• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sabatika Setyaningsih *), Niken Sukesi **), Achmad Solechan **)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sabatika Setyaningsih *), Niken Sukesi **), Achmad Solechan **)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Pengetahuan Perawat Terhadap Tindakan Perawat… (S. Setyaningsih, et.al) 1

PENGARUH PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP TINDAKAN PERAWAT

MEMBERIKAN INJEKSI BOLUS IV SESUAI SOP (STANDART OPERASIONAL

PROSEDUR) DI RUANG RAWAT INAP RSUD UNGARAN

Sabatika Setyaningsih *), Niken Sukesi **), Achmad Solechan **)

*) Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang **) Dosen STIKES Widya Husada Semarang

**) Dosen STMIK Provisi Semarang

ABSTRAK

Injeksi melalui bolus IV adalah pemberian medikasi yang pekat atau padat secara langsung kedalam vena dengan teknik bolus. Teknik tersebut merupakan metode pemberian obat yang sangat berbahaya, karena obat bereaksi dengan cepat dan masuk ke dalam sirkulasi klien secara langsung. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pengetahuan perawat terhadap tindakan perawat memberikan injeksi bolus IV sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur) di ruang rawat inap RSUD Ungaran. Desain yang digunakan dalam penelitian adalah cross sectional. Populasi penelitian ini adalah semua perawat ruang rawat inap. Besar Sampel 54 responden, menggunakan metode purposive sampling. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan perawat tentang SOP injeksi bolus IV sedangkan Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tindakan perawat memberikan injeksi bolus IV sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur) di ruang rawat inap RSUD Ungaran. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar pengetahuan perawat baik dengan tindakan baik sebanyak 37,0%. Hasil uji statistik menggunakan chi square didapatkan nilai p value=0,006 dengan taraf signifikansi p <0,05 (α=0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pengetahuan perawat terhadap tindakan perawat memberikan injeksi bolus IV sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur).

Kata kunci: pengetahuan, tindakan injeksi bolus IV, SOP

ABSTRACT

Injection through IV bolus is delivery solid medication directly into a vein with a bolus technique. That technique is dangerous method of drug delivery that is very, because the drug react quickly and enter into client circulation directly. The purpose of this study was to analyze the influence of nurses knowledge toward nurses action in giving IV bolus injection according to the SOP (Standard Operating Procedure) in inpatient ward RSUD Ungaran. The used design in this study was cross-sectional. This study population was all nurses inpatient ward. This sample are 54 respondent, using purposive sampling method. The independent variable in this study is the knowledge of nurses about SOP IV bolus injection while the dependent variable in this study is the act of a nurse in giving a bolus IV injection according to the SOP (Standard Operating Procedure) in the inpatient ward RSUD Unggaran. The results showed that most of the knowledge of good nurses with good action as much as 37.0%. Statistical test results using the chi-square obtained p value = 0.006 with a significance level of p <0.05 (α = 0.05), so it can be concluded that effect of the nurse's knowledge toward nurses actions in giving IV bolus injection according to the SOP (Standard Operating Procedure).

(2)

Pengaruh Pengetahuan Perawat Terhadap Tindakan Perawat… (S. Setyaningsih, et.al) 1 PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan di rumah sakit, merupakan cerminan mutu rumah sakit dimana perawat merupakan sumber daya manusia yang paling dominan dan berperan penting dalam memberikan dan menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Sebagian besar kontak pasien dilakukan dengan perawat dengan memberikan pelayanan penuh dan mendampingi pasien selama 24 jam sehari (Baidoeri, 2003. ¶1). Perawat dalam memberikan pelayanan harus secara komprehensif dan berupaya meningkatkan kinerja dalam pelayanan. Kinerja perawat bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Kebijakan dari Depkes. RI, 2001, bahwa program peningkatan mutu asuhan keperawatan diselenggarakan melalui kegiatan – kegiatan pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan Standart Operasional Prosedur (SOP) (Kamalludin, 2008, ¶ 3). Menurut Prayitno (2009, hlm. 381) SOP merupakan serangkaian langkah yang dianggap benar (menurut criteria yang ditetapkan) dan diselenggarakan dengan urutan yang tepat (sistematis) untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Pemberian obat injeksi melalui bolus IV adalah pemberian medikasi yang pekat atau padat secara langsung ke dalam vena dengan teknik bolus. Teknik tersebut merupakan metode pemberian obat yang sangat berbahaya, karena obat bereaksi dengan cepat dan masuk ke dalam sirkulasi klien secara langsung (Potter & Perry, 2005, hlm. 186).

