• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS. Semua negara baik negara negara kaya maupun miskin, yang menganut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS. Semua negara baik negara negara kaya maupun miskin, yang menganut"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI 2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Semua negara baik negara – negara kaya maupun miskin, yang menganut sistem kapitalis, sosialis, maupun campuran selalu menomorsatukan pertumbuhan ekonomi (economic growth). Kondisi ini terlihat dari tindakan pemerintah dan politisi di masing – masing negara yang selalu mengumpulkan data – data statistiknya yang berkenaan dengan tingkat pertumbuhan GNP relatifnya. Setiap negara mengharapkan bahwa angka – angka pertumbuhan ekonomi dapat mencapai angka yang signifikan dan mengalami peningkatan.

Menurut Milton H. Spencer (dalam Winardi: 1983, 184), Pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertambahan dalam output nyata atau pendapatan sebuah perekonomian dengan berlangsungnya waktu maksudnya kenaikan dalam output

“full employmentnya” dengan harga – harga konstan.

Ada beberapa komponen utama yang melatarbelakangi terjadinya proses pertumbuhan ekonomi, yakni tanah dan kekayaan alam, akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi.

a. Tanah dan Kekayaan Alam

Luas tanah, kesuburan tanah, kondisi iklim dan cuaca, kekayaan hasil hutan, kekayaan barang tambang, dan lain sebagainya merupakan kekayaan alam yang dimiliki suatu negara. Pada dasarnya, suatu negara yang memiliki kekayaan

(2)

alam yang melimpah akan lebih mudah untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya dibandingkan negara yang kurang memiliki kekayaan alam.

Negara – negara yang sedang berkembang yang kaya akan sumber daya alam telah berlomba untuk menerobos keterbelakangan melalui impor modal dan teknologi dari negara – negara yang sudah maju. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses pembangunan ekonomi. Proses pembangunan ekonomi yang cepat akan memudahkan suatu negara untuk menghimpun modal, sehingga modal yang sudah tersedia tersebut dapat digunakan untuk mempersiapkan teknologi. Kemajuan teknologi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan diharapkan bahwa sumber kekayaan alam yang masih potencial dapat diubah menjadi sumber kekayaan riil.

b. Akumulasi Modal (capital accumulation)

Modal (capital) adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan, langsung maupun tidak langsung, dalam produksi untuk menambah output (dalam Irawan dan Suparmoko: 1987, 93).

Pada dasarnya, yang menentukan pertumbuhan ekonomi bukanlah capital yang terutama, melainkan harus diperhatikan terlebih dahulu sisi permintaan dan penawaran capital tersebut. Penawaran rendah bila tabungan rendah; tabungan rendah bila pendapatan rendah dan pendapatan rendah apabila produktivitas rendah. Penambahan capital yang banyak tidak selalu menyebabkan dimulainya proses perkembangan ekonomi, akan tetapi kadang – kadang kapital yang sedikit pun menyebabkan tumbuhnya perekonomian dengan cepat atau dengan kata lain bahwa kapital lebih merupakan hasil daripada perkembangan ekonomi.

(3)

Dalam arti uang, sumber – sumber kapital untuk pembangunan adalah tabungan sukarela (voluntary saving), pajak (forced saving), dan pinjaman luar negeri (foreign loans).

Sebagian dari pendapatan yang ditabung, diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari disebut sebagai akumulasi modal (capital accumulation). Akumulasi modal berkaitan erat dengan tabungan yaitu proporsi pendapatan sesuatu perekonomian yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Akumulasi modal meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia. Investasi ini merupakan investasi produktif dimana harus dilengkapi dengan investasi penunjang yang disebut dengan investasi infrastruktur ekonomi dan sosial.

Peningkatan investasi yang dilakukan di setiap negara khususnya di Indonesia seperti investasi terhadap pengadaan pabrik baru, mesin – mesin, peralatan, dan bahan – bahan yang dapat meningkatkan stok modal (capital stock) diharapkan dapat meningkatkan ouput di masa – masa yang akan datang. Investasi ini juga sangat baik diterapkan terhadap pembinaan sumber daya manusia, yang pada akhirnya proses ini akan membawa dampak positif yang sama terhadap angka produksi. Investasi terhadap SDM ini dapat berupa seperti peningkatan pendidikan formal, program pendidikan dan pelatihan dalam kerja dan magang, kursus – kursus dan aneka pendidikan informal lainnya yang perlu diefektifkan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang terampil dan terdidik.

