• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEADAAN PASAR TITIPAPAN SEBELUM RELOKASI. Kecamatan Medan Deli, Kota Madya Medan Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan wilayah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KEADAAN PASAR TITIPAPAN SEBELUM RELOKASI. Kecamatan Medan Deli, Kota Madya Medan Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan wilayah"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KEADAAN PASAR TITIPAPAN SEBELUM RELOKASI

2.1 Letak Geografis

Pasar Titipapan merupakan pasar tradisional yang berada di wilayah Kelurahan Titipapan Kecamatan Medan Deli, Kota Madya Medan Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan wilayah administratif, Kecamatan Medan Deli berada di tempat yang strategis memiliki batas-batas otoritas yang jelas sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Timur dan Kecamatan Medan Barat

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Percut Sei Tuan

Adapun Kecamatan Medan Deli terbentuk berdasarkan PP Nomor 22 Tahun 1973 yang berada diwilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan yang membawahi

- Kelurahan Tanjung Mulia - Kelurahan Tanjung Mulia Hilir - Kelurahan Mabar

- Kelurahan Kota Bangun - Kelurahan Titipapan

- Kelurahan Tanah Enam Ratus

Kemudian dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1992 tentang pemekaran di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, maka Kelurahan Tanah Enam

(2)

Ratus masuk kewilayah Kecamatan Medan Marelan, sedangkan Kelurahan Mabar dimekarkan dengan Kelurahan Mabar Hilir sehingga Kecamatan Medan Deli tetap membawahi 6 Kelurahan yaitu:

- Kelurahan Tanjung Mulia - Kelurahan Tanjung Mulia Hilir - Kelurahan Mabar

- Kelurahan Kota Bangun - Kelurahan Titipapan - Kelurahan Mabar Hilir

Kecamatan Medan Deli memiliki luas wilayah 23 Km², dengan tinggi wilayah dari permukaan laut 2,54 Meter. Terletak antara 03˚.32’.12” LU dan 98˚.47’.36” BT yang seluruhnya digunakan untuk prasarana jalan, Industri, pemukiman dan bangunan-bangunan dengan berbagai ukuran maupun bentuknya yang saling berbeda-beda.

Letak Pasar Titipapan yang menjadi objek kajian terletak di Kelurahan Titipapan. Adapun batas-batas otoritas Kelurahan Titipapan sebagai berikut:

- Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli - Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kampung Besar Kecamatan Medan

Labuhan

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan

(3)

Luas wilayah Kelurahan Titipapan adalah 4,00 Km², mempunyai persentasi 18% dari luas wilayah Kecamatan Medan Deli secara keseluruhan. Tofografi wilayah Kelurahan Titipapan berada pada ketinggian 2,54 Meter dari permukaan laut dengan bentuk wilayah dataran rendah. Curah hujan rata-rata 35 hari dengan intensitas 506 mm per tahun. Kelurahan Titipapan beriklim trofis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terdapat pada bulan September s/d Desember dan musim kemarau terdapat pada Januari s/d Juli, sedangkan bulan Agustus adalah masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau di mana pada bulan ini iklim kurang stabil.

Lokasi Pasar Tititipapan tepat berada dibelakang Kantor Kelurahan Titipapan yang berjarak 3 Km dari Kantor Kecamatan Medan Deli dan 13 Km jaraknya ke Kantor Walikota Medan. Keadaan prasarana jalan yang terdapat di Kelurahan Titipapan sudah dapat dikatakan cukup baik karena sudah diaspal. Dengan kondisi jalan yang cukup baik memberikan peluang untuk dijadikan sebagai lintasan dari berbagai jenis kendaraan peribadi ataupun angkutan umum yang aksesnya bisa menuju ke Belawan.

2.2 Latar Belakang Historis

Kampung kecil yang telah berkembang dengan pesat menjadi kota yang dewasa ini kita kenal sebagai Kota Medan. Daerah ini berada di suatu tanah datar, tempat pertemuan antara Sungai Babura dengan Sungai Deli, yang tidak jauh dari Jalan Putri Hijau sekarang. Kampung medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Palawi pada tahun 1590. John Anderson, orang Eropa pertama yang mengunjung Deli pada tahun 1823 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200 orang dan seorang pemimpin bernama Tuanku pulau Berayan sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari

(4)

sampan-sampan pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi memperoleh setatus sebagai kota, dan tahun berikutnya keresidenan Sumatera Timur serta Sultan Deli pindah ke Medan yang sebelumnya berada di Labuhan. Tahun 1909, Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari dua belas anggota orang Eropa, dua orang Bumiputra, dan satu orang Tionghoa.

Kota Medan memiliki luas wilayah 265.510 Km² atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dibandingkan dengan Kota/Kabupaten lainnya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis Kota Medan terletak pada 2˚27’ -2˚47’ Lintang Utara dan 98˚35’-98˚44’ Bujur Timur dan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang disebelah Utara, Timur, Selatan, dan Selat Malaka di sebelah Barat.

