• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HASIL-HASIL KEPUTUSAN LAJNAH BAHTSUL MASAIL PWNU JAWA TIMUR TENTANG JIHAD. A. Metode Istinbath Hukum Islam Di Lajnah Bahtsul Masail NU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS HASIL-HASIL KEPUTUSAN LAJNAH BAHTSUL MASAIL PWNU JAWA TIMUR TENTANG JIHAD. A. Metode Istinbath Hukum Islam Di Lajnah Bahtsul Masail NU"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

50 BAB IV

ANALISIS HASIL-HASIL KEPUTUSAN

LAJNAH BAHTSUL MASAIL PWNU JAWA TIMUR TENTANG JIHAD.

A. Metode Istinbath Hukum Islam Di Lajnah Bahtsul Masail NU

Dari segi historis maupun operasionalitas, Bahtsul Masail NU merupakan forum yang sangat dinamis, demokratis dan “berwawasan luas”. Dikatakan dinamis sebab persoalan masail yang dibahas selalu mengikuti perkembangan hukum di masyarakat. Demokratis karena forum dalam tersebut tidak ada perbedaan antar kyai, santri, baik yang tua maupun yang muda. Pendapat siapapun yang kuat itupun yang diambil. Dikatakan “berwawasan luas” sebab dalam forum bahtsul masail tidak ada dominasi madzhab dan selalu sepakat dalam khilaf.1 Upaya pemikiran dinamis tersebut terus berkembang sehingga NU dalam forumnya menghasilkan beberapa rumusan metode Bahtsul Masail yang ditetapkan dalam Musyawarah Nasional (Munas) alim ulama‟ NU di Bandar Lampung pada tanggal 21-25 Januari 1992 .

Adapun rumusan sistem pengambilan hukum yang ditetapkan dalam Musyawarah Nasional (Munas) alim ulama‟ NU tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dalam kasus ketika jawaban bisa dicukupi oleh „ibarat kitab dan disana hanya terdapat satu qaul/wajh (satu jenis pendapat), maka qaul wajah yang dipakai seperti yang diterangkan dalam „ibarat tersebut.

1 www.buntetpesantren.org,NUVersusMuhammadiyah. Diakses tanggal 27 September

(2)

2. Dalam kasus ketika jawaban bisa dicukupi oleh „ibarat kitab dan disana terdapat lebih dari satu qaul? wajh maka dilakukan taqrir jama‟i (ketetapan bersama) untuk memilih satu qaul/wajh.

3. Dalam kasus ketika tidak ada qaul/wajh sama sekali yang memberi penyelesaian, maka dilakukan prosedur ilhaq al masail bi nadhairiha (analogi sari kitab fiqih) oleh para ahlinya.

4. Dalam kasus yang tidak ada qaul/wajh sama sekali dan tidak mungkin dilakukan ilhaq, maka dilakukan istinbath jama‟i (penggalian hukum secara kolektif) dengan prosedur bermadzhab secara manhaji (metodologis) oleh para ahlinya. 2

Berdasarkan hasil munas tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya istinbath hukum NU dapat dilakukan secara manhaji dengan merekomendasikan para kiai NU yang sudah mempunyai kemampuan intelektual cukup untuk beristinbath langsung dari teks dasar. Jika tidak mampu maka diadakan ijtihad jama‟i (ijtihad kolektif). Bentuknya bisa istinbath (menggali dari teks asal/dasar) maupun ilhaq (qiyas).

Pengertian istinbath hukum dikalangan NU bukan mengambil hukum secara langsung dari sumber aslinya, yaitu al Qur‟an dan Sunnah akan tetapi sesuai dengan sikap dasar bermadzhab mentathbiqkan (memberlakukan) secara dinamis nash-nash fuqaha dalam konteks permasalahan yang dicari hukumnya. Sedangkan istinbath dalam pengertian pertama (cenderung kearah perilaku) ijtihad yang oleh ulama

2 www.Wahidinstutate.org/Program/Detail.Metode Istinbath Muhammadiyah, NU &

(3)

NU dirasa sangat sulit karena keterbatasan-keterbatasan yang disadari oleh mereka. Terutama di bidang ilmu-ilmu penunjang dan pelengkap yang harus di kuasai oleh yang namanya mujtahid. Sementara itu ijtihad yang kedua selain praktis dapat dilakukan oleh semua ulama NU yang telah mampu memahami ibarat kitab-kitab fiqih sesuai dengan terminologinya yang baku.

