Diphtheria
1 1 1 1
Infectious and Tropical Pediatric Division Department of Child Health
Diphtheria
Diphtheria
Diphtheria
Diphtheria
Greek diphthera (leather hide)
Caused by Aerobic Gram +ve rods
Cornyebacterium diphtheriae
2 2 2 2Cornyebacterium diphtheriae
Exotoxin production only if infected by virus
Gram +ve Bacilli and Colonies
Gram +ve Bacilli and Colonies
Gram +ve Bacilli and Colonies
Gram +ve Bacilli and Colonies
3 3 3 3
Diphtheria Epidemiology
Diphtheria Epidemiology
Diphtheria Epidemiology
Diphtheria Epidemiology
Reservoir
Human carriers
Usually asymptomatic
Transmission
Respiratory
Skin and fomites rarely
4 4 4 4
Skin and fomites rarely
Temporal pattern
Winter and spring
Communicability
Up to several weeks
Diphtheria Epidemiology
Diphtheria Epidemiology
Diphtheria Epidemiology
Diphtheria Epidemiology
Coryne bacterium diphtheriae :
1. Toxigenic Corynebacterium diphtheriae :
Strain gravis : severe and fatal
Strain mitis, intermedius and minimus
5 5 5 5
Strain mitis, intermedius and minimus
2. Non-toxigenic Corynebacterium diphtheriae
Pathophysiology
Pathophysiology
Pathophysiology
Pathophysiology of diphtheria
of diphtheria
of diphtheria
of diphtheria
Invasive minimal
Develop at mucosal membrane
Produce exotoxin spreading by blood and lymphatic
circulation 6 6 6 6 circulation
• Bacterial development toxin • Bacterial development toxin
breakdown of local tissue tissue death
leucocytes fibrin deposites & blood element
7 7 7 7 7 7 7 7
leucocytes fibrin deposites & blood element
Membrane
•Tissue breakdown, edema of the membrane obstrution of airway
Diphtheria Clinical Features
Diphtheria Clinical Features
Diphtheria Clinical Features
Diphtheria Clinical Features
Incubation period 2-5 days
(range, 1-10 days)
May involve any mucous membrane
Classified based on site of infection
anterior nasal
8 8 8 8anterior nasal
pharyngeal and tonsillar
laryngeal
cutaneous
ocular
Nasal diphtheria Nasal diphtheriaNasal diphtheria Nasal diphtheria
• Gejala awal sulit dibedakan dengan common cold
• Tanda karakteristik : pengeluaran sekresi hidung, gejala lain ( - ), demam rendah, kadang2 epistaksis
• Gejala awal sulit dibedakan dengan common cold
• Tanda karakteristik : pengeluaran sekresi hidung, gejala lain ( - ), demam rendah, kadang2 epistaksis
9 9 9 9 9 9 9 9
• Sekresi hidung ( satu / dua lubang hidung ) serous
-serosanguinous - mucopurulent exkoriasi pada lubang hidung sebelah luar & bibir bagian atas
( seperti impetigo )
• Sekresi hidung ( satu / dua lubang hidung ) serous
-serosanguinous - mucopurulent exkoriasi pada lubang hidung sebelah luar & bibir bagian atas
• Sekret hidung kadang mengaburkan tentang adanya membran putih pada sekat hidung • Penderita tidak diobati sekresi berlangsung
beberapa hari - beberapa minggu sumber penularan
• Sekret hidung kadang mengaburkan tentang adanya membran putih pada sekat hidung • Penderita tidak diobati sekresi berlangsung
beberapa hari - beberapa minggu sumber penularan 10 10 10 10 10 10 10 10 penularan
• Antibiotika atasi infeksi penularan
Pharyngeal and Tonsillar Diphtheria
Pharyngeal and Tonsillar Diphtheria
Pharyngeal and Tonsillar Diphtheria
Pharyngeal and Tonsillar Diphtheria
Insidious onset of exudative pharyngitis
