• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kreativitas Verbal Pada Mahasiswa. Psikologi USU Yang Sedang Mengerjakan Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Kreativitas Verbal Pada Mahasiswa. Psikologi USU Yang Sedang Mengerjakan Skripsi"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

“Gambaran Kreativitas Verbal Pada Mahasiswa Psikologi USU Yang Sedang Mengerjakan Skripsi”

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

OLEH :

NUR ALIYA 161301025

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(2)
(3)
(4)

Gambaran kreativitas verbal pada mahasiswa Psikologi USU yang sedang mengerjakan skripsi

Nur Aliya dan Ika Sari Dewi Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Kreativitas verbal adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada terutama mengukur kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan elaborasi dalam bentuk verbal (Munandar, 1985).

Agar dapat mengerjakan skripsi dengan baik maka dibutuhkan kemampuan kreativitas verbal yang tinggi. Demikian pula halnya dengan mahasiswa pada Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Sejalan dengan visi yang terdapat pada fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, untuk menghasilkan penelitian inovatif yang mendorong pengembangan dan penerapan ilmu Psikologi, khususnya bidang kearifan lokal dan agroindustri, dalam lingkup nasional maupun internasional dengan berpegang teguh pada etika ilmu pengetahuan dan kode etik Psikologi. Dengan demikian diharapkan sarjana Psikologi dituntut untuk memiliki kreativitas verbal tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kreativitas verbal yang ada pada mahasiswa Psikologi USU yang sedang mengerjakan skripsi dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 70 orang dengan pengambilan sample menggunakan teknik Consecutive Sampling . Alat ukur yang digunakan adalah Tes Kreativitas Verbal dari Munandar (1999). Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa kreativitas verbal yang ada pada mahasiswa Psikologi USU yang sedang mengerjakan skripsi mayoritas berada pada kategori perbatasan yaitu sebanyak 33 orang (47%), yang tergolong kategori dibawah rata-rata sebanyak 19 orang (27%) dan kategori rata- rata sebanyak 18 orang (26%).

Kata kunci : kreativitas verbal, mahasiswa, skripsi

(5)

Description of verbal creativity in USU Psychology students who were working on a thesis

Nur Aliya and Ika Sari Dewi University of North Sumatra

ABSTRACT

Verbal creativity is the ability to make new combinations, based on existing data, information or elements, especially measuring fluency, flexibility, originality and elaboration in verbal form (Munandar, 1985).

In order to do a good thesis, it required high verbal creativity skills.

Likewise for students at the Faculty of Psychology, University of North Sumatra.

In line with the vision contained in the Faculty of Psychology, University of North Sumatra, to produced innovative research that encourages the development and application of Psychology, particularly in the field of local wisdom and agro- industry, both nationally and internationally by adhering to the ethics of science and the code of ethics of Psychology. Thus, it was expected that Psychology graduates was required to have high verbal creativity.

This study aims to determined the extent of verbal creativity in USU Psychology students who were working on a thesis using quantitative descriptive methods. The sample in this study amounted to 70 people with sampling using the Consecutive Sampling technique. The measuring instrument used was the Verbal Creativity Test from Munandar (1999). The main resulted of the study showed that the verbal creativity of USU Psychology students who were working on their thesis was mostly in the border category, namely 33 people (47%), which belonged to the below average category as many as 19 people (27%) and the average category as many as 18 people (26%).

Keywords: verbal creativity, students, thesis

(6)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, atas berkat dan Rahmat- Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Kreativitas Verbal Pada Mahasiswa Psikologi USU Yang Sedang Mengerjakan Skripsi” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana (S1) pada Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini, peneliti sadar bahwa banyak dukungan, bimbingan, doa, saran, serta motivasi yang peneliti dapatkan dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan banyak terimakasih yang tulus kepada:

1. Bapak Zulkarnain, Ph.D, Psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2. Kepada bang Fahmi Ananda, M.Psi, Psikolog, selaku dosen pembimbing akademik saya. Terima kasih banyak atas segala dukungan, saran dan semangat yang telah abang berikan selama masa perkuliahan.

3. Ibu Ika Sari Dewi, M.Pd, Psikolog, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu, nasihat, bimbingan, serta waktunya untuk membimbing peneliti selama berproses dalam skripsi ini.

4. Kak Amalia Meutia, M.Psi, Psikolog dan Kak Suri Mutia Siregar, M.Psi., Psikolog, selaku dosen penguji II dan penguji III ujian seminar proposal peneliti.

5. Kak Suri Mutia Siregar, M.Psi., Psikolog, dan Kak Dina Nazriani, MA.,

selaku dosen penguji II dan penguji III ujian sidang skripsi.

(7)

6. Ibu dan Ayah peneliti yang selalu memberikan doa, saran, nasihat yang baik, bantuan moral dan moril, bantuan materi, yang selalu memotivasi dan selalu setia mendampingi peneliti dalam penyelesaian skripsi ini, mereka yang sangat ingin melihat anaknya wisuda dan memakai toga.

7. Saudara-saudara peneliti yaitu Bang Raja, Kak Nina, Kak Emi, dan Adik Ulfa yang selalu memberikan doa, saran, nasihat yang baik, bantuan moral dan moril, bantuan materi, yang selalu memotivasi dan selalu setia mendampingi peneliti dalam penyelesaian skripsi ini, mereka yang sangat ingin melihat saudaranya wisuda dan memakai toga.

8. Keluarga dan sepupu saya Oppung Lubis, Bou, Kak Ziza dan Kak Sito yang selalu memberikan doa, saran, nasihat yang baik, bantuan moral dan moril, bantuan materi, dan selalu memotivasi.

9. Teman-teman peneliti yaitu Reyhan, Dhea Oriza, Maudy, Debora, Zein dan Ester terimakasih banyak atas bantuan dan semangat yang diberikan untuk peneliti.

10. Sahabat peneliti Rhesya, Neni, Wulan, Nirmala, dan Yunita yang menemani hari-hari peneliti selama kuliah di Psikologi serta selalu memberikan doa, saran, nasihat yang baik dan selalu memberikan semangat kepada peneliti.

11. Teman-teman Alumni SD Huta Tunggal angkatan 2010 terutama Enjel, Siska, Fika, Ratna dan Sanah yang selalu memberikan doa, saran, nasihat yang baik dan selalu memberikan semangat kepada peneliti.

12. Kak Ria atas bantuan dan arahannya dalam menggunakan dan penskoringan Tes Kreativitas Verbal.

13. Seluruh orang-orang yang membantu peneliti dalam mengambil data terutama

(8)

Saras Gusvita sebagai instruktur dalam pengambilan data peneliti, dan orang- orang yang mengikuti Tes Kreativitas Verbal yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu namanya.

