• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PERFORMANSI MESIN DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DAN PREVENTIVE MAINTENANCE STRATEGY PADA PERUSAHAAN X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN PERFORMANSI MESIN DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DAN PREVENTIVE MAINTENANCE STRATEGY PADA PERUSAHAAN X"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENINGKATAN PERFORMANSI MESIN DENGAN METODE OVERALL

EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DAN PREVENTIVE MAINTENANCE

STRATEGY PADA PERUSAHAAN X

Vita Nabela, Moses L. Singgih

Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

Email: vitanabela@yahoo.com; moseslsinggih@gmail.com

Abstrak

Perusahaan X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri penghasil baterai dengan jenis

lead acid battery. Semakin tingginya permintaan produk dan semakin tingginya persaingan, perusahaan

dituntut untuk efektif dan efisien dalam menjalankan proses produksinya. Saat ini perusahaan menggunakan metode tradisional yaitu nilai downtime dalam mengukur performansi mesin produksinya. Penelitian ini menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) untuk mengukur performansi mesin. Konsep OEE dapat menangkap tiga parameter yaitu tingkat ketersediaan waktu (availability rate), kecepatan operasi mesin (performance rate), dan tingkat kualitas produk yang dihasilkan (quality rate). Analisa kualitatif dilakukan dengan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Dari FMEA, akan diketahui jenis kegagalan dan dampak yang diakibatkan pada mesin. Setelah pengukuran, dilakukan perbaikan dengan preventive maintenance strategy. Jenis maintenance yang diusulkan adalah schedule

restoration task/ schedule discard task dan finding failure task. Hasil penelitian yang diusulkan berupa

interval pemeliharaan dan aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan selama pemeliharaan yang akan menjadi SOP untuk operator pada masing-masing mesin. Hasil dari perbaikan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan performansi mesin dan peningkatan pendapatan perusahaan.

Kata Kunci : Overall Equipment Effectiveness (OEE), Failure Mode And Effect Analysis (FMEA), Preventive Maintenance Strategy, Peningkatan performansi, Peningkatan pendapatan

Abstract

X Company is a manufacturing company which expertise in producing lead acid battery. Increasing demand of products and increasing market competition, company must be effective and efficient in doing their production process. In current state, the company use traditional method, namely downtime to measure machine performance. This research uses Overall Equipment Effectiveness (OEE) approach to measure machine performance. OEE concept contains three parameters: availability rate, performance rate, and quality rate. Then, analyzed qualitatively using Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). After measuring, then doing improvement using preventive maintenance strategy. The preventive maintenance strategy that has been determined is schedule restoration task/ schedule discard task and finding failure task. The proposed preventive maintenance strategy are maintenance interval and maintenance task. Maintenance tasks are activities that must be performed during maintenance process and will be SOP for machine operators. Implementation of proposed preventive maintenance strategy will give technique benefits and economic benefits.

Keywords : Overall Equipment Effectiveness (OEE), Failure Mode And Effect Analysis (FMEA), Preventive Maintenance Strategy, Performance improvement, Revenue improment

(2)

2

1. Pendahuluan

Pada saat ini industri otomotif mengalami perkembangan dan peningkatan dengan pesat yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya volume kendaraan bermotor. Peningkatan volume kendaraan bermotor juga berpengaruh pada peningkatan kebutuhan baterai dari tahun ke tahun. Semakin tingginya permintaan produk dan semakin tingginya persaingan, mengharuskan perusahaan mempunyai strategi agar tetap bisa mempertahankan daya saing.

Perusahaan X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri penghasil baterai dengan jenis lead acid battery. Peningkatan persaingan ini menciptakan kesadaran akan pentingnya suatu metode improvement yang dapat mempertahankan daya saing. Evaluasi kinerja fasilitas produksi dapat dilakukan setelah dilakukan pengukuran. Pengukuran yang dilakukan perusahaan masih berdasarkan metode tradisional, yaitu berdasarkan nilai downtime. Dari data perusahaan menunjukkan downtime mesin relatif tinggi. Pada penelitian ini, pengukuran dilakukan dengan metode Overall

Equipment Effectiveness (OEE) untuk mengukur

performansi mesin. Konsep OEE dapat menangkap tiga parameter yaitu tingkat ketersediaan waktu (availability rate), kecepatan operasi mesin (performance rate), dan tingkat kualitas produk yang dihasilkan (quality rate). Dari pengukuran tersebut akan diketahui nilai performansi perusahaan kemudian perusahaan dapat melakukan perbaikan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem produksinya (Muthiah & Huang, 2006).

