PEDOMAN
PEDOMAN
SISTEM KEWASPADAAN DINI
SISTEM KEWASPADAAN DINI
DAN RESPON
BUKU PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESP
BUKU PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON
ON
EDISI REVISI TAHUN 2012
EDISI REVISI TAHUN 2012
Katalog Terbitan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012
Katalog Terbitan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012
Pembina Pembina
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama; Direktur Jenderal PP dan PL Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama; Direktur Jenderal PP dan PL Pengarah
Pengarah
Dr. Andi Muhadir, MPH; Direktur Surveil
Dr. Andi Muhadir, MPH; Direktur Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matraans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra Penulis
Penulis
DR. Hari Santoso, SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB DR. Hari Santoso, SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Rosliany, SKM, M.Sc.PH; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Rosliany, SKM, M.Sc.PH; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Edy Purwanto, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Edy Purwanto, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Indra Jaya, SKM, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan R
Indra Jaya, SKM, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan R espon KLBespon KLB Abdurrahman, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Abdurrahman, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Gunawan Wahyu Nugroho, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Gunawan Wahyu Nugroho, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Kontributor
Kontributor
WHO Representative for Indonesia WHO Representative for Indonesia CDC
CDC
–
–
Atlanta Representative for Indonesia Atlanta Representative for IndonesiaDr. Juzi Delianna, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. Juzi Delianna, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Rosmaniar, S.Kep, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Rosmaniar, S.Kep, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. Soitawati, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. Soitawati, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Eka Muhiriyah, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Eka Muhiriyah, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. Mieke Vennyta; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Mieke Vennyta; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Viviyanti Sidi, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Viviyanti Sidi, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Lia Septiana, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Lia Septiana, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Fajrianto, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Fajrianto, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Subdirektorat Pengendalian Zoonosis
Subdirektorat Pengendalian Zoonosis
Subdirektorat Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan Subdirektorat Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan Subdirektorat Pengendalian Malaria
Subdirektorat Pengendalian Malaria Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Subdirektorat Infeksi Saluran Pernafasan Subdirektorat Infeksi Saluran Pernafasan Editor
Editor
DR. Hari Santoso, SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB DR. Hari Santoso, SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
BUKU PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESP
BUKU PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON
ON
EDISI REVISI TAHUN 2012
EDISI REVISI TAHUN 2012
Katalog Terbitan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012
Katalog Terbitan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012
Pembina Pembina
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama; Direktur Jenderal PP dan PL Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama; Direktur Jenderal PP dan PL Pengarah
Pengarah
Dr. Andi Muhadir, MPH; Direktur Surveil
Dr. Andi Muhadir, MPH; Direktur Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matraans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra Penulis
Penulis
DR. Hari Santoso, SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB DR. Hari Santoso, SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Rosliany, SKM, M.Sc.PH; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Rosliany, SKM, M.Sc.PH; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Edy Purwanto, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Edy Purwanto, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Indra Jaya, SKM, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan R
Indra Jaya, SKM, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan R espon KLBespon KLB Abdurrahman, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Abdurrahman, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Gunawan Wahyu Nugroho, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Gunawan Wahyu Nugroho, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Kontributor
Kontributor
WHO Representative for Indonesia WHO Representative for Indonesia CDC
CDC
–
–
Atlanta Representative for Indonesia Atlanta Representative for IndonesiaDr. Juzi Delianna, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. Juzi Delianna, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Rosmaniar, S.Kep, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Rosmaniar, S.Kep, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. Soitawati, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. Soitawati, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Eka Muhiriyah, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Eka Muhiriyah, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. Mieke Vennyta; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Mieke Vennyta; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Viviyanti Sidi, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Viviyanti Sidi, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Lia Septiana, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Lia Septiana, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Fajrianto, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Fajrianto, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Subdirektorat Pengendalian Zoonosis
Subdirektorat Pengendalian Zoonosis
Subdirektorat Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan Subdirektorat Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan Subdirektorat Pengendalian Malaria
Subdirektorat Pengendalian Malaria Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Subdirektorat Infeksi Saluran Pernafasan Subdirektorat Infeksi Saluran Pernafasan Editor
Editor
DR. Hari Santoso, SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB DR. Hari Santoso, SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat dan petunjuk-Nya
sehingga buku ”PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON” ini dapat diterbitkan
kembali setelah dilakukan beberapa revisi mengikuti perkembangan penyakit menular di
Indonesia.
