• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh perhitungan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS dan Para Pensiunan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Contoh perhitungan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS dan Para Pensiunan."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran I

Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran Nomor : SE-38/A/521/0395 Tanggal : 15 Maret 1995

Contoh perhitungan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS dan Para Pensiunan.

1. Penghitungan PPh Pasal 21 bulanan untuk bulan Januari s/d November pada daftar gaji. (berlaku untuk semua Pegawai Negeri Sipil)

A Pegawai Negeri Sipil Golongan IV/a menduduki eselon IV.a status kawin, mempunyai 3 orang anak (K/3) Gaji Pokok Rp. 379.800,00

Tunjangan Istri Rp. 37.980,00

Tunjangan anak Rp. 22.788,00 +

Jumlah gaji dan tunjangan keluarga Rp. 440.568,00

TPP 10% Rp. 44.056,00

Tunjangan jabatan Rp. 100.000,00

Pembulatan Rp. 32,00

Tunjangan Beras Rp. 35.400,00 +

Jumlah penghasilan bruto Rp. 620.056,00

Pengurangan :

Biaya Jabatan : 5% x Rp. 620.056,00 = Rp. 31.002,00 Iuran pensiun : 4,75 % x Rp. 440.568,00 = Rp. 20.926,00

Iuran THT : 3,25 % x Rp. 440.568,00 = Rp. 14.318,00 Rp. 66.246.00 - Rp. 553.810,00 Penghasilan neto disetahunkan :

12 x Rp.553.810,00 Rp. 6.645.720,00

PTKP (K/3) Rp. 5.184.000,00 -

Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 1.461.720,00

PKP dibulatkan Rp. 1.461.000,00

PPh Pasal 21 1 tahun Rp. 146.100,00

PPh Pasal 21 I bulan = 1/12 x Rp. 146.100,00 = Rp. 12.175,00

========

2. Penghitungan PPh Pasal 21 bulanan atas pembayaran tunjangan khusus yang pembayarannya tidak tercantum dalam daftar gaji.

(berlaku untuk semua Pegawai Negeri Sipil).

A (K/3) : Dalam contoh 1 diatas pada bulan yang sama menerima tunjangan khusus sebesar Rp. 622.700,00 Penghitungan PPh Pasal 21 atas tunjangan khusus tersebut adalah sebagai berikut :

a. Penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji dan penghasilan lain sebagaimana tercantum dalam daftar gaji ditambah dengan tunjangan khusus.

Gaji Pokok Rp. 379.800,00

Tunjangan Istri Rp. 37.980,00

Tunjangan anak Rp. 22.788,00 +

Jumlah gaji dan tunjangan keluarga Rp. 440.568,00

TPP 10% Rp. 44.056,00

Tunjangan jabatan Rp. 100.000,00

Pembulatan Rp. 32,00

Tunjangan Beras Rp. 35.400,00 +

Jumlah bruto dalam daftar gaji Rp. 620.056,00

Tunjangan khusus Rp. 622.700,00 +

Jumlah penghasilan bruto 1 bulan Rp. 1.242.756,00

Pengurangan :

Biaya Jabatan : 5% x Rp. 1.422.756,00 = Rp. 62.137,00

maksimal diperkenankan = Rp. 54.000,00

Iuran pensiun : 4,75 % x Rp. 440.568,00 = Rp. 20.926,00

Iuran THT : 3,25 % x Rp. 440.568,00 = Rp. 14.318,00 Rp. 89.244,00 - Rp. 1.153.512,00 Penghasilan neto disetahunkan :

12 x Rp. 1.153.512,00 Rp. 13.842.144,00

PTKP (K/3) Rp. 5.184.000,00 -

Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 8.658.144,00

PKP dibulatkan Rp. 8.658.000,00

PPh Pasal 21 1 tahun Rp. 865.800,00

PPh Pasal 21 I bulan = 1/12 x Rp. 865.800,00 = Rp. 72.150,00

========

b. PPh Pasal 21 atas gaji 1 bulan dan lain-lain sesuai dengan daftar gaji sebagaimana dalam contoh 1 diatas sebesar Rp. 12.175,00,00

(2)

c. PPh Pasal 21 atas tunjangan khusus sebulan :

Rp. 72.150,00 – Rp. 12.175,00 = Rp. 59.975,00

Bendaharawan waji memotong dan menyetor PPh Pasal 21 sebesar Rp. 59.975,00 yang tercantum dalam daftar pembayaran tunjangan khusus tersebut pada Bank Persepsi.

3. Penghitungan PPh Pasal 21 pada daftar gaji untuk bulan Desember.

(Berlaku untuk semua Pegawai Negeri Sipil).

PPh Pasal 21 atas gaji untuk bulan Desember dihitung atas dasar jumlah penghasilan baik berupa gaji maupun penghasilan lain sebagaimana tersebut dalam daftar gaji selama satu tahun takwim.