Untuk meningkatkan performansi mesin dan untuk mengatasi masalah perusahaan yang berkaitan dengan downtime, maka diusulkan perbaikan yaitu preventive maintenance strategy. Dari rancangan preventive maintenance strategy tersebut diharapkan dapat meningkatkan performansi mesin dan meningkatkan pendapatan perusahaan.

2. Pengukuran Performansi Mesin

Tools yang digunakan untuk mengukur performansi mesin adalah dengan Overall

Equipment Effectiveness (OEE). Dalam konsep

produktivitas menurut Sumanth (1984), diperlukan pengukuran untuk melakukan perbaikan. OEE digunakan sebagai tools untuk mengukur performansi mesin karena dapat menangkap tiga parameter yaitu tingkat ketersediaan mesin (availability), performansi mesin (performance), dan kualitas mesin dalam menghasilkan produk (quality). Hasil dari pengukuran tersebut digunakan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan. Pengukuran performansi perusahaan amatan menggunakan data Bulan Desember 2013.

Matriks OEE berupaya untuk mengidentifikasi biaya tersembunyi yang terdapat pada setiap peralatan produksi (Muthiah, Huang, & Mahadevan, 2006). OEE dirumuskan sebagai berikut.

𝑂𝐸𝐸 = 𝐴𝑒𝑓𝑓× 𝑃𝑒𝑓𝑓× 𝑄𝑒𝑓𝑓 (1)

Ketiga komponen OEE ini dihitung dengan rumus berikut: 𝐴𝑒𝑓𝑓=𝑇𝑇𝑈 𝑇 (2) 𝑃𝑒𝑓𝑓=𝑇𝑇𝑃 𝑈× 𝑅𝑎𝑐𝑡 𝑅𝑡ℎ (3) 𝑄𝑒𝑓𝑓= 𝑃𝑔 𝑃𝑎 (4) Dimana,

𝐴𝑒𝑓𝑓 = Tingkat Ketersediaan Waktu

Peralatan

𝑃𝑒𝑓𝑓 = Tingkat Performansi Peralatan

𝑄𝑒𝑓𝑓 = Tingkat Kualitas Peralatan

𝑇𝑈 = Uptime Peralatan

𝑇𝑇 = Total Waktu Observasi

𝑇𝑃 = Waktu Produksi Peralatan

𝑅𝑎𝑐𝑡 = Kecepatan Aktual Proses Produksi

Peralatan

𝑅𝑡ℎ = Kecepatan Proses Produksi Secara

Teori dari Peralatan 𝑝𝑔 = Output Baik yang dihasilkan

𝑝𝑎 = Produk Aktual yang dihasilkan

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai

availability memiliki level pencapaian yang

paling rendah. Berikut ini merupakan hasil pengukuran OEE pada semua mesin di lini 1 lantai produksi perusahaan amatan.

(3)

3

Tabel 1 Rekap Nilai Overall Equipment

Effectiveness (OEE) No Nama Mesin A Q P OEE (%) 1 Casting 67.82 95.93 88.96 57.87 2 Oxed (Ball Mill) 79.14 96.65 81.65 62.45 3 Mixer 83.78 95.45 83.54 66.8 4 Pasting 81.47 98.46 81.87 65.67 5 Curing 80.25 99.13 79.58 63.31 6 Rectifier 88.93 98.92 69.56 61.19 7 Oven Drying 73.67 99.36 81.62 59.74 8 Cutting 82.25 98.78 75.66 61.47 9 Stacking 77.57 98.41 80.65 61.57 10 COS 81.88 99.37 84.44 68.7 11 Welding 78.05 97.3 65.79 49.97 12 Heat Sealing 61.05 99.54 78.31 47.58

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai availability memiliki level pencapaian yang relatif rendah. Maka perbaikan akan fokus pada peningkatan availability. Perbaikan availability secara langsung akan meningkatkan nilai OEE pada mesin.

3. Perbaikan Performansi Mesin

Perbaikan yang dilakukan untuk memperbaiki performansi mesin adalah dengan mengusulkan maintenance interval dan

maintenance task. Jenis maintenance interval

yang dirancang adalah schedule discard task /

schedule restoration task dan finding failure task. Maintenance interval pada schedule discard task / schedule restoration task dihitung dengan

menggunakan conventional preventive maintenance. Sedangkan finding failure interval

dihitung berdasarkan nilai availability yang dikehendaki atau diharapkan oleh perusahaan.