Konsumsi yang harus dikorbankan agar terbentuknya tabungan untuk tujuan akumulasi modal dikenal sebagai biaya pertumbuhan ekonomi. Biaya

(4)

pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan pengorbanan – pengorbanan masyarakat yang perlu ditangguhkan masa sekarang untuk mencapai kepuasan lebih besar dikemudian hari. Biaya dasar pertumbuhan ekonomi dapat berupa :

1. Pengorbanan waktu luang untuk mencapai kesempatan kerja.

2. Pengorbanan konsumsi untuk mencapai investasi.

3. Pengorbanan masa sekarang untuk masa yang akan datang.

4. Pengorbanan kualitas lingkungan untuk mendapatkan lebih banyak barang.

5. Pengorbanan “kepastian” untuk mencapai kemajuan.

b. Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja

Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja merupakan salah satu faktor positif untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar sedangkan jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif. Di sisi lain, pertumbuhan jumlah penduduk diragukan dapat menjadi faktor penghambat dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan bahwa meningkatnya pertumbuhan penduduk tidak seimbang dengan tingkat kesejahteraan penduduk. Maka dari itu, setiap negara harus mampu menangani kondisi ini. Adapun kemampuan tersebut lebih lanjut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input atau faktor – faktor penunjang, seperti kecakapan manajerial dan administrasi.

c. Kemajuan Teknologi

Menurut Hadi Prayitno (dalam Suryana: 2000, 80), teknologi adalah cara bagaimana berbagai sumber alam, modal, tenaga kerja, dan keterampilan dikombinasikan untuk merealisasikan tujuan produksi.

(5)

Menurut sifatnya, teknologi digolongkan ke dalam tiga macam, yakni :

1. Teknologi maju, yaitu suatu teknologi yang dipersiapkan untuk menghadapi persoalan – persoalan yang besar bagi suatu bangsa dalam perkembangan di masa depan. Contoh teknologi tersebut adalah teknologi yang menyangkut sumber energy, mineral, nuklir, angkasa, lautan, dan udara.

2. Teknologi adaptif, yaitu teknologi yang bersumber pada penelitian dan pengembangan teknologi di negara – negara maju yang disesuaikan dengan perimbangan – perimbangan keadaan masyarakat agar dapat dimanfaatkan sebaik – baiknya untuk pemecahan masalah – masalah konkrit, misalnya bidang pangan, pemukiman, pemeliharaan tanah, dan perkembangan industri.

3. Teknologi protektif, yaitu suatu teknlogi untuk memelihara, melindungi, dan mengamankan ekologi dan lingkungan hidup masa depan yang bisa meliputi konservasi, restorasi, dan regenerasi sumber daya alam.

Ada tiga klasifikasi kemajuan teknologi, yaitu :

1. Kemajuan teknologi yang bersifat netral (neutral technological progress).

2. Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor saving technological progress).

3. Kemajuan teknologi yang hemat modal (capital-saving technological progress).

Kemajuan teknologi yang netral (neutral technological progress) terjadi apabila teknologi dapat mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama. Atau dengan kata

(6)

lain adalah terjadi bila tingkat pengeluaran (output) lebih tinggi dicapai dengan kuantitas dan kombinasi faktor – faktor pemasukan (input) yang sama.

Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor saving technological progress) adalah kemajuan teknologi yang terjadi sejak akhir abad 19 yang banyak ditandai oleh meningkatnya secara cepat teknologi yang hemat tenaga kerja dalam memproduksi sesuatu, yang mana pada saat itu dimulai dari kacang – kacangan sampai sepeda hingga jembatan. Kemajuan teknologi yang hemat modal (capital- saving technological progress) dibuktikan dengan adanya semua riset teknologi dan ilmu pengetahuan di dunia dilakukan di negara – negara maju, yang lebih ditujukan untuk menghemat tenaga kerja, bukan modal.

2.1.2 Teori – teori Pertumbuhan Ekonomi

Adapun teori – teori yang membahas mengenai pertumbuhan ekonomi adalah teori pertumbuhan ekonomi klasik, teori pertumbuhan ekonomi Schumpeter, teori pertumbuhan ekonomi neoklasik, dan teori pertumbuhan ekonomi Rostow.

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Ahli ekonomi klasik yang membahas teori ini adalah Adam Smith dan David Richardo. Menurut Adam Smith dan David Richardo, ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu :

1. Jumlah penduduk.

2. Persediaan barang – barang modal.

3. Luas tanah dan kekayaan alam.

4. Penerapan teknologi.

(7)

Para ahli ekonomi klasik menitikberatkan teorinya pada pertambahan penduduk dengan asumsi bahwa faktor luas tanah dan penerapan teknologi adalah tetap. Para ahli memberikan kesimpulan terhadap teori ini, yakni :

(1). Pertumbuhan penduduk tergolong tinggi saat jumlah penduduk masih sedikit, persediaan barang modal cukup banyak, dan tersedianya luas tanah yang masih luas, dan

(2). Pertumbuhan ekonomi tidak berkembang (stationary state) saat produktivitas penduduk menurun karena berkurangnya kapasitas produksi sehingga kemakmuran masyarakat dan frekuensi kegiatan ekonomi pun ikut menurun.

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Schumpeter

Schumpeter dalam teorinya menekankan bahwa peranan pengusaha dan wirausahawan sangat berpengaruh penting dalam pertumbuhan ekonomi. Pada kenyataannya, dalam meningkatkan keuntungan usaha, pengusaha dan wirausahawan selalu melakukan inovasi yang mana dapat berguna bagi usahanya.

