• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUJAN MARET 2016 DAN PRAKIRAAN HUJAN MEI, JUNI DAN JULI 2016 DI BANGKA BELITUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS HUJAN MARET 2016 DAN PRAKIRAAN HUJAN MEI, JUNI DAN JULI 2016 DI BANGKA BELITUNG"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ANALISIS HUJAN MARET 2016

DAN

PRAKIRAAN HUJAN

MEI, JUNI DAN JULI 2016

(3)

Buletin BMKG Edisi April 2016 i

KATA PENGANTAR

Analisis Hujan Bulan Maret 2016 dan Prakiraan Hujan Bulan Mei, Juni dan Juli 2016 disusun berdasarkan hasil analisis data hujan yang diterima dari stasiun dan pos pengamatan curah hujan yang ada di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung serta unsur cuaca lainnya dengan memperhatikan kondisi fisis dan dinamika atmosfer yang sedang berlangsung yang cenderung dapat mempengaruhi iklim di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Disamping itu dalam buletin ini juga disampaikan beberapa informasi meteorologi lainnya, antara lain tentang banyaknya hari hujan, monitoring hari tanpa hujan berturut – turut, dankejadian ekstrim yang terjadi di ProvinsiKepulauanBangka Belitung.

Mengingat ketepatan hasil Analisis dan Prakiraan curah hujan ini sangat tergantung dari data yang masuk, maka diharapkan Stasiun Kerjasama maupun Pos-Pos Hujan dapat menyampaikan data hasil pengamatan secara tepat waktu ke Stasiun Meteorologi Klas I Pangkalpinang.

Mudah-mudahan dengan diterbitkannya hasil Analisis dan Prakiraan Hujan di Kepulauan Bangka Belitungini dapat lebih bermanfaat bagi para pembuat keputusan maupun masyarakat pada umumnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada instansi, stasiun kerja sama dan semua pihak yang telah membantu penyusunan terbitan ini.

Pangkalpinang, 20 April 2016 KEPALA STASIUN

METEOROLOGIKLAS I PANGKALPINANG

MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP. 19660119 1991021001

(4)

Buletin BMKG Edisi April 2016 ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR PENGERTIAN

I. PENDAHULUAN

II. ANALISIS HUJAN BULAN MARET 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

III. PRAKIRAAN HUJAN BULANAPRIL MEI DAN JUNI 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

IV. INFORMASI JUMLAH HARI HUJAN MARET 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

V. EVALUASI TINGKAT BAHAYA KEBAKARAN

VI. PETA MONITORING HARI TANPA HUJAN BERTURUT-TURUT (UPDATE 10 APRIL 2016)

VII. PENGAMATAN ARAH DAN KECEPATAN ANGIN DI PANGKALPINANG BULAN MARET 2016

LAMPIRAN

1. TABEL ANALISIS CURAH HUJAN DAN SIFAT HUJAN DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BULAN MARET 2016

2. PETA DISTRIBUSI CURAH HUJAN BULAN MARET 2016 PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PETA ANALISIS SIFAT HUJAN BULAN MARET 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 3. PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN MEI 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PETA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULAN MEI 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 4. PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN JUNI 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PETA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULAN JUNI 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 5. PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN JULI 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PETA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULAN JULI 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 6. ARTIKEL CUACA DAN IKLIM

(5)

Buletin BMKG Edisi April 2016 1

PENGERTIAN

Cuaca adalah kondisi atmosfer yang terjadi suatu saat disuatu tempat dalam waktu yang relatif singkat, Iklim mengandung pengertian kebiasaan cuaca atau ciri kecuacaan yang terjadi di suatu tempat atau suatu daerah, sedangkan Musim adalah selang waktu dengan cuaca yang paling sering terjadi atau mencolok. Hujan adalah butir-butir air atau kristal es yang keluar dari awan yang sampai ke permukaan bumi.

1. Sifat Hujan :

Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan, dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat, sehingga jika sifat hujan Atas Normal bukan berarti jumlah curah hujan yang melimpah ataupun sebaliknya jika sifat hujan Bawah Normal bukan berarti tidak ada hujan.

Sifat hujan dibagi menjadi tiga kriteria yaitu :

a. Atas Normal ( AN ) jika nilai perbandingan jumlah curah hujan selama 1 bulan terhadap rata ratanya > 115 %.

b. Normal ( N ) jika nilai perbandingan jumlah curah hujan selama 1 bulan terhadap rata ratanya antara 85 – 115 %.

c. Bawah Normal ( BN ) jika nilai perbandingan jumlah curah hujan selama 1 bulan terhadap rata ratanya < 85 %.