Guna menghindari efek samping yang serius, perawat perlu memiliki pengetahuan tentang SOP tindakan Injeksi bolus IV yang memadai. Menurut Notoatmodjo (2005, hlm. 50) pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Pengetahuan perawat sangat dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif.

Penelitian oleh Kamalludin (2008), dalam hasil rekapitulasi kegiatan observasi di ruang rawat inap RSUD Purbalingga tentang pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilaksanakan pada bulan Mei– Juni 2004 menunjukkan perawat saat membuka ampul tidak menggunakan kikir ampul (22%), pada saat memasang infus perawat tidak menggunakan perlak dan pengalas (jumlah alat kurang) (19,23%). Tindakan mengganti balutan luka, perawat tidak menggunakan perlak dan pengalas (jumlah alat kurang) (13,33%), proses memandikan pasien menggunakan satu waslap (12,24%), tidak mengganti air seka (12,24 %), tidak menanyakan sabun muka (12,24%), tidak menyiapkan tempat pakaian kotor (10,20%). Hasil penelitian oleh Paryanti 2007 di ruang ICU RSUD Prof . Dr. Margono Soekarjo Purwokerto tentang hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan ketrampilan isap lendir diperoleh hasil, tingkat pengetahuan perawat tentang isap lendir/suction sebagian besar dalam kategori tinggi (68,2%) dan paling sedikit pada kategori rendah (4,5%). Tingkat pengetahuan perawat pada kategori sedang 27,3%. Keterampilan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap isap lendir/suction sebagian besar dalam kategori baik (77,3%) dan paling sedikit pada kategori cukup baik (22,7%).

Hasil penelitian oleh Silalahi 2013 tentang “Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Perawat tentang HIV/AIDS dengan Tindakan Perawat terhadap Penderita HIV/AIDS di Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado”, menunjukkan bahwa pengetahuan responden dengan tindakan baik diperoleh sebanyak 35 orang (76%) dan tindakan kurang baik sebanyak 11 orang (24%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik namun tindakan baik sebanyak 10 orang (29,4%) dan tindakan kurang baik sebanyak 24 orang (70,5%).

(3)

Pengaruh Pengetahuan Perawat Terhadap Tindakan Perawat… (S. Setyaningsih, et.al) 1 Hasil wawancara terhadap 10 responden

menunjukan bahwa pengetahuan responden b a i k s e b a n y a k 2 orang (20%), dengan latar belakang pendidikan S1. Pengetahuan responden cukup sebanyak 4 orang (40%), dengan latar belakang pendidikan DIII. Pengetahuan responden kurang sebanyak 4 orang (40%), dengan latar belakang pendidikan DIII.

Hasil observasi menunjukan bahwa responden tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan sebanyak 9 orang (90%), responden tidak memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan sebanyak 5 orang (50%), responden tidak menggunakan kapas alkohol sebagai antiseptik pada bagian port injeksi sebanyak 4 orang (40%), responden tidak memperhatikan aliran infus 2 orang (20%), responden memasukkan obat dengan cepat sebanyak 7 orang (70%), responden tidak memperhatikan udara yang ikut masuk ke dalam selang infus sebanyak 4 orang (40%).