Kalimat istinbath dikalangan NU terutama dalam kerja bahtsul masailnya Syuriyah NU tidak populer karena kalimat itu telah populer dikalangan ulama NU yang konotasinya yang pertama yaitu ijtihad, suatu hal yang tidak dilakukan oleh ulama Syuriyah karena keterbatasan pengetahuan. Sebagai gantinya di pakai kalimat bahtsul masail yang artinya membahas masalah-masalah waqi‟ah (yang terjadi) melalui maraji (referensi) yaitu kutubul fuqaha (kitab-kitab karya ahli fiqih).3

Sikap dasar bermadzhab telah menjadi pegangan NU sejak berdirinya. Secara konsekuen sikap ini ditindaklanjuti dengan upaya pengembalian hukum fiqih dari referensi dan maraji‟ berupa kitab-kitab yang pada umumnya dikerangkakan secara sistematik dalam beberapa komponen; ibadah, mu‟amalah, munakahah, jinayat, qadla. Para ulama dan bahtsul masail mengarahkan pengambilan hukum pada aqwal al mujtahidin (pendapat para mujtahid) yang muthlaq (independen) maupun yang muntasib (afiliatif). Bila kebetulan mendapatkan qaul manshush (pendapat yang telah ada nashnya), maka qaul itulah yang dipegangi.

3 NU.or.id/page/id/dinamic.detil/4/71.Bahtsul Masail dan Istinbath Hukum NU.Diakses

(4)

Namun kalau tidak, maka akan beralih pada qaul mukharraj (pendapat hasil takhrij).

Bila terjadi khilaf maka diambil yang paling kuat sesuai dengan pentarjihan ahli tarjih. Sering juga ulama NU mengambil keputusan untuk sepakat dalam khilaf, akan tetapi juga mengambil sikap untuk menentukan pilihan sesuai degan situasi kebutuhan hajiyah (kebutuhan) tahsiniyah (kebagusan) maupun dlaruriyah (darurat).

Madzhab yang dianut oleh NU dalam kehidupan sehari-hari adalah sesuai dengan madzhab yang berkembang dalam masyarakat Indonesia, madzhab Syafi‟i. Hal ini bisa dilihat para ulama NU dalam fatwa pribadi atau dalam forum bahtsul masail, hampir dapat dipastikan selalu merujuk pada kitab-kitab Syafi‟iyah.

Ijtihad dikalangan ulama NU dipahami upaya berpikir secara maksimal untuk istinbath (menggali) hukum syar‟i yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia secara langsung dari dalil tafshili (al Qur‟an dan Sunnah). Ini adalah pengertian ijtihad muthlaq dan di bawah ijtihad ini ada tingkat ijtihad fi al madzhab, yaitu istinbath hukum dari dari kaidah-kaidah imam madzhab yang diikuti.

Taqlid bagi NU adalah mengambil atau mengamalkan pendapat orang lain tanpa tahu dalil-dalilnya atau hujjahnya. Sedang talfiq secara harfiyah dapat diartikan melipatkan dua sisi menjadi satu. Namun talfiq dalam hal ini berarti menyatukan dua qaul dari madzhab yang berbeda ke

(5)

dalam problema tertentu, sehingga menjadi satu komponen hukum yang tidak menjadi pendapat (qaul) bagi dua madzhab tersebut.

