0
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA
PESERTA DIDIK SMA NEGERI 9 MAKASSAR
SKRIPSI
Oleh
RESKI SEPTINA 10539 1284 14
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
2020
1
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA
PESERTA DIDIK SMA NEGERI 9 MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Ujian Skripsi guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
RESKI SEPTINA 10539 1284 14
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
2020
2
3
4
5
6
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus dari rahmat Allah melainkan orang-orang yang kufur”.
(QS. Yusuf: 87)
Cahaya qalbu adalah ilmu-ilmu agama, sementara sinar akal adalah ilmu sains. Dengan berpaduan antara keduanya hakikat akan tersingkap. Adapun jika keduanya di pisahkan, maka fanatisme akan lahir pada pelajar ilmu agama dan skeptisime akan muncul pada pelajar sains”
(Badiuzzaman Said Nursi)
Persembahan : Kupersembahkan skripsi ini sebagai tanda baktiku kepada; Kedua orang tuaku tercinta, ibu yang telah memberikan kasih sayang, serta dukungan, ridho, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tidak mungkin dapat kubalas hanya selembar kertas bertuliskan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat kalian bahagia. Karena kusadari, selama ini belum bisa berbuat lebih.
Untuk almarhum ayah sebagai sosok tauladan yang baik untuk mendidik anak-
anaknya. Terima kasih atas limpahan kasih sayang selama hidupnya dan
7
memberikan rasa rindu yang berarti. Doa selalu terpanjat agar di berikan keluasan alam barzah dan di jauhkan dari azab kubur.
Teman-teman tercintaku impedansi B semoga Allah SWT membalas jasa budi
kalian di kemudian hari dan diberikan kemudahan dalam segala hal.
8 ABSTRAK
Reski Septina. 2020. Penerapan Model Problem Based learning teradap Peningkatan Hasil Belajar fisika Peserta Didik SMA Negeri 9 Makassar. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing Bunga Dara Amin dan Pembimbing II Dewi Hikmah Marisda,
Masalah dalam penelitian ini (1) Seberapa besar hasil belajar fisika peserta didik kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar sebelum diterapkan model problem based learning (PBL)? (2) Seberapa besar hasil belajar fisika peserta didik kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar setelah diterapkan model problem based learning (PBL)? (3) Apakah terdapat peningkatan hasil belajar fisika peserta didik kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar setelah diterapkan model problem based learning (PBL)?. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan seberapa besar hasil belajar peserta didik kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar sebelum diterapkan model problem based learning (2) mendeskripsikan seberapa besar hasil belajar peserta didik kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar setelah diterapkan model problem based learning (3) mendeskripsikan apakah terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar diterapkan model problem based learning.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen dengan menggunakan model desain penelitian One-Group-Pretest-Posttest Design yang terdiri dari tiga tahap yaitu pretest, posttest dan perlakuan selama enam kali pertemuan. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar tahun ajaran 2019/2020 yang berjumlah 34 orang yang ditentukan dengan teknik penunjukan langsung. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes peningkatan hasil belajar yang memenuhi kriteria valid sebanyak 25 soal dengan materi termodinamika, dimana hasil penelitian menunjukan bahwa pada pretest hasil belajar peserta didik skor rata-rata sebesar 8.68 dan pada posttest skor rata-rata sebesar 17,21.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, dapat disimpulkan hasil belajar peserta didik kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar melalui penerapan model problem based learning mengalami peningkatan. Adapun saran agar penerapan model problem based learning terlaksana dengan optimal dan perlu melakukan pengelolaan waktu secara tepat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Kata kunci: Problem Based Learning, Hasil Belajar.
9
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Berkat karunia serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “Penerapan Model Problem Based Learning Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik SMA Negeri 9 Makassar” . Diri ini tak akan henti- hentinya bertahmid atas anugerah pada setiap detik, langkah, nafas yang telah diberikan kepada penulis sehinggas kripsi ini dapat terselesaikan dan menjadi salah satu bukti dari sederet berkah-Mu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna, namun segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia Pendidikan tentunya, terkhusus dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Selain itu berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam
perampungan tulisan ini penulis mengucapkan terimakasih banyak. Rasa hormat dan
haru penulis ucapkan kepada kedua orang tua yakni Burhan Lai dan Suarni S yang
senantisa berdoa, mengasuh, mendidik, mengurus, sampai membiayai penulis dalam
proses pencarian ilmu. Tak lupa pula penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
ibu Dr.Hj. Bunga Dara Amin, M.Ed selaku pembimbing I, dan kepada ibu Dewi Hikmah
Marisda, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan,
10
motivasi, serta meluangkan waktunya sejak awal penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada:
Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, S.E., M.M , selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makasaar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D , sekalu Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd, selaku ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar, Ma’ruf, S.Pd, M.Pd selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar dan Dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis tentunya.
Ucapan terimakasih pula yang sebesar- besarnya kepada Kepala Sekolah, Guru, Staf SMA Negeri 9 Makassar, dan bapak Drs. H. Kasimuddin, selaku guru Fisika disekolah tersebut yang telah memberikan izin, arahan, masukan, dan bantuan untuk melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada teman- teman seperjuangan jurusan Pendidikan Fisika angkatan 2014 yang senantiasa menyemangati dan memberi masukan, serta sahabat-sahabatku yang selalu menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Dengan segala bentuk kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan
kritikan dan sarannya yang bersifat membangun sehingga penulis dapat berkarya lebih
baik lagi pada masa yang akan dating. Dengan harapan dan doa penulis, semoga skripsi
ini memberikan manfaat dan menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya di
bidang Pendidikan Fisika.
