• Tidak ada hasil yang ditemukan

: Brand Recognition dan Unaware of Brand

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ": Brand Recognition dan Unaware of Brand"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

I : Top of Mind II : Brand Recall

III : Brand Recognition dan Unaware of Brand IV : Sumber Informasi

TIKI : Titipan Kilat FDX : Fedex

REX : PT. Royal Express Indonesia DHL

POS : PT. Pos Indonesia ROS : Rosalia Express ESL : Eka Sari Lorena

A : Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya di pertanyaan no 1 dan no 2

B : Ya, saya mengenal setelah mengisi pertanyaan ini C : Tidak mengenal sama sekali

A : Iklan di radio B : Surat kabar C : Iklan di TV

D :Billboard (papan reklame) E : Teman

F : Lainnya

(2)

97 1 1 1

98 1 1 1

99 1 1 1

100 1 1 1

54 18 12 4 7 5 32 19 15 12 14 8 16 31 53

100 100 100

Keterangan

(3)

47 1 1 1

48 1 1 1

49 1 1 1

50 1 1 1

51 1 1 1

52 1 1 1

53 1 1 1

54 1 1 1

55 1 1 1

56 1 1 1

57 1 1 1

58 1 1 1

59 1 1 1

60 1 1 1

61 1 1 1

62 1 1 1

63 1 1 1

64 1 1 1

65 1 1 1

66 1 1 1

67 1 1 1

68 1 1 1

69 1 1 1

70 1 1 1

71 1 1 1

72 1 1 1

73 1 1 1

74 1 1 1

75 1 1 1

76 1 1 1

77 1 1 1

78 1 1 1

79 1 1 1

80 1 1 1

81 1 1 1

82 1 1 1

83 1 1 1

84 1 1 1

85 1 1 1

86 1 1 1

87 1 1 1

88 1 1 1

89 1 1 1

90 1 1 1

91 1 1 1

92 1 1 1

93 1 1 1

94 1 1 1

95 1 1 1

96 1 1 1

(4)

Brand Recognition

Brand Awareness Brand Recall & Unaware of Brand Sumber Informasi NO TIKI FDX REX DHL POS ROS TIKI FDX REX DHL POS ESL A B C A B

1 1 1 1

2 1 1 1

3 1 1 1

4 1 1 1

5 1 1 1

6 1 1 1

7 1 1 1

8 1 1 1

9 1 1 1

10 1 1 1

11 1 1 1

12 1 1 1

13 1 1 1

14 1 1 1

15 1 1 1

16 1 1 1

17 1 1 1

18 1 1 1

19 1 1 1

20 1 1 1

21 1 1 1

22 1 1 1

23 1 1 1

24 1 1 1

25 1 1 1

26 1 1 1

27 1 1 1

28 1 1 1

29 1 1 1

30 1 1 1

31 1 1 1

32 1 1 1

33 1 1 1

34 1 1 1 1

35 1 1

36 1 1 1

37 1 1 1

38 1 1 1

39 1 1 1

40 1 1 1

41 1 1 1

42 1 1 1

43 1 1 1

44 1 1 1

45 1 1 1

46 1 1 1

(5)

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

43 57 31 63 6 64 36 20 18 15 16 17 14

100 100 100 100

Tabel Analisis Brand Awareness

(6)

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

(7)

Tabel Gambaran Umum Responden

Jenis Kelamin Usia Tempat Tinggal Jurusan Laki-

laki Perempuan <19 19-22 >22 Solo Luar Solo MP MI AK PJK BI KP

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

1 1 1 1

(8)
(9)
(10)
(11)

DAFTAR PUSTAKA

Aaker A, David, 1997. Manajemen Ekuitas Merek. Jakarta: Spektru Mitra Utama.

Djarwanto PS dan Pangestu Subagyo. 1998. Statistik Induktif edisi keempat. Yogyakarta: BPFE.

Durianto, Darmadi. 2004. Brand Equity Ten: Strategi Memimpin Pasar.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Durianto, Darmadi, Sugiarto, dan Toni Sitinjak. 2001. Strategi

Menakhlukkan Pasar: Melalui Ekuitas dan Perilaku Merek.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kotler, Philip dan gary Armostrong. 1997. Marketing an Introduction.

Englewood Cliff. New York: Prentice Hall Int.

Rangkuti, Freddy. 2002. Riset Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rangkuti, Freddy 2002. The Power of Brands: Teknik Mengelola Brand Equity dan strategi Pengembangan Merek. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Stanton, J William. 1996. Prinsip Pemasaran. Edisi VII. Jakarta:

Erlangga.

Suliyanto. 2006. Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: BPFE.

(12)

perusahaan tersebut kepada masyarakat agar perusahaan tersebut dapat lebih dikenal lagi oleh masyarakat.

2. Mengingat sekarang ini persaingan perusahaan ekspedisi yang semakin sengit maka PT. Royal Express Indonesia sebaiknya lebih meningkatkan pelayanan kepada konsumen dan dapat mengetahui segala sesuatu yang diinginkan oleh konsumen.

3. PT. Royal Express Indonesia sebaiknya meningkatkan hubungan yang baik dengan para pelanggan agar mereka tidak berpindah keperusahaan lain.

C. SARAN

Berdasarkan pada analisis yang telah penulis kemukakan, maka penulis mencoba memberikan saran sebagai sumbangan pemikiran bagi PT. Royal Express Indonesia dan Penelitian yang akan datang.

1. Bagi Perusahaan

Sehubungan dengan hasil Brand Awareness bahwa PT. Royal Express Indonesia menunjukkan Unaware of Brand maka sebaiknya perusahaan lebih meningkatkan iklan dan promosi agar perusahaan tersebut lebih bisa dikenal oleh masyarakat luas.

2. Bagi Penelitian yang akan datang

Agar penelitian yang akan datang bisa menyempurnakan penelitian

sebelumya dan mungkin bisa memperluas obyek penelitian yang

akan di pilih.

(13)

c. Brand Recognition

Berdasarkan 100 responden maka terdapat 31% yang harus perlu lagi untuk diingatkan terhadap keberadaan PT. Royal Express Indonesia.

d. Unaware of Brand

Berdasarkan 100 responden tentang kesadaran terhadap merek perusahaan ekspedisi PT. Royal Express Indonesia, maka sebanyak 53% tidak mengetahui tentang keberadaan merek perusahaan tersebut.

2. Dari hasil perhitungan Brand Awareness diketahui bahwa sebagian besar responden kurang mengetahui tentang merek perusahaan ekspedisi PT. Royal Express Indonesia dan hasilnya Unaware of Brand.

3. Pengukuran Brand Awareness dapat dapat digolongkan menjadi 4 cara yaitu Top of Mind, Brand Recall, Brand Recognition dan Unaware of Brand.

B. INTERPRESTASI BAGI PERUSAHAAN

1. Setelah mengetahui hasil analisis tentang penelitian kesadaran

merek pada perusahaan ekspedisi PT. Royal Express Indonesia

dan hasil dari penelitian tersebut Unaware of Brand maka hal yang

perlu dilakukan oleh perusahaan tersebut yaitu memperkenalkan

(14)

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan data yang penulis peroleh dari hasil analisis terhadap data-data dan hasil teori tentang Brand Awareness, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan

1. Berdasarkan analisis deskriptif di kelompokkan menjadi 2 yaitu

• Analisis deskriptif berdasarkan karakteristik responden

Kebanyakan responden dalam penelitian ini perempuan sebanyak 57% responden, berusia 19-22 tahun sebanyak 63% responden, bertempat tinggal di Solo sebanyak 64 % responden, dengan jurusan Manajemen Pemasaran sebanyak 20% responden.

