• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIOSAINS DALAM AL-QUR AN (Telaah Biologi dalam Kajian Al-Quran dan Hadist)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIOSAINS DALAM AL-QUR AN (Telaah Biologi dalam Kajian Al-Quran dan Hadist)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BIOSAINS

DALAM AL-QUR’AN

(Telaah Biologi dalam Kajian Al-Quran dan Hadist)

Dr. Handoko Santoso, M.Pd Dr. Hening Widowati, M.Si

(3)

ii Penulis: Dr. Handoko Santoso, M.Pd ~ Dr. Hening Widowati, M.Si

Hak Cipta pada penulis Hak Penerbitan pada penerbit dilarang memperbanyak/memproduksi sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis

dari pengarang dan/atau penerbit. Kutipan pasal 72:

Sanksi pelanggaran Undang-undang Hak Cipta (UU No. 10 Tahun 2012)

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal (49) ayat (1) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/(atau) denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau dendan paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

(4)

BIOSAINS

DALAM AL-QUR’AN

(Telaah Biologi dalam Kajian Al-Quran dan Hadist)

Dr. Handoko Santoso, M.Pd Dr. Hening Widowati, M.Si

(5)

BIOSAINS

DALAM AL-QUR’AN

(Telaah Biologi dalam Kajian Al-Quran dan Hadist)

Penulis

Dr. Handoko Santoso, M.Pd Dr. Hening Widowati, M.Si

Desain Cover

Team Laduny Creative

Lay Out

Team Laduny Creative

ISBN.

16 x 24 cm; xvi + 82 hal Cetakan Pertama, Januari 2020

Dicetak dan diterbitkan oleh:

CV. LADUNY ALIFATAM A (Penerbit Laduny) Anggota IKAPI

Jl. Ki Hajar Dewantara No. 49 Iringmulyo, Metro – Lampung. Telp. 0725 (7855820) - 0811361113

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur hanya bagi Allah SWT, atas irodahNya buku ini dapat diwujudkan sekalipun masih dalam isi dan bentuk sangat sederhana. Buku ini disusun dalam rangka menambah bahan bacaan bagi mahasiswa atau pembaca untuk memperluas pemahaman terkait Biosains yang dicoba dikaitkan dengan Al-Qur‟an dan Al-Hadis

Al-Qur‟an secara tersurat (ayat qouliyah) diantaranya menjelaskan berbagai fenoma alam dan alam kehidupan di bumi (ayat kauniyah). Ayat-ayat qouliah dan kauniyah ini yang kemudian banyak ditelaah oleh manusia menggunakan kemampuan ilmunya, sekalipun banyak yang tidak menyadarinya bahwa yang ditelaah itu sudah disebutkan dalam Al-Qur‟an. Buku ini disusun dalam rangka menyediakan bacaan dalam bentuk dan kemasan berbeda untuk menumbuhkan kesadaran bahwa Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang menjadi sumber ilmu. Banyak temuan sains yang ternyata sudah lama tertuliskan dalam Al- Quran maupun Al Hadist Bahan tulisan dalam buku ini dominan bersumberkan dari makalah-makalah ilmiah mahasiswa Pendidikan Biologi Program Pascasarjana tugas Mata Kuliah Biosains dalam Al-Qur‟an. Isi buku ini masih merupakan bagian dan langkah, insyaa Allah materi yang lain akan dimuat dalam buku berikuutnya. Diucapkan terima kasih kepada seluruh mahasiswa dan alumni yang sudah menempuh mata kuliah tersebut.

Kritik, saran, dan koreksi dari pembaca sangat diharapkan untuk revisi dan perbaikan isi buku ini. Buku berikutnya akan berisikan materi-materi yang lain.

(7)
(8)

DAFTAR ISI

BAB I. SEKILAS TENTANG METODE ILMIAH

A. Menelaah Asal Usul dan Batasan Ilmu Pengetahuan ... 5

B. Menganalisis Hubungan Al-Qur‟an dengan Biosains. ... 7

C. Mengidentifikasi Tujuan Menuntut Ilmu dalam Al-Qur‟an ... 8

D. Mengkritisi Antara Ilmu dan Agama ... 10

E. Menelaah Ciri-Ciri Metode Ilmiah, Serta Mengimplemen- tasikan dalam Mencari Kebenaran... 12

F. Membedakan Antara Nilai Ilmiah dengan Tidak Ilmiah ... 13

G. Contoh Nilai-Nilai Al-Qur‟an yang Ilmiah ... 15

BAB II. ASAL MULA KEHIDUPAN A. Awal Mula Kehidupan dalam Pandangan Sains dan Al-Qur‟an ... 24

B. Beragam Fenomena Alam dalam Pandangan Sains dan Al-Qur‟an ... 36

BAB III. ASAL USUL MANUSIA DAN PERKEMBANGANYA A. Asal Usul Manusia Menurut Pandangan Ilmu Pengetahuan dan Evolusi... 46

B. Asal Usul Manusia Menurut Al Qur‟an ... 47

C. Tahap Perkembangan Pertumbuhan Manusia dalam Pandangan Al Qur‟an. ... 51

D. Tahap Perkembangan Pertumbuhan Manusia dalam Pandangan Al Qur‟an. ... 60

E. Mengidentifikasi tahap perkembangan manusia Menurut Teori Evolusi. ... 70

(9)

DAFTAR GAMBAR

A. Gambar 1. Anthonic Van Leeuwenhock ...25

B. Gambar 2. Teori Abiogenesis ...26

C. Gambar 3. Percobaan Francesco Redi ...28

D. Gambar 4.Percobaan Lazzaro Spallanzani ...29

E. Gambar 5. Percobaan Louis Pasteur ...30

F. Gambar 6. Ilustrasi Ledakan BigBang...37

G. Gambar 7. Gerhana Matahari Total ...39

H. Gambar 8. Hujan Darah di Siberia ...41

I. Gambar 9. Hujan Meteor ...42

J. Gambar 10. Fusi Sel ...54

K. Gambar 11. Janin saat Menempel 3. Janin saat Tertanam di Rahim di ahim ...54

L. Gambar 12. Perkembangan Janin Minggu ke-1 ...63

M. Gambar 13. Perkembangan Janin Minggu ke-5 ...64

N. Gambar 14. Perkembangan Janin Minggu ke-6 ...65

O. Gambar 15. Perkembangan Janin Minggu ke-7 ...65

P. Gambar 16. Perkembangan Janin Minggu ke-8 ...66

Q. Gambar 17. Tahap-tahap evolusi manusia...70

R. Gambar 18. Australopithecus ...71

S. Gambar 19. Homo Habilis ...72

T. Gambar 20. Homo Erectus. ...73

U. Gambar 21. Homo Habilis. ...73

(10)

BAB I

SEKILAS TENTANG METODE ILMIAH

Pendahuluan

Ilmu lahir karena manusia dibekai Tuhan suatu sifat ingin tahu. Keingintahuan seorang terhadap permasalahan disekelilingnya dapat menjurus kepada keingintahua ilmiah (Hamid, 2011). Pengetahuan seorang tentang masih banyaknya hal yang belum diketahui akan mendorong orang yang bersangkutan untuk mencari tahu, akan mengembangkan kemampuan seorang dalam memahami yang di ketahuinya. Proses mencari tahu atau proses mengetahui pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat (Malamassam, 2019).

Rasa ingin tahu manusia terbukti karena terjadi suatu peristiwa baru di sekitar. Manusia selalu ingin mengetahui sebab dan akibat tentang terjadinya peristiwa tersebut. Rasa ingin tahu tersebut akan berdampak positif bagi berkembangnya suatu ilmu pengetahuan sehingga ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan oleh kehidupan manusia saat ini. Usaha untuk memahami lingkungan (memenuhi rasa ingin tahu seorang) manusia menggunakan berbagai cara agar rasa ingin tahunya dapat di sampaikan. Biasanya yang digunakan yaitu pengalaman, penalaran dan penelitian (Ardhan,1997).

Ilmu pengetahuan bukanlah hasil dari kesimpulan yang logis dari hasil pengamatan, namun merupakan kerangka konseptual atau teori yang memberikan tempat bagi pengajian dan pengujian secara

(11)

kritis oleh ahli-ahli dalam bidang yang sama, ilmu pengetahuan dapat diterima secara universal. Ilmu dengan demikian ilmu pengetahuan bukanlah kumpulan pengetahuan semesta alam atau kegiatan yang dapat dijadikan dasar bagi kegiatan yang lain, tetapi merupakan teori, prinsip, atau dalil yang berguna bagi pengembangan teori, prinsip atau dalil lebih lanjut, atau penelitian (Basuki, 2006).