11 Billahi Fii Sabillil Haq. Fastabiqul Khaerat.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
Makassar, Februari 2020
Penulis
12 DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
SURAT PERNYATAAN... iv
SURAT PERJANJIAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 6
1. Model Pembelajaran ... 6
2. Problem Based Learning ... 10
3. Hasil Belajar……….……… 13
a. Hasil Belajar Kognitif………... 13
13
b. Hasil Belajar Efektif……….. 14
c. Hasil Belajar Fsikomotorik……… 15
4. Hakikat Pembelajaran Fisika……… 17
B. Kerangka Pikir ... 18
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 19
B. Desain Penelitian ... 19
C. Populasi dan Sampel ... 20
D. Variabel ... 20
E. Devenisi Operasinal Variabel ... 20
F. Prosedur Penelitian... 21
G. Instrumen Penelitian... 22
H. Teknik Analisis Data……… 22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 27
1. Analisis Deskriptif ... 27
2. Analisi N-Gain ... 31
B. Pembahasan ... 32
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 35
B. Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36 LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
14 DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Hasil Analisis Validitas dengan Uji Geogory ... 23 3.2 Interpretasi Gain Ternormalisasi ... 25 4.1 Analisis Deskriptif Skor Peserta Didik Kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9
Makassar pada saat Pretest dan Posttest. ... 26 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Peserta Didik Kelas XI MIA 5
SMA Negeri 9 Makassar Pada Postest ... 27
4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Peserta Didik Kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar Pada Postest ... 29 4.4 Distribusi dan Persentase Prolehan N-Gain Ternormalisasi Peserta
Didik Kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar ... 30
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Skema Alur Kerangka Pikir ... 17 3.1 Model Kesepakatan antar penilai untuk Validitas Isi ... 22 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Kumulatif dan Persentasi Skor Peserta Didik
Kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar pada Pretest ... 28 4.2 Diagram Distribusi Frekuensi Kumulatif dan Persentasi Skor Peserta Didik
Kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar pada Posttest ... 29
16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran A ... 38
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Rpp) ... 39
A.2 Lembar Kerja Peserta Didik (Lkpd)Bahan Ajar ... 75
A.3 Bahan Ajar ... 80
Lampiran B ... 94
B. 1 Soal Pretest ... 94
B.2 Soal Posttest ... 101
B.3 Kisi-Kisi Soal ... 109
Lampiran C ... 122
C. 1 Uji Gregory ... 123
C. 2 Uji Validitas ... 133
Lampiran D ... 140
D. 1 Analisis Deskriptif ... 141
D. 2 Analisis N-Gain ... 145
Lampiran E ... 148
E. 1 Nama Kelompok ... 149
E. 2 Daftar Hadir ... 151
E. 3 Dokumentasi ... 153
Lampiran Persuratan
17
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan pada hakikatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk manusia yang mampu membangun dirinya sendiri dan bangsanya, maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi.
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang- orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Alah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Al-Mujadilah: 11).
Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu pengembangan kurikilum, peningkatan mutu lingkungan pengajar sertaperbaikan sarana dan prasarana pendidikan. Cara-cara tersebut apabila diperhatikan, yang berperan aktif dalam pelaksanaan dan kegiatan kurikulum adalah guru, sedangkan yang berperan aktif sebagai subjek adalah siswa.Interaksi antara guru dengan siswa diperlukan agar tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai (Tomi, 2014:6).
Fisika sebagai salah satu bagian mata pelajaran IPA yang dikembangkan melalui pendekatan ilmiah, telah banyak memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Selain itu fisika juga mendidik siswa di dalam pembelajaran untuk bertindak atas dasar pemikiran kritis, analitis, logis, rasional, cermat dan sistematis serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri (Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi). Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Renol Aprizon:2012).
Permasalahan yang sering terjadi di dalam pembelajaran fisika adalah
lemahnya proses pembelajaran di kelas disebabkan peserta didik cenderung pasif
di karenakan metode pembelajaran yang digunakan bersifat teacher oriented yaitu pembelajaran berpusat pada guru. Tradisi teacher oriented masih banyakdigunakan oleh tenaga pendidik sehingga kurang memberdayakan pseta didik. Hal ini menyebabkan rendahnya tingkat keberhasilan pada sebagian besar peseta didik.Pembaharuan dalam bidang pendidikan menempatkan guru memiliki peran yang besar dalam berkontribusi untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di sekolah sehingga sistem pembelajaran harus memiliki perencanaan yang baik.
Pembelajaran fisika menuntut peserta didik ikut serta dalam menemukan konsep melalui kegiatan pengamatan atau percobaan peserta didik tidak hanya menguasai konsep-konsep fisika secara teori, menyelesaikan soal dengan rumus- rumus matematis tetapi juga membuktikan konsep-konsep fisika tersebut secara ilmia melalui tahapan-tahapan metode ilmiah.Pembelajaran fisika melibatkan peserta didik untuk mempelajari secara langsung dengan memperhatikan, mengamati, menyelidiki, dan menganalisis peristiwa dan kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan topik pembelajaran yang sedang berlangsung.
