Analisis Real
Johan Matheus Tuwankotta 1 December 3, 2010
1
Departemen Matematika, FMIPA, Institut Teknologi Bandung, jl. Ganesha no. 10, Bandung, In-
donesia. mailto:[email protected]
2
Daftar Isi
1 Sistem Bilangan Real: Pendahuluan 5
1.1 Himpunan . . . . 5
1.2 Struktur aljabar . . . . 7
1.3 Himpunan Terurut . . . . 10
1.4 Perluasan lapangan . . . . 11
1.5 Konstruksi Bilangan Real . . . . 13
3
4 DAFTAR ISI
Bab 1
Sistem Bilangan Real:
Pendahuluan
Faith is the substance of things hoped for, the evidence of things not seen.
(Hebrew 11:1)
Memulai sebuat buku teks tentang Matematika, selalu sulit. Senantiasa sulit untuk menen- tukan bagian mana yang akan kita terima tanpa bukti, dan bagian mana yang akan kita buktikan secara lengkap. Bagi para matematikawan yang bekerja dengan Foundation of Mathematics dan Logika Matematika, Matematika adalah Teori Himpunan dan konsekuensinya. Bagi kaum analis matematika, teori himpunan dan konsep-konsep turunannya adalah alat yang kita gunakan untuk bekerja. Oleh karena itu kita akan memulai bab ini dengan pendahuluan tentang teori himpunan.
Teori yang akan disajikan ini sangat sederhana dan singkat; pembaca yang tidak memiliki penge- tahuan yang cukup tentang ini kami anjurkan untuk mencari literatur lain sebagai sumber.
Tujuan dari bab ini adalah konstruksi himpunan bilangan real. Sekurang-kurangnya ada tiga pendekatan dalam mengkonstruksi bilangan real. Yang pertama adalah maha karya dari Richard Dedekind (1872). Pendekatan ini sangat abstrak dan akan kami perlihatkan dalam bab ini. 1 . Pendekatan kedua adalah menggunkan kelas ekivalen dari barisan-barisan Cauchy (akan diperli- hatkan di Bab III). Pendekatan ketiga adalah pendekatan aksiomatis lapangan. Tentu saja ada pendekatan lain yaitu dengan ”mempercayai adanya bilangan real tanpa mempertanyakan bukti ataupun konstruksinya.”
Kita memperkenalkan struktur dalam himpunan melalui beberapa operasi yang didefinisikan padanya. Struktur yang akan diperkenalkan adalah: grup. gelanggang, lapangan dan ruang vektor. Meski kebutuhan kita adalah lapangan, demi alasan kelengkapan kami memilih untuk memperkenalkan kedua struktur sebelumnya. Konsep tentang ruang vektor diperlukan ketika kita ingin memperluas sebuah lapangan agar memuat lapangan tertentu.
1.1 Himpunan
Himpunan merupakan suatu objek yang sangat sederhana dalam arti hanya ada keanggotaan di dalamnya, tidak ada interaksi antar anggota. Suatu himpunan dapat dinyatakan dengan cara:
1. mendaftarkan anggota-anggotanya: {1, 2, 3, 4, . . .},
2. menuliskan formula atau aturan yang mendefinisikannya: {2n|n bilangan asli}.
1
Setelah melihat konstruksi ini, kami berharap pembaca setuju bahwa bilangan real sesungguhnya sangat abstrak (tidak real)
5
6 BAB 1. SISTEM BILANGAN REAL: PENDAHULUAN Jika a anggota dari himpunan A, kita tuliskan a ∈ A. Jika A, B dua buah himpunan, maka A ⊂ B jika: anggota A adalah anggota B. Kita memiliki sebuah himpunan yang istimewa yaitu:
∅. Perhatikan bahwa karena ∅ tidak memiliki anggota, maka kalimat ”setiap anggotanya adalah anggota dari himpunan lain” senantiasa dipenuhi.
Lemma 1.1. Himpunan ∅ adalah bagian dari semua himpunan.
Definisi 1.2. Misalkan A dan B adalah dua buah himpunan. Maka 1. gabungan dari A dan B: A ∪ B = {x | x ∈ A atau x ∈ B}.