2. Normal curah hujan :

a. Rata-rata curah hujan bulanan: nilai rata rata curah hujan masing masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.

b. Normal curah hujan bulanan: nilai rata rata curah hujan masing masing bulan selama 30 tahun.

3. Musim hujan

Suatu zona musim dikatakan masuk musim hujan jika dalam 10 hari atau satu dasarian jumlah curah hujannya mencapai lebih dari 50 mm dan diikuti oleh dasarian berikutnya atau dengan kata lain, dalam satu bulan jumlah curah hujannya sudah mencapai 150 mm.

(6)

Buletin BMKG Edisi April 2016 2

4. Dasarian

a. Dasarian adalah masa selama 10 ( sepuluh ) hari

b. Dalam satu bulan dibagi menjadi 3 ( tiga ) dasarian yaitu :

 Dasarian I: masa dari tanggal 1 sampai dengan 10

 Dasarian II: masa dari tanggal 11 sampai dengan 20

 Dasarian III: masa dari tanggal 21 sampai dengan akhir bulan Contoh:

Awal musim hujan berkisar antara AprilI –April III Artinya = Tanggal 01 April sampai dengan 30 April 5. Kriteria Intensitas Curah Hujan

a. Hujan sangat ringan intensitasnya < 5 mm dalam 24 jam b. Hujan ringan intensitasnya 5 – 20 mm dalam 24 jam c. Hujan sedang intensitasnya 20 – 50 mm dalam 24 jam d. Hujan lebat intensitasnya 50 – 100 mm dalam 24 jam e. Hujan sangat lebat intensitasnya > 100 mm dalam 24 jam 6. Anomali

Adalah penyimpangan suatu nilai terhadap nilai rata-ratanya.

7. Penyempurnaan Istilah Informasi Iklim

Sesuai dengan Surat Edaran Kepala BMKG no. UM.205./A.11/KB/BMKG-2010. Tentang Penyempurnaan Penggunaan Istilah Dalam Informasi Iklim / Hujan.

a. Istilah Evaluasi pada Tabel atau Bab dan Sub Bab disempurnakan menjadi Analisis. b. Istilah Prakiraan Curah hujan pada Tabel atau Bab dan Sub Bab adalah tetap

Prakiraan.

c. Istilah Evaluasi pada Peta Evaluasi Curah Hujan disempurnakan menjadi Peta Distribusi Curah Hujan.

d. Istilah Evaluasi pada Peta Evaluasi sifat hujan disempurnakan menjadi Peta Analisis Sifat Hujan.

(7)

Buletin BMKG Edisi April 2016 3 1. Suhu muka laut perairan Indonesia

Suhu muka laut di wilayah Indonesia secara umum relatif hangatdibandingkan dengan rata-ratanya, Suhu Muka Laut perairan Indonesia pada bulan April hingga Mei diprediksi masih hangat.Untuk bulan Juni sampai Agustus 2016 umumnya perairan Indonesia diprediksi mendingin terutama dibagian barat dan timur.

2. ENSO (El Nino-Southern Oscillation )

Pembentukan El-Nino dikaitkan dengan pola sirkulasi samudera pasifik yang dikenal sebagai osilasi selatan sehingga disebut juga El Nino-Southern Oscillation (ENSO), merupakan fenomena yang ditimbulkan oleh interaksi laut-atmosfer yang terjadi di Samudra Pasifik tropis.

Fenomena El Nino dapat menyebabkan berkurangnya curah hujan secara drastis, bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup dingin. Namun bila kondisi suhu perairan

(8)

Buletin BMKG Edisi April 2016 4

Indonesia cukup hangat tidak berpengaruh terhadap kurangnya curah hujan secara signifikan di Indonesia.

Fenomena ENSO (El Nino Southern Oscillation) diprediksi berada pada kondisi El Nino lemah pada bulan Mei, bulan Juni hingga Agustus 2016 diprediksi kembali Normal.

3. Dipole Mode

India OceanDipole Mode (IODM) atau yang lebih dikenal Dipole Mode didefinisikan

sebagaiinteraksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia di sekitar khatulistiwa yang ditandaidengan gejala akan memanasnya suhu permukaan laut (SPL) dari di sepanjang Ekuator Samudera Hindia, khususnya sebelah selatan India yang diiringi dengan menurunnya suhu permukaan laut di perairan Indonesia di wilayah pantai barat Sumatera (Saji dan Yamagata, 2001).

