentabilitas pada bank bjb Cabang Tasikmalaya dapat dilihat dari indikator yang digunakan yaitu perbandingan antara jumlah kredit bermasalah dengan kolektibilitas kredit kurang lancar, diragukan, dan macet dengan total kredit (X2) dan Return On Assets (ROA) perbandingan laba sebelum pajak dengan total aktiva(Y).

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS Versi 16.0 untuk analisis jalur, koefisien beta (𝛽) atau koefisien standar untuk variabel X2 (kredit bermasalah) terhadap variabel Y (rentabilitas) adalah sebesar 0,020 dengan arah negatif. Artinya pengaruh kredit bermasalah terhadap rentabilitas sangat rendah yaitu sebesar 0,0020.

Adapun tanda negatif tersebut memiliki arti bahwa jika kredit bermasalah meningkat, maka rentabilitas akan menurun yang artinya kredit bermasalah ini memiliki hubungan berbanding terbalik dengan rentabilitas.

Artinya semakin besar kredit bermasalah semakin kecil rentabilitas.

Begitu pula sebaliknya semakin kecil kredit bermasalah semakin besar rentabilitas. Sedangkan koefisien determinasi sebesar 0,0004 atau 0,04%.

Artinya yaitu bahwa kredit bermasalah mempengaruhi rentabilitas sebesar 0,04% dan sisanya 99,96% dipengaruhi

oleh faktor lain yang tidak penulis teliti.

Untuk menguji signifikan tidaknya pengaruh kredit bermasalah terhadap rentabilitas maka dilakukan uji t yang diperoleh nilai thitung sebesar -0,087 dengan mengambil taraf signifikansi 𝛼 sebesar 5% maka nilai ttabel 2,178. Hal ini sesuai dengan kaidah keputusan jika –t 1

2𝛼 ≤ tℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ t 1

2𝛼 maka terima Ho atau dengan melihat tingkat signifikansi yang dapat dilihat dari nilai sig. hasil output SPSS yaitu 0,932 dimana 0,932 > 0.05 artinya kredit bermasalah berpengaruh tidak signifikan terhadap rentabilitas.

Tidak signifikannya pengaruh kredit bermasalah terhadap rentabilitas disebabkan karena adanya faktor lain yang mempengaruhi yaitu adanya pendapatan lain selain bunga yang bertambah diikuti dengan efisiensi biaya yang menyebabkan laba bersih sebelum pajak tetap mengalami peningkatan meskipun kredit bermasalahnya mengalami peningkatan. Selain itu modal disetor, dana pihak ketiga berupa tabungan dan deposito serta penambahan jaringan yang menyebabkan aktiva bertambah dengan cukup signifikan.

Besarnya pengaruh penyaluran kredit (X1) dan kredit bermasalah (X2) terhadap rentabilitas (Y), dapat dilihat dari indikator yang digunakan masing- masing variabel yaitu jumlah kredit yang disalurkan (X1), perbandingan kredit bermasalah dengan kolektibilitas kredit kurang kancar, diragukan dan macet dengan total kredit (X2), dan Return on Assets (ROA) yang merupakan perbandingan laba sebelum pajak dengan total aktiva (Y) dengan Path Analysis. Dimana sebelumnya penulis telah mengajukan hipotesis

(11)

yaitu “Penyaluran Kredit dan Kredit Bermasalah Berpengaruh Terhadap Rentabilitas”.

Pengujian hipotesis secara simultan tersebut menggunakan uji F yaitu untuk menguji apakah terdapat pengaruh pnyaluran kredit dan kredit bermasalah terhadap rentabilitas pada bank bjb Cabang Tasikmalaya, dimana hasil pengolahan data dilakukan melalui SPSS.

Hasil pengolahan data dengan SPSS Versi 16.0 diperoleh R yang menunjukkan keeratan hubungan antara penyaluran kredit dan kredit bermasalah terhadap rentabilitas sebesar 0,590 berarti tingkat keeratan hubungan sedang dan besarnya pengaruh dari penyaluran kredit dan kredit bermasalah terhadap rentabilitas adalah sebesar 0,348 atau 34,8%.