Kota Medan sebelum menjadi daerah perkebunan merupakan daerah hutan rimba. Pasar Tititipan yang berada di Kelurahan Titipapan adalah bagian dari Kota Medan dengan demikian daerah Titipapan sebelumnya merupakan hutan rimba. Tentulah akan timbul pertanyaan: “ Mengapa sekarang disebut daerahnya bahkan kelurahannya Titipapan”.

Asal usul nama Titipapan seperti yang disebut sampai sekarang ini, mempunyai latar belakang tersendiri dan sejarah mengenai hal ini tidak ada dijumpai di dalam buku. Menurut cerita warga yang telah lama tinggal di daerah ini asal mula nama Titipapan diambil dari sebuah jembatan yang melintasi Sungai Deli yang ada disekitar tempat itu12

12

Wawancara, Asnah, Simpang Titipapan Kelurahan Titipapan, 30 Juli 2013.

. Jembatan itu salah satu jembatan tertua yang ada dan pada mulanya jembatan itu dibuat dengan papan sebagai lantainya. Karena pada masa itu jembatan untuk melintasi Sungai Deli masih sedikit, maka orang-orang berasal dari berbagai wilayah kecamatan yang berbeda banyak menggunakan jembatan tersebut.

(5)

Mayarakat setempat menyebut jembatan tersebut sebagai Titipapan. Sebutan ini secara turun temurun diberikan bukan saja untuk jembatan tersebut melainkan untuk daerah yang ada disekitarnya dan akhirnya menjadai nama Kelurahan Titipapan. Pada Tahun 1973, pemerintah berdasarkan PP Nomor 22 Tahun 1973 menetapkan daerah Titipapan adalah bagian dari satu Kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Deli13

Begitu juga halnya dengan Pasar Titipapan yang awalnya berada di pinggir Sungai Deli tepat berada di samping mulut jembatan Titipapan. Masayarakat pada umumnya menyebut pasar ini dengan Pasar Titipapan karena pengaruh nama daerah yang sekarang menjadi Kelurahan Titipapan. Hingga akhirnya Pasar ini dikelola oleh Pemerintah Kotamadya Medan dan mengalami relokasi pada Tahun 1997 namanya tidak berubah yaitu Pasar Titipapan.

.

2. 3 Komposisi Penduduk

Keadaan jumlah penduduk yang tinggal di Kelurahan Titipapan, menurut sumber dari data Badan Pusat Statistik Kota Medan pada Tahun 1999 adalah 20.200 jiwa yang terdiri dari 3.027 Rumah Tangga dengan anggota rata-rata 6 orang tiap rumah tangga. Masyarakat Kelurahan Titipapan penduduknya terdiri dari Warga Negara Republik Indonesia dan Warga Negara Asing. Hingga tahun 1999 WNA yang ada di Kelurahan Titipapan seluruhnya adalah kewarganegaraan Cina, umumnya mereka menetap di tempat keluarga mereka yang ada di Kelurahan Titipapan yang telah menjadi WNI keturunan Cina. Masyarakat Kelurahan Titipapan mempunyai sistem kekerabatan yang erat, baik antar suku maupun antar umat beragama.

Dalam masyarakat Kelurahan Titipapan program KB (Keluarga Berencana) sudah berjalan dengan baik karena masyarakatnya sadar bahwa sebenarnya memiliki banyak anak akan

13

Mantri Statistik Kec.Medan Deli Kota Medan, Kecamatan Medan Deli Dalam Rangka Tahun 1999, Medan: BPS, 1999. hal.iv.

(6)

merepotkan mereka. Selain kesadaran dari warga itu sendiri, pelayanan pemerintah mengenai KB kepada warganya berjalan cukup baik. Jumlah Posyandu, Dokter dan Bidan yang melayani KB di Kelurahan Titipapan dirincikan, yaitu: Posyandu ada 3, Pukesmas 1, Dokter 1 dan Bidan 1. Penduduk Kelurahan Titipapan yang berjumlah 20.200 jiwa dapat diklasifikasikan berdasarkan kewarganegaraan, usia, dan jenis kelamin sebagai berikut:

Tabel 1

Komposisi Penduduk Kelurahan Berdasarkan Kewarganegaraan Tahun 1999

No Warga Negara Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Warga Negara Indonesia 10.080 10.057 20.137

2 Warga Negara Asing 28 35 63

Jumlah Warga 10.108 10.092 20.200

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 1999 Tabel 2

Komposisi Penduduk Kelurahan Titipapan Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

No Golongan Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0-12 bulan 306 419 725

2 13 bulan -5 tahun 849 107 956

3 6-10 tahun 600 688 1288

4 11-15 tahun 736 886 1622

(7)

6 21-25 tahun 817 933 1750 7 26-30 tahun 773 878 1651 8 31-35 tahun 844 900 1744 9 36-40 tahun 790 773 1563 10 41-45 tahun 842 893 1735 11 46-50 tahun 858 945 1803 12 51-55 tahun 661 772 1433 13 56-58 tahun 434 620 1154

14 Lebih dari 59 tahun 518 632 1150

Jumlah 9816 10384 20.200

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 1999

Ciri-ciri penduduk dan pengelompokannya seperti yang tertera di dalam tabel di atas sangat penting diketahui karena dapat memberikan gambaran dasar mengenai keadaan penduduk serta mutunya sebagai persediaan sumber daya manusia. Misalnya komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin mempunyai pengaruh didalam aktifitas sosial ekonomi.