Makna dan manfaat sesuatu ilmu pengetahuan akan sangat tergantung pada orang yang memahaminya (ilmuan), kemampuan orang yang bersangkutan untuk menggunakan ilmu pengetahuan tersebut, serta kemampuan dan kemauan untuk mengembangkan ilmu tersebut melalui penelitian yang berkelanjutan (Malamassam, 2009). Oleh karena itu perlu diketahui hakikat ilmu pengetahuan. Dengan dipahami ilmu pengetahuan (Ilmiah) maka akan mempermudah memahami penelitian tentang ilmu pengetahuan.

Metode ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol. Suapay suatu metode yang digunakan dalam penelitian tersebut metode ilmiah. Metode ilmiah dapat dikatakan pengajaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan logis. Karena dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta dengan menggunakan pendekatan kesaksian sistematis.

(12)

Al-Qur‟an surah Al-Alaq (1-5) yang berbunyi:

Artinya: “(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang

menciptakan. (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, (3) Bacalah, dari tuhanmu yang Maha Mulia, (4) Yang mengajar (manusia) dari pena (5) dan mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Tafsiran Surat:

Surat ini adalah yang pertama kali turun pada Rasul shallallahu

„alaihi wa sallam.Surat tersebut turun di awal-awal kenabian. Ketika

itu beliau tidak tahu tulis menulis dan tidak mengerti tentang iman. Lantas Jibril datang dengan membawa risalah atau wahyu. Lalu Jibril memerintahkan nabi untuk membacanya.Beliau shallallahu „alaihi wa sallam enggan. Beliau berkata, “Aku tidak bisa membaca.”(HR. Bukhari no. 3). Beliau terus mengatakan seperti itu sampai akhirnya beliau membacanya. Kemudian turunlah ayat, “Bacalah dengan

(menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan“. Yang dimaksud

menciptakan di sini adalah menciptakan makhluk secara umum. Tetapi yang dimaksudkan secara khusus di sini adalah manusia.

(13)

Manusia diciptakan dari segumpal darah sebagaimana disebut dalam ayat selanjutnya, “Dia telah menciptakan manusia dari segumpal

darah.”

Manusia bukan hanya dicipta, namun ia juga diperintah dan dilarang. Untuk menjelaskan perintah dan larangan ini diutuslah Rasul dan diturunkanlah Al Kitab (Al Qur‟an). Oleh karena itu, setelah menceritakan perintah untuk membaca disebutkan mengenai penciptaan manusia. Setelah itu, Allah memerintahkan, “Bacalah, dan

Rabbmulah Yang Maha Pemurah.”Disebutkan bahwa Allah memiliki

sifat pemurah yang luas dan karunianya yang besar pada makhluk-Nya. Di antara bentuk karunia Allah pada manusia kata Syaikh As Sa‟di rahimahullah adalah Dia mengajarkan ilmu pada manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat selanjutnya, “Yang mengajar

(manusia) dengan perantaran qolam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Kata Syaikh As Sa‟di rahimahullah, “Manusia dikeluarkan dari perut ibunya ketika lahir tidak mengetahui apa-apa. Lalu Allah menjadikan baginya penglihatan dan pendengaran serta hati sebagai jalan untuk mendapatkan ilmu.” (Taisiri Al Karimir Rahman, hal. 930). Allah mengajarkan pada manusia Al Qur‟an dan mengajarkan padanya hikmah, yaitu ilmu. Allah mengajarkannya dengan qolam (pena) yang bisa membuat ilmunya semakin lekat. Allah pun

mengutus Rasul supaya bisa menjelaskan pada

mereka. Alhamdulillah, atas berbagai nikmat ini yang sulit dibalas dan disyukuri.

(14)

A. Menelaah Asal Usul dan Batasan Ilmu Pengetahuan

Ilmu dalam berbagai cabang atau disiplin telah menarik perhatian para ilmuan muslim pada awal masa sejarahnya, mereka sangat menyadari bahwa tidak ada konsep ilmu yang lengkap tanpa mengacu pada cakupan pokok masalahnya. Alasan utama dari seluruh aktifitas intelektual ini, tampaknya untuk mempertahankan hirarki ilmu pengetahuan dengan penjelasan skop dan posisi tiap ilmu pengetahuan dalam skema secara keseluruhan. Pada awal abad ke 9 banyak upaya yang dilakukan para pemikir muslim, dari berbagai macam aliran, untuk mengklarifikasi dan mendeskripsikan ilmu pengetahuan ke dalam berbagai disiplin.

Tuhan sebagai asal usul ilmu muncul secara berulang-ulang dalam Al-Qur‟an lantaran semua ilmu berasal dari tuhan, maka semua harus mencari, mengimplementasikan, dan menyebarkan sesuai dengan ketentuannya. Itulah sebabnya mengapa islam secara tegas menentang ide pencarian ilmu saja. Sebaliknya, islam berpendapat bahwa pencarian tidak boleh bertentangan dengan perintah ilahi Rabbi. Sebab hal itu berseberangan dengan aspek ajaran islam yang paling mendasar, yaitu Tauhid.

Jelas yang telah diterangkan dalam surah Al-Alaq ayat 1-5, manusia awalnya belum mengetahui tentang sesuatu ilmu, Allah lah yang telah mengajarkan ilmu kepada manusia melalui utusan malaikatnya yaitu malaikat jibril yang menyampaikan kepada kekasihnya yaitu Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam. Dalam ayat lain Allah Subhanahu Wata‟ala juga menjelaskan dari mana

(15)

asal-ayat 164 yang artinya “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan

bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, maka dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Al-Baqarah 2:164)

Allah Subhanahu wa Ta‟ala mengingatkan akan kebesaran dan sekaligus memerintahkan agar akal kita digunakan sehingga kita menjadi orang-orang yang berpikir. Ketika kita melihat alam semesta, maka kita disitu berusaha mengambil faidah. Jangan sampai kalau kita melihat alam yang indah, jalan-jalan ke gunung, hanya sebatas menikmatinya saja. Kita hanya sebatas melihat keindahannya tapi tidak berusaha untuk memikirkan dan mengambil faidah dari itu semuanya.

Mengacu pada karakteristik yang dimilkinya,maka ilmu pengetahuan memilki batasan batasan tertentu. Kebenaran yang di peroleh dari ilmu pengetahuan terbatas pada kebenaran yang sifatnya rasional empiris. Secara rasional, ilmu meyusun ilmu pengetahuannya secara konsisten dan komulatif, sedangkan secara empiris,ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai dengan fakta atau tidak. (Nadiroh:150-151). Kebenaran yang diakui nalar, serta wujud konkretnya dapat di buktikan secara empiris. Adapun segala sesuatu yang berada di luar jangkauan akal, tidak termasuk ke dalam jangakauan ilmu pengetahuan. Sama dengan segala hal yang berada di

(16)

luar jangkauan daya tangkap indra manusia ,berada di luar jangkauan ilmu pengetahuan. Perangkat “alat” yang di perlukan untuk menangkap fenomenaalam, fakta realitas empiris, dan realitas metafisika antara lain adalah indra, naluri, akal, intuisi dan hati nurani. Ilmu pengetahuan membatasi ruang lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga oleh metode yang digunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara empirik

Semua perangkat imu pengetahuan memilki daya jangkau dengan kemampuan yang terbatas. Masalah mistik, alam ghaib sama sekali tidak dapat di jelaskan dengan “alat” tersebut. Selain itu ilmu pengetauhan juga hanya membataskan diri pada kewenangan dalam menentukan benar dan salah dalam suatu pernyataan. Dalam menentukan baik dan buruk, bagus dan cantik semua mengacu pada sumber moral dan kajian estetik. Sehubungan dengan batasan ilmu pengetahuan tersebut, Einstein mengatakan bahwa ” ilmu di mulai dari fakta dan di akhiri denga fakta apapun yang menjembatani keduanya”

B. Menganalisis Hubungan Al-Qur’an dengan Biosains.

Hubungan antara Al-Qur‟an dan sains ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Al-Qur‟an menghormati kedudukan ilmu dengan penghormatan yang tidak ditemukan bandingannya dalam kitab kitab suci yang lain. Al-Qur‟an memiliki beratus-ratus ayat yang menyebut tentang ilmu pengetahuan dan sains yang merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci Al-Qur‟an . Bahkan kata 'ilm dan turunannya (tidak termasuk al alam, al alamin, yang disebut 76 kali) disebut sebanyak 778 kali. Selain itu sains juga

(17)

dengan fakta setiap kali umat Islam melaksanakan ibadah memerlukan penentuan waktu yang tepat. Contohnya dalam melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan, pelaksanaan haji semuanya memiliki waktu tertentu dan untuk menentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi yang memang termasuk dalam sains.