Dalam pembuatan Skripsi ini walaupun telah berusaha semaksimal mungkin, tentunya masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki, oleh karena itu diharapkan saran dan kritik untuk membangun kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Oktober 2021

Nur Aliya

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 13

C. TUJUAN PENELITIAN ... 13

D. MANFAAT PENELITIAN ... 13

1. Manfaat Teoritis ... 13

2. Manfaat Praktis ... 13

E. SISTEMATIKA PENULISAN ... 14

BAB II LANDASAN TEORI ... 15

A. KREATIVITAS ... 15

A.1. Pengertian Kreativitas ... 15

A.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas ... 17

B. KREATIVITAS VERBAL ... 21

B. 1. Pengertian Kreativitas Verbal ... 21

B. 2. Aspek-Aspek Kreativitas Verbal ... 24

C. MAHASISWA ... 25

C.1. Pengertian Mahasiswa... 25

(10)

C.2. Mahasiswa Psikologi ... 26

C.3. Psikologi USU... 28

C.4. Skripsi ... 31

D. KREATIVITAS VERBAL MAHASISWA PSIKOLOGI YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. JENIS PENELITIAN ... 35

B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN ... 36

C. DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN ... 36

D. POPULASI DAN SAMPEL... 36

E. INSTRUMEN YANG DIGUNAKAN ... 37

a. Prosedur Penyelenggaraan ... 38

b. Prosedur penilaian ... 40

F. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR ... 43

G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN ... 45

H. METODE ANALISA DATA ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN ... 47

A. 1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47

A. 2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 47

A. 3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Angkatan ... 48

A. 4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lamanya

(11)

Mengerjakan Skripsi ... 49

B. HASIL PENELITIAN ... 49

B. 1. Gambaran Umum Kreativitas Verbal pada Mahasiswa Psikologi USU yang Sedang Mengerjakan Skripsi ... 50

C. HASIL TAMBAHAN ... 52

C. 1. Hasil Crosstabulation Antara Kreativitas Verbal dengan Jenis Kelamin ... 52

C.2. Hasil Crosstabulation Antara Kreativitas Verbal dengan Usia ... 53

C.3. Hasil Crosstabulation Antara Kreativitas Verbal dengan Angkatan... 54

C. 4. Hasil Crosstabulation Antara Kreativitas Verbal dengan Lamanya Mengerjakan Skripsi ... 55

D. PEMBAHASAN ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. KESIMPULAN ... 62

B. SARAN... 62

1. Saran Metodologis ... 62

2. Saran Praktis ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel.1 Hasil Survei Kesulitan-Kesulitan Mahasiswa Psikologi USU

dalam Mengerjakan Skripsi ... 3

Tabel 2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47

Tabel. 3 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 48

Tabel.4 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Angkatan ... 48

Tabel.5 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lamanya Mengerjakan Skripsi ... 49

Tabel 6. Gambaran Mean, Nilai Minimum dan Maksimum Kreativitas Verbal ... 50

Tabel 7. Penggolongan Creativity Quotient (CQ) ... 51

Tabel 8. Golongan Kreativitas Verbal Pada Mahasiswa Psikologi USU yang Sedang Mengerjakan Skripsi Berdasarkan Skor Tes ... 51

Tabel 9. Jenis Kelamin dengan Kreativitas Verbal Crosstabulation ... 52

Tabel 10. Usia dengan Kreativitas Verbal Crosstabulation ... 53

Tabel 11. Angkatan dengan Kreativitas Verbal Crosstabulation ... 54

Tabel 12. Lamanya Mengerjakan Skripsi dengan Kreativitas Verbal

Crosstabulation ... 55

(13)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Kategorisasi Kreativitas Verbal ... 52

Grafik 2. Diagram Jenis Kelamin dengan Kreativitas Verbal ... 53

Grafik 3. Diagram Usia dengan Kreativitas Verbal ... 54

Grafik 4. Diagram Angkatan dengan Kreativitas Verbal ... 55

Grafik 5. Diagram Lamanya Mengerjakan Skripsi dengan Kreativitas

Verbal ... 56

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perguruan tinggi merupakan institusi yang memiliki peran dan posisi strategis dalam pencapaian tujuan pendidikan secara makro, yang perlu melakukan upaya perbaikan secara terus menerus untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 19 ayat 1, yang dimaksud perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi (Depdiknas, 2003).

Saat ini terdapat 4588 perguruan tinggi negeri maupun swasta di Indonesia termasuk USU (PDDIKTI, 2018). Salah satu Fakultas yang ada di USU yaitu Fakultas Psikologi yang memiliki tujuan salah satunya untuk menghasilkan penelitian inovatif yang mendorong pengembangan dan penerapan ilmu Psikologi, khususnya bidang kearifan lokal dan agroindustri, dalam lingkup nasional maupun internasional dengan berpegang teguh pada etika ilmu pengetahuan dan kode etik Psikologi (http://fpsi.usu.ac.id).

Jurusan Psikologi termasuk yang skripsinya paling sulit di antara jurusan sosial lainnya. Teori Psikologi tergolong kompleks, karena mendekati bahasan sains seperti ilmu eksak, bahkan sampai terpecah ke beberapa aliran Psikologi.

Aplikasi metode penelitian di Psikologi tergolong sulit dan menguras tenaga.

Dalam mengambil data, akan dihadapkan untuk memilih metode kuantitatif atau

kualitatif. Metode kuantitatif akan diminta untuk membuat skala Psikologis baru

untuk penelitian, atau paling tidak mengadaptasi skala lama yang harus diutak-

(15)

atik lagi melalui pengambilan data dengan subjek yang tergolong banyak (di atas 100 orang). Ketika sidang pendadaran, pun harus mampu mempertahankan keabsahan alat tes yang digunakan. Hal yang lebh sulit akan terjadi jika memilih skripsi kualitatif. Contohnya, mewawancarai seorang Purnawirawan TNI mengenai loyalitas patriot. Semua hasil dialog dibuat transkrip pembicaraan kata per kata, dan tentunya metode penarikan kesimpulan kualitatif yang tidak kalah susah (Cahyo. R, 2015).

Salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dari suatu Universitas, setiap mahasiswa harus menyelesaikan skripsi. Skripsi adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai bagian untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) (Abdul Wahid, 2011). Penulisan skripsi mempunyai tujuan sebagaimana tertulis dalam Buku Panduan Penulisan Tugas Akhir/Skripsi (2011) yaitu untuk memberi kesempatan kepada mahasiswa agar dapat memformulasikan ide, konsep, pola pikir dan kreativitasnya yang dikemas secara terpadu dan komprehensif, dan dapat mengkomunikasikan dalam format yang lain digunakan di kalangan masyarakat ilmiah. Penulisan skripsi memberikan peluang kepada mahasiswa untuk melatih diri dalam mengemukakan dan memecahkan masalah mandiri dan ilmiah (Annisa.

S. W. 2017).

Pada kenyataan yang ada, justru umumnya perjalanan studi mahasiswa menjadi tersendat-sendat atau terhambat ketika menyusun skripsi. Mu’tadin, Z.

(2002) mengatakan terdapat beragam hal yang menjadi penghambat dalam

pengerjaan skripsi, antara lain: kejenuhan dalam mengerjakan skripsi, proses yang

lama dalam mengumpulkan data, kesulitan dalam menuangkan pikiran kedalam

bentuk tulisan, kesulitan membagi waktu antara mengerjakan skripsi dengan

(16)

kegiatan lainnya misalnya bekerja dan kurangnya kemampuan dalam berbahasa inggris untuk membaca literatur buku. Permasalahan mahasiswa dalam kesiapannya menghadapi skripsi disebabkan kurangnya kemampuan untuk menulis.