Jika nilai IODM positif, pada umumnya berdampak pada berkurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, sedangkan nilai IODM negatif, dapat menyebabkan adanya penambahan curah hujan di Indonesia bagian barat.

Indeks Dipole Mode (IODM) di prediksikan berada pada kondisi normal pada April sampai dengan Juli 2016 sehingga mengindikasikan bahwa pasokan uap air di Samudra Hindia dan wilayah Indonesia bagian Barat dalam kondisi normal.

(9)

Buletin BMKG Edisi April 2016 5 ANALISIS HUJAN BULAN MARET DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

A. ANALISIS CURAH HUJAN BULAN MARET 2016

Berdasarkan data curah hujanyang diterima dari Pos hujan di Kepulauan Bangka Belitung maka analisis curah hujan Maret 2016 adalah sebagai berikut :

CURAH HUJAN (mm) KABUPATEN / DAERAH

0 – 20 - 21 – 50 - 51 – 100 - 101 – 150 - 151 – 200 - 201 – 300

Sebagian kecil Kab. Bangka Barat bagian barat, sebagian kecil Kab. Bangka Selatan bagian barat dan

selatan, sebagian kecil Kab. Bangka Tengah bagian timur, sebagian besar Kab. Belitung, sebagian kecil

Kab. Belitung Timur bagian utara

301 – 400

Sebagian Kab. Bangka Barat bagian barat, sebagian Kab. Bangka tengah bagian barat, Kab. Bangka Tengah bagian timur, sebagian besar Kab. Bangka Selatan, sebagian kecil Kab. Belitung bagian selatan,

sebagian Kab. Belitung Timur bagian tengah

401 – 500

Sebagian Kab. Bangka Barat, sebagian besar Kab. Bangka bagian selatan, sebagian kecil Kab. Bangka bagian utara, wilayah Pangkalpinang, sebagian Kab. Bangka Tengah, sebagian kecil Kab. Bangka Selatan

bagian utara, sebagian Kab. Belitung Timur bagian selatan

> 500 Sebagian Kab. Bangka bagian tengah Peta Analisis Curah Hujan Bulan Maret 2016 dapat dilihat pada Lampiran 2.

(10)

Buletin BMKG Edisi April 2016 6

B. ANALISIS SIFAT HUJAN BULAN MARET 2016

Berdasarkan data curah hujan bulan Maret 2016 yang diterima dari Stasiun/Pos hujan di Kepulauan Bangka Belitung maka analisis sifat hujan bulan Maret 2016 adalah sebagai berikut:

SIFAT HUJAN KABUPATEN / DAERAH

BAWAH NORMAL -

NORMAL

Sebagian kecil Kab. Bangka Barat bagian barat, sebagian Kab. Belitung bagian utara, sebagian kecil

Kab. Belitung Timur bagian utara ATAS NORMAL

Seluruh Pulau Bangka kecuali sebagian kecil Kab. Bangka Barat bagian barat, sebagian Kab. Belitung,

sebagian besar Kab. Belitung timur bagian selatan Peta Analisis Sifat Hujan Bulan Maret 2016 dapat dilihat pada Lampiran 2.

C. ANALISIS CURAH HUJAN EKSTRIM HARIAN MARET 2016

Analisis curah hujan ekstrim harian Maret 2016 di wilayah Pulau Bangka adalah :

KRITERIA KABUPATEN / DAERAH

CURAH HUJAN LEBAT (51 – 100 mm/Hari)

Jebus, Telak, Parit Tiga, Dendang, Mayang, Mentok, Kelapa, Tempilang,Bukit Ketok,Pemali,Pugul,Kace, Bakam, Rukam, Celuak, Stamet PangkalPinang, Koba,

Penyak,Lubuk, Cambai, Mangkol, Payung, Air Gegas, Rias, Batu Betumpang

CURAH HUJAN SANGAT LEBAT (> 100 mm/Hari)

Telak, Parit Tiga, Simpang Tritip, Mayang, Kundi, Pugul,Bakam, Kace, Stamet Pangkalpinang, Koba,

Cambai

Analisis curah hujan ekstrim harian di wilayah Pulau Belitung adalah sebagai berikut:

KRITERIA KABUPATEN / DAERAH

CURAH HUJAN LEBAT (51 – 100 mm/Hari)