Inovasi – inovasi tersebut antara lain mencari lokasi pasar yang baru, meningkatkan efektivitas dan efisiesi proses produksi, dan mencari sumber bahan mentah. Dalam melakukan inovasi, modal sangat dibutuhkan. Pengusaha dan wirausahawan akan meminjam modal untuk investasi usahanya. Adapun dua jenis investasi yang timbul adalah, (1). Investasi otonom (investasi yang timbul akibat adanya kebutuhan modal untuk keperluan inovasi), dan (2). Investasi terpengaruh (investasi yang timbul akibat kenaikan pendapatan nasional yang mendorong terciptanya investasi baru).

(8)

Pada dasarnya adanya investasi akan meningkatkan pendapatan nasional yang mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Konsumsi yang meningkat akan meningkatkan produksi usaha para pengusaha dan wirausahawan.

Schumpeter berpendapat bahwa tingkat kemajuan ekonomi yang semakin tinggi maka kemungkinan untuk melakukan inovasi semakin terbatas. Kesulitan dalam melakukan inovasi akan membuat pertumbuhan ekonomi berjalan lambat hingga akhirnya berhenti pada titik tertentu (stationery state).

c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik 1. Teori Pertumbuhan Harrod - Domard

Adapun faktor – faktor pendukung pertumbuha ekonomi dinyatakan dalam empat asumsi, yakni :

a) Barang modal telah digunakan secara penuh.

b) Besarnya tabungan proporsional dengan fluktuasi pendapatan nasional.

c) Perbandingan antara modal dan hasil produksi (capital output ratio) adalah tetap.

d) Perekonomian hanya terdiri dari dua sektor (perekonomian tertutup).

Investasi yang terjadi pada tahun tertentu akan menyebabkan peningkatan barang modal pada tahun berikutnya. Agar seluruh penambahan barang modal tersebut digunakan seluruhnya maka total pengeluaran harus meningkat sebesar penambahan barang modal tersebut. Kenaikan total pengeluaran menyebabkan kenaikan pendapatan nasional (PDB). Pertumbuhan ekonomi terjadi karena adanya peningkatan PDB dari suatu negara atau masyarakat. Oleh karena itu, investasi harus terus mengalami peningkatan agar tingkat pertumbuhan ekonomi juga ikut mengalami kenaikan.

(9)

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow

Teori pertumbuhan ekonomi Solow dikembangkan oleh Abramovitz dan Solow. Teori ini menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung pada perkembangan faktor – faktor produksi. Ada tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu :

a) Pertumbuhan modal,

b) Pertumbuhan penduduk, dan c) Pertumbuhan teknologi.

Dalam teori ini, faktor pertumbuhan teknologi dianggap sebagai faktor yang paling menentukan pertumbuhan ekonomi.

d. Teori Pertumbuhan Ekonomi Rostow

Menurut Rostow (dalam Google Books; Ekonomi Edisi 2), pertumbuhan ekonomi terdiri ats beberapa tahap, yaitu :

1. Perekonomian Tradisional (The Traditional Society)

Perekonomian tradisional (The Traditional Society) adalah suatu masyarakat yang strukturnya berkembang di dalam fungsi produksi yang terbatas yang didasarkan pada teknologi dan ilmu pengetahuan dan sikap yang masih primitif, dan berfikir irasional.

Ciri – ciri suatu perekonomian pada tahap ini adalah :

a. Teknologi yang digunakan dalam kegiatan produksi masih sederhana b. Produksi yang dihasilkan rendah sehingga hanya cukup untuk

memenuhi kebutuhan sendiri, dan

c. Kegiatan produksi dilakukan secara tradisional.

2. Perekonomian Transisi (The Precondition for Take Off)

(10)

Perekonomian Transisi (The Precondition for Take Off) adalah suatu masa transisi dimana suatu masyarakat mempersiapkan dirinya atau dipersiapkan dari luar untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang (self-sustained growth). Ciri – ciri perekonomian yang telah mencapai tahap ini adalah

a. Timbulnya pemikiran mengenai pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan

b. Terjadinya perubahan nilai – nilai dan struktur kelembagaan yang berlaku di dalam masyarakat, dan

c. Perekonomian mulai menciptakan kerangka ekonomi yang kokoh untuk mencapai tingkat perekonomian yang lebih maju.

3. Perekonomian Lepas Landas (The Take Off)

Perekonomian lepas landas (The Take Off) adalah suatu masa dimana berlakunya perubahan yang sangat drastis dalam masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi atau berupa terbentuknya pasar baru. Ciri – ciri perekonomian yang telah mencapai tahap ini adalah:

a. Kegiatan ekonomi berlangsung secara terus – menerus dengan hasil yang memuaskan.

b. Nilai investasi yang bersifat produktif meningkat sebesar sepuluh persen dari nilai produk nasional neto.

c. Terciptanya kondisi yang dapat membuat semua lembaga dapat berfungsi sesuai dengan harapan masyarakat.

d. Terciptanya kestabilan di bidang politik dan sosial.