PPh Pasal 21 yang terutang untuk bulan Desember adalah sebesar selisih antara PPh Pasal 21 atas penghasilan menurut daftar gaji setahun dikurangi dengan PPh Pasal 21 yang telah dipotong menurut daftar gaji untuk masa Januari s/d November tahun ybs.

Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan A (K/3) pada contoh 1 diatas untuk bulan Desember adalah sebagai berikut :

a. Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan lain sebagaimana tercantum dalam daftar gaji untuk masa Januari s/d Desember adalah sebagai berikut:

Gaji Pokok Rp. 4.557.600,00

Tunjangan Istri Rp. 455.760,00

Tunjangan anak Rp. 273.456,00 +

Jumlah gaji dan tunjangan keluarga Rp. 5.286.816,000

TPP 10% Rp. 528.681,00

Tunjangan jabatan Rp. 1.200.000,00

Pembulatan Rp. 384,00

Tunjangan Beras Rp. 424.800,00 +

Jumlah penghasilan bruto Rp. 7.440.681,00

Pengurangan :

Biaya Jabatan : 5% x Rp. 7.440.681,00 = Rp. 372.034,00 Iuran pensiun : 4,75 % x Rp. 5.286.816,00 = Rp. 251.231,00

Iuran THT : 3,25 % x Rp. 5.286.816,00 = Rp. 171.821,00 Rp. 794.978,00 -

Penghasilan neto disetahunkan : Rp. 6.645.703,00

PTKP (K/3) Rp. 5.184.000,00 -

Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 1.461.703,00

PKP dibulatkan Rp. 1.461.100,00

PPh Pasal 21 1 tahun Rp.

b. PPh pasal 21 yang telah dipotong Januari s/d Desember (11 x Rp. 12.175,00) Rp. 133.925,00

c. PPh Pasal 21 yang terutang untuk bulan Desember Rp. 12.175,00

4. Penghitungan PPh Pasal 21 atas tunjangan khusus bulan desember pada daftar pembayaran tunjangan khusus bulan yang bersangkutan.

PPh Pasal 21 atas pembayaran tunjangan bulan desember merupakan selisih PPh Pasal 21 yan gterutang atas jumlah seluruh penghasilan baik gaji maupun tunjangan khusus selama 1 tahun dikurangi dengan PPh Pasal 21 yang telah dipotong menurut daftar gaji selama satu tahun dan PPh pasal 21 yang telah dipotong menurut daftar pembayaran tunjangan khusus bulan Januari s/d Noevember tahun yang bersangkutan.

Penghitungan PPh Pasal 21 atas tunjangan khusus bulan Desember tersebut adalah sebagai berikut : A (K/3) pada contoh 1,2, dan 3 diatas.

a. Penghitungan PPh Pasal 21 atas jumlah penghasilan berupa gaji dan penghasilan lain yang tercantum dalam daftar gaji serta penghasilan berupa tunjangan khusus yang tercantum dalam daftar pembayaran tunjangan khusus selama 1 tahun.

Gaji Pokok Rp. 4.557.600,00

Tunjangan Istri Rp. 455.760,00

Tunjangan anak Rp. 273.456,00 +

Jumlah gaji dan tunjangan keluarga Rp. 5.286.816,000

TPP 10% Rp. 528.681,00

Tunjangan jabatan Rp. 1.200.000,00

Pembulatan Rp. 384,00

Tunjangan Beras Rp. 424.800,00 +

Jumlah penghasilan bruto 1 tahun dalam daftar gaji Rp. 7.440.681,00

Tunjangan khusus Rp. 7.472.400,00

Jumlah penghasilan setahun Rp. 14.913.081,00

(3)

Pengurangan :

Biaya Jabatan : 5% x Rp. 14.913.081,00 = Rp. 745.654,00

Maksimal diperkenankan = Rp. 648.000,00

Iuran pensiun : 4,75 % x Rp. 5.286.816,00 = Rp. 251.123,00

Iuran THT : 3,25 % x Rp. 5.286.816,00 = Rp. 171.821,00 Rp. 1.070.944,00

Penghasilan neto 1 tahun: Rp. 13.842.137,00

PTKP (K/3) Rp. 5.184.000,00 -

Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 8.658.137,00

PKP dibulatkan Rp. 8.658.800,00

PPh Pasal 21 1 tahun Rp. 865.800,00

b. PPh pasal 21 yang telah dipotong Januari s/d Desember

Sesuai dengan penghitungan pada contoh 3 PPh Pasal 21 setahun Rp. 146.100,00 c. PPh Pasal 21 atas tunjangan khusus yang telah dipotong untuk masa Rp.