Peraturan kementrian pendidikan dan kebudayaan republik indonesia nomor 102 tahun 2014 tentang pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah bahwa dalam penerapan kurikulum 2013 disarankan menggunakan pendekatan saintifik dengan model-model inquiri based learning, discouvery learning, project based learning, dan problem based learning (Kemendikbud, 2014). Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran dan pendekatan ilmiah (Scientific) diapakai dalam pembelajarn. Penerapan pendekatan ilmiah ini diharapkan mampu digunakan sebagai titian emas perkembangandan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik (Kurniasih:
2016).
Guru dalam implementasi kurikulum 2013 memiliki peranan mendorong
peserta didik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan
mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka
ketahui setelah menerima materi pelajaran. Peserta didik diharapkakn memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif. Dalam pembelajaran, peserta didik difasilitasi untuk terlibat secara aktif mengembangkan potensi dirinya menjadi kompeten. Guru menyediakan pengalaman belajar bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi yang dimiliki. Dengan demikian peserta didik memiliki kelulusan mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya unntuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan di masa depan baik di masyarakat, lingkungan pekerjaan maupun dunia pendidikan yang lebih tinggi (Kemendikbud, 2014). Guru di tuntut dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif dan membuat pelajaran yang disampiakan menjadi mudah dipahami.
Upaya untuk mencapai hal tersebut dapat melalui penggunaan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Model pembelajaran yang mampu melibatkan peserta didik dalam menganalisis sutu persoalan. Salah satu model pembelajaran dalam kurikulum 2013 yaitu problem based learning. Model pembelajaran ini dirancang untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual. Hasil penelitian Rusman (2011) menunjukkan bahwa model pembelajaran problem based learning dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar kimia peserta didik pada konsep laju reaksi.
Problem based learning adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan penyelesaian masalah yang berpikir kritis serta membangun pengetahuan baru (Rusman, 2011).
Hasil observasi pada peserta didik kelas XI MIA 5 SMAN 09 Makassar tahun
ajaran 2019/2020, banyak di antaranya berpendapat bahwa pelajaran fisika
merupakan salah satu pelajaran tersulit karena sebagian besar materinya bersifat
abstrak. Tidak hanya itu, kebanyakan peserta didik juga berpendapat bahwa ilmu
fisika lebih sulit dibandingkan dengan pelajaran matematika, hal ini dikarenakan
ilmu fisika tidak hanya mengenai perhitungan tetapi juga membutuhkan analisis yang baik.
Berdasarkan uraian di atas , maka peneliti akan mnggunakan Problem based learning dalam pembelajaran di kelas, karena Problem based learning dapat mengembangkan berbagai keterampilan, seperti keterampilan berkerja sama, teliti dan mandiri karena pengalaman belajar yang di berikan dapat memenuhi tujuan pendidikan dan bermanfaat bagi pemecahan masalah dan kehidupan nyata. Oleh karena itu penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian dengan judul
„‟Penerapan Problem Based Learning terhadap Peningkatan Hasil Belajar FisikaPeserta Didik SMA Negeri 9 Makassar.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ni yakni:
1. Seberapa besar hasil belajar fisika peserta didik kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar sebelum diterapkan model problem based learning (PBL)?
2. Seberapa besar hasil belajar fisika peserta didik kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar setelah diterapkan model problem based learning (PBL)?
3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar fisika peserta didik kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar setelah diterapkan model problem based learning (PBL)?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini yakni:
1. Untuk mendeskripsikan seberapa besar hasil belajar fisika peserta didik
kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar sebelum diterapkan model
problem based learning (PBL)?
2. Untuk mendeskripsikan seberapa besar hasil belajar fisika peserta didik kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar setelah diterapkan model problem based learning (PBL)?
3. Untuk mendeskripsikan apakah terdapat peningkatan hasil belajar fisika peserta didik kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar setelah diterapkan model problem based learning (PBL)?
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peserta didik
Dapat lebih meningkatkan keterampilan dalam belajar khususnya pelajaran fisika.
2. Bagi pendidik (Guru fisika)
a. Dapat meningkatkan proses pembelajaran dan keterampilan dalam mengajar.
b. Memberi masukan dan menjadi bahan untuk menilai sejauh mana keterampilan belajar yang dimiliki peserta didik.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik pada sekolah sendiri dalam rangka perbaikan pembelajaran sehingga dapat mendorong peningkatan mutu pendidikan pada umumnya.
