• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Rataan Populasi Kutu Sayap ((Lipeurus caponis) pada bagian sayap ayam kampung yang diberi minuman ekstrak kunyit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Rataan Populasi Kutu Sayap ((Lipeurus caponis) pada bagian sayap ayam kampung yang diberi minuman ekstrak kunyit"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Rataan Populasi Kutu Sayap

Tabel 3. Rataan Populasi Kutu Sayap ((Lipeurus caponis) pada bagian sayap ayam kampung yang diberi minuman ekstrak kunyit

No Perlakuan

TOTAL P0 (0%) P1 (1%) P2 (2%) P3 (3%) P4 (4%)

--- ekor --- 1 55 47,5 28,75 24,5 18,5 2 63,5 36,25 35 26,5 16,5 3 63,5 42,5 37,5 20,75 22,5 4 60 28,75 26,25 30,25 22

Total 238 155 127 102 79,5 702

Rerata 59,5 38,8 32,00 25,5 20,00

Keterangan : P0 = (0%) tanpa pemberian ekstrak kunyit; P1 = 1% pemberian ekstrak kunyit P2=

2% pemberian ekstrak kunyit; P3 = 3% pemberian ekstrak kunyit; P4 = 4%

pemberian ekstrak kunyit.

Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kunyit memperlihatkan perbedaan yang nyata (P > 0,05) terhadap jumlah kutu yang terdapat di sayap ayam buras (Pada tabel 3), hal ini di tunjukkan dengan rataan penurunan populasi kutu sayap (Lipeurus caponis) di setiap perlakuan mengalami penurunan, dibandingkan pada perlakuan P0 ( tanpa pemberian ekstak kunyit).

Pada tabel 3 terlihat pengaruh dari ekstrak kunyit dalam campuran air minum yang diberikan pada ayam terhadap jumlah kutu, yang di tunjukkan pada konsentrasi 0% yang berbeda nyata terhadap konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%.

Sedangkan antar perlakukan didapatkan hasil yang berbeda nyata pada konsentrasi 1% dengan konsentrasi 2% lalu 3% dan 4%. Jumlah populasi kutu yang

(2)

2 ditemukan pada konsentrasi 0% sebesar 238 ekor, sedangkan untuk konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4% berturut- turut adalah 155 ekor, 127 ekor, 102 ekor dan 79 ekor.

Khasiat ekstrak kunyit dalam campuran air minum yang diberikan pada ayam terhadap kutu Lipeurus Caponis di sayap terjadi penurunan jumlah populasi yang berbeda nyata antara kontrol (tanpa ekstrak) dengan perlakuan (dengan ekstrak kunyit). Penurunan populasi Lipeurus terbesar dapat dilihat pada perlakuan dengan ekstrak kunyit dalam pelarut air yang berkonsentrasi tinggi, dimana jumlah populasi pada konsentrasi 4% adalah 79 ekor.

Pengaruh konsentrasi ekstrak kunyit dalam campuran air minum yang diberikan pada ayam terhadap kutu sayap (Lipeurus caponis) pada tabel 3 menunjukkan penurunan angka yang signifikan, penurunan terlihat jelas pada konsentrasi 4ml, semakin tinggi tingkatan konsentrasi ekstrak kunyit yang digunakan, semakin berkurang juga populasi dari kutu sayap (Lipeurus caponis).

Ekstrak kunyit dalam pelarut methanol sudah pernah diujikan terhadap larva nyamuk Aedes Aegypti L. Panus (2003) menyatakan ekstrak kunyit dalam pelarut methanol memiliki LC50 terendah, sehingga dengan hanya menggunakan konsentrasi kecil dari ekstrak kunyit mampu mematikan 50% dari larva (Aedes Aegypti L) yang di uji, dibandingkan dengan menggunakan aquades dan air.

Penurunan populasi ektoparasit kutu sayap (Lipeurus caponis) yang terjadi setelah diberi perlakuan ekstrak kunyit diduga disebabkan oleh zat-zat terkandung dalam ekstrak kunyit. Ekstrak kunyit diduga mengandung kurkumin, saponin, flavonoid, minyak atsiri dan alkaloid. Peranan paling utama dari kurkumin dan minyak atsiri terhdap tumbuhan itu sendiri adalah sebagai pengusir serangga

(3)

3 (mencegah daun dan rimpang rusak) serta sebagai pengusir hewan – hewan pemakan daun lainnya (Gunawan dan Mulyadi 2004).

