I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada saat sekarang ini pertumbuhan industri sedang gencar-gencarnya, seiring dengan pertumbuhan penduduk dunia. Industri tidak dapat dilepaskan dari penggunaan air, baik sebagai air domestik, maupun sebagai air proses dan utilitas. Hampir bisa dikatakan tidak ada industri yang tidak menggunakan air.
Tetapi dalam penggunaannya banyak industri yang mengabaikan pengolahan air, sehingga membuat umur peralatan pabrik menjadi tidak ekonomis, atau dengan kata lain tidak sesuai dengan desain yang dikehendaki, selain itu industri juga terkadang tidak memperhatikan pencemaran air yang ditimbulkannya.
Industri lebih tertarik pada aspek kimia air. Untuk kebutuhan-kebutuhan khusus, kualitas air dengan parameter-parameter kimia tertentu, sangat ditentukan dari bentuk dan jumlah substansi yang terkandung di dalamnya dan bagaimana substansi tersebut mempengaruhi proses dari ekosistem. Mineral- mineral yang terkandung dalam substansi itulah yang menentukan kualitas air dan peruntukan apa yang paling sesuai untuknya.
Dalam industri, permasalahan muncul dari sifat fisika dan kimia air itu sendiri. Misalnya air yang baik untuk mandi belum tentu baik juga untuk diminum, air yang baik untuk irigasi, belum tentu baik untuk mandi, dan air yang baik untuk diminum belum tentu baik untuk industri. Bahkan baik untuk industri tekstil, belum tentu baik untuk industri pembangkit, baik untuk industri pembangkit, belum tentu baik pula untuk industri kelapa sawit.
Mengingat pentingnya penggunaan air di industri, maka dirasa perlu untuk mengolah air tersebut agar aman dan sesuai bagi proses, aman dan
Pengolahan air tentu saja dilakukan kebanyakan oleh perusahaan, tetapi dalam pengolahan air perusahaan tidak dapat melakukannya sendiri. Dalam pengolahan air, banyak hal yang harus dilakukan, seperti desain peralatan pengolahan air, penyediaan bahan kimia untuk pengolahan air, laboraturium kimia air, trouble shooting permasalahan-permasalahan yang mungkin muncul, dan pengetahuan tentang teknologi air. Semua hal tersebut tidak mungkin dilakukan sendiri, yang mungkin apabila dilakukan sendiri justru akan menghalangi visi dan misi perusahaan, selain dari efesiensi dan efektivitas perusahaan menjadi terganggu.
Pabrik kelapa sawit menggunakan air dalam jumlah besar untuk operasionalnya, sehingga sudah tentu memerlukan pengolahan air untuk mencukupi kebutuhannya. Produk CPO (Crude Palm Oil) sebagian besar digunakan untuk makanan dan kosmetik, yang langsung bersentuhan dengan manusia, sehingga keamanan dan kesehatan manusia yang menggunakannya menjadi sangat penting. Jika pengolahan airnya tidak baik, dan atau menggunakan zat aditif yang berbahaya bagi kesehatan manusia, maka keamanan dan kesehatan manusia yang menggunakannya menjadi terancam.
Ada beberapa perusahaan pengolahan air di Indonesia yang bergerak di bidang kimia khusus untuk pengolahan air di industri minyak kelapa sawit.
Perusahaan-perusahaan tersebut membantu perusahaan minyak kelapa sawit untuk mengolah air agar dapat digunakan baik untuk keperluan domestik, maupun untuk keperluan proses produksi dan utilitas, dan juga untuk membantu mengolah limbah yang dikeluarkan oleh pabrik minyak kelapa sawit. Tabel 1 berikut adalah daftar perusahaan pengolahan air di industri minyak kelapa sawit yang bergerak di bidang kimia khusus.