Buku ini merupakan salah satu dari Trilogi tentang EWARS (
Early Warning Alert and Respon System) yang terdiri dari tiga seri buku yaitu:
1. Buku “Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon“
2. Buku “Algoritma Diagnosis Penyakit dan Respon serta Format Penyelidikan Epidemiologi“
3. Buku “Panduan Pengguna Piranti Lunak (
Software) Peringatan Dini Penyakit Menular“
Buku pertama ini ditujukan bagi petugas surveilans di tingkat Propinsi, Kabupaten dan Puskesmas
sebagai pedoman dalam memahami sistem kewaspadaan dini dan respon dengan memanfaatkan
piranti lunak peringatan dini surveilans penyakit menular. Buku ini diharapkan dapat menggugah
kesadaran semua pihak untuk dapat meningkatkan kinerja surveilans sebagai bentuk upaya
deteksi dini dan respon cepat dalam rangka pengendalian penyakit menular yang potensial wabah.
Akhirnya disampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam
penyusunan pedoman ini semoga pedoman ini dapat digunakan oleh seluruh propinsi dan
kabupaten di Indonesia sehingga Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon dapat berjalan lebih
optimal.
Jakarta, Agustus 2012
Direktur SIMKAR-KESMA
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat dan petunjuk-Nya
sehingga buku “ PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON“ ini dapat terwujud.
Kita ketahui bersama bahwa Indonesia merupakan salah satu anggota dari organisasi Persatuan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang selalu mendukung kebijakan dari organisasi tersebut apabila tidak
bertentangan dengan kebijakan nasional maupun internasionalnya. Indonesia yang telah
meratifikaskasi IHR (
International Health Regulation) tahun 2005 mau tidak mau harus mengikuti
dan menjalankan aturan tersebut. WHO telah menyatakan bahwa IHR 2005 mulai
diimplementasikan pada 15 Juni 2007 tetapi kepada seluruh negara masih diberikan waktu selama
5 tahun hal ini sesuai dengan IHR, Bab II, Pasal 5, ayat 1 dinyatakan bahwa Suatu Negara harus
mengembangkan, memperkuat, dan memelihara kemampuan untuk mendeteksi, menilai, dan
melaporkan kejadian sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran 1 IHR (Kapasitas Inti Bidang
Surveilans Dan Respon Yang Harus Dipenuhi), sedini mungkin dan paling lambat lima tahun sejak
diberlakukannya IHR.
Disamping itu Indonesia juga merupakan negara yang selalu komit terhadap komitmen global
seperti eradikasi polio, eliminasi Tetanus Neonatorum (TN), reduksi maupun eliminasi campak,
eliminasi malaria, pengendalian HIV/AIDS maupun Tuberkulosis (TB) Paru. Untuk eradikasi polio,
Indonesia mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio tahun 2005 dengan jumlah sebanyak 349
kasus (termasuk 46 kasus VDVP tipe 1) dan dapat ditangani dengan baik untuk memutus mata
rantai penularan melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN) sehingga sampai saat ini tidak ditemukan
kembali virus polio. Untuk menjaring kasus polio maka surveilans
Acute Flaccid Paralysis(AFP)
yang optimal juga sangat berperan penting.
Dalam era globalisasi ini mobilisasi manusia maupun barang sudah sangat tinggi dan sangat cepat.
Tetapi kondisi ini juga dapat dilihat sebagai sebuah ancaman misalnya transmisi penyakit menular
dari suatu negara ke negara lain. Salah satu contoh adalah Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio di
Indonesia tahun 2005 terjadi karena ada import virus polio dari negara lain. Selain itu saat ini
dunia telah mengalami perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global yang semakin
cepat. Kondisi ini juga akan mempengaruhi pola dan jenis penyakit potensial wabah secara
langsung maupun tidak langsung misalnya seperti malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD),
maupun penyakit
new emergingseperti flu burung.
