• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN PDA PADA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DAN PEMBELAJARAN KLINIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN PDA PADA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DAN PEMBELAJARAN KLINIK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

UNIVERSITAS INDONESIA

PEMANFAATAN PDA PADA PRAKTIK

KLINIK KEPERAWATAN DAN

PEMBELAJARAN KLINIK

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas UTS Mata Kuliah SIM Dosen pengampu: Rr.Tutik Sri Hariyati, S. Kp., MARS

Disusun oleh: ACHMAD SYAIFUDIN

NPM : 1006755222

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

KEKHUSUSAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA 2011

(2)

2 PEMANFAATAN PDA PADA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

DAN PEMBELAJARAN KLINIK

Abstrak

Salah satu dari perkembangan teknologi dibidang informasi yang sudah banyak dipergunakan oleh kalangan perawat di dunia adalah teknologi PDA (personal digital assistance). PDA merupakan sebuah inovasi yang sangat memberikan manfaat lebih bagi dunia kesehatan, khususnya keperawatan. Fungsi PDA untuk perawat yaitu akses cepat mengenai informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan kalkulasi obat atau perhitungan cairan IV infus; perawat dapat menyimpan data pasien, membuat grafik/table, mengefisiensikan data dan menyebarluaskannya. PDA (Personal Digital Assistants) adalah sebuah alat komputer genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain sebagai organizer individu, namun terus berkembang sepanjang masa. PDA memiliki fungsi antara lain sebagai kalkulator, jam, kalender, games, internet akses, mengirim dan menerima email, radio, merekam gambar/video, membuat catatan, sebagai address book, dan juga spreadsheet. Tujuan : menganalisis perkembangan teknologi kesehatan/ keperawatan mutakhir dengan menggunakan PDA sebagai alat bantu dalam melakukan perawatan di rumah sakit maupun sebagai alat bantu pengajaran dalam pembelajaran klinik keperawatan.

Kata kunci : PDA, praktik klinik keperawatan, pembelajaran klinik

Latar belakang

Perkembangan teknologi informasi sudah mulai menyentuh dunia keperawatan. Kebutuhan layanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan yang cepat, efisien dan efektif merupakan tuntutan masyarakat modern saat ini. Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, istilah telemedicine, telehealth dan telenursing menjadi popular sebagai salah satu model layanan kesehatan. Perawat mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik. Dengan adanya teknologi, sangat memungkinkan perawat memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih baik.

Pengambilan dan pengolahan data menggunakan PDA oleh dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya, akan berdampak terhadap meningkatnya perawatan pasien dan meningkatkan efisiensi dengan mengurangi kesalahan medis, meningkatkan kualitas

(3)

3 perawatan pasien dan keselamatan (K. L. Fisher & Koren, 2007). PDA juga dapat dihubungkan dengan informasi di Internet dan mampu menerima program-program penting untuk praktek keperawatan, yang dapat disinkronkan dengan komputer pribadi. Perawat pendidik memiliki tanggung jawab besar dalam bidang ini dan perlu menyadari dan tanggap terhadap tren baru dan perubahan dalam lingkungan perawatan. Munculnya informatika keperawatan dalam praktek merupakan sebuah tantangan untuk pendidik perawat untuk menemukan cara-cara untuk mengintegrasikan teknologi di kurukilum keperawatan. (Simpson, 2001)

Penggunaan PDA dalam setting pendidikan klinis dapat menyediakan informasi mengenai obat, penyakit, proses tanda & gejala, penyakit, pengobatan dan prosedur keperawatan keterampilan, dan kesehatan. penilaian menyediakan Sebuah upaya persiapan klinis bagi siswa ini menunjukkan tiga manfaat dari PDA: ukuran perangkat memungkinkan siswa untuk merekam keperawatan keterampilan atau pengalaman belajar segera setelah waktu klinis, manajemen waktu dalam perspektif untuk evaluasi klinis adalah bahwa sedikit waktu yang dipercepat untuk menyelesaikan evaluasi dengan dokumentasi kinerja dan pertumbuhan dalam file PDA, dan mobilitas PDA sangat penting untuk pekerjaan yang harus diselesaikan dalam konferensi kamar atau tempat yang ditunjuk lainnya. Secara keseluruhan, proyek-proyek positif menunjukkan bahwa integrasi PDA menjadi kinerja klinis efektif.

