• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA FISIKA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MULTIMEDIA FISIKA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Indonesian Journal of

Applied Science and Technology Vol. 1 No. 3. 2020: 116-125

116 PENGEMBANGAN MULTIMEDIA FISIKA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA

DIDIK

Muhammad Ari Kusumawadi*, Muhammad Zuhdi, Wahyudi FKIP, Universitas Mataram

E-mail: [email protected]

ABSTRACT

The process of learning physics still uses conventional methods and does not yet use various media. This also affects the learning outcomes of students who are low. The low learning outcomes show low problem-solving abilities. So that one media needs to be developed, one of them is physics-based on problem-based learning. This study aims to determine the feasibility and reliability of multimedia physics based on problem-based learning to improve problem-solving skills. This research is a type of research development (Research and Development). This study's model uses the 4-D model, which consists of the defining, designing, developing, and disseminating stages. The research phase is limited to the development stage. The data collection technique uses a questionnaire. Data were analyzed by finding the percentage of eligibility and reliability. The results obtained that multimedia physics and learning tools are suitable because the percentage is between 76% -100% and reliable because the percentage is above 75%. So, it can be concluded that multimedia physics is worthy of being tested on high school students in class XI.

Keywords: Multimedia, Physics, Problem Based Learning, Problem Solving ABSTRAK

Proses pembelajaran fisika masih menggunakan metode konvensional dan belum menggunakan media yang bervariasi. Hal ini berdampak pula terhadap hasil belajar peserta didik yang rendah. Rendahnnya hasil belajar menunjukan kemampuan pemecahan masalah rendah. Sehingga perlu dikembangkan sebuah media salah satunya multimedia fisika berbasi

problem based learning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan dan reliabilitas

multimedia fisika berbasis problem based learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian ini adalah jenis penelitian pengembangan (Reserch and

Development). Model dari penelitian ini menggunakan model 4-D yang terdiri dari tahap

pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan tahap penyebaran (disseminate). Tahap penelitian dibatasi sampai dengan tahap pengembangan

(develop).Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Data dianalisis dengan mencari

persentase kelayakan dan reliabilitas. Hasil penelitian diperoleh bahwa multimedia fisika beserta perangkat pembelajaran sebagai pendamping layak karena persentase berada antara 76%-100% dan reliable karena persentase di atas 75%. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa multimedia fisika layak untuk diuji cobakan pada peserta didik SMA kelas XI.

(2)

Indonesian Journal of

Applied Science and Technology Vol. 1 No. 3. 2020: 116-125

117 PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Alam (sains) merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mengetahui keteraturan alam untuk menguasai pengetahuan, baik fakta, konsep, prinsip, dan cara memperolah suatu sikap ilmiah. Menurut Gunawan, (2015:2) pada hakikatnya sains mencakup proses, produk dan sikap. Sains sebagai produk, lebih menekankan pada apa yang dihasilkan dalam sains itu sendiri seperti prinsip-prinsip, hukum-hukum, konsep-konsep, maupun persamaan-persamaan. Sains sebagai sikap lebih menekankan pada upaya membekali, melatih, atau menanamkan nilai-nilai positif dalam diri .

Fisika merupakan bagian dari sains yang mempelajari gejala alam yang mencakup proses, produk, dan bagaimana gejala alam itu terukur (Yuliani et all: 2012 208). Fisika sering disebut sebagai ilmu yang paling mendasar karna setiap ilmu alam lainnya mempelajari jenis sistem materi tertentu yang mematuhi hukum fisika. Beberapa konsep abstrak yang terdapat dalam pembelajaran fisika, menimbulkan kesulitan dalam memahami suatu materi. Berdasarkan hal tersebut peserta didik sering beranggapan bahwa fisika adalah mata pelajaran yang sulit dan cenderung mempelajari tentang rumus. Sehingga, peserta didik kurang dalam mempelajari fisika yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar fisika peserta didik.

