• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Cangkang Sawit

Proses pembuatan asap cair salah satunya dengan menggunakan cangkang sawit yang merupakan sisa limbah pembuatan minyak kelapa sawit. Di dalam cangkang sawit tersebut terdapat kandungan asap cair, asap cair tersebut memiliki kandungan fenol yang berperan untuk mengawetkan makanan secara alami. Asap cair cangkang sawit menggunakan cangkangnya sebagai bahan bakunya.

Komposisi utama yang terdapat dalam cangkang kelapa sawit adalah hemiselulosa, selulosa dan lignin. Hemiselulosa seperti pentosan (C5H8O4) dan heksosan (C6H10O5). Pentosan banyak terdapat pada kayu keras, sedangkan heksosan terdapat pada kayu lunak. Pentosan yang mengalami pirolisis menghasilkan furfural, furan, dan turunannya serta asam karboksilat. Heksosan terdiri dari mannan dan galakton dengan unit dasar mannose dan galaktosa, apabila mengalami pirolisis menghasilkan asam asetat dan homolognya. Selain hemiselulosa, cangkang kelapa sawit juga mengandung selulosa dan lignin. Hasil pirolisis selulosa yang terpenting adalah asam asetat dan fenol dalam jumlah yang sedikit. Sedangkan pirolisis lignin menghasilkan aroma yang berperan dalam produk pengasapan. Senyawa aroma yang dimaksud adalah fenol dan eterfenolik seperti guaiakol (2-metoksi fenol), siringol (1,6-dimetoksi fenol) dan derivatnya (Girard, 1992).

Cangkang merupakan bagian paling keras pada komponen yang terdapat pada kelapa sawit. Cangkang sawit dapat diolah menjadi beberapa produk yang bernilai ekonomi tinggi salah satunya yaitu asap cair. Produk tersebut akan dijelaskan dalam uraian berikut ini.

(2)

2.1.1. Asap Cair

Asap cair merupakan asam cuka (vinegar) yang diperoleh dengan cara destilasi kering bahan baku pengasap seperti kayu, lalu diikuti dengan peristiwa kondensasi dalam kondensor berpendingin air. Asap cair dapat digunakan sebagai pengawet makanan karena mengandung senyawa-senyawa antibakteri dan antioksidan. Asap cair banyak digunakan pada industri makanan sebagai preservatif, industri farmasi, bioinsektisida, pestisida, desinfektan, herbisida dan lain sebagainya (Sutin, 2008).

Prinsip utama dalam pembuatan asap cair sebagai bahan pengawet adalah dengan mendestilasi asap yang dikeluarkan oleh bahan berkarbon dan diendapkan dengan destilasi multi tahap untuk mengendapkan komponen yang larut. Untuk menghasilkan asap yang baik pada waktu pembakaran sebaiknya menggunakan jenis kayu keras seperti kayu bakau, rasa mala, serbuk dan serutan kayu jati, cangkang kelapa sawit serta tempurung kelapa, sehingga diperoleh ikan asap yang baik (Tranggono dkk, 1997). Hal tersebut dikarenakan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu keras akan berbeda komposisinya dengan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu lunak. Pada umumnya kayu keras akan menghasilkan aroma yang lebih unggul, lebih kaya kandungan aromatik dan lebih banyak mengandung senyawa asam dibandingkan kayu lunak.

Asap diperoleh melalui pembakaran bahan yang banyak mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin. Pembakaran hemiselulosa, selolusa, dan lignin dari kayu akan menghasilkan senyawa asam dan turunannya dan fenol. Selain kayu juga dapat digunakan tempurung dan sabut kelapa, sampah organik, cangkang kopi, bambu maupun merang padi sebagai penghasil asap (Sutin, 2008).

Menurut Amritama (2007) asap cair merupakan suatu hasil destilasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran tidak langsung maupun langsung dari bahan yang banyak mengandung karbon serta senyawa-senyawa lain, bahan baku yang banyak digunakan adalah kayu, cangkang kelapa sawit, ampas hasil penggergajian kayu dll. Pszczola (1995), menyatakan asap cair didefinisikan sebagai kondensat berair alami dari kayu yang telah mengalami aging dan filtrasi untuk memisahkan

(3)

senyawa tar dan bahan-bahan tertentu. Sedangkan menurut Darmadji (1996), asap cair merupakan hasil kondensasi dari pirolisis kayu yang mengandung sejumlah besar senyawa yang terbentuk akibat proses pirolisis konstituen kayu seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin.

