Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
SIMULASI & PRAKTEK PENYUSUNAN MODUS OPERANDI DAN
PEMAPARAN INTERN
Tahap Pengenalan dan Perencanaan
“ALUR PROSES
AUDIT
INVESTIGASI”
Resume Kasus
Komunikasi Hasil Audit Pengumpulan
Bukti
Evaluasi Bukti
The Evidence Square
• Testimonial Evidence
• Documentary Evidence
• Physical Evidence
• Personal Observation
Criteria of Evidence
• Relevancy
• Materiality
• Competency
• Limited
Admissibility Factor of Fraud Who, What, Where, When, Why, How
( 5 W + 1 H)
Laporan Hasil Audit Investigasi (Fraud Report)
Forensic Audit Phases
Pemaparan Ekstern
Modus Operandi
Pemaparan Intern
Analysis Technical of Evidence
• Find
• Read & Interpret Document
• Determined Relevance
• Verify The Evidence
• Assemble The Evidence
• Draw Conclusions
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
Modus = cara
Operandi = melakukan ???
Modus Operandi = cara melakukan sesuatu …….. Tindak Pidana
(5W + 1H)
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
WHO
WHEN
WHERE
Pihak-pihak yang diduga terkait/bertanggungjawab
Kapan penyimpangan tersebut terjadi
Dimana penyimpangan tersebut
terjadi (Perusahaan/Instansi, Unit Kerja)
5 W + 1 H
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
WHY
WHAT
HOW
Penyebab terjadinya penyimpangan (kelemahan SOP, kolusi)
Jenis penyimpangan dan berapa
nilai kerugian perusahaan/instansi yang bersangkutan
5 W + 1 H
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
RESUME KASUS
JENIS PENYIMPANGAN/
PELANGGARAN
DAMPAK
YANG BERTANGGUNG JAWAB
KELENGKAPAN DOKUMEN
Uraian bentuk
pelanggaran dikaitkan dengan
ketentuan/peraturan perundang-undangan yang dilanggar
Kerugian keuangan secara konkrit atau potensi atau dampak lain non keuangan
Yang terkait dengan pelanggaran dan jenis pelanggarannya
Bukti keterangan, bukti dokumen, bukti fisik, bukti hasil pengamatan
PEMAPARAN (EKSPOSE)
• Membeberkan
• Pengungkapan secara formal tentang suatu kenyataan
• Menguraikan dengan panjang lebar,
membentangkan (memapar)
KAPAN SAJA PERLU
PEMAPARAN (EKSPOSE)
PADA SAAT PEMBAHASAN :
• Informasi awal
• Rencana kerja pengamatan informasi awal
• Hasil pengamatan informasi awal
• Rencana kerja investigasi
• Hasil investigasi (temuan fraud)
• Pelaporan (temuan final)
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
Untuk lebih mematangkan resume kasus
Mendorong Tim Auditor dalam pemahaman atas kasus tersebut
Atasan Tim Auditor termasuk pimpinan ikut aktif memberi respons dan pengarahan
Memahami perbedaan pendapat
Menilai kemampuan Tim Auditor
Menginventarisir kelengkapan dokumen
Sebagai bahan pengembangan lebih lanjut
Memudahkan review
Dapat mempercepat penyelesaian pelaporan
Meningkatkan rasa tanggung jawab auditor
Menimba pengalaman dari Auditor Senior
Pemaparan intern lebih melancarkan proses pemaparan
FUNGSI DAN MANFAAT
EKSPOSE/PEMAPARAN KASUS
• BAGAN ALUR (flow chart)
• MAPPING, dan
• MATRIK
BAHAN - MATERI
PEMAPARAN (EKSPOSE)
BAGAN ALUR (flow-chart)
• Adalah bagan/gambar dalam bentuk simbol- simbol yg digunakan untuk menggambarkan urutan pengerjaan serta logika yg akan
dijalankan dalam suatu proses
• Menggambarkan suatu proses secara
berurutan sejak dimulai sampai selesai dengan menggunakan simbol-simbol beserta uraian
secara singkat.