Islam adalah agama yang mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan dan agama merupakan sesuatu yang saling berhubungan dan melengkapi. Al-Qur‟an merupakan sumber ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan merupakan sarana untuk mengaplikasikan segala sesuatu yang tertuang dalam ajaran Islam. Bukti bahwa Islam

merupakan agama yang menekankan pengembangan ilmu

pengetahuan adalah dengan ditemukan ratusan ayat yang membicarakan tentang petunjuk untuk memperhatikan bagaimana cara kerja alam dunia ini. Tidak kurang dari 750 ayat dari 6000-an ayat Al-Qur‟an memberikan gambaran kepada manusia untuk memperhatikan alam sekitarnya.

C. Mengidentifikasi Tujuan Menuntut Ilmu dalam Al-Qur’an

Nabi SAW Bersabda, “barang siapa yang menginginkan dunia maka ia akan mencapainya dengan ilmu, siapa saja yang meminta akhirat maka sebaiknya ia meraihnya dengan ilmu, dan siapa saja yang mengharapkan keduanya, maka ia harus memperolehnya dengan ilmu”. Hadist ini secara implisit maupun eksplisit mengungkapkan adanya kesatuan ilmu dalam islam. Pernyataan Al-Qur‟an sesungguhnya kehidupan akhirat itu lebih baik dari kehidupan dunia menunjukan hirarki, bukannya pemisahan. Dengan kata lain, pencarian salah satu di antaranya tidak mengorbankan yang lain,

(18)

sebab keduanya secara konseptual berhubungan satu sama lain secara holistik.

Salah satu aspek yang paling penting tentang Tuhan dalam Al-Qur‟an adalah meyakini tentang keesaanya, yang merupakan aspek paling funda mental dalam ajaran islam, yakni tauhid. Dalam islam, konsep ilmu tidak dapat dipisahkan dari konsep tentang Tuhan, sebab semua ilmu datang darinya mencakup seluruh aspek yang nampak maupun tersembunyi dan tidak ada sesuatu apapun di jagad raya ini yang tidak ketahuinya. Dalam pandangan Al-Qur‟an dasar interpretasi dari semua bentuk ilmu adalah tauhid, serta dikembangkan dalam bingkai dan spirit tauhid. Ilmu mestinya tidak dipisahkan dari sang pencipta tetapi harus selalu terkait erat denganNya agar dapat mencapai kebahagian serta keselamatan di dunia akhirat. Oleh karenanya, ilmu harus dapat membuat manusia beramal saleh.

Hendaklah seseorang mempelajari dan mendalami ilmu, ilmu agama khususnya dan ilmu dunia pada umumnya dengan niat yang ikhlas dan untuk menghilangkan kekurangan dan kebodohan pada dirinya. Allah SWT memberitahukan bahwa Dia mengeluakan kita dari perut ibu dalam keadaan bodoh. Allah berfirman ”Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.” (An Nahl: 78). Seorang penyair bertutur ”Ilmu mengangkat rumah yang tidak bertiang dan kebodohan merusak rumah yang kokoh dan tinggi.” Oleh karena itu hendaklah kita meluruskan niat dalam belajar sehingga Allah SWT berkenan untuk mengangkat derajat kita.

(19)

Seorang yang belajar agama atau menuntut ilmu, seharusnya tidak menjadikan ilmu hanya sebagai tujuan, namun ilmu merupakan wasilah atau sarana untuk beramal saleh baik dalam aqidah, ibadah, akhlak, adab atau muamalah. Seseorang yang memiliki ilmu seperti seseorang yang membawa senjata, karena hal itu bisa bermanfaat baginya atau justru bisa membahayakan dirinya. Nabi Muhammad SAW bersabda ”Al Qur‟an itu hujjah (argumen) bagimu atau atasmu.” [HR. Muslim]. Demikian ilmu tentang Al Qur‟an dan Assunnah adalah ilmu yang memiliki keutamaan yang agung, dimana pemiliknya beramal atasnya dengan pemahaman yang benar, sehingga Allah SWT mengangkat derajat dan memuliakannya. Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.“ (Al Mujadilah : 11).

Ilmu agama akan menaikkan derajat disisi manusia dan Allah, begitu juga ilmu dunia khususnya ilmu sains yang dari mempelajarinya seseorang dapat mengenali Tuhannya, mensyukuri segala nikmat yang telah dicurahkanNya dan sifat ilmu dunia yang bermanfaat untuk mendekatkan diri kepada Allah, ini adalah ilmu yang agung kedudukannya, misalnya mempelajari tentang astronomi, geografi dan anatomi serta fisiologi penciptaan manusia, dengan wasilah inilah manusia akan semakin mengenali Tuhannya yaitu Allah

Subhanahu wata‟ala.

D. Mengkritisi Antara Ilmu dan Agama

Agama itu bersumber dari Tuhan (melalui nabi dan kitab suci), kebenarannya bersifat mutlak dan abadi tapi privat dan subyektif, serta

(20)

basisnya adalah keyakinan (iman atau dogma). Agama tak mesti bisa diyakini dengan pengamatan, karena banyak hal ghaib (tak terindera). Sementara sains itu bersumber dari hasil pengamatan dan olah pikir manusia (melalui para ilmuwan dan penelitiannya), kebenarannya bersifat relatif dan sementara tapi universal dan obyektif, dan basisnya adalah pembuktian (baik secara empiris maupun logis). Sains tak bisa dipahami dengan keyakinan. Karena itu, memahami sains tidak bisa menggunakan prinsip dan konsep agama, dan juga sebaliknya. Walaupun demikian, agama dan sains tidak (harus) saling meniadakan, justru bisa saling melengkapi jika kita bisa memahami keduanya sesuai cara dan tujuannya masing-masing.

Nabi menyampaikan firman dan ajaran Tuhan, bukan bukti-bukti saintifik tentang alam semesta. Nabi mengajarkan moral dan ritual, bukan berat jenis maupun gravitasi. Kitab suci itu berisi catatan firman Tuhan, bukan referensi saintifik tentang bukti-bukti fenomena alam karena kitab suci bukan jurnal sains. Agama itu berbicara tentang Tuhan, tuntunan hidup, dan moral manusia, bukan (semata) tentang sains. Agama sering kali berbicara tentang alam dengan cara yg inspiratif, bukan teknis. Kitab suci tidak memberikan rumusan gaya gravitasi, atau hukum elektromagnetik, atau penjelasan rinci bagaimana alam semesta bekerja. Manusialah yg harus berusaha memahami alam semesta dengan akal-pikiran yg diberikan Tuhan. Itu sebabnya ilmuwan-ilmuwan jaman dahulu selalu mencari inspirasi dari kitab suci, kemudian dilanjutkan dengan pengamatan dan eksperimen untuk memahami secara detil cara alam bekerja karena kitab suci tidak menjelaskan sedetil itu.

(21)

F. Menelaah Ciri-Ciri Metode Ilmiah, Serta

Mengimplementasikan dalam Mencari Kebenaran

Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimilki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan pengukuran dan perhitungan yang cermat.

Dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode, yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikaji. Lebih jauh lagi Peter R, Senn mengemukakan metode merupakan suatu prosedur atau cara sesuatu, yang memepunyai langkah-langkah yang sistematis.

Ciri-ciri metode ilmiah sistem yang digunakan oleh para ilmuwan untuk mengeksplorasi data, menghasilkan dan menguji hipotesis, mengembangkan teori-teori baru dan mengkonfirmasi atau menolak hasil sebelumnya. Meskipun metode yang tepat digunakan dalam ilmu-ilmu yang berbeda bervariasi. Ada beberapa ciri-ciri metode ilmiah:

1. Bersifat ilmiah artinya penelitian bersifat rasional, di lakukan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan fakta yang diperoleh secara valid dan kebenarannya bersifat objektif. 2. Memberikan kontribusi artinya bahwa penelitian harus

mengandung kontribusi atau nilai tambah teknologi yang ada. 3. Analisis artinya bahwa suatu penelitian harus dapat di uraikan

atau di buktikan dengan hubungan sebab dan akibat antar variabel dengan menggunakan metode ilmiah.

(22)

4. Merupakan suatu proses yang berjalan secara terus menerus karena suatu hasil penelitian selalu dapat disempurnakan lagi dan hasil dari suatu penelitian dapat di lanjutkan oleh penelitian.