Pirolisis merupakan proses dekomposisi atau pemecahan bahan baku penghasil asap cair dengan adanya panas pembakaran dan oksigen yang terbatas dan menghasilkan gas, cairan dan arang yang jumlahnya tergantung pada jenis bahan, metode, dan kondisi dari pirolisisnya. Pembakaran tidak sempurna pada cangkang sawit menyebabkan senyawa karbon kompleks tidak teroksidasi menjadi karbondioksida dan peristiwa tersebut disebut juga sebagai pirolisis. Istilah lain dari pirolisis adalah destructive distillation atau destilasi kering, dimana merupakan proses penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan dengan udara luar. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa apabila cangkang sawit dipanaskan tanpa berhubungan dengan udara dan diberi suhu yang cukup tinggi, maka akan terjadi proses penguraian dari senyawa-senyawa kompleks yang menyusun kayu keras dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan, cairan, dan gas.

Menurut Tahir (1992), pada proses pirolisis dihasilkan tiga macam penggolongan produk yaitu :

1. Gas-gas yang dikeluarkan pada proses karbonisasi ini sebagian besar berupa gas CO2 dan sebagian lagi berupa gas-gas yang mudah terbakar seperti CO, CH4, ataupun H2 serta hidrokarbon tingkat rendah lain. Komposisi rata-rata dari total gas yang dihasilkan pada proses karbonisasi kayu disajikan pada tabel 2.1.

(4)

Tabel 2.1. Komposisi Rata-Rata Total Gas yang dihasilkan pada Proses Karbonisasi Kayu

Komponen Gas Persentase (%)

Karbondioksida 50,77

Karbonmonoksida 27,88

Metana 11,36

Hidrogen 4,21

Etana 3,09

Hidrokarbon tak jenuh 2,72

Sumber : Tahir (1992)

2. Destilat berupa asap cair dan tar. Komposisi utama dari produk yang tertampung adalah metanol dan asam asetat. Bagian lainnya merupakan komponen minor yaitu fenol, metil asetat, asam formiat, asam butirat, dan lainnya.

3. Residu (Karbon)

Kandungan selulosa, hemiselulosa, dan lignin dalam kayu berbeda-beda tergantung dari jenis kayu. Pada umumnya kayu mengandung dua bagian selulosa dan satu bagian hemiselulosa, serta satu bagian lignin.

Adapun proses pirolisis terjadi dekomposisi senyawa-senyawa penyusunnya, yaitu :

a. Pirolisis selulosa

Selulosa adalah senyawa makromolekul yang dihasilkan dari kondensasi linier struktur heterosiklis molekul glukosa. Selulosa terdiri dari 100 – 1000 unit glukosa (Ratna, 2008). Selulosa terdekomposisi pada temperatur 280oC dan berakhir pada 300 – 350oC. Girard (1992), menyatakan bahwa pirolisis selulosa berlangsung dalam dua tahap, yaitu reaksi hidrolisis yang menghasilkan glukosa ; dan reaksi yang menghasilkan asam asetat dan homolognya, bersama air dan sejumlah kecil furan dan fenol. Walaupun pembentukan ini lebih sering berhubungan dengan pirolisis hemiselulosa dan lignin.

(5)

b. Pirolisis hemiselulosa

Hemiselulosa merupakan polimer dari beberapa monosakarida dengan berat molekul yang relatif rendah dan terdapat didalam dinding sel tanaman bersama-sama dengan lignin dan selulosa. Rantai molekul hemiselulosa jauh lebih pendek dibandingkan dengan selulosa, dan dalam beberapa senyawa mempunyai rantai cabang. Kandungan hemiselulosa dalam kayu keras lebih besar daripada kayu lunak. Contoh hemiselulosa seperti pentosan (C5H8O4) dan heksosan (C6H10O5). Pentosan terdiri dari dua kelompok utama yaitu xilan dan araban. Dimana xilan lebih mendominasi dibandingkan araban. Pirolisis dari pentosan membentuk fural, furan, dan turunannya beserta suatu seri yang panjang dari asam karboksilat. Heksosan juga terdiri dari dua kelompok utama, yaitu mannan dan galaktan, dimana unit dasarnya secara berurutan adalah manosa dan galaktosa. Bersama-sama dengan selulosa, pirolisis heksosan membentuk asam asetat dan homolognya. Hemiselulosa akan terdekomposisi pada temperatur 200 – 250oC.

c. Pirolisis lignin

Lignin merupakan sebuah polimer kompleks yang mempunyai berat molekul yang tinggi dan tersusun atas sistem aromatik serta unit-unit fenil propana.

