• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kreativitas

Kretaivitas penting bagi individu dan masayarakat terutama dalam era globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan intelegensi tinggi tetapi juga dengan kreativitas. Individu sebagai pribadi, maupun sebagai elompok atau suatu bangsa, kita harus memikirkan, membentuk cara-cara baru, atau mengubah cara lama secara kreatif, agar kita dapat bertahan dan tidak tenggelam dalam persaingan antar bangsa dan negara. Individu yang kreatif menghasilkan ide-ide baru dalam meningkatkan daya saing di era globalisasi, dinamis, fleksibel, komunikatif dan aspiratif. Individu yang kreatif biasanya tidak dapat diam, selalu menginginkan perubahan-perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik, mampu merubah bentuk suatu ancaman menjadi tantangan dan dari tantangan menjadi peluang. Daya kreativitas dapat membangkitkan semangat, dan percaya diri untuk menghadapi masa depang yang lebih baik bagi kehidupan berbangsa dan bernegara (Munandat, 1999).

1. Pengertian kreativitas

Munandar (2004) mengatakan kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan atau keluwesan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya dan memperinci) suatu gagasan. Selain itu,

(2)

kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru dan dapat dilihat atau didengar oleh orang lain. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi).

Mulyadi (2004) seorang psikolog perkembangan anak mengatakan, kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas juga bisa diartikan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir.

Menurut Guilford (dalam Munandar, 2004) bahwa orang-orang kreatif lebih banyak memiliki cara-cara berpikir divergen daripada konvergen. Lebih lanjut Guilford mengemukakan dua ciri berfikir, yaitu : cara berpikir konvergen dan divergen. Cara berpikir konvergen adalah cara-cara individu dalam memikirkan sesuatu dengan berpandangan bahwa hanya ada satu jawaban yang benar. Sedangkan cara berpikir divergen adalah kemampuan individu untuk mencari berbagai alternatif jawaban terhadap suatu persoalan. Dalam kreativitas, Selain itu Guilford (dalam Munandar 1999) juga menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat.

Kreativitas menurut Rhodes (dalam Munandar, 1999) dapat didefinisikan ke dalam empat jenis dimensi sebagai konsep kreativitas dengan pendekatan empat P (Four P’s Creativity), yang meliputi dimensi person, process, press dan product dimana kreativitas dalam dimensi person adalah upaya mendefinisikan

(3)

kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut dengan kreatif, kreativitas dalam dimensi process merupakan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif, kreativitas dalam dimensi press merupakan kreativitas yang menekankan pada faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. kreativitas dalam dimensi product adalah merupakan upaya kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif dan kreativitas yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat sesuatu hal yang baru berdasarkan data, informasi/unsur-unsur/karya-karya yang telah ada sebelumnya, dalam menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam berpikir serta mengelaborasi suatu gagasan.

(4)

2. Ciri-ciri kreativitas

Ada beberapa ciri-ciri kreativitas yang dimiliki oleh individu yang kreatif.

Guilford (dalam Munandar, 1992) membedakan antara ciri kognitf (aptitude) dan ciri afektif (non-aptitude) yang berhubungan dengan kreativitas. Ciri-ciri kognitf (aptitude) ialah ciri-ciri yang berhubungan dengan kognisi, proses berpikir yang

meliputi kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan orisinilitas dalam bepikir dan elaboration (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.

Sedangkan ciri-ciri afektif (non-aptitude) ialah ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan yang meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, sifat berani mengambil resiko dan sifat menghargai. Kedua jenis ciri-ciri kreativitas itu diperlukan agar perilaku kreatif dapat terwujud.

Berikut ini ciri-ciri kognitf (aptitude) dan ciri-ciri afektif (non-aptitude) menurut Guilford (dalam Munandar, 1992) akan diuraikan lebih lanjut

a. Ciri-ciri Kognitf

Kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif (divergen) dan memiliki lima ciri kognitif, yaitu kemampuan berpikir secara lancar (fluency), berpikir luwes (flexibelity), orisinilitas (originality), kemampuan menilai (evaluation) dan kemampuan memperinci/mendalam (elaboration).

1) Kemampuan berpikir lancar (fluency)

Merupakan kemampuan untuk melahirkan banyaknya ide dan gagasan, mengemukakan banyaknya cara untuk melakukan berbagai

(5)

hal serta mencari banyak kemungkinan alternatif jawaban dan penyelesaian masalah.