Perkembangan pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi karena didukung oleh penemuan-penemuan baru yang diawali dengan percobaan, baik lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kepedulian terhadap penelitian dan pengembangan. Setiap bidang ilmu pengetahuan telah memiliki kepedulian terhadap penelitian dan pengembangan, dengan metode pendekatan dan cara penelitian masing-masing. Penggunaan metodologi dengan cermat membuktikan kebenaran hipotesis, agar dapat dirumuskan teori atau proses gejala alam atau sosial (Wahono dalam Lasiyo, 2007).

F. Membedakan Antara Nilai Ilmiah dengan Tidak Ilmiah

Penelitian ilmiah adalah suatu kegiatan yang sistematik dan obyektif untuk mengkaji suatu masalah dalam usaha untuk mencapai suatu pengertian mengenai prinsip-prinsipnya yang mendasar dan berlaku umum (teori) mengenai masalah tersebut. Penelitian yang dilakukan, berpedoman pada berbagai informasi (yang terwujud sebagai teori-teori) yang telah dihasilkan dalam penelitian-penelitian terdahulu, dan tujuannya adalah untuk menambah atau menyempurnakan teori yang telah ada mengenai masalah yang menjadi sasaran kajian atau menemukan teori yang baru.

Berbeda dengan penelitian tidak ilmiah, penelitian ilmiah dilakukan dengan berlandaskan pada metode ilmiah. Metode ilmiah

(23)

adalah suatu kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Dalam sains dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan, eksperimen, generalisasi, dan verifikasi. Sedangkan dalam ilmu-ilmu sosial dan budaya, yang terbanyak dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan pengamatan; eksperimen, generalisasi, dan verifikasi juga dilakukan dalam kegiatan-kegiatan penelitian oleh para ahli dalam bidang-bidang ilmu-ilmu sosial dan pengetahuan budaya untuk memperoleh hasil-hasil penelitian tertentu sesuai dengan tujuan penelitiannya.

Metode ilmiah berlandaskan pada pemikiran bahwa pengetahuan itu terwujud melalui apa yang dialami oleh panca indera, khususnya melalui pengamatan dan pendengaran. Sehingga jika suatu pernyataan mengenai gejala-gejala itu harus diterima sebagai kebenaran, maka gejala-gejala itu harus dapat di verifikasi secara empirik. Jadi, setiap hukum atau rumus atau teori ilmiah haruslah dibuat berdasarkan atas adanya bukti-bukti empirik.

Sesuatu yang tidak ilmiah maka pendekatan masalah melalui intuitif coba-coba, dengan konsep teori yang ambigu dengan pernyataan yang berlebihan untu meyakinkan seseorang, hipotesis yang disusun tidak dapat dibuktikan dengan alat ukur yang tidak akurat dan tidak sesuai serta menyimpulkan hasil penelitian yang dihubungkan dengan kejadian-kejadian alam yang terkesan terburu-buru.

(24)

G. Contoh Nilai Al-Qur’an Yang Ilmiah

Fakta ilmiah yang tertuang dalam Al-Qur‟an dalam beberapa abad terakhir telah dibuktikan kebenarannya. Para ilmuan menemukan beberapa hasil penelitian yang ternyata telah tertulis dalam kitab suci umat muslim ini. Bagi umat muslim, Al-Qur‟an dianggap sebagai penyempurna bagi kitab-kitab sebelumnya. Salah satu keajaiban Al-Qur‟an adalah terpeliharanya keaslian isi. Al-Al-Qur‟an tidak berubah sedikitpun sejak pertama kali diturunkan pada malam 17 Ramadan (14 lebih abad yang lalu) hingga saat ini, dan bahkan sampai hari kiamat nanti.

Beberapa ilmuan menemukan fakta mencengangkan yang ternyata telah termaktub dalam Al-Qur‟an yang datang sebelum penelitian diadakan. Berikut 9 ayat Al-Qur‟an yang terbukti secara ilmiah:

1. Sungai di Bawah Laut

Definisi sungai sendiri adalah aliran air yang besar, memanjang, kemudian mengalir secara terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Namun melihat penelitian yang baru saja dilakukan oleh ilmuan Jacques-Yves Cousteau, pakar peneliti dunia bawah laut asal Mexico, sepertinya sungai perlu didefinisikan ulang. Penelitian yang ia tekuni menemukan bahwa terdapat sungai di dalam lautan. Jadi akan ada bagian dari lautan yang mempertemukan antara air tawar dan asin. Sungai bawah laut tersebut terjadi karena terdapat perbedaan tekanan lapisan air. Hal inilah yang telah

(25)

disampaikan Al-Qur‟an lewat surat Ar-Rahman ayat 19-20 dan surat Al-Furqan ayat 53 yang artinya: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”

2. Jasad Fir‟aun yang Masih Utuh

Fir‟aun merupakan gelar yang digunakan untuk para penguasa, pemimpin keagamaan dan pemimpin politik pada Mesir kuno. Pada tahun 1975 presiden Perancis menawarkan kepada kerajaan Mesir bantuan untuk meneliti, mempelajari dan menganalisis mumi Firaun, Ramsess II, yang sangat terkenal. Ramsess II diceritakan mati tenggelam dalam Laut Merah ketika mengejar Nabi Musa dan pengikutnya. Dipimpin oleh dokter Prof. Dr. Maurice Bucaille, penelitian ini berhasil menemukan fakta bahwa terdapat sisa-sisa garam yang masih melekat pada jasad mumi tersebut sebagai bukti besar bahwa Firaun mati akibat tenggelam di dalam laut. Selain itu diketahui juga perihal jasad yang dikeluarkan dari laut, dirawat, dan dijadikan mumi hingga dapat awet hingga sekarang. Al-Qur‟an yang datang beberapa dekade sebelum penelitian ini telah menjelaskan dalam surat Yunus ayat 92 yang artinya “Maka hari ini, Kami biarkan engkau (hai Firaun) terlepas dari badanmu (yang tidak bernyawa ditelan laut),

(26)

untuk menjadi tanda bagi orang-orang setelahmu (supaya mereka mengambil pelajaran). Dan (ingatlah) sesungguhnya kebanyakan manusia lengah terhadap tanda-tanda kekuasaan Kami!".

3. Sidik Jari

Sidik jari adalah adalah hasil reproduksi tapak/bekas pada sesuatu yang pernah tersentuh kulit telapak tangan atau kaki. Sidik jari manusia digunakan untuk keperluan identifikasi karena di dunia ini tidak ada manusia yang memiliki sidik jari yang persis sama. Seiring perkembangan zaman, sidik jari sudah di kembangkan ke arah security system yang berfungsi sebagai data keamanan. Pola sidik jari selalu ada dalam setiap tangan dan bersifat permanen. Itu berarti dari bayi hingga dewasa pola sidik jari tidak akan berubah sebagaimana garis tangan. Kekhasan sidik jari ini telah disampaikan Al-Qur‟an surat Al Qiyamah ayat 3-4 yang artinya “Apakah manusia mengira, bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?. Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.”

4. Segala Sesuatu Diciptakan Berpasangan

Orang muslim pasti pernah mendengar arti dari surat QS Adz-Zaariyat ayat 49: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.” Menurut ayat ini, Allah telah menciptakan segala

(27)

sesuatunya secara berpasangan, termasuk berbagai partikel yang ada di bumi. Seorang ilmuwan asal Inggris, Paul Dirac, berhasil melakukan penelitian yang membuktikan bahwa materi diciptakan secara berpasangan (terdapat proton dan neutron dalam elektron). Penemuannya dinamakan „Parite. Dia memperoleh Nobel di bidang fisika pada tahun 1933 karena penemuannya itu.

5. Tumbuhan yang Bertasbih

Sebuah majalah sains terkenal, Journal of Plant Molecular Biologies, mengungkapkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh tim ilmuwan asal Amerika Serikat tentang suara ulstrasonik yang berasal dari tumbuhan. Penelitian yang dipimpin oleh Prof. William Brown ini kemudian merekam dan menyimpan suara ultrasonik dari tumbuhan dan mengubahnya menjadi gelombang elektrik optik yang dapat ditampilkan ke layar monitor dalam bentuk rangkaian garis. Yang mengejutkan adalah, garis-garis tersebut membentuk lafadz Allah yang kemudian diketahui sebagai kalimat tasbih. Al-Qur‟an tentu saja telah menjelaskan fenomena ini dalam surat Al-Israa‟ ayat 44 yang artinya “Dan tak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”

(28)

6. Fenomena Hujan Darah

Pada tahun 2008, hujan berwarna merah yang dipastikan oleh bakteriolog setempat sebagai darah jatuh pada sebuah komunitas kecil di La Sierra, Choco, Kolombia. Sebagian sampel diambil dan analisis, dan hasilnya menunjukkan bahwa air itu darah. Qur‟an surat Al-A‟raf ayat 133 telah memperingatkan kejadian ini: “Maka Kami kirimkan kepada mereka angin topan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.”