4. Bagi peneliti
a. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dari bangku perkuliahan.
b. Mengetahuipeningkatkan hasil belajar peserta didik di sekolah pada
mata pelajaran Fisika menggunakan model problem based learning
(PBL)
22 A. Kajian Pustaka
1. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Istilah Model pembelajaran sering dimaknai sama dengan pendekatan pembelajaran. Bahkan kadang suatu Model pembelajaran diberi nama sama dengan nama pendekatan pembelajaran. Sebenarnya Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada makna pendekatan, strategi, metode, dan teknik. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas. Dengan kata lain, Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka didalam kelas dan untuk menentukan material/perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, media, tipe-tipe, program-program media computer, dan kurikulum (Emzir, 2012:
8).
b. Fungsi Model pembelajaran
Fungsi Model pembelajaran adalah sebagai pedoman perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran. Karena itu, pemilihan Model sangat dipengaruhi
oleh sifat dari materi yang akan dibelajarka tujuan (kompetensi) yang akan
dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik (Miftahul, 2013:11).
c. Ciri Model Pembelajaran
Ngalimun (2016: 26) menyatakan Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi ataupun prosedur tertentu lainnya, antara lain:
1) Rasional teoretik yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan pembelajaran yang akan ditepati).
3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar Model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Pembelajaran Problem Based Learning
Pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning/PBL) merupakan
„‟pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi
suatu masalah. Masalah tersebut di pertumukan pertama tama dalam proses pembelajaran‟‟Problem based learning merupakan salah satu bentuk peralihan
dari pradigma pengajaran menuju paradigma pembelajaran (Rahma, 2015). jadi, fokusnya adalah pada pembelajaran siswa dan bukan pada pengajaran guru.
Problem Based Learning adalah seperangkat model mengajar yang
menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah, materi, dan pengaturan diri (Yunun, 2009).
Tan dalam (Rusman, 2011:229) yang mengemukakan bahwa
“Pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena
dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan”. Dengan demikian, model problem based
learning adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah autententik. Pemilihan model problem based learning didasari karena model ini dapat merangsang serta meningkatkan aktivitas berpikir siswa, karena pada model pembelajaran ini siswa dilibatkan dalam suatu pemecahan masalah yang disajikan oleh guru.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis maslah ini membuat siswa menjadi pembalajar yang mandiri, artinya ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu.
Tujuan utama pembalajaran berbasis masalah adalah untuk menggali daya
kreativitas siswa dalam berfikir dan memotivasi siswa untuk terus belajar. Dan
harus diingat bahwa, model pembelajaran ini tidak dirancang untuk membantu
guru memberikan informasi sebanyak-bnyaknya kepada siswa, akan tetapi
pembelajaran berbasis masalah di kembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar sebagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri.
Untuk penerapan model problem based learning (PBL) kedalam perangkat pembelajaran yang digunakan, dapat menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar secara aktif dan menyenangkan.
Riyanto (2010:286) mengemukakan mengenai peranan guru dalam pelaksanaan model problem based learning, “Dalam pembelajaran ini, guru berperan mengajukan permasalahan nyata, memberikan dorongan, memotivasi dan menyediakan bahan ajar dan fasilitas yang diperlukan peserta didik untuk memecahkan masalah. Selain itu, guru memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan temuan dan perkembangan intelektual peserta didik”. Artinya,
dalam pelaksanaan pembelajaran problem based learning(PBL), guru dituntut untuk mengembangkan suatu perangkat pembelajaran yang sesuai sehingga mendukung optimalnya pelaksanaan model ini.
Nur dalam (Nurul: 3-5) mengemukakan lima ciri–ciri khusus yang dimiliki oleh model pembelajaran problem based learning yaitu:
1. Mengajukan pertanyaan atau masalah. Masalah yang disajikan berupa situasi kehidupan nyata autentik yang menghindari jawaban sederhana dan memberikan berbagai macam solusi.
2. Berfokus pada interdisplin. Meskipun Problem based learning(PBL) berpusat
pada satu mata pelajaran, masalah yang diselidiki hendaknya benar–benar
nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah-masalah tersebut dari banyak mata pelajaran (kalau memungkinkan).
3. Penyelidikan autentik. Problem based learning(PBL)mengharuskan siswa untuk melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah nyata.
4. Menghasilkan produk, karya dan memamerkannya. Problem based learning (PBL) menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.
5. Kolaborasi. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog serta mengembangkan keterampilan berfikir siswa.
Setiap model pembelajaran yang diterapkan tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Beberapa kelebihan yang didapatkan ketika menerapkan model pembelajaran PBL adalah sebagai berikut :
1) Pemecahan masalah sangat efektif digunakan untuk memahami isi pelajaran.
2) Pemecahan masalah akan mendobrak dan menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3) Pemecahan masalah menjadikan aktivitas pembelajaran siswa lebih meningkat.
4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa mengetahui bagaimana
menstansfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan
nyata.
5) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6) Siswa menjadi lebih peka terhadap permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran PBL juga memiliki beberapa kekurangan, berikut ini beberapa kekurangan yang sepertinya nampak dalam penerapan model pembelajaran berbasis proyek.
1) Kesulitan memecahkan persoalan manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah tersebut bisa dipecahkan.
2) Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan persiapan agar model pembelajaran ini cukup lama.
3) Jika tidak diberikan pemahaman dan alasan yang tepat kenapa mereka harus berupaya untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
Berdasarkan paparan-paparan di atas, problem based learning membutuhkan tahap-tahap pelaksanaan Ibrahim & Nur dalam (Yuhanto, 2012:33) sebagai berikut;
1) Pemusatan peserta didik kepada pemilihan masalah dengan menguraikan
tujuan pembelajaran, dan menjelaskan materi yang dibutuhkan, serta
memotivasi peserta didik untuk terlibatdalam pemecahan masalah yang
dipilihnya. Peserta didik merumuskanmasalah yang akan dipecahkan.
2) Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar yaitu mendefinisikan dan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan masalah tersebut. Peserta didik merancang pemecahan masalah sesuaipermasalahan yang telah dirumuskan.
3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompokyaitu mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yangsesuai, melaksanakan observasi/eksperimen untukmendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Peserta didik berdiskusi berbagi informasi setelah mencari danmengumpulkan informasi yang diperlukan dari berbagaisumber untuk memecahkan masalah.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karyayaitu membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkankarya yang sesuai seperti laporan, poster, puisi dan model yangmembantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Peserta didik menampilkan karyanya dan menjelaskan hasil kegiatanpemecahan masalahnya.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalahyaitu membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasiterhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang merekagunakan. Peserta didik melakukan refleksi/evaluasi terhadap kegiatan pemecahan masalah yang telah dilakukan.
Dari kelima langkah di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
berbasis masalah mencakup pada pola mencari spesifik masalah, mendiskusikan
secara berkelompok, mengidentifikasi, mengembangkan, menganalisis dan
mengevaluasi.Dari langkah-langkah tersebut peserta didik diharapkan mampu
merumuskan dan menjabarkan suatu masalah secara spesifik dan elegan.
3. Hasil Belajar
Secara keseluruhan pemahaman terhadap konsep dasar pembelajaran tidak akan sempurna jika berhenti pada definisi atau proses. Berikut uraian yang berkaitan dengan hasil belajar yang sangat diharapkan oleh semua lapisan masyarakat, khususnya peserta didik.
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Sudjana Dalam (Dewi Hikmah. 2009) mendefenisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, dan psokomorik.
Gagne mengelompokkan hasil belajar ke dalam lima kategori, yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap. Hasil belajar merupakan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang setelah mengikuti pendidikan. Hasil belajar siswa yang merupakan tujuan pengajaran terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut saling terkait dan bahkan tidak boleh diabaikan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena muara ketiga aspek kompetensi tersebut mengarah kepada kecakapan hidup siswa.
a). Hasil Belajar Kognitif
Hasil belajar pada aspek kognitif merupakan suatu kemampuan yang
berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Hasil
belajar pada aspek kognitif dibagi kedalam enam jenjang, yaitu ingatan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
1) Ingatan (C1) adalah kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajarai dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar.
2) Pemahaman (C2) merupakan kemampuan memahami makna materi.Aspek ini satu tingkat di aatas pengetahuan dan merupakan tingkat berpikir yang rendah.
3) Penerapan (C3) merupakan kemampuan mengguanakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi dari pada pemahaman.
4) Analisis (C4) adalah kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen- komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan kemampuan tingkat berpikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan.
5) Sintesis (C5) adalah kemampuan memadukan konsep atau komponen- komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerlukan tingkah laku yang kreatif.Sintesis merupakan kemampuan tingkat berpikir yang lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya.
6) Evaluasi (C6) adalah kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai- nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berpikir yang tinggi.
b). Hasil Belajar Afektif
Hasil belajar pada aspek efektif merupakan suatu kemampuan yang
berhubungan dengan sikap, nilai-nilai, minat, dan apresiasi.hasil belajar pada
aspek afektif dirincikan oleh krathwohl dkk, menjadi lima jenjang, yaitu receving (penerimaan), responding (pemberian respon), valuing (penilaian), organization (pengorganisasian), characterization (karakteristik).
1) Penerimaan adalah kemampuan untuk memperhatikan.
2) Pemberian respon adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap sesuatu. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
3) Penilaian adalah kemampuan untuk mengaitkan diri pada obyek atau kejadian tertentu dan memberikan reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak menghiraukan.
4) Pengorganisasian berkaitan dengan penyatuan nilai. sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflikinternal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
5) Karakteristik berkaitan dengan karakter dan gaya hidup seseorang.Karakteristik berhubungan dengan ketentuan pribadi, sosial, danemosi seseorang.
c). Hasil Belajar Psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik merupakan aspek yang berkaitan dengan keterampilan (skill atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Dengan merujuk pada klasifikasi aspek psikomotorik menurut Trowbridge dalam (Ahamad 2006), aspek psikomotorik mencakup moving, manipulating, communcating, dan creating.
1). Moving
Kategori ini merujuk pada sejumlah gerakan tubuh yang melibatkan koordinasi gerakan-gerakan fisik.kata kerja operasional yang dapat digunakan adalah membawa, membersihkan, menempatkan atau menyimpan.
2). Manipulating
Kategori ini merujuk pada aktifitas yang mencakup pola-pola yang terkoordinasi dari gerakan-gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh, misalnya tangan-jari, tangan-mata.Kata kerja operasional yang dapat digunakan yaitu merangkai, menimbang, mancampurkan, mengaduk, mengoperasikan, dan memperbaiki.
3). Communicating
Kategori ini meruju pada pengertian aktifitas yang menyajikan gagasan dan perasaan untuk diketahui oleh orang lain. Kata kerja operasional yang dapat digunakan yaitu mengajukan pertanyaan,menganalisis, mendeskripsikan, mendiskusikan, mengarang,menggambar, menjelaskan, membuat grafik, membuat tabel, mencatat,menulis, dan membuat rancangan.