Sijuk, Tanjung Binga,Pangkallalang, Membalong, Perawas, Sungai Samak, Ibul,Badau, Tungkusan, Damar, KelapaKampit, SimpangRengiang, Simpang

Pesak, Lalang, Air Asam,Gantung, Danau Nujau, Dendang

CURAH HUJAN SANGAT

(11)

Buletin BMKG Edisi April 2016 7 1. PRAKIRAAN HUJAN DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

A. PRAKIRAAN HUJAN BULAN MEI 2016

Prakiraan Curah Hujan MEI 2016

CURAH HUJAN (mm) KABUPATEN / DAERAH

0 – 20 -

21 – 50 -

51 – 100 -

101 – 150 -

151 – 200 Sebagian kecil Kab. Bangka bagian timur 201 – 300

Seluruh Kab. Bangka Barat, sebagian besar Kab. Bangka, seluruh kota Pangkalpinang, Kab. Bangka Tengah, dan

Kab. Bangka Selatan, seluruh Pulau Belitung

301 – 400 -

401 – 500 -

> 500 -

Prakiraan Sifat Hujan Mei 2016

SIFAT HUJAN KABUPATEN / DAERAH

BAWAH NORMAL -

NORMAL Seluruh Pulau Bangka kecuali sebagian Kab. Bangka

Selatan bagian selatan, seluruh Pulau Belitung

ATAS NORMAL Sebagian Kab. Bangka Selatan bagian selatan

Peta Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Bulan Mei 2016 dapat dilihat pada Lampiran 3.

III PRAKIRAAN HUJAN MEI, JUNI DAN JULI 2016

(12)

Buletin BMKG Edisi April 2016 8 B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JUNI 2016

Prakiraan Curah Hujan Juni 2016

CURAH HUJAN (mm) KABUPATEN / DAERAH

0 – 20 -

21 – 50 -

51 – 100 -

101 – 150

Sebagian kecil Kab. Bangka Barat bagian selatan, sebagian Kab. Bangka, seluruh wilayah Pangkalpinang,

seluruh Kab. Bangka Tengah kecuali bagian timur, sebagian Kab. Bangka Selatan bagian timur 151 – 200

Seluruh Kab. Bangka Barat kecuali bagian selatan, sebagian Kab. Bangka bagian utara, sebagian kecil Kab.

Bangka Tengah bagian barat, sebagian Kab. Bangka Selatan bagian Barat, seluruh Pulau Belitung

201 – 300 -

301 – 400 -

402 – 500 -

> 500 -

Prakiraan Sifat Hujan Juni 2016

SIFAT HUJAN KABUPATEN / DAERAH

BAWAH NORMAL

Sebagian kecil Kab. Bangka Barat bagian selatan, sebagian kecil kab. Bangka bagian tengah, sebagian kecil Kab. Bangka Tengah bagian utara, sebagian kecil Kab. Bangka

Selatan bagian selatan

NORMAL

Seluruh Kab. Bangka Barat kecuali bagian selatan, sebagian besar Kab. Bangka bagian utara dan selatan, seluruh wilayah Pangkalpinang, seluruh Kab. Bangka Tengah kecuali bagian utara, seluruh Kab. Bangka Selatan kecuali

sebagian kecil bagian selatan, seluruh Pulau Belitung

ATAS NORMAL -

(13)

Buletin BMKG Edisi April 2016 9 C. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI 2016

Prakiraan Curah Hujan Juli 2016

CURAH HUJAN (mm) KABUPATEN / DAERAH

0 – 20 -

21 – 50 -

51 – 100 -

101 – 150 Seluruh wilayah Pulau Bangka

151 – 200 Seluruh wilayah Pulau Belitung

201 – 300 -

301 – 400 -

403 – 500 -

> 500 -

Prakiraan Sifat Hujan Juli 2016

SIFAT HUJAN KABUPATEN / DAERAH

BAWAH NORMAL -

NORMAL Seluruh wilayah Pulau Bangka, sebagian Kab. Belitung

bagian utara, sebagian Kab. Belitung Timur bagian utara

ATAS NORMAL Sebagian Kab. Belitung bagian selatan, sebagian Kab.