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adakah pengaruh pengetahuan perawat terhadap tindakan perawat memberikan injeksi bolus IV sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur) di ruang rawat inap RSUD Ungaran.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional menggunakan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan dengan melakukan pengukuran variabel bebas dan variabel terikat secara bersamaan atau pada waktu yang sama (Dahlan, 2009, hlm. 10).

Populasi penelitian ini adalah semua perawat ruang rawat inap sebanyak 116

responden. Sampel penelitian ini sebanyak 54 responden. Jenis pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling disebut sampel bertujuan, dilakukan dengan cara mengambil subjek atas adanya tujuan tertentu (Kasjono, 2013, hlm. 20).

Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi secara langsung untuk mendapatkan data-data dari responden. Kuesioner sebelum digunakan untuk penelitian dilakukan uji validitas terlebih dahulu. Uji validitas intrumen dilaksanakan pada bulan maret 2014 di RSUD Ambarawa dimana rumah sakit tersebut mempunyai karakteristik yang sama dengan RSUD Ungaran, yaitu rumah sakit dengan tipe C. Uji coba dilakukan dengan 30 perawat. Analisis univariat dalam penelitian ini meliputi pengetahuan perawat, tindakan perawat memberikan injeksi bolus IV sesuai SOP, dan karakteristik perawat (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lama kerja). Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan Chi-Square karena variabel independent berupa data ordinal dan variabel dependent berupa data ordinal. Kedua variabel memiliki data berjenis kategorik, maka dalam penelitian ini menggunakan Chi-Square (Riyanto, 2011, hlm. 142).

3 3

(4)

Pengaruh Pengetahuan Perawat Terhadap Tindakan Perawat… (S. Setyaningsih, et.al) 1 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik (usia, jenis kelamin, pendidikan dan

lama kerja).

Karakteristik responden Frekuensi Presentase

Usia

21-40 tahun: dewasa 41-60 tahun: tengah baya

51 3 94,4 5,6 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 2 52 3,7 96,3 Pendidikan D3 S1 45 9 83.3 16.7 Lama kerja <8 tahun ≥8 tahun 30 24 55,6 44,4

2. Hasil Penelitian Berdasarkan Pengetahuan Perawat

Tabel 2. Distribusi frekuensi pengetahuan perawat.

Variabel pengetahuan perawat Frekuensi Presentase

1. Kurang 2. Baik 27 27 50 50

3. Hasil Penelitian Berdasarkan Tindakan Perawat Memberikan Injeksi Bolus IV sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur)

Tabel 3. Distribusi frekuensi tindakan perawat memberikan injeksi bolus IV sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur)

Variabel tindakan perawat Frekuensi Presentase

1. Kurang 2. Baik 24 30 44.4 55.6

4. Pengaruh pengetahuan perawat terhadap tindakan perawat memberikan injeksi bolus IV sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur).

Tabel 4. Pengaruh pengetahuan perawat terhadap tindakan perawat memberikan injeksi bolus IV sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur).

Pengetahuan perawat

Tindakan perawat memberikan injeksi bolus IV sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur)

Total % p OR

kurang % Baik %

Kurang 17 31,5 10 18,5 27 50,0 0,006 4,857

Baik 7 13,0 20 37,0 27 50,0

Jumlah 24 44,4 30 55,6 54 100

(5)

Pengaruh Pengetahuan Perawat Terhadap Tindakan Perawat… (S. Setyaningsih, et.al) 1 Berdasarkan tabel 4. diketahui bahwa

sebagian besar pengetahuan perawat baik dengan tindakan baik sebanyak 37,0%. Hasil uji statistik menggunakan chi square didapatkan nilai p value=0,006 dengan taraf signifikansi p <0,05 (α=0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pengetahuan perawat terhadap tindakan perawat memberikan injeksi bolus IV sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur) dengan nilai odds ratio (OR) sebesar 4,857 berarti semakin baik pengetahuan perawat meningkatkan kualitas tindakan perawat dalam memberikan injeksi bolus IV sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur) sebanyak 4 kali dibanding pengetahuan perawat yang kurang. Sehingga semakin baik pengetahuan perawat maka semakin baik pula tindakan perawat dalam memberikan injeksi bolus IV sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur).