4). Creating
Kategori ini merujuk pada proses dan kinerja yang dihasilkan dari gagasan- gagasan baru. Kata kerja operasional yang dapat digunakan antara lain membuat kreasi, merancang, merencanakan, mensintesis, menganalisis, dan membangun.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan kemampuan dan keterampilan yang meliputi aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik yang dimiliki siswa atau seseorang setelah mengikuti kegiatan
belajar.
Secara umum hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik dan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri manusia( Rahman, 2014: 44-46).
3. Hakikat Pembelajaran Fisika
Depdiknas (2006: 377) menjelaskan bahwa pembelajaran Fisika sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Pembelajaran Fisika di SMA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung dan penekanan salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) melalui penggunaan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
B. Kerangka Pikir
Guru merupakan profesi yang mulia, karena itu adalah keniscayaan bagi seorang guru untuk memfungsikan dirinya pada tataran kemulian profesinya, yaitu dengan menjadikan guru sebagai sarana pembentukan kepribadian peserta didik, di mana pondasi pradigmanya tidak sekedar mengajar tetapi belajar. Menjadi guru yang mampu mengajar dengan baik di kelas, selalu kaya dengan ide-ide, kaya dengan kreatifitas adalah dambaan setiaap orang. Sedangkan kompotensi profesi seorang guru sangat di tentukan oleh kecakapan dan keterampilannya sebagai guru.
Penerapan model problem basidlearning akan lebih meningkatkan hasil
belajar peserta didik pada mata pelajaran ipa fisika.Fokus pembelajaran tidak
berpusat pada guru tetapi berpusat pada peserta didik, serta ada pengalaman
belajar yang menarik dan menyenangkan bagi peserta didik sehingga dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.
Gambar 2.1 Skema Alur Kerangka Pikir Hasil Belajar Peserta
Didik Meningkat Melibatkan peserta didik secara aktif dan meningkatkan penghargaan terhadap hasil belajar
Peserta Didik aktif dalam berpartisipasi dalam proses pembelajaran; Mengerjakan LKPD; Mendiskusikan masalah;
Mempresentasikan Penerapan model Problem Based Learning
Permasalahan Pembelajaran Fisika
Guru:
1. Penyajian materi kurang bervariasi.
2. Kurangnya Penghargaan teradap hasil kerja peserta didik
Peserta didik:
1. Kurangnya aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran
2. Hasil belajar fisika peserta didik masi
standar rata-rata
35 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokai Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian penelitian Pre- Eksperimental (Pra-Eksprimen) mengunukan model problem based learning dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaranFisika.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di SMA Negeri 9 Makassar.
B. Desaian Penelitian
Desain penelitian ini adalah One-group pretest-postest design sebagai berikut:
O
1X O
2Dengan:
O
1= Nilai pretest (sebelum diberi perlakuan) O
2= Nilai posttest (setelah diberi perlakuan) X = Perlakuan yang diberikan
Sugiyono (2016: 111)
36 C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI MIA SMA Negeri 9 Makassar Tahun Ajaran 2019/2020 yang berjumlah 307 peserta didik terdiri dari 9 kelas
2. Sampel
Sampel dari penelitian adalah kelas XI MIA 5 yang di peroleh secaranon probability sampling dengan menggunakan porposive sampling, karena peserta didik kelas XI MIA 5 memenuhi kriteria yang diinginkan peneliti.
D. Variabel
Dalam penelitian ini ada 2 variabel yang akan di teliti yaitu: variabel bebas yakni model problem based learning dan variabel terikat yakni peningkatan hasil belajar peserta didik.
E. Definisi Operasinal Variabel
1. Model problem based learning adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya maupun tiruan yang sering disertai penjelasan lisan.
Hasil belajar fisika peserta didik adalah skor total kemampuan peserta didik
dalam menyelesaikan soal-soal yang dilihat dari skor perolehan. Kemampuan
tersebut meliputi ranah kognitif yang mencakup mengingat (C1), memahami (C2),
menerapkan (C3), dan mengnalisis (C4) yang diukur dengan menggunakan tes hasil belajar.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap yakni: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang di lakukan pada tahap ini adalah:
a. Mengumpulkan sumber-sumber (kepustakaan) yang mendukung penelitian
seperti jurnal, buku, artikel, dan hasil-hasil penelitian yang relevan
b. Berkonsultasi dengan kepala sekolah dan guru bidang studi Fisika untuk
meminta izin melaksanakan penelitian
c. Menentukan materi yang akan di jadikan sebagai materi penelitian d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
e. Mendesain Instrumen
2. Tahap pelaksanaan
a. Memberikan prytest dengan soal yang telah di uji cobakan untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik
b. Memberikan perlakuan dengan menerapkan pembelajaran model problem
based learning
c. Memberikan postest untuk mengetahui pemahaman konsep peserta didik setelah mengikuti pembelajaran model problem based learning
d. Mengelolah data hasil pretest dan posttest
3. Tahap Akhir
Setelah seluruh kegiatan pengajaran dilaksanakan maka di lakukan analisis dari data-data yang telah di peroleh untuk mengetahui sejauh mana tujuan dari penelitian yang dilakukan terjawab.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen Instrument Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes peningkatan hasil belajar dalam bentuk Multiple Choice Test (pilihan ganda), dimana dalam soal mencakup ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan menganalisis (C4) terdiri atas 25 nomor.
