• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Uji Biokimia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Uji Biokimia"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 1

BAB I

TUJUAN PERCOBAAN

1.1 TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengetahui manfaat uji biokimia.

2. Mengindentifikasi jenis spesimen yang digunakan untuk analisis biokimia. 3. Menentukan perbedaan serum dan plasma.

4. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi interpretasi hasil.

(2)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 2

BAB II

HASIL PERCOBAAN

1.2 HASIL PRAKTIKUM YANG DIPEROLEH

1.2.1 Pemisahan Plasma, Serum, dan Endapan Merah (Packed cell).

(3)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 3

1.2.3 Jenis Spesimen yang digunakan untuk Analisis Biokimia.

(4)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 4

1.2.5 Tujuan pemeriksaan Analit pada Spesimen Darah

(5)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 5

1.2.7 Analisis Kasus

Bu budi berusia 65 tahun menderita hipertensi, rutin mengkonsumsi obat salah satunya tiazid (tiuretik). Dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan kadar urea, natrium dan kalium serum. Petugas laboratorium mengambil sampel darah Bu Budi di rumah pada hari senin jam 10 pagi dan karena kesibukannya, spesimen disimpan di mobil dan baru diserahkan ke laboratorium pada selasa pagi. Hasil yang diperoleh sebagai berikut:

Urea serum 11,8 mmol/L Natrium serum 130 mmol/L Kalium serum 6,7 mmol/L Menurut pendapat kami,

Pertama, Sebaiknya bu budi tidak menunda penyerahan spesimen darah tersebut sebab penundaan pengiriman darah akan mengakibatkan penurunan kadar glukosa darah, peningkatan kadar kalium, hal ini dapat mengakibatkan kesalahan pengobatan pasien penanganan. sampel yang kurang cepat dan tepat penanganannya, akan terjadi kerusakan alat maupun kehabisan reagen pemeriksaan.

kedua, mengurangi konsumsi obat tiazid (tiuretik) sebab obat ini memiliki efek hiperkalsemia. Akibatnya kadar kalium normal yang seharusnya antara 3,5 mmol/L hingga 5,5 mmol / L. Namun bu budi kadar kalium serum 6,7 mmol/L termasuk dalam ambang abnormal

(6)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 6

BAB III

PEMBAHASAN

Biokimia adalah ilmu yang mengenal dasar molekuler kehidupan. Di seluruh dunia biokimia dianggap sangat menggairahkan kerena berbagai alasan yaitu pertama, mekanisme kimia banyak sentral pada kehidupan kini mulai dipahami. Kedua, pola dan prinsip-prinsip molekuler yang umum mendasari penampilan. Ketiga, biokimia sangat mendasari ilmu kedokteran. Keempat, perkembangan yang cepat (Stryer, 1995).

Biokimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang senyawa-senyawa yang ada dalam sistem hidup, Sel-sel pada makhluk hidup tersusun dari biomolekul. Untuk dapat mempertahankan hidup, sel-sel mengalami metabolisme (reaksi pada sel). Dalam metabolisme sel menyerap energi dari makanan atau nutrisinya, energi ini digunakan untuk membentuk biomolekul penyusun sel (Lehninger, 1995).

Biokimia bertujuan untuk memahami bagaimana interaksi biomolekul satu dengan lainnya yang membawa sifat-sifat kehidupan ini. Belum pernah dalam pengamatan logika molekul sel hidup, kita menemukan suatu pelanggaran terhadap hukum-hukum yang telah dikenal, seiring dengan itu pula, kita belum pernah memerlukan pendefinisian hukum baru. Mesin organik lunak sel hidup berfungsi di dalam kerangka hukum-hukum yang sama mengatur mesin buatan manusia. Akan tetapi, reaksi-reaksi kimia dan proses pengaturan sel telah maju demikian pesat, melampaui kemampuan kerja mesin buatan manusia (Lehninger, 1995).

Jadi, Uji biokimia merupakan pengujian larutan atau zat-zat kimia dari bahan-bahan dan proses-proses yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup, sebagai upaya untuk memahami proses kehidupan dari sisi kimia (Lehninger, 1995).

Uji biokimia salah satu uji yang digunakan untuk menentukan spesies kuman yang tidak diketahui sebelumnya. Setiap kuman memiliki sifat biokimia yang berbeda sehingga tahapan uji biokimia ini sangat membantu proses identifikasi.

(7)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 7

1.3 Dasar Teori Pendukung Hasil Uji Biokimia.

1.3.1 Cara kerja pemisahan Plasma, Serum, Endapan merah dan Fibrin 1. Pengambilan darah vena.

2. Bersihkan daerah vena media cubiti dengan alkohol 96% dan biarkan menjadi kering kembali.

3. Pasang ikatan pembendung / torniquit 3 jari di atas fossa cubiti.

4. Meminta partner kita yang akan diambil darahnya untuk mengepal dan membuka tangannya beberapa kali agar vena jelas terlihat.

5. Menegangkan kulit di atas vena dengan jari tangan kiri agar vena tidak bergerak. 6. Menusuk kulit di atas vena dengan jarum menggunakan tangan kanan sampai

menembus lumen vena.

7. Mengambil darah sesuai yang dibutuhkan. 8. Melepas torniquit dari ikatan tangan.

9. Menaruh kapas di atas jarum dan mencabut jarum secara perlahan. 10. Mengalirkan darah dari spuit ke dalam tabung melalui dinding tabung. 11. Memberi label pada tabung yang berisi darah.

1.3.2 Pemisahan Plasma, Serum, dan Endapan Merah (packed cell).

1. Dalam pengambilan sample darah vena, digunakan torniquit dengan maksud untuk memperjelas pembuluh vena. Pengusapan kapas beralkohol pada daerah yang akan diambil darahnya supaya daerahnya steril.