Senyawa-senyawa yang diperoleh dari pirolisis struktur dasar lignin berperan penting dalam memberikan aroma asap produk asapan. Senyawa ini adalah fenol, eter fenol seperti guaiakol, siringol, dan homolog serta derivatnya.

Struktur kimia lignin antara kayu keras dan kayu lunak berbeda yaitu pada bentuk senyawa metoksi dalam cincin aromatiknya, sehingga menyebabkan perbedaan pada hasil pirolisisnya. Pembakaran kayu keras terutama menghasilkan guaiakol, sedangkan pembakaran kayu lunak menghasilkan siringol (Girard, 1992). Kandungan lignin untuk tiap-tiap tumbuhan yang

berbeda akan bervariasi. Namun secara umum kandungan lignin yang terdapat dalam kayu keras berkisar antara 20 – 40%. Lignin mengalami dekomposisi pada temperatur 300 – 350oC dan berakhir pada 400 – 450oC (Ratna, 2008).

(6)

Gambar 2.1. Contoh Senyawa Fenolik yang Terdapat didalam Asap Cair

Gambar 2.2. Struktur Lignin HO OCH3

HO H3CO

H3CO Guaiakol

Siringol

OH

CH3O

[O-CH3] OH

O-CH3 O

C

OH CH3

O-CH3

CH O

O-CH3 OH O

CH2

CO CH3

O

CH2OH

CH2

(7)

LIGNIN

Gambar 2.3. Mekanisme Pirolisis Lignin dari Kayu Lunak. (Ratna, 2008)

C - CH3

OH

CH3O

OH

CH3O

CH2-CH2-CH2OH CH=CH-CH2OH

Dehidrogenasi Pemecahan

Rantai C

Oksigenasi OH

CH3O

CH=CH-COOH

Asam Firulat Dekarboksilasi

OH

CH3O

CH=CH2

4-Vinil Guaialol

OH

CH3O

COH

Vanilin Oksidasi

OH

CH3O

COOH

Asam Vanilat

OH

CH3O

CH3

4-Metil Guaiakol

OH

CH3O

CH2-CH3

OH

CH3O 4-Etil Guaiakol

O Asetovanilon

Dekarboksilasi

CH3O OH

Guaiakol Oksidasi

(8)

LIGNIN

Gambar 2.4. Mekanisme Pirolisis Lignin dari Kayu Keras. (Ratna, 2008)

OH

CH3O

OH

CH3O

CH2-CH2-CH2OH CH=CH-CH2OH

Dehidrogenasi Pemecahan

Rantai C

Oksigenasi

OH

CH3O

CH=CH-COOH

Asam Sinapat Dekarboksilasi

OH

CH3O

CH=CH2

4-Vinil Siringol

OH

CH3O

COH

Siringaldehid

Oksidasi

OH

CH3O

COOH

Asam Siringat

OH

CH3O

CH3

4-Metil Siringol

OH

CH3O

CH2-CH3

OH

CH3O 4-Etil Siringol

C - CH3

O Asetonsiringon

Dekarboksilasi

CH3O OH

Siringol

[O-CH3] [O-CH3]

[O-CH3] [O-CH3] [O-CH3]

[O-CH3] [O-CH3] [O-CH3]

Oksidasi

[O-CH3] [O-CH3]

(9)

2.1.2. Komposisi Penyusun Asap Cair

Telah disebutkan pada Bab 1, asap cair mengandung berbagai senyawa yang terbentuk karena terjadinya pirolisis tiga komponen kayu yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Girard (1992) mengemukakan bahwa lebih dari 300 senyawa dapat diisolasi dari asap kayu dari keseluruhan yang jumlahnya lebih dari 1000.