2. irisan dari A dan B: A ∩ B = {x | x ∈ A dan x ∈ B}.
3. jumlah A dan B: A + B = {x | x ∈ A atau x ∈ B, tetapi x / ∈ A ∩ B}. Operasi ini dikenal dengan ”exclusive or” dalam logika matematika.
4. pengurangan A oleh B: A\B = A − B = {x | x ∈ A tetapi x / ∈ B}.
5. komplemen dari A: A c = {x | x / ∈ A}.
6. hasil kali Cartesius: A × B = {(α, β) | α ∈ A dan β ∈ B}.
Definisi 1.3. Misalkan A n , n ∈ N adalah himpunan-himpunan. Maka
∞
[
1
A n = {x | ∃n ∈ N sehingga x ∈ A n } ,
dan
∞
\
1
A n = {x | x ∈ A n ∀n ∈ N}.
Definisi ini dapat diperluas dengan mudah untuk sebarang indeks.
Definisi 1.4. Misalkan untuk setiap α ∈ A, A α adalah himpunan. Maka:
[
α
A α = {x | ∃α ∈ A sehingga x ∈ A α } ,
dan
\
α
A α = {x | x ∈ A α ∀α ∈ A}.
Dalam Definisi 1.3 A dapat berupa interval subset dari himpunan bilangan real.
Lemma 1.5. (Hukum de Morgan) Jika A dan B adalah dua buah himpunan, maka (A ∪ B) c = A c ∩ B c dan (A ∩ B) c = A c ∪ B c .
Lebih umum,
[
α
A α
! c
= \
α
(A α ) c dan \
α
A α
! c
= [
α
(A α ) c
1.2. STRUKTUR ALJABAR 7
1.2 Struktur aljabar
Sekarang kita ingin memberikan suatu struktur dalam sebuah himpunan. Hal ini dilakukan dengan memperkenalkan interaksi antar anggota dalam sebuah himpunan. Interaksi antar anggota dalam matematika biasanya terjadi melalui sebuah operasi. Operasi adalah fungsi dari produk Cartesius himpunan tersebut ke himpunan itu sendiri. Misalkan A adalah sebuah himpunan. Pada A didefinisikan sebuah operasi yaitu:
∗ : A × A −→ A
(x, y) 7−→ z := x ∗ y Mari kita lihat beberapa contoh dibawah ini.
Contoh 1.6. Operasi penjumlahan yang telah kita kenal sejak di sekolah dasar adalah contoh dari operasi. Pandang:
+ : Z × Z −→ Z
(m, n) 7−→ m + n
Jadi + : (2, 3) 7−→ 5. Penulisan ini disingkat menjadi: 2 + 3 = 5. Demikan pula untuk operasi perkalian. Pada bilangan bulat, operasi perkalian memiliki kaitan yang erat dengan penjumlahan.
Generalisasi perkalian ke bilangan rasional, dan nantinya ke bilangan real juga memiliki cerita yang menarik, namun kita tidak akan membahasnya pada catatan kuliah ini. Diasumsikan kita memiliki pengetahuan yang memadai tentang operasi-operasi ini.
Contoh 1.7. Misalkan A = {α, β, γ, δ}. Maka jelas A × A = {(α, α), (α, β), (α, γ), (α, δ), (β, α), . . . , (δ, γ), (δ, δ)}. Definsikan pengaitan berikut:
α β γ δ
α α γ δ β
β β α γ δ
γ α δ γ β
δ β α δ γ
Maka pengaitan ini adalah sebuah fungsi pada A. Contoh ini hanyalah untuk memperlihatkan bahwa operasi pada suatu himpunan A tidak harus memiliki aturan yang biasa kita kenal. Se- lama kita dapat mendefinisikan suatu pengaitan antara anggota A × A ke A, kita memiliki operasi.
Kita akan memberikan suatu aturan pada operasi-operasi yang ada pada suatu himpunan A. Salah satunya adalah ketertutupan, yaitu hasil operasi dari dua buah buah elemen senantiasa berada di dalam himpunan yang sama. Ketika kita memberikan syarat pada sebuah operasi pada himpunan, ketika itulah kita memberikan sebuah struktur pada himpunan tersebut.