2. Pada pemisahan plasma dengan packed cells, darah sampel harus ditambah dengan EDTA, kemudian dicentrifuge selama 15 menit. Pemisahan dilakukan selama 15 menit agar plasma dan packed cells terpisah secara sempurna. Hasil dari perlakuan ini darah akan terpisah menjadi 2 bagian yaitu bagian bening yang merupakan plasma, dan bagian yang mengendap yang merupakan packed cells. Sampel darah

1. Plasma darah di dapatkan dengan mencentrifuge darah dengan kecepatan 1500 rpm selama 15 menit. Pada pemeriksaan plasma digunakan sampel darah yang mengandung EDTA untuk menghindari pembekuan. Pemeriksaan yang menggunakan darah EDTA sebaiknya harus dilakukan dengan segera bila ditunda sebaiknya harus diperhatikan batas waktu penyimpanan. Penyimpanan darah EDTA pada suhu kamar yang terlalu lama dapat menyebabkan terjadinya serangkaian perubahan pada eritrosit seperti hemolisis, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Cara memasukkan sampel ke dalam tabung reaksi harus secara perlahan agar tidak tejadi hemolisis apabila terjadi hemolisis maka tidak akan terjadi pemisahan dua fase yaitu fase padat dan fase cair. Fase cair adalah plasma dan fase padat adalah sel darah. 2. Serum didapatkan dengan mendiamkan darah tanpa antikoagulan (EDTA)

selama 15 menit. Setelah didiamkan akan terbentuk dua fase, yaitu fase cairan fase padat, fase cair disebut dengan serum dan fase padat disebut dengan sel darah. Untuk mendapatkan serum tidak menggunakan darah yang mengandung antikoagulan karena apabila dalam darah terdapat antikoagulan darah tidak dapat membentuk dua fase dan darah akan selalu encer.

(8)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 8 1.3.3 Pemisahan Serum dengan Fibrin.

1. Plasma yang di hasilkan dari pemisahan, kemudian dipisahkan komponen.

2. Komponennya yaitu fibrin dan serum. Pemisahan dilakukan dengan menambah 15 ml NaCl 0,9% kedalam 1 ml dan menambah 1 tetes CaCl2 20% sampai terjadi endapan. Filtrat yang di peroleh adalah serum dan endapan adalah fibrin.

1.3.4 Jenis Spesimen yang digunakan untuk Analisis Biokimia. 1. Spesimen Feses

Pemeriksaan Mikrobiologis Feses berarti mencari mikroba pada feses. Yang dimaksud mikroba adalah bakteri, virus, jamur, dan parasit. Tentang deteksi parasit pada feses sudah tersedia topik tersendiri yaitu Pemeriksaan Parasitologis Feses.

Selain spesimen feses yang diperoleh secara langsung (stool specimen) dapat pula dipergunakan spesimen yang diperoleh melalui usapan dubur/rektal (rectal swab). Feses dan usapan dubur merupakan spesimen untuk mencari penyebab infeksi pada saluran pencernaan bagian bawah. Sementera itu, untuk menemukan penyebab infeksi pada saluran pencernaan bagian atas dapat dipergunakan muntahan (vomitus material), hasil bilasan lambung (gastric washings), hasil aspirasi isi duodenum (aspiration of duodenal contents), dan hasil biopsi lmbung (Koneman dkk., 1997 ; Winn dkk, 2006).

Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel darah merah yang mati, yang juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin). Bilirubin adalah pigmen kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati (liver). Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses. Fungsinya untuk memberikan warna kuning kecoklatan pada feses.

Selain itu warna dari feses ini juga dapat dipengaruhi oleh kondisi medis, makanan serta minuman yang dikonsumsi, karena itu sangat mungkin warna feses berubah sesuai dengan makanan yang dikonsumsi.

Fases berwarna kuning kecoklatan disebabkan karena feses mengandung suatu zat berwarna orange-kuning yg disebut Bilirubin. ketika Bilirubin ini bergabung dengan zat besi dari usus maka akan dihasilkan perpaduan warna cokelat kekuningan

Feses berwarna hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem pencernaan sebelah atas, kerongkongan, lambung atau juga bagian hulu usus halus. Zat Lain yg memberi warna Hitam ke feses kita bisa juga dari zat-zat makanan berwarna Hitam(Licorice), timbal, pil yg mengandung besi, pepto-bismol atau blueberry. Bisa juga karena mengkonsumsi herbal (sejenis tumbuhan yang dikenal dengan akar manis).

Feses warna hijau didapat dari klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi. Selain itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam minuman atau es bisa menyebabkan feses berwarna hijau. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh makanan yang terlalu cepat melewati usus besar sehingga tidak melalui proses pencernaan dengan sempurna. Feses Hijau jg bisa terjadi pada diare, yakni ketika bahan pembantu pencernaan yg diproduksi hati dan disimpan dalam empedu usus tanpa pengolahan atau perubahan.

(9)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 9 Fases warna merah seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir dan radang usus besar adalah yang menjadi penyebab utama Feses menjadi berwarna merah. Feses merah akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan dengan pewarna merah termasuk minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung gelatin. Mengkonsumsi tomat juga bisa membuat feses jadi merah.

Fases berwarna Abu-abu atau pucat menandakan empunya Feses sedang dilanda sakit. Biasanya sang empunya sedang mengalami penyakit Liver, pankreas, atau empedu, maka pantat dari sang empu akan berwarna abu-abu atau pucat.