Hambatan-hambatan tersebut juga dirasakan oleh mahasiswa Psikologi USU yang sedang mengerjakan skripsi. Berdasarkan hasil survei yang peneliti lakukan melalui metode kuesioner kepada 22 orang mahasiswa Psikologi yang sedang mengerjakan skripsi, diperoleh hasil yang terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel.1 Hasil Survei Kesulitan-Kesulitan Mahasiswa Psikologi USU dalam Mengerjakan Skripsi

Kesulitan Persentase

Kesulitan dalam menentukan masalah/ide yang diteliti dalam menulis skripsi

(59,2%) Kesulitan dalam menuangkan ide/ masalah dalam bentuk

tulisan pada latar belakang masalah

(79,2%) Kesulitan dalam mengumpulkan informasi data di lapangan (25%) Kesulitan dalam mengumpulkan niat untuk mengerjakan

skripsi

(4,2%) Kurangnya kemampuan menelaah permasalahan yang akan

diteliti

(33,3%)

Malas bimbingan skripsi (4,2%)

Rendahnya motivasi (16,7%)

Kurangnya minat membaca (25%)

Lebih mudah melakukan copy paste dari jurnal atau artikel (66,6%) Takut bertemu dosen pembimbing dan sulit

menyesuaikan diri dengan dosen pembimbing

(12,5%)

Kurang aktif bertanya saat bimbingan (8,3%)

Kurangnya kemampuan dalam memilih kata dan kalimat yang komunikatif

(59,2%) Kurangnya kemampuan membuat paparan yang menarik (52,8%) Sulit menentukan dinamika pada latar belakang (52,8%) Sulit memahami kritikan/masukan yang disampaikan dosen

pembimbing

(47,2%) Kurangnya kemampuan mengembangkan teori (12,5%).

Data pada tabel.1 menunjukkan bahwa kesulitan dalam menuangkan ide/

masalah dalam bentuk tulisan pada latar belakang masalah sebesar (79,2%)

(17)

menjadi permasalahan utama yang dialami oleh mahasiswa Psikologi yang sedang mengerjakan skripsi. Tidak hanya itu, kesulitan dalam menentukan masalah/ide yang diteliti dalam menulis skripsi juga menjadi permasalahan dengan menunjukkan persentase yang cukup tinggi yaitu sebesar (59,2%). Lebih mudah melakukan copy paste dari jurnal atau artikel (66,6%), kurangnya kemampuan dalam memilih kata dan kalimat yang komunikatif sebesar (59,2%), kurangnya kemampuan membuat paparan yang menarik sebesar (52,8%), sulit menentukan dinamika pada latar belakang sebesar (52,8%) juga menjadi permasalahan utama yang dialami oleh mahasiswa Psikologi yang sedang mengerjakan skripsi.

Kesulitan-kesulitan tersebut yang menjadi penghambat mahasiswa dalam menulis skripsi. Agar mahasiswa dapat menulis skripsi dengan baik maka, mahasiswa perlu memiliki kreativitas. Melalui kreativitas banyak ide atau gagasan yang akan muncul di kepala. Ide atau gagasan inilah yang nanti akan dituangkan ke dalam bentuk tulisan dan menjadi isi atau topik tulisan. Menarik tidaknya ide atau gagasan dan bagaimana cara menuangkannya ke dalam bentuk tulisan ini ditentukan oleh kreativitas, sebab kegiatan ini menyangkut proses menciptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada.

Munandar (2012) mengatakan kreativitas adalah suatu proses yang

tercermin dalam kelancaran, kelenturan atau keluwesan (fleksibilitas) dan

originalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi

(mengembangkan, memperkaya dan memperinci) suatu gagasan. Menurut Santoso

(2012) kreativitas adalah kemampuan untuk melahirkan gagasan atau karya nyata,

baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang

semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Selanjutnya

(18)

disampaikan bahwa ide/karya yang dihasilkan tidak mutlak semuanya berasal dari dirinya sendiri, melainkan dapat bercermin dari kejadian sebelumnya atau pada apa yang sudah ada.

Kreativitas merupakan hasil proses berpikir dari individu yang kreatif. Ciri individu kreatif menurut Adair (2008) adalah individu yang mampu melihat dan membuat hubungan antara ide-ide yang bagi individu lain tampak terpisah-pisah.

Mereka melihat hal-hal yang sama dengan individu lain, tetapi berusaha memikirkan hal yang berbeda dengan mereka. Pada umumnya kreativitas tidak terkait langsung dengan kecerdasan, sebagaimana disampaikan Santrock (2007) bahwa sebagian besar individu yang kreatif adalah individu yang cerdas, tetapi sebaliknya individu yang cerdas belum tentu kreatif. Kecerdasan tidak berbanding lurus dengan kreativitas, karena tidak semua individu yang cerdas mampu berpikir dan menghasilkan karya-karya yang kreatif.

Peneliti juga melakukan wawancara terhadap beberapa mahasiswa Psikologi yang sedang mengerjakan skripsi untuk melihat kreativitas yang dimiliki oleh mahasiswa Psikologi USU. Seperti yang diungkapkan oleh Siska (nama samaran) salah seorang mahasiswa Psikologi USU:

“Kreativitas mahasiswa Psikologi menurut saya sih kurang.

Ya…memang saya nggak bisa menggeneralisasikan semua mahasiswa Psikologi di sini tapi yang saya lihat si…seperti itu… contohnya, setiap ada acara atau perlombaan baik di kampus atau di luar kampus tidak ada yang tertarik untuk mengikuti lomba, adapun tapi dia takut gagal dan gak mau mencoba. Takut gak menang la, takut dibilang ini itu la…”

(Komunikasi Personal, Medan, 23 Juni 2020)

Terlihat dari komunikasi personal di atas bahwa kreativitas pada

mahasiswa Psikologi masih kurang. Salah satu hal yang dapat menghambat

(19)

kreativitas mahasiswa terlihat pada rasa takut gagal dan takut dikritik. Dari komunikasi personal didapatkan mahasiswa Psikologi USU kurang ikut berperan serta dalam setiap perlombaan baik di kampus ataupun di luar kampus.

Alasannya, dikarenakan mereka takut gagal, takut mencoba dan takut mendapat kritikan.

Kreativitas akan berkembang jika individu mampu terbuka terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dalam individu. Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman tersebut. Selain itu individu juga harus memiliki kemampuan dalam menilai produk yang dihasilkan ciptaan seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain. Individu juga harus memiliki kemampuan untuk bermaian dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya (Rogers dalam Munandar, 1999)

Kreativitas individu dapat tercipta tanpa memandang gender, juga tidak

membedakan status ekonomi, tinggi rendahnya jenjang pendidikan, dan tempat

individu itu berada baik di sekolah, rumah atau tempat lainnya. Secara lebih jelas

Munandar (1992) mengemukakan bahwa kreativitas dapat terwujud dimana saja

dan oleh siapa saja, tidak tergantung pada jenis kelamin, sosial-ekonomi, atau

tingkat pendidikan tertentu. Lebih lanjut Devito (Munandar, 1992) mengatakan

bahwa semua individu yang lahir memiliki potensi kreatif dengan tingkat yang

(20)

berbeda-beda, dimana potensi kreatif ini dapat dipupuk dan dikembangkan.

Dengan demikian peluang terwujudnya kreativitas pada laki-laki dan perempuan sama, namun kualitas dan kuantitas kreativitas yang muncul bisa saja berbeda.

Kreativitas tidak akan berkembang jika tidak dilatih meskipun setiap individu diyakini mempunyai bakat kreatif. Sebaliknya, kreativitas dapat ditingkatkan pada individu yang dianggap memiliki bakat kreatif yang terbatas.

Pentingnya pengembangan kreativitas yang berkaitan dengan kemampuan kreativitas verbal individu karena merupakan salah satu kemampuan yang dikehendaki dunia kerja, dan menjadi penentu bagi keunggulan suatu bangsa.

Dengan kata lain, kreativitas sumber daya manusia menentukan daya kompetitif suatu bangsa, sehingga pengembangan kemampuan berpikir kreatif penting dilakukan.