Pemberian skor pada instrument tersebut, skor satu untuk jawaban yang benar dan nol untuk jawaban salah.Sebelum dilanjutkan pada tes hasil belajar, terlebih dahulu dilakukan validasi oleh dua orang pakar.hasil validasi tersebut menunjukkan bahwa jumlah soal sebanyak 25 nomor pada ranah kognitif (C1,C2,C3 dan C4), dinyatakan valid dan memiliki koefisien konsistensi internal sebesar 1,00.
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis Instrumen Penelitian
Hal yang dilakukan setelah pembuatan perangkat pembelajaran sebagai pendukung dari pengembangan pembelajaran fisika dan instrumen adalah melakukan pengujian instrumen oleh pakar/ahli atau disebut dengan uji Gregory.
Koefisien validitas isi dapat dilakukan secara kulitatif dan kuantitatif oleh
beberapa orang pakar/ahli Gregory (2000). Untuk menentukan koefisien validitas
isi, hasil penilaian dari kedua pakar dimasukkan kedalam tabulasi silang 2 x 2
yang terdiri dari kolom A, B, C dan D. Kolom A adalah sel yang menunjukkan ketidaksetujuan kedua penilai. Kolom B dan C adalah sel yang menunjukkan perbedaan pandangan antara penilai pertama dan kedua (penilai pertama setuju dan penilai kedua tidak setuju atau sebaliknya).Kolom D adalah sel yang menunjukkan persetujuan antara kedua penilai.Untuk lebih mudahnya, penentuan validitas konstruk/isi dengan teknik Gregory seperti pada Gambar 3.1.
Penilai Pakar #1 Relevansi
Lemah (butir bernilai 1 atau
2)
Relevansi Kuat (butir bernilai 3
atau 4)
Penilai Pakar #2
Relevansi Lemah (butir bernilai 1 atau
2)
A B
Relevansi Kuat (butir bernilai 3 atau 4)
C D
Gambar 3.1 Model Kesepakatan antar Penilai untuk Validitas Isi Keterangan:
A = banyaknya butir dalam sel A (relevansi lemah-lemah)
B = banyaknya butir dalam sel B (relevansi kuat-lemah)
C = banyaknya butir dalam sel C (relevansi lemah-kuat)
D = banyaknya butir dalam sel D (relevansi kuat-kuat)
Adapun rumus untuk memperoleh reliabilitas yang digunakan adalah seperti berikut
Koefisien konsistensi internal:
[ ]
Data yang diperoleh dalam penelitian ini semuanya diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik statistik yaitu statistik deskriktif dan statistik inferensial.
Syarat uji Gregory, jika Vc 0,75 atau 75% maka dapat dinyatakan konsisten internal (kesepahaman pakar)
Setelah divalidasi oleh dua orang pakar. Hasil analisis validasi dengan menggunakan uji Gregory ditunjukan pada Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.1 Hasil Analisis Validasi dengan Uji Gregory
No Perangkat Pembelajaran R Ket
1 RPP 1,00 Layak digunakan
2 LKPD 1,00 Layak digunakan
3 Bahan Ajar 1,00 Layak digunakan
4 Hasil Belajar 1,00 Layak digunakan
Sumber : Data primer teroleh, 2019
Berdasarkan Tabel 3.3 diatas dengan hasil uji Gregory r 0,75 dapat
disimpulkan bahwa semua perangkat yang digunakan dalam penelitian layak
digunakan. Hasil uji Gregory dapat dilihat pada Lampiran.
1. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk menyajikan atau mengungkapkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik pada mata pelajaran fisika.Keterampilan berpikir kreatif tersebut ditampilkan dalam bentuk skor rata- rata.
a. Skor rata-rata
̅=
dengan:
̅ = Skor rata-rata sampel
f
i= Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas x
i= Tanda kelas
(Purwanto 2016: 201) b. Standar deviasi
Menentukan standar deviasi menggunakan rumus sebagai berikut:
s = √
( )
(Sugiyono, 2016:57) dengan:
s = Standar deviasi x
i= Titik tengah kelas ̅ = frekuensi
n = Jumlah sampel penelitian
2. Analisis N-Gain Ternormalisasi
Setelah semua data terkumpul, untuk mengetahui signifikasi peningkatan keterampilan berpikir kreatif peserta didik (pretest dan posttest) menggunakan rumus Gain Ternormalisasi (N-Gain) dengan :
( ) ( ) ( ) ( )
Dengan :
(Spost) = skor rata-rata posttest (Spre) = skor rata-rata pretest
Dengan Kriteria interpertasi indeks gain yang dikemukakan oleh Haake, yaitu:
Tabel 3.2 Interpretasi Gain Ternormalisasi 〈 〉 Nilai gain ternormalisasi 〈 〉 Kriteria
<0,7 Tinggi
0,3<〈 〉<0,7 Sedang
〈 〉<0,3 Rendah
Meltzer(2003:153)
43 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Pada bab ini menyajikan proses pengolahan data yang menggunakan hasil analisis statistik deskriptif dan hasil analisis N-Gain Ternormalisasi. Pengolahan statistik deskriptif digunakan untuk menyatakan karakteristik distribusi nilai responden dan analisis statistik N-Gain Ternormalisasi digunakan untuk mengetahui peningkatan setelah diajar menggunakan model problem based learning.