Exudate spreads within 2-3 days and may form adherent
pseudo membrane
Membrane may cause respiratory obstruction
11 11 11 11
Membrane may cause respiratory obstruction Fever usually not high but patient appears toxic
Tonsillar & Pharyngeal diphtheria Tonsillar & Pharyngeal diphtheria Tonsillar & Pharyngeal diphtheria Tonsillar & Pharyngeal diphtheria
• Timbul secara perlahan • Tanda-tanda :
malas, anorexia, sakit tenggorokan, panas rendah
dalam 24 jam timbul bercak eksudat atau • Timbul secara perlahan
• Tanda-tanda :
malas, anorexia, sakit tenggorokan, panas rendah
dalam 24 jam timbul bercak eksudat atau
12 1212 1212 1212 12
dalam 24 jam timbul bercak eksudat atau membran pada tonsil perluasan membran ( sebagian tonsil sampai menjalar ke dua tonsil, uvula, palatum molle & dinding faring ) membran rapuh, lengket & warna putih / abu-abu bila
perdarahan ( + ) warna hitam
dalam 24 jam timbul bercak eksudat atau membran pada tonsil perluasan membran ( sebagian tonsil sampai menjalar ke dua tonsil, uvula, palatum molle & dinding faring ) membran rapuh, lengket & warna putih / abu-abu bila
• Tonsil & faring terlibat pembesaran kelenjar cervical adenitis dan periadenitis “bull neck”
( kasus berat )
• Derajat penyakit tergantung derajat toxemia
• Kasus ringan : membran lepas pada hari ke - 7 - 10 sembuh tanpa gejala
• Tonsil & faring terlibat pembesaran kelenjar cervical adenitis dan periadenitis “bull neck”
( kasus berat )
• Derajat penyakit tergantung derajat toxemia
• Kasus ringan : membran lepas pada hari ke - 7 - 10 sembuh tanpa gejala
13 13 13 13 13 13 13 13
sembuh tanpa gejala
• Kasus berat : kelemahan yang amat sangat, pucat sangat menonjol, pols halus & cepat, stupor,
koma & meninggal dalam 6 - 10 hari. • Kasus sedang : sembuh secara perlahan, sering
diikuti komplikasi miokarditis & neuritis sembuh tanpa gejala
• Kasus berat : kelemahan yang amat sangat, pucat sangat menonjol, pols halus & cepat, stupor,
koma & meninggal dalam 6 - 10 hari. • Kasus sedang : sembuh secara perlahan, sering
Thick Membrane
Thick Membrane
Thick Membrane
Thick Membrane
14 14 14 14Pseudo membrane
Pseudo membrane
Pseudo membrane
Pseudo membrane
15 15 15 15‘Bull Neck’
‘Bull Neck’
‘Bull Neck’
‘Bull Neck’
16 16 16 16Laryngeal diphtheria Laryngeal diphtheria Laryngeal diphtheria Laryngeal diphtheria
• Lebih sering merupakan lanjutan dari pharyngeal diphtheria jarang berdiri sendiri
• Tanda-tanda : demam, suara serak, batuk, pe-
obstruksi jalan nafas oleh membran inspiratory stridor, retraksi suprasternal, • Lebih sering merupakan lanjutan dari pharyngeal
diphtheria jarang berdiri sendiri
• Tanda-tanda : demam, suara serak, batuk, pe-
obstruksi jalan nafas oleh membran inspiratory stridor, retraksi suprasternal,
17 1717 1717 1717 17
inspiratory stridor, retraksi suprasternal, supraclavicular & subcostal
• Kasus berat : berlanjut sampai ke percabangan
tracheobronchial
• Kasus ringan : akibat pemberian antitoxin sal.
nafas baik & membran dikeluarkan dengan batuk pada hari ke- 6 - 10
inspiratory stridor, retraksi suprasternal, supraclavicular & subcostal
• Kasus berat : berlanjut sampai ke percabangan
tracheobronchial
• Kasus ringan : akibat pemberian antitoxin sal.