2.3.1 Agama

Penduduk Kelurahan Titipapan sebagian besar memeluk agama Islam. Selain pemeluk agama Islam, ada juga yang memeluk agama Budha, Kristen dan Hindu. Menurut data yang terdapat di Kantor BPS Kota Medan jumlah penduduk dirinci melalui agama yang dianut tertera pada tabel berikut ini:

(8)

Tabel 3

Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

Sumber: Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 1999

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel di atas bahwa penduduk Kelurahan Titipapan menganut satu agama sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Para warga tidak ada yang memeluk agama selain yang telah disebutkan di atas, mereka taat menjalankan ajaran agamanya masing-masing dan saling menghormati antar umat beragama.

Dalam melaksanakan ibadah mereka memiliki sarana ibadah masing-masing, seperti: Mesjid, Musholla, dan juga kelenteng. Bangunan tempat peribadahan tersebut telah diakui dan mendapat izin mendirikan bangunan dari pejabat pemerintah setempat. Adapun jumlah sarana ibadah yang terdapat dikelurahan Titipapan tercantum di dalam tabel berikut ini.

Tabel 4

Jumlah Sarana Ibadah Penduduk

No Jenis Sarana Ibadah Jumlah

1 Mesjid 3

No Agama Yang Dianut Jumlah

1 Islam 16.764

2 Kristen 1.169

3 Budha 2.047

4 Hindu 220

(9)

2 Musolla 14

3 Gereja -

4 Kelenteng 4

Jumlah 21

Sumber: Kantor BPS Kota Medan Tahun 1999

Bila kita perhatikan jumlah sarana ibadah yang terdapat di Kelurahan Titipapan, bisa dikatakan cukup memadai bagi umat agama Islam dan Budha dimana sudah terdapat 3 Masjid, 14 Musolla, dan 4 Kelenteng. Sedangkan bagi umat Kristen belum ada dibangun gereja hingga tahun 1999, jadi sebagai alternatif umat yang beragama keristen jika melakukan ibadah akan menggunakan sarana ibadah diluar wilayah Kelurahan Titipapan.

2.3.2 Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha dalam meningkatkan kualitas kehidupan intelektual suatu bangsa, konkritnya untuk mengembangkan keperibadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah serta berlangsung seumur hidup. Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya manusia. Pendidikan memberikan sumbangan langsung terhadap pertumbuhan pendapatan nasional melalui peningkatan keterampilan dan produktifitas kerja.

Titik singgung antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi adalah produktivitas tenaga kerja. Dengan asumsi bahwa semakin tinggi mutu pendidikan, semakin tinggi pula produktifitas tenaga kerja dan pendapatan ekonomi semakin meningkat hasilnya pertumbuhan masyarakat semakin pesat.

Masyarakat daerah Kelurahan Titipapan telah menyadari betapa pentingnya pendidikan dalam peningkatan taraf hidup yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena pengalaman orangtua

(10)

di zaman mereka telah berbeda dengan sekarang, sehingga timbulah pemikiran dan perencanaan demi kehidupan di masa yang akan datang. Mereka menganggap bahwa pendidikan mempunyai peranan penting bagi anak-anaknya agar kelak menguasai ilmu pengetahuan serta wawasan berpikir yang luas dan mempunyai keterampilan dalam menjalani hidup.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Medan pada tahun 2000, pendidikan masyarakat Kelurahan Titipapan yang tamat SD/Sederajat ada 2.747 orang, SLTP/Sederajat 4.006 orang, SLTA/Sederajat 3.683 orang, D1 133 orang, D2 64 orang, D3 73 orang, S1 152 orang, S2 8 orang, S3 3 orang. Dari rincian tersebut masyarakat Kelurahan Titipapan mempunyai kesadaran yang tinggi akan pentingnya pendidikan. Sekolah yang ada di Kelurahan Titipapan dapat diklasifikasikan dalam tabel berikut:

Tabel 5

Jumlah Sekolah Berdasarkan Tingkatan

No Tingkat Sekolah Jumlah Sekolah

1 SD/Sederajat 11

2 SLTP/Sederajat 4

3 SMA/Sederajat 1

Jumlah 16

Sumber: Kantor BPS Kota Medan Tahun 1999

2.3.3 Mata Pencaharian

Kelurahan Titipapan berada di dataran rendah, di mana masyarakatnya sebagian banyak menggunakan perkarangan rumah menjadi lahan bercocok tanam. Kelurahan Titipapan adalah bagian dari Kecamatan Medan Deli yang merupakan salah satu daerah potensi industri di Kota

(11)

Medan. Maka pada umumnya warga Kelurahan Titipapan banyak yang bekerja disektor swasta. Hal itu dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 6

Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Pegawai Negeri 998 2 Pegawai Swasta 4700 3 ABRI 871 4 Petani 3120 5 Nelayan 160 6 Pedagang 216 7 Pensiunan 152 Jumlah 10417

Sumber: Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 1999

Kalau dilihat dalam table 4 di atas mata pencaharian penduduk Kelurahan Titipapan jenisnya beranekaragam. Namun mata pencarian penduduk yang utama bergerak dibidang swasta dan pertanian. Hal ini disebabkan lokasi Pasar Titipapan sangat dekat dengan lokasi pemukiman penduduk, sehingga penduduk di Kelurahan Titipapan terdorong untuk mencari penghasilan tambahan yang hasil produksinya di jual ke pasar tersebut.