Usulan perbaikan berupa maintenance

interval dan maintenance task. Maintenance interval maksudnya adalah rancangan waktu

pemeliharaan yang memuat informasi hari ke berapa dan jam ke berapa pemeliharaan harus dilakukan, serta berapa lama pemeliharaan harus

dilakukan. Sedangkan maintenance task yang diusulkan berupa rancangan aktivitas yang harus dilakukan oleh operator ketika melakukan pemeliharaan. Berikut merupakan contoh maintenance task untuk mesin Casting.

Tabel 2 Finding Failure Task Untuk Masing-Masing Mesin

Finding Failure Task

1

Memeriksa secara visual kondisi

kompressor pada proses pembuatan bahan spray (dalam proses casting)

2

Memantau pancaran spray gun (jika pancaran tidak normal, maka dilakukan setting ulang)

3 Membersihkan bagian Mould, Lug, dan Frame

4

Memeriksa dan memantau temperatur Pot Casting dan Leadle Casting secara visual pada monitor

5 Memantau kondisi terbukanya Mould pada saat grid pelat keluar

6 Memberi air dumus secara berkala pada Trimming Cutter Grid

7

Memantau Trimming Cutter Grid (Jika sudah tidak sesuai ukuran, maka dilakukan setting ulang)

8

Selalu menimbang grid pelat yang dihasilkan untuk menghindari banyaknya produk cacat

Dari hasil perbaikan dengan menggunakan

maintenance interval dan maintenance task, akan

diperoleh penurunan failure rate. Penurunan failure rate secara otomatis akan meningkatkan availability dan meningkatkan performansi mesin (OEE). Berikut ini merupakan besarnya peningkatan performansi mesin dari kondisi eksisting dan setelah perbaikan.

(4)

4

Tabel 3 Peningkatan OEE

Nama Mesin Eksisting (%) Setelah Perbaikan (%) Peningkatan (%) Casting 57.87 69.32 19.78 Oxide 62.45 74.98 20.06 Mixer 66.8 75.46 12.96 Pasting 65.67 71.37 8.68 Curing 63.31 70.01 10.58 Rectifier 61.19 63.55 3.85 Oven Drying 59.74 69.93 17.07 Cutting 61.47 69.03 12.31 Stacking 61.57 77.19 25.37 COS 68.7 77.12 12.25 Welding 49.97 55.46 11 Heat Sealing 47.58 60.91 28.01 Peningkatan juga terjadi dari segi ekonomi. Terjadi peningkatan pendapatan.

Jumlah Produksi Harga Jual ($) Total (Rp/Bulan) Pendapatan Eksisting 20927 32.65 8,101,491,483 Pendapatan Setelah Perbaikan 26789 32.65 10,370,708,098

Dengan demikian dapat diketahui bahwa implementasi proposed maintenance

interval dapat meningkatkan pendapatan sebesar

Rp. 10.370.708.483,00 – Rp. 8.101.491.483,00 = Rp. 2.269.216.615,00.

1. Kesimpulan dan Saran Perbaikan ke Depan

Matriks OEE digunakan untuk mengukur performansi mesin. Matriks pengukuran tersebut sudah menangkap tiga parameter yaitu

availability, performance rate, dan quality rate.

Perbaikan akan dilakukan dengan preventive

maintenance strategy berupa maintenance

interval dan maintenance task. Hasilnya

menunjukkan terjadi peningkatan secara teknis maupun secara ekonomis.

Matriks OEE hanya mengangkap performansi pada level mesin. Penelitian erlu dikembangkan

lagi untuk mengukur performansi sistem produksi. Penelitian juga perlu dikembangkan lagi dengan mempertimbangkan line balancing agar dapat memberikan usulan perbaikan terhadap alokasi sumber daya pada perusahaan.

Daftar Pustaka

Ahuja, I.P.S. dan Khamba, J.S. 2008. Total Productive Maintenance: Literature Review and Directions. International

Journal of Quality & Reliability Management, vol. 25 no. 7, pp.

709-756.

Ahhire, C.P. dan Relkar, A.S. 2012. Correlating Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) & Overall Equipment Effectiveness (OEE). Procedia Engineering, vol. 38 pp. 3482-3486.

Assauri, S. 2004. Manajemen Produksi dan

Operasi. Jakarta: Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

Betrianis. (2005). Pengukuran Nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) Sebagai Dasar Usaha Perbaikan Proses Usaha Manufaktur Pada Lini Produksi. Jurnal

Teknik Industri Universitas Petra, vol. 7

no.2

Chan, F.T.S., Lau, H.C.W., Ip, R.W.L., Chan, H.K., Kong, S. 2003. Implementation of Total Productive Maintenance: A Case Study. International Journal of Production Economics, no. 95, pp.