Responden penelitian ini sebagian

besar berusia dewasa (21-40 tahun)

(94,4%). RSUD Ungaran memang

membatasi usia pada saat

perekrutan perawat, sehingga

sebagian besar perawat yang

bekerja disana berusia dewasa.

Tindakan perawat yang baik

sebagian besar pada usia dewasa

(55,6%). Menurut teori Nursalam

(2001, hlm. 133) bahwa semakin

bertambah umur seseorang, maka

semakin bertambah juga daya

tanggapnya. Begitu pula dengan

seorang perawat, usia perawat

mempengaruhi daya tanggapnya

sehingga dalam melakukan tindakan

dapat memberikan pelayanan sesuai

dengan SOP yang telah ditetapkan.

Responden sebagian besar dengan

jenis kelamin perempuan (96,3%).

Hal ini terjadi karena populasi

perawat di RSUD Ungaran sebagian

besar perempuan dan profesi

keperawatan memang lebih banyak

diminati oleh perempuan. Tindakan

perawat yang baik pada jenis

kelamin

perempuan

(53,7%).

Menurut teori Inayat khan (2000,

dalam Asmadi 2008, hlm. 56), secara

tabiat perempuan lebih peka dari

pada laki-laki. Keperawatan banyak

dilakukan oleh perempuan karena

pekerjaan ini didasarkan atas naluri.

Perempuan melakukan tindakan

dengan hati-hati menggunakan

naluri serta memiliki perasaan yang

lebih peka terhadap sekelilingnya.

Sehingga dalam melakukan tindakan

keperawatan, perempuan lebih

cenderung berhati-hati sesuai

dengan SOP yang telah ditetapkan.

Penelitian

ini

sebagian

besar

responden (83,3%) berpendidikan

D3. Perawat pelaksana di RSUD

Ungaran hampir keseluruhan

berpendidikan D3, dan perawat

dengan pendidikan S1 sebagian

besar berperan sebagai kepala

ruang. Tindakan perawat yang baik

pada pendidikan D3 (46,3%).

Menurut Tim Pengembang Ilmu

Pendidikan FIP-UPI (2007, hlm. 227)

bahwa pendidikan mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh sistem sosial,

ekonomi, kebudayaan, agama, dan

politik.

Sehingga

untuk

mendapatkan pendidikan yang lebih

tinggi seorang biasanya melihat dari

keadaan ekonominya. Hal ini

mengakibatkan seseorang terhambat

untuk menuju jenjang pendidikan

S1. Perawat dengan pendidikan D3

lebih patuh dalam melakukan

tindakan sesuai SOP karena perawat

dengan pendidikan D3 lebih banyak

daripada S1 dan ada hal-hal yang

mempengaruhi patuh atau tidaknya

seseorang

dalam

melakukan

tindakan seperti pengalaman,

pelatihan dan motivasi.

(6)

Pengaruh Pengetahuan Perawat Terhadap Tindakan Perawat… (S. Setyaningsih, et.al) 1 Responden sebagian besar <8 tahun

(55,6%) dengan kriteria inklusi lama kerja ≥5 tahun. Perawat di RSUD Ungaran sebagian besar memiliki lama kerja antara 5-8 tahun. Tindakan perawat yang baik pada lama kerja <8 tahun (37,0%). Menurut teori Nursalam (2001, hlm. 133) bahwa pengalaman seseorang tentang berbagai hal bisa didapat dari lingkungan, proses perkembangan, organisasi, kegiatan menambah pengetahuan seperti mengikuti seminar dan pelatihan-pelatihan. Hal-hal tersebut dapat meningkatkan pengetahuan khususnya dalam melakukan tindakan sesuai SOP. Tidak hanya dari lama kerja saja yang dapat meningkatkan, tetapi masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi. Sehingga tidak ada pengaruh antara lama kerja dengan tindakan perawat.