nafas baik & membran dikeluarkan dengan batuk pada hari ke- 6 - 10
• Kasus sangat berat : obstruksi berat anoxia,
penderita sakit parah, sianose, sangat lemah, koma, berakhir kematian
• Gambaran klinik :
• Kasus sangat berat : obstruksi berat anoxia,
penderita sakit parah, sianose, sangat lemah, koma, berakhir kematian
• Gambaran klinik : 18 18 18 18 18 18 18 18
- Serupa dengan gambaran mekanikal obstruksi sal. nafas ok membran, kongesti, oedem - Tanda toxemia minimal pada saat permulaan
infeksi ok absorpsi toxin sangat kecil
- Serupa dengan gambaran mekanikal obstruksi sal. nafas ok membran, kongesti, oedem - Tanda toxemia minimal pada saat permulaan
Tipe difteri yang jarang Tipe difteri yang jarangTipe difteri yang jarang Tipe difteri yang jarang
• Tempat lain di luar sal. Nafas : kulit, conjunctiva, aural & vulvovaginal
• Cutaneous diphtheria : ulkus, batas tegas & membran
• Tempat lain di luar sal. Nafas : kulit, conjunctiva, aural & vulvovaginal
• Cutaneous diphtheria : ulkus, batas tegas & membran 19 19 19 19 19 19 19 19 membran
pada dasar ulkus
• Conjunctival diphtheria : kelopak mata merah, oedem & membran ( + )
• Aural : sekret purulent terus-menerus • Vulvovaginal : ulkus mengelompok
membran
pada dasar ulkus
• Conjunctival diphtheria : kelopak mata merah, oedem & membran ( + )
• Aural : sekret purulent terus-menerus • Vulvovaginal : ulkus mengelompok
Skin Lesions
Skin Lesions
Skin Lesions
Skin Lesions
20 2020 20Diphtheria Complications
Diphtheria Complications
Diphtheria Complications
Diphtheria Complications
Mostly attributable to toxin
Severity generally related to extent of local disease
Most common complications are myocarditis and toxic
neuritis with palsy
21 21 21 21
neuritis with palsy
Diagnosa Diagnosa Diagnosa Diagnosa
• Ditegakkan berdasarkan gejala klinik & pemeriksaan laboratorium
• Gejala klinik merupakan pegangan utama dalam • Ditegakkan berdasarkan gejala klinik & pemeriksaan
laboratorium
• Gejala klinik merupakan pegangan utama dalam
22 2222 2222 2222 22 menegakkan diagnosa
• Secara klinik diagnosa ditegakkan dengan melihat membran tipis warna abu-abu, mirip sarang
laba-laba & mudah berdarah menegakkan diagnosa
• Secara klinik diagnosa ditegakkan dengan melihat membran tipis warna abu-abu, mirip sarang
Diagnosa banding Diagnosa banding Diagnosa banding Diagnosa banding
1. Nasal diphtheria, diagnosa banding adalah : - Common cold
- Bila sekret serosanguinous / purulent, harus dibedakan dari :
1. Nasal diphtheria, diagnosa banding adalah : - Common cold
- Bila sekret serosanguinous / purulent, harus dibedakan dari : 23 2323 2323 2323 23 dibedakan dari :
Benda asing dalam hidung Sinusitis Adenoiditis Congenital syphilis dibedakan dari :
Benda asing dalam hidung Sinusitis Adenoiditis Congenital syphilis
2. Tonsillar atau dan pharyngeal diphtheria, diagnosa banding adalah :
- Pharyngitis oleh streptococcus
rasa sakit hebat saat menelan, suhu tinggi & membran tidak lengket pada lesi
2. Tonsillar atau dan pharyngeal diphtheria, diagnosa banding adalah :
- Pharyngitis oleh streptococcus
rasa sakit hebat saat menelan, suhu tinggi & membran tidak lengket pada lesi