Rumusan hukum produk bahtsul masail Syuriah NU, bukan merupakan keputusan akhir. Masih dimungkinkan adanya koreksi dan peninjauan ulang bila diperlukan, apabila ada kesalahan dalam keputusan tersebut. Hasil keputusan lajnah bahtsul masail disebarluaskan dan kemudian dipedomani dan dijadikan rujukan warga NU pada khususnya serta masyarakat pada khususnya, tetapi tidak bersifat mengikat.4

Pengambilan keputusan NU dibuat dalam kerangka bermadzhab pada salah satu madzhab empat dengan beberapa metode diantaranya :

a. Metode Qauli

adalah suatu cara istinbath hukum yang digunakan ulama atau intelektual NU dalam Lajnah Bahtsul Masail dengan mempelajari masalah yang dihadapi kemudian mencari jawabannya pada kitab-kitab fiqih dari madzhab empat dengan mengacu dan merujuk secara langsung pada bunyi teksnya atau dengan kata lain mengikuti pendapat-pendapat yang sudah jadi dalam lingkup madzhab tertentu. Jadi secara ringkas dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan Lajnah Bahtsul Masail adalah dengan mengacu pada bunyi teks (qaul) dari kitab-kitab madzhab empat dan karenanya disebut metode qauli.

b. Metode Ilhaqi

4

(6)

Apabila metode qauli tidak dapat dilaksanakan karena tidak ditemukan jawaban tekstual dari suatu kitab mu‟tabar, maka dilakukan apa yang disebut menyamakan hukum suatu kasus atau masalah yang belum dijawab oleh kitab (belum ada ketetapannya) dengan kasus atau masalah yang serupa yang telah dijawab oleh kitab (telah ada ketetapan hukumnya) atau menyamakan pendapat yang sudah jadi. c. Metode Manhaji

Adalah suatu cara menyelesaikan masalah keagamaan yang ditempuh Lajnah Bahtsul Masail dengan mengikuti jalan pikiran dan kaidah penetapan hukum yang telah disusun imam madzhab.5

Namun pada dasarnya pola ijtihad yang dilakukan NU lebih pada pola bermadzhab qauli kendati pada Munas Alim Ulama 1992, mulai diperkenalkannya dengan istilah madzhab manhaji.

Istinbath di lajnah bahtsul masail merupakan alternatif terakhir, yaitu ia dapat dilakukan apabila suatu masalah atau pertanyaan tidak terdapat jawabannya dalam kitab-kitab standar sehingga tidak ada peluang untuk melakukan pemilihan pendapat dan tidak memungkinkan (ulama) untuk melakukan ilhaq karena tidak ada mulhaq bih dan wajh al ilha. Istinbath dilakukan secara jama‟i dengan mengaplikasikan kaidah ushul dan kaidah fiqih.6

5

Setiarahma20.blogspot.com/2009/12/m….Metode Istinbath Hukum Majlis Tarjih Muhammadiyah. Diakses tanggal 6 Oktober 2011

6

Ahmadrajafi.wodpress.com/ Pola Ijtihad Eksklusif: Telaah Atas Ijtihad 3 Ormas Islam Di

(7)

B. Analisis Hasil-hasil LBM PWNU Jawa Timur Tentang Jihad

Berdasarkan hasil keputusan LBM NU tentang Jihad di Pesma al Hikam Malang Jawa Timur, maka dapat penulis rumuskan sebagai berikut :

1. Urf syar‟i tentang Jihad

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, jihad diartikan dengan: 1. Usaha dengan segala daya upaya untuk mencapai kebaikan; 2. Usaha sungguh-sungguh membela agama Islam dengan mengorbankan harta benda dan jiwa; 3. Perang suci untuk mempertahankan agama Islam. 7 Ulama‟ fiqih mengartikan jihad berarti membunuh orang-orang kafir. Sebagian ulama fiqih berpendapat bahwa jihad mengerahkan kemampuan untuk membunuh orang-orang kafir dan pemberontak (bughat). Dalam memaknai jihad, para ulama fiqih tidak ada pertentangan, mayoritas ulama‟ fiqih mengartikan jihad dengan qital (peperangan).8

Yusuf Qardhawi dalam bukunya “Fiqih Jihad” memaknai jihad berbeda dengan qital. Jihad berarti menanggung kesulitan atau mencurahkan kemampuan, sedangkan qital berarti menghilangkan nyawa seseorang. Kata jihad memiliki cakupan yang lebih luas daripada qital.9 Adapun ulama NU dalam forum bahtsul masailnya memaknai jihad sebagai berikut: Jihad secara bahasa berarti mencurahkan segala kemampuan guna mencapai tujuan. Sedangkan menurut syariat Islam jihad adalah mencurahkan segala kemampuan dalam upaya menegakkan

7 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Edisi Ketiga,(Jakarta:

Balai Pustaka, 2007), h,473

8

Yusuf Qardhawi, Fiqih Jihad, (Bandung: Mizan Media Utama,2010), h.4

9

(8)

masyarakat Islam dan agar kalimat Allah (kalimat tauhid dan dinul Islam) menjadi mulia serta agar syariat Allah dapat dilaksanakan di penjuru dunia. Adapun perintah jihad melawan kaum kuffar terjadi setelah Nabi hijrah ke Madinah.