Mulyadi (2004) membagi kelancaran dalam berpikir ke dalam empat bagian meliputi :

a. World Fluency, merupakan kemampuan untuk menuliskan atau

mengucapkan atau memikirkan sebanyak mungkin kata-kata.

b. Associational Fluency, merupakan kemampuan untuk

menemukan sebanyak mungkin sinonim kata dalam waktu tertentu.

c. Expressional Fluency, merupakan kemampuan membuat kalimat

sebanyak mungkin yang disusun dengan cepat dan memenuhi syarat tata bahasa.

d. Ideational Fluency, merupakan kemampuan untuk menemukan

berbagai ide mengenai benda tertentu dengan sifat tertentu.

Dalam waktu yang terbatas.

Ciri-ciri ini dapat dilihat pada sikap anak didik dalam bentuk mengajukan banyak pertanyaaan, menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan, mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah, lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya, bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-anak lain, dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu obyek atau situasi.

2) Kemampuan berpikir luwes atau fleksibel (flexibility)

(6)

Merupakan kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan, orang yang kreatif adalah orang yang kreatif dalam berpikir, mereka dapat dengan mudah meninggalkan cara berpikir yang lama dan menggantikan dengan cara berpikir yang baru. Diperlukan kemampuan untuk tidak terpaku pada pola pemikiran yang lama. Hal ini bisa dilakukan dengan fleksibilitas yang spontan dan adaptif. Fleksibilitas spontan adalah kemampuan untuk menyampaikan berbagai macam ide tentang apa saja tanpa rasa takut salah. Sedangkan fleksibilitas adaptif adalah kemampuan untuk menyampaikan berbagai macam ide tentang apa saja tetapi masih memperhatikan kebenaran ide tersebut.

Ciri-ciri ini dapat dilihat pada sikap anak didik dalam memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita atau masalah, menerapkan suatu konsep dengan cara yang berbeda-beda, memberi pertimbangan terhadap situasi, yang berbeda dari yang diberikan orang lain, dalam membahas atau mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau bertentangan dari mayoritas kelompok., jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya, mampu mengubah arah berpikir secara spontan.

3) Kemampuan berpikir orisinal (originality)

Merupakan kemampuan untuk melahirkan ide-ide atau gagasan- gagasan dan mebuat kombinasi-kombinasi yang sifatnya baru dan

(7)

unik, menggunakan cara yang tidak lazim dalam mengungkapkan diri, dan mampu mencari berbagai kemungkinan pemecahan masalah dengan cara-cara yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang lain.

Ciri-ciri ini dapat dilihat pada sikap anak didik dalam memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain, mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru, memiliki cara berpikir yang lain dari yang lain, setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesain yang baru, memberikan warna-warna yang tegas dan berbeda dengan keadaan aslinya dalam menggambar atau sering mempertanyakan mengapa sesuatu hal harus dilakukan dengan suatu cara dan bukan dengan cara lain.

4) Kemampuan menilai (evaluation)

Merupakan kemampuan untuk membuat penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, atau sutau tindakan itu bijaksana serta tidak hanya mencetuskan gagasan saja tetapi juga melaksanakannya.

Ciri-ciri ini dapat dilihat pada sikap anak didik dalam memberi pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri, menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal, menganalisa masalah atau penyesalan secara kritis dengan selalu menanyakan ”Mengapa?”, mempunyai alasan rasional yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan, merancang suatu rencana kerja dari

(8)

gagasan-gagasan yang tercetus, pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan-gagasan tetapi menjadi peneliti atau penilai yang kritis, menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.

5) Kemampuan memperinci (elaboration)

Merupakan kemampuan untuk memperkaya atau mengembangkan suatu ide, gagasan atau produk dan kemampuan untuk memperinci suatu obyek, gagasan, dan situasi sehingga tidak hanya menjadi lebih baik tetapi menjadi lebih menarik.

Ciri-ciri ini dapat dilihat pada sikap anak didik dalam mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci., mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain, mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh, mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana, menambahkan garis-garis, warna-warna dan detil-detil (bagian-bagian) terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain.

b. Ciri-ciri afektif

Ciri-ciri afektif dari kreativitas merupakan ciri-ciri yang berhubungan dengan sikap mental atau perasaan individu. Ciri-ciri afketif ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi dengan ciri-ciri kognitif.