Indonesia yang letaknya strategis secara geografis masih memiliki beberapa penyakit potensial KLB
seperti malaria, demam dengue, leptospirosis, diare, kolera, difteri, antraks, rabies, campak,
pertusis, maupun ancaman flu burung pada manusia. Penyakit-penyakit tersebut apabila tidak
dipantau dan dikendalikan maka akan mengancam kesehatan masyarakat Indonesia dan
menyebabkan KLB yang lebih besar atau bahkan dapat menyebar ke negara tetangga lainnya.
Dengan latar belakang itu semua maka sangat penting pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini dan
Respon ditingkatkan kembali di seluruh wilayah di Indonesia.
Kelebihan dari sistem yang dibangun ini, pada perangkat lunaknya adalah dapat menampilkan
sinyal “
alert“ adanya peningkatan kasus melebihi nilai ambang batas di suatu wilayah baik wilayah
kerja puskesmas, kabupaten maupun propinsi. Output yang dihasilkan dapat berupa tabel, grafik,
maupun peta, sehingga dapat dibuat analisis yang lebih tajam, respon lebih cepat, dan
penanggulangan yang lebih terarah dan akurat.
Semoga buku ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan Sistem Kewaspadaan
Dini dan Respon di Indonesia.
Jakarta, Agustus 2012
Direktur Jenderal PP dan PL
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………. .. 3
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PP DAN PL ……… ... 4
DAFTAR ISI ……….. .. 6
BAB I GAMBARAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON Tujuan ... 7
Populasi dalam Surveilans ... 7
Surveilans Penyakit dan Definisi Kasus Baru ... 7
Jenis Surveilans ... 7 Unit Pelapor ... 7 Alur Data ... 8 Pengiriman Data ... 8 Format Mingguan ... 9 Pelaporan menggunakan SMS ... 9
Entri Data dan Analisis ... 9
Indikator ... 10
Nilai Ambang Batas Penyakit Dalam Sistem ... 10
Monitoring Laporan ... 10
Umpan Balik ... 10
Sistem Manajemen Rumor KLB ... 10
Kewaspadaan Dini dan Respon ... 11
Pemeriksaan Laboratorium ... 12
BAB II PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL Prosedur Pelaporan Data di setiap tingkat Pelaksana ... 14
Validasi Data ... 15 Monitoring ... 16 Evaluasi ... 16 Keterbatasan ... 16 Kepemilikan Data ... 16 LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Prioritas Penyakit Potensial KLB ... 17
Lampiran 2 Format Laporan Mingguan (W2) ... 18
Lampiran 3 Definisi Operasional Penyakit ... 19
Lampiran 4 Nilai Ambang Batas Penyakit Dalam Sistem ... 20
Lampiran 5 Format Penyelidikan Epidemiologi Umum ... 21
Lampiran 6 Format Sistem Manajemen Rumor KLB ... 24
Lampiran 7 Surveilans Terpadu Penyakit Berbasis KLB ……….. 25
Lampiran 8 Manajemen Spesimen Penyakit ke Laboratorium ... 26
Lampiran 9 Tabel Tes Diagnosis dan Manajemen Spesimen di Laboratorium ... 27
Lampiran 10 Buku Catatan Laboratorium (Log Book ) ... 34
Lampiran 11 Lembaran Rujukan Spesimen ... 35
Lampiran 12 Daftar Penyakit Atau Kejadian Yang Wajib Dilaporkan Segera (<24 Jam) ... 36
BAB I
GAMBARAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON
Tujuan
o Menyelenggarakan Deteksi Dini KLB bagi penyakit menular. o Stimulasi dalam melakukan pengendalian KLB penyakit menular. o Meminimalkan kesakitan/kematian yang berhubungan dengan KLB. o Memonitor kecenderungan penyakit menular.
o Menilai dampak program pengendalian penyakit yang spesifik. Populasi dalam Surveilans
Adalah semua penduduk di wilayah propinsi
Surveilans Penyakit dan Definisi Kasus Baru
Adalah semua kasus dari seluruh penyakit yang telah diprioritaskan sebagaimana terdapat dalam daftar Lampiran 1, yang datang ke unit pelayanan kesehatan yang seharusnya dilaporkan.