Pengetahuan perawat baik dengan

tindakan baik sebanyak 37,0%.

Hasil uji statistik menggunakan chi

square didapatkan nilai p

value=0,006

dengan

taraf

signifikansi p <0,05 (α=0,05),

sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada pengaruh pengetahuan perawat

terhadap

tindakan

perawat

memberikan injeksi bolus IV sesuai

SOP

(Standart

Operasional

Prosedur) dengan nilai odds ratio

(OR) sebesar 4,857 berarti semakin

baik

pengetahuan

perawat

meningkatkan kualitas tindakan

perawat dalam memberikan injeksi

bolus IV sesuai SOP (Standart

Operasional Prosedur) sebanyak 4

kali dibanding pengetahuan perawat

yang kurang. Sehingga semakin

baik pengetahuan perawat maka

semakin baik pula tindakan perawat

dalam memberikan injeksi bolus IV

sesuai SOP.

Hasil penelitian ini sejalan dengan

teori Paula dan Janet (2009, hlm.6)

bahwa pengetahuan personal

mencakup suatu proses mencapai

kesimpulan akurat dengan informasi

terbatas.

Sejalan

dengan

bertambahnya pengalaman, perawat

lebih

banyak

mengandalkan

pengetahuan

personal

guna

mengenali masalah klien dan

mengambil keputusan. Sehingga ada

perawat yang berpengetahuan baik

dan ada yang berpengetahuan

kurang sesuai pengetahuan

masing-masing personal perawat. Menurut

Sudarman (2008, hlm.30) tindakan

perawat

bersifat

mandiri

berdasarkan ilmu dan kiat

keperawatan

serta

perawat

bertanggung jawab terhadap akibat

yang timbul dari tindakan yang

dilakukan.

Penelitian ini sejalan dengan

penelitian Silalahi pada tahun 2013

hasil analisis statistik menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan

dengan tindakan perawat. Penelitian

ini sejalan dengan teori Green

dalam Notoadmojo 2010 bahwa

perilaku

seseorang

tentang

kesehatan dalam hal ini tindakan

terhadap penderita HIV/AIDS salah

satunya

dipengaruhi

oleh

pengetahuan. Didukung pula dengan

penjelasan menurut Notoadmojo

(2003, dalam Silalahi, 2013) bahwa

pengetahuan merupakan domain

kognitif yang sangat penting

terbentuknya tindakan seseorang.

Apabila penerimaan perilaku baru

atau adopsi perilaku didasari oleh

pengetahuan, maka apa yang

dipelajari antara lain perilaku

tersebut akan bersifat langgeng,

sebaliknya apabila perilaku itu tidak

didasari oleh pengetahuan maka

tidak akan berlangsung lama.

Penelitian ini juga sesuai dengan

penelitian oleh Paryanti (2007)

6 J. Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. … No ..., Desember 2014 : …

(7)

Pengaruh Pengetahuan Perawat Terhadap Tindakan Perawat… (S. Setyaningsih, et.al) 1

bahwa ada hubungan yang

bermakna secara statistik antara

tingkat pengetahuan perawat dengan

keterampilan melaksanakan prosedur

tetap isap lendir/suction di Ruang

ICU RSUD Prof. Dr. Margono

Soekarjo

Purwokerto.

Hasil

penelitian tersebut menunjukkan

bahwa semakin tinggi tingkat

pengetahuan perawat maka

pelaksanaan prosedur tetap isap

lendir/suction oleh perawat semakin

baik. Menurut Notoatmodjo (1997,

dalam Paryanti, 2007), pengetahuan

merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang. Pengetahuan diperlukan

sebagai dorongan pikir dalam

menumbuhkan kepercayaan diri

maupun dorongan sikap dan

perilaku, sehingga dapat dikatakan

bahwa pengetahuan merupakan

stimuli terhadap tindakan seseorang.