2.4 Keadaan dan Aktivitas Pasar

Pasar tradisional sudah dikenal sejak puluhan abad lalu, diperkirakan sudah muncul sejak zaman kerajaan Kutai pada abad ke 5 Masehi. Dimulai dari tukar menukar barang kebutuhan

(12)

sehari-hari dengan para pelaut dari negeri tirai bambu, masyarakat mulai menggelar dagangannya dan terjadilah transaksi jual beli tanpa mata uang. Dalam awal-awal keberadaannya, pasar tradisional memiliki peranan yang penting dalam perkembangan wilayah dan terbentuknya kota. Sebagai pusat aktivitas ekonomi masyarakat, pasar tradisional telah mendorong tumbuhnya pemukiman-pemukiman dan aktivitas sosial ekonomi lainnya di sekitar pasar tersebut dan pada tahap selanjutnya berkembang menjadi pusat pemerintahan.

Jasa besar pasar tradisional (tentunya dengan pelaku-pelaku di dalam pasar tersebut), hampir tidak terbantahkan terutama jika kita lihat sejarah berdirinya hampir di seluruh kota di Indonesia. Bahkan dibeberapa relief candi nusantara diperlihatkan cerita tentang masyarakat jaman kerajaan ketika bertransaksi jual beli walaupun tidak secara detail. Bahkan pada saat masuknya peradaban Islam di tanah air di abad 12 Masehi, pasar digunakan sebagai alat untuk berdakwah. Para wali mengajarkan tata cara berdagang yang benar menurut ajaran Islam.

Sebuah pasar terdiri dari pelanggan potensial dengan kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin mau dan mampu untuk ambil bagian dalam jual beli guna memuaskan kebutuhan atau keinginan tersebut. Karena itu besar kecilnya suatu pasar tergantung pada jumlah orang yang menunjukkan kebutuhan, mempunyai sumber daya yang menarik bagi orang lain, dan mau menyediakan sumber daya tersebut untuk memperoleh apa yang mereka inginkan14

Terbentuknya pasar ada dua macam, pertama pasar sebagai lembaga atau tempat orang berjual beli, terjadi secara kebetulan saja, misalnya pedagang berhenti disuatu tempat dan menjajakan barang dagangannya lalu beberapa orang pembeli datang dan terjadi transaksi jual beli. Jika hal itu terjadi secara berkisinambungan maka tempat tersebut sudah bisa dikatakan sebuah pasar. Kedua, pasar terjadi berdasarkan perencanaan. Masyarakat merasa kekurangan dalam memenuhi kebutuhan ekonominya dalam kehidupan sehari-hari karena di daerah tempat

(13)

tinggalnya belum terdapat sebuah pasar. Maka sejumlah masyarakat mengusulkan kepada pemerintah untuk segera dibangun pasar di daerah tersebut. Masyarakat bersama aparat pemerintah setempat bermufakat untuk mendirikan pasar di tempat yang telah direncanakan dan disepakati bersama. Pasar itu terbentuk karena adanya kerjasama manusia.

Dalam kehidupan manusia sehari-hari khususnya di kota Medan tempat jual beli suatu barang disebut dengan pajak, akan tetapi hal tersebut hanya berlaku dalam komunikasi sehari-hari saja, sedangkan kata yang bakunya adalah pasar. Pajak adalah nama khas untuk menyebut pasar tradisional yang ada di kota Medan. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia pengertian dari pajak adalah pungutan wajib, hak untuk mengusahakan sesuatu dengan membayar sewa kepada negara sedangkan pasar adalah tempat orang melakukan jual beli.

Pasar sebagai pusat pertemuan penjual dan pembeli, biasanya berada ditempat-tempat yang strategis, yaitu tempat yang mudah dicapai baik oleh penjual maupun pembeli, berada ditempat yang dekat dengan pemukiman masyarakat, tempat yang sering dilalui orang dan jauh dari gangguan umum misalnya dipinggir belahan sungai, dekat persimpangan jalan dan sebagainya. Dengan dibangunnya jalan raya keberadaan Pasar Titipapan semakin berkembang karena lokasinya yang begitu strategis berada tepat di pinggir Simpang Titipapan yang menghubungkan jalan ke Kota Medan menuju Belawan dan Marelan.

Menurut Syahril, pedagang yang berdagang sudah cukup lama sejak Pasar Titipapan sebelum direlokasi mengatakan bahwa pada tahun 1993 pasar tersebut beroperasi dari pagi hingga sore hari. Karena lokasi Pasar Titipapan yang letaknya sangat strategis pasar ini selalu ramai dikunjungi orang. Pada saat itu para pedagang menjajakan barang dagangannya belum ditentukan tempat berjualannya atau belum memiliki aturan yang benar-benar mengikat diantara

(14)

pedagang. Aturan yang berlaku hanyalah suatu peraturan yang bersifat lisan saja, yang tidak saling merugikan diantara mereka para pedagang.