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru yang

berdasarkan data informasi atau unsur-unsur yang ada. Pengertian kreativitas tidak

hanya kemampuan untuk bersikap kritis pada dirinya sendiri melainkan untuk

menciptakan hubungan yang baik antara dirinya dengan lingkungan dalam hal

material, sosial, dan psikis (Munandar, 1999). Kreativitas adalah suatu proses

yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan atau keluwesan (fleksibilitas) dan

originalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi

(mengembangkan, memperkaya dan memperinci) suatu gagasan. Selain itu,

kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah

suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru dan

dapat dilihat atau didengar oleh orang lain. Pada definisi ini lebih menekankan

pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi) (Munandar, 2004).

(21)

Menurut Guilford (dalam Munandar, 2004) bahwa orang-orang kreatif lebih banyak memiliki cara-cara berpikir divergen daripada konvergen. Lebih lanjut Guilford mengemukakan dua ciri berfikir, yaitu: cara berpikir konvergen dan divergen. Cara berpikir konvergen adalah cara-cara individu dalam memikirkan sesuatu dengan berpandangan bahwa hanya ada satu jawaban yang benar. Sedangkan cara berpikir divergen adalah kemampuan individu untuk mencari berbagai alternatif jawaban terhadap suatu persoalan. Dalam kreativitas, Selain itu Guilford (dalam Munandar 1999) juga menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Kreativitas merupakan bakat yang secara potensial dimiliki oleh setiap orang dan dapat diidentifikasi serta dipupuk melalui pendidikan yang tepat (Munandar, 2009).

Kreativitas dibagi menjadi dua yaitu kreativitas figural dan kreativitas verbal. Kreativitas figural adalah kemampuan memunculkan ide-ide atau gagasan baru melalui gambar yang dibuat. Sedangkan kreativitas verbal adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang didapati dari kemungkinan jawaban terhadap satu masalah dan diungkap secara verbal (Munandar, 1985).

Menurut Guilford kreativitas verbal adalah kemampuan berfikir divergen,

yaitu pemikiran yang menjajangi bermacam-macam alternatif jawaban terhadap

suatu persoalan yang sama besarnya. Kreativitas verbal sebagai kemampuan

berpikir kreatif yang terutama mengukur kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas

dalam bentuk verbal (Munandar, 1985). Kreativitas verbal individu dapat dilihat

melalui keterampilan berbahasa baik lisan maupun tulisan (Munandar, 1985).

(22)

Keterampilan berbahasa terdiri dari keterampilan menulis, menyimak, berbicara dan membaca (dalam Mulyati, 2015). Adapun beberapa identifikasi keterampilan bahasa menurut Johnson (dalam Munandar, 1999) yaitu mempunyai perbendaharaan kata yang luas, bicara terus-menerus, mempunyai ingatan yang luar biasa, mendeklamasikan ide di luar kepala, memberikan pendapatnya, memahami buku dan diskusi, serta mengajukan beberapa pemecahan untuk masalah yang sama.

Kreativitas verbal merupakan keterampilan kecakapan berbahasa pasif tertulis yang diberikan dalam bentuk bahasa yang berpengaruh pada kecakapan berbahasa aktif lisan yang terungkap secara verbal. Individu yang mempunyai kemampuan verbal dengan baik mampu menyampaikan ekspresi-ekspresi emosional, mengungkapkan pendapat atau pesan, mengutarakan sikap dan berbagai aktivitas sosial manusia lainnya (Rismiati dan Mulandari, 2004).

Sedangkan menurut Sinolungan (2001) menyatakan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan berkomunikasi yang diawali dengan pembentukan ide melalui kata-kata, serta mengarahkan fokus permasalahan pada penguasaan bahasa atau kata-kata, yang akan menentukan jelas tidaknya pengertian mengenai ide yang disampaikan.

Seseorang yang memiliki kreativitas verbal yang baik cenderung dapat

melakukan komunikasi dua arah karena orang tersebut memiliki kelancaran ide

dan dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan berbagai alternatif

jawaban. Seseorang dengan kreativitas verba yang baik juga memiliki memiliki

kekayaan perbendaharaan kata sebagai indikasi yang dimiliki seseorang (Ghufron

dkk, 2019).

(23)

Terwujudnya kreativitas verbal juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: (1) faktor internal individu, faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi kreativitas, diantaranya sikap terbuka terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dalam individu, evaluasi internal dimana kemampuan individu dalam menilai produk hasil ciptaan seseorang yang ditentukan oleh dirinya sendiri, dan kemampuan untuk bermain dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. (2) faktor eksternal (lingkungan) yaitu lingkungan yang memberikan dukungan dan kebebasan bagi individu. (Munandar, 1999).

Hal ini diungkapkan oleh Eko (nama samaran) salah seorang mahasiswa Psikologi USU :

“Kita memang sudah terbiasa melakukan presentasi dari semester awal perkuliahan. Dan untuk saya pribadi, itu membuat saya sedikit canggung karena sebenarnya saya orangnya sedikit tertutup, sehingga ketika presentasi di dalam ruangan pun membuat saya tidak bisa leluasa mengemukakan pendapat saya. Tapi saya tahu,di Psikologi itu kan memang diperlukan komunikasi yang baik, bukan cuman lisan tapi tulisan juga.”

(Komunikasi Personal, Medan, 23 Juni 2020)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bahwa sebagian besar materi

perkuliahan erat kaitannya dengan kreativitas verbal. Kreativitas verbal sangat

berguna dalam setiap penyampaian materi perkuliahan yang kesehariannya diisi

dengan presentasi, diskusi antar mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa

dengan dosen, praktik wawancara dengan sesama mahasiswa Psikologi maupun

individu di luar program studi Psikologi. Kreativitas verbal berperan amat penting

dalam menjaga kualitas diri dalam berinteraksi dengan lawan bicara. Kelancaran,

kecepatan, dan kecakapan mahasiswa dalam memilih bahasa dan kata-kata yang

(24)

bermakna, disampaikan dalam cara yang berbeda namun memiliki makna yang sama sehingga orang yang mendengarkan pun dapat memahami dan mengerti secara jelas.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan mahasiswa Psikologi yang menjalani semester akhir pada mata kuliah skripsi. Fika (nama samaran) mengungkapkan bahwa :

“…saya memang masih kurang mampu menuangkan isi pikiran ke dalam bentuk tulisan, Yah… ini kan terkait sama masalah komunikasi verbal, terlebih lagi sekarang lagi ngerjain skripsi begini. Terus saya kan sekarang bimbingannya online, letak kesalahannya jadi kurang jelas, mana yang harus diperbaiki. Intinya komunikasi verbal itu sangat penting”.

(Komunikasi Personal, Medan, 23 Juni 2020) Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada mahasiswa Psikologi USU mayoritas dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan baik, terutama komunikasi verbal dalam mengerjakan skripsi. Kesulitan seperti menuangkan isi pikiran ke dalam bentuk tulisan, kurangnya minat membaca dan kurangnya kemampuan dalam memilih kata dan kalimat yang komunikatif. Ini masalah yang cukup banyak dihadapi oleh mahasiswa Psikologi semester akhir di USU.

Penguasaan kemampuan kreativitas verbal memungkinkan seseorang untuk dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan yang berkaitan dengan aspek kreativitas verbal seperti kemampuan berpikir secara lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), orisinilitas (originality), dan kemampuan memperinci/mendalam (elaboration). Maka dari itu, mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi membutuhkan kreativitas verbal untuk bisa menulis skripsi.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghufron dkk. (2019) tentang

Hubungan Antara Tingkat Kreativitas Verbal Siswa dengan Kemampuan Menulis.