Analisis deskriptif berdasarkan Brand Awareness

Dalam analisis Brand Awareness dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu

a. Top of Mind

Dalam penelitin ini dari berbagai merek perusahaan ekspedisi maka yang paling banyak menduduki Top of Mind yaitu TIKI sebanyak 54% responden dari 100 responden.

b. Brand Recall

Dalam penelitian ini yang paling banyak menduduki sebagai

Brand Recall yaitu TIKI sebanyak 32% responden dari 100

responden.

(15)

0 10 20 30 40 50 60

Fr ek ue ns i

a b c d e f

Sumber Informasi

a b c d e f

Diagram 3.8

Diagram Sumber Media atau Informasi Keterangan:

a: Iklan di radio b: Surat kabar c: Iklan di TV

d: Billboard (papan reklame) e: Teman

f: Lainnya

Berdasarkan tabel dan diagram 3.8 dari 100 responden maka dapat

diketahui cara memperoleh informasi tentang PT. Royal Express

Indonesia yaitu prosentase paling banyak yaitu informasi lainnya

sebanyak 55 orang atau 55% responden mungkin informasi ini bisa di

dapat langsung dengan mengetahui keberadaan PT. Royal Express itu

sendiri atau dari selebaran dll. Informasi berikutnya yaitu dari teman

sebanyak 45 orang atau 45% responden.

(16)

e. Sumber Media atau Informasi

Berdasarkan 100 responden ada beberapa cara yang dilakukan oleh responden dalam memperoleh informasi tentang keberadaan PT.

Royal Express Indonesia dan tabel dan diagram di bawah ini akan menunjukkan sumber media atau informasi dari responden

Tabel 3.8

Sumber Media atau Informasi

Sumber Media atau Informasi Frekuensi Prosentase

a) Iklan di radio 0 0%

b) Surat kabar 0 0%

c) Iklan di TV 0 0%

d) Billboard (papan reklame) 0 0%

e) Teman 45 45%

f) Lainnya 55 55%

Jumlah 100 100%

Sumber data primer yang diolah.2009

(17)

0 10 20 30 40 50 60

Frekuensi

a b c

Keterangan

a b c

Gambar 3.7

Diagaram Analisis Brand Recognition

Berdasarkan tabel dan gambar 3.7 terhadap 100 responden maka yang menjawab dengan pilihan (b) “Ya, saya mengenal setelah mengisi pertanyaan ini” hanya 31 orang atau 31% responen. Maka dalam hal ini sebanyak 31 orang atau 31% responden ini perlu diingatkan lagi dalam pengenalan kesadaran merek atau harus diingatkan akan keberadaan merek tersebut.

d. Unaware of Brand

Unaware of Brand merupakan suatu bentuk respon dari konsumen terhadap suatu jenis merek bahwa konsumen tidak mengenal terhadap jenis merek produk atau jasa tersebut. Dari tabel dan gambar 3.7 diatas berdasarkan 100 responden dapat diketahui bahwa tingkat Unaware of Brand sangatlah tinggi yaitu sebanyak 53 orang atau 53% responden.

Maka sebanyak 53 orang atau 53% responden ini perlu diingatkan lagi

tentang keberadaan PT. Royal Express Indonesia.

(18)

Brand Recall paling banyak yaitu merek perusahaan ekspedisi Tiki dan yang paling sedikit adalah Eka Sari Lorena.

c. Brand Recognition

Brand Recognition atau pengenalan brand awareness merupakan pengukuran brand awareness responden dimana kesadarannya diukur dengan diberikan bantuan. Pertanyaan yang diajukan dibantu dengan menyebutkan ciri-ciri dari produk merek tersebut (aided question).

Pertanyaan yang diajukan dibantu untuk mengetahui seberapa banyak responden yang perlu diingat akan keberadaan merek tersebut. Tabel dan diagram berikut dari 100 responden akan menujukkan Brand Recognition.

Tabel 3.7

Analisis Brand Recognition

Keterangan Frekuensi Prosentase

a) Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya di pertanyaan no1 dan no2

16 16%

b) Ya, saya mengenal setelah mengisi pertanyaan ini

31 31%

c) Tidak mengenal sama sekali 53 53%

Jumlah 100 100%

Sumber data primer yang diolah.2009

(19)

0 5 10 15 20 25 30 35

Fr ek ue ns i

TK FDX REX DHL ESL POS Merek Perusahaan

TK FDX REX DHL ESL POS

Diagram 3.6

Diagram Analisis Top of Mind Keterangan TK: Tiki

FDX: Fedex

REX: PT. Royal Express Indonesia DHL

ESL: Eka Sari Lorena POS: PT. Pos Indonesia

Berdasarkan tabel dan diagram 3.6 terhadap 100 responden maka dapat diketahui bahwa yang menjadi Brand Recall paling banyak yaitu Tiki sebanyak 32 orang atau 32% responden, urutan yang kedua yaitu Fedex sebanyak 19 orang atau 19% responden, urutan yang ketiga yaitu PT.

Royal Express Indonesia sebanyak 15 orang atau 15% responden, urutan

yang keempat yaitu PT. POS Indonesia sebanyak 14 orang atau 14

responden, sedangkan urutan yang kelima yaitu DHL sebanyak 12 orang

atau 12% responden dan urutan yang terakhir yaitu Eka Sari Lorena

sebanyak 8 orang atau 8% responden. Dari uraian tersebut yang menjadi

(20)

atau 4% responden. Dari uraian tersebut merek yang paling banyak menjadi Top of Mind yaitu Tiki dan yang paling sedikit DHL.

b. Brand Recall

Brand Recall atau pengingatan kembali merek mencerminkan merek-merek apa yang diingat responden setelah meyebut merek yang pertama kali disebut. Brand Recall merupakan multi response question yang menghasilkan jawaban tanpa dibantu (aided question) dan hasil dari 100 responden terhadap Brand Recall sebagai berikut.

Tabel 3.6

Analisis Brand Recall

Merek Perusahaan Ekspedisi Frekuensi Prosentase

Tiki 32 32%

Fedex 19 19%

PT. Royal Express Indonesia 15 15%

DHL 12 12%

ESL 8 8%

PT. Pos Indonesia 14 14%

Jumlah 100 100%

Sumber data primer yang diolah.2009

(21)

0 10 20 30 40 50 60

Fr ek ue ns i

TK FDX REX DHL ROS POS Merek Perusahaan

TK FDX REX DHL ROS POS

Diagram 3.5

Diagram Analisis Top of Mind Keterangan TK: Tiki

FDX: Fedex

REX: PT. Royal Express Indonesia DHL

ROS: Rosalia Express POS: PT. Pos Indonesia

Dari tabel dan diagram 3.5 diatas berdasarkan kuesioner terhadap 100 responden maka dapat diketahui bahwa yang menjadi Top Of Mind paling banyak dari merek perusahaan jasa ekspedisi yaitu Tiki sebanyak 54 orang atau 54% responden, kemudian urutan yang kedua Fedex yaitu sebanyak 18 orang atau 18% responden, urutan yang ketiga yaitu PT.

Royal Express Indonesia sebanyak 12 orang atau 12% responden, urutan yang keempat yaitu PT. Pos Indonesia sebanyak 7 orang atau 7%

responden, urutan yang kelima yaitu Rosalia Express sebanyak 5 orang

atau 5% responden dan urutan yang terakhir yaitu DHL sebanyak 4 orang

(22)

kuat antara kategori produk atau jasa dengan merek yang dilibatkan.