Hasil penelitian dari Biller Patricia (2011), tentang akurasi dan efisiensi penggunaan PDA dalam membantu perawat pemula mengambil keputusan klinis menunjukkan penggunaan PDA lebih efisien dibandingkan dengan manual texboox dan tidak ada pebedaan akurasi penggunaan PDA dan manual texboox dalam memecahkan kasus klinik. Hal ini semakin menunjukkan bahwa penggunaan teknologi informasi khususnya PDA, dapat membantu perawat mempercepat penyelesaian tugas keperawatan dengan akurasi yang tetap terjaga dengan baik. (Patricia Biller Krauskopf, 2011)

Tulisan ini bertujuan: menganalisis perkembangan teknologi kesehatan/ keperawatan mutakhir dengan menggunakan PDA sebagai alat bantu dalam melakukan perawatan di rumah sakit maupun sebagai alat bantu pengajaran klinik dalam pendidikan keperawatan.

(4)

4 Kajian Literature

1.

Pemanfaatan PDA Pada Keperawatan Klinik untuk Menurunkan Medication Error dengan Barcode Berbasis PDA

Bar code medication administration (BCMA) sistem bar code yang dirancang sebagai

media pencegah kekeliruan pengobatan (medication errors) dan meningkatkan keselamatan pasien dengan system validasi 6 benar dalam administrasi pengobatan. Perawat, farmasi dan TI berkolaborasi untuk meningkatkan keamanan pasien (Foote & Coleman, 2008). Sistem ini terdiri atas alat pembaca bar code, media komputer portable seperti Personal Digital Assistant (PDA) dengan koneksi wireless, sebuah server, dan beberapa software lainnya yang mendukung koneksi hardware dengan sistem database dan sistem inventori. Aplikasi BCMA dengan Powerchart (program elektronik yang digunakan departemen keperawatan untuk dokumentasi) yang dapat menvalidasi perawat untuk mencatat administrasi obat, menggunakan sebuah computer dan bar code scanner yang disentuhkan ke kartu pengobatan. Kemudian dihubungkan dengan sebuah jaringan wereless ke elektronik MAR. Jika scan pengobatan tidak cocok, pesanan pengobatan untuk pasien pada system menunjukkan alarm (Akiyamaab, 2010).

Proses aplikasi bar code dalam administrasi pengobatan dimulai dengan obat yang diadvis oleh dokter di masukkan ke pusat order catatn kesehatan medis elektronik. Kemudian apoteker memverifikasi order dan obat dikirim ke unit keperawatan. Pada awal tiap shift, semua laporan yang terkait dengan pemberian obat ke pasien di cetak /diprint out oleh perawat yang saat itu sedang bertanggung jawab memberikan obat. Laporan tersebut menjadi informasi bagi perawat terhadap waktu/ kapan jadwal pemberian obat kepada pasien. Kemudian perawat melakukan registrasi/ memasukkan data tersebut ke sistem kode bar/ BCMA ketika saatnya untuk memulai pemberian obat. Kemudian perawat memindahkan kotak obat ke ruangan atau samping tempat tidur pasien yang akan diberikan obat. (LEEa, 2009)

Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi secara lisan/ verbal pasien dan melakukan scanning atau menandai pengenal unik kode bar pada pasien. Tindakan ini mendapat sinyal dan disampaikan ke layar laptop Virtual Due List (VDL). Saat tiba waktu pemberian obat perawat mengambil unit dosis obat dari laci kotak obat dan menandai kode bar. Layar VDL akan menunjukkan apakah ada ketidakcocokan antara pengenal dan