Pemeriksaan dengan bahan feses bertujuan untuk mendeteksi adanya kuman seperti Salmonella, Escherichia coli, Staphylococcus, Sigela, dan lain-lain. Salmonella adalah bakteri penyebab typhoid atau dalam masyarakat dikenal dengan tipes yaitu penyakit infeksi akut usus halus C. Sinonim dari penyakit ini adalah typhoid dan paratyphoid abdominalis.. Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri, secara akrab dikenal sebagai Staph, yang dapat menyebabkan banyak penyakit sebagai akibat dari infeksi beragam jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph dapat menyebabkan penyakit tidak hanya secara langsung oleh infeksi (seperti pada kulit), namun juga secara tidak langsung dengan menghasilkan racun-racun yang bertanggung jawab dalam keracunan makanan dan toxic shock syndrome. Penyakit yang berhubungan dengan Staph dapat mencakup dari ringan dan tidak memerlukan perawatan sampai berat/parah dan berpotensi fatal. Eschericiacoli adalah bakteri yang melepaskan racun yang bernama Shiga dan racun tersebut sering menyebabkan masalah perut dan usus misalnya diare dan muntah.

2. Spesimen Sputum (dahak)

Sputum adalah cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronkiolus bukan berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain : ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan cairan, sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum hal ini tidak ditemukan . (Widman,1994).

Sputum paling baik untuk pemeriksaan adalah sputum pagi hari, Karen asputum pagi paling banyak mengandung kuman. Sputum pagi di kumpulkan sebelum menggosok gigi, tetapi sudah berkumur dengan air untuk membersihkan sisa makanan dalam mulut yang tertinggal (B. sandjaja, 1992).

Indikasi pemeriksaan indikasi pemeriksaan sputum adalah untuk mengetahui adanya infeksi penyakit tertentu seperti pneumonia dan Tuberculosis Paru.

Manfaat pemeriksaan sputum pemeriksaan sputum bersifat mikroskopik dan penting untuk diagnosis etiologi berbagai penyakit pernapasan. Pemeriksaan mikroskopik dapat menjelaskan organisme penyebab penyakit pada berbagai pneumonia bacterial, tuberkulosa serta berbagai jenis infeksi jamur. Pemeriksaan sitologi eksfoliatif pada sputum dapat membantu diagnosis karsinoma paru-paru.

(10)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 10 Sputum dikumpulkan untuk pemeriksaan dalam mengidentifikasi organisme patogenik dan menentukan apakah terdapat sel-sel maligna atau tidak. Aktifitas ini juga digunakan untuk mengkaji sensitivitas (di mana terdapat peningkatan eosinofil). Pemeriksaan sputum secara periodik mungkin diperlukan untuk klien yang mendapat antibiotik, kortikosteroid dan medikasi imunosupresif dalam jangka panjang karena preparat ini dapat menimbulkan infeksi oportunistik. Secara umum kultur sputum digunakan dalam mendiagnosis untuk pemeriksaan sensitivitas obat dan sebagai pedoman pengobatan. Jika sputum tidak dapat keluar secara spontan, 14 pasien sering dirangsang untuk batuk dalam dengan menghirupkan aerosol salin yang sangat jenuh glikol propilen yang mengiritasi atau agen lainnya yang diberikan dengan nebulizer ultrasonic.

3. Spesimen rambut

Tes rambut dapat digunakan untuk menganalisis apakah seseorang mengonsumsi zat-zat kimia tertentu. Namun, fungsi dari tes rambut diperluas untuk menentukan kadar hormon stres, kortisol, terutama pada mereka yang berusia lanjut. Hormon stres yang tinggi dalam tubuh dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

Menurut para peneliti, tes rambut memiliki keistimewaan dibandingkan tes lainnya. Tidak seperti tes darah yang memberikan informasi kadar hormon stres dalam satu waktu, tes rambut dapat menunjukkan informasi selama beberapa bulan terakhir.

Studi menunjukkan bahwa orang berusia lanjut dengan kadar hormon stres yang lebih tinggi dalam waktu lama memiliki kecenderungan lebih besar untuk memiliki penyakit jantung.

Penulis studi, dr Laura Menenschijin dari Erasmus Medical Center di Belanda, mengatakan, hormon stres yang meningkat merupakan faktor risiko dari penyakit kardiovaskular. Faktor ini sama berpengaruhnya dengan tekanan darah tinggi atau lemak perut. Orang dengan kadar hormon stres yang tinggi lebih mungkin untuk memiliki riwayat penyakit jantung koroner, stroke, penyakit arteri periferal, dan diabetes.

Pemeriksaan spesimen rambut a. Pengambilan Spesimen

1) Wadah Spesimen

a) Wadah spesimen rambut harus bersih dan kering.

b) Wadah spesimen merupakan kantong plastik yang dapat tertutup rapat 2) Cara Pengambilan Spesimen

a) Spesimen diambil di kepala bagian belakang.

b) Ikat rambut sebesar batang korek api dengan menggunakan benang c) Potong rambut pada bagian pangkalnya.

(11)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 11 3) Identitas Spesimen.

Spesimen diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat pada buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan,

b. Pengiriman Spesimen

1) Setelah spesimen rambut terkumpul masing-masing dalam kantong plastik tertutup, kemudian dimasukan dalam wadah/tempat yang lebih besar.

2) Pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium. 4. Spesimen secret vagina

Spesimen biasanya berupa sediaan dengan hapusan sekret dari vagina. Biasanya ditujukan untuk mendiagnosa penyakit Gonorhoe (dilaporkan adanya kuman diplokokus Gram negatif extra atau intra selular.

Penyakit gonore adalah salah satu jenis penyakit menular s#ksual (PMS) yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorhoeae. bakteri ini menyerang lapisan dalam saluran kandung kemih, uretra, rectum, bagian Serviks atau leher rahim, tenggorokan, dan bagian mata. Penyakit ini bisa juga menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah seperti menyebar pada bagian kulit luar dan persendian. 1.3.5 Pengaruh Faktor Biologis terhadap Hasil Uji Biokimia.

1. Umur

Kebutuhan energi individu disesuaikan dengan umur, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas. Jika kebutuhan energi (zat tenaga) terpenuhi dengan baik maka dapat meningkatkan produktivitas kerja, sehingga membuat seseorang lebih semangat dalam melakukan pekerjaan. Apabila kekurangan energi maka produktivitas kerja seseorang akan menurun, dimana seseorang akan malas bekerja dan cenderung untuk bekerja lebih lamban. Semakin bertambahnya umur akan semakin meningkat pula kebutuhan zat tenaga bagi tubuh. Zat tenaga dibutuhkan untuk mendukung meningkatnya dan semakin beragamnya kegiatan fisik (Apriadji,1986).

2. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang paling sering digunakan yang dapat mencerminkan jumlah dari beberapa zat gizi seperti protein, lemak, air dan mineral. Untuk mengukur Indeks Massa Tubuh, berat badan dihubungkan dengan tinggi badan (Gibson, 2005).

3. Jenis kelamin

Memunculkan sejumlah perbedaan dalam beberapa aspek seperti pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kemampuan berbicara.

(12)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 12 4. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan dapat merefleksikan pertumbuhan skeletal (tulang) (Hartriyanti dan Triyanti,2007).

5. Hormon

Hormon adalah pembawa pesan kimiawi antarsel atau antarkelompok sel. Semua organisme multiselular, termasuk tumbuhan memproduksi hormon.

Kerja hormon efektif mulai masa pertumbuhan manusia dan paling efektif saat mencapai pubertas, karena semakin dewasa hormon pertumbuhan semakin menurun. Ini menandakan sangat pengaruh dalam hasil uji biokimia.

6. Genetik

Gen merupakan dasar faktor internal yang paling tidak bisa ditawar karene setiap mahluk hidup tentu saja memiliki gen yang berbeda satu sama lain. Gen merupakan unit pewarisan sifat bagi organisme hidup. Bentuk fisiknya adalah urutan DNA menyandi protein, polipeptida atau seuntaian DNA yang memiliki fungsi bagi organisme yang memilikinya. Batasan modern gen adalah suatu lokasi tertentu pada genom yang berhubungan dengan pewarisan sifat dan dapat dihubungkan dengan fungsi sebagai regulator (pengendali), sasaran transkripsi, atau peran-peran fungsional lainnya. Tentu saja dalam DNA ini telah disandi sebagaimana rupa yang menentukan bentuk dan pewarisan sifa dari induknya. 1.3.6 Tujuan pemeriksaan Analit pada Spesimen Darah.

1 Serum glutamik piruvik transaminase ( SGPT )

Di lakukan untuk mendeteksi adanya kerusakan hepatoseluler jumlah darah yang di ambil sekitar 5-10 ml dari vena.

2. Albumin

Mendeteksi kemampuan albumin yang disentesis oleh hepar seperti pada kasus sirosis, luka bakar, gangguan ginjal, atau kehilangan protein dalam jumlah banyak, jumlah darah yang di ambil 5-10 ml dari vena.

3. Golongan Darah

Dilakukan untuk mendeteksi golongan darah yang terdiri dari golongan darah A, B, AB, dan O. Bahan yang diperlukan : darah, reagen anti A, B, dan AB. 4. Asam urat

Mendeteksi penyakit ginjal, anemia, asam folat, luka bakar dan kehamilan, peningkatan pada asam urat dapat di indikasikan penyakit seperti leukimia, kanker, eklampsia berat, gagal ginjal, malnutrisi, jumlah darah yang di ambil 5-7 ml dari vena.

(13)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 13 5. Bilirubin

Mendeteksi kadar bilirubin, pada bilirubin direct mendeteksi adanya ikterik obstruktif, hepatitis dan sirosis sedangkan bilirubin indirect mendeteksi adanya anemia, malaria dan lain-lain, jumlah darah yang diambil 5-10 ml dari darah vena. 6. Estrogen

Mendeteksi disfungsi ovarium, gejala menopause, serta stress pisikogenik, peningkatan pola estrogen dapat mengindekasi adanya tumor ovarium atau kehamilan, jumlah darah yang di ambil 5-10 ml dari darah vena.

7. Gas darah arteri

Mendeteksi keseimbangan asam dan basa yang disebabkan oleh gangguan respiratorik atau dengan metabolik. Jumlah darah yang diambil sekitar 1 ml dari estrogen.

8. Gula darah puasa

Inspeksi Mendeteksi adanya diabetes atau reaksi hipoklikemik, jumlah darah yang diperlukan sekitar 5-10ml dari vena.

9. Gula darah postprandal

Inspeksi Mendeteksi adanya diabetes atau reaksi hipoklimemik, pemeriksaan dilakukan setelah makan. Jumlah darah yang di perlukan sekitar 5-10 ml dari vena, 2 jam setelah makan pagi atau siang.

10. Human Chorionic Gonadotropi ( HCG )

Inspeksi Mendeteksi adanya kehamilan karena HCG adalah hormon yang diproduksi oleh plasenta, jumlah darah yang diperlukan sekitar 5-10 ml dari vena. 11. Hematokrik

Mendeteksi adanya anemia, kehilangan darah, ginjal kronik serta defisiensi vit B, peningkatan hematokrik adanya dehidrasi, asidosis, trauma dan lain-lain, jumlah darah yang diperlukan sekitar 5-10 ml dari vena.

12. Hemoglobin ( Hb )

Mendeteksi adanya anemia dan penyakit ginjal, peningkatan Hb. Mengindikasikan adanya dehidrasi, PPOK dan CHF dan lain-lain. Jumlah darah yang diperlukan sekitar 5-10 ml dari vena.

13. Trombosit

Mendeteksi adanya trombositopenia yang berhubungan dengan perdarahan dan trombositosis menyebabkan penigkatan pembekuan jumlah darah yang diambil sekitar 5 ml dari vena.

(14)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 14 14. Partlal Tromboplastin Time ( PPT )

Mendeteksi variasi trombosit, monitor terapi heparia defesiensi faktor pembekuan, jalan darah yang diperlukan sekitar 7-10 ml dari vena, pengambilan 1 jam sebelum pemberian dosis heparin. Pemeriksaan lainnya yang menggunakan spesimen darah antara lain kadar elektrolit dalam darah, masa protombin, progesteron, prolaktin, serum krolaktin, kortisol, kolesterol, dan lain-lain.