1. Hasil Analisis Deskriptif
Ada pun gambaran hasil belajar fisika peserta didik sebelum diajar dengan menerapkan model problem based learningyaitu:
Tabel 4.1 Analisis Deskriptif Skor peserta Didik kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar pada saat Pretest dan Posttest.
Statistik
Skor Statistik
Pretest Posttest
Skor ideal 25 25
Ukuran Sampel 34 34
Skor Tertinggi 14 22
Skor Terendah 3 11
Rentang Skor 11 11
Skor Rata-Rata 8.68 17.21
Standar Deviasi 3.61 2,71
Sumber : Data primer terolah, 2020 a. Hasil Penelitian Data Pre-test
Dari Tabel 4.1 peserta didik yang menjadi sampel penelitian (Kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar) memiliki jumlah peserta didik sebanyak 34 orang.
Dilihat dari skor tertinggi dari hasil belajar Fisika peserta didik pada Pretest dicapai sebesar 14 dan skor terendah yang dicapai peserta didik sebesar 3 dari skor ideal 25, dan skor rata-rata peserta didik sebesar 8.68 dengan standar deviasi 3.61. Jika skor hasil belajar peserta didik kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar dianalisis menggunakan persentase pada distribusi frekuensi, maka dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Peserta Didik Kelas XI MIA5 SMA Negeri 9 Makassar Pada Pretes.
Skor f
iPresentasi %
3 - 4 = 4 11.76
5 - 6 = 6 17. 65
7 - 8 = 6 17. 65
9 - 10 = 5 14.71
11 - 12 = 10 29.41
13 - 14 = 3 8.82
Data distribusi Frekuensi Pretest pada Tabel 4.2 dapat disajikan dalam diagram batang sebagai berikut:
Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Kumulatif dan Persentasi Skor Peserta Didik Kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar pada Pre-tes.
Berdasarkan gambar 4.1 di atas, frekuensi kumulatif pada pretest mayoritas pada interval 11-12 sebanyak 10 peserta didik (29,41%), 5-6 dan 7-8 dengan masing-masing sebanyak 6 peserta didik (17,65%), sedangkan paling sedikit terletak pada interval 13-14 sebanyak 3 peserta didik (8,82%)
b. Hasil Penelitian Data Post-test
Adapun data yang diperoleh dari hasil belajar fisika peserta didik kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar setelah diajar dengan model problem based learningselama 5 kali pertemuan dengan materi Termodinamika, maka dapat dilihat pada Tabel 4.2 skor tertinggi dari hasil belajar Fisika peserta didik yaitu 22
0 2 4 6 8 10
3 ‒ 4 5 ‒ 6 7 ‒ 8 9 ‒ 10 11 ‒ 12 13 ‒ 14
F re k u en si
dan skor terendah yang dicapai yaitu 11 dari skor ideal 25. Adapun Jumlah sampel pada Posttest sebanyak 34 orang dan standar deviasi yang diperoleh sebesar 2,71 dengan skor rata-rata 17.21.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil belajar peserta didik setelah diajar dengan model problem based learningdengan menggunakan analisis distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajar Fisika, maka dapat dilihat dari Tabel berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Peserta Didik Kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar pada saat Posttest.
Skor f
iPresentasi %
11 ‒ 12 2 5.88
13 ‒ 14 4 11.76
15 ‒ 16 7 20. 59
17 ‒ 18 7 20. 59
19 ‒ 20 12 35.29
21 ‒ 22 2 5.88
Data distribusi Frekuensi Posttest pada Tabel 4.3 dapat disajikan dalam
diagram batang sebagai berikut:
Gambar 4.2 Diagram Distribusi Frekuensi Kumulatif dan Persentasi Skor Peserta Didik Kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar pada Posttest.
Berdasarkan gambar 4.2 di atas, frekuensi kumulatif pada posttest mayoritas pada interval 19-20 sebanyak 12 peserta didik (35,29%), 15-16 dan 17-18 dengan masing-masing sebanyak 7 peserta didik (20,59%), sedangkan paling sedikit terletak pada interval 11-12 dan 21-22 masing-masing sebanyak 2 peserta didik (5,88%)
2. Hasil Analisis N-Gain
Setelah semua data terkumpul, untuk mengetahui signifikansi peningkatan hasil belajar peserta didik (pretest dan posttest) menggunakan rumus N-Gain.
Pada tabel 4.4 berikut ini disajikan distribusi dan persentase N-Gain berdasarkan kriteria indeks gain.
Tabel 4.4.Distribusi dan Persentase Perolehan N-Gain Ternormalisasi Peserta Didik Kelas XI MIA 5 SMA Negeri 9 Makassar.
Rentang Kategori Frekuensi Presentase % Rata-rata N-Gain
g ≥ 0,7 Tinggi 1 2.94
0.53 0,3 ≤ g
<0,7 Sedang 33 97.06
0 5 10 15 20 25 30 35 40
11 ‒ 12 13 ‒ 14 15 ‒ 16 17 ‒ 18 19 ‒ 20 21 ‒ 22