Kreativitas yang berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang.

(9)

Ada beberapa ciri-ciri afektif, yaitu:

1) Rasa ingin tahu.

Selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, misalnya: selalu bertanya, memperhatikan banyak hal, peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui atau meneliti. Ada beberapa perilaku peserta didik yang mencerminkan rasa ingin tahu, misalnya sering mempertanyakan segala sesuatu, senang menjajaki buku-buku, peta-peta, gambar-gambar, dan sebagainya untuk mencari gagasan- gagasan baru, menggunakan semua pancainderanya untuk mengenal, tidak takut menjajaki bidang-bidang baru, ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadian- kejadian.

2) Bersifat imajinatif/fantasi

Mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah terjadi dan menggunakan daya khayal namun dapat membedakan mana khayalan dan mana yang kenyataan.

Perilaku yang terlihat pada siswa biasanya berupa memikirkan atau membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi, memikirkan bagaimana jika melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain, meramalkan apa yang akan dikatakan atau dilakukan orang lain, mempunyai firasat tentang sesuatu yang belum terjadi, melihat hal-hal dalam suatu gambar yang tidak dilihat orang lain, membuat cerita tentang tempat-tempat yang belum pernah

(10)

dikunjungi atau tentang kejadian-kejadian yang belum pernah dialami.

3) Merasa tertantang oleh kemajemukan

Mempunyai dorongan untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit serta lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit. Perilaku anak didik yang mencerminkan sikap tertantang oleh kemajemukan, adalah menggunakan gagasan atau masalah-masalah yang rumit, melibatkan diri dalam tugas-tugas yang majemuk, tertantang oleh situasi yang tidak dapat diramalkan keadaannya, mencari penyelesaian tanpa bantuan orang lain, tidak cenderung mencari jalan tergampang, berusaha terus-menerus agar berhasil, mencari jawaban-jawaban yang lebih sulit atau rumit daripada menerima yang mudah, dan senang menjajaki jalan yang lebih rumit.

4) Sifat berani mengambil risiko (tidak takut membuat kesalahan) Berani mempunyai pendapat meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik dari orang lain. Perilaku anak didik yang memiliki sifat berani dalam mengambil risiko adalah berani mempertahankan gagasan-gagasan atau pendapatnya walaupun mendapatkan tantangan atau kritik, bersedia mengakui kesalahan-kesalahannya, berani menerima tugas yang sulit meskipun ada kemungkinan gagal, berani mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang tidak dikemukakan orang lain,

(11)

tidak mudah dipengaruhi orang lain, melakukan hal-hal yang diyakini, meskipun tidak disetujui sebagian orang, berani mencoba hal-hal baru, berani mengakui kegagalan dan berusaha lagi.

5) Sifat menghargai

Kemampuan untuk dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup, menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang. Perilaku anak didik yang memiliki sifat menghargai adalah menghargai hak-hak sendiri dan orang lain, menghargai diri sendiri dan prestasi sendiri, menghargai makna orang lain, menghargai keluarga, sekolah lembaga pendidikan lainnya serta teman-teman, menghargai kebebasan tetapi tahu bahwa kebebasan menuntut tanggung jawab, tahu apa yang betul- betul penting dalam hidup, menghargai kesempatan-kesempatan yang diberikan, senang dengan penghargaan terhadap dirinya.

Dari penjelasan di atas jelas bahwa kreativitas individu dapat terwujud tidak hanya dibutuhkan dari ciri kognitif saja tetapi juga di dukung dengan ciri afektif yang saling berhubungan dan mempengaruhi sama sekali dalam mewujudkan kreativitas pada individu. Ciri kognitf yang meliputi kemampuan berpikir secara lancar (fluency), berpikir luwes(flexibelity), orisinalitas (originality), kemampuan menilai (evaluation) dan kemampuan memperinci/mendalam (elaboration), sedangkan ciri afektif meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan dan berani mengambil risiko.

