29
BAB III
SISTEM LINK BUDGET
3.1 INFORMASI GEDUNG
Gedung IKEA terletak di kawasan Alam Sutera Tangerang, Jl. Sutera Boulevard No. 45, Tangerang, Banten. Ikea Tangerang memiliki 4 level tingkatan, fungsi dari bangunan adalah untuk pusat perbelanjaan. Dengan Total luas area 54.443 M
2. Luas bangunanan level 2 adalah 1.370 M
2, luas bangunan level 1 adalah 5.233 M
2, luas bangunan level ground adalah 23.920 M
2, luas bangunan level basement adalah 23.920 M
2. Titik koordinat berada di titik longitude 106.663107 dan latitude -6.219733
Berikut gambaran deskripsi level bangunan di IKEA Tangerang :
Gambar 3.1 Deskripsi level di gedung IKEA Tangerang Level ground
Level 1 Level 2
Level basement
30
Tabel 3.1 Informasi Gedung IKEA Tangerang No
Level Level Description Business Sector
1 Level 2 Office Business
2 Level 1 Shopping area Business
3 Level G
Entrance hall, shopping area, check out area, food court
Business
4 Level Basement
Parking area Business
3.2 INDOOR BUILDING SOLUTION (IBS)
Pada dasarnya alasan utama dalam pembangunan IBS adalah kurangnya RX level (sinyal) yang berada di dalam gedung sehingga tujuan IBS adalah untuk memperbaiki kualitas sinyal dan trafik didalam gedung yang memiliki kualitas sinyal jelek atau memiliki trafik yang sangat padat. IBS akan dipasang/diimplementasikan jika area gedung tersebut memiliki kualitas sinyal yang rendah yang menyebabkan terjadinya drop call atau blank spot
Suatu jaringan telekomunikasi yang berbasis DCS1800 MHz dan
UMTS 2100 MHz mempunyai solusi untuk mendesain jaringan
telekomunikasi di dalam gedung yang menyediakan sinyal bagi pengguna
agar dapat menggunakan suatu alat telekomunikasi (celluler phone) dimana
saja berada terutama di dalam gedung yang sulit dijangkau oleh sinyal dari
luar (outdoor) maka dari itu suatu operator telekomunikasi menyediakan
desain khusus di dalam gedung untuk meningkatkan sinyal.
31
Dalam mendesain suatu jaringan telekomunikasi indoor building solution dibutuhkan tiga kriteria desain, yaitu :
1. Coverage Area 2. Capacity
3. Signal level (Quality)
Desain yang baik adalah desain yang memenuhi kebutuhan tersebut.
Selanjutnya perbedaan bentuk sebuah building akan mempertimbangkan desain tersebut, misalnya :
1. Public Access area (mall, bandara, stadion, hotel, rumah dan lain-lain) merupakan tempat-tempat umum yang sering dikunjungi tiap harinya.
2. Business/offices area (daerak perkantoran, pusat bisnis) dituntut adanya indoor cell yang memungkinkan tingkat telekomunikasi yang tinggi
Setiap gedung memiliki karakterisitik yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh desain gedung tersebut. Dari analisa kondisi gedung dapat diperoleh data-data sebagai berikut :
1. Lokasi gedung 2. Luas bangunan
3. Desain eksterior gedung 4. Desain interior gedung 5. Jumlah lantai
6. Konstuksi
32
3.3 PERENCANAAN INDOOR BUILDING SOLUTION (IBS)
Kebutuhan akan penyediaan cakupan jaringan radio di dalam gedung yang semakin meningkat belakangan ini seiring bertambahnya pengguna telepon seluler dan gedung-gedung bertingkat di Jakarta, maka diperlukan suatu solusi yaitu membangun sistem jaringan BTS tersendiri di dalam suatu gedung (indoor) untuk menambah kapasitas selain dari jaringan BTS luar sudah ada (outdoor).
Untuk merencanakan Sistem Indoor ada beberapa cara yaitu dengan :
1. Simulasi peletakkan antenna sistem indoor dengan menggunakan software simulasi jaringan radio seperti : NPS/I (NOKIA), Site planner dan TEMS LIGHT
2. Perhitungan power budget / link budget.
Untuk Tugas Akhir ini penulis akan membahas dengan cara perhitungan link budget. Link budget merupakan factor penting dalam merancang sistem indoor didalam ruangan.