(25)

Penelitian ini dilakukan kepada siswa kelas V SDN Tegalkodo Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro. Hasil penelitian ini bahwa ada keterkaitan antara kreativitas verbal siswa dengan kemampuan menulis. Penelitian yang dilakukan oleh Rohmah, K. R. (2016). Hubungan antara penguasaan diksi dan kreativitas verbal dengan keterampilan menulis puisi pada siswa sekolah menengah pertama. Hasil dari penelitian tersebut adalah pertama, menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara penguasaan diksi dan keterampilan menulis puisi. Kedua, menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kreativitas verbal dan keterampilan menulis puisi. Ketiga, menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara penguasaan diksi dan kreativitas verbal secara bersama-sama dengan keterampilan menulis puisi.

Berdasarkan hasil survei dan komunikasi personal dengan beberapa

mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi diatas terdapat fenomena di Fakultas

Psikologi USU, yang berhubungan dengan masalah kreativitas verbal. Terlihat

bahwa sebagai mahasiswa Psikologi USU yang sedang mengerjakan skripsi

diharapkan untuk memiliki kreativitas yang tinggi, terutama dari segi kreativitas

verbal. Berdasarkan pemaparan di atas peneliti tertarik untuk mengetahui sejauh

mana kreativitas verbal yang ada pada mahasiswa Psikologi USU yang sedang

mengerjakan skripsi.

(26)

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana kreativitas verbal yang ada pada mahasiswa Psikologi USU yang sedang mengerjakan skripsi.

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kreativitas verbal yang ada pada mahasiswa Psikologi USU yang sedang mengerjakan skripsi.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dalam penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya temuan dalam bidang Psikologi mengenai kreativitas khususnya pada mahasiswa sehingga diharapakan dapat memperkaya teori-teori yang sudah ada sebelumnya.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca khususnya mahasiswa Psikologi serta para pendidik mengenai kondisi kreativitas verbal yang dimiliki oleh mahasiswa Psikologi USU dalam mengerjakan skripsi.

b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada

para staf pendidikan maupun para pendidik (pengajar) mengenai

kreativitas verbal yang dimiliki oleh mahasiswa Psikologi USU

sehingga dapat menciptakan suatu kondisi belajar mengajar yang lebih

(27)

efektif dalam mengembangkan kreativitas verbal mahasiswa Psikologi.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan

Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini berisi pembahasan secara teoritis tentang kreativitas, kreativitas verbal, mahasiswa Psikologi, Psikologi USU, skripsi, dan kreativitas verbal mahasiswa Psikologi yang sedang mengerjakan skripsi.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini terdiri atas jenis penenlitian, identifikasi variable penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan sampel, instrument yang digunakan, serta validitas dan realibilitas alat ukur.

Bab IV : Hasil Penelitian

Bab ini terdiri atas gambaran subjek penelitian, hasil penelitian serta pembahasan.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini terdiri atas kesimpulan penelitian serta saran.

(28)

BAB II LANDASAN TEORI A. KREATIVITAS

A.1. Pengertian Kreativitas

Munandar (1999) menguraikan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru yang berdasarkan data informasi atau unsur-unsur yang ada. Pengertian kreativitas tidak hanya kemampuan untuk bersikap kritis pada dirinya sendiri melainkan untuk menciptakan hubungan yang baik antara dirinya dengan lingkungan dalam hal material, sosial, dan psikis.

Munandar (2012) mengatakan kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan atau keluwesan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya dan memperinci) suatu gagasan. Selain itu, kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru dan dapat dilihat atau didengar oleh orang lain. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi).

Menurut Guilford (dalam Munandar, 2012) bahwa orang-orang kreatif

lebih banyak memiliki cara-cara berpikir divergen daripada konvergen. Lebih

lanjut Guilford mengemukakan dua ciri berfikir, yaitu : cara berpikir konvergen

dan divergen. Cara berpikir konvergen adalah cara-cara individu dalam

memikirkan sesuatu dengan berpandangan bahwa hanya ada satu jawaban yang

benar. Sedangkan cara berpikir divergen adalah kemampuan individu untuk

mencari berbagai alternatif jawaban terhadap suatu persoalan. Selain itu Guilford

(29)

(dalam Munandar 1999) juga menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Menurut Munandar (2009) kreativitas merupakan bakat yang secara potensial dimiliki oleh setiap orang dan dapat diidentifikasi serta dipupuk melalui pendidikan yang tepat.

Hurlock (1992) juga menjelaskan bahwa kreativitas merupakan proses mental yang dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan orisinal. Hurlock menambahkan kreativitas menekankan pada pembuatan sesuatu yang baru dan berbeda. Kreativitas juga tidak selalu menghasilkan sesuatu yang dapat diamati dan dinilai.

Sedangkan menurut Jawwad (2002), kreativitas adalah memunculkan sesuatu yang baru tanpa ada contoh sebelumnya. Kemudian, para pakar lain mengatakan kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan karya baru yang bisa diterima oleh komunitas tertentu atau bisa diakui oleh mereka sebagai sesuatu yang bermanfaat.

Pada umumnya hampir setiap orang memiliki kreativitas yang tinggi pada masa kanak-kanaknya, namun hanya sedikit yang mampu terus mempertahankan sampai usia dewasa. Kreativitas adalah sintesa dari empat fungsi, yaitu berpikir, merasa, mengindra dan intuisi. Bila salah satu saja dari keempat fungsi di atas dihambat, maka kreativitas pun akan menurun (Munandar, 1999).

Kreativitas dibagi menjadi dua yaitu kreativitas verbal dan kreativitas

figural. Kreativitas verbal adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru

berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang didapati dari kemungkinan

jawaban terhadap satu masalah dan diungkap secara verbal. Sementara kreativitas

(30)

figural adalah kemampuan untuk memunculkan ide-ide atau gagasan baru melalui gambar yang dibuat.

Torrence (dalam Munandar 2009) mendefinisikan kreativitas sebagai sebuah proses menjadi sensitive pada suatu permasalahan, kekurangan, kekosongan dalam pengetahuan, elemen yang hilang, ketidakharmonisan, dan lain-lain, mengidentifikasi kesulitan, mencari solusi, membuat tebakan, atau membuat hipotesis mengenai kekurangan: melakukan tes pada hipotesis dan mengulang tes tersebut dan membuat modifikasi pada tes dan mengulang tes itu lagi, dan pada akhirnya dapat menjelaskan hasil yang didapatkan. Menurut Torrence, definisi tersebut menggambarkan suatu proses manusiawi yang alamiah dan merupakan pengoperasian dari battery test kreativitasnya, baik verbal maupun figural.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru, mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya dan memperinci) suatu gagasan tanpa ada contoh sebelumnya melalui suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan atau keluwesan dan originalitas serta kemampuan untuk mengelaborasi yang dapat dipupuk melalui pendidikan. Kreativitas dibagi menjadi dua yaitu kreativitas verbal dan kreativitas figural. Orang-orang kreatif lebih banyak memiliki cara-cara berpikir divergen daripada konvergen.

A.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas menurut Rogers

(dalam Munandar, 1999) adalah:

(31)

a. Faktor internal individu

Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi kreativitas, diantaranya :

1. Keterbukaan terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dalam individu. Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan demikian individu kreatif adalah individu yang mampu menerima perbedaan

2. Evaluasi internal, yaitu kemampuan individu dalam menilai produk yang dihasilkan ciptaan seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain.