(11)

Selain ciri – ciri di atas, Rostow juga mengemukakan ciri – ciri untuk mengetahui suatu negara yang sudah mencapai tahap lepas landas (The Teke Off), yaitu :

a) Berlakunya penanaman modal yang produktif dari 5% menjadi 10%

dari produksi nasional nettonya,

b) Berlakunya perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat laju yang tinggi,

c) Adanya atau terciptanya suatu rangka dasar politik sosial dan institusional yang akan menciptakan pertumbuhan yang terus – menerus atau self-sustained growh.

4. Perekonomian Menuju Kedewasaan (The Drive to Maturity)

Perekonomian menuju kedewasaan (The Drive to Maturity) adalah suatu masa dimana suatu masyarakat secara efektif menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor – faktor produksi dan kekayaan alam. Ciri – ciri suatu perekonomian yang telah mencapai tahap ini adalah :

a. Tenaga kerja yang terlibat pada proses produksi bersifat profesional.

b. Berkurangnya peranan dari sektor pertanian sedangkan sektor industri dan jasa memiliki peranan yang semakin dominan.

c. Adanya perubahan di dalam struktur organisasi perusahaan dimana jabatan manajer sebagai pengambil keputusan tertinggi tidak lagi dipegang oleh pemilik perusahaan melainkan oleh tenaga – tenaga profesional yang dipekerjakan oleh perusahaan.

d. Timbulnya kesadaran di dalam masyarakat untuk memelihara dan melestarikan lingkungan.

(12)

4. Perekonomian dengan Tingkat Konsumsi yang Tinggi (The Age of High Mass Consumption).

Perekonomian dengan tingkat konsumsi yang tinggi (The Age of High Mass Consumption) adalah suatu masyarakat dimana perhatian masyarakat lebih menekankan pada masalah konsumsi dan kesejahteraan masyarakat dan bukan lagi pada masalah produksi. Ciri – ciri suatu perekonomian yang telah mencapai tahap ini adalah :

a. Sektor industri telah berjalan dengan baik sehingga tidak ada lagi masalah pada kegiatan produksi.

b. Tujuan utama konsumsi masyarakat adalah untuk meningkatkan arti hidup sehingga masyarakat lebih cenderung untuk memenuhi kebutuhan tersier dibanding kebutuhan primer dan sekunder.

c. Timbulnya usaha – usaha untuk menciptakan kesejahteraan yang merata yang mana salah satu caranya adalah dengan menerapkan pajak progresif yang bertujuan untuk mentransfer pendapatan dari penduduk kaya ke penduduk miskin.

2.2 PEMBANGUNAN EKONOMI

Menurut Meier (dalam Suryana : 2000, 3), pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang.

Pembangunan ekonomi suatu negara dikatakan meningkat apabila diikuti dengan kenaikan pendapatan nasional, pendapatan per kapita dan perubahan struktur ekonomi dan struktur masyarakat. Besarnya pendapatan nasional akan

(13)

menentukan besarnya pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita merupakan gambaran daripada tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Di sisi lain, pendapatan per kapita sangat berkaitan erat dengan pertambahan penduduk. Oleh karena itu, apabila pertambahan pendapatan nasional lebih besar daripada tingkat pertambahan penduduk maka tingkat pendapatan per kapita penduduk juga meningkat.

Pendapatan nasional dan pendapatan per kapita dapat dilihat kenaikannya dari adanya peningkatan produktivitas per kapita. Produktivitas per kapita berasal dari perubahan struktur ekonomi, struktur produksi, teknik produksi, serta masyarakat statis berkembang menjadi masyarakat dinamis.

Menurut Hasibuan (dalam Suryana, 2000:8), pembangunan ekonomi baru dikatakan ada kemajuan apabila pendapatan nasional atau pendapatan per kapita naik diikuti dengan perubahan struktur ekonomi, teknik produksi, adanya modernisasi, dan masyarakat tradisional berkembang menjadi masyarakat dinamis yang berfikir rasional ekonomi dalam tindakan – tindakannya. Dan menurut Soemitro (dalam Suryana, 2000: 9) , produktivitas diartikan sebagai besarnya produksi yang dihasilkan per jiwa, per satu jam kerja (productivity per man hour) yang dapat dicari dengan rumus Y/N x h, dimana Y adalah besarnya pendapatan nasional, N menunjukkan jumlah tenaga kerja, dan h menunjukkan jumlah jam kerja rata – rata. Selain perhitungan tersebut, produktivitas juga dapat dihitung dengan cara ICOR (incremental capital output ratio). ICOR merupakan perbandingan antara capital yang diinvestasikan dengan satuan output. Apabila ICOR tinggi maka produktivitasnya masih rendah.