Pengurangan populasi kutu yang diberi ekstrak kunyit terjadi juga karena kutu tersebut mati. Dimana kutu dalam hidupnya tidak dapat hidup atau berpindah ke lingkungan karena kutu hanya dapat hidup pada tubuh inang dan menghabiskan seluruh siklus hidupnya pada tubuh inang. Lain halnya dengan tungau, dimana selain bisa hidup dalam tubuh inangnya juga bisa hidup di lingkungan (Sudaryani 2003). Hal ini sejalan dengan apa yang di kemukakan oleh Pickworth & Terresa(

2005) keseluruhan siklus hidup kutu terjadi pada inang terutama pada bulu.

unggas adalah inang yag spesifik dan tidak dapat berpindah pada manusia).

B. Jenis Ektoparasit (kutu) Yang Terdapat Pada Bagian Sayap

Pengurangan jumlah diduga karena Lipeurus caponis tidak memperoleh asupan makanan yang ada dalam tubuh inang yakni Ayam Buras (Gallus Domesticus), hal ini berkaitan dengan peningkatan kemampuan tubuh Ayam

Buras mempertahankan dan meregenarasi sel-sel kulit yang telah mati, sehingga rantai makanan bagi Kutu Sayap (Lipeurus Caponis) berkurang bahkan habis.

Selain itu sebagai antioksidan dan antibakteri, ekstrak kunyit diduga menjadi racun bagi Kutu Sayap (Lipeurus Caponis) tersebut.

Mortalitas adalah angka yang menunjukkan jumlah ayam yang mati selama pemeliharaan. Semua perlakuan baik yang ditambah ekstrak kunyit (P1, P2, P3,dan P4) maupun yang tanpa penambahan (P0) menunjukkan tidak ada angka mortalitas (0%). Kunyit mengandung komponen aktif yang memiliki sifat antibakteri yaitu kurkumin, minyak atsiri pada kunyit terbukti bersifat membunuh

(4)

4 (bakterisidal) terhadap bakteri golongan Bacillus cereus, Bacillus subtilis, dan Bacillus megetenium. Selain iu minyak atsiri mampu menghambat pertumbuhan sel vegetative bacillus dengan menghambat sporanya (SAID, 2003; DARWIS et al., 1991). Tidak adanya kematian pada perlakuan diduga adanya zat bioaktif

yang dikandung oleh herbal kunyit sehingga ayam menjadi lebih sehat.

C. Jumlah Ektoparasit (kutu) Yang Terdapat Dibagian Sayap

Pemberian kunyit pada ayam buras dapat meningkatkan kekebalan tubuh.

Hal ini disebabkan karena adanya zat fitokimia yang terkandung didalam rimpang kunyit. Kunyit mengandung zat fitokimia yang biasa disebut desmetoksikurkumin.

Zat – zat fitokimia ini dapat mempengaruhi nafsu makan, meningkatkan sekresi empedu, memperbaiki fungsi hati serta tampilan limfosit darah.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan produktivitas ayam buras adalah kondisi kesehatan yang optimal. Dengan kondisi kesehatan yang optimal proses metabolisme dan penyerapan zat makanan yang terjadi didalam tubuh ayam akan berlangsung dengan baik. Penelitian yang dilakukan oleh Masni, Arif Ismanto, dan Maria Belgis (2010) membuktikan bahwa pemberian ekstrak temulawak sebesar 0,5 g per liter air minum dan pemberian ekstrak kunyit sebesar 0,25 g per liter air minum mampu menghasilkan produksi daging yang sama dengan ayam buras yang diberi vitamin dan antibiotik sintetik. Hal ini memperlihatkan bahwa pemberian ekstrak temulawak dan kunyit dapat menggantikan penggunaan vitamin dan antibiotik sintetik pada ayam buras.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Praktikno (2010) walaupun dengan sampel yang berbeda yaitu ayam buras yang diberi

(5)

5 ekstrak kunyit sebesar 400 mg /kg BB/hari mampu meningkatkan bobot badan yang lebih besar jika dibandingkan dengan buras tanpa perlakuan.

Kedua hasil penelitian diatas tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinurat et al (2009) yang menyatakan bahwa pemberian tepung kunyit pada ransum ayam buras tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan ayam buras tersebut. Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan perlakuan serta bentuk kunyit yang diberikan pada ayam buras. Pada hasil penelitian yang menyatakan pemberian kunyit memberikan pengaruh terhadap bobot badan ayam buras, bentuk dari kunyitnya adalah bebentuk ekstrak yang dicampurkan pada air minum dan kapsul yang diberikan secara oral sedangkan pada penelitian yang menyatakan penggunaan dari kunyit tidak memberikan pengaruh adalah berbentuk tepung yang dicampurkan dengan pakan dalam ransum. Perbedaan bentuk dan cara pemberian ini mungkin menyebabkan terjadinya perbedaan jumlah kunyit yang diserap oleh alat – alat pencernaan ayam buras sehingga memberikan hasil yang berbeda pula.