CONTOH FLOW-CHART
(KEGIATAN)
MULAI
RAZIA POLISI
ADA SIM
ADA STNK
ADA
KTP BEBAS
DITAHAN TILANG
AKHIR yes
no no
yes
no
yes
MAPPING
Menyajikan secara sistematis
Apa sebenarnya yg terjadi, siapa pelakunya, bagaimana modus operandinya
Berapa kerugian yg diderita, faktor apa saja yg mendorong terjadinya kasus, faktor penyebab pokok apa saja serta penjelasan lainnya yg dpt lebih menjelaskan apa sebenarnya yg terjadi.
(5W + 1H) :
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
Penerbitan & Perdagangan Commercial Paper dan Penggantian Mesin Pabrik Melalui Leasing
USD 13,500,00 (Rencana di Reinvestasi) USD 6,500,000 (Rencana Leasing Finance) USD 20,000,000 (Ternata, CP dijual belikan
Penerbitan CP:
(1) Tanpa sepengetahuan Dekom dan (2) Persetujuan RUPS selanjutnya, CP nominal USD 20,000,000, diperdagangkan tidak untuk mendanai Leasing, dan selalu di rool over sampai dengan akhir tahun 1997, yang akhirnya dinyatakan default dengan posisi 13,933,717
Jual beli CP/PN (dalam dolar) USD 20,000,000
Kontrak Leasing
Mesin pabrik hanya USD 5,703,750
RKAP 1994, 1995 carry over s.d 1996-1997
1
2
PT AKF Jakarta PT AKS Jakarta
Abadi
• Uraian simpulan yang
mengkaitkan bukti kasus yang telah didapatkan dengan
ketentuan (pasal/unsur) peraturan perundangan yg berlaku (TPK)
MATRIK
MATRIK KASUS DEPOSITO PALSU
No. Nama Jabatan/Pekerjaan Peranan/Pelanggaran Ketentuan/Pasal
yang Dilanggar 1 O Pimpinan Cabang Bank - Mengisi formulir pemindahbukuan dan
pembukaan deposito
- Mengisi nilai nominal pada sertifikat deposito - Mengetahui pemalsuan sertifikat deposito - Terima uang pelicin
2 C Customer Service Bank - Tidak mengisi nilai nominal pada sertifikat deposito
- Indikasi mengetahui sertifikat palsu 3 M Dirut Perusahaan P
(Pemilik uang tabungan)
- Tidak membuat kerjasama dengan perusahaan Q - Kolusi dengan O dan N untuk pemanfaatan uang
tabungan yang tidak benar - Terima uang pelicin
4 N Dirut Perusahaan Q - Menggunakan uang tabungan yang tidak benar - Memalsukan sertifikat deposito
- Memberikan uang pelicin
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
PEMAPARAN INTERN
ANTAR TINGKAT TIM AUDITOR
MELIBATKAN AUDITOR SENIOR
DENGAN KEPALA SPI
DENGAN PIMPINAN TERTINGGI
PERUSAHAAN/INSTANSI
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
PEMAPARAN EKSTERN
Kpk POLRI
KEJAKSAAN
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
PEMBAHASAN SECARA GARIS BESAR ATAS
BEBERAPA CONTOH KASUS PERBANKAN DAN
PENGADAAN BARANG/JASA
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
Prosedur
Dokumen
Angka-angka
---
DETECTION
ANOMALI
--- ---
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
Penyimpangan Prosedur
Pemalsuan Dokumen
Suap/Gratifikasi
---
JENIS PENYIMPANGAN
--- ---
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
Internal Perusahaan
Pihak Eksternal
---
PIHAK YANG DIDUGA TERLIBAT
---
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
Ada Kerugian Perusahaan
Potensi Kerugian Perusahaan
Tidak Ada Kerugian
---
DAMPAK PENYIMPANGAN
---
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
Unsur Kesengajaan
SOP Lemah
Kolusi
---
PENYEBAB PENYIMPANGAN
--- ---
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
Pengembalian Kerugian Perusahaan
Pengenaan Sanksi Kepegawaian
Perbaikan Internal Kontrol
Diproses sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku
---
REKOMENDASI
--- --- ---
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
JENIS PENYIMPANGAN YANG MERUPAKAN BAGIAN DARI MODUS OPERANDI
1. Pendanaan (Funding)
2. Pemberian pinjaman (Loan) 3. Pemberian Jasa
4. Operasional Akuntansi
5. Operasional Lainnya
1. Aktivitas Pendanaan ( Funding ), antara lain :
Pegawai menarik dana dr rekening nasabah;
Petugas customer service melakukan penarikan &
penyetoran kembali rekening simpanan sementara untuk dioperasikan dlm jual beli bank notes untuk kepentingan pribadi;
Setlh memblokir rekening deposito on call (DOC) , blokir saldo rekening dibuka shg dana cover DOC dpt ditarik kembali oleh giran yg membuka DOC &
kemudian petugas yg membuka blokir tsb meminta
2. Aktivitas Pinjaman ( Loan ), antara lain:
Laporan keuangan direkayasa;
Pemberian kredit dgn jaminan fiktif & pemalsuan dokumen;
Pelunasan kredit dr hasil pencairan kredit baru;
Nilai taksasi jaminan di mark-up agar meng cover maksimum kredit yg diberikan;
Pelanggaran BMPK dgn cara melakukan pemecahan fasilitas pinjaman menjadi beberapa fasilitas & melalui grup usaha yg sengaja disamarkan.