Sebagai salah satu operator telepon seluler di Indonesia, PT. XL
Axiata memiliki jaringan yang tersebar di seluruh Indonesia. Masing-masing
operator memiliki rentang frekuensi. Karena frekuensi dan TX Power (dBm)
dari BTS sangat mempengaruhi dalam perhitungan link budget maka pihak
operator mengeluarkan ketentuan teknisnya masing-masing seperti terlihat
pada Tabel dibawah ini :
33
Tabel 3.2 Standarisasi Perencanaan Frekuensi dan Tx Power PT XL Axiata Sistem Frekuensi (MHz) Tx Power(dBm)
DCS1800 1800 38
UMTS2100 2100 33
3.4 PERANGKAT INDOOR
Perangkat pada suatu gedung dengan sistem multi network mempunyai spesifikasi tertentu yang biasa di pakai oleh beberapa sistem yang ada GSM.
UMTS, WCDMA. Berikut perangkat perangkat yang digunakan : 1. Perangkat Aktif
a. RBS b. Repeater 2. Perangkat pasif 1. Antenna 2. Jumper 3. Kabel Coaxial 4. RF Tapper 5. Splitter 6. Coupler
7. Multi Combiner
8. Duplexer
9. Connector
34
3.5 SISTEM ANTENNA
Distributed Antenna Systems (DAS) untuk sistem indoor dapat dibagi dalam empat kategori :
1. Antena Ingerasi
2. Antena distribusi melalui jaringan kabel fiber optic 3. Antena distribusi menggunakan kabel bocor (leaky cable) 4. Antena distribusi menggunakan kabel coaxial (feeder cable)
3.5.1 ANTENA INTEGRASI
Dimana antena tersebut terintegrasi di dalam base station. area indoor yang akan dilayani dapat dilakukan pada satu lokasi seperti tempat atau ruangan yang terbuka dimana memungkinkan untuk menempatkan RSB pada salah satu. Contoh aplikasinya pada gelanggang olahraga yang tidak tetap yaitu sirkuit balap yang biasanya padat pada event tertentu saja ataupun stasiun kereta api.
3.5.2 DISTRIBUSI ANTENA MELALUI FIBER OPTIK
Fiber optik digunakan sebagai alternatif karena memiliki rugi-rugi (loss) yang sangat rendah dibandingkan kabel koaxial dan juga mudah dalam pemasangannya. Kerugian menggunakan fiber optik adalah fiber optik memerlukan sumber daya untuk tiap-tiap terminal antenna dan tidak efesien pada segi harga dan perawatan.
3.5.3 DISTRIBUSI ANTENA MELALUI KABEL BOCOR (LEAKY FEEDER)
Kabel terbuka merupakan salah satu alternatif antena distribusi yang
digunakan untuk beberapa aplikasi seperti pada terowongan kereta maupun
kendaraan. Pada jaringan sistem indoor yang menggunakan leaky feeder
antenna tidak diperlukan karena kabel bertindak sebagai antenna yang
35
memancarkan dan menerima gelombang radio. Keuntungan dari menggunakan kabel bocor adalah sinyal lebih terdistribusi merata sepanjang kabel. Tapi juga mempunyai kerugian yaitu lebih mahal jika dibandingkan dengan kabel coaxial.
Terdapat dua loss yang berhubungan dengan kabel terbuka : 1. Longitudinal loss
Longitudinal loss hampir sama dengan loss pada penghubung antena biasa. Kabel terbuka memiliki loss yang sedikit lebih tinggi dibandingkan kabel coaxial normal
2. Coupling loss
Coupling loss adalah perbedaan rata–rata antara level sinyal didalam kabel dan power yang diterima oleh antena dipole
3.5.4 DISTRIBUSI ANTENA MELALUI KABEL COAXIAL
Antena distribusi dengan konfigurasi ini merupakan aplikasi yang sering digunakan. Hal ini disebabkan adanya beberapa keuntungan, antara lain:
Merupakan solusi murah dibandingkan dengan distribusi antenna yang lain karena biaya instalasi yang murah.