Jenis jualan yang diperdagangkan berupa kebutuhan hidup sehari-hari seperti: sayur mayur, ikan, beras, pakaian, dan kebutuhan hidup lainnya. Para pedagang hanya menggunakan meja-meja yang dibuat dari kayu tetapi ada juga yang menggunakan gerobak sebagai tempat meletakkan barang dagangannya, jika sudah selesai maka gerobaknya dibawa kembali pulang dan 1-5 orang ada yang sudah mempunyai kios untuk menyimpan barang dagangannya.

Para pedagang tidak dikutip biaya apapun karena sebahagian besar pedagang tersebut merupakan penduduk yang menetap disekitar wilayah Pasar Titipapan dan juga lahan yang digunakan merupakan milik Dinas PU Kotamadya Medan, yaitu Daerah Aliran Sungai. Dengan tidak adanya pungutan biaya apapun maka para pedagang harus bisa mandiri dalam menjaga barang dagangannya dan kebersihan tempatnya sendiri. Keadaan pasar tersebut belum terorganisasi dengan baik dimana belum terdapat petugas penjaga kebersihan dan penjaga malam yang sah. Tetapi beberapa para pedagang sering menggunakan jasa seseorang yang mau untuk memebersihkan sampah sisa-sisa jualan mereka dengan memberikan upah sekedarnya saja.15

Pengunjung pasar kebanyakan merupakan masyarakat yang menetap di Kelurahan Titipapan tapi ada juga yang datang dari luar wilayah Kelurahan Titipapan seperti dari Kelurahan Tanah Enam Ratus, Rengas Pulau, Martubung, Kampung Besar dan lainnya. Pada masa itu Pasar Titipapan merupakan pasar yang aktif beroperasi dari pagi hingga sore hari dalam menyediakan kebutuhan sehari-hari sehingga para pedagang dan pembeli sangat banyak sekali bila dibandingkan wilayah pasarnya yang relatif kecil.

(15)

Biasanya para pedagang memperoleh barang dagangannya langsung dari daerah penghasil barang tersebut. Para pedagang jenis hasil pertanian memperoleh komoditas dari Tanah Karo (Brastagi dan Kabanjahe), pedagang jenis kain, biasanya mereka memperolah dari sentral pusat pasar yang lebih dikenal dangan nama Sambu, sedangkan pedagang jenis ikan barangnya langsung didatangkan dari TPI Gabion Belawan

Dari segi geografis, Pasar Titipapan ini memiliki posisi yang strategis karena letaknya berada pada persimpangan jalan menuju antara Medan ke Belawan dan ke Marelan sehingga sangat mudah dijangkau oleh masyarakat dan memudahkan masyarakat memperoleh kebutuhan sehari-hari maupun untuk melakukan kegiatan ekonomi. Lokasi ini sebagai jalur utama yang harus dilalui, maka daerah ini sangat penting. Banyak pedagang yang berasal dari daerah lain mengarahkan usaha dagangnya ke Pasar Titipapan.

Oleh karena kebutuhan ekonomi sehari-hari harus dipenuhi, maka kebutuhan akan pasar setiap harinya juga dirasakan sangat penting. Di samping itu kegiatan Pasar Titipapan setiap harinya banyak membantu para petani yang berada di luar daerah kelurahan. Sebab dengan berlangsungnya kegiatan di Pasar Titipapan tersebut para petani bisa menjual hasil-hasil produksi pertaniannya. Begitu juga halnya dengan para nelayan yang berasal dari daerah Belawan banyak dari mereka yang menjual hasil tangkapannya ke Pasar Titipapan . Kegiatan pasar ini banyak ditentukan oleh produktifitas masyarakat yang bersangkutan dengan hasil-hasilnya sangat mendesak untuk segera dipasarkan. Misalnya apabila daerah tempat kegiatan pasar tersebut memiliki hasil produksi yang cukup potensial dan merupakan lalu lintas ekonomi yang penting maka produktifitas masyarakat setempat akan berjalan dengan keadaan yang berlaku dan tetap menuntut kegiatan pasar selalu berlangsung.

(16)

Kegiatan atau aktivitas Pasar Titipapan bermacam-macam mulai dari saat pembukaan sampai dengan selesai. Misalnya ada yang melangsungkan kegiatan dari pagi hingga sore hari seperti pedagang pecah belah dan pakaian. Ada pula yang melakukan kegiatannya dari pagi hari hingga siang hari saja seperti kedai kopi dan penjual lontong ataupun sejenis sarapan, sedangkan pedagang ikan dan sayur mayur ada pagi hari dan sore hari walaupun pedagang pagi dan sore hari berbeda. Pada kegiatan Pasar Titipapan ini masyarakat datang dari berbagai daerah lain dengan membawa hasi-hasil produksi mereka sekaligus untuk membeli berbagai jenis komoditas lainnya yang menjadi kebutuhan mereka. Keadaan ini sudah berlangsung sejak dahulu yang tidak diketahui lagi kapan hal itu pertama kali dimulai.