Group
Definisi 1.8. Pandang G dengan sebuah operasi ∗, dinotasikan (G, ∗). Misalkan operasi ∗ memenuhi sifat-sifat berikut ini.
(G 1 ) Untuk setiap a, b ∈ G, a ∗ b = b ∗ a.
(G 2 ) Untuk setiap a, b, c ∈ G, (a ∗ b) ∗ c = a ∗ (b ∗ c).
(G 3 ) Terdapat sebuah elemen e ∈ G yang memenuhi: a ∗ e = a, untuk setiap a.
(G 4 ) Untuk setiap a ∈ G terdapat sebuah elemen a −1 ∈ G sehingga a ∗ a −1 = e.
8 BAB 1. SISTEM BILANGAN REAL: PENDAHULUAN Maka himpunan G disebut sebuah grup komutatif terhadap operasi ∗. Jika sifat-sifat di atas kecuali (G 1 ) dipenuhi, maka G disebut sebuah grup. Elemen e pada (G 3 ) disebut elemen identitas, sedangkan elemen a −1 disebut elemen invers. Jika sifat-sifat di atas dipenuhi kecuali sifat (G 4 ) maka G disebut semigrup.
Model klasik dari sebuah group komutatif adalah himpunan bilangan bulat Z terhadap operasi penjumlahan. Elemen identitas pada penjumlahan disebut 0 dan elemen invers penjumlahan dari a ∈ Z disebut −a. Grup G dengan operasi penjumlahan adalah struktur yang mengakomodasi persamaan linear monik: x + a = b dengan a, b ∈ G dan x adalah variabel. Pada grup G semua persamaan linear monik seperti itu memiliki solusi 2 . Contoh dari suatu grup adalah himpunan bilangan bulat Z.
Gelanggang dan Lapangan
Jika struktur tersebut lebih lengkap, berupa gelanggang, maka kita dapat berbicara tentang per- samaan linear yang lebih umum yaitu: a · x + b = c, dengan a, b, c ∈ G. Meskipun persamaan linear umum dapat diakomodasi oleh ring, struktur aljabar ring tidaklah cukup untuk memuat solusi dari persamaan linear umum. Struktur aljabar yang mengakomodasi solusi dari suatu persamaan linear umum seperti ini adalah Lapangan. Untuk persamaan linear umum dengan koefisien bilan- gan bulat Z, struktur yang tepat adalah lapangan bilangan rasional Q. Persamaan linear umum dengan koefisien bilangan rasional juga diakomodasi dengan baik oleh lapangan bilangan rasional.
Definisi 1.9. Misalkan G dilengkapi dengan dua buah operasi, yaitu + dan ·. Misalkan sifat-sifat di bawah ini dipenuhi.
1. (G, +) membentuk suatu group komutatif dengan elemen identitas 0.
2. (G, ·) membentuk semigroup.
3. Hukum distributif dipenuhi: (a · (b + c) = ab + ac))
Maka himpunan G dengan kedua operasi: (G, +, ·) membentuk struktur ring (gelanggang) dengan Satuan. Elemen identitas terhadap operasi · disebut 1.
Definisi 1.10. Misalkan G dilengkapi dengan dua buah operasi, yaitu + dan ·. Misalkan sifat-sifat di bawah ini dipenuhi.
1. (G, +, ·) membentuk grup komutatif terhadap operasi +.
2. (G\{0}, ·) juga membentuk grup komutatif.
3. Hukum distributif dipenuhi: (a · (b + c) = ab + ac)).
Maka struktur aljabar yang dibentuk oleh G dengan kedua operasi tersebut adalah: lapangan.
Contoh klasik untuk struktur gelanggang adalah bilangan bulat (Z, +, ·). Juga himpunan semua polinomial juga memiliki struktur ini. Struktur Lapangan dimiliki oleh himpunan bilangan rasional:
Q =
α β
α, β ∈ Z, β 6= 0
.
2