Januari s/d Desember menurut contoh 2 diatas

11 x Rp. 59.975,00 = Rp. 659.725,00 Rp. 805.825,00 -

PPh Pasal 21 yang dipotong atas tunjangan khusus Rp. 59.975,00

bulan Desember tahun ybs. ========

5. Penghitungan PPh Pasal 21 bulanan untuk bulan Januari s/d November pada daftar uang pensiun.

H status kawin dengan 1 anak

Pensiun 1 bulan Rp. 500.000,00

Pengurangan :

Biaya Pensiun : 5 % x Rp. 500.000,00 = Rp. 25.000,00

Maksimum yang diperkenankan Rp. 18.000,00

Penghasilan neto 1 bulan Rp. 482.000,00

12 x Rp. 482.000,00 Rp. 5.784.000,00

PTKP (K/1) Rp. 3.456.000,00

Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 2.238.000,00

PPh Pasal 21 1 tahun Rp. 2.328.000,00

PPh Pasal 21 1 bulan = 1/12 x Rp. 238.000,00 Rp. 19.400,00

==========

6. Penghitungan PPh Pasal 21 pada daftar uang pensiun untuk bulan Desember.

PPh Pasal 21 atas uang pensiun sebagaimana tercantum dalam daftar pembayaran uang pensiun untuk masa Januari s/d Desember adalah sebagai berikut :

Pensiun 1 bulan Rp. 6.000.000,00

Pengurangan :

Biaya Pensiun : 5 % x Rp. 6000.000,00 = Rp. 300.000,00

Maksimum yang diperkenankan Rp. 216.000,00

Penghasilan neto 1 tahun Rp. 5.784.000,00

PTKP (K/1) Rp. 3.456.000,00

Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 2.238.000,00

PPh Pasal 21 1 tahun Rp. 232.800,00

PPh Pasal 21 yang telah dipotong Januari s/d November (11 x Rp. 19.400,00 Rp. 213.400,00 PPh Pasal 21 yang terutang untuk bulan Desember Rp. 19.400,00

==========

7. Penghitungan PPh Pasal 21 atas pembayaran honorarium, uang perangsang, uang sidang,uang hadir,uang lembur,imbalan prestasi kerja dan imbalan yang dananya dibebankan kepada Keuangan Negara/Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 2 PP nomor 45 Tahun 1994 jo. Pasal 2 ayat 2 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 636/KMK.04/1994 yang dibayarkan kepada :

A. PNS golongan III/a dalam contoh 1 diatas dalam bulan Februari 1995 yang berpangkat Letnan Dua ke atas.

a. A (K/3) dalam contoh 1 di atas dalam bulan Februari 1995 menerima imbalan prestasi kerja sebesar Rp. 622.700,00

PPh Pasal 21 yang terutang : 15 % x Rp. 622.700,00 = Rp. 93.405,00

b. A (K/3) dalam contoh 1 di atas dalam bulan Februari 1995 menerima honorarium sebesar Rp.

50.000,00 dari Bendaharawan Pusdiklat suatu Departemen sebagai imbalan jasa mengajar pada Pusdiklat tersebut.

PPh Pasal 21 yang terhutang : 15 % Rp. 50.000,00 = Rp. 7.500,00

PPh pasal 21 atas imbalan prestasi dan honorarium mengajar tersebut tidak ditanggung pemerintah dan dipotong PPh Pasal 21 bersifat final.

Catatan :

(4)

Bendaharawan pemerintah yang membayarkan imbalan prestasi kerja pada contoh 7.a. dan Bendaharawan pemerintah yang membayarkan honorarium mengajar pada contoh 7.b. di atas masing-masing wajib memotong PPh Pasal 21 yang terhutang dan menyetorkannya ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro dengan mempergunakan Surat Setoran Pajak selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnyha setelah dilakukannya pemotongan pajak.

Bendaharawan pemerintah yang bersangkutan wajib memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 kepada penerima penghasilan yang pajaknya tidak ditanggung pemerintah.

B. PNS golongan II/d kebawah atau anggota ABRI yang berpangkat Pembantu Letnan Satu ke bawah.

a. W PNS golongan II/b pad bulan Februari 1995 menerima imbalan prestasi kerja sebesar Rp.

191.700,00

Atas pembayaran imbalan prestasi kerja ini tidak dipotong PPh Pasal 21.

b. H PNS golongan II/d bulan Februari 1995 menerima honorarium sebesar Rp. 50.000,00 dari Bendaharawan Pusdiklat suatu Departemen sebagai jasa mengajar di pusdiklat tersebut.

Atas pembayaran honorarium ini tidak dipotong PPh Pasal 21.

