• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. golongan, mulai dari golongan muda sampai tua. Sepak bola adalah permainan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. golongan, mulai dari golongan muda sampai tua. Sepak bola adalah permainan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang diminati semua golongan, mulai dari golongan muda sampai tua. Sepak bola adalah permainan beregu yang berisi dari 11 pemain, dimana setiap pemain harus memiliki teknik dasar yang baik dan tepat agar dapat mengendalikan dan menciptakan permainan yang menarik. Adapun teknik dasar yang perlu diperhatikan oleh pemain sepakbola ialah menendang bola, menerima bola, menyundul bola, menggiring bola, gerak tipu dengan bola, merampas bola, melempar bola, teknik pejaga gawang, sedangkan teknik tanpa bola ialah lari, lompat, takling dan teknik penjaga gawang (Daniel, 2007).

Prestasi Indonesia dalam dunia sepak bola masih memprihatinkan. Hal ini dibuktikan dari hasil ranking terbaru FIFA, Indonesia berada pada posisi ke-173 (FIFA, 2017). Selain itu, sampai saat ini Indonesia belum dapat menembus pertandingan internasional tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sepak bola di Indonesia masih cukup tertinggal dari pencapaian prestasi. Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi atlet, yaitu dapat melalui proses pembibitan atlet yang baik dan pengkajian terhadap performa atlet.

Performa atlet dipengaruhi oleh kombinasi dari faktor genetik, motivasi, latihan, nutrisi, status kesehatan, somatotipe dan kebugaran (Sport Medicine Manual, 2000; Carter, 2002; Dorfman, 2008).

Pemenuhan asupan atau nutrisi dapat mempengaruhi performa atlet, dimana pembatasan asupan energi akan berdampak pada kekuatan otot,

(2)

ketahanan otot juga kebugaran kardiovaskular. Pemenuhan kebutuhan energi setiap atlet berbeda tergantung cabang olahraga yang ditekuni. Latihan berat terus menerus tanpa disertai pemenuhan kebutuhan energi yang sesuai akan sia sia. (Genton, 2010).

Secara umum, seorang pemain sepak bola memerlukan energi sekitar 4500 kkal atau 1,5 kali kebutuhan energi dari orang dewasa normal dengan tubuh yang relatif sama (Depkes RI, 2002). Menurut Penggalih (2007), hasil dari survei yang dilakukan di beberapa negara Eropa menyatakan bahwa para pemain sepak bola masih memperoleh rekomendasi gizi yang kurang tepat, dimana hal ini dipengaruhi oleh adanya asupan zat gizi tambahan lainnya (suplemen yang berlebihan). Sehingga diperlukan adanya pengaturan diet yang sesuai dengan kebutuhan atlet. Mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat, cukup protein, rendah lemak dan cukup vitamin, mineral serta cairan sangat diperlukan untuk menjaga stamina dan ketahanan tubuh.

Pemilihan pemain dalam sebuah olahraga tidak hanya ditentukan dari prestasi semata atau kemampuan seseorang dalam bertanding. Namun dipengaruhi juga dengan kemampuan fisik, teknik, taktik yang baik serta didukung oleh kondisi somatotipe yang baik juga memiliki peranan dalam memperoleh prestasi yang maksimal. Somatotipe adalah bentuk tubuh dari seseorang yang sangat menentukan aktivitas fisik terhadap suatu cabang olahraga tertentu (Heath, 2005). Adapun somatotipe atlet sepak bola umumnya didominasi oleh somatotipe jenis mesomorf (Hazir, 2010). Namun begitu, jenis dari somatotipe ini dapat diklasifikasikan secara spesifik sesuai dengan posisi pemain di lapangan.

(3)

Di sisi lain, kebugaran juga memiliki peranan penting dalam peningkatan performa atlet. Kebugaran adalah salah satu indikator penentu derajat kesehatan individu juga (Fatmah, 2011). Kebugaran terbagi menjadi dua yaitu health related fitness dan skill related fitness. Kelincahan adalah salah satu komponen biomotor skill related fitness yang mempengaruhi performa seorang atlet (Corbin, 2008). Karena dengan kelincahan, pemain dapat memberikan performa terbaik dalam permainan sepak bola seperti kelincahan dalam menggiring bola, kelincahan dalam menjaga gerak lawan dan kelincahan dalam mencari ruang kosong agar tercipta peluang gol (Udiyana, 2014). Kelincahan ini dapat dipengaruhi oleh postur tubuh yang dimiliki pemain.

Pada tingkat perguruan tinggi juga ada suatu wadah pembinaan sepak bola untuk menyalurkan minat dan bakat potensi sepak bola yang dimiliki oleh mahasiswa. Wadah tersebut dikenal dengan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa).