(14)

Pada kenyataannya, dari tahun ke tahun tingkat produktivitas negara – negara berkembang selalu dalam kondisi yang maish rendah. Kondisi ini diakibatkan adanya faktor ekonomis dan dan nonekonomis dalam pembangunan, yakni :

1. Jumlah dan mutu produksi yang terbatas

2. Alokasi sumber – sumber daya yang kurang efektif 3. Distribusi pendapatan yang tidak adil

4. Aspek – espek kehidupan masyarakat yang kurang seimbang dan produktif, seperti corak hidup, kebudayaan tradisi, politik, dan nilai – nilai sosial masyarakat.

2.3 HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN PEMBANGUNAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi (economic growtht) dan pembangunan ekonomi (economic development) memiliki hubungan yang erat satu sama lain. Akan tetapi di sisi lain, defenisi keduanya memiliki perbedaan sehingga sangat perlu untuk diketahui defenisinya masing – masing.

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) dari suatu negara atau daerah, sedangkan pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menaikkan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara atau daerah dalam jangka panjang.

Dalam pembangunan ekonomi terkandung arti adanya usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat atau GDP dimana kenaikannya dibarengi oleh perombakan dan modernisasi serta memperhatikan aspek pemerataan pendapatan

(15)

(income equity). Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP (Gross Domestic Product) tanpa memandang kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk dan tanpa memandang apakah ada perubahan dalam struktur ekonominya atau tidak.

Pada umumnya pembangunan selalu dibarengi dengan pertumbuhan, tetapi pertumbuhan belum tentu disertai dengan pembangunan. Pada tingkat permulaan mungkin saja pembangunan ekonomi selalu dibarengi pertumbuhan atau sebaliknya.

Apabila diperhatikan, perbedaan pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut :

1. Keduanya menekankan pada kenaikan PDB. Namun, pertumbuhan ekonomi hanya menekankan kenaikan PDB tanpa membandingkan dengan laju pertumbuhan. Sedangkan dalam pembangunan ekonomi, disebut ada kenaikan jika laju kenaikan PDB melebihi kenaikan pertumbuhan penduduk.

2. Pertumbuhan ekonomi hanya melihat kenaikan tanpa melihat akibat atau perbaikan kondisi yang ada. Jadi, penekanannyahanya pada pertambahan sarana seperti jembatan, mesin – mesin, dan sarana listrik. Sedangkan, pembangunan ekonomi tidak hanya menekankan pada pertumbuhan secara fisik, melainkan juga perbaikan kelembagaan, kondisi ekonomi, sikap, dan struktur yang ada supaya lebih berhasil guna dan berdaya guna.

(16)

2.4 PENDAPATAN

Dalam mengukur kondisi ekonomi seseorang atau rumah tangga, salah satu konsep pokok yang paling sering digunakan yaitu melalui tingkat pendapatannya. Pendapatan dapat menunjukkan seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa – jasa yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga salaam jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi (Winardi, 1998).

Dengan kata lain pendapatan juga dapat diuraikan sebagai keseluruhan penerimaan yang diterima pekerja, buruh atau rumah tangga, baik berupa fisik maupun non fisik selama ia melakukan pekerjaan pada suatu perusahaan, instansi atau pendapatan selama ia bekerja (usaha). Setiap orang bekerja (usaha) akan memperoleh pendapatan dengan jumlah yang maksimal agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Maksud utama pekerja yang bersedia melakukan berbagai pekerjaan adalah untuk mendapatkan pendapatan yang cukup baginya dan keluarganya.

2.5 SEKTOR INFORMAL

2.5.1 Latar Belakang Munculnya Sektor Informal

Pertumbuhan penduduk yang terkonsentrasi di kota – kota besar di negara – negara Dunia Ketiga sangatlah cepat. Kondisi ini menjadi salah satu masalah penting yang dihadapi negara – negara Dunia Ketiga. Pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan pertumbuhan industrialisasi dan kesejahteraan penduduk di negara – negara tersebut. Fenomena ini disebut sebagai urbanisasi berlebih (over urbanization).

(17)

Urbanisasi ini dilihat dari adanya arus migrasi dari desa – desa yang cukup besar, dimana penduduk yang melakukan migrasi bertujuan mencari nafkah untuk memenuhi perekonomiannya masing – masing. Akan tetapi, sektor industri di kota tidak mampu menyerap tenaga kerja yang begitu besar dikarenakan keterbatasan sektor industri modern dan selain itu juga, banyak penduduk tidak memiliki skill dan keterampilan untuk masuk ke dalam sektor industri. Oleh karena itu, banyak penduduk mengambil bagian di sektor informal, dimana sektor informal mudah untuk dimasuki tanpa membutuhkan skill yang kuat.