Tidak menganggu sistem lain dalam gedung
Fleksibel dalam perencanaan ketika menentukan daerah cakupan/
layanan
Kuat dan telah teruji
Tidak menghasilkan radiasi yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan sekitar
Antenna adalah suatu perangkat yang berfungsi untuk mengubah
gelombang elektromagnetik menjadi gelombang elektromagnetik di ruang
36
bebas ataupun sebaliknya. Antenna indoor terdiri dari 2 macam yaitu omni- directional dan directional (plannar). Pemilihan antenna pada ruangan disesuaikan dengan kondisi ruangan tersebut. Untuk ruangan yang melebar disarankan agar menggunakan antenna omni-directional. Sedangkan untuk ruangan yang berbentuk memanjang seperti lorong disarankan menggunakan antenna directional
Pada sistem multi network menggunakan frekuensi range 820- 960/1710-2500 Mhz. Penggunaan indoor biasanya digunakan 2 tipe antenna, Yaitu :
a. Antenna Omnidirectiuonal
Antenna jenis ini paling banyak digunakan dalam perencanaan indoor, Antenna omni memiliki propogasi melingkar 360
0.
Gambar 3.2 Pola radiasi antenna omni-directional b. Antenna Directional
Antena directional memiliki karakteristik propogasi sektoral. Antena
jenis ini memiliki peningkatan gain pada satu atau beberapa arah, akan tetapi
mengalami pengurangan gain pada arah yang lain. Antenna directional pada
perencanaan indoor biasanya digunakan pada bangunan yang memiliki
lorong-lorong.
37
Gambar 3.3 Pola radiasi antenna directional
Antena yang digunakan dalam sistem indoor ini adalah antena dengan tipe omni directional.
3.6 LOSS
Sebelum menghitung link budget masing-masing material yang digunakan harus dikalkulasikan karena masing-masing material yang digunakan mempunyai rugi-rugi (loss) yang besarnya berbeda-beda dan mempengaruhi dalam perhitungan link budget. Rugi rugi (loss) yang mempengaruhi antara lain :
1. Cable loss
2. Splitter loss
3. Coupler loss
4. Jumper loss
5. Tapper loss
6. Wall loss
7. Body loss
8. Combiner loss
9. Path loss
38
3.6.1 CABLE LOSS
Setiap kabel feeder mempunyai rugi-rugi (loss) yang berbeda beda, tergantung dari jenis dan merk (brand). Semakin besar diameter kabel yang dipakai maka rugi-rugi (loss) yang didapat semakin kecil dan secara tidak langsung akan mempengaruhi daya yang dipancarkan oleh antenna. Semakin besar diameter kabel semakin mahal pula harganya. Semakin Oleh karena itu dalam mendesain jaringan indoor DCS1800 dan UMTS2100 harus juga mempertimbangkan factor efiseinsi (cost). Untuk besarnya loss dari masing- masing kabel diperlihatkan pada Tabel 3.3 di bawah ini
Tabel 3.3 Rugi-rugi loss kabel feeder (leoni) Sistem Frekuensi
(MHz)
Kabel ½” Kabel 7/8” Kabel 1 1/4” Kabel 1 5/8”
(dB)
DCS1800 1800 -0,0996 -0.0563 -0.0415 -0.0356 UMTS2100 2100 -0,1090 -0.0815 -0.0455 -0.0383
3.6.2 SPLITTER LOSS
Splitter atau biasa disebut dengan power divider dan kadang juga disebut power combiner. Fungsi dari splitter adalah membagi semua port di setiap portnya sama rata dan rugi-rugi (loss) untuk masing-masing portnya juga sama.
Splitter juga mempunyai banyak macam merek (brand) dan juga
mempunyai loss yang berbeda-beda tergantung dari jenisnya. Jenisnya terbagi
atas 2 ways, 3 ways, dan 4 ways. 2 ways splitter membagi sebuah input power
menjadi 2 output power, begitu juga dengan 3 ways dan 4 ways yang masing-
masing membagi 3 output power dan 4 output power. Dimana masing-masing
ouput power yang terbagi mempunyai nilai yang sama dengan inputnya
39
Untuk besarnya loss dari masing masing splitter dapat dilihat dari tabel 3.4 dibawah ini .