1.3.7 Tujuan pemeriksaan Analit pada Spesimen Urin. 1. Glukosa

Untuk mengukur glukosa urin, reagent strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD), dan zat warna.

Glukosa + O2 glukosa oksidase ---> asam glukonat + H2O2 peroksidase

H2O2 + Kromogen ---> kromogen teroksidasi + H2O

untuk glukosa dilekati dua enzim, yaitu glukosa oksidase (GOD) dan peroksidase (POD), serta zat warna (kromogen) seperti orto-toluidin yang akan berubah warna biru jika teroksidasi. Zat warna lain yang digunakan adalah iodide yang akan berubah warna coklat jika teroksidasi.

Pemeriksaan glukosa dalam urin berdasarkan pada glukosa oksidase yang akan menguraikan glukosa menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida. Kemudian hidrogen peroksida ini dengan adanya peroksidase akan mengkatalisis reaksi antara kalium iodida dengan hidrogen proksidase menghasilkan H2O dan

On (O nascens). O nascens akan mengoksidasi zat warna kalium iodida dalam waktu 10 detik membentuk warna biru muda, hijau sampai coklat.

Pada uji dengan strip hasil yang diperoleh berupa: negatif, trace(100 mg/dl), +1(250 mg/dl), +2(500 mg/dl), +3(1000 mg/dl), +4(<2000 mg/dl). Hasil negatif palsu pada pemeriksaan ini dapat disebabkan oleh bahan reduktor dalam urin seperti vitamin C (>40 mg/dl), asam homogentisat, aspirin serta bahan yang mengganggu reaksi enzimatik seperti levodova, gluthation dan obat-obatan seperti dyhyrone., berat jenis urin>1,020 dan terutama bila disertai dengan ph urin yang tinggi, adanya badan keton dapat mengurangi sensitivitas pemeriksaan, infeksi bakteri. Hasil uji positif palsu dapat disebabkan oleh bahan pengoksidasi (hidrogen peroksida, hipoklorit atau klorin) dalam wadah sampel urin atau urin yang sangat asam(pH di bawah 4). Adapun uji glukosa normal adalah negatif (<50 mg/dl).

Berdasarkan perubahan warna yang terjadi pada kotak uji (pads) reagent strip, yaitu terbentuk warna kuning pada kedua sampel urin pria dan wanita, maka dapat disimpulkan bahwa sampel urin kedua-duanya tidak mengandung glukosa dengan membandingkan warna pada pads dengan skala warna di atas.

(15)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 15 2. Protein

Indikator yang digunakan tetrabromfenol biru didapar dengan asam sampai pH 3 atau tetraklorofenol tetrabromosulfoftalein. Daerah ini berwarna kuning jika protein negatif tetapi akan berubah menjadi hijau tergantung pada konsentrasi protein yang ada.

Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Dengan menggunakan spesimen urin acak (random) atau urin sewaktu, protein dalam urin dapat dideteksi menggunakan strip reagen (dipstick). Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria.

Sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada urin orang yang sehat karena perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan proteinuria transien. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan proteinuria. Bayi baru lahir dapat mengalami peningkatan proteinuria selama usia 3 hari pertama.

Proteinuria biasanya disebabkan oleh penyakit ginjal akibat kerusakan glomerulus dan atau gangguan reabsorbsi tubulus ginjal. Pemeriksaan protein dalam urin berdasarkan pada prinsip kesalahan penetapan ph oleh adanya protein. Sebagai indikator digunakan tetrabromphenol blue yang dalam suatu sistem buffer akan menyebabkan ph tetap konstan. Akibat kesalahan penetapan oleh adanya protein, urin yang mengandung albumin akan bereaksi dengan indikator menyebabkan perubahan warna hijau muda sampai hijau. Indikator tersebut sangat spesifik dan sensitif terhadap albumin. Perubahan warna terjadi dalam waktu 60 detik. Hasilnya dilaporkan sebagai negatif, +1 (30 mg/dl), +2(100 mg/dl), +3(300 mg/dl), +4(2000 mg/dl). Adapun nilai rujukan adalah urin acak : negatif (≤15 mg/dl).

Pengukuran proteinuria dapat dipakai untuk membedakan antara penderita yang memiliki risiko tinggi menderita penyakit ginjal kronik yang asimptomatik dengan yang sehat. Proteinuria yang persistent (tetap ≥ +1, dievaluasi 2-3x / 3 bulan) biasanya menunjukkan adanya kerusakan ginjal. Proteinuria persistent juga akan memberi hasil ≥ +1 yang terdeteksi baik pada spesimen urine pagi maupun urine sewaktu setelah melakukan aktivitas.

Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan pertanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.

Proteinuria positif perlu dipertimbangkan untuk analisis kuantitatif protein dengan menggunakan sampel urine tampung 24 jam. Jumlah proteinuria dalam 24 jam digunakan sebagai indikator untuk menilai tingkat keparahan ginjal. Proteinuria rendah (kurang dari 500mg/24jam). Pengaruh obat : penisilin, gentamisin, sulfonamide, sefalosporin, media kontras, tolbutamid (Orinase), asetazolamid (Diamox), natrium bikarbonat.

(16)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 16 Proteinuria sedang (500-4000 mg/24 jam) dapat berkaitan dengan glomerulonefritis akut atau kronis, nefropati toksik (toksisitas obat aminoglikosida, toksisitas bahan kimia), myeloma multiple, penyakit jantung, penyakit infeksius akut, preeklampsia. Proteinuria tinggi (lebih dari 4000 mg/24 jam) dapat berkaitan dengan sindrom nefrotik, glomerulonefritis akut atau kronis, nefritis lupus, penyakit amiloid.

Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh hematuria, tingginya substansi molekular, infus polivinilpirolidon (pengganti darah), obat, pencemaran urine oleh senyawa ammonium kuaterner (pembersih kulit, klorheksidin), urine yang sangat basa (pH > 8). Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh urine yang sangat encer, urine sangat asam (pH di bawah 3).

Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan perubahan warna pada kotak uji protein pada sampel urin wanita adalah kunig terang yang jika dibandingkan dengan skala warna di atas, maka hasilnya adalah negatif. Hal ini juga serupa dengan sampel urin pria. Artinya sampel urin pria maupun wanita dinyatakan tidak mengandung protein(tidak proteinuria).

3. Bilirubin

Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan dari hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping itu sekitar 20% bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tidak larut dalam air, bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan kepada albumin untuk diangkut dalam plasma menuju hati. Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan itu dan mengkonjugasinya dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut air. Proses konjugasi ini melibatkan enzim glukoroniltransferase.

Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin) masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen dan dibuang melalui feses serta sebagian kecil melalui urin. Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi membentuk azobilirubin (reaksi van den Bergh), karena itu sering dinamakan bilirubin direk atau bilirubin langsung.

Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) yang merupakan bilirubin bebas yang terikat albumin harus lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek atau bilirubin tidak langsung.

Jadi bila dalam urine ditemukan adanya peningkatan kadar bilirubin yang berlebih, dapat diduga pasien tersebut menunjukkan adanya gangguan pada hati (kerusakan sel hati) atau saluran empedu (batu atau tumor).

4. Urobilinogen

Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sejumlah besar urobilinogen berkurang di feses, sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu, dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan oleh ginjal ke dalam urin.

(17)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 17 Ekskresi urobilinogen ke dalam urine kira-kira 1-4 mg/24jam. Ekskresi mencapai kadar puncak antara jam 14.00 – 16.00, oleh karena itu dianjurkan pengambilan sampel dilakukan pada jam-jam tersebut. Adapun nilai rujukan adalah sebagai berikut:

a. Urin acak : negatif (kurang dari 2mg/dl) b. Urin 2 jam : 0.3 – 1.0 unit Erlich

c. Urin 24 jam : 0.5 – 4.0 unit Erlich/24jam, atau 0,09 – 4,23 µmol/24 jam (satuan SI)

Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan ekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit.

Hasil positif dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen. Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.

Pemeriksaan urobilinogen dalam urin berdasarkan reaksi antara urobilinogen dengan reagen Ehrlich (paradimethylaminobenzaldehiyde serta buffer asam). Intensitas warna yang terjadi dari jingga hingga merah tua, dibaca dalam waktu 60 detik. Warna yang timbul sesuai dengan peningkatan kadar urobilinogen dalam urin.

Urin yang terlalu alkalis menunjukkan kadar urobilinogen yang lebih tinggi, sedangkan urin yang terlalu asam menunjukkan kadar urobilinogen yang lebih rendah dari seharusnya. Kadar nitrit yang tinggi juga menyebabkan hasil negatif palsu.

Perubahan warna terjadi pada uribilinogen untuk urin pria dan wanita. Keduanya setelah dilihat pada skala warna menunjukkan nilai normal. Hal tersebut berarti tidak ada indikasi gangguan hati atau hepatitis.

5. PH

Berdasarkan prinsip double indicator yang mengandung metal merah dan bromtimol biru sehingga memungkinkan perubahan warna dari jingga, hijau sampai biru pada daerah 5-9.

pH urine normal berkisar antara 4,8-7,5 (sekitar 6,0). Pembacaan pH hendaknya segera dilakukan (urine dalam kondisi segar), karena urine yang lama cenderung menjadi alkalis (karena perubahan ureum menjadi amonia). Penentuan pH dapat dilakukan dengan menggunakan : kertas lakmus, nitrazin paper, pH-meter, dan dengan tes Carik Celup.

Pemeriksaan pH urine segar dapat memberi petunjuk kearah infeksi saluran kemih. Infeksi oleh Escherichia Coli biasanya menghasilkan urine asam,

(18)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 18 sedangkan infeksi oleh Proteus yang merombak ureum menjadi amoniak menyebabkan urine menjadi basa. Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun, tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urin pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa juga dapat mempengaruhi pH urin. Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urin :

a. pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.

b. pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau metabolik memicu pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman.

Pemeriksaan pH urine berdasarkan adanya indicator ganda (methyl red dan bromthymol blue), dimana akan terjadi perubahan warna sesuai pH yang berkisar dari jingga hingga kuning kehijauan dan hijau kebiruan. Rentang pemeriksaan pH meliputi pH 5,0 sampai 8,5. Berdasarkan hasil pemeriksaan, pH pada laki-laki yaitu 8 dan pH pada perempuan yaitu 7. Untuk sampel urin laki-laki dapat dikatakan normal, namun untuk sampel perempuan sedikit terlalu basa

6. Berat jenis

Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan urin serta dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin. Berat Jenis urin yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi tubulus. Untuk mengukur berat jenis urine dapat menggunakan urometer, refraktometer dan carik celup. Pemeriksaan berat jenis dalam urine berdasarkan pada perubahan pKa (konstanta disosiasi) dari polielektrolit (methylvinyl ether/maleic anhydride). Polielektrolit terdapat pada carik celup akan mengalami ionisasi, menghasilkan ion hydrogen (H+). Ion H+ yang dihasilkan tergantung pada jumlah ion yang

terdapat dalam urine. Pada urine dengan berat jenis yang rendah, ion H+ yang dihasilkan sedikit sehingga pH lebih ke arah alkalis. Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh spesific gravity pada laki-laki sebesar 1,005 dan pada perempuan sebesar 1,01.

Bila dibandingkan dengan berat jenis urin normal yaitu antara 1,003-1,030, maka sampel urin masih dalam batas normal. Hal ini menandakan tidak terjadi gangguan fungsi reabsorpsi tubulus. Selain itu, Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat

(19)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 19 disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun. Berat jenis yang rendah ini bisa disebabkan oleh banyak minum, udara dingin, dan diabetes insipidus. Berat jenis yang tinggi disebabkan oleh dehidrasi, proteinuria, dan diabetes mellitus.