Seseorang dapat mengingat suatu

materi yang telah dipelajari

sebelumnya dan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui,

dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar.

Pengetahuan yang telah dimiliki

tersebut menjadikan seseorang

memiliki

kemampuan

untuk

menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi

sebenarnya.

Namun penelitian ini bertolak

belakang dengan penelitian oleh

Khayati 2013 tentang, “Pelaksanaan

Manajemen Laktasi oleh Perawat

di Rumah Sakit dan Faktor yang

Mempengaruhinya”. Salah satu

faktor yang diteliti adalah

pengetahuan. Hasil penelitian

hubungan pengetahuan perawat di

post partum dengan manajemen

laktasi yang dilakukan perawat

disimpulkan tidak ada hubungan

antara pengetahuan perawat di

ruang nifas dengan pelaksanaan

manajemen laktasi yang dilakukan.

Pengetahuan dan keterampilan

seseorang dapat diperoleh melalui

pendidikan

formal

maupun

informal. Pendidikan informal

seperti pelatihan terkait manajemen

laktasi dan konselor laktasi dapat

menambah wawasan, pengetahuan,

pengalaman serta meningkatkan

rasa percaya diri atas kemampuan

yang dimilikinya (Ekstrom, 2005,

dalam Khayati, 2013).

SIMPULAN DAN SARAN

Gambaran karakteristik perawat (umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja) di ruang rawat inap RSUD Ungaran. Rata-rata responden berusia 21-40 tahun, jenis kelamin responden sebagian besar perempuan, pendidikan responden sebagian besar D3, dan lama kerja sebagian besar <8 dengan kriteria inklusi responden ≥5 tahun. Gambaran pengetahuan perawat di ruang rawat inap RSUD Ungaran didapatkan hasil sebagian besar pengetahuan perawat baik. Gambaran tindakan perawat memberikan injeksi bolus IV sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur) di ruang rawat inap RSUD Ungaran didapatkan hasil sebagian besar tindakan baik. Tidak ada pengaruh antara jenis kelamin, pendidikan, dan lama kerja terhadap tindakan perawat memberikan injeksi bolus IV sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur) di ruang rawat inap RSUD Ungaran. Ada pengaruh antara usia responden terhadap tindakan perawat memberikan injeksi bolus IV sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur) di ruang rawat inap RSUD Ungaran. Ada pengaruh antara pengetahuan perawat dan tindakan perawat memberikan injeksi bolus IV sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur) di ruang rawat inap RSUD Ungaran.

Manajemen rumah sakit atau bidang keperawatan untuk kedepanya dapat 7

(8)

Pengaruh Pengetahuan Perawat Terhadap Tindakan Perawat… (S. Setyaningsih, et.al) 1 memberikan supervisi untuk

melakukan pengawasan terhadap perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Sehingga dalam melaksanakan tindakan keperawatan perawat dapat lebih berhati-hati dan melakukan tindakan sesuai SOP. Rumah sakit memiliki SOP yang sudah baik, namun alangkah lebih baik apabila ditambahkan lagi point-point penting dalam tindakan seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. Mencuci tangan sekarang ini patut diperhatikan oleh setiap rumah sakit untuk mengurangi penyebaran infeksi dan meningkatkan kualitas pelayanan RSUD Ungaran. Diupayakan perawat untuk dapat mengetahui efek samping obat-obat saat akan diberikan kepada pasien atau akibat yang akan muncul setelah pasien menerima obat-obat tertentu. Ada banyak obat-obat yang perlu diperhatikan dalam pemberiannya terutama obat-obat yang diberikan secara injeksi melalui bolus IV, dan pemberian obat dengan cara tersebut bereaksi cepat ke pasien karena pemberianya secara langsung melalui pembuluh darah pasien.