(5)

5 pengobatan pasien, dan jika ada maka akan muncul tanda atau pesan yang membutuhkan tindakan. Jika pemberian obat yang berlebih diberikan pada pasien yang sama dan pada waktu yang bersamaan maka perawat tetap harus memilih dan menandai dosis unit obat sampai semua obat telah diberikan. Setelah penandaan otomatis maka dilanjutkan dengan dokumentasi terhadap obat yang diberikan (yang dapat secara manual diperbaiki jika dosis ditolak atau diberikan). Jika pengobatan pasien dan kode bar obat tersebut kompatibel dengan demikian perawat bisa dan mampu mengelola obat dengan benar. Pada akhir kegiatan shift , laporan obat yang telah diberikan dapat dicetak untuk menentukan apakah semua obat telah diberikan ke pasien dengan tepat. (K. L. Fisher, & Koren, A, 2007)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Akiyama dkk (2010), tentang analisa data administrasi obat yang direkam barcode dengan teknologi PDA dalam mengurangi kejadian salah pengobatan di RS Palang Merah Kochi menunjukkan hasil-hasil yang tergambar dalam diagram sebagai berikut :

Gambar 1.Jumlah injeksi per jam dan rata-rata peringatan bahaya pengobatan

Dari table diatas terlihat bahwa rata-rata peringatan bahaya tetap rendah walaupun perawat memberikan obat dalam jumlah yang banyak, sebagai contoh rata-rata peringatan obat rendah antara jam 08.00 sampai 10.00, meskipun kejadian pemberian injeksi paling tinggi.

Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran kecenderungan secara umum kesalahan pengobatan dalam praktik dengan menggunakan sistim informasi RS dengan "Point-of-Act System" secara akurat dan tepat. Juga terlihat kemungkinan terjadinya efek negative terhadap patient safety terkait banyaknya tindakan layanan kesehatan yang diberikan

(6)

6 kepada pasien. Studi ini juga memberikan implikasi yang posistif terhadap penggunaan system administrasi bar code. Rata-rata injection warning sekitar 6%, dan peringatan ini dapat mencegah seorang perawat dari kesalahan dan kecelakaan pengobatan. Sebagai kesimpulan akhir, penggunaan bar code administrasi berbasis PDA dapat dijadikan system yang aman dan efektif tidak hanya mencegah medication errors, namun juga memperbaiki patient safety melalui analisis data hasil bar cod PDA jika system tersebut didesain dengan tepat.

2. Pemanfaatan PDA pada Pembelajaran Klinik

Penggunaan PDA telah digambarkan sebagai strategi baru yang berguna untuk mempromosikan keselamatan pasien melalui pendekatan berbasis informatika terhadap pendidikan keperawatan untuk penggunaan dokumentasi selama pertemuan klinis, untuk mengambil informasi yang terkait dengan keselamatan pasien di area perawatan, dan mengembangkan keterampilan prosedural. (Duncan, 2011)

Mahasiswa keperawatan yang menggunakan pembelajaran dengan PDA bisa meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri untuk secara jelas mengkomunikasikan informasi kesehatan yang akurat kepada pasien mereka. Pasien akan mendapatkan pengetahuan dan peningkatan self-efficacy untuk berpartisipasi dalam pengambilan informasi perawatan kesehatan membuat dan karenanya memiliki kesempatan lebih baik untuk mengelola kesehatan mereka. (ZURMEHLY, 2010)

Laporan harian penggunaan PDA pada dokter residen pada tahun 2001 dilaporkan sebesar 60%. Laporan terbaru saat ini penggunaan PDA telah meningkat lebih dari 70%. Saat ini seluruh residen telah menggunaan PDA dengan tujuan mempermudah praktik klinik residensi. Resident mempersepsikan penggunaan PDA memberikan dampak positif yang sangat besar terhadap kemudahan akses informasi, managemen waktu, dan pembelajaran secara mandiri. Sekitar 60%- 70% residency program administrators melihat potensi dan keuntungan terhadap staf dengan penggunaan PDA setiap hari. Banyak studi yang menunjukkan bagaimana residen mengimplementasikan aplikasi PDA applications dalam praktik sehari-hari, seperti program penulisan resep obat, medical calculators, dan kalkulator dasar telah diakses kurang lebih 90% resident dengan PDA setiap hari (Tempelhof, 2009).