8. Penghitungan PPh Pasal 21 atas pembayaraan honorarium,uang perangsang, imbalan prestasi kerja dan imbalan lain yang dananya tidak dibebankan kepada Keuangan Negara/Daerah, maka atas pembayaran tersebut baik yang dibayarkan kepada PNS golongan II/d atau anggota ABRI yang berpangkat Letnan Satu kebawah dipotong PPh Pasal 21 menerapkan tarif Pasal 17 UU. No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 10 tahun 1994 atas penghasilan bruto dan tidak bersifat final.

Contoh :

1. A seorang guru, PNS golongan II/d menerima uang perangsang sebesar Rp. 100.000,00 yang dananya berasal dari POMG.

PPh pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar : 10 % x Rp. 100.000,00 = Rp. 10.000,00

2. B PNS golongan III/c menerima imbalan prestasi kerja sebesar Rp. 400.000,00 yang dananya tidak dibebankan kepada Keuangan Negara/ Daerah.

PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar : 10 % x Rp. 400.000,00 = Rp. 40.000,00

(5)

Lampiran II

Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran Nomor : SE-38/A/521/0395 Tanggal : 15 Maret 1995

CONTOH CARA MEMASUKKAN PPH KEDALAM DAFTAR GAJI

Tahun Gaji bulan April 1995

NO.

URUT

NAMA TGL/LAHIR

NIP STATUS PEG(PNS/CPNS)

GOLONGAN/

RUANG

STA WIN JMLH ANAK JIWA

PENGHASILAN POTONGAN

GAJI POKOK a. Istri/

Suami b. Anak

TPP 10 %

a. Struktural b. Fungsional c. Pembulatan

TUNJ.

BERAS

JUMLAH PENGHASILAN

KOTOR (4+5+6+7)

a. PPh Pasal 21

Jumlah -) kotor

ditambah PPh Pasal 21

POT.

BERAS

IURAN WAJIB PEG (NIP) 10%

PAJAK PENGHASILAN

POTONN GAN LAIN- 2

SEWA RUMAH

JUMLAH POTONGAN (10+11+12+13)

JUMLAH PENGHASILAN

BERSIH YANG DIBAYARKAN

TANDA TANGAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1. Nurman Ali M Lahir, 1-6-1940 NIP 060034245 PNS Pembina Go;

IV/a

VI 379.800 37.980 22.788

44.100 a. 100.000 b. - c. 32

35.400 620.056 x) 12.175

-) 632.331 19.400 44.054 12.175 - 91.631 540.600 1. ……

2. Sayuti Melik Lahir 1-8-1945 NIP 060035645 PNS Penata Gol III/c

1/3 313.800 31.380 6.276

35.200 a. 100.000 b. - c. 44

21.240 462.600 x) 12.300

-) 474.978 21.240 33.741 10.033 - 73.018 451.500 2. ……

3. Sugondo Lahir, 1-7-1945 NIP 060025127 PNS. Pengatur Tk. I Gol II/d

1/3 309.100 30.950 6.190

34.064 a. 60.000 b.

c. 80

21.240 462.603 x) 12.300

-) 474.978 21.240 30.464 12.300 - 68.270 406.700 3. …

Jumlah 3/3/5 1.001.100

100.310 35.234

113.865 a. 260.000 b. - c. 136

77.800 1.190.345 x) 41.174 -) 1.031.710

77.800 113.865 41.174 - 232.910 1.398.000

Referensi

Dokumen terkait

Pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari kerja atau usaha yang telah dilakukan. Pendapatan akan mempengaruhi gaya hidup seseorang. Orang atau keluarga yang mempunyai

Hal pertama adalah alasan para implementor untuk dapat melaksanakan implementasi, yakni Kepala Dinas merupakan inisiator dari Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013

Alternatif lain, atau jika tdak larut dalam air, serap dengan memakai bahan kering yang tidak dapat bereaksi dan masukkan ke wadah bahan limbah yang sesuai.. Buang melalui

Beberapa faktor mempengaruhi sekresi saliva dengan Beberapa faktor mempengaruhi sekresi saliva dengan merangsang kelenjer Saliva melalui cara-cara berikut : merangsang kelenjer

Abstrak: Penelitian ini bertujuan 1) untuk mengetahui dan menganalisis penataan administrasi pemerintah desa dalam dibidang pertanahan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur

CNF yang diproduksi pada 500 o C secara umum berbentuk fiber/serat yang lurus dan heliks dengan diameter serat sekitar 300 nm, pada CNF dengan suhu 600 o C secara

Di dalam naskah ini akan menceritakan kisah Gun Jack dengan anak keduanya, Wulan Mayastika sebagai tokoh utama dari sudut pandang Rudi sebagai sudut pandang orang pertama bukan

Bagian tengah cabang memiliki proporsi polip karang yang berkaitan dengan lo- kasi energi untuk pertumbuhan yang lebih reproduktif (100%) dengan kandungan rataan jumlah telur yang