Belitung Timur bagian selatan

(14)

Buletin BMKG Edisi April 2016 10

IV

INFORMASI JUMLAH HARI HUJAN MARET 2016

1. INFORMASI JUMLAH HARI HUJAN DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KRITERIA KABUPATEN / DAERAH

> 20 hari

Dendang, Mayang, Tempilang, Kace, Rukam, Celuak, Stamet PangkalPinang, Penyak, Sungai Selan, Air Gegas, Stamet Buluh Tumbang, BPP Perawas, Simpang Pesak, Air

Asam, Dendang Beltim

10 - 20 hari

Jebus, Parit Tiga, Simpang Tritip, Kundi, Mentok, Kelapa, Bukit Ketok, Pemali, Pugul, Bakam, Koba, Lubuk, Cambai, Mangkol, Payung, Batu Betumpang, Rias, Sijuk, Tanjung

Binga, Pangkallalang, Membalong, Cerucuk, Air saga, Perawas, Ibul, Badau, Tungkusan, Bukit Indah, Pegantungan, Damar, Kelapa Kampit, Simpang Rengiang,

Lalang, Gantung

(15)

Buletin BMKG Edisi April 2016 11

V EVALUASI TINGKAT BAHAYA KEBAKARAN

ANALISIS FDRS (FIRE DANGER RATING SYSTEM) BULAN MARET 2016

Pangkal Pinang

FFMC merupakan suatu indikator mudah-tidaknya serasah (sampah hutan) terbakar dan bahan bakar lainnya yang diintegrasikan/dihubungkan dengan pengaruh cuaca pada beberapa hari sebelumnya. Kode ini dipengaruhi oleh 4 unsur cuaca, yaitu : curah hujan, suhu, kelembaban relatif dan kecepatan angin.

Dari grafik indeks FFMC di Stasiun Meteorologi PangkalPinang dari tanggal 1 sampai dengan 31 Maret 2016 dapat dilihat bahwa persentase kejadian indeks FFMC (Indeks bahan bakar halus) pada Level Rendah 19.4 %, level Sedang 38.7 %, pada level Tinggi tercatat 19.3 %, dan pada level ekstrim tercatat 22.6%.

DC merupakan peringkat rata-rata kadar air dari bahan organik di bawah permukaan. Kode ini merupakan suatu indikator yang sangat berguna dalam penggunaan bahan bakar di hutan pada musim kering, termasuk jumlah kejadian asap pada lapisan bawah dan merupakan indikator terjadinya kabut asap.

Kode ini dipengaruhi oleh 2 unsur cuaca, yaitu : Curah Hujan dan Suhu.

Dari grafik indeks kekeringan (DC) di Stasiun Meteorologi PangkalPinang dapat dilihat bahwa kejadian indeks DC dari tanggal 1 sampai dengan 31 Maret 2016 tercatat 100% pada level Rendah.

FWI merupakan angka peringkat intensitas kebakaran, yang dapat digunakan sebagai angka indeks secara umum dari sistem peringkat bahaya kebakaran.

Dari grafik indeks cuaca kebakaran (FWI) di Stasiun Meteorologi PangkalPinang dari tanggal 1 sampai dengan 31 Maret 2016 dapat dilihat bahwa persentase kejadian indeks cuaca kebakaran FWI pada level Rendah sebesar 77.4%, pada level Sedang 22.6 % dan pada level Tinggi serta ekstrim sebesar 0 %.

(16)

Buletin BMKG Edisi April 2016 12

(17)

Buletin BMKG Edisi April 2016 13

Berikut adalah monitoring hari tanpa hujan berturut – turut, hasil pantauan data pos hujan di wilayah Bangka Belitung :

VI PETA MONITORING HARI TANPA HUJAN BERTURUT-TURUT

(UPDATE 10 APRIL 2016)

(18)

Buletin BMKG Edisi April 2016 14 1. ARAH DAN KECEPATAN ANGIN RATA – RATA

2. DISTRIBUSI FREKUENSI KECEPATAN ANGIN

WRPLOT View - Lakes Environmental Software

NO. PROYEK :

03.2016

TANGGAL :

13-Apr-16

UNIT PELAKSANA TEKNIS : STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG INSTANSI : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA KETERANGAN : <> Arah angin dalam derajat.

<> Nol (0) derajat sebagai arah utara.

<> Arah menerangkan arah datangnya angin (dari).