Kunyit ( Cucurma Domestika, Val ) merupakan jenis tanaman bumbu dan tanaman obat asli dari Asia Tenggara dan telah dikembangkan secara luas di Asia Selatan, Cina Selatan, Taiwan, Filipina dan tumbuh dengan baik di Indonesia.

Kurkumin merupakan komponen utama dalam pigmen kunyit dengan rumus molekul C21H20O6 dan disebut juga sebagai diferuloil metana dan pada kunyit biasanya terdapat dalam bentuk zat warna kurkuminoid (campuran kurkumin, monodesmetoksi kurkumin dengan bisdesmetoksi kurkumin).

(6)

6 Kurkumin termasuk senyawa fenolik, sehingga mekanisme kerja kurkumin sebagai antimikroba mirip dengan senyawa fenol lainnya.(Purseglove et al., 1981). Rimpang kunyit diketahui mengandung zat kurkumin dan khamir yang ampuh untuk membunuh mikroba dan bakteri dan merupakan golongan bahan pengawet generally recognized as safe (GRAS) atau aman bagi manusia (Agustini, 2007). Senyawa kurkuminoid yang terkandung dalam kunyit merupakan senyawa fenolik, sehingga mekanisme yang ditimbulkan mirip dengan fenol lainnya sebagai antimikroba

Kurkumin mempunyai efek anti peradangan, antioksidan, antibakteri, imunostimulan, sebagai kolagogum (menstimulasi dinding kantong empedu untuk meningkatkan sekresi cairan empedu yang berperan dalam pemecahan lemak), hipolipidemik (menurunkan kolesterol darah), hepatoprotektor (melindungi hati darizat toksik) dan sebagai tonikum (penyegar).

Sifat tonikum pada kunyit berkhasiat sebagai penyegar dan meningkatkan stamina sehingga tubuh tidak cepat lelah. Sedangkan sifat imunostimulan berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan menangkal berbagai serangan kuman penyebab penyakit, termasuk virus. Efek anti oksidan kurkumin berfungsi untuk melindungi tubuh dari serangan radikal bebas yang berbahaya.

Efek antioksidan pada kunyit sangat kuat dibandingkan jenis rimpang lainnya, bahkan lebih kuat dari vitamin E. Hal itu dikarenakan kandungan kurkumin kunyit lebih tinggi daripada rimpang lainnya, bisa dilihat dari daging rimpangnya yang berwarna kuning jingga (Wijayakusuma, 2005).

(7)

7 Berdasarkan hasil uji vitokimia kunyit melalui poses soxhletasi kunyit dan evaporasi kunyit maka diperoleh hasil uji vitokimia (flavonoid) berdasarkan tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4 : Hasil Uji Kadungan Kimia Kurkumin Dan Flavonoid Ekstrak Kunyit No Jenis Sampel Parameter Uji Hasil Analisis Motode Analisis

Uji Kualitatif

1

Serbuk Kunyit

Uji Flavonoid Reagen Wilstetter

Positif Flavonoid Uji Flavonoid

Reagen NaOH 10%

Positif Flavonoid

Standar Difference Uji Flavonoid

Reagen H2SO410%

Positif Flavonoid

Uji Kualitatif Nilai

Rf

2

Serbuk Kunyit

Uji Kurkumin Metanol : Kloroform 1:5

Positif

Kurkumin 1,167 Uji Kurkumin

Dictil eter : Kloroform 1:1

Positif

Kurkumin 1,057 KLT

Uji Kurkumin Dietel eter : Kloroform 2:1

Positif

Kurkumin 1,087

Hasil analisis laboratorium kimia UNG menyatakan bahwa, kandungan ekstrak kunyit pada tanaman kunyit yang telah di gunakan dalam penelitian kandungan kurkuminnya mencapai 1,167%, sedangkan ekstrak kunyit yang di teliti juga terbukti mengandung flavonoid. pada penelitian sebelumnya dijelaskan bahwa kandungan kimia kunyit yaitu minyak astiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa Monoterpen dan Sesquiterpen meliputi (Zingiberen,alfa,beta-turmerone), zat warna kuning yang disebut Kurkuminoid

(8)

8 sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50% -60%, monodesmitoksikurkumin dan bidesmitoksikurkumin,flavonoid, protein, fosfor, kalum, besi dan vitamin C (sidik et al, 1995).