Tabel 1. Daftar Perusahaan Pengolahan Air di Industri Kelapa Sawit di Indonesia Tahun 2006
No Nama Perusahaan Status
1 PT. Nalco Indonesia PMA (USA)
2 PT. Lautan Luas (GE Betz) Joint Venture (USA)
3 PT. Drew Ameroid Swiss
4 PT. Ciba Geigy Germany
5 PT. Kastraco Indonesia (Chemtreat) Joint Venture (USA) 6 CV. Tirta Kimia Indonesia (Siskem) Lokal
7 PT. Aquashield Lokal
8 PT. Hydrochem Lokal
9 PT. Aquakimia Lokal
10 PT. Aquatreat Lokal
11 PT. Kemtek Lokal
Sumber : PT. Nalco Indonesia, 2006
1.2. Perumusan Masalah
Potensi pengolahan air di industri minyak kelapa sawit masih terbuka lebar, apalagi jika dilihat dari luas lahan yang potensial untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia masih sangat besar, yaitu 26 juta hektar. Sedangkan sampai tahun 2006 baru 5,6 juta hektar yang dimanfaatkan untuk perkebunan kelapa sawit (Departemen Perindustrian, 2006). Potensi ketersediaan lahan di beberapa propinsi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Potensi Ketersedian Lahan Kelapa Sawit Tahun 2006
No Provinsi Luas (ha) No Provinsi Luas (ha) No Provinsi Luas (ha) 1 NAD 384.871 8. Bengkulu 208.794 15. Kaltim 4.700.333 2 Sumut 37.000 9. Lampung 336.872 16. Sulteng 256.238 3 Sumbar 355.814 10. Jabar 224.706 17. Sulsel 192.370 4. Riau 2.563.156 11. Banten 63.742 18. Sultra 10.264 5. Jambi 1.818.118 12. Kalbar 1.681.186 19. Papua 6.331.128 6. Sumsel 1.483.959 13. Kalteng 3.610.819
7. Babel 593.038 14. Kalsel 1.162.959
Selain itu sekarang ini konversi CPO menjadi biodiesel sedang gencar- gencarnya seiring dengan pertumbuhan kebutuhan energi dunia yang semakin tinggi, sedangkan ketersediaan energi yang berasal dari minyak bumi terbatas dan semakin lama semakin mahal. Pada Tabel 3 berikut adalah proyeksi kebutuhan CPO sebagai bahan baku untuk biodiesel sampai dengan tahun 2010.
Tabel 3. Proyeksi Kebutuhan Solar dan Pemenuhan Penyediaan Bahan Baku Biodiesel, 2006-2010
Kegiatan Satuan 2006 2007 2008 2009 2010
1. Kebutuhan Solar ribu KL 12.438 13.184 13.975 14.814 15.703 2. Penyediaan Biodiesel
a. Blue Print Energi Nasional
b. Penyediaan sektor Pertanian
- Minyak Kelapa Sawit
- Jarak Pagar
ribu KL ribu KL ribu KL ribu KL
50 62 62 0
100 132 125 7
300 419 349 70
500 741 593 148
720 785 471 314 3. Areal
a. Kelapa Sawit (dedicated area) b. Jarak Pagar
ribu Ha ribu Ha
18 40
36 341
100 345
169 360
135 375 Sumber: Apriantono (2006)
Selain biodiesel yang sedang dikembangkan, selama ini pemanfaatan CPO, selain untuk pangan juga untuk non pangan. Kebutuhan manusia akan
pangan maupun non pangan teruslah bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk dunia. Tabel 4 berikut mengilustrasikan proyeksi pertumbuhan kebutuhan CPO untuk non pangan.
Tabel 4. Kinerja Industri dan Proyeksi Penggunaan CPO untuk Non Pangan (Oleo Chemical Dasar) Tahun 2005 dan 2010
Fatty Acid F. Alcohol Glycerin
No. Uraian
2005 2010 2005 2010 2005 2010
1 Kapasitas (ton) 659,280 857,600 160,800 209,000 84,956 109,880 2 Produksi (ton) 525,312 576,000 113,490 148,200 41,000 65,600
3 Utilisasi (%) 80 67 71 71 48 60
4 Kebutuhan DN (ton) 272,015 34,200 84,550 12,000 11,098 20,075 5 Kebutuhan CPO (ton) 131,328 144,000 4,540 5,928 4,100 6,560 Sumber : Diolah dari Departemen Perindustrian, 2006
Proyeksi kebutuhan CPO untuk pangan lebih besar lagi dari sebelumnya konsumsi pada tahun 2005, 7.737.505 ton dan perkiraan konsumsi pada tahun 2010, 10.576.897 ton. Tabel 5 berikut adalah proyeksi kebutuhan CPO untuk pangan.