Dalam analisis Deskriptif kesadaran terhadap merek dapat dikelompokkan berdasarkan Top of Mind, Brand Recall, Brand Recognition dan Unaware of Brand dan akan disajikan sebagai berikut.

a. Top of Mind

Top of Mind menggambarkan merek yang pertama kali diingat responden atau pertama kali disebut ketika yang bersangkutan ditanya tentang suatu kategori merek produk atau merek jasa. Top of Mind adalah single respons question, artinya satu respon hanya boleh memberikan satu jawaban untuk pertanyaan ini. Dalam penelitian ini responden diminta untuk menyebutkan satu merek perusahaan jasa ekspedisi yang mereka ketahui tanpa ada bantuan dan hasil jawaban dari responden terhadap Top of Mind sebuah merek perusahaan jasa adalah sebagai berikut.

Tabel 3.5 Analisis Top of Mind

Merek Perusahaan Ekspedisi Frekuensi Prosentase

Tiki 54 54%

Fedex 18 18%

Royal Express 12 12%

DHL 4 4%

Rosalia Express 5 5%

PT. Pos Indonesia 7 7%

Jumlah 100 100%

Sumber data primer yang diolah.2009

(23)

Keterangan MP: Manajemen Pemasaran MI: Manajemen Industri AK: Akuntansi Keuangan PJ: Pajak

BI: Bisnis Internasional KP: Keuangan Perbankan

Berdasarkan tabel dan diagram 3.4 dari 100 responden dari enam jurusan maka responden yang paling banyak dalam penelitian ini yaitu jurusan Manajemen Pemasaran sebanyak 20 orang atau 20% responden, urutan yang kedua yaitu jurusan Manajemen Industri sebanyak 18 orang atau 18% responden, urutan yang ketiga yaitu jurusan Bisnis Internasional sebanyak 17 orang atau 17% responden, yang selanjutnya yaitu jurusan Akuntansi Keuangan sebanyak 15 orang atau 15% responden, dan yang terakhir yaitu jurusan Keuangan Perbankan sebanyak 14 orang atau 14%.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa responden yang paling banyak dalam penelitian ini yaitu jurusan Manajemen Pemasaran dan yang paling sedikit responden dengan jurusan Keuangan Perbankan.

2. Analisis Deskriptif Kesadaaran Merek (Brand Awareness)

Brand Awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli

untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari

suatu kategori produk atau jasa tertentu. Bagian dari suatu kategori

produk atau jasa perlu ditekankan karena terdapat suatu hubungan yang

(24)

Internasional, Keuangan Perbankan. Tabel 3.4 dibawah ini menunjukkan distribusi responden berdasarkan jurusan.

Tabel 3.4

Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Jurusan

Jurusan Frekuensi Prosentase

Manajemen Pemasaran 20 20%

Manajemen Industri 18 18%

Akuntansi 15 15%

Pajak 16 16%

Bisnis Internasional 17 17%

Keuangan Perbankan 14 14%

Jumlah 100 100%

Sumber data primer yang diolah.2009

0 5 10 15 20

Fr ek ue ns i

MP MI AK PJ BI KP

Jurusan

MP MI AK PJ BI KP

Diagram 3.4

Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Jurusan

(25)

0 10 20 30 40 50 60 70

Frekuensi

Solo Luar Solo

Alamat Responden

Solo Luar Solo

Diagram 3.3

Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal

Berdasarkan tabel dan diagram 3.3 dari 100 responden maka dapat diketahui bahwa responden berdasarkan tempat tinggal di golongkan menjadi 2 yaitu Solo dan Luar Solo. Dari data diatas dapat diketahui bahwa responden yang bertempat tinggal di wilayah Solo lebih banyak di bandingkan responden yang bertempat tinggal di luar Solo.

Untuk responden yang bertempat tinggal di wilayah Solo sebanyak 64 orang atau 64% responden, sedangkan untuk responden yang bertempat tinggal di Luar Solo sebanyak 36 orang atau 36% responden. Jadi dapat disimpulkan bahwa responden yang paling banyak dalam penelitian ini berdasarkan tempat tinggal yaitu responden yang bertempat tinggal di wilayah solo.

d. Responden berdasarkan jurusan

Berdasarkan kuesioner dari 100 responden dalam penelitian ini,

maka jurusan responden di bedakan menjadi 6 yatu Manajemen

Pemasaran, Manajemen Industri, Akuntansi Keuangan, Pajak, Bisnis

(26)

Berdasarkan tabel dan diagram 3.2 dari 100 responden maka dapat diketahui bahwa responden berdasarkan usia responden di golongkan menjadi 3 dan yang paling banyak usia dalam penelitian tersebut yaitu usia 19-22 tahun sebanyak 63 orang atau 63% responden, urutan yang kedua yaitu responden dengan usia <19 tahun sebanyak 31 orang atau 31% responden, sedangkan yang paling sedikit yaitu responden dengan usia >22 tahun sebanyak 6 orang atau 6% responden.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang paling banyak dalam penelitian ini yaitu responden dengan usia 19-22 tahun.

c. Responden berdasarkan tempat tinggal

Berdasarkan kuesioner dari 100 responden dalam penelitian ini, maka tempat tinggal responden di bedakan menjadi 2 yaitu Solo dan Luar Solo. Tabel 3.3 dibawah ini menunjukkan distribusi responden berdasarkan tempat tinggal.

Tabel 3.3

Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal Tempat Tinggal Frekuensi Prosentase

Solo 64 64%

Luar Solo 36 36%

Jumlah 100 100%

Sumber data primer yang diolah.2009

(27)

b. Responden berdasarkan usia

Berdasarkan kuesioner dari 100 responden dalam penelitian ini, maka usia responden dibedakan menjadi 3 yaitu <19 tahun, 19-22 tahun,

>22 tahun. Tabel 3.2 dibawah ini menunjukkan distribusi responden berdasarkan jenis usia.

Tabel 3.2

Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Prosentase

<19 tahun 31 31%

19-22 tahun 63 63%

>22 tahun 6 6%

Jumlah 100 100%

Sumber data primer yang diolah.2009

0 10 20 30 40 50 60 70

Fr ek ue ns i

< 19 tahun

19-22 tahun

>22 tahun Usia Responden

< 19 tahun 19-22 tahun

>22 tahun

Diagram 3.2

Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Usia

(28)

perempuan. Tabel 3.1 dibawah ini menunjukkan distribusi responden berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 3.1

Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase

Laki-laki 43 43%

Perempuan 57 57%

Jumlah 100 100%

Sumber data primer yang diolah.2009

Diagram 3.1

Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel dan diagram 3.1 dari 100 responden maka dapat diketahui bahwa responden perempuan lebih besar dibanding jumlah responden laki-laki. Yaitu responden perempuan sebesar 57 orang atau 57% responden, sedangkan responden laki-laki sebesar 43 orang atau 43% responden. Dengan demikian mayoritas responden dalam penelitian ini adalah perempuan.

0 10 20 30 40 50 60

Frek u...

Laki-laki Perempuan Jenis Kelamin

Responden

Laki-laki

Perempuan

(29)

magang kerja ini peneliti melakukan penelitian bagi Mahasiswa Program Diploma III Fakultas Ekonomi UNS dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kesadaran tehadap merek perusahaan ekspedisi PT. Royal Express Indonesia dikalangan mahasiswa.

C. ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH

Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan analisis data yang telah diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan analisis tersebut akan disampaikan dalam beberapa bentuk yaitu dalam bentuk tabel dan juga diagram. Analisis data tersebut merupakan bagian yang terpenting dalam suatu penelitian ini. Karena analisis data ini akan digunakan dalam pengambilan keputusan dari berbagai permasalahan yang dihadapi selama menyebar kuesioner terhadap responden.