71-79.

Corder, A.S., 1996. Teknik Manajemen Pemeliharaan. Jakarta: Erlangga.

Dhillon, B.S. 2006. Maintainability,

Maintenance, and Reliability for

Engineers. New York: Taylor & Francis

Group.

Ebeling, C.E., 1997. An Introduction Reliability

and Maintainability Engineering. New

York: The MC. Graw Hill Companier Inc.

F.H. Barron dan B.E. Barrett. 1996. Decision Quality Using Ranked Attribute

(5)

5

Weights. Management Science, vol. 42, no 11, pp. 1515-1523.

Huang, S., Dimukes, J., Shi, J., Su, Q., Razzak, M., & Robinson, D. (2002). Manufacturing System Modeling For Productivity Improvement. Journal of

Manufacturing System, vol. 21 pp.

249-259.

Information Technology, Communication, and e-Business Magazine (e-Bizz Asia). (2005, Juny). 6 Strategies to Build

Business Competitiveness. Volume

III-27. Retrieved November 10, 2013, from

http://www.ebizzasia.com/0327-2005/focus,0327,03.htm

Jardine, A.K.S. dan Camphel, J.D. 2001.

Maintenance Excellence. New York:

Marcel Dekker Inc.

J.H. Kim, H.Y. Jeong, J.S. Park. 2009. Development of The FMECA Process and Analysis Methodology for Railroad System. International Journal of Automotive Technology, vol. 10, no. 6,

pp. 753-759.

Leanproduction.com. 2013. Overall Equipment

Effectiveness. Retrieved from

http://www.leanproduction.com/oee.htm l.

Lewis, E.E. 1987. Introduction to Reliability

Engineering. New York: John Wiley &

Sons.

Mali, Paul. 1978. Improving Total Productivity:

MBO Strategic For Business,

Government, and Not For Profit Organization. New York: John Wiley &

Sons.

Mobray, J. 1987. Reliability Centered

Maintenance (RCM II). 2nd edition.

New York: Industrial Press.

Muthiah, K., dan Huang, S.H. 2003. A Review of Literature on Manufacturing Systems Productivity Measurement and Improvement. Int. J. Industrial and

Systems Engineering, vol. 1, no. 4, pp.

461-484.

Muthiah, K.M., Huang, S.H., & Mahadevan, S. (2006). Automating Factory Performance Diagnostics Using Overall Throughput Effectiveness (OTE) Metric. International Journal of Advance Manufacturing Technolology,

DOI 10.1007/s00170-006-0891-x. Nakajima, S. 1988. Introduction to Total

Productive Maintenance. Cambridge,

MA: Productivity Press.

Prawirosentono, S. (2000). Manajemen Operasi;

Kasus, Analisis dan Studi Kasus (2nd

Edition ed.). Jakarta: Bumi Aksara. Sumant, David J. 1984. Productivity Engineering

and Management. New York: McGraw

Hill Book Company, Inc.

Tsai, Y.T., Wang, K.S., & Tsai, L.C. 2004. A Study of Availability-Centered Preventive Maintenance for Multi-component Systems. Reliability Engineering and System Safety, vol. 84,

pp. 261-270.

Washnis, George J. 1998. Productivity Improvement Hand Book. New York:

Gambar

Tabel 2 Finding Failure Task Untuk Masing- Masing-Masing Mesin

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Penilaian karakter yang kedua adalah anecdotal record, yaitu kumpulan rekaman/catatan tentang peristiwa-peristiwa penting yang menonjol dan menarik perhatian

Penginjil Matius bersaksi bahwa setelah Yesus bersyukur kepada Bapa di Surga karena hikmatNya diperuntukkan bagi kaum kecil dan sederhana melalui Yesus sebagai Putera, kini

Dengan demikian bahwa Ha ditolak berarti tidak adanya perbedaan yang signifikan terhadap variabel kelompok usaha terhadap tindakan praktik perataan laba yang dilakukan oleh

Hasil pembuktian hipotesis ke-2 (dua) menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi yang diajar dengan menggunakan

Jika ingin menampilkan kata ”alias”, maka Anda tidak perlu mengetik perintah yang panjang lagi, tetapi cukup ketik ^shell^alias^ dan tekan Enter maka akan menggantikan kata

Pengelasan bahaya : Tidak dikelaskan sebagai bahan atau campuran yang berbahaya Piktogram : Tidak dikelaskan sebagai bahan atau campuran yang berbahaya Kata isyarat :