3. Kemampuan untuk bermain dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur- unsur, bentuk-bentuk, konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

b. Faktor eksternal (Lingkungan)

Faktor eksternal (lingkungan) yang dapat mempengaruhi kreativitas individu

adalah lingkungan kebudayaan yang mengandung keamanan dan kebebasan

Psikologis. Peran kondisi lingkungan mencakup lingkungan dalam arti kata luas

yaitu masyarakat dan kebudayaan. Kebudayaan dapat mengembangkan kreativitas

jika kebudayaan itu memberi kesempatan adil bagi pengembangan kreativitas

potensial yang dimiliki anggota masyarakat. Adanya kebudayaan creativogenic,

yaitu kebudayaan yang memupuk dan mengembangkan kreativitas dalam

(32)

masyarakat, antara lain : (1) tersedianya sarana kebudayaan, misal ada peralatan, bahan dan media, (2) adanya keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan bagi semua lapisan masyarakat, (3) menekankan pada becoming dan tidak hanya being, artinya tidak menekankan pada kepentingan untuk masa sekarang melainkan berorientasi pada masa mendatang, (4) memberi kebebasan terhadap semua warga negara tanpa diskriminasi, terutama jenis kelamin, (5) adanya kebebasan setelah pengalaman tekanan dan tindakan keras, artinya setelah kemerdekaan diperoleh dan kebebasan dapat dinikmati, (6) keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan yang berbeda, (7) adanya toleransi terhadap pandangan yang berbeda, (8)adanya interaksi antara individu yang berhasil, dan (9) adanya insentif dan penghargaan bagi hasil karya kreatif. Sedangkan lingkungan dalam arti sempit yaitu keluarga dan lembaga pendidikan. Di dalam lingkungan keluarga orang tua adalah pemegang otoritas, sehingga peranannya sangat menentukan pembentukan kreativitas anak. Lingkungan pendidikan cukup besar pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir anak didik untuk menghasilkan produk kreativitas, yaitu berasal dari pendidik.

Selain itu Hurlock (1993), mengatakan ada enam faktor yang menyebabkan munculnya variasi kreativitas yang dimiliki individu, yaitu:

1. Jenis kelamin

Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak

perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian

besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan

anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak

oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para

(33)

orangtua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.

2. Status sosio-ekonomi

Anak dari kelompok sosio-ekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif dari anak kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosio- ekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.

3. Urutan kelahiran

Anak dari berbgai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan daripada bawaan.

Anak yang lahir ditengah, belakang dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta.

4. Ukuran keluarga

Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar cara mendidik anak yang otoriter dan kondisi sosiekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.

5. Lingkungan

Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan pedesaan.

6. Intelegensi

Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar

(34)

daripada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas di atas maka dapat disimpulkan bahwa tidak hanya dari faktor internal dan eksternal individu saja yang dapat mempengaruhi kreativitas individu tetapi faktor jenis kelamin, status sosial ekonomi, urutan kelahiran, dan intelegensi juga dapat menyebabkan munculnya perbedaan kreativitas.

B. KREATIVITAS VERBAL B. 1. Pengertian Kreativitas Verbal

Munandar (1985) menyatakan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada terutama mengukur kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan elaborasi dalam bentuk verbal. Kemampuan untuk menciptakan tidak perlu hal- hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gambaran dari hal-hal sudah ada sebelumnya, yang diperoleh dari pengalaman selama hidupnya.

Memperjelas pendapat sebelumnya, Munandar (1992) menyatakan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan yang terungkap secara verbal, berdasarkan data atau informasi yang didapat dari banyaknya kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang penekanannya terletak pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.

Guilford (1967) menambahkan bahwa kreativitas verbal adalah

kemampuan berfikir divergen, yaitu pemikiran yang menjajagi bermacam-macam

alternatif jawaban terhadap suatu persoalan yang sama besarnya.

(35)

Model struktur intelek (structure of intelect) dari Guilford (1956) mengemukakan bahwa kemampuan intelek meliputi tiga dimensi, yang masing- masing dibedakan lagi menjadi beberapa kategori atau jenis. Berikut dimensi serta kategorinya:

1. Dimensi Opertaion, yaitu berdasarkanPsikologis dasar yang terlibat. Terdiri dari 5 kategori, yaitu: cognition, memory, convergen thinking, divergen thinking, dan evaluation.

2. Dimensi Content atau materi, yaitu wilayah informasi dimana operasi dapat diterapkan. Dimensi ini memiliki 4 kategori, yaitu: figural, symbolic, dan behavioral.

3. Dimensi Product, yaitu hasil dari penerapan operasi tertentu pada materi tertentu. Meliputi 6 kategori, yaitu: unit, class, relation, system, transformation, dan implication.

Menurut Guilford, salah satu dimensi operation, yaitu divergent thinking, merupakan indikasi dari kreativitas. Seperti yang dikemukakannya, yakni “it is divergent thinking that we find the most indicatios of creativity” (Guilford, 1856).

Torrance (Munandar, 1999) mengungkapkan kreativitas verbal sebagai kemampuan berpikir kreatif yang terutama mengukur kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam bentuk verbal. Bentuk verbal dalam tes Torrance berhubungan dengan kata dan kalimat.

Kreativitas verbal merupakan keterampilan kecakapan berbahasa pasif

tertulis yang diberikan dalam bentuk bahasa yang berpengaruh pada kecakapan

berbahasa aktif lisan yang terungkap secara verbal. Individu yang mempunyai

kemampuan verbal dengan baik mampu menyampaikan ekspresi-ekspresi

(36)

emosional, mengungkapkan pendapat atau pesan, mengutarakan sikap dan berbagai aktivitas sosial manusia lainnya (Rismiati dan Mulandari, 2004).

Menurut Sertain kreativitas verbal dapat ditunjukkan dengan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Kemampuan berbahasa digunakan untuk berkomunikasi sekaligus berpikir (dalam Rismiati dan Mulandari, 2004).

Sedangkan menurut Hilgard penggunaan antara bahasa untuk berkomunikasi dengan pikiran, terdapat kaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Manusia berpikir dengan menggunakan simbol-simbol dan bahasa adalah suatu proses yang kaya akan simbol. Oleh karena itu proses pikir manusia terjadi dengan menggunakan bahasa (dalam Rismiati dan Mulandari, 2004).

Menurut Ayan (2002) kemampuan berbahasa yang baik dan benar menunjukkan kreativitas verbal yang baik. Kemampuan tersebut digunakan untuk berkomunikasi secara lisan maupun tulisan yang dilakukan bersamaan dengan proses berpikir, sehingga antara penggunaan bahasa untuk berkomunikasi dengan berpikir terdapat kaitan yang erat. Munandar (1985) juga mengemukakan bahwa kreativitas verbal dapat dikembangkan melalui kegiatan kegiatan “olah kata” yang berguna mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan kata yang baik dan menarik dan itu memerlukan keterampilan berbahasa.

Sinolungan (2001) menyatakan bahwa kreativitas verbal adalah

kemampuan berkomunikasi yang diawali dengan pembentukan ide melalui kata-

kata, serta mengarahkan fokus permasalahan pada penguasaan bahasa atau kata-

kata, yang akan menentukan jelas tidaknya pengertian mengenai ide yang

disampaikan.

(37)

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi baik lisan maupun tulisan dengan melalui proses berfikir divergen terutama mengukur kelancaran, kelenturan, elaborasi, dan orisinalitas dalam bentuk verbal.

B.2. Aspek-Aspek Kreativitas Verbal

Menurut Munandar (1999), ada empat aspek yang mempengaruhi kreativitas verbal, yaitu: kemampuan berpikir secara lancar (fluency), berpikir luwes (flexibelity), orisinilitas (originality), dan kemampuan memperinci/mendalam (elaboration).