Lanjutan …
3. Aktivitas Pemberian Jasa, antara lain :
• Melakukan transaksi transfer masuk fiktif dgn merekayasa jumlah nominal & penerima transfer untuk keuntungan pribadi;
• Pemanfaatan kartu ATM nasabah yg belum diambil oleh nasabah untuk melakukan penarikan oleh customer service .
Lanjutan …
4. Aktivitas Operasional Akuntansi, antara lain :
Unit Akunting melakukan perubahan parameter bunga shg biaya dana meningkat & dipindahkan ke rekening tabungan petugas ybs;
Pegawai mendebet suatu rekening (RAK, biaya, dll)
& dikreditkan ke rekening a.n ybs atau rekg. lain;
Pegawai bank membebankan pengeluaran pribadi atas beban bank.
Lanjutan …
CONTOH KASUS TIPIBANK :
• Pencairan deposito oleh pihak yang tidak berhak
• Rekayasa pemindahan dana nasabah
• Rekayasa pemberian kredit.
• Penyalahgunaan pemberian kredit dgn agunan deposito (cash collateral loan/CCL).
• Pembelokan perintah transfer dana.
• Pemusnahan dokumen & pencurian uang bank.
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
• Menyuap
• Menggabungkan paket
pekerjaan/pengadaan (seharusnya dilakukan oleh usaha mikro dan usaha kecil/korporasi)
• Memecah paket
pekerjaan/pengadaan (untuk menghindari pelelangan)
• Penunjukkan langsung
• Merekayasa tender
• Memalsukkan dokumen
• Menggelembungkan harga
• Mensubkontrakkan seluruh pekerjaan
Modus Operandi Kasus Pengadaan Barang/Jasa
• Membuat spek yang mengarah kepada rekanan tertentu
• Membuat syarat tender untuk membatasi peserta lelang
• Mengurangi kuantitas dan kualitas barang/jasa
• Pengadaan fiktif
• Salah merancang kontrak
(seharusnya dengan kontrak unit price/untuk pekerjaan yang
kuantitasnya tidak dapat diperkirakan secara akurat tapi dilaksanakan
dengan kontrak lumpsum)
• Kontrak tanpa tersedia anggaran, dengan menggunakan anggaran
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
CONTOH KASUS PERBANKAN
KASUS
DEPOSITO
PALSU
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
KASUS DEPOSITO PALSU
Penyalahgunaan uang
tabungan melalui penerbitan
deposito palsu
Perusahaan X dengan Dirutnya M mempunyai tabungan pada Cabang Bank Pemerintah B sebesar Rp 20 milyar. Perusahaan swasta Y (Dirut N) melakukan suatu rekayasa kerjasama dalam usaha perdagangan dengan perusahaan X (tanpa dokumen perjanjian kerjasama), yaitu memanfaatkan uang tabungan secara tidak benar dengan cara sebagai berikut :