Tabel 3.4 Splitter loss
Sistem 2 Ways 3 Ways 4 Ways
Loss (dB) Loss (dB) Loss (dB)
Semua Sistem -3.3 -5.1 -6.3
3.6.3 COUPLER LOSS
Coupler mempunyai 2 ouput port yang masing-masing port-nya mempunyai loss yang tidak sama. Bisa jadi loss untuk output port yang satu lebih besar dari ouput port yang lainnya sehingga dapat membagi RF power jika dibutuhkan RF power yang lebih besar disalah satu sisinya. Coupler yang terdiri dari banyak macam antara lain coupler 6 dB, 10 dB, 15 dB, dan 20 dB.
Dimana output port-nya ada yang bernama through/direct dan coulin /side.
Untuk besarnya loss dari masing-masing coupler dapat dilihat dari Tabel 3.5 dibawah ini
Tabel 3.5 Coupler loss
Sistem
10 dB
Coupling Thru
Semua sistem -7.05 dB -0.455 dB
40
3.6.4 JUMPER LOSS
Jumper berfungsi untuk menghubungkan antara feeder/kabel dengan coupler atau splitter atau bisa juga menghubungan antara feeder/kabel dengan antenna. Kabel jumper elastis dan pada ujung-ujungnya terdapat sebuah konektor. Untuk besarnya loss dari masing-masing jumper diperlihatkan pada Tabel 3.7 di bawah ini
Tabel 3.6 Jumper loss
3.6.5 TAPPER LOSS
RF Tapper dapat kita analogikan sebagai lubang pada saluran air.
Seperti air (RF) mengalir melewati lubang namun ada sebagian yang bocor keluar. Pada dasarnya RF tap adalah antenna kecil yang dimasukkan kedalam kabel coaxial utama yang akan mengambil sebagai kecil energi dari cabang yang di tap dan di alihkan ke cabang yang baru. Tapper telah banyak tersedia dipasaran dan relative tidak mahal untuk membuat percabangan dari kabel coaxial utama. Beberapa tipe tapper dengan nilai lossnya dapat kita lihat Tabel 3.7 yaitu :
Tabel 3.7 Tapper loss
Sistem Tapper 6 dB Tapper 7 dB
Coupling Thru Coupling thru
Semua sistem -6 dB -1.9 dB -7.05 dB -1.05 dB
Sistem Frekuensi (MHz)
Jumper Loss Konektor
0.5 m (dB) 1.0 m (dB) 5.0 m (dB) (dB)
DCS 1800 1800 -0.158 -0.215 -0.835 2 x 0.03 = 0.06
UMTS 2100 2100 -0.113 -0.238 -0.95
41
3.6.6 WALL LOSS
Dinding juga mempunyai rugi-rugi (loss) biasanya pada saat mendesain seorang engineer harus mempertimbangkan letak atau posisi antenna terhadap dinding seperti gypsum, kayu, kaca ataupun beton (concrete). Wall loss diasumsikan sebesar -5 dB, namun dapat dimasukkan nilainya sesuai dengan bahan dasar tersebut. Untuk besarnya loss diperlihatkan pada Tabel 3.8 dan Tabel 3.9 di bawah ini .
Tabel 3.8 Wall loss
Sistem Frekuensi (MHz) Wall Loss
Multi Network Muti Network -5 dB
Tabel 3.9 Wall loss berdasarkan jenis bahan Bahan Dasar Dinding Wall Loss
Wooden / kayu -10.1 dB
Glass / Kaca -2.2 dB
Concrete / beton -30.1 dB
Nilai loss pada tabel 3.8 dan tabel 3.9 di atas sebenarnya bukan
referensi yang baku, karena biasanya pada prakteknya bila diukur sendiri
nilainya tidak akan sama dengan nilai tabel diatas. Contoh pada tabel
disebutkan loss dari dinding beton sebesar -30.1 dB apabila ada suatu
ruangan dengan antena didalamnya bisa kurang atau lebih. Sebab tebal tiap
dinding yang berbeda berpengaruh dalam meredam sinyalnya.
42
3.6.7 BODY LOSS
Body loss dapat diasumsikan seperti pintu atau kaca yang berada di sekeliling antena di dalam gedung dan berpengaruh terhadap perhitungan link budget. Rugi-rugi (loss) biasanya sebesar -3 dB, namun nilai tersebut dinaikkan sampai sebesar -5.2 dB apabila jumlah user di suatu tempat terlalu padat (overcrowded).