1. Kemampuan berpikir lancar (fluency)

Merupakan kemampuan untuk melahirkan banyaknya ide dan gagasan, mengemukakan banyaknya cara untuk melakukan berbagai hal serta mencari banyak kemungkinan alternatif jawaban dan penyelesaian masalah.

2. Kemampuan berpikir luwes atau fleksibel (flexibility)

Merupakan kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan, orang yang kreatif adalah orang yang kreatif dalam berpikir, mereka dapat dengan mudah meninggalkan cara berpikir yang lama dan menggantikan dengan cara berpikir yang baru.

Diperlukan kemampuan untuk tidak terpaku pada pola pemikiran yang lama.

Hal ini bisa dilakukan dengan fleksibilitas yang spontan dan adaptif.

Fleksibilitas spontan adalah kemampuan untuk menyampaikan berbagai

macam ide tentang apa saja tanpa rasa takut salah. Sedangkan fleksibilitas

adaptif adalah kemampuan untuk menyampaikan berbagai macam ide tentang

(38)

apa saja tetapi masih memperhatikan kebenaran ide tersebut.

3. Kemampuan berpikir orisinal (originality)

Merupakan kemampuan untuk melahirkan ide-ide atau gagasan- gagasan dan membuat kombinasi-kombinasi yang sifatnya baru dan unik, menggunakan cara yang tidak lazim dalam mengungkapkan diri, dan mampu mencari berbagai kemungkinan pemecahan masalah dengan cara-cara yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang lain.

4. Kemampuan memperinci (elaboration)

Merupakan kemampuan untuk memperkaya atau mengembangkan suatu ide, gagasan atau produk dan kemampuan untuk memperinci suatu obyek, gagasan, dan situasi sehingga tidak hanya menjadi lebih baik tetapi menjadi lebih menarik.

Berdasarkan uraian di atas, terdapat empat aspek yang mempengaruhi kreativitas verbal, yaitu kelancaran berpikir, fleksibilitas, elaborasi, dan orisinalitas.

C. MAHASISWA C.1. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa berasal dari kata maha yang berarti besar atau tinggi dan siswa

yang berarti pelajar atau dengan kata lain mahasiswa adalah pelajar yang berada

pada strata tertinggi. Berdasarkan peraturan pemerintah RI No. 30 tahun 1990

mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi

tertentu. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI), mahasiswa didefenisikan sebagai

orang yang belajar di Perguruan Tinggi (Sugiono, 2008). Menurut Siswoyo (2007)

mahasiswa dapat didefenisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu di

(39)

tingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi.

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2012).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah pelajar yang berada pada strata tertinggi yang sedang menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi.

C.2. Mahasiswa Psikologi

Brewer (dalam Supratiknya, 2003) mengatakan tujuan dasar dari pendidikan Psikologi pada jenjang undergraduate adalah mengajar anak didik agar mampu berpikir sebagai ilmuwan tentang perilaku dan pengalaman hidup disertai dengan tujuh tujuan umum, meliputi: 1) pengetahuan yang luas, 2) keterampilan berpikir, 3) keterampilan berbahasa, 4) keterampilan mengumpulkan informasi dan membuat sintesis, 5) kemampuan meneliti, 6) keterampilan interpersonal, sejarah Psikologi, etika dan 7) nilai-nilai.

Menurut Audifax (dalam Pengkategorian Status Ilmuwan Psikologi dan Psikolog, 2005) ada enam kompetensi utama dalam Psikologi yaitu :

1. Penguasaan teori-teori Psikologi

Penguasaan teori Psikologi yaitu mahasiswa menguasai konsep-konsep

umum Psikologi, hasil-hasil empiris dsb.

(40)

2. Penguasaan metode penelitian dasar

Penguasaan metode penelitian dasar, keterampilan wawancara, observasi, desain penelitian, mengenal skala, angket, alat ukur Psikologi dan mampu menganalisa baik dalam membentuk metode kuantitatif maupun kualitatif.

3. Pengukuran assesment

Menguasai prinsip diagnostik dasar. Pengamatan secara objektif dan sistematis mengenai bakat, minat dan kepribadian.

4. Kemampuan membangun hubungan interpersonal

Membangun hubungan yang konstruktif supaya memiliki keterampilan dan menjaga hubungan interpersonal dan mengkomunikasikan apa yang dimiliki.

5. Etis dan pluralitas atau memahami perbedaan

Tidak membedakan dan memiliki penguasaan etika dalam memberikan pelayanan kepada individu dan kelompok.

6. Kemampuan Soft Skill

Berpikir kritis, kemampuan komunikasi lisan, tulisan, leadership, percaya diri, penggunaan teknologi informasi berdasarkan perubahan yang terjadi dan pengembangan diri sebagai problem solver.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa

Psikologi adalah mahasiswa yang memiliki kemampuan untuk menguasai teori-

teori dari Psikologi, menguasai metode-metode penelitian dasar Psikologi,

menguasai prinsip pengukuran, kemampuan untuk membangun hubungan

interpersonal atau memahami perbedaan dan memiliki kemampuan soft skill.

(41)

C.3. Psikologi USU

Program Studi (PS) Psikologi USU didirikan pada tahun 1999 dan mulai menerima mahasiswa angkatan pertamanya untuk mengikuti program pendidikan Sarjana Strata 1 pada tahun ajar 1999/2000. Sistem penerimaan mahasiswa baru dilakukan melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) yang kemudian menjadi jalur UMB (Ujian Masuk Bersama), dan jalur PMP (Penelusuran Minat dan Prestasi). Dalam beberapa tahun terakhir ini seleksi penerimaan ditambah lagi melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan SPMPRM (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Program Reguler Mandiri).

Pada tahun ajar 2003/2004 PS Psikologi USU meluluskan sarjana Psikologinya yang pertama. Dengan mulai dihasilkannya lulusan dari PS Psikologi, maka PS Psikologi mengajukan permohonan untuk menjalani proses akreditasi oleh BAN-PT dan sebagai hasilnya diperoleh Peringkat (Nilai) Akreditasi B. Tanggal 16 Juli 2007 Program Studi Psikologi USU yang sebelumnya bernaung di bawah Fakultas Kedokteran USU secara resmi berdiri sendiri sebagai Fakultas Psikologi USU.

Pada tahun 2010 Program Studi Sarjana Psikologi kembali mengajukan permohonan untuk menjalani proses akreditasi untuk kali kedua kepada Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dan berdasarkan SK BAN-PT Nomor 032/BAN-PT/Ak-XIII/S1/XII/2010. Program Studi Sarjana Psikologi memperoleh Peringkat (Nilai) B.

Kemudian Sejak tahun 2015, sasaran Program Studi S1 Psikologi adalah :

“Menjadi Fakultas dengan akreditasi tertinggi dan merintis pengakuan

(42)

Internasional”, yang kemudian dikelompokkan dalam tiga pilar. Dalam Pilar Pendidikan dan Pengajaran dilakukan penyesuaian Kurikulum berdasarkan standar KKNI dengan keunggulan akademik di bidang Kearifan Lokal dan Agroindustri, yang dilaksanakan dalam atmosfer akademik yang kondusif, serta mengembangkan perilaku cendekiawan dalam Tata Nilai BINTANG (Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam Bingkai Ke-bhineka-an, Inovatif yang Berintegritas serta Tangguh dan Arif), sehingga menghasilkan Alumni yang berdaya saing tinggi. Dalam Pilar Penelitian dilakukan upaya internalisasi budaya meneliti mengikuti Roadmap Penelitian berbasis Kearifan Lokal dan Agroindustri yang akan digunakan untuk meningkatkan kualitas bahan ajar serta mengadakan kerjasama penelitian yang bermartabat. Dalam Pilar Pengabdian pada Masyarakat dilakukan peningkatan budaya pengabdian kepada masyarakat secara empatik berdasarkan Roadmap Penelitian berbasis Kearifan Lokal dan Agroindustri, serta mengadakan Kolaborasi Academy-Business-Community-Government (ABCG) dan kerjasama kelembagaan untuk program Pemberdayaan Desa Mitra dan Penanggulangan Bencana.