Berdasarkan hasil observasi beserta wawancara dengan guru mata pelajaran fisika dan peserta didik SMAN 6 Mataram, menunjukkan bahwa proses pembelajaran fisika yang berlangsung masih didominasi oleh pembelajaran yang kurang melibatkan peran aktif peserta didik. Pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru dan sebatas transfer informasi, terlebih pada materi berupa teori dan persamaan matematis. Selain itu guru kurang menggunakan media pembelajaran yang bervariasi, hanya menggunakan media buku lks yang pembahasan materi kurang lengkap dan sukar dipahami oleh peserta didik. Pembelajaran yang hanya mentransfer informasi dapat mengakibatkan peserta didik menjadi pasif dan proses kegiatan pembelajaran yang pasif mengakibatkan peserta didik kurang memahami konsep dalam menerima materi sehingga mempengaruhi rendahnya hasil belajar fisika. Rendahnya hasil belajar fisika kelas XI SMAN 6 Mataram dibuktikan oleh nilai rata-rata MID mata pelajaran fisika semester I tahun ajaran 2019/2020. Nilai rata-rata MID memiliki rentang nilai dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 45,07. Rentang tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar yang diperoleh masih tergolong rendah. Hasil belajar fisika yang demikian terjadi karena dalam kegiatan pembelajaran peserta didik masih pasif yang mengakibatkan kurangnya kemampuan pemecahan masalah fisika.

Kemampuan pemecahan masalah sangat dibutuhkan pada abad 21. Selain kemampuan penyelidikan dan berpikir kritis, kemampuan pemecahan masalah juga harus dipersiapkan untuk peserta didik. Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan kognitif tingkat tinggi yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan (Venisari et all, 2015). Rokhmat (2017:6) mengungkapkan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan peserta didik untuk mengungkapkan kemampuan dalam memprediksi secara umum menuju hal yang lebih khusus berbagai kemungkinan akibat dari suatu fenomena, dengan melibatkan penyebab yang diberikan, serta dapat mengidentifikasi bagaimana sebuah atau beberapa penyebab dapat menghasilkan akibat yang telah diprediksi. Peserta didik kesulitan memecahkan masalah dalam proses pembelajaran karena belum adanya keterlibatan aktif peserta didik.

Perbaikan dalam kegiatan pembelajaran perlu dilakukan agar kemampuan pemecahan masalah peserta didik dapat meningkat. Salah satu alternatif pemecah masalahnya adalah pemilihan model pembelajaran yang dapat mendukung tercapainya tujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika adalah problem based learning (PBL). Pitriah (2018:283) mendefisinikan bahwa model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang memfokuskan dan mengarahkan peserta didik menjadi pembelajar mandiri

(3)

Indonesian Journal of

Applied Science and Technology Vol. 1 No. 3. 2020: 116-125

118 yang terlibat langsung secara aktif dalam pembelajaran kelompok, sehingga dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik dalam menemukan pemecahan masalah dan menemukan solusi yang rasional dan autentik. Melalui model ini peserta didik diarahkan untuk melakukan pemecehan masalah dalam situasi yang nyata. Hastuti et all (2016: 134) menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Sejalan dengan hal tersebut. Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah mengubah paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi paradigma berpusat pada peserta didik (Kurniawan, T., Rokhmat, J., & Ardhuha J., 2015). Oleh sebab itu, dalam penggunaan model pembelajaran berbasis masalah diperlukan sebuah media yang dapat membantu proses pembelajaran, baik media sederhana maupun berbasis tekhnologi. Media yang dipilih dalam penelitian ini adalah multimedia.

Arifin et all (2015:3) mengemukakan bahwa secara umum multimedia merupakan penggunaan komputer untuk menggabungkan teks, video, gambar, animasi, maupun audio sehingga dapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan informasi. Hidayat et all (2019) menjelaskan bahwa penggunaan multimedia ini dapat mempermudah dan memfokuskan peserta didik dalam memahami materi fisika karena dikemas menarik melalui peristiwa atau masalah yang mudah dipahami dan menarik. Sehingga, pengembangan multimedia berbasis problem based learning penting digunakan.

Berdasarkan uraian di atas, pengembangan media dan model pembelajaran dalam proses pembelajaran mempunyai perananan penting dalam peningkatan kemampuan pemecahan masalah. Dipilihnya multimedia berbasis problem based learning dikarenakan multimedia memiliki kemampuan menyajikan materi yang abstrak menjadi lebih kongkret. Penggabungan antara video, suara, maupun teks disajikan dalam bentuk slide presentasi yang dapat memudahkan peserta didik menggunakan multimedia.