Artinya secara keseluruhan antara penyaluran kredit, kredit bermasalah dan rentabilitas bank bjb Cabang Tasikmalaya mempunyai pengaruh akan tetapi tingkat hubungannya sedang dan tidak berdampak signifikan, karena ketiga variabel tersebut tergantung situasi dan kondisi dimana ada beberapa faktor lain yang lebih mempengaruhi dari ketiga variabel tersebut. Dengan kata lain, apabila bank tidak mampu memberikan kredit secara benar dan tidak mampu mengatasi kredit bermasalah maka bank akan mengalami kerugian. Oleh karena itu pengelolaan kredit harus dilakukan dengan sebaik-baiknya mulai dari analisis kredit, prosedur pemberian kredit, sampai pada pengendalian kredit bermasalah untuk bisa mengoptimalkan kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba serta mengefektifitaskan usaha sehingga berdampak pada tingkat

kesehatan bank dengan mengukur tingkat rentabilitasnya.

Untuk menguji signifikan tidaknya pengaruh penyaluran kredit dan kredit bermasalah terhadap rentabilitas maka dilakukan uji F dari hasil perhitungan SPSS Versi 16.0 diperoleh nilai Fhitung sebesar 3,207 dengan kaidah keputusan terima Ho jika Fhitung ≤ Ftabel dan tolak Ho jika Fhitung > Ftabel, dengan mengambil taraf signifikan 𝛼 sebesar 5%, maka Ftabel sebesar 3,88 atau cukup melihat sig F yaitu 0,077.

Dimana 3,207 < 3,88 dan sig F sebesar 0.077, maka Ho diterima atau dengan kata lain penyaluran kredit dan kredit bermasalah secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap rentabilitas.

Tidak signifikannya pengaruh penyaluran kredit dan kredit bermasalah terhadap rentabilitas di bank bjb Cabang Tasikmalaya dikarenakan adanya pengaruh dari faktor lain yang mempengaruhi rentabilitas bank bjb Cabang Tasikmalaya selain penyaluran kredit dan kredit bermasalah, yaitu modal sendiri dan perputaran aktiva yang ada pada bank tersebut dan tidak diteliti lebih lanjut oleh penulis.

Dari hasil analisis menunjukan bahwa koefisien korelasi jalur variabel X1 (penyaluran kredit) terhadap variabel Y (rentabilitas) adalah sebesar -0,588 sedangkan koefisien jalur variabel X1 (penyaluran kredit) dengan variabel X2 (kredit bermasalah) adalah sebesar 0,082 dan untuk koefisien jalur variabel X2 (kredit bermasalah) terhadap variabel Y (rentabilitas) adalah sebesar -0,020 dengan faktor residu sebesar 0,65289168 faktor lain yang menunjang adalah modal sendiri, perputaran aktiva dan penekanan biaya- biaya yang harus di tanggung oleh

(12)

bank yang berkaitan dengan kegiatan operasional.

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan berdasarkan data-data yang diperoleh dari bank bjb Cabang Tasikmalaya, maka dapat dibuat kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Hampir setiap periodenya penyaluran kredit Tasikmalaya mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena bertambahnya debitur baik untuk kredit konsumtif atau produktif yang membutuhkan tambahan dana pada bank bjb Cabang Tasikmalaya.

Serta terjadinya permintaan penambahan plafon kredit dari nasabah. Sedangkan untuk kredit bermasalah mengalami fluktuasi penurunan dan peningkatan tiap periodenya karena perbandingan jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah kredit bermasalah berbeda-beda yang disebabkan ketat atau tidaknya prosedur dari usaha tersebut. Sedangkan rentabilitas pada bank bjb Cabang Tasikmalaya mengalami fluktuasi yang berbeda-beda dikarenakan laba bersih sebelum pajak dan aktiva yang terus mengalami perubahan. Hal ini disebabkan karena kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba serta mengefisiensikan usaha berbeda tiap periodenya. Hal tersebut bisa dilihat dari jumlah penyaluran kredit dan munculnya kredit bermasalah yang timbul dari usaha tersebut.

2. Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi pengaruh penyaluran kredit terhadap kredit bermasalah menunjukkan bahwa penyaluran

kredit berpengaruh tidak signifikan terhadap kredit bermasalah.