24 24 24 24 24 24 24 24
membran tidak lengket pada lesi - Infeksi mononucleosis
diikuti lymphadenopathy & splenomegali - Post tonsillectomy faucial membranous
membran tidak lengket pada lesi - Infeksi mononucleosis
diikuti lymphadenopathy & splenomegali - Post tonsillectomy faucial membranous
3. Laryngeal diphtheria, diagnosa banding adalah : - Spasmodik dan non spasmodik croup
- Acute epiglotitis
- Laryngo-tracheo bronchitis
3. Laryngeal diphtheria, diagnosa banding adalah : - Spasmodik dan non spasmodik croup
- Acute epiglotitis - Laryngo-tracheo bronchitis 25 2525 2525 2525 25
- Aspirasi benda asing
- Pharyngeal dan retropharyngeal abscess - Laryngeal papiloma
- Hemangioma atau lymphangioma - Aspirasi benda asing
- Pharyngeal dan retropharyngeal abscess - Laryngeal papiloma
Penatalaksanaan Penatalaksanaan Penatalaksanaan Penatalaksanaan
1. Antibiotika
- Tidak sensitif : Penicillin 7 hari - Sensitif : Erythromycin 7 - 10 hari
- Tujuan pemberian antibiotik membunuh
1. Antibiotika
- Tidak sensitif : Penicillin 7 hari - Sensitif : Erythromycin 7 - 10 hari
- Tujuan pemberian antibiotik membunuh
26 2626 2626 2626 26
- Tujuan pemberian antibiotik membunuh kuman penyebab produksi toxin berhenti
2. Antitoxin ( ADS )
- Berasal dari serum kuda - Harus dilakukan test dulu
- Tujuan pemberian antibiotik membunuh kuman penyebab produksi toxin berhenti
2. Antitoxin ( ADS )
- Berasal dari serum kuda - Harus dilakukan test dulu
TEST SENSITIVITAS TERHADAP ANTITOXIN SERUM KUDA :
• 0,1 ml antitoxin yg telah diencerkan 1 : 1000 dalam NaCl 0,9%, diberikan secara IC atau diteteskan pada
mata.
TEST SENSITIVITAS TERHADAP ANTITOXIN SERUM KUDA :
• 0,1 ml antitoxin yg telah diencerkan 1 : 1000 dalam NaCl 0,9%, diberikan secara IC atau diteteskan pada
mata. 27 27 27 27 27 27 27 27 mata.
Rx (+) : dalam 20’ dijumpai erythema dg Ø > 10 mm pada bekas suntikan atau conjunctivitis &
lakrimasi pada test mata mata.
Rx (+) : dalam 20’ dijumpai erythema dg Ø > 10 mm pada bekas suntikan atau conjunctivitis &
Bila Rx (+) pemberian dilakukan dengan METODE DESENSITISASI, caranya :
• 0,05 ml dari lar. pengenceran 1 : 20 diberi secara SC • 0,1 ml dari lar. pengenceran 1 : 20 diberi secara SC • 0,1 ml dari lar. pengenceran 1 : 10 diberi secara SC
• 0,1 ml tanpa pengenceran diberi secara SC • 0,3 ml tanpa pengenceran diberi secara IM
Bila Rx (+) pemberian dilakukan dengan METODE DESENSITISASI, caranya :
• 0,05 ml dari lar. pengenceran 1 : 20 diberi secara SC • 0,1 ml dari lar. pengenceran 1 : 20 diberi secara SC • 0,1 ml dari lar. pengenceran 1 : 10 diberi secara SC
• 0,1 ml tanpa pengenceran diberi secara SC • 0,3 ml tanpa pengenceran diberi secara IM
28 2828 2828 2828 28
• 0,3 ml tanpa pengenceran diberi secara IM • 0,5 ml tanpa pengenceran diberi secara IM • 0,1 ml tanpa pengenceran diberi secara IV
Bila Rx (-) sisa antitoxin diberikan secara perlahan melalui infus.
Bila Rx (+) obati segera dg epinephrine ( 1 : 1000) IV
• 0,3 ml tanpa pengenceran diberi secara IM • 0,5 ml tanpa pengenceran diberi secara IM • 0,1 ml tanpa pengenceran diberi secara IV
Bila Rx (-) sisa antitoxin diberikan secara perlahan melalui infus.