URAIAN PENGUNGKAPAN FAKTA/MODUS OPERANDI
1. M menandatangani blanko formulir aplikasi pemindahbukuan dan aplikasi untuk pembukaan deposito.
2. N bersama A (staff M) dari perusahaan X menyampaikan formulir aplikasi tersebut ke Cabang Bank B.
3. Pimpinan (O) Cabang Bank B pada lembar pertama formulir aplikasi pemindahbukuan mengisi nomor, nama pemilik rekening M QQ perusahaan X dan penerima (Benefiary) adalah rekening atas nama perusahaan Y senilai Rp 20 milyar. Sedangkan pada lembar tindasan ke 2 diisi deposito
4. Pimpinan (O) Cabang Bank B melengkapi redaksi pada lembar pertama formulir aplikasi pembukaan deposito, yaitu pemilik deposito adalah M dengan nilai 750 juta dengan sumber dana diisi cek atas nama perusahaan Y. Sedangkan pada lembar tindasan ke 2 diisi angka sebesar Rp 20 milyar dengan sumber dana diisi debit rekening M QQ perusahaan X.
5. Customer sevice menerbitkan bilyet deposito dengan No. seri WWW866 yang telah dibubuhi materai tapi belum dicetak nominalnya dan belum ditandatangani, yang kemudian diserahkan kepada O untuk mendapatkan persetujuan.
6. Sebelum nominal pada bilyet deposito No.
WWW866 dicetak, O menukar bilyet deposito asli tersebut dengan blanko bilyet deposito palsu dari N. Bilyet deposito asli diserahkan kepada N untuk dijadikan deposito palsu dengan nominal Rp 20 milyar. Bilyet deposito palsu dari N dengan tembusan milik bilyet deposito asli dicetak dengan sistim komputer dengan nilai Rp 750 juta sesuai jumlah setoran yang diterima bank.
7. O kemudian menyerahkan bilyet deposito palsu No. WWW866 dengan nilai Rp 750 juta kepada N dan lembar pertama aplikasi pembukaan deposito diserahkan kepada customer service. Sebaliknya O menerima dari N bilyet deposito asli yang sudah diisi dengan nilai nominal Rp 20 milyar.
8. O menyerahkan bilyet deposito dengan nominal Rp 20 milyar berikut tindasan lembar ke 2 aplikasi pemindahbukuan dan tindasan lembar kedua aplikasi pembukaan deposito kepada M.
9. Pada saat akan dilakukan pencairan deposito oleh perusahaan X setelah beberapa kali diperpanjang ternyata deposito tersebut tidak dapat dicairkan karena bilyet deposito tersebut tidak tercatat dalam pembukuan bank.
10. Sebagian besar uang tabungan milik perusahaan X tersebut telah dipergunakan untuk kepentingan pribadi N dan sebesar Rp 2,5 milyar diberikan kepada O.
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
CONTOH KASUS PERBANKAN
PENYIMPANGAN PEMBERIAN FASILITAS PEMBIAYAAN (KREDIT) BANK UNTUK
KEPEMILIKAN KIOS DENGAN CARA SEOLAH-OLAH SELURUH BANGUNAN KIOS TERJUAL HABIS PADAHAL CALON
PEMBELI KIOS ADALAH FIKTIF
URAIAN PENGUNGKAPAN FAKTA/MODUS OPERANDI
1. Investor membangun sejumlah kios dalam tahun 2010 yang akan dipasarkan kepada peminatnya, namun letaknya kurang strategis.
2. Investor tersebut melakukan kerjasama dengan suatu Bank untuk mendapatkan pemberian fasilitas pembiayaan (kredit) untuk kepemilikan kios dan untuk selanjutnya bangunan kios dijual kepada Bank dimaksud.
3. Persyaratan yang tercantum dalam kerjasama antara Investor dan Bank tersebut antara lain Investor diwajibkan mencari calon nasabah (pembeli kios) dan nasabah wajib bayar DP sebesar 30% kepada Investor sedangkan sisanya sebesar 70% merupakan pinjaman Bank kepada para nasabah yang akan diangsur selama 10 tahun.