Firman Allah QS. Al Hajj : 39























Artinya : “Diizinkan (berperang) bagi orang yang diperangi, sebab sesungguhnya mereka itu di aniaya”. 10

Batasan jihad yang sesuai menurut syari‟at Islam yaitu mencurahkan kemampuan dan kekuatan guna menghadapi orang-orang kafir dengan harta dan orasi.11 Jadi dalam memprensentasikan jihad pada waktu sekarang ini, jihad tidak hanya dilakukan dengan mengangkat senjata tetapi jihad dapat dilakukan dengan menunjukkan kepada masyarakat ajaran tauhid dan ajaran Islam melalui pendidikan, seperti mengajar, diskusi, meluruskan pemikiran-pemikiran keagamaan yang dapat mengaburkan kemurnian aqidah, membelanjakan harta untuk menjamin stabilitas keamanan kaum muslimin dalam upaya membangun masyarakat islami yang kuat.

Adapun berpartisipasi dalam berperang menghadapi musuh itu dilakukan apabila pemimpin telah menginstruksikan jihad (perang), serta situasi dan kondisi yang mengharuskannya.

10 Al Qur‟an dan Terjemahan, hal. 337

(9)

Disebutkan dalam kaidah fiqih :

ةصاخلا ةحلصملا ىلع ةمدقم ةماعلا ةحلصملا

Artinya : Kemaslahatan yang umum lebih didahulukan daripada kemaslahatan yang khusus.

Kaidah tersebut menjelaskan bahwa apabila terjadi benturan antara kemaslahatan umum dan khusus, maka kemaslahatan yang bersifat umum harus didahulukan, karena di dalam kemaslahatan yang umum itu terkandung pula kemaslahatan yang khusus, tetapi tidak sebaliknya.12

2. Jihad Dalam Kehidupan Bernegara dan Bermasyarakat

Hukum berjihad di NKRI adalah wajib, lebih-lebih menghadapi kelompok terorganisir melawan pemerintah yang sah atau yang ingin mendirikan negara dalam negara atau kelompok yang memisahkan diri dari NKRI atau mereka yang melakukan tindakan kejahatan terhadap agama atau pihak negara lain yang ingin menguasai sebagian wilayah atau kekayan negara kita. Selain itu tidak dibenarkan menurut ajaran Islam bila dilakukan jihad terhadap pemerintah RI dengan tuduhan sebagai negara kafir karena tidak menjalankan syari‟at Islam sebagai hukum positif. Karena pada dasarnya NKRI sudah memenuhi tuntutan sebagai dar al

12 A. Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih : Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan

(10)

Islam, disamping dalam pasal 29 ayat (2) UUD 1945 bahwa negara menjamin kebebasan beragama bagi warga negaranya.

Dan dalam mengimplementasikan konsep jihad tidak diperkenankan memposisikan warga negara non muslim sebagai musuh dan memeranginya akan tetapi kita justru berkewajiban untuk mengupayakan mereka tetap merasa aman hidup berdampingan dengan kita.13 Hal ini didasarkan pada kaidah ushul fiqh yaitu maslahah mursalah bahwa hukum tidak ditetapkan demi kemaslahatan khusus warga muslim saja tetapi kemaslahatan untuk semua umat manusia.14

Mengingat tujuan utama berjihad adalah menunjukan masyarakat dan mengajak mereka kepada ajaran tauhid dan syari‟at Islam, maka sarana jihad yang paling efektif antara lain melalui berorasi, pendidikan, harta benda dan meluruskan aliran-aliran yang menyimpang. Apabila dengan cara-cara tersebut tidak berhasil maka barulah ditempuh dengan cara jihad fisik.