Bila Rx (+) obati segera dg epinephrine ( 1 : 1000) IV
Di Bagian IKA FK USU :
• Digunakan ADS dosis 40.000 u dalam 200 ml NaCl 0,9% diberikan perinfus selesai dalam 30
-45 menit
Di Bagian IKA FK USU :
• Digunakan ADS dosis 40.000 u dalam 200 ml NaCl 0,9% diberikan perinfus selesai dalam 30
-45 menit 29 2929 2929 2929 29
3. Kortikosteroid
Beberapa peneliti menganjurkan pada miokarditis, laryngeal atau nasopharyngeal diphtheria
4. Rawatan Penunjang
a. Bed rest ditakutkan miokarditis (mgg ke 2-3 / > )
EKG serial deteksi dini tanda2 miokarditis
3. Kortikosteroid
Beberapa peneliti menganjurkan pada miokarditis, laryngeal atau nasopharyngeal diphtheria
4. Rawatan Penunjang
a. Bed rest ditakutkan miokarditis (mgg ke 2-3 / > )
EKG serial deteksi dini tanda2 miokarditis
30 3030 3030 3030 30
EKG serial deteksi dini tanda2 miokarditis
b. Cegah dehidrasi, beri makanan cair tinggi kalori c. Laryngeal diphtheria tracheostomi
d. Tanda gagal jantung ( + ) beri digitalis, tetapi bila aritmia (+) KI digitalis
e. Paralyse palatum molle & pharyng (+) pasang polyethylene tube mencegah aspirasi
EKG serial deteksi dini tanda2 miokarditis
b. Cegah dehidrasi, beri makanan cair tinggi kalori c. Laryngeal diphtheria tracheostomi
d. Tanda gagal jantung ( + ) beri digitalis, tetapi bila aritmia (+) KI digitalis
e. Paralyse palatum molle & pharyng (+) pasang polyethylene tube mencegah aspirasi
Diphtheria Antitoxin (DAT)
Diphtheria Antitoxin (DAT)
Diphtheria Antitoxin (DAT)
Diphtheria Antitoxin (DAT)
Produced in horses
First used in the U.S. in 1891
Used only for treatment of diphtheria
31 31 31 31
Used only for treatment of diphtheria
Neutralizes only unbound toxin
DTaP, DT, and Td
DTaP, DT, and Td
DTaP, DT, and Td
DTaP, DT, and Td
DTaP, DT
Td, Tdap
Diphtheria
7-8 Lf units
2-2.5 Lf units
Tetanus
5-12.5 Lf units
5 Lf units
32 3232 32Td, Tdap
(adult)
2-2.5 Lf units
5 Lf units
Penanganan kontak Penanganan kontak Penanganan kontak Penanganan kontak
• Isolasi penderita cegah penyebaran ke orang lain Bila hasil kultur (-) 3 x berturut-turut bebas isolasi • Kontak intim dengan penderita pada orang yang tidak
imun kultur rongga hidung & tenggorokan
• Isolasi penderita cegah penyebaran ke orang lain Bila hasil kultur (-) 3 x berturut-turut bebas isolasi • Kontak intim dengan penderita pada orang yang tidak
imun kultur rongga hidung & tenggorokan
33 3333 3333 3333 33
imun kultur rongga hidung & tenggorokan • Immunized carriers beri injeksi ulangan DT &
obati
dg : - Procaine penicillin 600.000 IU / hari 4 hari - Benzathine penicillin 600.000 IU, IM, dÖ tunggal
- Erythromycine 40 mg/kg BB/24 jam 7-10 hari
imun kultur rongga hidung & tenggorokan • Immunized carriers beri injeksi ulangan DT &
obati
dg : - Procaine penicillin 600.000 IU / hari 4 hari - Benzathine penicillin 600.000 IU, IM, dÖ tunggal
- Erythromycine 40 mg/kg BB/24 jam 7-10 hari
• Nonimmunized asymptomatic carriers harus dilakukan :
- Pemberian DT dan penicillin - Diperiksa dokter setiap hari