1. Analisis Deskriptif dan Gambaran Umum Responden

Dalam penelitian ini responden yang dipilih yaitu Mahasiswa Program Diploma III Fakultas Ekonomi UNS sebanyak 100 respoden.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kuesioner yang telah dibagikan, maka responden dapat digolongkan berdasarkan jenis kelamin, usia, tempat tinggal, dan jurusan. Maka analisis deskriptif terhadap responden sebagai berikut.

a. Responden berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan kuesioner dari 100 responden dalam penelitian ini,

maka jenis kelamin responden dibedakan menjadi 2 yaitu laki-laki dan

(30)

satu kelebihan dari PT. Royal Express Indonesia yang mampu memberikan pelayanan yang lebih kepada para konsumennya.

B. LAPORAN MAGANG

Kegiatan magang kerja merupakan kegiatan penunjang perkuliahan yang dilakukan oleh mahasiswa dengan terjun langsung ke dunia kerja.

Kegiatan magang kerja ini dilakukan oleh Mahasiswa Program Diploma III Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi UNS. Kegiatan ini dilaksanakan oleh penulis mulai tanggal 27 Januari 2009 sampai dengan 27 Maret 2009 tepatnya selama dua bulan. Adapun tujuan dari kegiatan ini yaitu agar mahasiswa dapat melihat secara langsung penerapan dari berbagai teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan. Selain itu agar mahasiswa mendapatkan pengalaman di dunia kerja sebagai bekal kedepan nantinya.

Magang kerja ini dilaksanakan dari hari senin sampai dengan hari

jumat. Kami melaksanakan magang kerja ini sesuai dengan jam kerja di

perusahaan tersebut, yaitu hari senin sampai jumat kegiatan di mulai dari

pukul 09.00-16.00 WIB. Kami juga mendapatkan libur selama dua hari

setiap minggunya yaitu hari sabtu dan minggu. Dalam melakukan kegiatan

ini kami tidak hanya di tempatkan pada bagian pemasaran saja walaupun

itu jurusan kami, tetapi kami juga melakukan kegiatan-kegiatan yang lain

yang menyangkut kegiatan operasional dari PT. Royal Express

Indonesia. Hal tersebut dimaksudkan agar kami bisa mengetahui dan

melakukan semua kegiatan diperusahaan tersebut. Dalam kegiatan

(31)

19)Kupang 27) Padang 35) Salatiga 20) Lhoksumawe 28) Palembang 36) Semarang 21) Madiun 29) Palu 37) Sidoarjo 22) Makasar 30) Pangkal Pinang 38) Solo

23) Malang 31) Pekalongan 39) Sorong 24) Manado 32) Pekan Baru 40) Surabaya 25) Mataram 33) Pontianak 41) Tegal 26) Medan 34) Purwokerto 42) Yogyakarta

8. Logo Perusahaan

Logo dari PT. Royal Express Indonesia yaitu REX WE SERVE

BETTER yang dapat diartikan sebagai berikut: REX yang mempunyai arti

singkatan dari nama perusahaan tersebut yaitu PT. Royal Express

Indonesia. WE SERVE BETTER yang mempunyai arti bahwa PT. Royal

Express Indonesia akan memberikan pelayanan kepada semua

konsumennya secara lebih. Dalam hal ini lebih yang di maksud bahwa

perusahaan tersebut memberikan pelayanan yang lebih berupa

mengantarkan dokumen maupun paket sampai ketempat tujuan dan

melakukan pickup atau pengambilan barang dari tempat asal. Inilah salah

(32)

• Kurir

Adapun tugas dari kurir yaitu

a) Melakukan pickup (pengambilan barang) ke pelanggan.

b) Mengantarkan barang ke Bandar udara.

c) Mengambil barang dari Bandar udara dan stasiun kemudian mengantarkan ke tempat tujuan.

• Security dan Office boy

Adapun tugas dari Security dan Office boy yaitu

a) Menjaga keamanan di area kantor dan juga menjaga kebersihan di kantor.

7. Lokasi Cabang

PT. Royal Express Indonesia telah memperluas jaringannya hingga keseluruh Indonesia. Sampai saat ini PT. Royal Express Indonesia sudah mempunyai 70 anak cabang diseluruh Indonesia dan 42 anak cabang lokasinya sebagi berikut.

1) Balikpapan 7) Bengkulu 13) Jambi

2) Banda aceh 8) Biak 14) Pangkal Pinang

3) Bandar lampung 9) Bogor 15) Jayapura

4) Bandung 10) Cikarang 16) Jember

5) Banjarmasin 11) Cirebon 17) Kediri

6) Batam 12) Denpasar 18) Kendari

(33)

b) Sebagai kasir penjual tunai dimana setiap hasilnya dilaporkan ke accounting cabang.

c) Menanggapi setiap masalah atau keluhan dari pelanggan.

d) Membuat laporan omset mingguan dan bulanan cabang dengan form yang ditetapkan dari kantor pusat

e) Mencari dan memberi tahu kepada pelanggan maupun cabang pengirim bila ada kiriman yang bermasalah dengan berita acara.

f) Menjaga citra perusahaan dan bersikap ramah kepada setiap pelanggan baik yang lewat telepon maupun yang datang langsung ke perusahaan.

• Accounting

Adapun tugas Accounting yaitu

a) Menerima dan memeriksa hasil penjualan tunai harian berdasarkan konosemen yang dilaporkan kasir

b) Mengesahkan dan merekap setiap bentuk pengeluaran cabang setiap minggunya untuk dikirim ke pusat setiap minggunya dengan persetujuan kepala cabang.

c) Menjaga dan mengawasi cash flow dari kas kecil.

d) Mengecek hasil inputan konosemen setiap akhir bulan dan

melakukan penagihan kepada pelanggan dan juga kepada pusat.

(34)

f) Membuat laporan kenaikan atau penurunan omset cabang, laporan tenaga kerja, laporan penambahan dan penurunan pelanggan operasional kepada manajer operasional tiap bulannya.

g) Menangani setiap masalah atau keluhan pelanggan.

h) Menjaga citra perusahaan dan bersikap ramah kepada setiap pelanggan

• Account Executive

Adapun tugas dari Account Executive yaitu i) Membantu meningkatkan omset cabang.

j) Mencari dan memanage pelanggan baru.

k) Memberikan laporan mingguan ke sales manajer dengan persetujuan kepala cabang.

l) Membantu menangani sikap dan masalah atau keluhan pelanggan.

m) Menjaga citra perusahaan dan bersikap ramah kepada setiap pelanggan.

• Customer Service

Adapun tugas Customer Service yaitu

a) Melakukan pickup (pengambilan barang) dari pelanggan

kemudian langsung memberi tahu kepada tiap kurir yang sedang

bertugas.

(35)

layanan kepada para konsumennya dalam mengirimkan barang ataupun dokumen hingga sampai ke jangkauan internasional.