3. Berdasarkan perhitungan koefisien jalur menunjukkan bahwa penyaluran kredit secara parsial berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas pada bank bjb cabang Tasikmalaya dan kredit bermasalah secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap rentabilitas pada bank bjb Cabang Tasikmalaya. Kemudian berdasarkan perhitungan koefisien jalur menunjukkan bahwa penyaluran kredit dan kredit bermasalah secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap rentabilitas.

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan Siamat. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta:

Lembaga Penerbit FE UI

Devi Wulandari. 2009. Pengaruh Pemberian Kredit Usaha Mikro Utama Terhadap Kredit Bermasalah dan Dampaknya Pada Laba Operasi, Studi Kasus pada PT. Bank Jabar Banten Cabang Tasikmalaya. Tasikmalaya:

Jurusan Akuntansi Universitas Siliwangi

Eris Permana. 2008. Pengaruh pemberian kredit dan perputaran kas terhadap likuiditas, Studi kasus pada PT. Bank BTPN

Cabang Tasikmalaya.

Tasikmalaya: Jurusan Akuntansi Universitas Siliwangi Tasikmalaya Ikatan Akuntan Indonesia. 2009.

Standar Akuntansi Keuangan.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

(13)

Ismail. 2010. Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Kasmir. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

. 2010. Manajemen Perbankan.

Jakarta: Rajawali Pers

. 2010. Analisis Laporan Keuangan.

Lukman Dendawijaya. 2009.

Manajemen Perbankan. Bogor:

Ghalia Indonesia

Kusuma Wardhani dan Amurielis Fitri, (2006). Pengaruh NPL Terhadap Efisiensi Biaya. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 17 November 2006

Muchdarsyah Sinungan. 2000.

Manajemen Perbankan. Bogor.

Ghalia Indonesia

Mudrajat Kuncoro dan Suhardjono.

2011. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:

Lembaga Penerbit Fakultas ekonomika dan Bisnis UGM Rury Andriani Pratama. 2009.

Pengaruh besarnya pemberian kredit dan biaya dana terhadap

Profitabilitas, Studi Kasus PT.

Bank Jabar Banten Cabang Ciamis. Tasikmalaya: Jurusan Akuntansi Universitas Siliwangi Siswanto Sutojo. 2008. Menangani

Kredit Bermasalah. Jakarta: PT.

Damar Mulia Pustaka

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Syamsul Hadi. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Akuntansi dan Keuangan.

Yogyakarta: Ekonisia FE UII Teguh Pudjo Mulyono. 2007.

Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersiil. Yogyakarta:

BPFE

Pikiran Rakyat Online. 2012. Bjb Catat Pertumbuhan 21 Persen. Jakarta:

available online at www.pikiran- rakyat-online.com/node/186704.

Senin 30 April 2012

Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal. 2007. Credit Management Handbook. Jakarta:

Rajagrafindo Persada

Referensi

Dokumen terkait

Antisosial adalah sikap dan perilaku yang tidak mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun masyarakat secara umum di sekitarnya. Seseorang yang antisosial

Secara umum sistem informasi rekam medis dan resep obat berbasis web ini dapa berfungsi dengan baik dalam menangani proses pendaftaran pasien lama dan pasien baru ke dalam sebuah

Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan risiko gagal tumbuh pada anak usia &gt;6-24 bulan di Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi tahun 2016. Gizi dalam

Aplikasi ini hanya memuat materi sederhana dari Kasus Coronary Artery Bypass yang dapat dipelajari untuk user yang tertarik pada.

a) Observasi/pengamatan, yaitu metode pengumpulan data dengan mengulas dan mencatat secara sistematis kejadian atau fenomena yang sedang diteliti. 26 Pengamatan ini

Data penelitian meliputi 1) kondisi pembelajaran/tutorial penulisan karya ilmiah dalam kegiatan pembelajaran/tutorial mahasiswa S1 PGSD pokjar Tuban 2) proses model

Bank Kustodian akan menerbitkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki serta Nilai Aktiva

Penelitian ini telah membuktikan bahwa mikroporositas enamel lebih rendah pada kelompok perlakuan yang diberikan pasta nano-hidroksiapatit daripada kelompok kontrol yang