<> 1 Knots = 1,85 Km/jam PLOT MAWAR ANGIN:

PENGAMATAN SEBARAN ARAH DAN KECEPATAN ANGIN BULAN MARET 2016 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG

NORTH SOUTH WEST EAST 3% 6% 9% 12% 15% PERIODE DATA : Start Date: 01-Mar-16 - 00:00

End Date: 31-Mar-16 - 23:00 WIND SPEED (Knots) >= 22 17 - 21 11 - 17 7 - 11 4 - 7 1 - 4 Calms: 54.57%

RATA2 KEC. ANGIN:

2.40 Knots ANGIN CALM: 54.57% JML. PENGAMATAN : 744 hrs. GAMBAR : Wind Speed Direction (blowing from)

54.6 22.8 9.9 11.4 1.2 0.0 0.0 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 %

Frekuensi Sebaran Angin Bulan Maret 2016

Di Stasiun Meteorologi Klas I Pangkalpinang

Wind Class (Knots)

Calms 1 - 4 4 - 7 7 - 11 11 - 17 17 - 21 >= 22

VII PENGAMATAN ARAH DAN KECEPATAN ANGIN DI PANGKAL PINANG

BULAN MARET 2016

(19)

Buletin BMKG Edisi April 2016 15

Angin memiliki dua parameter pengukuran, yaitu arah angin dan kecepatan angin. Arah angin merupakan arah dari mana datangnya angin. Standar penentuan arah angin adalah dengan menggunakan suatu derajat melingkar sampai 3600 . Titik 00 digunakan sebagai titik utara, yang biasanya disebut sebagai “titik utara sebenarnya” (True North). Bertambahnya nilai derajat menuju ke 3600 (titik kembali ke 00) berarti berubahnya arah mengikuti jarum jam. Dengan demikian akan didapatkan 00 dan 3600 sebagai titik utara, 900 sebagai titik timur, 1800 sebagai titik selatan, dan 2700 sebagai titik barat. Arah angin dibagi menjadi 8 arah mata angin, yaitu: Utara, Timur Laut, Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat, dan Barat Laut.

Sedangkan standar kecepatan angin secara internasional yang digunakan dalam meteorologi adalah dalam satuan knots. Sebagai perbandingan, 1 Knots memiliki nilai sebesar 1.86 km/jam. Untuk membedakan tingkat kecepatannya, maka kecepatan angin umumnya diklasifikasikan ke dalam 7 kelas, yaitu: calm (0 knot), 1-4 knots, 4-7 knots, 7-11knots, 11-17 knots, 17-22knots, dan diatas 22 knots.

Model mawar angin dapat menggambarkan frekuensi arah dan kecepatan angin. Model ini lebih mirip diagram, akan tetapi berbentuk lingkaran. Gambar jari – jari melambangkan arah angin berasal. Sedangkan panjang jari – jarinya melambangkan jumlah frekuensi angin. Warna dari jari – jari windrose dapat menggambarkan interval kecepatan angin.

Adapun hasil dari pengolahan data angin pada bulan Maret 2016 di Stasiun Meteorologi Klas I Pangkalpinang dapat disimpulkan sebagai berikut:

 Arah angin didominasi angin dari timur laut sekitar 12,8 %, diikuti arah utara sekitar 11 %, barat laut 8,8 %, barat sekitar 7,6 %, barat daya sekitar 2 %, timur sekitar 1,7 %, selatan 0, 8 % dan sisanya calm.

 Dilihat dari kecepatan anginnya, frekuensi terbanyak adalah angin calm atau teduh (0 Knot) sebesar 54,6 %. Kecepatan angin berikutnya ada pada interval 1-4 knots sebesar 22,8 %, terbanyak ketiga pada interval 4-7 knots sebanyak 9,9 %, terbanyak keempat dengan interval 7-11 knots sebesar 11,4 %, dan kelima 11-17 knots sebesar 1,2 %.

(20)

Buletin BMKG Edisi April 2016 16 Lampiran 1

ANALISIS CURAH HUJAN DAN SIFAT HUJAN BULAN MARET 2016

Curah Hujan CH ANALISIS

Rata - Rata MARET 2016 SIFAT HUJAN

Bulanan (mm) 85% 115% (mm) MARET 2016

I Kab. Bangka Barat

1 Mentok 300 255 345 271 N

2 Mayang 320 272 368 451 AN

3 Kelapa 256 218 294 322 AN

II Kab. Bangka Induk

1 Pemali 257 218 296 400 AN

III Kota Pangkalpinang

1 Stasiun Meteorologi 259 220 298 407 AN

IV Kab. Bangka Tengah

1 Sungaiselan 307 261 353 324 N

V Kab. Bangka Selatan

1 Rias 173 147 199 303 AN VI Kab. Belitung 1 Stasiun Meteorologi 193 164 222 188 N No Stasiun RATA - RATA MARET (mm)

LAMPIRAN

(21)