(12)

Keativitas pada penelitian akan diungkap melalui tes kreativitas figural tipe B subtes III dari Paul Torrance dan tes kreativitas verbal dari Munandar (1999), dimana kedua alat tes tersebut digunakan untuk mengungkap aspek kognitif dari kreativitas. Aspek afektif pada kreativitas diungkap dengan menggunakan skala sikap kreatif.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas menurut Rogers ( dalam Munandar, 1999) adalah:

a. Faktor internal individu

Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi kreativitas, diantaranya :

1. Keterbukaan terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dalam individu. Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan demikian individu kreatif adalah individu yang mampu menerima perbedaan

2. Evaluasi internal, yaitu kemampuan individu dalam menilai produk yang dihasilkan ciptaan seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian

(13)

individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain.

3. Kemampuan untuk bermaian dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

b. Faktor eksternal (Lingkungan)

Faktor eksternal (lingkungan) yang dapat mempengaruhi kreativitas individu adalah lingkungan kebudayaan yang mengandung keamanan dan kebebasan psikologis. Peran kondisi lingkungan mencakup lingkungan dalam arti kata luas yaitu masyarakat dan kebudayaan. Kebudayaan dapat mengembangkan kreativitas jika kebudayaan itu memberi kesempatan adil bagi pengembangan kreativitas potensial yang dimiliki anggota masyarakat. Adanya kebudayaan creativogenic, yaitu kebudayaan yang memupuk dan mengembangkan kreativitas dalam masyarakat, antara lain : (1) tersedianya sarana kebudayaan, misal ada peralatan, bahan dan media, (2) adanya keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan bagi semua lapisan masyarakat, (3) menekankan pada becoming dan tidak hanya being, artinya tidak menekankan pada kepentingan untuk masa sekarang

melainkan berorientasi pada masa mendatang, (4) memberi kebebasan terhadap semua warga negara tanpa diskriminasi, terutama jenis kelamin, (5) adanya kebebasan setelah pengalamn tekanan dan tindakan keras, artinya setelah kemerdekaan diperoleh dan kebebasan dapat dinikmati, (6) keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan yang berbeda, (7) adanya

(14)

toleransi terhadap pandangan yang berbeda, (8)adanya interaksi antara individu yang berhasil, dan (9) adanya insentif dan penghargaan bagi hasil karya kreatif. Sedangkan lingkungan dalam arti sempit yaitu keluarga dan lembaga pendidikan. Di dalam lingkungan keluarga orang tua adalah pemegang otoritas, sehingga peranannya sangat menentukan pembentukan krativitas anak. Lingkungan pendidikan cukup besar pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir anak didik untuk menghasilkan produk kreativitas, yaitu berasal dari pendidik.

Selain itu Hurlock (1993), mengatakan ada enam faktor yang menyebabkan munculnya variasi kreativitas yang dimiliki individu, yaitu:

1. Jenis kelamin

Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.

2. Status sosioekonomi

Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif dari anak kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.

(15)

3. Urutan kelahiran

Anak dari berbgai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan daripada bawaan.

Anak yang lahir ditengah, belakang dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta.

4. Ukuran keluarga

Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar cara mendidik anak yang otoriter dan kondisi sosiekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.

5. Lingkungan

Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan pedesaan.

6. Intelegensi

Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas di atas maka dapat disimpulkan bahwa tidak hanya dari faktor internal dan eksternal individu

(16)

saja yang dapat mempengaruhi kreativitas individu tetapi faktor jenis kelamin, status sosial ekonomi, urutan kelahiran, dan intelegensi juga dapat menyebabkan munculnya perbedaan kreativitas.

B. Mahasiswa

1. Pengertian mahasiswa

Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa (Takwin, 2008). Sedangkan menurut Winkel (1997), masa mahasiswa meliputi rentang umur dari 18/19 tahun sampai 24/25 tahun. Rentang umur itu masih dapat dibagi-bagi lagi atas periode 18/19 tahun sampai 20/21 tahun yaitu mahasiswa dari semester I sampai dengan semester IV dan periode umur 21/22 tahun sampai 24/25 tahun yaitu mahasiswa dari semester V sampai dengan semester VIII. Pada rentang umur yang pertama (18/19 tahun-20/21 tahun) pada umumnya tampak ciri-ciri perkembangan seperti stabilitas dalam kepribadian mulai meningkat, pandangan yang lebih realitas tentang diri sendiri dan lingkungan hidupnya, kemampuan untuk menghadapi segala macam permasalahan secara lebih matang. Pada rentang umur yang kedua (21/22-24/25 tahun) pada umumnya tampak ciri-ciri seperti usaha memantapkan diri dalam keahlian yang telah dipilih dan memutar balikkan pikiran untuk mengatasi aneka ragam masalah. Seperti kesulitan ekonomi, kesulitan mendapat kepastian tentang bidang pekerjaan kelak, ketegangan atau stres karena belum berhasil memecahkan berbagai persoalan mendesak secara memuaskan.