7. Ledakan Big Bang

Big bang merupakan sebuah peristiwa yang menyebabkan pembentukan alam semesta yang didasarkan pada kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta. Berdasarkan permodelan ledakan ini, alam semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang secara terus menerus hingga hari ini. Diantara teori penciptaan alam semesta yang lain, teori ini telah memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat yang didukung oleh metode ilmiah beserta pengamatan. Begitulah yang juga disampaikan Qur‟an dalam surat Al-Anbiya' ayat 30: "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.”

(29)

8. Bahtera Kapal Nuh

Cerita tentang kehebatan kapal Nabi Nuh yang terdampat setelah banjir bandang sudah diwariskan dalam Al-Qur‟an Hud ayat 44 yang artinya “Hai bumi tahanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,” dan airpun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi (tempat yang tinggi), dan dikatakan: “Binasalah orang-orang yang zalim”. Setelah selang dekade berlalu, sejumlah peneliti menemukan bukti-bukti valid tentang keberadaan kapal Nuh tersebut. Melalui penelitian selama beratus-ratus tahun dan mengamati hasil foto satelit, salah satu situs yang dipercaya sebagai jejak peninggalan kapal tersebut terletak di pegunungan Ararat, Turki, yang berdekatan dengan perbatasan Iran. Pemerintah Turki mengklaim 3500 tahun kemudian bangkai kapal tersebut ditemukan pada 11 Agustus 1979 di wilayahnya.

9. Segala yang Hidup Berasal Dari Air

Air adalah salah satu komponen pembentuk kehidupan, apabila ada cadangan air disuatu tempat, dipastikan ada kehidupan di dalamnya. Kemudian ternyata benar bahwa segala yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel satu pasti mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu indikasi adanya kehidupan. Tanpa air, mustahil ada kehidupan. Surat Al- Anbiya menjelaskannya di ayat 30: “…dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup… “

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Ardhan, Wayan. 1987. Bacaan Pilihan dalam Metode Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal.

Basuki, Heru. 2006. Penelitian Kalitatif untuk Ilmu-Ilmu Kemanusiaan dan Budaya. Jakarta : Universitas Gunadarma.

Hamid, Sudihati. 2011. Modul Ilmu dan Penelitian Ilmu. Padang :Poltekes Padang.

Lasiyo, 2007. Filsafat Ilmu Pengetahuan, Handout Kuliah Filsafat

Ilmu. Yogyakarta:Pragram Sarjana Universitas Airlangga.

Malamassam, Daud. 2009. Modul Pembelajaran Mata Kuliah

Metodologi Penelitian. Makasar: Universitas Hasanudin.

Masruri, Hadi. 2012. Filsafat Sains Dalam Al-Quran: Melacak Kerangka Dasar Integrasi Ilmu dan agama. Jurnal. Vol 1 No

2. Uin Malang.

Nadiroh. 2009. Ilmu Pengetahuan dan Islam. Jakarta: Erlangga.

Tuasikal, Muhammad. 2019. Menuntut ilmu. Online via

www.Rumaysho.com.

Qomar, Mujamil. 2005. Epistemologi Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Erlangga.

(31)
(32)

BAB II

ASAL MULA KEHIDUPAN Pendahuluan

Ayat Al-Qur‟an yang berhubungan dengan materi:

Artinya: “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untukkamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu”. (Q.S. Al-Baqarah:9)

Pembahasan tentang asal usul kehidupan selalu menjadi menarik untuk dibahas baik itu dari segi ilmu pengetahuan maupun dari sisi agama, kalangan ilmu pengetahuan sejak jaman dahulu telah membahas bagaimana asal usul kehidupan di bumi sebenarnya.

Di mana telah kita ketahui bahwa zaman modern ini makhluk hidup khususnya manusia telah mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan alam. Akan tetapi pada tahap pembelajarannya manusia selalu mendapatkan masalah dan perbedaan pendapat mengenai sesuatu yang ditelitinya dalam hal ini adalah meneliti asal usul kehidupan yang sudah menjadi permasalahan dari sejak berabad-abad tahun yang lalu sampai sekarang, hingga bermunculannya teori-teori tentang awal kehidupan itu sendiri. Walaupun teori baru itu nampaknya lebih hebat dan rasional, namun ternyata masih belum mampu menjabarkan “misteri” hidup itu sendiri. Karena teori tersebut

(33)

tidak dapat memberikan jawaban atas pertanyaan tentang dari manakah asal-usul hidup yang pertama kali dan banyaknya spekulasi tentang fenomena-fenomena alam yang bermunculan karena itulah orang menjadi bingung.

Maka dari itu pada pembahasan kali ini akan membahas mengenai awal mula kehidupan di bumi baik dalam perspektif sains dan Al-Qur‟an.

A. Awal Mula Kehidupan dalam Pandangan Sains dan Al-Qur’an

Asal mula kehidupan adalah salah satu hal yang paling banyak dipertentangkan secara sudut pandang, yaitu sudut pandang sains (ilmu pengetahuan modern, penelitian terbaru), dan sudut pandang Al-Qur‟an.

1. Sudut Pandang Sains

a. Ilmu Pengetahuan Modern

Ilmu pengetahuan modern mempunyai beberapa hipotesis ataupun teori tentang asal mula kehidupan di bumi ini, antara lain:

1) Teori Abiogenesis

Sebelum abad ke-17 orang beranggapan bahwa makhluk hidup terbentuk secara spontan. Teori abiogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda tidak hidup atau makhluk hidup ada dengan sendirinya. Teori ini dikenal teori Generatio Spontanea.

Paham abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman yunani kuno (ratusan tahun sebelum masehi) hingga pertengahan abad ke-17, di mana Anthonic

(34)

Van Leeuwenhock menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk mengamati makhluk-makhluk aneh yang amat kecil yang terdapat pada setetes air rendaman jerami. Oleh para pendukung paham abiogenesis, hasil pengamatan Anthonic Van Leeuwenhock ini seolah-olah memperkuat pendapat mereka tentang abiogenesis. Hasil pengamatan Anthonic ditulisnya dalam sebuah catatan ilmiah yang diberi judul “Living in a drop of water”.

Gambar 1. Anthonic Van Leeuwenhock Sumber : www.infolengkap.net

a) Teori Abiogenesis Klasik

Tokoh pencetus teori ini yaitu Aristoteles dan Jhon Nedham, pada percobaan Aristoteles, tanah yang direndam air akan muncul cacing dan larva lalat berasal dari daging busuk. Pada percobaan Nedham kaldu direbus dalam wadah selama beberapa menit, setelah itu wadah ditutup menggunakan gabus. Setelah beberapa hari, terdapat bakteri dalam kaldu tersebut. Nedham berpendapat bahwa bakteri berasal dari kaldu.

(35)

Gambar 2. Teori Abiogenesis Sumber : www.infolengkap.net

b) Teori Abiogenesis Modern/Evolusi Kimia

Teori ini dicetuskan oleh Alexander Oparin dan Haldane, Menurut mereka pada mulanya atmosfer bumi purba terdiri atas metana, ammonia, air dan gas hydrogen. Dengan adanya energy alam (Halilintat dan sinar kosmis) gas-gas itu berubah menjadi molekul organic sederhana jenis subtansiasam amino. Selama berjuta-juta tahun, senyawa organic itu terakumulasi di cekungan perairan membentuk premodial shop (campuran materi di lautan panas). Premodial shop lalu membentuk monomer, monomer membentuk polymer, polymer membentuk protobion (bentuk awal sel).

(36)

Pendapat Alexander Oparin didukung oleh Harold Urey dan Stankey Miller, Harold Urey dan Stanley Miller melakukan percobaan untuk membuktikan kebenaran teori Oparin dan Haldane.

Kedua teori ini memiliki perbedaan, salah satu perbedaan yang paling mendasar adalah abiogenesis modern merupakan penjelasan mengenai asal usul fenomena kehidupan sementara abiogenesis klasik yang diutarakan oleh Aristoteles menjelaskan bagaimana sebagian hewan/tumbuhan tertentu (tampak) secara rutin muncul tanpa melaui reproduksi. Perbedaan lainya adalah segi mekanisme abiogenesis modern didasarkan pada pengetahuan biokimia modern sementara abiogenesis klasik didasarkan pada konsep-konsep klasik seperti prinsip material prinsip gerakan dan prinsip ruh. Ketidakterbuktiannya abiogenesis klasik sekarang sudah tidak controversial lagi di kalangan biologiawan professional, sementara abiogenesis modern merupakan bidang riset yang masih aktif.