Buletin BMKG Edisi April 2016 17 Lampiran 2 :

PETA DISTRIBUSI CURAH HUJAN BULAN MARET 2016

(22)

Buletin BMKG Edisi April 2016 18 Lampiran 3 :

PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN MEI 2016

(23)

Buletin BMKG Edisi April 2016 19 Lampiran 5 :

PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN JUNI 2016

(24)

Buletin BMKG Edisi April 2016 20 Lampiran 5 :

PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN JULI 2016

(25)

Buletin BMKG Edisi April 2016 21 Lampiran 6:

ARTIKEL TENTANG CUACA/IKLIM

Awal Musim Berdasarkan Curah Hujan

oleh: Akhmad Fadholi, S.ST

(Staff Observasi Stasiun Meteorologi Klas I Pangkalpinang)

Peta prakiraan awal musim hujan 2015/2016 (Sumber: BMKG)

Segala macam tanaman dan tumbuhan pasti memerlukan air untuk kelangsungan hidupnya, tidak terkecuali tanaman pangan. Bahkan beberapa tanaman memiliki persyaratan lebih khusus terkait kebutuhan airnya yang hanya pada kadar tertentu saja tidak kurang tidak lebih. Namun tahukah kita bahwa, kondisi dan kadar air di dalam tanah juga sangat tergantung pada kondisi musim. Sehingga dapat dikatakan tanaman dan tumbuhan tergantung kepada musim. Namun, tahukah kita apa yang disebut musim, sehingga khususnya di Indonesia sering kita dengar adanya musim kemarau dan musim hujan? Perlu ditekankan disini bahwa istilah "musim" berbeda dengan istilah "cuaca" dan "iklim". Seringkali diantara kita terdapat keraguan tentang definisi musim dan iklim padahal dua hal ini adalah hal utama yang mempengaruhi produksi tanaman pangan. Musim adalah selang waktu dengan cuaca yang paling sering terjadi atau mencolok, misalnya musim hujan adalah rentang waktu yang anyak terjadi hujan, musim kemarau rentang waktu yang sedikit hujan, musim dingin rentang waktu dengan suhu udara selalu rendah dan musim panas rentang waktu dengan suhu udara selalu tinggi. Di Indonesia yang paling dikenal adalah musim yang didasarkan atas seringnya atau banyaknya curah hujan sehingga dikenal musim hujan dan musim kemarau.

Untuk menentukan awal musim hujan dan musim kemarau tersebut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menggunakan kriteria banyaknya curah hujan selama setiap sepuluh hari atau yang sering disebut dengan "dasarian". Penetapan dasarian dimulai dari tanggal 1

(26)

Buletin BMKG Edisi April 2016 22

Januari. Dasarian pertama adalah satuan waktu sepuluh hari dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 10 Januari, dasarian kedua dari tanggal 11 Januari sampai sampai dengan tanggal 20 Januari. Untuk bulan yang memiliki jumlah hari 31, dasarian ketiga ditetapkan dari tanggal 21 sampai dengan tanggal 31, sedangkan untuk bulan Februari, dasarian ketiga dari tanggal 21 sampai dengan tanggal 28 atau 29 Februari. Sehingga, jika kita urutkan dasarian satu mulai 10 hari pertama di Bulan Januari, maka dalam satu tahun terdapat 36 dasarian.

Awal musim didefinisikan sebagai dasarian awal mulainya musim. (BMKG) mengeluarkan aturan bahwa untuk permulaan musim kemarau, jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya. Permulaan musim kemarau, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari normalnya sedangkan normal curah hujan merupakan rata-rata curah hujan dalam kurun waktu 30 tahun (rata-rata 1981-2010). Sedangkan untuk permulaan musim hujan, jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya. Permulaan musim hujan, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari normalnya. Jika suatu daerah dapat dihitung awal musimnya baik musim hujan maupun musim kemarau, maka daerah tersebut dikategorikan sebagai Zona Musim atau ZOM. Namun, ada juga beberapa daerah di Indonesia yang tidak mempunyai musim karena tidak bisa dihitung awal musimnya berdasarkan kriteria curah hujannya. Daerah-daerah tersebut biasanya memiliki curah hujan yang tiap dasariannya lebih dari 50 milimeter sepanjang tahun atau kurang dari 50 milimeter sepanjang tahun, sehingga disebut sebagai daerah Non ZOM. Di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung sendiri jika dilihat dari kategori penghitungan curah hujan tiap dasariannya maka terbagi menjadi dua. Wilayah Pulau Bangka yang termasuk dalam Zona Musim dan wilayah Pulau Belitung yang dikategorikan sebagai Non ZOM karena curah hujan tiap dasariannya selalu lebih dari 50 milimeter atau lebih dari 150 milimeter dalam satu bulana sepanjang tahun.