METODE

Penelitian ini merupakan ini adalah penelitian pengembangan (Research and

Development). Sugiyono (2017:407) menyatakan bahwa R & D adalah penelitian yang

digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut Model dari penelitian ini menggunakan model 4-D yang terdiri dari tahap pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan tahap penyebaran (disseminate). Penelitian ini dibatasi hanya sampai tahap uji kelayakan dan reliabilitas multimedia fisika dan perangkat pembelajaran sebagai pendamping multimedia fisika.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kelayakan media yaitu angket. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Instrument angket pada penelitian pengembangan ini digunakan untuk memperoleh data dari ahli media, ahli materi, guru fisika, dan peserta didik terkait dengan media mutimedia, LKPD, dan RPP. Data tersebut selanjutnya diolah untuk mengetahui kelayakan dari produk yang diuji cobakan.

Data yang dianalisis dalam mengembangkan multimedia fisika berbasis problem

based learning adalah Multimedia, RPP, LKPD, Preetest, Posttest. Data kuantitatif diperoleh

dari hasil validator dan guru.

a. Analisis Kelayakan Multimedia Fisika dan Perangkat Pembelajaran Berikut disajikan rumus yang digunakan untuk analisis data:

𝑃 = 𝑓

𝑁 𝑥 100% (1) Keterangan:

f = skor yang didapat N = Skor maksimal P = Harga Persentase

(4)

Indonesian Journal of

Applied Science and Technology Vol. 1 No. 3. 2020: 116-125

119 Skala yang digunakan adalah skala Likert, untuk keputusan merevisi bahan ajar akan menggunakan kriteria penilaian sebagai berikut:

Tabel 1. Kriteria Penilaian Presentasi (%) Kriteria Validsitas 76-100 Layak 56-75 Cukup Layak 40-55 Kurang Layak 0-39 Tidak Layak

Diadaptasi dari Ridwan (dalam Latifa 2008)

Aturan pemberian skor untuk melihat kevalidan suatu produk sebagai berikut: Tabel 2. Aturan Pemberian Skor

Kategori Skor Sangat Baik (S) 4 Baik (B) 3 Kurang (K) 2 Sangat Kurang (SK) 1 (Sugiyono, 2017:135).

b. Analisis Reliabilitas Multimedia Fisika dan Perangkat Pembelajaran

Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode Borich, yang dikenal dengan

Percentage Agreement (PA) yaitu persentase kesepakatan antar penilai yang merupakan suatu

persentase kesesuaian nilai antara penilai pertama dengan penilai kedua. Percentage

Agreement (PA) dapat dirumuskan:

𝑃𝐴 = (1 −A−B

A+B) 100% (2)

Dengan A merupakan skor penilai yang lebih besar dan B skor yang lebih kecil. Skor yang lebih besar (A) selalu dikurangi dengan skor yang lebih kecil (B). Instrumen dikatakan reliabel jika nilai presentase kesepakatannya lebih atau sama dengan 75%. Jika dihasilkan kurang dari 75%, maka harus diuji untuk kejelasan dan persetujuan dari pengamat (Borich dalam Dwisiwi & Wiyatmo, 2015:115).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Pendefinisian dilakukan dengan beberapa tahap yaitu observasi kelas, wawancara dengan guru dan studi pustaka. Berdasarkan hasil observasi pada peserta didik kelas XI MIA di SMA Negeri 6 Mataram untuk materi sangat terbatas, pembelajaran cenderung dilakuka dengan metode ceramah dan menggunakan menggunakan buku lks. Penggunaan buku lks membuat peserta didik kurang berminat untuk belajar. Selama proses pembelajaran berlangsung.

Tahap selanjutnya yaitu wawancara dengan guru Fisika. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika diperoleh keterangan bahwa masalah yang dihadapi guru antara lain: (1) Kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang rendah karena peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran; (2) kurangnya minat dan motivasi dari dalam diri peserta didik untuk belajar; (3) rasa takut dalam diri peserta didik untuk mengajukan pertanyaan jika tidak mengerti; (4) kesulitan mengerjakan soal-soal latihan karena kurang memahami materi pelajaran yang diajarkan; (5) kurangnya minat peserta didik untuk mengulang pembelajaran; (6) Belum ada media yang digunakan untuk membangun pemahaman konsep peserta didik yang berdampak pada peningkatan pemecahan masalah peserta didik, karena guru jarang menggunakan media pembelajaran untuk menunjang kegiatan belajar mengajar Guru lebih

(5)

Indonesian Journal of

Applied Science and Technology Vol. 1 No. 3. 2020: 116-125

120 nyaman melakukan kegiatan belajar dan mengajar secara konvensional. Dari hasil wawancara juga diperoleh informasi bahwa guru belum pernah menggunakan media pembelajaran berupa multimedia berbasis problem based learning yang dilengkapi dengan animasi dan video.