(17)

Winkel (1997) mengatakan tugas perkembangan yang dihadapi mahasiswa pada dasarnya adalah mahasiswa di semester awal harus menyesuaikan diri dengan pola kehidupan di kampus dan di luar kampus, baik yang menyangkut hal- hal akademik maupun non-akademik, mahasiswa di semester tinggi harus memantapkan diri dalam mengejar cita-cita dibidang studi akademik, dipekerjaan dan dibidang kehidupan. Beraneka kesulitan yang tinbul dapat di bagi atas 2 kelompok, yaitu kesulitan akademik dan non-akademik. Meskipun kedua kelompok kesulitan itu berpengaruh satu terhadap yang lain. Kesulitan dibidang akademik misalnya; kurang menguasai cara belajar mandiri, kurang mampu mengatur waktu yang baik, salah pilih program studi, hubungan dengan dosen renggang atau jauh. Sedangkan kesulitan di bidang non-akademik misalnya;

kesulitan menanggung biaya pendidikan, kekurangan dalam fasilitas belajar, asupan makanan yang kurang bergizi, ketegangan dalam bergaul dengan tema, rasa bosan dll.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah individu yang berada pada rentang umur 18-25 tahun yang sedang belajar diperguruan tinggi.

2. Mahasiswa psikologi

Brewer (dalam Supratiknya, 2003) mengatakan tujuan dasar dari pendidikan psikologi pada jenjang undergraduate adalah mengajar anak didik agar mampu berpikir sebagai ilmuwan tentang perilaku dan pengalaman hidup disertai dengan tujuh tujuan umum, meliputi: 1) pengetahuan yang luas, 2) ketrampilan berpikir,

(18)

3) ketrampilan berbahasa, 4) ketrampilan mengumpulkan informasi dan membuat sintesis, 5) kemampuan meneliti, 6) ketrampilan interpersonal, sejarah psikologi, etika dan 7) nilai-nilai.

Menurut Audifax (dalam Pengkategorian Status Ilmuwan Psikologi dan Psikolog, 2005) ada enam kompetensi utama dalam psikolgi yaitu :

a. Penguasaan teori-teori Psikologi

Pengusaan teori psikologi yaitu mahasiswa menguasai konsep-konsep umum psikologi, hasil-hasil empiris dsb.

b. Penguasaan metode penelitian dasar

Penguasaan metode penelitian dasar, ketrampilan wawancara, observasi, desain penelitian, mengenal skala, angket, alat ukur psikologi dan mampu menganalisa baik dalam membentuk metode kuantitatif maupun kualitatif.

c. Pengukuran assesment

Menguasai prinsip diagnostik dasar. Pengamatan secara objektif dan sistematis mengenai bakat, minat dan kepribadian.

d. Kemampuan membangun hubungan interpersonal

Membangun hubungan yang konstruktif supaya memiliki ketrampilan dan menjaga hubungan interpersonal dan mengkomunikasikan apa yang dimiliki.

e. Etis dan pluralitas atau memahami perbedaan

Tidak membedakan dan memiliki penguasaan etika dalam memberikan pelayanan kepada individu dan kelompok.

(19)

f. Kemampuan Soft Skill

Berpikir kritis, kemampuan komunikasi lisan, tulisan, leadership, percaya diri, penggunaan teknologi informasi berdasarkan perubahan yang terjadi dan pengembangan diri sebagai problem solver.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa psikologi adalah mahasiswa yang memiliki kemampuan untuk menguasai teori- teori dari psikologi, menguasai metode-metode penelitian dasar psikologi, menguasai prinsip pengukuran, kemampuan untuk membangun hubungan interpersonal atau memahami perbedaan dan memiliki kemampuan soft skill.