Penduduk masuk ke dalam sektor informal dengan pertimbangan bahwa mereka tidak ingin mengganggur dan tidak punya penghasilan. Adapun beberapa jenis pekerjaan yang termasuk dalam sektor ini adalah warung nasi, penjual rokok, penjual Koran dan majalah, penjual makanan kecil dan minuman, dan lain – lain. Pekerja sektor informal dapat dengan mudah dijumpai di pinggir – pingir jalan di pusat – pusat kota. Sektor informal menyediakan barang – barang kebutuhan bagi golongan menengah ke bawah dengan harga yang dapat dijangkau oleh golongan tersebut. Dan sangat sering dijumpai bahwa masyarakat yang sudah bekerja di sektor formal dan memiliki penghasilan yang tinggi tetap mengambil bagian di sektor informal untuk menambah penghasilan mereka.

Sektor informal mempunyai peran penting dalam memberikan sumbangan bagi pembangunan perkotaan, karena sektor ini mampu menyerap tenaga kerja (terutama bagi masyarakat kelas bawah) yang cukup signifikan sehingga dapat mengurangi masalah pengangguran di perkotaan dan sektor informal juga memberikan kontribusi bagi pendapatan pemerintahan kota.

(18)

Namun, di sisi lain pertumbuhan sektor informal yang cukup pesat mengakibatkan ketidakteraturan tata kota sehingga diperlukan penanganan yang baik. Pedagang kaki lima terlihat selalu menjalankan aktivitasnya di tempat – tempat yang seharusnya menjadi Public Space. Public Space adalah tempat umum dimana masyarakat bisa bersantai, berkomunikasi, dan menikmati pemandangan kota, misalnya taman, trotoar, halte bus, dan lain sebagainya.

Kondisi ini sangat mengganggu para pejalan kaki dan para konsumen pengguna jasa yang hendak memarkirkan kendaraannya di pinggir jalan.

Ketidakteraturan tersebut mengakibatkan Public Space kelihatan kumuh sehingga tidak nyaman lagi untuk bersantai ataupun berkomunikasi. Permasalahan ini dibutuhkan ketegasan pemerintah kota. Pada kenyataannya pemerintah hanya melakukan penertiban, akan tetapi tindakan tersebut tidak efektif karena beberapa hari setelah kebijakan dilakukan, para pekerja sektor informal mulai bergerak kembali menjalani aktivitasnya. Tindakan tersebut dikatakan sebagai tindakan melanggar hukum.

2.5.2 Pengertian Sektor Informal

Sektor informal merupakan jenis kesempatan kerja yang kurang teroganisir, sulit dicacah, dan sering dilupakan dalam sensus resmi, serta merupakan kesempatan kerja yang persyaratan kerjanya jarang dijangkau oleh aturan – aturan hokum.

Istilah kata ‘sektor informal’ pertama kali dikemukakan oleh Keith Hart (1971). Keith Hart menyatakan bahwa sektor informal merupakan sebagai bagian dari angkatan kerja kota yang berada di luar pasar tenaga terorganisasi. Pada

(19)

dasarnya, tenaga kerja yang masuk ke dalam sektor informal merupakan pekerja yang tidak terikat dan tidak terampil dengan pendapatan rendah dan tidak tetap.

Aktivitas – aktivitas informal tidak hanya terbatas pada pekerjaan – pekerjaan di pinggiran kota – kota besar tetapi juga meliputi berbagai macam aktivitas ekonomi. Aktivitas – aktivitas informal tersebut merupakan cara melakukan sesuatu yang ditandai dengan mudah untuk dimasuki, bersandar pada sumber daya lokal, usaha milik sendiri, operasinya dalam skala kecil, padat karya dan teknologi yang digunakan bersifat adaptif, keterampilan dapat diperoleh di luar sistem sekolah formal, dan tidak terkena secara lansung oleh regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif.

Menurut Tokman (2001) (dalam www.slideshare.net), sektor informal adalah sektor dengan perusahaan – perusahaan dengan kepemilikan terbatas yang mempekerjakan keluarga sebagai tenaga kerja yang tidak dibayar, tenaga kerja dengan tingkat pendidikan yang rendah, dan mempunyai tenaga kerja kurang dari 5 orang. Adapun beberapa karakteristik dari sektor informal adalah :

- Merupakan jenis unit usaha yang berskala kecil

- Kepemilikan unit usaha biasanya dimiliki oleh individu atau keluarga - Teknologi yang digunakan sederhana dan padat tenaga kerja

- Tingkat pendidikan, keterampilan, produktivitas, dan tingkat upah tenaga kerja cukup rendah

- Akses keuangan yang dilakukan ke lembaga keuangan rendah - Hambatan untuk masuk (barrier to entry) sangat minim - Mengandalkan sumber daya lokal.

(20)

Peran sektor informal sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Sektor informal dapat menjawab semua permasalahan yang cenderung tidak pernah hentinya di negara dunia ketiga seperti Indonesia. Permasalahan tersebut antara lain ketenagakerjaan yang masih rendah, rendahnya tingkat pendidikan, dan perkembangan angkatan kerja yang tidak selalu diimbangi dengan peningkatan kesempatan kerja. Sektor informal mampu merangsang tumbuhnya kewiraswastaan masyarakat dan mampu menyediakan peluang kerja..