Senyawa yang berhasil dideteksi dalam asap dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan :

a. Fenol, terdapat 85 macam yang telah diidentifikasi dalam kondensat dan 20 macam dalam produk asap.

b. Karbonil, keton dan aldehid, 45 macam yang telah diidentifikasi dalam kondensat.

c. Asam, 35 macam yang telah diidentifikasi dalam kondensat.

d. Furan, 11 macam yang telah diidentifikasi dalam kondensat.

e. Alkohol dan ester, 15 macam yang telah diidentifikasi dalam kondensat.

f. Lakton, 13 macam yang telah diidentifikasi dalam kondensat.

g. Hidrokarbon alifatik, 1 macam yang telah diidentifikasi dalam kondensat dan 20 macam dalam produk asap.

h. Hidrokarbon Polisiklik Aromatik (HPA), 47 macam yang telah diidentifikasi dalam kondensat, 20 macam dalam produk asap.

Senyawa-senyawa tersebut dapat mempengaruhi flavor, pH dan daya simpan produk, karbonil yang akan bereaksi dengan protein dan menghasilkan warna produk dan fenol yang merupakan sumber utama dari flavor dan menunjukkan aktivitas bakteriostatik dan antioksidan.

Komposisi asap dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya jenis kayu, kadar air kayu dan suhu pembakaran yang digunakan. Jenis kayu yang mengalami pirolisis menentukan komposisi asap. Kayu keras pada umumnya mempunyai komposisi yang berbeda dengan kayu lunak. Kayu keras (misalnya kayu oak dan beech) adalah paling umum digunakan karena pirolisis terhadap kayu keras akan menghasilkan aroma yang lebih unggul, lebih kaya kandungan senyawa aromatik dan senyawa asamnya dibandingkan kayu lunak (kayu yang mengandung resin).

(10)

Kadar air kayu juga memberikan variasi terhadap komposisi asap. Jumlah kadar air yang meningkat menyebabkan kadar fenol yang rendah dan meningkatkan kadar senyawa karbonil. Flavor dari produk yang diasap pada kondisi ini besifat lebih asam. Suhu pembakaran kayu juga memberikan pengaruh terhadap komposisi asap.

Kadar maksimum senyawa fenol, karbonil dan asam tercapai pada suhu pirolisis 600oC. Produk yang diberi perlakuan asap yang diproduksi pada suhu 400oC lebih unggul dalam mutu organoleptiknya terhadap produk yang diberi perlakuan asap pada suhu yang lebih tinggi (Girard, 1992).

Peningkatan temperatur sebesar 150oC (dari 350 – 500oC), secara nyata tidak merubah komposisi kondensat asap tetapi terjadi sedikit peningkatan efek antioksidatif dan tidak berpengaruh pada efek antimikrobianya. Ratna (2008), menyimpulkan bahwa temperatur optimum untuk pembuatan asap berkisar 400oC.

Selain itu Fatimah (1998) menyatakan golongan senyawa penyusun asap cair adalah air (11 – 92%), fenol ( 0,2 – 2,9%), asam (2,8 – 9,5%), karbonil (2,6 – 4,0%), dan tar (1 – 7%). Senyawa-senyawa penyusun asap cair sangat menentukan sifat organoleptik asap cair serta menentukan kualitas produk pengasapan.

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik didihnya. Titik didih senyawa-senyawa pendukung sifat fungsional asap cair dalam keadaan murni dapat dilihat pada tabel 2.2.

(11)

Tabel 2.2. Senyawa Penyusun Asap Cair yang dipisahkan Berdasarkan Titik Didihnya

Senyawa Titik Didih (oC, 760mmHg) Fenol

- Guaiakol 205

- 4-metilguaikol 211

- Eugenol 244

- Siringol 267

- Furfural 162

- Piroketakol 240

- Hidroquinon 285

- Isoeugenol 266

Karbonil

- Glioksal 57

- Metil glioksal 72

- Glioksal dehida 97

- Diasetil 88

- Formaldehida 21

Asam

- Asam asetat 118

- Asam butirat 162

- Asam propionate 141

- Asam isovalerat 176

Sumber : Endah (2010)

2.2. Senyawa Fenolik

Senyawa fenolik/polifenol merupakan sekelompok metabolit sekunder yang mempunyai cincin aromatik yang terikat dengan satu atau lebih substituen gugus hidroksi (OH) yang berasal dari jalur metabolisme asam sikimat dan fenol propanoid.

