1
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Agresivitas pajak merupakan hal yang sekarang sangat umum terjadi dikalangan perusahaan-perusahaan besar di seluruh dunia. Tindakan ini bertujuan untuk meminimalkan pajak perusahaan yang kini menjadi perhatian publik karena tidak sesuai dengan harapan masyarakat dan juga merugikan pemerintah (Gunawan, 2017). Dari sisi perusahaan, pajak dianggap sebagai suatu beban yang akan mengurangi laba sebelum pajak. Upaya yang akan dilakukan oleh perusahaan adalah dengan cara meminimalkan beban pajak yang dimiliki namun dalam batas yang tidak melanggar peraturan perpajakan, karena pajak adalah salah satu faktor yang dapat mengurangi laba. Besarnya pajak yang dimiliki perusahaan bergantung pada besarnya pengahasilan yang diterima. Semakin besar penghasilan yang diperoleh, maka semakin besar pula pajak terutang yang dimiliki. Untuk mencapai hal tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan agresivitas pajak.
Salah satu perusahaan otomotif yang ada di Indonesia, yaitu PT. Toyota
Motor Manufacturing dituding oleh Direktorat Jenderal Pajak bahwa perusahaan
ini telah melakukan penghindaran pajak sebesar Rp 1,2 Triliun dengan melakukan
transfer pricing. Perusahaan ini dicurigai memanfaatkan transaksi pada antar
perusahaan yang terafiliasi baik di dalam maupun di luar negeri untuk melakukan
penghindaran pembayaran kewajiban pajaknya. Penghindaran tersebut dilakukan
yaitu dengan cara memindahkan keuntungan yang dimiliki perusahaan dari satu
negara ke negara lain yang telah menerapkan tarif pajak yang lebih terjangkau (Tax Haven).
Pada beberapa tahun silam,sedang ramai berita tentang Panama Papers di Bolivia pada April 2016 (www.news.ddtc.co.id). Panama Papers ini merupakan 11 juta dokumen data yang bocor dan melibatkan beberapa orang penting dan perusahaan menggunakan cara yang illegal untuk melakukan penghindaran pajak dengan menciptakan metode shell company dan beberapa metode yang lainnya.
Informasi yang selama ini rahasia tiba tiba bocor , dalam dokumen ini terdapat 214.000 shell company yang terdaftar di 21 tax heaven countries, dimana pendirian perusahaan di tax heaven countries ini semata mata dilakukan untuk melakukan penghindaran pajak, sehingga laba atau harta yang dimiliki oleh individu ataupun perusahaan aman, tanpa harus membayarkan kewajiban pajaknya. Keuntungan yang didapat dari usaha dialihkan ke negara-negara surga pajak (Tax Haven) sehingga tidak dapat dijangkau oleh negara asal ataupun negara asal sumber penghasilan. Penghindaran pajak dilakukan dengan memanfaatkan kelemahan peraturan perpajakan melalui skema yang ada dan dikenal dengan “Double Irish Dutch Sandwich”.
Dalam industri manufaktur terdapat beberapa sektor seperti sektor industri barang dan konsumsi, sektor aneka industri, dan sektor industri dasar dan kimia.
Berdasarkan data dari kemenperin, pada tahun 2017 perusahaan manufaktur sub
sektor industri dasar dan kimia adalah sub sektor yang paling tinggi
pertumbuhannya.
Gambar 1.1 Pertumbuhan Sektor Manufaktur Tahun 2017
Berdasarkan data diatas pada sub sektor industri barang dan konsumsi tingkat pertumbuhannya sebesar 5,63%, pada sub sektor aneka industri sebesar 9,49% dan pertumbuhan pada sub sektor indsutri dasar dan kimia sebesar 10,6%. Berkaitan dengan data tersebut perlu dikaji sejauh mana tingkat perusahaan untuk melakukan tindak tax agrressiveness, dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan maka semakin tinggi juga penghasilan yang didapat, dan kemudian akan semakin tinggi juga beban pajak penghasilannya. Hal ini sesuai dengan UU no. 36 tahun 2008 pasal 1 yang menjelaskan bahwa penghasilan yang diterima oleh subjek pajak akan dikenai pajak penghasilan.
OECD merupakan organisasi internasional yang bergerak dibidang perkembangan dan perekonomian. Istilah organisasi internasional mempunyai dua arti yang berhubungan namun berbeda. Pertama, istilah itu dapat dianggap sebagai sinonim dari lembaga internasional. Seperti PBB, dapat disebut sebuah organisasi internasional atau sebuah lembaga internasional (atau kelompok lembaga). Pada
5.63%
9.49% 10.60%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
SEKTOR INDUSTRI BARANG DAN KONSUMSI
SEKTOR ANEKA INDUSTRI SEKTOR INDUSTRI DASAR DAN KIMIA
PERTUMBUHAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR NASIONAL TAHUN 2017
SUB SEKTOR PERUSAHAAN MANUFAKTUR