(21)

Peran sektor informal terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam skema berikut ini :

\\

SEKTOR INFORMAL Identifikasi macam sektor infornal berdasarkan lokasi (kota, desa), kaitan sektor informal dan identifikasi masalah – masalah sektor informal.

POTRET KONDISI

Dampak Positif - Sektor lain

(keterkaitan) - Individu pelaku

Dampak Negatif Lingkungan, tata ruang,

pencemaran,dll

Supply input murah bagi sektor informal

Peningkatan pendapatan dan peningkatan konsumsi

Sisi penawaran/sektoral (PDRB) :

- Pertanian

- Pertambangan dan Penggalian

- Industri pengolahan - Listrik, gas, dan air

bersih - Bangunan

- Perdagangan, hotel, dan Restaurant - Pengangkutan dan

komunikasi - Keuangan - Jasa- jasa Sisi permintaan/pengguna

(PDRB):

- Konsumsi

- Pengeluaran pemerintah - Investasi

- Perdagangan internasional STRATEGI

TUJUAN

PERTUMBUHAN EKONOMI

(22)

2.5.3 Permasalahan Sektor Informal a. Ketidakefisienan

Adanya sektor informal di perkotaan secara umum sebenarnya juga menunjukkan adanya ketidak efisienan ekonomi perkotaan. Pada masalah perparkiran misalnya, kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya bisa mendapatkan pemasukan yang sangat besar dari perparkiran yang saat ini lebih banyak dilakukan oleh sektor informal. Informasi yang belum dikonfirmasikan menyatakan bahwa di Bandung uang yang didapatkan dari perparkiran ini bisa mencapai lebih dari 4,5 - 5 Milyar Rupiah setahun. Hal yang sama juga terjadi pada aktifitas perdagangan informal. Retribusi informal yang dikenakan kepada pedagang kaki lima oleh preman-preman bisa mencapai angka yang hampir sama dengan perparkiran dalam setahunnya.

Keadaan itu juga menunjukkan ada distribusi pendapatan yang tidak merata. Preman, ataupun apapun namanya yang mengelola secara informal pelaku sektor informal ini menerima uang yang sangat besar jumlahnya sementara pelaku sektor informal bisa dikatakan tidak menerima peningkatan pelayanan apapun dari kota, selain “keamanan” pelaku sector informal dari perusakan.

Dari sisi konsumen, sebenarnya tidak pula semua diuntungkan dengan harga murah, karena untuk beberapa jenis jasa tertentu konsumen dari sektor informal ini sebenarnya membayar lebih mahal. Sebagai contoh adalah konsumen air bersih dari penjaja air informal. Konsumen untuk jenis ini sangat dirugikan oleh ketidak mampuan pemerintah kota menyediakan air bersih.

(23)

b. Tidak teratur

Banyaknya sektor informal dalam bentuk penyedia barang; yang dilakukan dengan cara membuka lapak ataupun menjaja dalam kereta dorong, seringkali menjadikan kesemrawutan pada ruang-ruang kota. Jika mereka ini menjajakan secara sembarangan dipinggir jalan, maka yang terjadi adalah kemacetan. Lagi- lagi keadaan ini menyebabkan pemborosan yang besar, baik dilihat dari segi energy dan waktu.

Ketidak aturan seperti itu tidak hanya menyebabkan kemacetan tetapi juga pemandangan yang tidak baik dan seringkali sektor informal seperti ini menyebakan kerusakan lingkungan dengan buangannya yang sembarangan.

Pedangang Kaki Lima sebagai salah satu bentuk aktifitas sektor informal ini juga seringkali mengganggu pejalan kaki karena menutupi jalan yang seharusnya dipakai oleh pejalan kaki.

2.6 MODAL

Modal merupakan barang – barang atau peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya, bentuknya, kepemilikan, serta berdasarkan sifatnya.

Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua yaitu modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan sendiri. Misalnya setoran dari pemilik perusahaan. Sementara itu, modal asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan. Misalnya modal yang berupa pinjaman dari Bank.

(24)

Berdasarkan bentuknya, modal dibagi menjadi modal konkret dan modal abstrak. Modal konkret adalah modal yang dapat dilihat secara nyata dalam proses produksi. Misalnya mesin, gedung, mobil, dan peralatan. Sedangkan yang dimaksud dengan modal abstrak adalah modal yang tidak memiliki bentuk nyata, tetapi mempunyai nilai bagi perusahaan. Misalnya hak paten, nama baik, dan hak merek.