C. Kreativitas Mahasiswa Psikologi

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat sesuatu hal yang baru berdasarkan data, informasi/unsur-unsur/karya-karya yang telah ada sebelumnya, dalam menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam berpikir serta mengelaborasi suatu gagasan. Kreativitas sebagai salah satu kemampuan mental yang dimiliki oleh individu yang dipandang sebagai sutau proses mengenai hal-hal baru yang bersifat unik, konkret maupun abstrak baik verbal maupun non verbal

Seorang individu dikatakan kreatif tidak hanya dapat dilihat dari aspek kognitifnya saja tetapi harus dibarengi dengan aspek afektifnya sehingga dapat terwujud suatu kreativitas yang baik. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas dapat berkembang dengan baik yaitu faktor internal

(20)

individu dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam individu, diantaranya keterbukaan terhadap pengalaman, evaluasi internal dan kemampuan untuk bermain serta mengadakan eksplorasi. Sedangkan faktor eksternal dapat berasal dari keluarga dan lembaga pendidikan. Lingkungan yang memberikan kebebasan individu untuk berkreasi serta mengemukakan pendapat dapat memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan kreativitas dengan baik.

Lembaga pendidikan merupakan salah satu sarana untuk membentuk suatu individu yang memiliki kerativitas yang baik. Selain sekolah perguruan tinggi juga merupakan salah satu lembaga pendidikan yang diharapkan dapat mampu menciptakan suatu individu-individu atau tenaga-tenaga yang ahli dan kreatif.

Mahasiswa-mahasiswa tersebut dapat menjawab suatu permasalahan atau pun tantangan yang ada dengan kemampuan dan ilmu yang dimilikinya.

Demikian juga dengan mahasiswa psikologi yang diharapakan dapat memiliki kemampuan untuk menguasai teori-teori dari psikologi, menguasai metode-metode penelitian dasar psikologi, menguasai prinsip pengukuran, kemampuan untuk membangun hubungan interpersonal memiliki ras etis atau memahami perbedaan dan memiliki kemampuan soft skill .

Kreativitas pada mahasiswa psikologi sangat diperlukan. Misalnya ketika mereka dihadapkan dengan suatu masalah mereka ditantang untuk menjawab dengan meramu teori-teori agar tepat dan dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dihadapi dan berhubungan dengan psikologis. Selain itu mahasiswa psikologi juga diharapkan memiliki kemampuan kreativitas verbal dan figural dengan baik. Kreativitas verbal ini sangat diperlukan oleh mahasiswa psikologi

(21)

ditinjau dari kompetensi utama yang harus dimiliki mahasiswa psikologi adalah kemampuan soft skill dimana mahasiswa psikologi dituntut harus memiliki ketrampilan komunikasi yang baik secara lisan maupun tulisan. Selain kreativitas verbal, kreativitas figural juga harus dimiliki oleh mahasiswa psikologi. Dimana mahasiswa psikologi dituntut untuk dapat berpikir kritis, mampu membuat suatu hal yang inovatif dan kreatif. Terlihat bahwa kreativitas sangat diperlukan sebagai mahasiswa psikologi USU dan diharapkan mahasiswa psikologi USU dapat memiliki kreativitas yang tinggi, tidak hanya dari segi kreativitas verbal tetapi dari segi kreativitas figural juga sangat diperlukan.

Referensi

Dokumen terkait

motivasi siswa dalam belajar dibandingkan dengan cara pembelajaran yang konvensional. Kesulitan yang sering ditemukan dalam menulis adalah memunculkan

Menurut Sedharmayanti (2003:147) menyatakan kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan

Kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang

strategi, khususnya yang berkaitan dengan implikasi SDM. Memberikan dukungan dan kondisi yang akan membantu manajer untuk mencapai tujuannya. Menangani berbagai krisis dan

Dari definisi iklan di atas, dapat disimpulkan bahwa iklan adalah penyampai informasi kepada khalayak ramai tentang barang, jasa, ide atau gagasan baik yang

Menurut Fontana (2009, p18) inovasi adalah keberhasilan ekonomi berkat adanya pengenalan cara baru atau kombinasi baru dari cara-cara lama dalam mentransformasi input menjadi output

Manajer dalam suatu organisasi atau perusahaan bertugas menggerakkan karyawan untuk bekerja sesuai dengan fungsi manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan. Kemajuan teknologi

Sarwoto (1996;144) mengatakan bahwa insentif merupakan sarana motivasi yang bentuknya dapat berupa perangsang atau pendorong yang diberikan dengan sengaja kepada para pekerja