Setelah melakukan observasi dan wawancara, langkah selanjutnya yaitu studi pustaka atau analisis komponen pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan referensi berupa silabus Kurikulum 2013 mata pelajaran fisika. Berdasarkan kegiatan analisis kebutuhan ini dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan media pembelajaran yang mampu membuat peserta didik memahami materi gelombang bunyi.

Setelah melalui tahap pendefinisian (define) kemudian dilakukan tahap perancangan (design). Peracangan terhadap media pembelajaran yang dikembangkan dilakukan pada tahap ini. Media pembelajaran yang dikembangkan berupa multimedia fidika berbasis problem based

learning untuk meningkatkan kemampuan pemcahan masalah peserta didik pada materi

gelombang bunyi. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun perangkat penelitian, memilih media pembelajaran, memilih format multimedia, dan membuat desain awal multimedia fisika serta mengumpulkan bahan yang dperlukan dalam proses pengembangan.

Gambar 1. Tampilan Cover Multimedia fisika

Gambar 2. Tampilan KI/KD Multimedia fisika

(6)

Indonesian Journal of

Applied Science and Technology Vol. 1 No. 3. 2020: 116-125

121 Tahap selanjutnya adalah tahap develop (Pengembangan). Pada tahap ini dilakukan penilaian multimedia fisika, beserta silabus, RPP, LKPD, dan Instrumen tes sebagai pendamping multimedia oleh ahli materi, ahli media, dan guru fisika. Ahli materi melakukan penilaian terhadap materi yang disajikan dalam multimedia fisika. Ahli media melakukan penilaian terhadap model desain, kemudahan menggunakan dalam multimedia. Guru fisika melakukan penilaian terhadap media beserta perangkat pembelajaran.

Penilaian multimedia fisika berbasis problem based-learning, silabus, RPP, LKPD, dan Instrumen tes sebagai pendamping multimedia oleh para ahli dilakukan mengggunakan instrumen lembar penilaian ahli. Sebelum lembar penilaian ini diberikan kepada ahli, lembar penilaian ahli ini divalidasi oleh dosen Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram. Lembar penilaian ahli dinyatakan valid dan layak digunakan untuk menilai multimedia fisika dan perangkat pembelajaran. Apabila multimedia fisika berbasis problem-based learning, silabus, RPP, LKPD, dan Instrumen tes sebagai pendamping, telah dinilai dan dinyatakan layak dan reliabel untuk diuji cobakan pada peserta didik, maka dilakukan proses revisi mengenai beberapa aspek sesuai saran dan masukan. Hasil yang telah direvisi kemudian akan diberikan kepada peserta didik.

Instrumen kelayakan media terdiri dari 20 item pernyataan untuk ahli media, 22 item pernyataan untuk ahli materi dan guru fisika, dan 14 item pernyataan untuk peserta didik. Kemudian instrumen kelayakan Silabus terdapat 6 item pernyataan, RPP 18 item pernyataan, LKPD 11 item pernyataan, dan Instrumen Tes 9 item pernyataan. Setiap item pernyataan memiliki alternatif jawaban layak, cukup layak, kurang layak, dan tidak layak. Keempat alternatif jawaban tersebut memliki skor yang selanjutnya digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk multimedia fisika.

Tabel 3. Hasil Uji Kelayakan

Penilaian dilakukan melalui pengisian form online yang telah diisi pernyataan-pernyataan yang ada pada angket validasi. Hasil penilaian berupa data kuantitatif yang diperoleh dari skor setiap butir aspek dan data kualitatif yang diperoleh dari uraian serta saran yang diberikan. Data kuantitatif tersebut kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif untuk mengetahui kelayakan dari aspek materi, dan aspek bahasa. Sedangkan data kualitatif digunakan untuk revisi media pembelajaran. Adapun hasil penilaian kelayakan dan Reliabilitas.

(7)

Indonesian Journal of

Applied Science and Technology Vol. 1 No. 3. 2020: 116-125

122 Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa produk yang dikembangkan berupa multimedia fisika, silabus, RPP, LKPD, dan instrumen tes dapat dikategorikan layak. Hal ini berdasarkan persentase berada pada rentan 76%-100% secara berturut-turut. Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat produk yang dikembangkan berupa multimedia fisika, silabus, RPP, LKPD, dan instrumen tes dapat dikatakan reliabel. Hal ini berdasarkan Percentage Agreement (PA) di atas 75% secara berturut-turut.