Yang termasuk dalam kelompok senyawa fenolik/polifenol adalah fenol sederhana

(12)

dengan berat molekul 94, asam fenolat, kumarin, tannin, dan flavonoid. Dalam tanaman, senyawa-senyawa ini biasanya berada dalam bentuk glikosida atau esternya.

Senyawa-senyawa fenolik umumnya ditemukan pada tanaman, baik yang dapat dimakan ataupun yang tidak dapat dimakan, dan dilaporkan mempunyai sejumlah aktivitas biologis termasuk antioksidan. Senyawa fenolik mampu melindungi tanaman terhadap radiasi ultraviolet, patogen, dan herbivora (Ibnu dan Rohman, 2007).

Sementara itu, seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa senyawa fenol diduga berperan sebagai antioksidan sehingga dapat memperpanjang masa simpan produk asapan. Senyawa fenol berbentuk kristal halus, tidak berwarna atau merah muda pucat atau kuning pucat dan berwarna gelap dengan penyimpanan, berbau spesifik. Sangat larut dalam alkohol, kloroform, eter dan gliserol. Larut dalam 1 : 15 bagian air dan 1 : 70 bagian parafin cair. Fenol lebih aktif dalam larutan asam.

Penyimpanan sebaiknya pada suhu dibawah 15oC, dalam tabung yang tertutup rapat dan terlindungi dari cahaya (Ratna, 2008).

Senyawa fenol bertanggung jawab pada pembentukan flavor pada produk pengasapan dan juga mempunyai aktivitas antioksidan yang mempengaruhi daya simpan makan (Girard, 1992). Komponen senyawa fenol yang berperan dalam pembentukan flavor adalah guaiakol, 4-metilguaiakol, siringol, dan 2,6- dimetoksifenol. Guaiakol berperan memberi rasa asap, sementara siringol memberi aroma asap (Daun, 1979).

Nilai ambang fenol dari kondensat asap adalah 0,147 ppm untuk rangsangan rasa dan 0,023 ppm untuk rangsangan bau. Disamping itu fenol juga memberikan konstribusi dalam pewarnaan produk asapan. Fenol yang mempunyai kontribusi dalam pewarnaan merupakan fenol dengan berat molekul tinggi (di atas 500), memiliki gugus hidroksil yang cukup untuk membentuk ikatan silang dengan protein pada banyak sisi melalui ikatan hidrogen. Daun (1979), Maga (1987) menyatakan fenol dengan titik didih yang lebih tinggi akan menunjukkan sifat antioksidan yang lebih baik jika dibandingkan dengan senyawa fenol yang bertitik didih rendah. Adanya

(13)

fenol dengan titik didih tinggi dalam asap juga merupakan zat antibakteri yang tinggi.

Senyawa fenol menghambat pertumbuhan populasi bakteri dengan memperpanjang fase lag secara proporsional di dalam bodi atau di dalam produk sedangkan kecepatan pertumbuhan dalam fase eksponensial tetap tidak berubah kecuali konsentrasi fenol sangat tinggi.

Penggunaan senyawa fenol sebagai antimikrobia pada makanan dibatasi karena efek toksiknya. Konsentrasi penambahan fenol yang disarankan berkisar 0,020% sampai 1% tergantung dari produknya. Dalam bentuk larutan sampai konsentrasi 1%, fenol berfungsi sebagai bakteriostatik, sedangkan pada konsentrasi yang lebih tinggi berperan sebagai bakterisidal. Fenol pada konsentrasi 0,51% bisa digunakan sebagai anastesi lokal dan dapat diinjeksikan sampai 10 ml pada jaringan sebagai analgesik (Ratna, 2008).

Kadar fenol bervariasi tergantung pada macam dan bentuk kayu dengan rata- ratanya 2,85%, sedangkan untuk tempurung kelapa sebesar 5,13% (Tranggono dkk, 1997). Temperatur pirolisis kayu juga mempengaruhi kandungan senyawa fenol.

Kuantitas fenol pada kayu sangat bervariasi yaitu antara 10 – 200 mg/kg. Senyawa- senyawa fenol yang terdapat dalam asap kayu umumnya hidrokarbon aromatik yang tersusun dari cincin benzena dengan sejumlah gugus hidroksil yang terikat. Senyawa- senyawa fenol ini juga dapat mengikat gugus lain seperti aldehid, keton, asam dan ester (Maga, 1987).