2) Teori Biogenesis

Teori biogenesis menyatakan bahwaa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya. Teori biogenesis merupakan lawan dari teori abiogenesis. Para ilmuwan yang mendukung teori biogenesis adalah Francesco Redi (1626-1697), Abbe Lazzaro Spallanzani (1729-1799), dan Louis

(37)

Pasteur (1822-1895). Ketiga ilmuwan ini melakukan percobaan dan membutikan teori biogenesis.

a) Percobaan Francesco Redi

Francesco Redi adalah orang pertama yang melakukan percobaan untuk menentang teori abiogenesis. Redi melakukan percobaan dengan menggunakan daging segar dan stoples.

Redi berhasil membuktikan bahwa ulat pada daging berasal dari telur lalat, dia menyimpulkan bahwa kehidupan berasal dari telur atau omne vivum ex ovo.

Gambar 3. Percobaan Francesco Redi Sumber : www.infolengkap.net

b) Percobaan Lazzaro Spallanzani

Pada percobaan Spanllanzani, digunakan air rebusan dari daging atau air kaldu.

Lazzaro membuktikan bahwa jasad renik yang mencemari kaldu dapat membusukkan kaldu. Bila kaldu didihkan kemudian ditutup rapat maka pembusukkan tidak akan terjadi. Dia menyimpulkan bahwa telur berasal dari jasad hidup atau omne ovum ex vivo.

(38)

Gambar 4.Percobaan Lazzaro Spallanzani Sumber : www.infolengkap.net

c) Percobaan Louis Pasteur

Louis Pasteur adalah seorang ahli biokimia dari perancis yang berasil menumbangkan teori abiogenesis. Hasil percobaannya tidak dapat disanggah lagi oleh pendukung teori abiogenesis. Percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur ini sebenarnya penyempurnaan dari percobaan yang dilakukan oleh Spallanzani. Pasteur memnggunakan labu berleher seperti angsa dalam percobaanya. Labu berleher seperti angsa ini diisi dengan air kaldu. Fungsi dari labu leher angsa ini adalah agar hubungan antara labu dan udara luar masih ada, artinya masih terdapat oksigen. Dia berkesimpulan harus ada kehidupan sebelumnya agar timbul kehidupan baru atau omne vivum ex vivo.

(39)

Gambar 5. Percobaan Louis Pasteur Sumber : www.infolengkap.net

b. Penelitian Terbaru

Mike Russel peneliti Jet Propultsion Laboratory Badan Penerbangan dan Nasional Amerika Serikat (NASA), dalam tiga makalah ilmiah yang ikut ditulisnya. Menguraikan bahwa kehidupan bermula dari ventilasi hidrotermal di dasar laut. Dalam dua makalah ilmiah di jurnal Philosophical Transactions of the Royal Society B. Russel menjelaskan

bahwa pada awalnya, cairan alkali di ventilasi hidrotermal dan air laut purba saling berinteraksi.

Interaksi cairan alkali yang mengandung hydrogen dan metana serta air laut purba yang mengandung karbon dioksida, kemungkinan menghasilkan asetat, senyawa sejenis cuka. Asetat inilah yang kemudian berkembang menjadi basis kehidupan.

Makhluk hidup kini tersusun atas senyawa organic, seperti karbohidrat, protein dan sebagainya. Russel menguraikan bahwa katalis yang membentuk molekul organic

(40)

dan hidrokarbon bias terbentuk dari molekul anorganik. Sementara itu, makalah ilmiah yang dipublikasikan di

Biochimica Acta menguraikan kemirioan antara enzim kehidupan purba dan mineral yang mengendap di ventilasi hidrotermal. Menurut Russel, fakta itu menunjukan bahwa terciptanya kehidupan tidak membutuhkan terciptanya katalis terlebih dahulu.

Russel menguraikan di situs web NASA mengenai risetnya bahwa pada alkali di sumber panas dasar laut menentukan apa yang kita percaya sebagai cara paling mungkin berawalnya kehidupan di Bumi dan energy yang menyuplainya.

2. Sudut Pandang Al-Qur‟an

Dari penelitian-penelitian yang telah disebutkan seperti di atas, belum ada kesimpulan yang dapat diambil. Dan belum terjamin kebenarannya. Ada satu teori yang mungkin dapat dijadikan pegangan untuk kita semua, yakni menurut Al-Qur‟an. Seperti yang diketahui di dalam Al-Qur‟an merupakan kebenaran yang datangnya langsung dari Allah SWT. sang pencipta Yang Maha Esa. Penciptaan alam semesta beserta isinya memang mengandung makna yang dalam.

Allah SWT. sebagai sang pencipta, menciptakan jagat raya ini tidak langsung berbentuk dan langsung bias di tempati akan tetapi melalui tahapan dan jangka waktu. Bukan karena Allah tidak mampu untuk melakukannya akan tetapi manusia diajarkan untuk berpikir bagaimana proses terjadinya bumi dan langit, hingga diantara dari ratusan milyar planet hanya bumi yang bias tempati untuk makhluk hidup.

(41)

Menurut firman Allah SWT. dalam beberapa ayat-Nya yang menjelaskan bahwa penciptaan langit dan bumi beserta isinya adalah 6 masa. Seperti ayat berikut:

Artinya” Dan sesungguhnya telah kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan”. (Q.S. Qaf: 38)

Merujuk dari Al-Qur‟an Surat An-Naziat ayat 27-33, mengungkapkan bahwa Keenam masa bermakna 6 proses evolutif sejak penciptaan alam semesta pertama kali sampai penciptaan manusia, seperti sebagai berikut:

a. Masa pertama

Artinya: “Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dibangun-Nya?” (Q.S.An-Nazi‟at : 27)

Berdasarkan ayat di atas menjelaskan tentang penciptaan alam semesta dengan peristiwa bigbang, yakni ledakan besar sebagai awal lahirnya ruang dan waktu termasuk materi. Untuk memperkuat tentang penciptaan masa pertama merupakan peristiwa bigbang ini, terdapat di surat Al-Anbiya ayat 30, sebagai berikut:

(42)

Artinya: “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiadaa juga beriman?

b. Masa kedua

Artinya: “Dia telah meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya” (Q.S.An-Nazi‟at : 28)

Berdasarkan ayat di atas menjelaskan tentang proses pengembangan alam emesta sehingga benda-benda langit semakin berjauhan, dan dalam bahasa awam langit semakin tinggi, serta menyempurnakannya yang berarti pembentukan benda langit bukanlah proses sekali jadi tetapi proses evolutif yang secara bertahap.

c. Masa ketiga

Artinya: “Dan dia menjadikan malamnya (gelap gulita) dan menjadikan siangnya (terang benderang)” (Q.S. An-Nazi‟at : 29)

(43)

Berdasarkan ayat di atas menjelaskan khusus tentang tatasurya, yang juga berlaku pada bintang-bintang lain. Masa ini adalah masa penciptaan matahari yang bersinar, bumi dan planet-planet lain yang berotasi sehingga ada fenomena malam dan siang.

d. Masa keempat

Artinya: “Dan setelah itu bumi Dia hamparkan”. (Q.S.An-Nazi‟at : 30)

Berdasarkan ayat di atas menjelaskan tentang setelah bulan terbentuk dari lontaran kulit bumi karena tumbukan benda langit lainya, lempeng benua besar kemudian dihamparkan yang menjadikan benua-benua mulai terpisah. Bumi mulai dihamparkan dalam ayat tersebut bermakna lempeng benua yang bergeser sedikit demi sedikit dalam waktu yang lama.

e. Masa kelima

Artinya: “Darinya Dia pancarkan mata air, dan

(ditumbuhkan) tumbuh-tumbuhan-Nya”.

(Q.S.An-Nazi‟at : 31)

Berdasarkan ayat di atas menjelaskan tentang awal penciptaan kehidupan di bumi mungkin juga di planet lain dengan menyediakan air. Proses pemanasan dan penguapan awan lalu hujan yang menyebabkan siklus hidrologi akhirnya

(44)

memancarkan mata air. Al-Qur‟an tidak mejelaskan proses awalnya tetapi hanya menguraikan proses hidrologis yang dikaitkan dengan proses awal kehidupan yaitu menumbuhkan tumbuhan. Sebagai makhluk hidup pertama tumbuh-tumbuhan. Kehidupan diperkirakan bermula dari laut yang hangat, di dalam Al-Qur‟an surah Al-Anbiya ayat 30 yang menyebutkan semua makhluk hidup berawal dari air.