Awal musim hujan dan kemarau menentukan panjang musim di setiap daerah. Di wilayah Indonesia awal musim dan panjang musim bervariasi untuk tiap-tiap daerahnya. Hal ini disebabkan karena wilayah Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang berada di wilayah tropis yang berbatasan langsung dengan samudera dan lautan luas serta terbelah menjadi dua yaitu Bagian Selatan Equator dan Bagian Utara Equator. Kondisi ini menyebabkan seuruh wilayah Indonesia memiliki banyak potensi gangguan cuaca dengan bermacam skala yang dapat terjadi dan berakibat pada penambahan atau pengurangan curah hujan antara satu daerah dengan daerah lainnya. Seperti yang terjadi di Kepulauan bangka Belitung pada tahun 2015, aktifnya El Nino membuat jumlah curah hujan tiap dasarian kurang dari 50 milimeter dari pertengahan hingga mendekati akhir. Hal ini berakibat pada musim kemarau yang bertahan lebih lama dari tahun 2014 dan awal musim hujan khsusunya di Pulau Bangka menjadi mundur hingga mendekati akhir tahun.

(27)

Buletin BMKG Edisi April 2016 23

Bagaimana penentuan awal musim di Kepulauan Bangka Belitung? Stasiun Meteorologi Pangkalpinang merupakan kepanjangan tangan dari BMKG di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki tugas menyelenggarakan operasioanal klimatologi dengan salah satu kegiatannya adalah prakiraan awal musim. Melalui pengamatan curah hujan pos hujan kerjasama yang ada di seluruh Kepulauan Bangka Belitung, Stasiun Meteorologi Pangkalpinang menggunakan data curah hujan yang sudah dicatat oleh masing-masing petugas pos hujan dalam memprakiraan awal musim. Dalam melakukan prakiraan awal musim, selain menggunakan data cura hujan dari pos-pos hujan kerjasama, Stasiun Meteorologi Pangkalpinang juga mempertimbangkan kondisi dinamika atmosfer khususnya yang berpotensi di wilayah Kepualaun Bangka Belitung. Kemudian, hasil dari prakiraan awal musim kemudian disampaikan di forum nasional dalam rapat prakiraan awal musim yang diselenggarakan BMKG untuk dirangkum sebagai hasil secara nasional dari Sabang sampai Merauke. Hasil yang berskala nasional tersebut kemudian ditetapkan sebagai buletin prakiraan awal musim untuk disebarkan ke seluruh Indonesia termasuk di Kepulauan Bangka Belitung untuk dapat digunakan sebagai acuan oleh masyarakat khususnya dalam kegiatan pertanian.

Gambar

Grafik FDRS Pangkal Pinang 1 sampai dengan 31 Maret Tahun 2016

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Hujan Bulan Januari 2021 dan Prakiraan hujan bulan Maret, April dan Mei 2021 disusun berdasarkan hasil analisis data hujan yang diterima dari stasiun dan pos

Analisis Hujan Bulan Desember 2021 dan Prakiraan hujan bulan Februari, Maret dan April 2022 disusun berdasarkan hasil analisis data hujan yang diterima dari stasiun dan pos

Analisis Hujan Bulan Januari 2018 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2018 disusun berdasarkan hasil analisis data hujan yang diterima dari stasiun dan pos

Analisis Hujan Bulan Juli 2016 dan Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2016 disusun berdasarkan hasil analisis data hujan yang diterima dari

Kecemasan merupakan suatu kondisi afektif negatif yang dicirikan oleh gejala fisik dan perasaan takut akan masa depan (Basant dkk., 2011). Kecemasan merupakan suatu faktor

Penelitian ini bertujuan: untuk mendeskripsikan bentuk pelaksanaan musyawarah untuk mufakat dan mendeskripsikan kendala serta solusi dalam pelaksanaan musyawarah

tersebut, pada kapal selam juga sudah dilaksanakan optimasi gyro inersial dengan menggunakan data output gyro tersebut sebagai sumber data PNT untuk seluruh perangkat yang

yang dapat dibeli dalam upaya obat swamedikasi terhadap