Berdasarkan kepemilikannya, modal dibagi menjadi modal individu dan modal masyarakat. Modal individu adalah modal yang sumbernya dari perorangan dan hasilnya menjadi sumber pendapatan bagi pemiliknya. Contohnya adlaah rumah pribadi yang disewakan atau bunga tabungan di Bank. Sedangkan yang dimaksud dengan modal masyarakat adalah modal yang dimiliki oleh pemerintah dan digunakan untuk kepentingan umum dalam proses produksi. Contohnya adalah rumah sakit umum milik pemerintah, jalan, jembatan, atau pelabuhan.

Berdasarkan sifatnya, modal dibagi menjadi modal tetap dan modal lancer.

Modal tetap adalah jenis modal yang dapat digunakan secara berulang – ulang.

Misalnya mesin – mesin dan bangunan pabrik. Sementara itu, yang dimaksud dengan modal lancer adalah modal yang habis digunakan dalam satu kali proses produksi, misalnya, bahan – bahan baku.

2.7 PENDIDIKAN

Pendidikan menjadi salah satu prioritas Pemerintah dimana berkaitan dengan agenda – agenda pembangunan nasional. Dalam Rencana Pembangunan Menengah Nasional (RPJM) tahun 2004 – 2009 terdapat tiga agenda yang dilaksanakan yang menjadi arah kebijakan pembangunan jangka menengah, yakni

(25)

menciptakan Indonesia yang aman dan damai, menciptakan Indonesia yanga adil dan demokratis, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pendidikan berkaitan erat hubungannya terhadap kesejahteraan masyarakat. Dalam APBN 2010, anggaran yang digunakan untuk pendidikan adalah 20% dari APBN. Kondisi ini disebabkan kebijakan tersebut merupakan salah satu prioritas belanja pemerintah untuk mendukung sasaran – sasaran pembangunan sesuai Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2010 dalam APBN 2010.

Kebijakan tersebut kini dilaksanakan dimana telah disediakan anggaran pendidikan untuk tahun 2010 sebesar 195,6 Triliun, dengan komponen anggaran pendidikan melalui pemerintah pusat Rp. 82,5 Triliun, dan transfer ke daerah sebanyak Rp.113,1 Triliun.

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Menurut UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik.

Dalam Undang – undang SISDIKNAS, pendidikan dibagi dalam 3 kategori, yakni:

a. Kegiatan bimbingan; guna menanam, memupuk, mengembangkan, sikap mental, pembaharuan, pembangunan dalam diri dan peserta didik.

b. Kegiatan pengajaran; menyampaikan pengetahuan informasi, fungsional untuk meningkatkan mutu dan taraf hidup.

c. Kegiatan pelatihan; menyampaikan keterampilan yang relevan.

(26)

Menurut UNESCO Jaques Delors (dalam www.slideshare,net; Ideologi dan Pendidikan), prinsip pendidikan terdiri atas dua bagian, yakni :

1. Berlangsung sepanjang hayat

2. Pendidikan mempunyai empat pilar, yaitu : a. Learning to know

Defenisi Learning to know berarti belajar sepanjang hayat (Life long of education) dan belajar bagaimana caranya untuk belajar (Learning how to learn).

b. Learning to do

Learning to do merupakan belajar untuk mengaplikasikan ilmu, bekerja sama dalam team, belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi, belajar untuk berkarya atau mengaplikasikan ilmu yang didapat oleh seseorang.

d. Learning to be

Learning to be adalah belajar untuk dapat mandiri, menjadi orang yang bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan bersama.

e. Learning to live together

Learning to live together adalah belajar memahami dan menghargai orang lain, sejarah mereka dan nilai – nilai agamanya.

Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup dan kemajuan yang lebih baik. Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan keterampilan / pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja.

Referensi

Dokumen terkait

19 tertentu untuk wisatawan tertentu yang disasar, di mana mereka berpikiran realistis dalam menentukan target pasar dikarenakan menu lokal berbeda dengan menu internasional

Berdasarkan hasil penelitiaan Kualitas pelayanan masyarakat di Kecamatan Bontobahari sudah cukup baik, penyedia pelayanan publik perlu melakukan langkah strategis

Sebaliknya apabila manusia memilih amal munkar, maka apa yang mereka lakukan tiada nilai dihadapan Allah swt dalam kata lain yang dilakukan hanyalah amalan yang sia-sia atau

masyarakat, Kepolisian Daerah Provinsi Lampung menggunakan pendekatan budaya dalam kinerjanya. Pendekatan budaya tersebut dilakukan sebagai bentuk upaya pemecahan

Pengukuran kinerja perusahaan tidak lagi dianggap baik jika hanya dilihat dari sisi keuangan saja yang dianggap tidak mampu mencerminkan kompleksitas dan nilai

pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Dan sebagian subjek evaluasi sudah mampu dalam membuat media pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar,

dari aspek inilah dibentuklah CSI, seperti yang sudah dijelaskan di atas, agar dapat mengkordinir para anggota yang tersebar di berbagai daerah. Setelah melalui

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada pasien asma bronkial yang berobat jalan di Poliklinik Paru RSUD Arifin Achmad Pekanbaru periode Desember 2012 didapatkan