- Bila tidak bisa dilakukan beri ADS 10.000 U • Nonimmunized asymptomatic carriers harus
dilakukan :
- Pemberian DT dan penicillin - Diperiksa dokter setiap hari
- Bila tidak bisa dilakukan beri ADS 10.000 U
34 3434 3434 3434 34
- Bila tidak bisa dilakukan beri ADS 10.000 U - Bila kontak gejala ( + ) obati seperti
penderita difteri
• Terapi profilaksis dengan DT, penicillin & bila ada indikasi beri antitoxin sebelum kultur dilakukan
- Bila tidak bisa dilakukan beri ADS 10.000 U - Bila kontak gejala ( + ) obati seperti
penderita difteri
• Terapi profilaksis dengan DT, penicillin & bila ada indikasi beri antitoxin sebelum kultur dilakukan
Schick Test Schick Test Schick Test Schick Test
• Tujuan : Untuk mengetahui seseorang mempunyai antitoxin didalam serumnya
• Bahan : Schick test toxin
• Di BIKA produk Perum Biofarma Bandung sediaan 5 cc setiap 1 cc = 1/50 d.l.m ( dosis • Tujuan : Untuk mengetahui seseorang mempunyai
antitoxin didalam serumnya • Bahan : Schick test toxin
• Di BIKA produk Perum Biofarma Bandung sediaan 5 cc setiap 1 cc = 1/50 d.l.m ( dosis
35 3535 3535 3535 35
sediaan 5 cc setiap 1 cc = 1/50 d.l.m ( dosis lethal
minimal ) toxin difteri yang stabil secara IC pada
lengan bawah kiri bagian voler dosis 0,1 cc • Penderita yang hipersensitif thd toxin perlu
kontrol dengan injeksi DT ( 0,005 Lf ) secara intra dermal pada lengan yang berbeda
sediaan 5 cc setiap 1 cc = 1/50 d.l.m ( dosis lethal
minimal ) toxin difteri yang stabil secara IC pada
lengan bawah kiri bagian voler dosis 0,1 cc • Penderita yang hipersensitif thd toxin perlu
kontrol dengan injeksi DT ( 0,005 Lf ) secara intra dermal pada lengan yang berbeda
• Individu yg imun tetapi sensitif thd bahan toxin timbul reaksi thd keduanya ( toxin & toxoid ) Rx kulit timbul dalam 48-72 jam, kemudian menyusut &
menghilang
• Bila Shick test (+) Rx menetap sampai bbrp hari • Individu yg imun tetapi sensitif thd bahan toxin
timbul reaksi thd keduanya ( toxin & toxoid ) Rx kulit timbul dalam 48-72 jam, kemudian menyusut &
menghilang
• Bila Shick test (+) Rx menetap sampai bbrp hari
36 3636 3636 3636 36
• Bila antitoxin dalam serum ( - ), tetapi alergi toxoid
Rx (+) pada ke-2 lengan
Rx suntikan toxin puncak hari ke-5 & menetap Rx suntikan toxoid berkurang hari ke 5 -7
• Bila antitoxin dalam serum ( - ), tetapi alergi toxoid
Rx (+) pada ke-2 lengan
Rx suntikan toxin puncak hari ke-5 & menetap Rx suntikan toxoid berkurang hari ke 5 -7
• Bila test tanpa kontrol pembacaan setelah 5 x 24 jam untuk menghindari pseudo Rx ( menghilang
hari ke-3 - 4 )
• Kriteria penilaian :
• Bila test tanpa kontrol pembacaan setelah 5 x 24 jam untuk menghindari pseudo Rx ( menghilang
hari ke-3 - 4 ) • Kriteria penilaian : 37 37 37 37 37 37 37 37 • Kriteria penilaian :
- Rx ( + ) indurasi merah kecoklatan kadang nekrosis jarinagn ( + ), Ø 10 mm
- Rx ( - ) indurasi ( - ) anak imun
• Kriteria penilaian :
- Rx ( + ) indurasi merah kecoklatan kadang nekrosis jarinagn ( + ), Ø 10 mm