Besarnya body loss diperlihatkan pada Tabel 3.10 di bawah ini Tabel 3.10 Body loss
Sistem Frekuensi Body Loss Multi network Multi network -3 dB
3.6.8 COMBINER LOSS
Rugi-rugi atau loss yang diakibatkan oleh muti network combiner sebesar -6.3 dBm
3.6.9 PATH LOSS
Path loss atau free space loss adalah penurunan intensitas gelombang
radiasi ketika merambat pada ruang bebas dari pemancar ke penerima pada
sistem telekomunikasi. Path loss dapat timbul disebabkan oleh banyak factor
seperti kontur tanah, lingkungan yang berbeda, medium propogasi (udara
yang kering atau lembab), jarak antara antenna pemancar dan penerima, lokasi
,dan tinggi antenna. Propogasi gelombang radio pada ruang bebas (free space)
sendiri sangat tergantung pada frekuensi sinyal dan penghalang (obstacle)
pada arah rambat gelombang.
43
Path loss merupakan komponen yang penting dalam perhitungan dan analisa link budget Sitem telekomunikasi. Perhitungan dalam mencari path loss indoor dapat dihitung dengan cara :
𝑃𝐿(𝑑) = 20 log (
4𝜋𝑓𝑐
) + 𝐼𝐵𝐿𝐹 ……… (3.1) Dimana 𝜋 = 3.14
c = 3 x10
8m/s f = frekuensi (Hz)
IBLF = In building Loss Factor (dB)
Tabel 3.11 In building loss factor Number Type of
Environtment
Type of Environtment
Example IBLF (MHz)
1 Open Carpark/Garage 30.1
2 Moderately Open Lobby 32
3 Low Partition Business Area 33.1
4 Middle Partition Room Area 34.8
5 Dense Partition Lift Area 38.1
3.7 EIRP (EFFECTIVE ISOTROPIC RADIATED POWER)
Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) atau disebut juga equipment
isotropic radiated power adalah penjumlahan antara daya pancar pada antena
dengan gain (penguatan) antenna dari pemancar, dapat dihitung dengan rumus :
44
EIRP = Tx Power (dBm) + Antenna Gain (dB) ……….(3.2) Dimana :
Tx Power = daya pancar (dBm)
Antenna Gain = penguatan antenna pemancar (dB)
3.8 RSL (RECEIVED SIGNAL LEVEL)
RSL (Received Signal Level) adalah level sinyal yang diterima di penerima dan nilainya harus lebih besar dari sensitivitas perangkat penerima (RSL≥Rth).
Sensitivitas perangkat penerima merupakan kepekaan suatu perangkat pada sisi penerima yang dijadikan ukuran threshold. Nilai RSL dapat dihitung dengan persamaan berikut :
RSL = EIRP – Lpropogasi + G
TX– L
RX………(3.3) Dimana :
EIRP = Effective Isotropic Radiated Power (dBm) Lpropogasi = rugi-rugi gelombang saat berpropogasi (dB) G
TX= penguatan antenna penerima (dB)
L
RX= rugi-rugi saluran penerima (dB)
3.9 LINK BUDGET
Perhitungan link budget dimaksudkan untuk dpaat menghitung atau
merencanakan kebutuhan daya sistem seluler sedemikan rupa, sehingga
kualitas sinyal di penerima memenuhi standart yang di inginkan. Pada
perencanaan sistem transmisi radio digital, perhitungan power link budget
atau path analysis mengambil peranan penting agar hasil rancangan dapat
mencapai hasil yang optimum dan efisien baik dari segi kehandalan teknis
maupun biasa. Dalam perhitungan link budget dapat diperoleh Maximum
Allowable Phat Loss (MAPL) yang sangat menentukan untuk perhitungan
jarak atau radius sel dalam menentukan coverage area, juga dapat mengetahui
45
level daya yang diterima (Received Signal Level) yang diterima oleh penerima, hal ini akan menentukkan availability dari system yang di rancang dan besarnya harus sesuai dengan kualitas yang diinginkan.