Sasaran berjihad tanpa kekerasan adalah seluruh lapisan masyarakat Indonesia dan dalam situasi keamanan maka sasarannya para pengacau stabilitas dan mereka yang bertindak anarkhis. Sedangkan tindakan kekerasan (teror) yang akhir-akhir ini marak terjadi sebagai perwujudan jihad, hal itu tidaklah tepat untuk diterapkan di Indonesia mengingat tindak kekerasan tersebut hampir bisa dipastikan menimbulkan

13 Hasil Keputusan Lajnah Bahtsul Masail PWNU, Di Pesma Al Hikam Malang...h 9

14 Faiz el Muttaqin, Ilmu Ushul Fikih Kaidah Hukum Islam, (Jakarta: Pustaka Amani,

(11)

korban nyawa dan harta diluar sasaran jihad.15 Dalam kaidah fiqih disebutkan

لازي ررضلا (

kemudlaratan harus dihilangkan). Kaidah tersebut merealisasikan maqashid al syari‟ah dengan menolak mafsadah, dengan cara menghilangkan kemudlaratan atau setidaknya meringankan-nya.16

3. Status Mati Syahid Bagi Pelaku Bom Bunuh Diri

Fenomena yang terkait jihad seperti mati syahid dan aksi teror (terorisme) yang mengatasnamakan jihad nampaknya patut untuk diluruskan kembali sebagai upaya meluruskan citra negatif yang berkembang selama ini, dengan mengetahui perihal mati syahid dan aksi teror dalam syari‟ah Islam.

Teror (al iharb) secara etimologi dari kata arhaba-yurhibu yang berarti khawwafa-yukhawwifu. Maknanya adalah memberi ketakutan. Fi‟il tsulatsinya adalah rahiba yang berarti khafa (takut).17 Sedangkan terorisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dulu usaha untuk mencapai tujuan; praktik tindakan teror.18

Pada dasarnya, tindakan teror adalah dilarang. Akan tetapi, teror bisa menjadi boleh jika dilakukan untuk tujuan-tujuan yang disyariatkan dan dengan cara-cara yang disyariatkan. Adapun jika tujuannya

15 Hasil Keputusan Lajnah Bahtsul PWNU Jatim, Di Pesma Al Hikam Malang....h.12

16

A. Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih : Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan

Masalah-masalah yang Praktis...., h. 67

17 Yusuf Qardhawi, Fiqih Jihad,...h.885

(12)

disyariatkan, tetapi caranya tidak disyariatkan, atau keduanya tidak disyariatkan, dalam pandangan Islam,hal tersebut adalah haram. Contoh teror yang dibolehkan seperti teror yang dilakukan untuk menggentarkan musuh dan menebar ketakutan dihati mereka. Pembelaan diri, keluarga, dan tanah air serta seseorang, serta perlawanannya terhadap setiap agresor yang merampas tanah airnya dan mengusirnya dengan kekerasan.19

Aksi-aksi teror dengan bom bunuh diri beberapa kali terjadi di Indonesia, dimulai dari Kuta Bali pada tanggal 12 Oktober 2002 (Bom Bali I), di hotel JW Marriot pada tanggal 5 Agustus 2003, didepan Kedutaan Besar Australia, Kuningan Jakarta pada tanggal 9 September 2004. Pelaku-pelaku teror Dr.Azahari dan Noor Din merupakan contoh dari beberapa orang yang salah menafsirkan dalam pemaknaan dan pemahaman jihad. Mereka beranggapan bahwa orang selain Islam (kafir) wajib di basmi dengan segala cara tanpa memperhatikan tindakan mereka membahayakan bagi orang lain apa tidak. Selain itu mereka beranggapan bahwa kematian mereka adalah syahid.20

Jihad bukanlah perjuangan melawan orang-orang yang tak berdosa, bukan pula tindakan brutal yang menyebabkan penderitaan bagi umat manusia dan menghancurkan peradaban. Jihad adalah bekerja keras dan menegakkan keadilan bagi sesama seperti menolong kaum lemah, memberdayakan umat, dan memerangi kemiskinan.21