6. Struktur Organisasi

Adapun tugas dari tiap-tiap jabatan yaitu

• Kepala cabang

Adapun tugas dari kepala cabang yaitu

a) Sebagai pejabat yang bertindak sebagai pemegang keputusan tertinggi dan berwenang untuk membuat, menetapkan dan memutuskan kebijakan cabang itu sendiri.

b) Mengendalikan dan mengkoordinasi semua kegiatan cabang.

c) Mengadakan brieving morning setiap pagi.

d) Melakukan koordinasi dengan cabang lain e) Pengontrolan dan efisiensi biaya operasional

Kepal cabang Kepala Cabang

Account Executive Customer Cervice

Accounting

Kurir Security&Office Boy

(36)

b. REX 1

Layanan REX 1 ini merupakan layanan yang akan memberikan kemudahan bagi konsumennya dalam mengirimkan barang atau dokumen yang penting dengan kata lain misalkan sekarang mengirim barang atau dokumen maka besuk akan sampai sebelum jam 12 siang ditempat tujuan anda dengan aman dan jaminan uang akan kembali.

c. EXP (Express Service)

Ini merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada konsumen dalam mengirim paket ataupun dokumen yang berupa layanan pengiriman paket kilat yang akan menghemat waktu dan energi anda. Layanan ini merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk segala kebutuhan dan kepentingan.

d. REG (Reguler Service)

Layanan ini merupakan salah satu bentuk pelayanan yang di berikan oleh PT. Royal Express Indonesia kepada para konsumennya dalam mengirimkan barang ataupun dokumen dengan cara yang paling ekonomis, tetapi PT. Royal Express Indonesia akan tetap memberikan service yang terbaik kepada semua konsumen yang ada tanpa terkecuali.

e. OTH (Internasional Service)

Layanan OTH ini merupakan sebuah layanan pengiriman barang

maupun dokumen ke luar negeri. PT. Royal Express Indonesia

yang telah memperluas jaringannya sehingga akan memberikan

(37)

4. Budaya

Sebagai Negara yang berkembang saat ini budaya sangatlah penting bagi bangsa ini, demikian juga dengan PT. Royal Express Indonesia sendiri. Maka perusahaan tersebut akan berusaha membangun budaya yang tercermin dari kebiasaan orang di Indonesia sendiri. Mungkin bisa dikatakan sulit bagi PT. Royal Express Indonesia agar bisa membangun budaya tersebut tapi, PT. Royal Express Indonesia akan berusaha mewujudkannya sebagai berikut

• Selalu mencari tahu apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pelanggan atau konsumen.

• Selalu jujur, disiplin dan bertanggung jawab dalam bekerja

• Selalu bekerja keras, berkomitmen dalam bertindak dan tidak mudah menyerah.

5. Layanan Produk

Untuk layanan produk yang ditawarkan di PT. Royal Express Indonesia ada lima jenis produk yaitu

a. REX 0 (Zero)

Merupakan jenis layanan yang diberikan oleh PT. Royal Express

Indonesia kepada para konsumennya dalam mengirimkan paket

atau dokumen sangat penting yang hanya dalam satu hari akan

bisa sampai di tempat tujuan. Adapun ketentuan dari layanan ini

yaitu tempat tujuan pengiriman harus mempunyai Bandar udara.

(38)

pelaksanaan pengiriman yang khusus ke masing-masing kota tujuan para konsumen.

3. Visi dan Misi Perusahaan

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan pasti mempunyai visi dan misi yang akan dicapai dari perusahaan tersebut.

Agar perusahaan tersebut bisa dikatakan sebagai perusahaan yang kompeten dan konsisten tentunya harus dilandasi visi dan misi yang bisa mendorong kemajuan dari perusahaan tersebut. Visi dan misi perusahaan juga sangat berperan penting sekali yaitu bisa menjadi acuan atau penyemangat bagi perusahaan tersebut. Oleh karena itu visi dan misi yang akan dicapai dari PT. Royal Express Indonesia adalah

• Visi

Selalu berusaha menjadi mitra kerja yang jujur dan dapat dipercaya untuk saat ini dan dimasa yang akan datang.

• Misi

Memberikan kepuasan dan layanan yang mempunyai nilai tambah

kepada pelanggan atau konsumen dengan membangun jaringan

yang kuat, didukung oleh teknologi yang akan mengikuti

perkembangan jaman.

(39)

banyak kompetitor yang selalu menyebabkan persaingan tidak pernah henti dan selalu menghadang. Oleh karena itu diperlukan kembali penataan operasi perusahaan terutama pada pelayanan dan fasilitas yang lebih baik kepada para pelanggan. Ini dimaksudkan agar para konsumen tidak berpindah ke perusahaan lain yang sejenis yang disebabkan berbagai faktor yaitu harga, waktu, penyampaian fasilitas pendukung lain (seperti: amplop, packing, asuransi, sistem lacak, keutuhan barang sampai ditangan penerima, kecepatan kurir dalam mengambil dokumen atau paket yang akan dikirim, kemudahan kantor untuk dijangkau, dll).

PT. Royal Express Indonesia sebagai perusahaan jasa yang masih berada dalam tahap pertumbuhan ini terus berusaha memperbesar pangsa pasar yang ada. Salah satu kiat dari PT. Royal Express Indonesia untuk memperbesar pangsa pasar yaitu mendapatkan kepercayaan dari konsumen dan juga dapat mengingat brand dari PT. Royal Express Indonesia sendiri. Pertumbuhan PT. Royal Express Indonesia yang cepat ini mencerminkan globalisasi perdagangan yang ada di Indonesia. Selain itu perusahaan ini juga berusaha memperluas perdagangannya sampai ke luar negeri atau jangkauan Internasional. PT. Royal Express Indonesia secara terus-menerus akan mengembangkan atau memperluas jaringan perusahaannya hingga menyebar diseluruh Indonesia. Hingga sampai saat ini anak cabang yang dimiliki PT. Royal Express Indonesia sudah mencapai 70 cabang yang sudah tersebar seluruh Indonesia. Saat ini PT.

Royal Express Indonesia merasa bangga akan komitmen yang sudah

dibuat kearah metode yang hemat, fleksibel, dan efisien dalam

(40)

perusahaan yang bersertifikat dan perusahaan ini juga menjadi sebuah perusahaan yang terpercaya oleh sebuah perusahaan penerbangan yang terkemuka.

Pertumbuhan PT. Royal Express Indonesia yang begitu cepat mencerminkan globalisasi perdagangan semakin baik pula. Bagi pelanggan perusahaan tersebut berusaha memperluas jaringan pelayanannya sampai ke pasar internasional. PT. Royal Express Indonesia juga selalu memenuhi kebutuhan kepada semua konsumennya secara terus-menerus mengembangkan dan meningkatkan mutu jaringan pelayanannya dan juga terhadap keadaan kantornya.

2. Keadaan Umum Perusahan

PT. Royal Express Indonesia yang berada di Solo beralamatkan di JL. Veteran 291, Tipes, Solo. Merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang ekspedisi atau pengiriman barang baik dalam negeri maupun luar negeri dan perusahaan tersebut menjual jasa.

Perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang berbentuk agen otonom yang artinya semua hal yang berhubungan dengan dengan perusahaan tersebut diatur oleh perusahaan cabang itu sendiri mulai dari modal sampai dengan keuntungan dan kerugian yang diperoleh hanya saja sistem kerjanya yang mengatur dari pusat dan semua cabangnya harus mengikuti peraturan yang ditetapkan dari pusat yaitu dari Jakarta.

Dalam menjalankan usahanya PT. Royal Express Indonesia mempunyai

(41)

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH

A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1. Profil Perusahaan

PT. Royal Express Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang dibentuk pada tanggal 4 Juli 2003. Perusahaan tersebut menetapkan tujuan dan sasaran untuk menjadi yang terbaik didalam dunia bisnis.

Segalanya sudah dimulai dari teknologi yang digunakan sudah modern.

PT. Royal Express Indonesia juga melatih para personilnya dengan baik sehingga perusahaan dapat melayani semua konsumennya dengan baik dan dapat terpenuhi kebutuhan mereka. Adapun bentuk fasilitas yang di berikan PT. Royal Express Indonesia yang utama yaitu berupa jasa yang tepat waktu dan banyak lagi yang lain dengan mempergunakan teknologi tercepat untuk membantu menyediakan jasa atau layanan yang baik bagi semua konsumennya.