Link budget pada system perencanaan di bagi menjadi dua bagian yaitu : Uplink/ Link reverse (dari MS menuju BTS) dan Downlink / Link Forward (dari BTS menuju MS), untuk mendapatkan nilai path loss tersebut di ketahui dulu besar nilai MAPL (Maximum Allowable Path Loss), parameter di hitung dengan persamaan berikut:
Lmax = EIRP – Sensitivitas + G
BTS– Lcable – FM …..…..………...…(3.4) Sensitivitas = Eb/N
o+ N
o+ Im + Information Rate + NF
BTS……...…………. (3.5) Dengan :
EIRP = P
MS+ G
MS- L
bodyEIRP = EIRP
(MS/BTS)Lmax = Loss maksimum yang diizinkan Sensitivitas = Sensitivitas (BTS/MS)
P
MS= Daya Pancar MS
G
BTS= Gain BTS
FM = Fading Margin
G
MS= Gain MS
L
body= Loss Body
Eb/No = Kualitas Kanal Trafik No = Receiver Noise Density Im = Receiver Interfrence Margin NF
BTS= Noise Figure BTS
3.10 COVERAGE AREA
46
Untuk memperkirakan seberapa banyak antenna yang dapat dipasang pada tiap lantai didalam gedung, dapat dihitung dengan cara menghitung area yang tercakup oleh sebuah antenna. Dengan mengetahui luas dan jarak (jari- jari) yang dapat dihasilkan oleh masing-masing antena, maka dapat diperkirakan seberapa banyak dan letak antena yang dibutuhkan per satuan luas lantai (m
2). Untuk mencari jarak (jari jari) yang didapat dicakup oleh antenna (d) dapat dihitung dengan rumus :
𝑑 = 10
(𝐸𝐼𝑅𝑃−𝑓𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 −𝑏𝑜𝑑𝑦𝑙𝑜𝑠𝑠−𝑅𝑥𝐿𝑒𝑣−20 log(4𝜋𝑓𝑐 )
𝐼𝐵𝐿𝐹 )
…………(3.6)
Dimana :
d = jarak (jari-jari) dari antenna pemancar (meter) EIRP = Effective Isotropic Radiated Power (dBM) Fading = 7 dB
Bodyloss = Redaman yang diakibatkan oleh tubuh manusia (3dB) RxLev = Kuat sinyal yang ditentukkan oleh perusahaan
IBLF = Inbulidng Loss factor Maka
LuasArea = d
2π
3.11 PENGUKURAN PERFORMANSI SINYAL DENGAN WALK TEST
TEMS yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah Tems10.0.3
tools Configuration yaitu voice. TEMS merupakan suatu alat ukur untuk
melakukan imvestigasi performansi jaringan seluler yang diproduksi oleh
perusahaan jaringan BTS Ericson. yang juga dapat digunakan untuk
mengukur performansi jaringan BTS micro indoor dan kegiatan pengukuran
di sebut walk test. Walk test adalah kegiatan pengukuran sambil berjalan ke
seluruh area cakupan. sehingga hasil pengukuran sesuai dengan sinyal yang
47
sebenarnya pada setiap titik atau sudut area cakupan. Pada umunya data walktest melihat dua data yang ada yaitu dedicated mode dan idle mode
Parameter performansi pada pengukuran TEMS Rx level mempunyai range level berkisar antara -10 hingga -120 dBm. Semakin besar nilainya maka level sinyal semakin baik.
Tabel 3.12 Parameter performansi pada pengukuran TEMS Rx level
Pada Tabel 3.12 ditampilkan range pengukuran dari Rx level dan RSCP yang dipresentasikan berdasarkan legend warna-warni dan dibagi berdasarkan kategori performansi sinyal, sebagai berikut :
3.12 COVERAGE COMMITMEN
Range Rx Level / RSCP Level Legends Kategori -120 < Rx Level / RSCP < -100 dBm
AMAT BURUK -100 < Rx Level / RSCP < -90 dBm
BURUK
-90 < Rx Level / RSCP < -80dBm
SEDANG
-80 < Rx Level / RSCP < -50 dBm
BAIK
-50 < Rx Level / RSCP < -10dBm
SEMPURNA
48
Coverage commitmen adalah gambaran area yang menjadi acuan dalam perancangan penempatan antena yaitu area area yang dicakup.