Artinya: “ Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiadaa juga beriman? Lahirnya kehidupan di bumi dimulai dari makhluk bersel tunggal dan tumbuh-tumbuhan yang menarik proses lahirnya kehidupan yang dimulai dari tumbuh-tumbuhan terkait dengan scenario Allah menyiapkan kehidupan di bumi. Hadirnya tumbuhan dan proses fotosintesis menyebabkan atmosfer mulai terisi dengan oksigen bebas. Adanya oksigen diperlukan oleh sebagian besar makhluk hidup bergerak yakni binatang dan manusia.

(45)

f. Masa keenam

Artinya: “Dan gunung-gunung, Dia pancangkan dengan teguh. (Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu”. (Q.S. An-Nazi‟at : 32-33)

Masa keenam ini menceritakan lahirnya binatang dan manusia setelah adanya prasyarat yg utama yaitu adanya air dan oksigen terpenuhi. Proses geologis akibat pergeseran lempeng benua yang memunculkan gunung-gunung juga merupakan persiapan fisik yang memberikan keseimbangan dari gerakan bumi untuk kepentingan kehidupan manusia sebagai khalifah di bumi.

Masa terakhir dalam penciptaan alam semesta inilah manusia sudah bisa hidup di bumi, karena prasyarat kebutuhan utama agar manusia dapat bertahan hidup, seperti oksigen, air, makanan yang bisa di dapatkan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan sudah terpenuhi.

B. Beragam Fenomena Alam dalam Pandangan Sains dan Al-Qur’an

Beragamnya fenomena alam di jagat raya ini sebagian membuat kita terheran-heran bagaimana hal itu bisa terjadi. Berikut beberapa fenomena alam dalam pandangan sains dan dalam pandangan Al-Qur‟an.

(46)

1. Fenomena Ledakan Big Bang

Ledakan Bigbang bukan lagi fenomena yang asing ditelinga kita, Bigbang merupakan suatu peristiwa yang menjadi awal mula proses pembentukan alam semesta yang didasarkan dari kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta.

Gambar 6. Ilustrasi Ledakan BigBang Sumber : www.zakapedia.com

Teori menyebutkan bahwa awalnya ledakan bigbang ini karena alam semesta dalam keadaan panas dan padat, yang mengembang secara terus menerus. Firman Allah SWT. Di dalam Al-Qur‟an pun telah menyebutkan di surat Al-Anbiya ayat 30:

Artinya: “ Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiadaa juga beriman?

(47)

Peristiwa ledakan bigbang ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT. di dalam ssurat Fusihlat ayat 11-12, seperti berikut:

Artinya: “ Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap,mlalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawaab: “ Kami dating dengan suka hati”. (11) Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dari Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha perkasa lagi Maha mengetahui” (12). 2. Fenomena Gerhana Matahari Total

Fenomena gerhana sering sekali terjadi baik gerhana bulan maupun matahari. Tepat 9 maret 2016 lalu Indonesia mengalami gerhana matahari total. Pada saat itu Indonesia dilewati jejak gerhana matahari total sampai 12 Provinisi di Indonesia.Gerhana matahari terjadi karena sinar matahari pada siang hari terhalang oleh bulan sehingga keadaaan yang terang berangsur-angsur

(48)

menjadi gelap seperti menjelang malam, sehingga bayangan bulan mengenai sedikit bagian permukaan bumi. Karena ukuran bulan yang lebih kecil, maka hanya sedikit saja permukaan bumi yang mengalami kegelapan.

Gambar 7. Gerhana Matahari Total Sumber : www.zakapedia.com

Peristiwa gerhana matahari total (GMT) ini menurut teori hanya akan tampak di sebuah jalur kecil di permukaan bumi, atau di sebagian wilayah saja, dan biasanya diakhiri dengan gerhana matahari sebagian. Peristiwa gerhana ini juga disebutkan di dalam AL-Qur‟an secara tersirat dalam surat Ibrahim ayat 33, seperti sebagai berikut:

Artinya : “ Dan Dia (Allah) telah menundukan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam

(49)

orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang).

Hanya Allah saja yang bias berkomunikasi dengan keduanya, gerhana adalah fenomena yang hanya dialami oleh matahari dan bulan, sebagai tanda keduanya tetap tunduk/sujud dengan apa yang Allah amanatkan. Fenomena inilah yang dapat dilihat oleh manusia baik menggunakan mata telanjang ataupun dengan bantuan alat seperti teleskop, di mana keduanya masih beredar pada garis edarnya sesuai dengan perintah Allah.

3. Fenomena Hujan Darah

Hujan berwarna merah atau hujan darah lebih umum dari pada yang dikira. Menurut para ilmuwan di NASA Earth Observatory, catatan terkait fenomena tersebut bias ditelusuri setidaknya sejak tahun 191 sebelum masehi. Saat itu, hujan berwarna merah memicu hysteria di Senat Romawi Kuno.

Bahkan hingga kini, fenomena ini juga terjadi di Siberia tahun 2018, menurut NASA sebagian besar insiden hujan merah berasal dari debu berwarna di gunung sahara, yang dapat terbawa keeropa dan laut tengah oleh angin kencang. Kadang-kadang kepulan debu tersebut tertiup di bawah awan badai, bercampur dengan hujan yang turun, dan sampai ke tanah dengan rona berkarat samar. Menurut NASA, partikel debu yang berbeda menghasilkan warna hujan yang berbeda, yang hanya terjadi ketika ada banyak senyawa oksida besi (iron oxide) yang mengambang di tengah-tengah debu di udara dan turun bersama air yang tumpah dari langit.

(50)

Gambar 8. Hujan Darah di Siberia Sumber : m.liputan6.com

Sebelumnya pada tahun 2008 di sebuah komunitas kecil di La Siera, Choco, Kolombia. hujan berwarna yang dipastikan oleh bakteriolog setempat sebagian darah jatuh. Sebagian sample yang di ambil untuk dianalisis hasilnya menunjukan bahwa itu adalah darah. Di dalam Al-Qur‟an surat Al-A‟raf ayat 133 Sesungguhnya Allah SWT. telah memperingatkan akan adanya peristiwa ini.

Artinya: “Maka kami kirimkan kepada mereka angin topan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa”.

(51)

4. Fenomena Hujan Meteor

Hujan meteor merupakan fenomena yang terjadi setiap tahun, menurut para ilmuwan di Planetarium Abrams, hujan meteor memang benar-benar terjadi beberapa kali sepanjang tahun. Menurut para ilmuwan hujan meteor merupakan peristiwa yang terjadi ketika bumi melewati puing-puing yang ditinggalkan oleh komet yang melewati orbit beberapa kali. Kemudian, mengambil partikel kecil seperti debu yang tersisa dari komet jatuh melewati atmosfer dan terbakar ketika jatuh kebumi, cahaya itulah yang biasa disebut hujan meteor.

Gambar 9. Hujan Meteor Sumber : www.zakapedia.com

Astronom juga mengklaim bahwa hujan meteor tahunan terjadi ketika puing-puing yang ditinggalkan oleh komet “swift tuttle” dan memiliki 133 tahun orbit. Hujan meteor juga Allah tuliskan secara tersirat

(52)

Artinya : “Sesungguhnya kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala”

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Burhanudin, N. 2009.Al-Qur‟an Tajwid &Terjemahan. Surakarta: Ziyad Books.

Hanggoro, Wido. 2011. Pengaruh Intensitas Radiasi Saat Gerhana Matahari Cincin Terhadap Beberapa Parameter Cuaca. Jurnal

Meteorologi dan Geofisika Vol. 12. No. 2. September 2011.

Info lengkap. 2014. Teori-Teori Asal Usul Kehidupan di Bumi. (online) http://www.infolengkap.net/2014/12/.teori-teori-asal-usul-kehidupan-di bumi-html. Diakses 17 September

2019 pukul 08.30 WIB.

Liputan6. 2016. Fenomena Hujan Darah (online)

http://www.google.com/

amp/s/m.liputan6.com/amp/25300767/Fenomena-hujan-darah?espv=1 .Diakses 17 September 2019 pukul 23.11

WIB.

Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Sains Berbasis Al-Qur‟an. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Thayyarah, Nadiah. 2014. Buku Pintar Sains Dalam Al-Qur‟an. Jakarta : Zaman.