Kompetisi sepak bola pada tingkat perguruan tinggi juga bermacam macam, seperti POMNAS (Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional), POMDA (Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah), LPI (Liga Pelajar Indonesia), dan LIMA (Liga Mahasiswa). Beberapa universitas di DIY memiliki UKM sepak bola dan beberapa diantaranya memiliki prestasi yang cukup baik. Universitas ini juga memiliki UKM sepak bola untuk meningkatkan minat dan bakat pemain sepak bola dalam menghasilkan prestasi dibidang sepak bola.

Penelitian dan publikasi mengenai pemenuhan asupan, somatotipe dan skill related fitness kerap kali berdiri sendiri. Publikasi yang sudah ada, meliputi:

identifikasi somatotipe, status gizi dan dietary atlet remaja stop and go sports (Penggalih dkk, 2016); profil somatotipe dan tingkat kelainan pola makan (Wijatmoko, 2015); asupan lemak, persentase lemak, dengan kelincahan

(4)

(Narruti, 2013); berat badan dan tinggi badan dengan kelincahan (Dewi, 2015).

Maka dari itu, penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara asupan zat gizi makro yaitu : karbohidrat; protein; lemak, dan somatotipe dengan kelincahan pada pemain sepak bola unit kegiatan mahasiswa (UKM). Penelitian tersebut dilakukan dengan harapan dapat menjadi suatu kajian terhadap keberhasilan atau prestasi atlet di tingkat unit kegiatan mahasiswa dan dapat dipertimbangkan untuk lomba tingkat nasional.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah profil asupan zat gizi makro, somatotipe dan kelincahan pemain sepak bola UKM?

2. Bagaimanakah hubungan antara asupan zat gizi makro dengan somatotipe pemain sepak bola UKM?

3. Bagaimanakah hubungan antara asupan zat gizi makro, somatotipe dengan kelincahan pemain sepak bola UKM?

4. Bagaimanakah hubungan antara jenis latihan dengan kelincahan pemain sepak bola UKM?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara asupan zat gizi makro dan somatotipe dengan skill related fitness yaitu kelincahan pada pemain sepak bola Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).

(5)

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi asupan zat gizi makro, somatotipe, dan kelincahan pemain sepak bola UKM.

b. Mengetahui hubungan antara asupan zat gizi makro dengan somatotipe pemain sepak bola UKM.

c. Mengetahui hubungan antara asupan zat gizi makro dan somatotipe dengan kelincahan pemain sepak bola UKM.

d. Mengetahui hubungan antara jenis latihan dan kelincahan pemain sepak bola UKM.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

a. Mendapatkan pendekatan standar somatotipe atlet pemain sepak bola UKM.

b. Memberikan informasi mengenai status gizi dan performa atlet pemain sepak bola UKM.

2. Bagi Atlet

Memberikan motivasi dalam pengaturan pola makan dan latihan agar memiliki somatotipe dan kelincahan yang optimal.

3. Bagi Pelatih

a. Memberi acuan pada skrining awal dalam proses penyeleksian pemain.

b. Memberi informasi mengenai pemilihan makanan yang tepat bagi pemain.

(6)

4. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi dalam memilih cabang olahraga yang akan ditekuni.

5. Bagi Institusi

a. Memberi informasi mengenai salah satu acuan yang dapat digunakan dalam pengambilan kebijakan guna pembibitan atlet junior.

b. Memberi informasi mengenai penatalaksanaan dalam meningkatkan performa yang mendukung prestasi atlet.

E. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan penelitian ini antara lain :

1. Penelitian Fery Lusviana Widiany (2007) Hubungan Antara Pola Konsumsi Karbohidrat, Protein, dan Lemak dengan Kesegaran Kardiorespirasi Atlet Sepakbola PERSIBA Bantul Tahun 2007

untuk mengetahui hubungan antara pola konsumsi karbohidrat, protein dan lemak dengan kesegaran kardiorespirasi atlet sepakbola PERSIBA Bantul. Metode yang digunakan adalah cross-sectional dengan rancangan observational. Hasil dari penelitian ada hubungan yang bermakna antara pola konsumsi karbohidrat dengan kesegaran kardiorespirasi, sedangkan pada pola konsumsi protein dan lemak tidak ada hubungan bermakna dengan kesegaran kardiorespirasi atlet.

Persamaan dengan penelitian ini adalah adanya penilaian asupan zat gizi makro. Perbedaan dengan penelitian sekarang adalah: (1) kesegaran

(7)

kardiorespirasi tidak diukur; (2) sampel yang digunakan adalah atlet mahasiswa.

2. Penelitian Nadia Hanun Narruti (2013) Hubungan Asupan Lemak, Persentase Lemak Tubuh, Somatotipe Dengan Kelincahan Atlet Pencak Silat Kategori Tanding Pelatihan Daerah (PELATDA) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk mengetahui profil dan hubungan antara asupan lemak, persentase lemak tubuh, somatotipe, dengan kelincahan pada atlet. Sampel penelitian ini adalah 15 atlet pencak silat kategori tanding PELATDA DIY. Metode yang digunakan adalah cross-sectional dengan rancangan observational. Hasil penelitian adalah tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan lemak dengan persentase lemak tubuh, somatotipe dan kelincahan. Namun semakin tinggi persentase lemak tubuh maka altet semakin endomorfi sedangkan semakin rendah lemak tubuh dan semakin mesomorfi maka atlet semakin lincah. Persamaan penelitian ini adalah pengukuran somatotipe dan kelincahan. Perbedaan penelitian sekarang adalah : (1) sampel yang berbeda, dimana pada penelitian ini adalah pemain sepak bola UKM; (2) tidak mengukur persentase lemak tubuh; (3) penelitian dilakukan bukan pada saat pertandingan tetapi saat latihan.