Tabel 5. Kinerja Industri dan Proyeksi Penggunaan CPO untuk Pangan Tahun 2005 dan 2010
Tahun 2005 Perkiraan 2010
No Uraian
MGS Margarine &
Shortening MGS Margarine &
Shortening 1 Kapasitas (ton) 9.778.000 526.000 13.396.949 671.322 2 Produksi (ton) 5.254.000 496.565 7.182.283 647.263
3 Utilisasi kapasitas % 53,73 94,40 64,60 89,00
4 Investasi (Rp Triliun ) 2.247 39 2,25 0,05
5 Kebutuhan CPO (ton) 6.040.204 571.049 9.832.545 744.352 6 Total Kebutuhan
CPO (ton) 7.737.505 10.576.897
Sumber : Diolah dari Departemen Perindustrian, 2006
Melihat peluang-peluang yang sangat besar tersebut, maka perlu bagi perusahaan untuk memanfaatkan peluang-peluang tersebut secara maksimal.
Peluang-peluang tersebut harus dapat dimanfaatkan oleh berbagai pelaku yang terkait dengan industri pengolahan minyak kelapa sawit di Indonesia, sehingga dibutuhkan strategi dan analisa yang tepat agar peluang tersebut tidak terlepas begitu saja. Tentu saja industri pengolahan air sebagai pendukung bagi tercapainya target pemerintah di industri minyak kelapa sawit termasuk yang memiliki kesempatan dan peluang tersebut.
PT. Nalco Indonesia sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan air, dalam memasarkan produknya di industri pengolahan minyak kelapa sawit selain terbantu oleh top brand yang dimiliknya, juga terbantu oleh referensi korporasi, baik yang lokal maupun multinasional, serta terbantu oleh saluran distribusi yang dimilikinya. Pada tahun 2006, dari 543 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang ada di Indonesia, 320 diantaranya adalah
kata lain sekarang ini market share PT. Nalco Indonesia di industri pengolahan minyak kelapa sawit sudah 59%.
Market Share Perusahaan Pengolahan Air di Industri Minyak Kelapa Sawit
Nalco Chemtreat Siskem Drew Ameroid Aqua Kimia Lain-lain
Sumber : Nalco (2007)
Gambar 1. Market Share Perusahaan Pengolahan Air di Industri Minyak Kelapa Sawit
Melihat market share yang sudah sedemikian tingginya dan juga melihat perkembangan dan peluang yang ada serta semakin ketatnya persaingan diantara perusahaan sejenis, maka strategi yang diterapkan selama ini dirasa masih kurang. Terutama karena sudah begitu tingginya market share yang dimiliki oleh PT. Nalco Indonesia. Oleh karena itu perlu dianalisa dan dikaji bagaimana mendapatkan strategi yang tepat untuk mempertahankan market share dan pelanggan yang ada, tetapi tetap tumbuh dengan memanfaatkan
peluang-peluang yang ada.
Berdasarkan uraian tersebut maka tesis ini mencoba untuk menjawab dan mengatasi beberapa permasalahan yang ada dengan mempelajari hal-hal berikut :
1. Bagaimana peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan PT. Nalco Indonesia dalam bisnis pengolahan air di industri minyak kelapa sawit ? 2. Bagaimana tingkat persaingan PT. Nalco Indonesia dalam bisnis
pengolahan air di industri minyak kelapa sawit ?
3. Bagaimana respon kondisi faktor internal dan eksternal PT. Nalco Indonesia menghadapi pesaing dalam bisnis pengolahan air di industri minyak kelapa sawit ?
4. Apakah strategi yang paling tepat bagi PT. Nalco Indonesia untuk menghadapi persaingan pengolahan air di industri minyak kelapa sawit ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
1. Menganalisis berbagai peluang, ancaman, kekuatan serta kelemahan PT.
Nalco Indonesia dalam industri pengolahan air di industri minyak kelapa sawit.
2. Menganalisis tingkat persaingan PT. Nalco Indonesia dalam bisnis pengolahan air di industri minyak kelapa sawit.
3. Mengidentifikasi Faktor Strategis Internal (FSI) dan Faktor Strategis Eksternal (FSE) PT. Nalco Indonesia dan memformulasikan alternatif strategi dalam mengahadapi persaingan bisnis pengolahan air di industri minyak kelapa sawit.
4. Merekomendasikan strategi bersaing bagi PT. Nalco Indonesia dalam bisnis pengolahan air di industri minyak kelapa sawit.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi PT. Nalco Indonesia dalam menentukan strategi yang tepat dalam bisnis pengolahan air di industri minyak kelapa sawit untuk mencapai visi dan misi perusahaan.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian difokuskan pada bagian pemasaran PT.
Nalco Indonesia district ISID 3, yang menangani bisnis pengolahan air di industri minyak kelapa sawit. Sedangkan wilayah pemasaran yang diteliti adalah wilayah pemasaran di Pulau Sumatera, dan Kalimantan.