Para pedagang yang ada di Pasar Titipapan sebelum direlokasi menjual dagangannya dengan harga yang relatif murah, karena pada masa itu pedagang tidak dipungut biaya apapun dan mereka berprinsip biar dapat untung sedikit tetapi barang dagangan habis terjual. Bagi pemilik modal yang besar meskipun keuntungan dari setiap penawaran tidak begitu besar tetapi karena jumlah permintaan yang cukup besar maka hasilnya akan tetap besar pula. Sementara bagi pedagang kecil bisa memutar modal hasil penjualan mereka dengan cepat untuk memenuhi stok mereka untuk berdagang esok hari. Pedagang-pedagang ini menyediakan berbagai macam jenis kebutuhan masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, secara tidak langsung telah membangkitkan gairah penduduk untuk membuka bidang-bidang usaha baru di berbagai sudut Pasar Titipapan. Dalam menjalankan aktivitas perdagangan setiap harinya para pedagang ada yang menjalankan aktivitas usahanya dengan seorang diri atau pribadi tetapi ada juga yang membutuhkan tenaga kerja tambahan baik sebagai karyawan atau buruh kasar. Tenaga kerja ini

(17)

kebanyakan berasal dari keluarga sendiri atau kerabat dekat keluarga, namun tetap diberikan upah serta tanggungan makan dan diberi sedikit kebutuhan sandang.

Kebutuhan Pokok cukup tersedia di Pasar Titipapan ini, selain pedagang kecil, terdapat juga pedagang menengah walaupun jumlahnya masih sedikit. Di kalangan para pedagang ada kalanya dijumpai persaingan, namun tidak membawa suatu konflik yang dapat menimbulkan pertentangan. Pada dasarnya perdagangan selalu diiringi dengan persaingan untuk meningkatkan kualitas barang dagangan dan hal itu sangat wajar terjadi. Akan tetapi, bagi peribadi masing-masing pedagang selalu saling mengingatkan menggalang kebersamaan dengan rasa toleransi sebagai masyarakat yang hidup berdampingan dalam suatu lokasi tempat mencari nafkah bersama.

Begitu juga halnya dengan keakraban di antara pedagang maupun pembeli di pasar tersebut yang terlihat baik dan cukup tinggi sehingga terjalin kerja sama dan menjadi kesatuan yang utuh dalam lingkungan pasar tersebut. Dengan suasana yang demikian Pasar Titipapan ini menjadi pasar yang selalu ramai dikunjungi masyarakat untuk melakukan interaksi jual beli. Hal ini akibat adanya pertemuan antara kebudayaan yang berbeda selanjutnya dapat saling mengisi dan mempengaruhi sehingga terbentuklah pengalaman ataupun pengetahuan tentang pengalaman masing-masing yang pada awalnya diperlukan saling pengertian sesama anggota masyarakat sehingga dapat berlangsungnya komunikasi.

3.1.2 Komposisi Pedagang

Mengingat kecenderungan jumlah penduduk yang semakin bertambah karena manusia selalu berusaha merubah lingkungannya untuk memperoleh kebutuhan hidupnya, shingga tidak jarang mereka selalu merusak lingkungan alam sebagai tempat tinggalnya. Dengan demikian,

(18)

dulunya jumlah penduduk yang berada di wilayah Pasar Titipapan masih sedikit telah berubah menjadi cukup padat. Hal ini disebabkan karena pada umumnya mereka sebagai orang pendatang banyak yang menggantungkan mata pencahariannya di pasar tersebut.

Faktor yang paling dominan sebagai pendorong yang memberikan motivasi terhadap penduduk pendatang adalah dari segi ekonomi suatu daerah tersebut. Ini disebabkan oleh karena kesulitan hidup di daerah pedesaan dalam memenuhi kebutuhan hidup yang semakin beraneka ragam. Sehingga masyarakat pedesaan banyak yang mengadu nasib keluar dari daerah asalnya untuk memperoleh tingkat hidup ekonomi yang lebih baik. Pada umumnya mereka tidak memiliki dasar pendidikan formal yang cukup, sehingga akibatnya mereka mencari pekerjaan yang hanya sesuai dengan keahlian mereka.

Di samping rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan para pendatang tersebut yang tidak sesuai dengan kebutuhan di perkotaan, akhirnya mereka bekerja hanya untuk bisa mempertahankan hidup saja. Keinginan untuk memeperbaiki tingkat kehidupan yang lebih baik tidak lagi menjadi prioritas di dalam pekerjaanya.

Persaingan yang ketat untuk mendapatkan suatu pekerjaan menyebabkan semakin banyaknya jumlah pengangguran. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maka pengangguran ini beralih kebidang pekerjaan sektor informal karena pada sektor inilah yang paling banyak menyerap tenaga, kerja seperti pedagang kaki lima, buruh, tukang becak, dan lain-lain. Lapangan kerja informal ini bersifat temporal, ruang geraknya yang mandiri, tidak adanya jam kerja yang disiplin serta tidak memiliki menejemen yang baku. Hal ini menjadikan pedagang kaki lima sebagai suatu lapangan pekerjaan yang paling cepat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia.