Pembahasan

Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan multimedia fisika berbasis problem based learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Media ini dikembangkan berfungsi untuk menyajikan materi pada gelombang bunyi melalui sintaks

probelem based-learning. Pengembangan produk ini meliputi 4 tahap, yakni tahap

pendefinisian (Define), perancangan (Design), pengembangan (Develop), dan penyebarluasan (Disseminate). Kelayakan multimedia fisika berbasis problem based-learning beserta perangkat pembelajarannya sebagai pendamping dapat dilihat berdasarkan penilaian validator dan hasil dari analisis.

Kelayakan Multimedia Fisika dan Perangkat Pembelajaran a. Kelayakan Materi pada Multimedia Fisika

Kelayakan materi pada multimedia fisika berbasis problem based learning dapat ditentukan dengan berdasarkan hasil validasi oleh validator ahli. Nilai validasi dianalisis dengan memperhitungkan persentase nilai dari keempat validator. Berdasarkan hasil analisisnya bahwa materi pada multimedia fisika memiliki nilai persentase 93,75% dengan rata-rata 3,75 yang menunjukan bahwa materi dikategorikan layak untuk digunakan sebagai pedoman materi dalam kegiatan pembelajaran.

b. Kelayakan Media dari Ahli Media Fisika

Multimedia fisika digunakan untuk mempermudah dan memberi kesan menarik pada saat pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis, kelayakan media pada multimedia fisika berbasis

problem based learning dapat ditentukan dengan berdasarkan hasil validasi oleh validator ahli

media. Nilai validasi dianalisis dengan memperhitungkan persentase nilai dari keempat validator. Berdasarkan hasil analisisnya bahwa media pada multimedia fisika memiliki nilai persentase 93,12% dengan rata-rata 3,72 yang menunjukan bahwa materi dikategorikan layak untuk digunakan sebagai media dalam pembelajaran.

c. Kelayakan Silabus

Kelayakan perangkat pembelajaran multimedia fisika berbasis problem based learning berupa silabus. Silabus disusun sesuai dengan kurikulum 2013 (K13) yang di dalamnya terdapat indikator, kegiatan pembelajaran, bentuk penilaian, dan alokasi waktu. Kelayakan silabus dapat ditentukan berdasarkan hasil validasi oleh validator ahli. Nilai validasi dianalisis dengan menghitung total persentase dari keempat validator. Berdasarkan analisisnya nilai rata-rata 3,72 dan memiliki persentase sebesar 93,12%. Besaran persentase ini menunjukan bahwa silabus Layak digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran dan penyusunan perangkat pembelajaran.

d. Kelayakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran. RPP yang kembangkan berbasis problem based learning. Kelayakan RPP dapat ditentukan berdasarkan hasil validasi oleh validator ahli. Nilai validasi dianalisis dengan menghitung total persentase dari keempat validator. Berdasarkan analisisnya nilai rata-rata

(8)

Indonesian Journal of

Applied Science and Technology Vol. 1 No. 3. 2020: 116-125

123 3,69 dan memiliki persentase sebesar 92,36%. Besaran persentase ini menunjukan bahwa RPP Layak digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran.

e. Kelayakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Lembar kerja peserta didik (LKPD) digunakan sebagai sarana untuk membantu dalam kegiatan belajar agar membentuk iteraksi yang efektif. LKPD. LKPD merupakan panduan untuk peserta didik yang digunakan sebagai untuk melakukan kegiatan penyelidikan untuk memecahkan masalah (Sahidu, 2016:110). Kelayakan LKPD dapat ditentukan berdasarkan hasil validasi oleh validator ahli. Nilai validasi dianalisis dengan menghitung total persentase dari keempat validator. Berdasarkan analisisnya nilai rata-rata 3,72 dan memiliki persentase sebesar 93,18%. Besaran persentase ini menunjukan bahwa RPP Layak di ujicobakan sebagai alat untuk kegiatan penyelidikan pada peserta didik.

f. Kelayakan Instrumen Tes

Instrumen tes digunakan sebagai alat ukur terhadap pencapaian pembelajaran. Instrumen tes yang dikembangkan adalah isntrumen mengukur kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Kelayakan instrument kemampuan kemampuan pemecahan masalah dapat ditentukan berdasarkan hasil validasi oleh validator ahli. Nilai validasi dianalisis dengan menghitung total persentase dari keempat validator.Berdasarkan analisisnya nilai rata-rata 3,76 dan memiliki persentase sebesar 94,00%. Besaran persentase ini menunjukan bahwa RPP Layak digunakan sebagai alat untuk kegiatan penyelidikan.