Upaya penjaminan mutu penyelenggaraan kegiatan pendidikan Psikologi

di USU telah dimulai dengan menerbitkan panduan penyelenggaraan pendidikan

di program studi, panduan penyusunan skripsi dan sejumlah panduan/rujukan

lainnya. Kegiatan penjaminan mutu tidak hanya memberikan kredibilitas institusi

tetapi juga dapat memelihara suasana akademik. Untuk menjamin

terselenggaranya pengelolaan mutu, berbagai manual mutu, manual prosedur,

instruksi kerja, dan dokumen-dokumen penunjang dikembangkan secara terus

menerus. Kegiatan penjaminan mutu menjadi komitmen semua individu yang

(43)

berada dalam sistem organisasi. Komunikasi yang efektif antar individu perlu terjalin dalam proses pengelolaan mutu. Pembuatan Evaluasi Diri dan Rencana Kerja secara berkala setiap tahun merupakan sarana interaksi yang efektif antar unsur organisasi. Evaluasi eksternal Program Pendidikan Strata 1 yang telah dilaksanakan oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) dijadikan sebagai titik awal dalam pengelolaan mutu. Target akreditasi penyelenggaran Program Strata 2 juga merupakan pemicu dalam upaya penjaminan mutu. Secara jangka panjang harus dimiliki pula target pencapaian peringkat dari Badan Akreditasi regional/internasional.

Ke depan, pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Program Studi sarjana Psikologi adalah mempersiapkanlulusan yang bias bersaing dengan dunia global terutama dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN dan standar kualifikasi internasional (International Quality Framework) yang antara lain konsekuensinya adalah penguasaan teknologi informasi dan teknoogi profesi, penguasaan bahasa asing dan kemampuan menjalin jaringan (www.usu.ac.id).

a. Visi

Menjadi Fakultas Psikologi dengan keunggulan akademik berbasis kearifanlokal dan agroindustri yang mampu bersaing dalam tataran dunia global.

b. Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan Psikologi yang menjadi wadah bagi pengembangan karakter dan profesionalisme sumber daya manusia berlandaskan kajian ilmiah, moral, dan hati nurani;

2. Menghasilkan ilmuwan Psikologi dan psikolog yang mampu menjadi

(44)

pelaku perubahan dalam pemberdayaan kearifan lokal dan pengembangan agroindustri berdasarkan moral agama, budaya, kode etik Psikologi, serta memiliki daya saing pada tataran nasional maupun internasional;

3. Melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat di bidang Psikologi dalam rangka peningkatan kualitas akademik yang bermanfaat bagi perubahan kehidupan masyarakat.

C.4. Skripsi

Skripsi merupakan perwujudan dari kemampuan meneliti calon ilmuwan pada program sarjana (S1) sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademis. Skripsi yang disusun oleh mahasiswa program sarjana berdasarkan hasil penelitian terhadap suatu masalah yang dilakukan secara seksama dan terbimbing. Tujuan dari penulisan skripsi adalah melatih kecakapan mahasiswa dalam memecahkan masalah secara ilmiah dengan cara mengadakan penelitian, menganalisis dan menarik kesimpulan dengan membuat laporan hasil penelitian tersebut dalam bentuk skripsi (Rohmah, 2006).

Kedudukan penyusunan skripsi sebagai salah satu sistem evaluasi akhir di Pendidikan Tinggi telah ditetapkan dan diatur dalam Peraturan Pemerintah No.

30/1990 pasal 15 ayat (2) yaitu: Ujian dapat diselenggarakan melalui ujian semester, ujian akhir program studi, ujian skripsi, ujian tesis dan ujian disertasi.

Pernyataan tersebut ditegaskan kembali pada pasal 16 ayat (1) yaitu ujian skripsi diadakan dalam rangka penilaian hasil belajar pada akhir studi untuk memperoleh gelar sarjana.

Peraturan Pemerintah No 30/1990 juga mengandung pengertian bahwa

penyusunan skripsi sebagai tugas akhir bukanlah syarat mutlak kelulusan namun

(45)

diserahkan pihak perguruan tinggi, sehingga dapat diartikan bahwa prasyarat penyusunan skripsi adalah salah satu ciri suatu perguruan tinggi (Suhapti, 2009).

Oleh karena itu skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis karya ilmiah dengan mengaktualisasikan teori-teori akademik yang diperoleh sesuai dengan bidang ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap mampu memadukan pengetahuan dan keterampilannya dalam memahami, menganalisis, menggambarkan, dan menjelaskan masalah yang berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya.

Menurut Pikatan (1997) ada dua unsur penting dalam kegiatan skripsi (tugas akhir) yaitu meneliti dan membuat tulisan. Slamet (dalam Gunawati, Hartati, &

Listiara, 2006) menyebutkan bahwa banyak mahasiswa yang tidak mempunyai kemampuan dalam menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisan, prestasi akademis yang kurang memadai, serta kurangnya ketertarikan mahasiswa pada skripsi.

D. KREATIVITAS VERBAL MAHASISWA PSIKOLOGI

YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI

Skripsi merupakan perwujudan dari kemampuan meneliti calon ilmuwan pada program sarjana (S1) sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademis. Skripsi yang disusun oleh mahasiswa program sarjana berdasarkan hasil penelitian terhadap suatu masalah yang dilakukan secara seksama dan terbimbing. Tujuan dari penulisan skripsi adalah melatih kecakapan mahasiswa dalam memecahkan masalah secara ilmiah dengan cara mengadakan penelitian, menganalisis dan menarik kesimpulan dengan membuat laporan hasil penelitian tersebut dalam bentuk skripsi (Rohmah, 2006).

Menurut Pikatan (1997) ada dua unsur penting dalam kegiatan skripsi yaitu

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran yang memiliki kemampuan planning yang sangat terarah yaitu

Penelitian ini ingin mengetahui gambaran hardiness pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi di Fakultas Psikologi Unpad.. Rancangan penelitian yang digunakan

Mahasiswa memiliki kemampuan menulis gagasan dalam bahasa Indonesia, tetapi banyak yang menulis tidak sesuai dengan aturan. Untuk itu, ada empat tujuan penelitian, yaitu: 1)

5% (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa teknik menulis catatan harian efektif dalam peningkatan kemampuan regulasi emosi pada mahasiswa Psikologi UNS yang

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya pengaruh menulis catatan harian terhadap peningkatan kemampuan regulasi emosi pada mahasiswa Psikologi UNS yang

Individu yang memiliki keterampilan sosial yang rendah cenderung memiliki harga diri yang rendah, menilai percakapan biasa sulit untuk dilakukan, tidak nyaman ketika

“Menurut Zimmerman (1990), kemampuan mahasiswa dalam membuat rencana strategi belajar dan tujuan yang ingin dicapai dalam belajar merupakan karakteristik mahasiswa

Hal ini didukung oleh penelitian Akbar (2017) pada 88 Mahasiswa yang sedang dalam penyusunan skripsi fakultas psikologi USU dengan judul “Teknologi Dalam Pendidikan :