Dari ketiga senyawa kurkuminoid tersebut, kurkumin merupakan komponen terbesar, kadar total kurkuminoid dihitung sebagai persentase kurkumin, karena kandungan kurkumin paling besar diantara komponen kurkuminoid lain.Sehingga dengan adanya berbagai keunggulan tersebut, ekstrak kunyit ( Cucurma Domestika, Val )dapat digunakan pada berbagai kebutuhan, tak terkecuali pada binatang peliharaan, termasuk unggas seperti Ayam Buras (Gallus Domesticus).

D. Feed Supplement

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi penggunaan pakan adalah dengan menambahkan feed supplement ke dalam pakan buras. Feed supplement adalah zat atau bahan yang ditambahkan ke dalam pakan yang dapat meningkatkan kesehatan ternak dan proses pemanfaatan gizi oleh ternak (Sinurat et al., 2002). Salah satu senyawa yang dapat terdapat dalam feed supplement komersial adalah antibiotik. Meskipun antibiotik mampu meningkatkan produktivitas, namun antibiotik ternyata mempunyai efek negatif terhadap kesehatan manusia ketika mereka mengkonsumsi daging dan telur (Barton dan Hart, 2001), sehingga banyak negara yang kemudian melarang penggunaannya.

Peneliti lain (Chen et al., 1998; Imik et al., 2006; dan Kyriakis et al., 2003) juga menemukan bahwa meskipun antibiotika sebagai perangsang

(9)

9 pertumbuhan dengan cara mengurangi bakteri dan memodifikasi mikroflora dalam saluran pencernaan, antibiotika juga tersimpan dalam produk ternak dan berpotensi menyebabkan resistensi mikrobia patogen yang menyerang manusia.

Hal ini diperkuat oleh Khaksefidi dan Rahimi (2005) bahwa penggunaan antibiotik untuk meningkatkan pertumbuhan, efisiensi pakan dan mencegah infeksi usus menyebabkan berkembangnya bakteria yang resisten terhadap antibiotik dalam saluran pencernaan dan adanya residu obat dalam daging, dan telur.

Feed supplement komersial disamping mengandung antibiotik, ia juga

mengandung senyawa sintetik. Terdapat bukti bahwa penggunaan senyawa sintetik mempunyai efek samping yang lebih besar daripada senyawa alami.Cao et al. (2004) menemukan bahwa penggunaan senyawa sintetik ternyata lebih

berpotensi untuk merusak sistem kekebalan tubuh daripada senyawa alami.

Mekanisme tentang lebih tingginya efek samping senyawa sintetik masih belum diketahui. Selain itu, senyawa sintetik akan terakumulasi dalam daging, dan ketika dikonsumsi, dapat mempunyai efek negatif terhadap kesehatan manusia dalam jangka panjang.

Selain permasalahan tersebut di atas, feed supplement komersial yang dijual di pasar tidak mengandung senyawa-senyawa yang mampu meningkatkan kualitas daging ayam buras seperti warna karkas dan warna daging, dan rasa daging serta tidak mengandung senyawa-senyawa yang mampu menurunkan Salmonella sp., Escherichia coli, kolesterol, trigliserida, dan bau amis produk unggas (Medion, 2007).

Gambar

Tabel 3.  Rataan Populasi Kutu Sayap ((Lipeurus caponis) pada bagian sayap      ayam kampung yang diberi minuman ekstrak kunyit
Tabel 4 : Hasil Uji Kadungan Kimia Kurkumin Dan Flavonoid Ekstrak Kunyit  No  Jenis Sampel  Parameter Uji  Hasil Analisis  Motode Analisis

Referensi

Dokumen terkait

KLIKLAH Add Member pada member yang sesuai, lalu Anda akan mendapatkan konfirmasi bahwa member tersebut akan ditransfer, namun harus mendapatkan persetujuan dari club asalnya... 19

Hasil dari penelitian ini adalah: (1) panca karakter meliputi: (a) kesalehan personal yang menitikberatkan pada akidah dan akhlak, (b) kesalehan sosial menitikberatkan pada

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam

Di dalam sebuah sistem yang dibuat dari subsistem-subsistem yang seimbang, perilaku kolektif sebagai komponen utama gerakan sosial menyatakan ketegangan-ketegangan yang

• Firewall adalah sebuah software atau hardware atau kombinasi keduanya maupun sistem itu sendiri untuk kombinasi keduanya maupun sistem itu sendiri untuk mencegah akses yang

Kedua , Regulasi sebagai tanda teks yang bersignifikasi dengan realitas sektor pariwisata dan perekonomian masyarakat Bali, yakni: (1) belum adanya regulasi

ADONIA

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan jenis penelitiannya adalah deskriptif kualitatif, karena tujuan penelitian ini untuk mencari tahu tentang