PT. Royal Express Indonesia selalu bekerja untuk menyediakan

jasa atau layanan yang baik kepada pelanggan. Perusahaan tersebut juga

telah banyak menerima banyak penghargaan karena jasa yang disediakan

bisa diterima oleh semua konsumen. Disamping menyediakan jasa yang

efisien penetapan harga adalah salah satu pertimbangan yang sangat

penting, oleh karena itu perusahaan menawarkan kepada pelanggan

dengan harga yang kompetitif dengan premi jasa. Merupakan suatu

kebanggaan bagi PT. Royal Express Indonesia menjadi sebuah

(42)

B. KERANGKA PEMIKIRAN

Setelah mengetahui uraian diatas tentang tinjauan pustaka dan beberapa dasar teori yang digunakan sebagai bahan acuan, maka berikut ini bentuk kerangka pemikiran yang akan mengukur brand awareness (kesadaran merek) adalah sebagai berikut:

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa brand awareness (kesadaran merek) dapat diukur melalui empat tingkatan yaitu Top Of Mind (puncak pikiran), Brand Recall (pengingatan kembali merek), Brand Recognition (pengenalan merek) dan Unaware Of Brand (tidak meyadari tehadap merek). Brand Awareness (kesadaran merek) akan memberikan informasi tentang cara merespon terhadap suatu merek yang dilakukan oleh responden dalam mengenal atau mengingat suatu merek.

Top of Mind

Brand Recall

Brand Recognition

Unaware of Brand

Brand Awareness

(43)

dibantu dengan menyebutkan ciri-ciri dari produk merek tersebut (aided question). Pertanyaan yang diajukan dibantu untuk mengetahui seberapa banyak responden yang perlu diingat akan keberadaan merek tersebut. Untuk mengukur pengenalan brand awareness selain mengajukan pertanyaan dapat dilakukan dengan menunjukkan photo yang menggambarkan ciri-ciri merek tersebut (cara ini lebih efektif dilakukan)

d. Unaware of Brand

Untuk pengukuran unaware of brand dilakukan observasi terhadap

pertanyaan pengenalan brand awareness sebelumya dengan

melibatkan responden yang menjawab alternative jawaban tidak

mengenal sama sekali atau yang menjawab tidak tahu ketika di

tunjukkan photo produknya.

(44)

8. Mengukur Brand Awareness

Pengukuran brand awareness didasarkan kepada pengertian-pengertian dari brand awareness, yang mencakup tingkatan brand awareness menurut David A. Aaker dalam Durianto yaitu Top of Mind (puncak pikiran), Brand Recall (pengingatan kembali merek), Brand Recognition (pengenalan merek) dan Unaware of Brand (tidak menyadari merek).

Informasi dapat diperoleh dengan menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan) yang berisi pertanyaan tunggal atau pertanyaan jamak.

a. Top of Mind

Top of Mind menggambarkan merek yang pertama kali diingat responden atau pertama kali disebut ketika yang bersangkutan ditanya tentang suatu kategori merek produk atau merek jasa. Top of Mind adalah single respons question, artinya satu respon hanya boleh memberikan satu jawaban untuk pertanyaan ini.

b. Brand Recall

Brand Recall atau pengingatan kembali merek mencerminkan merek-merek apa yang diingat responden setelah meyebut merek yang pertama kali disebut. Brand Recall merupakan multi response question yang menghasilkan jawaban tanpa dibantu (aided question).

c. Brand Recognition

Brand Recognition atau pengenalan brand awareness merupakan

pengukuran brand awareness responden dimana kesadarannya

diukur dengan diberikan bantuan. Pertanyaan yang diajukan

(45)

7. Mencapai Kesadaran merek

Menurut (Rangkuti, 2002:57), pengenalan merek akan melibatkan upaya untuk mendapatkan identitas, nama dan menghubungkannya ke kategori produk. Agar brand awareness dapat dicapai dan diperbaiki dapat di tempuh beberapa cara berikut ini:

a. Pesan yang disampaikan harus mudah diingat dan tampil beda dibandingkan dengan lainnya serta harus ada hubungan antara merek dengan kategori produknya.

b. Memakai slogan atau jingle lagu yang menarik sehingga membantu konsumen untuk mengingat merek.

c. Jika produk memiliki simbol, hendaknya simbol yang dipakai dapat dihubungkan dengan mereknya (KFC dengan Kolonel Sender).

d. Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin banyak diingat pelanggan.

e. Brand awareness dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang sesuai kategori produk, merek, atau keduanya (nama Martina Hingis, Andre Agassi dapat menjadi isyarat untuk raket tenis).

f. Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan karena

membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk

pengenalan.

(46)

Keterangan : a = Puncak pikiran (Top of Mind)

b = Pengingatan kembali merek (Brand Recall) c = Pengenalan merek (Brand Recognition) d = Tidak menyadari merek (Unaware of Brand)

Peran brand awareness dalam brand equity tergantung pada tingkatan akan penciptaan kesadaran dibenak konsumen. Tingkatan brand awareness yang paling rendah adalah brand recognition (pengenalan merek) atau disebut juga sebagai tingkatan pengenalan dengan bantuan (aided recall). Tingkatan berikut adalah tingkatan brand recall (pengingatan kembali merek) atau tingkatan pengingatan kembali merek tanpa bantuan (unaided recall) karena konsumen tidak perlu dibantu untuk mengingat merek. Pengukuran pengenalan merek tanpa bantuan lebih sulit dibandingkan pengenalan merek dengan bantuan.

Tingkatan berikutnya adalah merek yang disebut pertama kali pada saat

pengenalan merek tanpa bantuan yaitu top of mind (kesadaran puncak

pikiran). Top of mind adalah brand awareness tertinggi yang merupakan

pimpinan dari berbagai merek yang ada dalam pikiran konsumen

(Durianto, 2004:30)

(47)

equity yang kelima secara langsung akan dipengaruhi oleh kualitas dari empat elemen utama tersebut.

6. Brand Awareness

Brand Awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produkatau jasa tertentu. Bagian dari suatu kategori produk atau jasa perlu ditekankan karena terdapat suatu hubungan yang kuat antara kategori produk atau jasa dengan merek yang dilibatkan. Misalnya publikasi tentang penerbangan Garuda Indonesia tidak akan membantu brand awareness dari Kacang Garuda. Brand awareness membutuhkan continum ranging (jangkauan kontinum) dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu telah dikenal sebelumnya, sehingga konsumen yakin bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya merek dalam satu kelompok produk. Kontinum ini dapat terwakili dalam tingkatan brand awareness yang berbeda dan dapat digambarkan dalam suatu paramida berikut ini:

Piramida Brand awareness

a b c

d

(48)

nama atau sebuah simbol sehingga jika dilakukan perubahan terhadap nama dan simbol merek, beberapa atau semua asset dan liabilitas yang menjadi dasar brand equity akan berubah pula. Menurut David A. Aaker (Manajemen Ekuitas Merek, 1997:59) brand equity dapat dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu:

a. Brand awareness (kesadaran merek)

Menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian kategori produk tertentu.

b. Brand association (asosiasi merek)

Mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis dan lain-lain.

c. Perceived quality (persepsi kualitas)

Mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan.

d. Brand loyalty (loyalitas merek)

Mencerminkan tingkat keterkaitan konsumen dengan suatu merek produk.

e. Other properties brand asset (asset-aset merek lainnya)

Empat elemen brand equity diluar asset-asset merek lainnya

dikenal dengan elemen-elemen utama dari brand equity. Elemen brand

(49)

adalah dengan menciptakan lini extention dalam kelas produk yang ada.

h. Tracking Brand Equity

Mengamati secara terus-menerus brand equity, termasuk Brand Awareness (kesadaran merek), Brand Association (asosiasi merek), Percived Quality (persepsi kualitas), Brand Loyalty (loyalitas merek). Mempunyai komunikasi obyektif yang spesifik, terutama di daerah dimana identitas merek dan posisi merek tidak digambarkan didalam brand image.

i. Brand Responsibility

Mempunyai seseorang yang bertanggung jawab atas merek sehingga ia dapat selalu memelihara, menciptakan, dan menjaga identitas dan posisi merek serta mengkoordinasikan keputusan yang dilakukan oleh masing-masing fungsi manajemen.

j. Invest in Brand

Tetap secara konsisten melanjutkan investasi dalam merek walaupun tujuan financial perusahaan belum terpenuhi.