(19)

Menjadi pedagang kaki lima tidak membutuhkan syarat-syarat formal, seperti: ijazah, sertifikat, pengetahuan akademis, dan juga keterampilan khusus lainnya. Pedagang kaki lima adalah pekerjaan yang mandiri, tidak terikat dengan suatu aturan yang baku. Hanya dengan kegigihan berusaha, walau mempunyai modal yang sedikit para pedagang kaki lima tersebut mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan keluarganya.

Pedagang kaki lima adalah suatu fenomenal sosial yang hampir terdapat diseluruh kota-kota besar yang ada di Indonesia. Pada umumnya mereka berada di tempat yang menjadi pusat kegiatan ekonomi. Pasar Tititpan sebagai pasar yang berada di pinggir Kotamadya Medan dipadati oleh para pedagang kaki lima untuk mencari nafkah, sehingga pada tahun 1993 jumlah para pedagang tersebut telah meningkat cukup banyak. Kehadiran mereka pada umumnya, dapat dikatakan merusak lingkungan, pola tempat mereka meletakkan dagangannya tidak teratur sehingga mengakibatkan sektor yang lainnya menjadi terganggu khususnya masalah sampah, yang pada masa itu dibuang sembarangan sehingga saluran pembuangan air (parit) menjadi tumpat dan sering mengakibatkan banjir.

Para pedagang kaki lima yang ada di Pasar Titipapan pada umumnya berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Ada yang memiliki tingkat pendidikan SD, SLTP, dan SMA. Tidak sedikit diantara ibu-ibu memilih berjualan dikarenakan suaminya yang memiliki penghasilan sedikit. Dengan alasan menambah penghasilan suaminya tersebut mereka mengasah keterampilan yang tidak kalah dari lawan jenisnya dalam lingkup berdagang. Perkembangan pedagang kaki lima di Pasar Titipapan tersebut mengalami peningkatan yang cukup bagus pada setiap tahunnya, terutama antara tahun 1990-1997 hingga akhirnya mendapat bantuan dari pemerintah sehingga pasar tersebut direlokasi ketempat yang baru.

(20)

Pedagang di Pasar Titipapan terdiri dari berbagai ragam suku bangsa dan juga beraneka ragam kebudayaan. Sifat kebudayaan itu juga masih teradisonal yang dapat beradaptasi satu sama lain yang dialami oleh setiap individu dalam menghadapi penyesuaian diri dengan lingkungan. Perbedaan dan keanekaragaman suatu masyarakat tidak selamanya menimbulkan suasana konflik di antara sesama mereka, namun sesungguhnya dapat juga menjadi modal efektif dalam suatu bangsa dalam mencapai tujuannya. Hal ini bisa terwujud apabila di antara mereka terdapat suatu interaksi yang baik.

Komposisi pedagang yang ada di Pasar Titipapan kebanyakan berasal dari daerah Kelurahan Titipapan itu sendir yang mempunyuai latar belakang dari berbagai etnis, misalnya Melayu, Minang, Jawa, Batak Toba, Batak Karo, dan Cina. Dengan latar belakang yang berbeda-beda, para pedagang memiliki sikap untuk saling bersosialisasi dalam menuju kesatuan yang utuh. Seluruh pedagang berbaur dan melakukan persaingan secara sehat tanpa ada konflik yang terjadi. Mereka juga merasa senasib sepenanggungan yang mempunyai kepentingan yang sama di pasar tersebut.

Pada masa itu Masyarakat Kelurahan Titipapan tidak begitu menyukai usaha perdagangan sehingga etnis Cina mendapatkan kesempatan untuk menerapkan usaha dagang. Dengan modal tekun, teliti, dan cermat akhirnya orang Cina dapat menuai sukses dalam menjalankan usaha dagangnya di lapisan masyarakat. Selain itu, kehidupan tradisi etnis Cina yang mengajar mereka agar selalu berkompetisi/bersaing dengan setiap individu. Oleh karena itu, meskipun mereka datang dengan tidak memiliki apa-apa, namun dengan bekerja keras, tekun, teliti, sadar untuk berhemat dalam pengeluaran mereka akhirnya mampu bersaing dengan pedagang peribumi.

(21)

Keberadaan pedagang etnis Cina menjadikan komposisi pedagang yang ada di Pasar Titipapan menjadi lebih berwarna, pada umumnya mereka mempunyai modal yang besar sehingga menjadikan komuditas yang diperdagangkan di pasar titipapan lebih banyak. Menurut data yang diperoleh dari kantor Pasar Titipapan kedatangan mereka untuk berdagang di daerah tersebut, pada umumnya mereka merupakan pedagang sembako, rokok, kedai sampah dan grosir.Tempat tinggal mereka berada didekat lokasi pasar tersebut bahkan tempat berjualannya merangkup sekalian rumah sebagai tempat tinggal. Di Pasar Titipapan tersebut, para pedagang etnis Cina juga sangat bergantung kepada para pedagang peribumi, karena pada umumnya pedagang peribumi sebagian ada yang membeli barang dari mereka untuk dijual kembali. Mereka dapat berdagang secara berdampingan dan sangat kecil sekali untuk terjadinya perselisihan di antara mereka sesama para pedagang.