7. Darah

Hemoglobin(Hb) merupakan suatu protein yang mengandung senyawa besi hemin. Hemoglobin mempunyai fungsi mengikat oksigen di paru-paru dan mengedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Jadi, dapat dikatakan bahwa di paruparu terjadi reaksi antara hemoglobin dengan oksigen.

2 Hb2+ 4 O2 ==> 4 Hb O2 (oksihemoglobin)

Setelah sampai di sel-sel tubuh, terjadi reaksi pelepasan oksigen oleh Hb. 4 Hb O2 ==> 2 Hb2+ 4 O2

Kandungan hemoglobin inilah yang membuat darah berwarna merah.

Karena Hb merupakan bagian dari erytrosit, maka bila ditemukan jumlah Hb dalam urine diatas batas normal, maka bisa saja pasien mengalami kerusakan ginjal tepatnya pada bagian glomerulus.

8. Keton

Pemeriksaan keton dengan pereaksi nitroprussida berdasarkan prinsip tes lugol, yaitu dalam suasana basa, asam asetoasetat akan bereaksi dengan Na. nitroprussida menghasilkan warna ungu. Badan keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang berlebihan. Badan keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohidrat (misalnya diabetes mellitus yang tidak terkontrol), kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan, diet tidak seimbang : tinggi lemak – rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), atau gangguan mobilisasi glukosa, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar.

Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga dapat menghabiskan cadangan basa (misalnya bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan menyebabkan asidosis. Pada ketoasidosis diabetik, keton serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50 mg/dl. Keton memiliki struktur yang kecil dan dapat diekskresikan ke dalam urin. Namun, kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atu serum, kemudian baru urin. Ketonuria (keton dalam urin) terjadi akibat ketosis. Benda keton yang dijumpai di urin terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.

Uji ketonuria dengan strip reagen (Ketostix atau strip reagen multitest) lebih sensitif terhadap asam asetoasetat daripada aseton. Berdasarkan reaksi antara asam asetoasetat dengan senyawa nitroprusida. Warna yang dihasilkan adalah coklat muda bila tidak terjadi reaksi, dan warna ungu untuk hasil yang positif.

Hasil yang diperoleh berupa negatif, trace(5 mg/dl), +1(15 mg/dl), +2(40 mg/dl), +3(80 mg/dl), +4(160 mg/dl). Hasil positif palsu dapat terjadi apabila urin banyak mengandung pigmen atau metabolit levodopa serta fenilketon. Urin yang mempunyai berat jenis tinggi, ph yang rendah dapat memberikan reaksi hingga

(20)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 20 terbaca hasil yang sangat sedikit (5 mg/dl). Untuk dewasa dan anak : uji keton negatif (kurang dari15 mg/dl).

Uji keton positif dapat dijumpai pada : Asidosis diabetic (ketoasidosis), kelaparan atau malnutrisi, diet rendah karbohidrat, berpuasa, muntah yang berat, pingsan akibat panas, kematian janin. Pengaruh obat : asam askorbat, senyawa levodopa, insulin, isopropil alkohol, paraldehida, piridium, zat warna yang digunakan untuk berbagai uji (bromsulfoftalein dan fenosulfonftalein). Diet rendah karbohidrat atau tinggi lemak dapat menyebabkan temuan positif palsu.

Urin yang disimpan pada suhu ruangan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan hasil uji negaif palsu serta adanya dalam urin dapat menyebabkan kehilangan asam asetoasetat. Anak penderita diabetes cenderung mengalami ketonuria dari pada penderita dewasa.

9. Nitrit

Test nitrit urine adalah test yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya bakteriuri. Test ini berdasarkan kenyataan bahwa sebagian besar bakteri penyebab infeksi saluran kemih dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit. Di dalam urin orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein, yang kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin (Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi bila urin telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam. Hasil negatif bukan berarti pasti tidak terdapat bakteriuria sebab tidak semua jenis bakteri dapat membentuk nitrit, atau urin memang tidak mengandung nitrat, atau urin berada dalam kandung kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu, pada keadaan tertentu, enzim bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun kemudian nitrit berubah menjadi nitrogen.

Spesimen terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urin pagi dan diperiksa dalam keadaan segar, sebab penundaan pemeriksaan akan mengakibatkan perkembang biakan bakteri di luar saluran kemih, yang juga dapat menghasilkan nitrit. Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

a. Hasil positif palsu karena metabolisme bakteri invitro apabila pemeriksaan tertunda, urin merah oleh sebab apapun, pengaruh obat (fenazopiridin).

b. Hasil negatif palsu terjadi karena diet vegetarian menghasilkan nitrat dalam jumlah cukup banyak, terapi antibiotik mengubah metabolisme bakteri, organisme penginfeksi mungkin tidak mereduksi nitrat, kadar asam askorbat tinggi, urine tidak dalam kandung kemih selama 4-6 jam, atau berat jenis urin tinggi.

Hasilnya dilaporkan sebagai positif bila pita dalam 40 detik menjadi merah atau kemerahan yang berarti air kemih dianggap mengandung lebih dari 105kuman per

ml. negative bila tidak terdapat nitrit maka warna tidak berubah. Warna yang terbentuk tidaklah sebanding dengan jumlah bakteri yang ada. Sensitivitas pemeriksaan ini adalah 0,075 mg/dl nitrit. Berdasarkan hasil pemeriksaan, pada laki-laki dan perempuan keduanya positif mengandung nitrogen, yang berarti terdapat kandungan nitrit dalam urine. Hasil ini mengindikasi terdapat bakteri

(21)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 21 yang dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit, atau sampel urine yang diambil telah berada di kandung kemih selama 4 jam atau lebih.