2.3. Manfaat Asap Cair

Asap cair memiliki banyak manfaat dan telah digunakan pada berbagai industri, antara lain seperti :

1. Industri Pangan

Asap cair ini mempunyai kegunaan yang sangat besar sebagai pemberi rasa dan aroma yang spesifik juga sebagai pengawet karena sifat antimikrobia dan antioksidannya. Dengan tersedianya asap cair maka proses pengasapan tradisional dengan menggunakan asap secara langsung yang mengandung

(14)

banyak kelemahan seperti pencemaran lingkungan, proses tidak dapat dikendalikan, kualitas yang tidak konsisten serta timbulnya bahaya kebakaran, yang semuanya tersebut dapat dihindari.

2. Industri Perkebunan

Asap cair dapat digunakan sebagai koagulan lateks dengan sifat fungsional asap cair seperti antijamur, antibakteri, dan antioksidan tersebut dapat memperbaiki kualitas produk karet yang dihasilkan.

3. Industri Kayu

Kayu yang diolesi dengan asap cair mempunyai ketahanan terhadap serangan rayap dari pada kayu yang tanpa diolesi asap cair (Darmadji, 1996).

2.4. Jenis Asap Cair

Asap cair yang dihasilkan dari proses pirolisis perlu dilakukan proses pemurnian dimana proses ini menentukan jenis asap cair yang dihasilkan. Adapun jenis asap cair yaitu :

1. Asap Cair Grade 3

Dimana asap cair grade 3 ini merupakan pemurnian asap cair dari tar dengan menggunakan destilasi. Destilasi merupakan cara untuk memisahkan campuran berdasarkan perbedaan titik didihnya. Dengan kata lain, destilasi adalah suatu proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran dengan menggunakan dasar bahwa beberapa komponen dapat menguap lebih cepat dari pada komponen lainnya. Ketika uap diproduksi dari campuran, uap tersebut lebih banyak berisi komponen-komponen yang bersifat lebih volatile sehingga proses pemisahan komponen dari capuran dapat terjadi (Astuti, 2000). Destilasi sederhana dilakukan secara bertahap, sejumlah campuran dimasukkan kedalam sebuah bejana, dipanaskan bertahap dan dipertahankan selalu berada dalam tahap pendidihan kemudian uap yang terbentuk dikondensasikan dan ditampung dalam labu. Produk destilat yang pertama kali tertampung memiliki kadar komponen yang lebih ringan dibandingkan destilat yang lain.

(15)

Pada asap cair grade 3 ini, asap cair yang diperkirakan masih mengandung tar yang tinggi dimasukkan kedalam tungku destilasi yang dilengkapi dengan suhu dan tekanan. Cara kerjanya sama dengan pirolisis.

Bedanya hanya pada proses pirolisis sampel berupa bahan baku contohnya cangkang sawit atau tempurung kelapa, akan tetapi pada proses destilasi ini sampel adalah asap cair yang masih mengandung tar dan suhu pada destilasi sekitar 150oC. Asap cair ini memiliki ciri-ciri yaitu berwarna coklat pekat dan bau yang tajam. Asap cair ini diorientasikan untuk pengawetan karet.

2. Asap Cair Grade 2

Merupakan asap cair yang telah melewati tahapan destilasi kemudian dilakukan penyaringan zeolit. Asap cair ini memiliki warna kuning kecoklatan dan diorientasikan untuk pengawetan bahan makanan mentah seperti daging, ayam, atau ikan pengganti formalin.

3. Asap Cair Grade 1

Memiliki warna kuning pucat. Asap cair ini merupakan hasil dari proses destilasi dan penyaringan dengan zeolit yang kemudian dilanjutkan dengan destilasi fraksinasi yang dilanjutkan lagi dengan penyaringan dengan arang aktif. Asap cair ini tepat digunakan untuk bahan makanan siap saji seperti mie basah, bakso, maupun tahu (Ratna, 2008).