Coverage commitmen dalam gedung ditentukan dengan memberi warna biru pada area yang akan dicakup
Gambar 3.5 Komiten cakupan area lantai basement
Gambar 3.6 Komiten cakupan area lantai lantai grounding
49
Gambar 3.7 Komiten cakupan area lantai 1
Gambar 3.8 Komiten cakupan area lantai 2
50
3.13 SKEMATIK DIAGRAM
Skematik diagram adalah diagram perencaan yang menggambarkan wiring atau konfigurasi material dan perangkat sistem indoor building.
Berikut adalah gambar skematik dari 4 level gedung IKEA Tangerang
Gambar skematik diagram dapat dilihat pada Gambar 3.9 untuk lantai
basement, gambar 3.10 untuk lantai grounding, gambar 3.11 untuk lantai 1
dan 2 bawah ini
51
Gambar 3.9 Schematic diagram di gedung IKEA Tangerang (lantai basement)
52
Gambar 3.10 Schematic diagram di gedung IKEA Tangerang (lantai grounding)
53
Gambar 3.11 Schematic diagram di gedung IKEA Tangerang (lantai 1 dan lantai 2)
54
3.14 CABLE ROUTING
Cable routing merupakan denah yang berguna untuk mengetahui posisi atau letak antena dan kabel feeder yang akan terpasang pada gedung.
Cable Routing tiap lantai dan penempatan masing masing antena memiliki persamaan dari lantai basement sampai lantai 2.
Gambar 3.12 Cable routing lantai basement IKEA Tangerang
55 Keterangan :
Area Coverage Building Block
Omni Antenna: 59 Pieces Directional Antenna: 0 Pieces
Untuk Cabel Routing didistribusikan oleh splitter 4 ways, splitter 3 ways dan splitter 2 ways, terbagi menjadi 59 output. Adapun material yang digunakan total untuk adalah untuk 338 m total jumper, 464 buah connector
|N| ,4 buah tapper 6 dB dan 1 coupler 10 dB.
Gambar 3.13 Cable routing lantai grounding IKEA Tangerang
56
Keterangan :
Area Coverage Building Block
Omni Antenna: 64 Pieces
Directional Antenna: 0 Pieces
Untuk cabel routing disitribusikan oleh splitter 4 ways, splitter 3 ways dan splitter 2 ways, terbagi menjadi 64 output Adapun material yang digunakan total untuk adalah untuk 305 m total jumper , 416 buah connector |N| ,2 buah tapper 6 dB , dan 2 buah tapper 7 dB.
Gambar 3.14 Cable routing lantai 1 IKEA Tangerang
57
Keterangan :
Area Coverage Building Block
Omni Antenna: 50 Pieces
Directional Antenna: 0 Pieces
Untuk cabel routing disitribusikan oleh splitter 4 ways, splitter 3 ways dan splitter 2 ways, terbagi menjadi 50 output. Adapun material yang digunakan total untuk adalah untuk 278 m total jumper , 334 buah connector
|N| , 2 buah tapper 7 dB dan 1 coupler 10 dB.
Gambar 3.15 Cable routing lantai 2 IKEA Tangerang
58 Keterangan :
Area Coverage Building Block
Omni Antenna: 6 Pieces
Directional Antenna: 0 Pieces
Untuk cabel routing disitribusikan oleh splitter 4 ways dan splitter 2 ways , terbagi menjadi 4 output yaitu (A-L1-18, A-L1-19, A-L1-20 dan A- 21)
3.15 KONSEP KERJA
Secara umum dalam Tugas Akhir ini diagram seperti di bawah ini
Gambar 3.16 Diagram Proses Kerja Keterangan :
walk test before : melakukan analisa dari hasil walk test sebelum implentasi antena
Proses : mengelolah data menjadi informasi dan melakukan perhitungan
walk test after : melakukan analisa dari hasil walk test setelah implentasi antena
Perbandingan : melakukan perbandingan hasil walk test sebelum dilakukan Implementasi dan setelah dilakukan implementasi dan
perbandingan hasil Perhitungan EIRP DCS1800 dan UMTS 2100 walk test
before
Proses walk test
after Perbandingan