19

Yusuf Qardhawi, Fiqih Jihad,....h.885-887

20

Bambang Abimanyu, Teror Bom Azahari-Noor Din, (Jakarta: Republika,2006), h.29 21 Bambang Abimanyu, Teror Bom Azahari-Noor Din,...h.45

(13)

Dalam pandangan ulama‟ ahli syari‟ah, syahid dibagi menjadi dua macam yaitu syahid dunia akhirat dan syahid akhirat. Syahid dunia akhirat adalah orang yang mati dalam medan peperangan melawan orang kafir dan mati sebab perang. Sedangkan syahid akhirat adalah orang yang mati dengan sebab-sebab syahadah sebagaimana berikut antara lain : tenggelam, sakit perut, tertimpa reruntuhan dll.

Bunuh diri tidak dapat dikatakan sebagai mati syahid sekalipun dalam rangka memperjuangkan kebenaran, akan tetapi dalam peperangan yang diizinkan syara‟ (jihad) menyerang musuh dengan keyakinan akan terbunuh untuk membangkitkan semangat juang kaum muslimin adalah diperbolehkan.22

Berdasarkan hasil keputusan Munas Alim Ulama NU tahun 2002, bahwa Bunuh diri dalam Islam adalah diharamkan oleh agama dan termasuk dosa besar, akan tetapi tindakan pengorbanan jiwa, bahkan sampai mati dalam melawan kedzaliman, maka dapat dibenarkan bahkan bisa merupakan syahadah, jika: 1.Diniatkan benar-benar hanya untuk melindungi atau memperjuangkan haq-haq dasar (al dharuriyyat al-khams) yang sah, bukan untuk maksud mencelakakan diri (ahlak al-nafs). 2. Diyakini tidak tersedia cara lain yang lebih efektif dan lebih ringan resikonya. 3. Mengambil sasaran pihak-pihak yang diyakini menjadi otak dan pelaku kedzaliman itu sendiri.23

22 Hasil Keputusan Lajnah Bahtsul Masail PWNU Jatim, Di Pesma Al Hikam...45-47

23 Pengantar Sahal Mahfudh, Ahkamul Fuqaha Solusi Problematika Hukum Islam

Keputusan Muktamar Munas dan Konbes Nahdlatul Ulama (1926-2010),: (Surabaya : Khalista,

(14)

Adapun hukuman bagi para promotor atau pemberi indoktrinasi bunuh diri adalah ta‟zir bahkan bisa sampai hukuman mati, apabila dampak mafsadah dan madlaratnya merata di kalangan masyarakat luas serta hukuman ta‟zir yang lain sudah tidak efektif lagi.24

Seperti dalam kaidah “

ةحلصملا عم رودي ريزعتلا

”. Sanksi ta‟zir (berat ringannya) bergantung kepada kemaslahatan. Bahwa sanksi ta‟zir bekaitan dengan tindak pidana ta‟zir.

Tindak pidana ta‟zir ada tiga macam, yaitu : pertama tindak hudud atau qishas yang dikukuhkan oleh Al Qur‟an dan Al Hadits tetapi tidak memenuhi syarat untuk dijatuhi hukuman had atau qishas, seperti percobaan pembunuhan, perampokan, pencurian. Kedua, kejahatan-kejahatan yang dikukuhkan oleh Al Qur‟an dan Al Hadits tetapi tidak disebutkan sanksinya. Sanksinya diserahkan kepada pemerintah (ulil amri), seperti penipuan saksi palsu, perjudian. Ketiga kejahatan-kejahatan yang ditentukan oleh pemerintah demi untuk kemaslahatan rakyatnya, seperti aturan lalu lintas, perlindungan hutan. Sanksi ta‟zir yang terberat adalah hukuman mati, sedangkan yang teringan adalah berupa peringatan. Berat ringannya sanksi ta‟zir ditentukan oleh kemaslahatan.25

Dari pembahasan-pembahasan yang sudah penulis paparkan di atas dan pada pembahasan-pembahasan bab sebelumnya, dapat diketahui bahwa konsep-konsep jihad oleh lajnah bahtsul masail merupakan konsep