Reliabilitas Multimedia Fisika dan Perangkat Pembelajaran a. Reliabilitas Materi Pada Multimedia Fisika

Reliabilitas pada materi multimedia fisika berbasis problem based learning memiliki

Percentage Agreement sebesar 94%. Syarat untuk dikatakan reliabel adalah perangkat

memiliki nilai Percentage Agreement di atas 75% atau sama dengan 75%. Hal ini menunjukan bahwa materi pada multimedia dapat dikatakan reliabel karena memiliki nilai di atas 75%.

b. Reliabilitas Media pada Multimedia Fisika

Reliabilitas Multimedia pada aspek sebagai media berdasarkan nilai Percentage

Agreement (PA) adalah 94%. Nilai ini berarti multimedia fisika dikatakan reliabel karena PA

diatas 75%. Reliabelnya menunjukkan bahwa kesepakatan antar validator mencapai nilai 95%.

c. Reliabilitas Silabus

Perangkat berupa silabus juga dianalisis untuk menentukan reliabilitas. Reliabilitas ini menunjuk kan nilai kesepakatan antar validator. Perangkat dikatakan reliabel jlka nilai

Percentage Agreement di atas 75% atau sama dengan 75%. Nilai Percentage Agreement

pada silabus adalah 93% ini menunjukkan bahwa silabus dinyatakan reliabel. d. Reliabilitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Reliabilitas perangkat RPP berdasarkan nilai Percentage Agreement adalah 93%. Nilai ini berarti RPP dikatakan reliabel karena PA diatas 75%. Reliabel nya perangkat RPP menunjukkan bahwa kesepakatan antar validator mencapai nilai 95%.

e. Reliabilitas Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Selain kelayakannya LKPD yang dikembangkan ini di tentukan pula reliabilitasnya. Reliabilitan ditentukan dengan metode Borich menggunakan nilai Percentage Agreement (PA)

(9)

Indonesian Journal of

Applied Science and Technology Vol. 1 No. 3. 2020: 116-125

124 yaitu 96% sehingga LKPD dapat dikatakan reliabel. Reliabelnya LKPD menunjukkan bahwa ketetapan hasilyang diberikan untuk LKPD.

f. Reliabilitas Instrumen Soal Kemampuan Pemecahan Masalah

Reliabilitas menjadi hal penting dalam penyusunan insturmen tes. Tes yang telah dikembangkan kemudian di nilaioleh tim ahliyang menjadi dasar untuk menentukan nilai

Percentage Agreement (PA). Nilai PA untuk instrumen soal kemampuan pememcahan masalah

sebesar 96% yang lebih besar dari 75% sehingga instrumen soal dapat dikatakan reliabel. Penelitian pengembangan model R&D ini dilaksanakan sampai tahap pengembangan (Develop) yaitu menghas ilkan produk luaran berupa multimedia fisika berbasis

problem based learning dan perangkat pembelajaran sebagai pendamping multimedia fisika,

uji validitas pada ahli, dan melihat respon peserta didik terhadap multimedia fisika. Tahap penyebar luasan (Diseminate) tidak dilaksanakan . Hal ini terjadi karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilakukan karena terkait wabah covid-19 dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Tahap penyebarluasan ini dilakukan uji terbatas serta diterapkan sampa i pada penentuan keterlaksanaan perangkat yang teiah layak digunakan.

SIMPULAN (PENUTUP)

Berdasarkan hasil pengembangan dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa: Telah dikembangkan multimedia fisika berbasis problem based-learning telah layak digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Multimedia fisika berbasis

problem based learning pada materi gelombang bunyi layak untu di uji sebagai media

pembelajaran untuk kelas XI MIPA. Hal ini didasarkan pada hasil validasi oleh ahli materi dan ahli serta multimedia termasuk reliabel. Perangkat multimedia fisika berbasis prombelem based

learning pada materi gelombang bunyi layak digunakan di SMA. Hal tersebut berdasarkan

hasil validasi oleh validator ahli, bahwa persentase nilai validasi perangkat pembelajaran fisika berupa silabus, RPP, LKPD, dan instrumen tes untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah layak digunakan serta perangkat tersebut termasuk reliabel karena memiliki

percentage agreement secara keseluruhan berada di atas 75%.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih dipersembahkan kepada dosen pembimbing satu dan dua yang telah membimbing dalam proses penelitian hingga menyelesaikan artikel.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Y., Ricky, M.Y., &Yesmaya, V. (2015). Digital Multimedia. Jakarta: Bina Nusantara.