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengajaran untuk mahasiswa keperawatan. Pengajaran yang diberikan bukan hanya praktek laborat tentang injeksi bolus IV saja, namun juga bisa ditambahkan tindakan-tindakan yang lain, misalnya pemasangan infus, melakukan suction, perawatan luka dan tindakan lainnya. Institusi juga untuk kedepanya dapat bekerjasama dengan rumah sakit untuk memberikan supervisi atau pengawasan kepada mahasiswa saat melakukan tindakan. Sehingga dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam melakukan tindakan sesuai SOP.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC Baidoeri, Sitti. (2003). Hubungan antara

karakteristik individu, motivasi kerja perawat dan kepemimpinan Kepala Ruangan Rawat Inap dengan kinerja perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Asshobirin Tangerang. Perpustakaan Universitas Indonesia

Kamalludin, Ridlwan. (2008). Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Standart Prosedur Operasional (SPO) dengan Kepatuhan Perawat terhadap Pelaksanaan SPO

Profesi Pelayanan

Keperawatan di Instalasi

Rawat Inap RSUD

Purbalingga. Jurnal Keperawatan Soedirman Khayati, Nikmatul. (2013).

Pelaksanaan Manajemen Laktasi Oleh Perawat di Rumah Sakit dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal UNIMUS

Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. (2001). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto

Paryanti, Sri. (2007). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat

dengan Ketrampilan

Melaksanakan Prosedur Tetap Isap Lendir / Suction di Ruang ICU RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo

Purwokerto. Jurnal

Keperawatan Soedirman Paula, J.C., Janet, W.K. (2009).

Keperawatan Aplikasi Model Konseptual. Edisi 4. Jakarta: EGC

Potter, Perry. (2005). Buku Saku Keterampilan dan Prosedur 8 J. Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. … No ..., Desember 2014 : …

(9)

Pengaruh Pengetahuan Perawat Terhadap Tindakan Perawat… (S. Setyaningsih, et.al) 1 Dasar. Jakarta: EGC

Prayitno. (2009). Dasar Teori dan Praktis Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Silalahi, Christine. (2013). Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Perawat tentang HIV/AIDS dengan Tindakan Perawat terhadap Penderita HIV/AIDS di Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado. Manado: Media Kesehatan FKM UNSRAT

Sudarman, Momon. (2008). Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 3.7 Use Case Diagram Petugas UMKM pada Sistem Informasi Peengolahan Data Dinas Koperasi dan UMKM Nusa Tenggara

Seperti penelitian Leavitt 1965 menyatakan bahwa penerapan sistem informasi yang baru akan berdampak pada reaksi yang ditunjukkan oleh perilaku individu dalam organisasi,

say {Dewi Sukma}{Hai Nyai Emas Padmawati, beritahukanlah pada rajamu.} say {Dewi Sukma}{Utuslah seseorang untuk mengambil pusaka Lalayang Salaka Domas di Jabaning Langit}. say

Willy Susilo dalam bukunya Audit SDM (2002:53) yang mengungkapkan bahwa “Audit manajemen adalah audit terhadap manajemen suatu organisasi secara keseluruhan untuk menilai

Hasil penelitian menunjukkan Untuk dapat berkompetensi dalam berkomunikasi lintas budaya di kalangan generasi muda sebagai bentuk kesiapan menghadapi Pemberlakuan

Sesuai dengan masalah yang diajukan, hasil kajian terhadap penerapan pendekatan komunikatif yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran berpidato bahasa Bali pada

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian sembelit pada ibu post partum 3 hari di Desa Margorejo

Biaya indirect resources overhead merupakan suatu pembebanan biaya tidak langsung ke aktivitas dengan basis yang bersifat sembarang atau proporsi. Untuk