24 Keputusan Hasil Lajnah Bahtsul Masail PWNU Jatim, Di Pesma Al Hikam....h.51

25 A. Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih : Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan

(15)

jihad yang dirasa sudah sesuai apabila diterapkan di zaman sekarang ini, mengingat situasi dan kondisi khususnya negara Indonesia ini merupakan negara yang sudah merdeka dan berdaulat. Jihad tidak hanya dapat dimaknai dengan perang mengangkat senjata atau dengan fisik. Jihad di waktu sekarang dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, baik melalui lesan, pikiran maupun harta. Seperti halnya melantunkan adzan untuk shalat berjama‟ah, menegakkan syari‟at baik dalam shalat, puasa, zakat, nilai-nilai kejujuran, dan kebenaran. Selain itu berupaya mengayomi dan melindungi orang-orang yang berhak mendapatkan perlindungan baik muslim maupun non muslim juga merupakan jihad.

Berdasarkan firman Allah Swt yang artinya “ Perangilah orang-orang musyrik dengan harta kalian, jiwa kalian dan lesan kalian”. Artinya pengertian jihad tidak hanya terbatas pertempuran, peperangan, dan ekspedisi militer bukan tindakan kekerasan, aksi teror atau bahkan tindakan bunuh diri, karena tindakan-tindakan tersebut tidak dibenarkan dalam syari‟at Islam. Tetapi pengertian jihad mencangkup segala bentuk kegiatan dan usaha yang maksimal dalam rangka dakwah Islam, „al-amar bi al-ma‟ruf wa an-nahyi an al-munkar. (perintah berbuat kebaikan dan menjauhi perbuatan keji).

(16)

65 BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat penulis simpulkan:

Bahwa konsep jihad menurut hasil keputusan lajnah bahtsul masail PWNU Jawa Timur, jihad tidak hanya dapat dilakukan dengan perang mengangkat senjata atau dengan fisik, tetapi jihad dapat dilakukan melalui lesan, pikiran, maupun harta. jalur orasi seperti pendidikan, mengajar, menyebarluaskan persatuan Islam dan lain-lain. Membelanjakan harta untuk kepentingan umat Islam dalam menegakkan masyarakat yang dicita-citakan. Adapun jihad dengan kekerasan dan aksi teror sampai aksi bunuh dri tidak dibenarkan dalam syari‟at Islam. Jihad mencakup mencakup segala bentuk kegiatan dan usaha yang maksimal dalam rangka dakwah Islam, amar bi al-ma‟ruf an-nahyi an al-munkar

B. Saran

Dalam menafsirkan teks-teks agama terutama dalam masalah jihad hendaknya dilakukan secara komprehensif baik tekstual maupun kontekstual sehingga dihasilkan pemaknaan yang utuh tidak parsial dan tentunya harus dikedepankan nilai-nilai kemaslahatan umat.

Selain itu dalam memutuskan suatu hukum dan demi tegaknya agama Allah tentunya sangat dibutuhkan adanya persatuan dan kesatuan umat Islam.

(17)

Segala sesuatu yang menjadi khilafiyah hendaknya dikesampingkan jangan sampai meruncing kepada perpecahan. Karena dengan adanya perbedaan umat Islam dapat berkembang seiring berkembangnya zaman, selain itu menambah nuansa khazanah keilmuan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis mempunyai anggapan dasar bahwa kemampuan komunikasi sangat diperlukan dalam proses pembelajaran IPS sebab untuk melatih

Secara umum dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa sistem identifikasi citra jenis jahe menunjukkan akurasi yang paling tinggi yaitu 81,67% pada ukuran citra yaitu

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penambahan lumpur sawit segar dan lumpur sawit fermentasi dalam ransum tidak berpengaruh

Peneliti berasumsi bahwa sebelum dilakukan intervensi pendidikan kesehatan melalui konseling menggunakan lembar balik, sebagian besar responden berpengetahuan cukup

Penelitian ini di harapkan memberikan sumbangan pemikiran serta informasi bagi semua pihak terutama masyarakat dan juga sebagai bahan evaluasi kinerja manajemen oleh UKM

Pada unit pengawasan mutu pabrik teh hitam yang direncanakan, total kebutuhan air yang digunakan untuk sanitasi karyawan, peralatan, dan ruangan laboratorium setiap bulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Danga Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo Tahun 2016, dapat disimpulkan bahwa terdapat