(7)

7 Meskipun mayoritas residen memilih media cetak dibandingkan media digital pada awal permulaan studi, namun media electronik lebih dipilih sebagai sumber referensi selanjutnya. Referensi dari media electronic yang digunakan sebanyak 40% bersumber dari internet dan 30% berasal dari PDA-electronic. PDA membantu memfasilitasi sumber-sumber pembelajaran clinical learning dan secara positif membantu meningkatkan proses pembelajaran mandiri. PDAs yang dilengkapi dengan CDSS versi kartu saku telah meningkatkan aplikasi pembelajaran praktik klinik berdasarkan

evidence-based clinical. (Tempelhof, 2009).

Terdapat banyak peningkatan terhadap riset tentang penggunaan PDA pada mahasiswa keperawatan. Di Australia, sebuah penelitian tentang efektifitas penggunaan PDA oleh mahasiswa keperawatan dalam mempelajari ilmu farmakologi dan kemampuan mengambil keputusan pada praktik klinik ditemukan bahwa PDA membantu meningkatkan pengetahuan mereka terhadap ilmu farmakologi dan PDA merupakan alat yang mudah digunakan dan sangat membantu dalam pembelajaran mandiri (Farrell & Rose, 2008). Survey terhadap 190 orang lulusan perawat yang menggunakan PDA pada saat praktik klinik menunjukkan bahwa kebanyakan menggunakan bantuan PDA untuk melihat petunjuk obat dibandingkan media lain (Gentry, 2010).

Hasil penelitian dari Biller Patricia (2011), tentang akurasi dan efisiensi penggunaan PDA dalam membantu perawat pemula mengambil keputusan klinis menunjukkan penggunaan PDA lebih efisien dibandingkan dengan manual texboox dan tidak ada pebedaan akurasi penggunaan PDA dan manual texboox dalam memecahkan kasus klinik. Hal ini semakin menunjukkan bahwa penggunaan teknologi informasi khususnya PDA, dapat membantu perawat mempercepat penyelesaian tugas keperawatan dengan akurasi yang tetap terjaga dengan baik.

(8)

8 Kesimpulan dan Rekomendasi

Pengambilan dan pengolahan data menggunakan PDA oleh dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya, akan berdampak terhadap meningkatnya perawatan pasien dan meningkatkan efisiensi dengan mengurangi kesalahan medis, meningkatkan kualitas perawatan pasien dan keselamatan

Penggunaan bar code administrasi berbasis PDA dapat dijadikan system yang aman dan efektif tidak hanya mencegah medication errors, namun juga memperbaiki patient safety melalui analisis data hasil bar cod PDA jika system tersebut didesain dengan tepat.

Penggunaan PDA lebih efisien dibandingkan dengan manual texboox dan tidak ada pebedaan akurasi penggunaan PDA dan manual texboox dalam memecahkan kasus klinik. Hal ini semakin menunjukkan bahwa penggunaan teknologi informasi khususnya PDA, dapat membantu perawat mempercepat penyelesaian tugas keperawatan dengan akurasi yang tetap terjaga dengan baik.

Efektifitas penggunaan PDA oleh mahasiswa keperawatan dalam mempelajari ilmu farmakologi dan kemampuan mengambil keputusan pada praktik klinik ditemukan bahwa PDA membantu meningkatkan pengetahuan mereka terhadap ilmu farmakologi dan PDA merupakan alat yang mudah digunakan dan sangat membantu dalam pembelajaran mandiri.