2.5. Reaktor Pirolisa

Dalam pembuatan asap cair cangkang sawit digunakan suatu reaktor pirolisa (gambar alat dapat dilihat pada lampiran 1) dengan komponen-komponen alat sebagai berikut :

1. Tungku pembakaran berfungsi sebagai tempat membakar. Dapat memuat bahan cangkang sawit sebanyak ±10kg.

2. Pirolisator adalah alat yang berfungsi untuk menghasilkan asap melalui pembakaran bahan.

3. Termokopel (termometer) untuk mengatur suhu diruang pirolisis ke ruang kondensator.

(16)

4. Kondensator adalah ruang pendingin untuk merubah asap yang berfasa uap jenuh menjadi berfasa cair.

5. Pipa pengeluaran asap cair berfungsi sebagai tempat mengeluarkan asap cair dari hasil kondensasi pada tabung kondensator.

6. Tabung penampung asap cair berfungsi sebagai wadah penampung asap cair.

7. Pipa saluran air pendingin yang diambil dari bak penampungan air pendingin ke ruang kondensator. Juga berfungsi sebagai water tank atau wadah penampung air yang akan dipompakan ke kondensator.

Pada pembakaran bahan baku didalam pirolisis, tumpukan cangkang sawit didalam pirolisis hanya dapat mengisi setengah bagian tabung. Hal ini dilakukan agar semua cangkang sawit didalam tabung pirolisis dapat terbakar dengan baik, karena proses pembakaran terjadi secara tidak langsung.

Setelah 15 – 20 menit proses pembakaran berlangsung, asap akan mengalir melalui pipa penyalur asap dan akan mengalir menuju pipa kondensor dengan air mengalir pada tabung kondesor yang akan mendinginkan asap sehingga dihasilkan asap berupa cairan. Proses akan berakhir bila alat tidak mengeluarkan asap cair lagi yang membutuhkan waktu rata-rata 3 – 4 jam. Asap cair yang dihasilkan masih bercampur dengan tar dalam konsentrasi yang tinggi dan berwarna hitam. Sehingga masih perlu dilakukan pemurnian dengan cara mendestilasi asap cair cangkang sawit tersebut (Novita, 2011).

2.5.1. Pemurnian Asap Cair

Asap cair yang diperoleh masih mengandung kadar yang tinggi. Destilasi bertujuan untuk memisahkan tar yang bersifat karsinogenik dari asap cair. Suhu yang dipakai pada destilasi sekitar 120oC – 150oC sudah cukup menghasilkan asap cair yang bagus.

(17)

Sejumlah campuran dimasukkan kedalam labu, kemudian dipanaskan dan dipertahankan selalu berada dalam tahap pendidihan kemudian uap yang terbentuk dikondensasikan dan ditampung dalam wadah. Produk destilat yang pertama kali tertampung mempunyai kadar komponen yang lebih ringan dibandingkan destilat yang lain (Novita, 2011).

Gambar

Gambar 2.3. Mekanisme Pirolisis Lignin dari Kayu Lunak. (Ratna, 2008)
Gambar 2.4. Mekanisme Pirolisis Lignin dari Kayu Keras. (Ratna, 2008)

Referensi

Dokumen terkait

Florence Nightingale “Ibu dari keperawatan modern” merupakan salah satu pendiri Florence Nightingale “Ibu dari keperawatan modern” merupakan salah satu pendiri yang

Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 2 menunjukan bahwa, luas lahan berkorelasi sangat nyata dengan tingkat adopsi petani responden terhadap

Pada program Mata Najwa, peneliti menemukan beberapa wawancara yang dilakukan oleh Najwa Shihab yang semestinya sesuai dengan etika wawancara yang baik, beberapa diantaranya

a. Perasaan takut dalam kehidupan sehari-hari untuk menempatkan diri secara realistis. Cara menempatkan diri ini berbeda bagi setiap individu. Ada yang menghadapi

Probolinggo Nomor 11 Tahun 2020 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2020, dan disahkannya Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran

Pendidikan merupakan salah satu faktor utama yang turut ambil bagian dalam pembangunan bangsa sehingga, setiap lapisan masyarakat berhak menerima pendidikan yang

data, pelanggaran sikap diam sebanyak 1 data, dan pelanggaran maksim dengan informasi yang terlalu banyak ditemukan sebanyak 2 data, (2) pengaruh pelanggaran

pengantin (laki-laki dan perempuan). Pembagian tersebut biasanya dilakukan dengan memberikan ujaran-ujaran dalam bentuk umpama. 5) Acara selanjutnya adalah mangulosi, yaitu