10. Leukosit

Berdasarkan prinsip leukosit esterase dalam urine yang dapat menghidrolisa suatu ester (indoxyl ester) menjadi alcohol dan asma. Cincin aromatic dalam alcohol (indoxyl) akan berpasangan dengan garam diazonium membentuk zat warna diazo.

Pemeriksaan ini berdasarkan adanya reaksi esterase yang merupakan enzim pada granula azurofil atau granula primer dari granulosit dan monosit. Esterase akan menghidrolisis derivate ester naftil. Naftil yang dihasilkan bersama dengan garam diazonium akan menyebabkan perubahan warna dari coklat muda menjadi warna ungu. Banyaknya esterase menggambarkan secara tidak langsung jumlah leukosit di dalam urine. Leukosit neutrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi secara kimiawi. Hasil tes lekosit esterase positif mengindikasikan kehadiran sel-sel lekosit (granulosit), baik secara utuh atau sebagai sel yang lisis. Limfosit tidak memiliki memiliki aktivitas esterase sehingga tidak akan memberikan hasil positif. Hal ini memungkinkan hasil mikroskopik tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan carik celup. Temuan laboratorium negatif palsu dapat terjadi bila kadar glukosa urin tinggi (>500mg/dl), protein urin tinggi (>300mg/dl), berat jenis urin tinggi, kadar asam oksalat tinggi, dan urin mengandung cephaloxin, cephalothin, tetrasiklin. Temuan positif palsu pada penggunaan pengawet formaldehid.

Apabila urine tidak segar, pH urine menjadi alkalis, neutrofil mudah lisis sehingga jumlah neutrofil yang dijumpai dalam sedimen urine berkurang dibandingkan dengan derajat positifitas pemeriksaan esterase leukosit. jika terdapat glukosa dan protein dalam konsentrasi tinggi atau pad urine dengan berat jenis tinggi, dapat terjadi hasil negative palsu, karena leukosit mengkerut dan menghalangi penglepasan esterase. Kehadiran esterase leukosit di urin merupakan pertanda peradangan, yang umumnya disebabkan oleh infeksi saluran kemih.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, didapatkan hasil 1+ pada urine laki-laki dan perempuan. Hasil ini bukan berarti terjadi infeksi saluran kemih. Hasil ini masih menunjukkan nilai normal meskipun hasilnya positif, karena hanya menunjukkan angka 1.

(22)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 22

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan makalah di atas dapat disimpulkan, bahwa uji biokimia merupakan salah satu uji yang digunakan untuk menentukan spesies mikroba yang tidak diketahui sebelumnya. Setiap kuman memiliki sifat biokimia yang berbeda sehingga tahapan uji biokimia ini sangat membantu proses identifikasi. Uji biokimia meliputi :

1) Uji bikokimia dengan spesimen darah.

 Terdiri dari pemisahan plasma, serum dan endapan merah.

 Terdiri dari glukosa, SGPT (Serum Glutamik Piruvik Transminase). Asam urat, esterogen, golongan darah.

2) Uji spesimen untuk menganalisis biokimia.

Terdiri dari sputum (dahak), air ludah, feses, rambut, dan sekret vagina. 3) Uji biokimia untuk mengetahui faktor biologis.

Terdiri dari usia, berat badan, jenis kelamin, tinggi badan, hormon, genetik. 4) Uji biokimia dengan spesimen urin.

(23)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 23

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto. 2013. Proses Pembentukan Urin Pada Ginjal. Tersedia

di: http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-xi/proses-pembentukan-urine-pada-ginjal/ [Akses tanggal 6 April 2013].

Djojodibroto, R.D. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check Up):

Bagaimana Menyikapi Hasilnya. Pustaka Populer Obor. Jakarta.

Ethel, S. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi Keempat. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Ningsih, Suti. 2012. Proses Pembentukan Urin. Tersedia

di: http://sutiningsih2/2012/12/proses_pembentukan_urin_15.html. [Akses tanggal 6 April 2013]. Scanlon, Valerie C. dan Tina Sanders. 2000. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Uliyah, Musrifatul. 2008. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Salemba Medika. Jakarta.

Wulangi, Kartolo. 1990. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. ITB Press. Bandung.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-nurhidayah-7634-3-babii.pdf http://dokumen.tips/documents/laporan-toksikologi-55a7570ce3573.html

(24)

MAKALAH BAB UJI BIOKIMIA 24

(25)

Referensi

Dokumen terkait

mulai dari penggalang pertama yang menyebut angka 1, dilanjukan penggalang kedua yang menyebut akngka 2, penggalang berikutnya 3,4,5,6, penggalang ketujug berteriak lantang

Media pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris dibuat sebagai alat bantu (media) dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran agar siswa tidak bosan dalam

Dari fakta sejarah di atas dapat diketahui bahwa para Khalifah Daulah Abbasiyah yang lemah pada masa Bani Buwaihi ini tidak dapat mengendalikan mereka maka

Orang yang menimba air dari dalam sumur akan mengambil tempat pada sisi luar dinding sumur yang berupa susunan bata yang lebih tinggi dari struktur lantainya

Baru pada tahun 1927 (lihat gambar 1.3) secara keseluruhan bodi kendaraan terbuat dari logam, dimana bodi kendaraan yang terdiri dari berbagai komponen telah dibuat dari lembaran

No Perihal Tanggal November 118 Panin Bank Bekerja Sama dengan BCA dan Jaringan PRIMA Dalam Memperluas Layanan Transaksi - Jakarta 2 119 Terapkan &#34;Socially

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi dan religi diwujudkan dalam budaya bersih mata air (nguras sumber) dan syukuran (slametan) oleh masyarakat setempat dengan

Apabila minyak goreng sering dipanaskan, maka asam lemak tak jenuh yang berubah menjadi asam lemak jenuh akan semakin banyak yang menyerupai bentuk isomer