Dwisiwi, R & Wiyatmo, Y. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Outbond Guna Pencapaian Kompetensi Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan Pada Peserta Didik SMA. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 3(2),111-122.

Gunawan, G. 2015. Model Pembelajaran Sains Berbasis ICT. Mataram: FKIP UNRAM.

Hastuti, A., Sahidu, H., & Gunawan. (2016). Pengaruh Model PBL Berbantuan Media Virtual Tehadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika dan

(10)

Indonesian Journal of

Applied Science and Technology Vol. 1 No. 3. 2020: 116-125

125 Hidayat, W., Taufik, M., & Gunawan, G. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiri Training Berbantuan Multimedia Terhadap Penguasaan Konsep Peserta Didik. Jurnal Pendidikan

Fisika dan Teknologi. 5(1), 1-6.

Kurniawan, T., Rokhmat,J., & Ardhuha J. (2015). Perbedaan Hasil Belajar Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Komik Fisika Dengan Pembelajara Konvensional Pada Kelas 8 SMP 1 Labuapi Tahun Ajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi. 1(2), 283-290. Latifa, S., Setiawati, E., & Basith, A. (2016). Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik

(LKPD) Berorientasi Nilai-Nilai Agama Islam melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing pada Materi Suhu dan Kalor. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 5(1), 43-51. Pitriah, P., Sutrio,S., & Taufik, M. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Berbantuan Alat Peraga Tiga Dimensi Terhadap Hasil Belajar FisikaPeserta Didik Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi. 1(2), 123-128. Rokhmat, J. (2017). Fisika Dasar Pendekatan Berpikir Analitik. Mataram: Arga Puji Press. Sahidu, H. (2016). Pengembangan Program Pembelajaran Fisika (P3F). Mataram: FKIP

UNRAM..

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Venisari, R., Gunawan, G., & Sutrio S.(2015). Penerapan Model Mind Mapping pada Model Direct Intruction untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan masalah Fisika Siswa SMPN 16 Mataram. Jurnal pendidikan Fisika dan Teknologi. 1(3), 193-199.

Yuliani, H., Sunarno, W., Suparmi, S. (2012). Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Peserta Didik. Jurnal Inkuiri, 1(3), 207-2016.

Gambar

Gambar 1. Tampilan Cover Multimedia fisika
Tabel 4. Hasil Reliabilitas

Referensi

Dokumen terkait

Data Input Prosedur pengujian Hasil yang diharapkan Hasil yang diperoleh Kesimpulan Pengguna menekan menu peta Pengguna melihat halaman peta Kebun Binatang Surabaya

Bab ini akan menguraikan dasar teori yang akan digunakan dalam penyusunan studi literatur, yang meliputi Persamaan Diferensial dan Model Pertumbuhan Populasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pola Pendidikan Keluarga Miskin Pada Remaja Putus Sekolah Di Desa Lalosingi Kecamatan Wolasi Kabupaten Konawe Selatan

Teisinė paslauga vadovaujantis vertybine teisės samprata – tai vienų visuomenės narių ar jų tarnybų kitų asmenų teisėms apsaugoti ar įgyvendinti būtinų priemonių

Kegiatan ini telah dilakukan mulai tahun 2013 dengan melakukan kajian screening dan ranking, pemetaan sumber daya migas, koordinasi dan diskusi untuk mendapatkan rekomendasi

Dalam Animasi ini penciptaan karakter berlandaskan pada ciri-ciri tokoh Malin Kundang dalam cerita rakyat yang mengalami penyederhanaan bentuk yang disesuaikan dengan

Kompetensi Dasar IPK Materi pokok Indikator Soal Level Bentuk Soal Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 7 3.3 Menjelaskan konsep usaha, pesawat sederhana, dan penerapanny a

Permasalahan dalam penulisan skripsi ini ditekankan pada kajian yang berkait dengan penggunaan unsur budaya lokal yang ditampilkan pada iklan susu kental manis/PT. Frisian