Penggunaan teknologi PDA sangat cocok diterapkan di Indonesia, teknologi ini akan membantu memberikan kemudahan baik kepada perawat klinik maupun mahasiswa keperawatan dalam mencari studi literatur berdasarkan evidence base, farmakologi, pemeriksaan diagnostic dan pemeriksaan penunjang lainnya. Penggunaan PDA oleh perawat maupun mahasiswa keperawatan saat ini masih terbatas, disamping harganya yang relative masih mahal juga kemampuan dan motivasi perawat di Indonesia dalam menggunakan teknologi informasi masih kurang. Saat ini PDA lebih banyak digunakan oleh profesi lain (dokter) dalam membantu mempermudah diagnosis, terapi, pemeriksaan penunjang dan pengontrolan terhadap pasien.

(9)

9 DAFTAR PUSTAKA

Akiyamaab, M. (2010). Analysis of data captured by barcode medication administration system using a PDA; in Japanese Red Cross Kochi Hospital. IOS Press.

Duncan, J. M. (2011). PDA+: A Personal Digital Assistant for Obesity Treatment - An RCT testing the use of technology to enhance weight loss treatment for veterans. BMC

Public Health.

Fisher, K. L., & Koren, A. (2007). Palm perspectives: the use of personal digital assistants in nursing clinical education. A qualitative study. Online Journal of Nursing

Informatics, , 11 (2), 12.

Fisher, K. L., & Koren, A. (2007). Palm perspectives: the use of personal digital assistants in nursing clinical education. A qualitative study. Online Journal of Nursing

Informatics, 11(2), 12p.

Gentry, T. (2010). Personal digital assistants as cognitive aids for high school students with autism: Results of a community-based trial. Journal of Vocational Rehabilitation, 32, 101–107.

LEEa, N.-J. (2009). Detection of Possible Medication-related Errors in Hypertension Plans Documented Using a PDA-based APN Clinical Log. Connecting Health and Humans. Patricia Biller Krauskopf, P., APRN, FNP-BC1 & Sarah Farrell, PhD, RN2. (2011). Accuracy and Efficiency of Novice Nurse Practitioners Using Personal Digital Assistants. Journal of Nursing Scholarship, 43:2,, 117–124.

Simpson, R. (2001). Mapping an IT career: The future of nursing. Nursing Administration Quarterly. Nursing Journal, 25 (2), 80-85.

Tempelhof, M. W. (2009). Personal Digital Assistants: A Review of Current and Potential Utilization Among Medical Residents. Teaching and Learning in Medicine, 21(2), 100–104.

ZURMEHLY, J. (2010). Personal Digital Assistants (PDAs): Review and Evaluation. N u r s

Referensi

Dokumen terkait

Mengacu pada Sendjaja (2002) teori komunikasi dua tahap dan konsep pemuka pendapat memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut: (1) individu tidak terisolasi dari kehidupan sosial,

Mobilisasi: Mobilisasi: ……….... Mobilisasi:

Manusia adalah mahluk berbudaya. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk mencitakan kebahagiaan! karena

Penelitian saat ini Tentang Pengaruh Inovasi, Kesesuaian, Keunggulan Relatif, Dan Persepsi Kegunaan Terhadap Adopsi Internet banking Bagi Nasabah Bank Mandiri Di

Hasil penelitian siklus III menunjukkan peningkatan ketuntasan siswa sebanyak 24 siswa dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 85,8%.Berdasarkan hasil

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif karena penelitian ini menggambarkan fenomena atau keadaan pada obyek penelitian, yaitu latar sosial budaya pengarang novel, struktur

Manipulasi penjualan didefinisikan sebagai usaha manajemen untuk meningkatkan penjualan secara temporer dengan menawarkan diskon harga dan memperlunak kredit yang diberikan.

sarana khususnya SUTET sangat diperlukan untuk mencapai suplai listrik yang andal, berkualitas, dan