2.5 Akses Menuju Pasar

Faktor transportasi merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Demikian juga dengan masyarakat Kelurahan Titipapan, sudah bisa dikatakan sarana transportasi sangat lancar di daerah tersebut sehingga untuk mencapai Pasar Titipapan para pendatang yang berasal dari luar daerah tidak mengalami kesulitan lagi. Sarana jalan yang sudah memadai memudahkan para pedagang untuk mengadakan transaksi jual beli secara langsung. Jalan-jalan untuk menuju ke areal pasar tersebut pada umumnya sudah dapat dijangkau oleh kendaraan besar maupun kecil. Bagi penduduk yang tinggal di pinggir jalan atau sedikit jauh dari jalan umum biasanya mempergunakan jasa angkutan umum. Sedangkan bagi penduduk yang tinggal lebih jauh kepedalaman, mereka kebanyakan menggunakan becak

(22)

sebagai alat transportasi, namun tidak sedikit penduduk yang tinggal di sekitar pasar hanya berjalan kaki saja.

Alat transportasi yang digunakan para pedagang maupun para pembeli untuk menjangkau pasar antara lain kendaraan umum, kendaraan pribadi, pickup maupun becak. Kendaraan umun pada masa itu selain Angkutan Kota masih ada bus Setia dan Budi, yang mana trayek mereka dari Belawan menuju ke Sambu (Pusat Pasar). Hal ini sangat menguntungkan para pedagang yang bisa secara langsung membawa barang dagangannya dikarenakan bus tersebut berukuran besar dan pada umumnya penumpangnya merupakan para pedagang yang membawa barang-barang dagangannya. Seperti pedagang ikan bisa membawa ikannya dari Gabion Belawan langsung menuju Pasar Titipapan dengan menggunakan bus umum tersebut. Begitu juga halnya dengan pedagang tekstil (kain) bisa langsung membawa barang dagangannya dari Sambu.

Semakin lancarnya transportasi serta jalan yang dilalui tentu komunikasi dengan masyarakat luar juga semakin lancar. Komunikasi yang lancar antara masyarakat suatu daerah dengan masyarakat daerah lainnya membawa pengaruh besar bagi masyarakat itu sendiri. Karena masyarakat setempat dengan sendirinya akan saling bertukar informasi dan bisa menerima masukan-masukan dari masyarakat pendatang sebagai bahan perbandingan dengan apa yang telah dilakukan selama ini. Tidak jarang hal-hal yang dibawa masyarakat pendatang memberi semangat kepada masyarakat setempat untuk meningkatkan hasil produksi maupun cara mereka berdagang. Semakin majunya sebuah pasar tentu membawa pengaruh yang besar bagi kemajuan perekonomian masyarakat sekitarnya16

Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor perkembangan pasar karena dengan semakin bertambahnya penduduk tentu kebutuhan yang diperlukan semakin banyak sehingga mendorong pasar untuk meningkatkan barang yang diperjual-belikan. Hal ini tidak terlepas dari

(23)

pengaruh lancarnya sarana transformasi, dengan kendaraan umum yang cukup banyak melintasi pasar tersebut membuat para pedagang maupun pembeli sangat mudah dan cepat untuk sampai ke pasar tersebut. Pasar Titipapan adalah pasar tradisional yang berkembang dengan baik dan cukup pesat karena lokasinya yang strategis untuk tempat berdagang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sarana jalan yang telah memadai ini mendorong atau memberi kesempatan bagi perkembangan ekonomi masyarakat dan juga memudahkan jalur komunikasi dengan masyarakat dari luar pasar tersebut. Tidak dapat dipungkiri sarana transportasi inilah yang memicu pesatnya perkembangan Pasar Titipan sehingga para pedagang dan pembeli betah melakukan transaksi jual beli di pasar tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Penyakit kulit dan jaringan subkutan Diare dan gastroenteritis Asma Fraktur tulanf anggota gerak Hipertensi esensial Bronkitis akut dan brokioliotis akut Penyakit pulpa dan

Untuk menggunakan fasilitas ini seorang programmer hanya diharuskan memasukkan kelas kelas yang merupakan komponen dari Package.Package ini merupakan fitur dari Java 2 SDK yang

Panitia Pengadaan Mesin Fogging pada Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan

Maka, ilmu-ilmu kemasyarakatan yang berasal dari tradisi keilmuan Barat, tidak mungkin dapat merangkul dalam metode pengkajian kedua aspek yang dipandang tidak dapat

Gambar D.7 Hasil Uji RVA Pati Biji Mangga dan RVA Larutan Biokomposit dari Pati Biji Mangga dengan Pengisi Hybrid serta Plasticizer Gliserol.. D.8 HASIL UJI

Internet adalah salah satu media penyebaran informasi global, yang memberi kemudahan dalam berbisnis dan mempermudah pemakainya untuk berkomunikasi serta memperoleh informasi

Sistem Pendistribusian Dana Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Trenggalek.. Perumusan dari sistem pendistribusian yang

Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi larutan hara kompos cair terhadap pertumbuhan dan produksi selada ( Lactuva sativa L) dengan sistem hidropnik THST,