Zakapedia. 2014. Macam-Macam Fenomena Alam (online)

http://www.zakapedia.com/2014/10/ macam-macam-fenomena-alam. Diakses 18 Septemberi 2019 pukul 23.00

(54)

BAB III

ASAL USUL MANUSIA DAN PERKEMBANGANYA

Pendahualuan

Bahasan mengenai asal-usul manusia erat kaitannya dengan asal-usul kehidupan sebab manusia itu sendiri merupakan makhluk hidup. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan juga tentunya mengalami perkembangan, tidak terkecuali dengan pengetahuan dan teori-teori mengenai asal-usul manusia. Teori yang sangat dikenal dalam bahasan ini adalah teori evolusi, yang mana teori ini mengungkapkan bahwa makhluk hidup (manusia) berasal dari makhluk hidup yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana, kemudian mengalami evolusi dan menjadi manusia dengan kemampuan yang luar biasa seperti sekarang ini. Setelah adanya teori evolusi, banyak bermunculan teori-teori baru yang melengkapi teori tersebut, namun tidak jarang pula teori yang bertolak belakang dengan teori evolusi.

Sebagai seorang muslim yang berpedoman pada kitab suci Al Qur‟an kita juga harus menelaah asal-usul manusia sebagaimana yang dijelaskan di dalam Al Qur‟an, diantaranya adalah ayat yang menyatakan bahwa Adam adalah manusia pertama (Q.S. Ali Imran:59), manusia berasal dari tanah kering atau lumpur hitam (Q.S. Al Hijr:28), kemudian ayat yang menyatakan manusia berasal dari tanah liat (Q.S. Ashshafat:11), berasal dari sari pati tanah (Q.S. Shad:71). Tentunya ayat-ayat yang menyatakan tentang asal-usul manusia tersebut sangatlah bertentangan dengan teori evolusi yang mengatakan bahwa leluhur manusia adalah kera. Bahasan ini jikalau

(55)

dilihat dari sisi teori evolusi dan dari Al Qur‟an, bagaikan dua sisi koin yang sangat bertentangan dan bisa menimbulkan perdebatan. Berikutnya dibahas bagaimana pandangan ilmu pengetahuan dan Al Qur‟an menelaah tentang asal usul manusia serta mengidentifikasi tahap perkembangan pertumbuhan manusia, baik dari segi embriologi maupun teori evolusi.

A. Asal Usul Manusia Menurut Pandangan Ilmu Pengetahuan dan Evolusi

Bahasan mengenai asal-usul adanya manusia diawali dengan teori asal-usul kehidupan karena manusia adalah makhluk hidup. Teori pertama yang membahas asal-usul kehidupan ialah teori

Abiogenesis atau Generasio Spontanea yang dikemukakan oleh

Aristoteles (384-322M). Teori ini menyatakan bahwa semua yang hidup muncul secara terus menerus dari yang mati atau materi. Namun teori tersebut menimbulkan keraguan pada Lazardo Spanlazani, Frencesco Redi (dari Itali) dan Louise Pasteur (dari Perancis), yang berhasil membuktikan bahwa makhluk hidup tidak dari materi yang mati, maka dari itu, pada tahun 1860 telah muncul teori baru yang menyatakan bahwa semua makhluk yang hidup berasal dari yang hidup sebelumnya (omne vivum ex vivo).

Setelah itu, munculnya teori evolusi dari Charles Darwin (1809-1882), pada hakikatnya merupakan kelanjutan dari teori “omne

vivum ex vivo”. Menurut Charles Robert Darwin pada tahun

1809-1882 bahwa hewan, tumbuhan, dan juga manusia merupakan hasil perubahan evolusi dari makhluk hidup yang sangat sederhana pada awal kehidupan di bumi, yang secara perlahan-lahan melalui proses

(56)

penurunan dengan modifikasi yang akhirnya berkembang menjadi spesies organisme di muka bumi ini, termasuk di dalamnya adalah kejadian manusia.

Menurut teori evolusi Darwin khususnya tentang kejadian manusia menyatakan bahwa manusia adalah hewan atau binatang yang lebih maju dibandingkan hewan atau spesies lain. Pada tahun 1859 Darwin menerbitkan bukunya yang berjudul On the Origin of

Species by Natural Selection salah satu buku yang sangat berpengaruh

di abad ke-19. Di dalam buku itu dia mengemukakan “… a theory of

descent with modification through variation and natural selection”

(teori keturunan dengan modifikasi melalui variasi dan seleksi alam). Mekanisme evolusi dilaksanakan melalui seleksi alam oleh peristiwa mutasi gen yang terjadi secara acak dan tidak terduga pada tingkat suatu populasi.

Teori Darwin mengatakan tumbuhan dan hewan yang ada dan pernah ada berkembang dari beberapa atau bahkan satu-satu bentuk yang sangat sederhana melalui proses penurunan dengan modifikasi melalui seleksi alam. Sama halnya dengan manusia, manusia modern berevolusi dari sejenis makhluk yang mirip kera.

B. Asal Usul Manusia Menurut Al Qur’an

Al-Qur‟an menyebutkan tentang asal mula penciptaan manusia menggunakan beberapa lafadz yang berbeda. Penggunaan lafadz yang berbeda tersebut pada dasarnya merupakan suatu tahapan penciptaan menuju kesempurnaan. Diantara lafadz-lafadz yang sering digunakan Al-Qur‟an dalam mengungkapkan asal mula penciptaan

(57)

1. Turab (tanah), para mufassir dalam memaparkan turab dengan kata tanah sekalipun dalam kamus diartikan dengan kata debu atau serbuk tanah yaitu sesuatu yang berukuran sangat kecil. Turab adalah zat renik, jadi awal manusia tercipta dari zat renik, yaitu sel telur yang sangat kecil. Penciptaan manusia dalam al-Qur‟an diungkapkan melalui kata turab yang berarti zat renik yang dalam badan manusia kita kenal sebagai sel kelamin, yang dapat tumbuh menjadi bayi melalui tahapan dalam rahim seorang ibu. Ketika berlangsungnya proses fusi terjadi percampuran kromosom sel jantan dan sel betina yang kemudian pada akhirnya beberapa sifat ayah dan ibu dalam gen-gen kromosom akan dimiliki dan menurun pada kepribadian anak selanjutnya (Ahmad, 1996). Allah SWT mendeskripsikan manusia yang tercipta dari tanah, kemudian setelah berproses menuju kesempurnaannya dihembuskan ruh, terdapat dalam QS Shaad ayat 71-72:

ٍيِط ْنِم اًرَشَب ٌقِلاَخ ِّنِِإ ِةَكِئلاَمْلِل َكُّبَر َلاَق ْذِإ

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". (71)

ُوَل اوُعَقَ ف يِحوُر ْنِم ِويِف ُتْخَفَ نَو ُوُتْ يَّوَس اَذِإَف

َنيِدِجاَس

Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur

Gambar

Gambar  1. Anthonic  Van  Leeuwenhock  Sumber  : www.infolengkap.net  a)  Teori  Abiogenesis  Klasik
Gambar  2. Teori  Abiogenesis  Sumber  : www.infolengkap.net  b)  Teori  Abiogenesis  Modern/Evolusi  Kimia
Gambar  3. Percobaan Francesco  Redi  Sumber  : www.infolengkap.net  b)  Percobaan  Lazzaro  Spallanzani
Gambar  4.Percobaan Lazzaro  Spallanzani  Sumber  : www.infolengkap.net
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan yakni dengan menyelipkan teknologi dalam pembelajaran di kelas, termasuk dalam pembelajaran Al Quran yang dikenal dengan mata

orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apa pun), dan orang-orang yang memberikan

Ada beberapa macam bentuk perubahan uslub atau gaya bahasa yang terjadi dalam struktur kalimat al-Qu‟an. Bentuk-bentuk perubahan ini selain berada pada tataran

Keadaan guru mata pelajaran Pendidkan Agama Islam di Sekolah Dasar Muhammadiyah 6 Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin, dilihat dari segi kualitas cukup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemampuan menghafal Al-Qur’an dengan prestasi belajar mata pelajaran Qur’an Hadist di MTs Negeri Kota

Kemudian sebagai salah satu bentuk upaya dalam melestarikan khazanah kemajemukan bangsa Indonesia, Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan, Badan Litbang dan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Strategi guru dalam mengatas kesulitan belajar pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadis di MTs Nurul Ijtihad NW

Namun, Nabi Isa dan Nabi Musa juga memiliki beberapa perbedaan yang mendasar jika dilihat dari nasab mereka, yang disebutkan oleh Nouman dalam pengkajiannya