5. Brand Equity

Brand equity adalah seperangkat asset dan liabilitas merek yang

terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau

mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada

perusahaan maupun pelanggan. Agar asset dan liabititas mendasari

brand equity, maka asset dan liabilitas merek harus berhubungan dengan

(50)

b. Value Proposition

Nilai proporsi merek adalah sebuah pernyataan secara fungsional, emosional, dari suatu merek yang disampaikan kepada pelanggan.

c. Brand Position

Posisi merek adalah bagian dari identitas merek dan nilai proporsi yang selalu aktif dikomunikasikan kepada pasar sasaran, sehingga dapat memperoleh keuntungan melalui nilai merek.

d. Execution

Pelaksanaan program komunikasi yang tidak hanya ditargetkan pada identitas dan positioning, tetapi juga sampai memperoleh kecemerlangan secara terus-menerus.

e. Consistency Over Time

Memiliki identitas yang konsisten merupakan kekuatan untuk tetap memiliki merek yang kuat.

f. Brand System

Kunci untuk mengatur merek dalam sebuah lingkungan bisnis yang kompleks adalah dengan mempertimbangkan merek sebagai suatu sistem yang saling mendukung satu sama lain. Sebuah sistem dapat digunakan sebagai punggung peluncur bagi produk-produk baru atau merek baru. Agar suatu sistem dapat maju, merek harus mempunyai hubungan timbal balik dengan masing-masing merek.

g. Brand Leverage

Satu resep agar ahli strategi berhasil adalah menciptakan dan

mengembangkan asset-asset yang ada. Cara yang paling mudah

(51)

informasi mengalir secara lancar baik dari manajemen kepelanggan. Contohnya, Microsoft software dimana pelanggan dapat berkomunikasi secara langsung setiap saat melalui internet dengan perusahaan.

f. Merek sebagai kebijakan moral

Saat ini hanya ada beberapa perusahaan yang telah berada pada tahap ini, yaitu perusahaan yang telah mengoperasikan kegiatannya secara transparan baik mulai dari bahan baku yang digunakan, proses produksi dan operasionalnya sampai produk maupun jasa dan pelayanan purna jualnya kepada pelanggan.

Informasi yang disampaikan transparan, jelas dan tidak ada yang ditutup-tutupi secara etika bisnis maupun dampak politisnya.

Contohnya, Iklan Body Shop dan Benetton.

4. Pedoman Membangun Merek

Membangun sebuah merek sangatlah penting dilakukan oleh seseorang, berikut ini ada 10 pedoman yang dapat dilakukan untuk membangun sebuah merek yang kuat (Rangkuti, 2002:229).

a. Brand Identity

Identitas merek merupakan seperangkat asosiasi merek yang

sering digunakan oleh ahli strategi merek. Ada empat perspektif

identitas merek yaitu merek sebagai produk, merek sebagai

organisasi, merek sebagai seseorang, merek sebagai symbol.

(52)

c. Merek sebagai personality

Pada tahap ini, diferensiasi antar merek berdasarkan atribut fungsi menjadi semakin sulit dilakukan. Karena hampir sebagian besar perusahaan melakukan kegiatan yang sama. Untuk membedakan produk yang dihasilkan dari produk pesaing, perusahaan melakukan tambahan nilai personality pada masing-masing merek.

Contohnya, sabun mandi kesehatan, sabun mandi bayi.

d. Merek sebagai simbol (ICON)

Pada tahap ini, merek menjadi milik pelanggan. Pelanggan memiliki pengetahuan yang lebih mendalam mengenai merek yang digunakan. Pada umumnya merek yang masuk pada tahap ini bersifat internasional dan pelanggan yang menggunakan merek ini dapat mengekspresikan dirinya atau dapat menunjukkan jati dirinya. Contohnya, rokok Marlboro. Penampilan sosok koboi yang selalu melekat pada iklan yang ditampilkan telah dikenal oleh pelanggan di seluruh dunia.

e. Merek sebagai sebuah perusahaan

Iklan pada tahap ini memiliki identitas yang sangat komplek dan

lebih bersifat interaktif, sehingga pelanggan dapat dengan mudah

menghubungi merek. Karena merek tersebut merupakan wakil dari

sebuah perusahaan sehingga merek=perusahaan, semua direksi

dan karyawan memiliki persepsi yang sama tentang merek yang

dimilikinya. Komunikasi yang keluar dari perusahaan telah

terintegrasikan ke semua lini kegiatan operasional sehingga

(53)

time) juga semakin ketat. Singkatnya persaingan lebih dari 3000 merek untuk satu kategori produk tertentu semakin meningkat.

Menurut (Rangkuti 2002:17) untuk memahami proses perkembangan suatu merek diperlukan enam tahap peran suatu merek tersebut, yaitu

a. Produk yang tidak memiliki merek (unbranded goods)

Pada tahap pertama ini, produk dikelola sebagai komoditi sehingga merek hampir tidak diperlukan. Kondisi ini sangat mendukung apabila permintaan (demand) lebih banyak dibandingkan pasokan (supply). Biasanya hal ini sering terjadi dalam situasi perekonomian yang bersifat monopolistik. Peranan yang terpenting dari produk yang tidak memiliki merek adalah fungsi dan harganya murah.

Semakin murah harga dan semakin jelas fungsi yang ditampilkan dari suatu produk, posisi suatu produk ini akan semakin baik.

Contohnya, beras murah, BBM

b. Merek dipakai sebagai referensi (brand as reference)

Pada tahap ini sudah terjadi persaingan sedikit-sedikit meskipun

tingkatnya belum begitu ketat. Perangsang ini merangsang

produsen untuk membuat difensiasi terhadap produk yang

dihasilkannya. Tujuannya adalah agar produk yang dihasilkan

memiliki perbedaan dari produk perusahaan lain. Strategi yang

diterapkan pada tahap ini adalah dengan melakukan perubahan

pada atribut produk. Contohnya, sepatu olahraga dan sepatu kantor

(54)

3. Peranan Merek

Dalam era millenium baru ini, peranan merek menjadi sangat penting karena pembedaan satu produk dari produk lainnya sangat tergantung pada merek yang ditampilkan. Pembuatan merek yang tepat sangat memerlukan riset pemasaran yang tepat pula. Dengan adanya riset pemasaran ini kita dapat mengetahui dan mengembangkan produk- produk tersebut berdasarkan diferensiasi merek. Merek yang memiliki asosiasi merek yang unik dibuat berdasarkan atribut produk yang unik, nama yang unik, kemasan yang unik serta didukung oleh strategi distribusi dan iklan yang sesuai cenderung lebih cepat berhasil dibandingkan merek yang biasa saja. Dasar pemikiran ini adalah memposisikan suatu produk ke tingkat yang lebih tinggi yaitu dari produk yang semula sekedar sebagai komoditi, menjadi produk yang memiliki brand value yang kuat, sehingga dapat mengurangi ketergantunganproduk tersebut pada pengaruh harga saat pengambilan keputusan pembelian.