4. Mengingat letak bangunan kios tersebut kurang strategis, Investor kesulitan mencari calon pembelinya (nasabah). Dalam rangka untuk mengurangi resiko atas biaya investasi yang telah dikeluarkan, maka Investor merekayasa dan menginformasikan ke Bank sebagai dasar pemrosesan pinjaman nasabah seolah-olah seluruh kios telah terjual habis (nasabah
5. Berdasarkan data yang disampaikan oleh Investor (sebagai Avalist), tanpa analisis dan pengecekan lebih lanjut pejabat Bank yang terkait langsung memproses permohonan fasilitas pembiayaan tersebut dan memberikan persetujuan pinjaman sebesar Rp 200 Milyar untuk sejumlah 500 kios dengan masa pinjaman selama 10 tahun
6. Dari catatan Bank terlihat adanya pembayaran angsuran pinjaman dari para nasabah hanya sampai angsuran ke 3 sebesar Rp 5,1 Milyar dan untuk seterusnya pinjaman tersebut macet.
Pembayaran angsuran pinjaman dari nasabah dimaksud ternyata dilakukan oleh Investor dengan dananya sendiri.
1) Dua nasabah membeli satu kios.
2) Jumlah fisik kios yang dibangun/tersedia hanya sejumlah 200 kios, jauh dibawah yang tercantum dalam daftar nasabah yang telah membeli sejumlah 500 kios.
3) Data pembayaran DP nasabah sebesar 30%
adalah fiktif
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
KASUS PENGADAAN BARANG YANG DILAKUKAN DENGAN CARA
MEMALSUKAN DOKUMEN,
REKAYASA EVALUASI LELANG, SPESIFIKASI TIDAK SESUAI
DENGAN KONTRAK
CONTOH KASUS
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
Pada suatu Instansi Pemerintah, telah terjadi penyimpangan/
pelanggaran dalam proses pengadaan barang “X” senilai Rp 2,5 milyar dalam tahun 200A yang mengakibatkan kerugian instansi yang dilakukan sebagai berikut :
PENGUNGKAPAN FAKTA/MODUS OPERANDI ATAS FRAUD PENGADAAN BARANG PADA SUATU INSTANSI PEMERINTAH”
1. Penyusunan Owner Estimate sebesar Rp 2,7 milyar tanggal …… mengacu pada informasi harga yang diberikan oleh calon pemenang lelang.
2. Panitia lelang bekerja sama memalsukan pengumuman lelang dalam mass media yang dilakukan tanggal ………
3. Peserta lelang berjumlah 10 perusahaan, dan berdasarkan evaluasi panitia lelang tanggal ……… ternyata 7 perusahaan gugur (tidak memenuhi syarat) melalui suatu rekayasa sehingga hanya 3 perusahaan yang memenuhi syarat dengan urutan sebagai berikut:
1) A : Rp 2,5 milyar
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014
4. Jaminan tender sebagian besar peserta lelang menggunakan bank yang sama dengan nomor dokumen yang berurutan. Dalam dokumen surat penawaran perusahaan A, B, dan C diparaf oleh orang yang sama yaitu “P”, yang ternyata merupakan pemilik perusahaan A, B, dan C.
5. Pimpinan Instansi Pemerintah (Q) atas dasar usulan panitia lelang memutuskan dan menunjuk pemenang lelang dengan surat No. ….. tanggal .…. yaitu perusahaan A dengan nilai penawaran sebesar Rp 2,5 milyar antara lain dengan pertimbangan telah sesuai spesifikasi yang ditetapkan dan masih berada di bawah nilai OE, dan kemudian dituangkan dalam kontrak No. …. tanggal ……
6. Barang “X” telah diserahkan kepada Instansi Pemerintah dengan Berita Acara Serah Terima No. ……….. tanggal ………. dan dicatat bahwa spesifikasi barang
“X” sesuai kontrak. Namun demikian ternyata secara fisik spesifikasi barang yang diserahkan tersebut berbeda dengan yang disepakati dalam kontrak.
Dalam hal ini pihak user tidak berusaha menolak barang dimaksud.
7. Harga pasar barang “X” dengan spesifikasi yang salah tersebut hanya berkisar Rp 1,1 milyar.
8. Diketahui adanya pemberian uang pelicin kepada pimpinan Instansi Pemerintah
Pelatihan Fraud Auditing 2 27 Juni 2014