3. Penelitian Anies Setiowati (2014) Hubungan Indeks Massa Tubuh, Persen Lemak Tubuh, Asupan Zat Gizi dengan Kekuatan Otot yang bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh, persen lemak tubuh dan asupan zat gizi dengan kekuatan otot. Sampel penelitian ini adalah 11 siswa atlet bola basket SMA Terang Bangsa Semarang.

Metode yang digunakan adalah cross-sectional. Hasil penelitian ini adalah

(8)

terdapat hubungan persen lemak tubuh dengan kekuatan otot dan hubungan asupan protein dengan kekuatan otot. Dimana, semakin kecil persen lemak tubuh maka semakin besar kekuatan otot dan semakin meningkat asupan protein maka kekuatan otot meningkat. Persamaan penelitian ini adalah mengamati asupan zat gizi makro. Perbedaan penelitian sekarang : (1) tidak mengukur kekuatan otot tetapi mengukur kelincahan; (2) sampel yang diteliti adalah pemain sepak bola tingkat mahasiswa.

4. Penelitian Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih dkk (2016) berjudul Identifikasi Somatotipe, Status Gizi, dan Dietary Atlet Remaja Stop and

Go Sports somatotipe serta

mengevaluasi asupan makanan dan minuman atlet remaja kategori stop and go sports. Metode yang digunakan adalah cross-sectional. Hasil penelitian adalah seluruh atlet memiliki status gizi normal walaupun persentase asupan dari sebagian atlet masih inadekuat. Rerata somatotipe yang ditemukan bervariasi berdasarkan cabang olahraga, yaitu pada atlet basket tergolong mesomorfik endomorf, atlet sepak bola balans mesomorf dan atlet voli termasuk sentral. Persamaan penelitian adalah mengukur somatotipe dan asupan zat gizi makro. Perbedaan penelitian sekarang adalah mengukur skill related fitness yaitu kelincahan pemain sepak bola UKM.

5. Physical Characteristics and

Somatotype .

Tujuan penelitian ini untuk menilai karakteristik fisik dari pemain sepak bola berdasarkan tingkat kompetisi dan posisi pemain. Sampel penelitian

(9)

adalah pemain sepak bola professional (liga super dan utama) Turki.

Metode yang digunakan adalah cross-sectional. Hasil yang diperoleh adalah : (1) pemain liga super berusia lebih tua dan memiliki berat badan yang lebih besar dibandingkan pemain liga utama, namun tinggi badan dari kedua divisi tersebut hampir sama; (2) terdapat perbedaan yang signifikan pada berat badan dan tinggi badan berdasarkan posisi; (3) rerata somatotipe dari kedua divisi tersebut adalah mesomorfik.

Persamaan penelitian ini adalah mengukur somatotipe pada pemain sepak bola. Perbedaan penelitian sekarang : (1) level kompetisi atlet adalah pemain sepak bola mahasiswa; (2) mengukur asupan zat gizi makro dan kelincahan; (3) populasi penelitian berada di Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan pendekatan pembelajaran PMRI berbantu alat peraga manipulatif meningkatkan pemahaman konsep matematika, aktivitas

acara selalu menyanyi lagu dangdut diikuti oleh pembawa acara lain yang memerankan tokoh-tokoh seperti penyanyi Charlie Van Hounten, wali sehingga membuat

Laki-laki bukan hanya mantan suami saja Tidak mendapat dukungan dari teman yang sama memiliki status janda Dulu memiliki teman yang terdekat Kehilangan kontak teman terdekat

Pada saat puncak arlindo terjadi (monsun timur), bagian utara Laut Jawa, tepat sekitar pinggir pantai dari barat Pulau Kalimantan suhu berkisar 28- 29°C, ini

karena itu, perilaku hormat dan patuh ini harus diterapkan kepada siapa saja. Berikut adalah contoh perilaku hormat dan patuh kepada orang tua, guru dan anggota keluarga.. 3)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dan proporsi spermatozoa Y hasil pemisahan semen domba lokal dengan beberapa fraksi albumen telur dan lama penyimpanan

Kedua, temper tantrum adalah perilaku destruktif buruk dalam bentuk luapan yang bisa bersifat fisik (memukul, menggigit, mendorong), maupun verbal (menangis, berteriak, merengek)

Dari pendapat tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia (SDM) adalah tenaga kerja termasuk didalamnya buruh, karyawan dan pegawai yang mampu melakukan kerja