Kekuatan merek dan kerja keras manajemen untuk untuk

memperkenalkan dan mengelola merek tersebut dapat diukur dengan

seberapa besar perusahaan lain bersedia untuk membayar merek yang

bersangkutan. Tingginya nilai terhadap suatu merek yang sudah dikenal

disebabkan karena saat ini semakin sulit membangun sebuah merek

dibanding dengan 10 tahun yang lalu. Penyebabnya adalah biaya iklan,

biaya distribusi, biaya promosi semakin meningkat jumlahnya, persaingan

semakin ketat, dan perebutan waktu jam tayang pada waktu utama (prime

(55)

mendalam terhadap produk yang bersangkutan, perusahaan, tingkat persaingan, kondisi pasar serta pelanggan.

b. Memiliki Brand Value Yang Tepat

Semakin tepat sebuah merek di-positioning-kan dibenak pelanggan, merek tersebut akan semakin competitif. Untuk mengelola hal tersebut kita perlu mengetahui brand value.

Diibaratkan sebuah pakaian, positioning adalah kesesuaian ukuran bagi pemakainya. Sedangkan brand value adalah keindahan warna serta model pakaian tersebut. Brand value membentuk brand personality lebih cepat berubah dibandingkan brand positioning karena brand personality mencerminkan gejolak perubahan selera konsumen. Brand value juga mencerminkan brand equity secara real sesuai dengan customer values-nya.

c. Memiliki Konsep Yang Tepat

Tahap akhir untuk mengkomunikasikan brand value dan

positioning yang tepat kepada konsumen harus didukung oleh

konsep yang tepat. Perkembangan konsep merupakan proses

kreatifitas karena berbeda dari positioning, konsep dapat terus

menerus berubah sesuai dengan daur hidup produk yang

bersangkutan. Konsep yang baik adalah dapat mengkomunikasikan

semua elemen-elemen brand value dan positioning yang tepat,

sehingga brand image dapat terus-menerus ditingkatkan.

(56)

dibandingkan dengan manfaat merek. Kedua, pesaing dapat dengan mudah meniru atribut tersebut, ketiga atribut yang sekarang atau mungkin nanti akan kurang bernilai, sehingga merugikan merek yang terlalu terikat pada atribut tersebut.

2. Cara Membangun Merek

Membangun merek yang kuat tidak berbeda dari membangun sebuah bangunan rumah. Untuk memperoleh bangunan rumah yang kokoh kita memerlukan fondasi yang kuat, caranya adalah (Rangkuti, 2002:05):

a. Memiliki Positioning Yang Tepat

Merek dapat di-positioning-kan dengan berbagai cara, misalnya dengan menempatkan posisinya secara spesifik dibenak pelanggan. Membangun positioning adalah menempatkan semua aspek dari brand value (termasuk manfaat fungsional) secara konsisten sehingga selalu menjadi nomor satu dibenak pelanggan (Rangkuti, 2002:06). Menjadi nomor satu dibenak pelanggan bukan berarti selalu menjadi nomor satu untuk semua aspek.

Keberhasilan positioning adalah tidak sekedar menemukan kata

kunci atau ekspresi dari core benefit suatu merek, tetapi lebih jauh

lagi menjembatani keinginan dan harapan pelanggan, sehingga

dapat memuaskan pelanggan. Positioning ini akan berubah terus

setiap saat. Positioning yang tepat memerlukan pemahaman yang

(57)

d. Budaya

Merek juga mewakili budaya tertentu, misalnya: Mercedes mewakili budaya Jerman yang terorganisasi dengan baik, memiliki cara kerja yang efisien, dan selalu menghasilkan produk dengan kualitas tinggi.

e. Kepribadian

Merek juga memiliki kepribadian, yaitu kepribadian bagi para penggunanya. Jadi diharapkan dengan menggunakan merek, kepribadian si pengguna akan tercermin bersama dengan menggunakan merek yang ia gunakan.

f. Pemakai

Merek juga menunjukkan jenis konsumen pemakai merek tersebut.

Itulah sebabnya para pemasar selalu mengguanakan analogi orang-orang terkenal untuk penggunaan mereknya. Misalnya untuk menggunakan BMW seri 7.

Apabila suatu perusahaan memperlakukan merek hanya sekedar suatu nama, maka perusahaan tersebut tidak melihat tujuan merek sebenarnya. Tantangan dalam pemberian merek adalah mengembangkan satu set makna yang mendalam untuk merek tersebut (distinctive values).

Dengan enam tingkatan merek diatas perusahaan harus dapat menentukan pada tingkatan mana ia akan menanamkan identitas merek.

Mempromosikan atribut merek saja merupakan salah satu bentuk

kesalahan. Pertama, konsumen tidak begitu tertarik pada atribut merek

(58)

simbol, karena merek memiliki enam tingkatan pengertian (Rangkuti, 2002:03), yaitu:

a. Atribut

Setiap merek memiliki atribut, atribut ini perlu dikelola dan diciptakan agar pelanggan dapat mengetahui dengan pasti atribut- atribut apa saja yang terkandung dalam suatu merek. Contohnya, BMW seri 7 merupakan merupakan merek mobil yang dirancang dengan kualitas tinggi, selalu menjaga keamanan, bergaransi, berharga jual mahal serta dipakai para senior eksekutif perusahaan multinasional.

b. Manfaat

Selain atribut merek memiliki serangkaian manfaat, konsumen tidak membeli atribut mereka membeli manfaat. Sehingga produsen harus dapat menerjemahkan atribut menjadi manfaat fungsional maupun manfaat emosional. Atribut “aman” dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional. Manfaat fungsional ini juga dapat diterjemahkan kedalam manfaat emosional yaitu “selama mengendarai BMW seri 7 saya merasa aman”.

c. Nilai

Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai bagi produsen.

Merek juga memiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen

sebagai merek yang berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa

pengguna merek tersebut.

Gambar

Tabel Analisis Brand Awareness
Tabel Gambaran Umum Responden
Diagram Sumber Media atau Informasi  Keterangan:
Diagram Analisis Top of Mind  Keterangan TK: Tiki
+6

Referensi

Dokumen terkait

menggunakan pendekatan matematis dari fungsi Green, dan melakukan dekonvolusi data anomali gayaberat, maka perubahan nilai rapat massa dapat diestimasi, dan dengan adanya

Dalam amalan proses menetapkan risiko menyeluruh adalah sukar, dan mengimbangi sumber yang digunakan bagi mengurangkan antara risiko dengan kemungkinan ia berlaku mungkin sukar

Yakni sistem perhitungan yang menggunakan data dari tabel-tabel ephemeris hisab rukyat, karena data tabel- tabel tersebut didasarkan pada peredaran Matahari dan

Berdasarkan permasalahan, tujuan peneli- tian, hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multi- media di

Pertamina telah mempunyai rencana yang tersusun dalam road map atau peta jalan untuk menuju Pertamina sebagai perusahaan kelas dunia selama 15 tahun yakni pada tahun

Metode yang digunakan pada kegiatan pengabmas ini adalah penyuluhan dan pemutaran vidio edukasi gizi dan covid 19 bagi siswa, sedangkan bentuk kegiatannya melalui

GCF | Rangkuman Pertemuan Tahunan Kalimantan Tengah | 20-22 September 2011 4 Sesi ini menyoroti perlunya mengembangkan peluang peningkatan kapasitas tambahan pada

Program pengolahan citra untuk deteksi bagian ujung dari biji ginkgo dibuat menggunakan bahasa pemrograman Visual C#, yaitu MSVC# 2010 Express. Proses pertama yang