Kasus Baru adalah orang yang datang ke fasilitas kesehatan selama seminggu dan memiliki diagnosis baru. Kunjungan ulang dengan sakit yang sama tidak dimasukan kedalam laporan.
Dalam sistem surveilans ini terdapat definisi kasus untuk setiap penyakit atau sindrom (lampiran 3). Untuk membantu petugas kesehatan dalam mendiagnosa kasus, pengambilan spesimen dan pelaporan, maka penjelasan mengenai algoritma diagnosis akan dijelaskan secara detil dalam buku pedoman seri kedua, yaitu “Algoritma Diagnosis Penyakit Dan Respon Serta Format Penyelidikan Epidemiologi ”. Selain algoritma untuk deteksi kasus, terdapat juga algoritma untuk respon KLB dalam pedoman tersebut. Ini menggambarkan langkah-langkah umum dalam tatalaksana kasus, respon kesehatan masyarakat dan pelaporan hasil investigasi KLB.
Jenis Surveilans
Dalam kegiatan ini, surveilans digunakan untuk mengamati penyakit melalui pengumpulan data rutin. Lengkap: seluruh unit kesehatan yang terlibat adalah puskesmas dan unit pelayanan kesehatan yang berada di wilayah kerja puskesmas, seperti puskesmas pembantu (Pustu), bidan desa, mantri, dan sebagainya.
Pasif : Pustu, Bidan Desa akan melaporkan secara mingguan ke puskesmas.
Laporan Nihil harus dikirim dengan mengisi format laporan dengan nilai “nol” atau nihil.
Data Agregat : adalah data dari pustu, bidan desa, dan kegiatan rawat jalan Puskesmas, akan menjadi agregat di tingkat puskesmas.
Pengumpulan data dilakukan secara berkesinambungan dan periode mi ngguan
Unit Pelapor
Unit pelapor dari sistem ini adalah Puskesmas, dan kelengkapan maupun ketepatan laporan dari unit pelapor dihitung berdasarkan jumlah puskesmas di setiap kabupaten dan di propinsi dan secara otomatis dihitung oleh aplikasi software.
Alur Data
Periode: Mingguan (Minggu-Sabtu) WAKTU UNIT & TINGKAT
Yang bertanggungjawab
Koordinator Cara Pengiriman Sabtu
sore
Pustu, Bidan Desa kirim via SMS. Format Surveilans Mingguan ke puskesmas
Petugas kesehatan yang bertanggung jawab terhadap
pengumpulan data
Melalui SMS, HT, dan lain-lain
Senin pagi Data agregat Puskesmas dan kirim data ke tingkat kabupaten/kota
Petugas surveilans di tingkat
puskesmas
Melalui SMS, HT, dan lain-lain
Selasa pagi
Petugas Surveilans Kabupaten melakukan entri data dan
mengirim file export ke propinsi
Petugas Surveilans Kabupaten
Melalui Email Petugas Surveilans Kabupaten
melakukan analisis data dan menghasilkan laporan mingguan
Petugas Surveilans Kabupaten
Selasa siang
Petugas surveilans propinsi melakukan analisis data dan menghasilkan laporan mingguan
Petugas surveilans propinsi
Petugas surveilans propinsi
mengirimkan file export ke Subdit Surveilans dan Respon KLB
Kementerian Kesehatan RI Petugas surveilans propinsi Melalui Email ke
ewars.pusat@gmail.com
Pengiriman DataDari puskesmas ke kabupaten/kota data dikirim melalui SMS, HT, dan lain-lain. Dari Kabupaten/Kota ke propinsi data dikirim melalui email
Dari Propinsi ke Pusat (Subdit Surveilans dan Respon KLB) data dikirim melalui email
Pustu Bidan Desa Pasien Rawat Jalan Puskesmas Klinik swasta/private di desa
Petugas Surveilans Puskesmas
Petugas Surveilans Kabupaten/Kota
Petugas Surveilans Propinsi Pengumpulan spesimen Pengiriman spesimen Konfirmasi Laboratorium Propinsi Otoritas Kesehatan Nasional (Kemenkes RI), Laboratorium Nasional (Balitbangkes), WHO
Format Mingguan (W2)
Kasus baru akan dilaporkan oleh bidan desa maupun puskesmas melalui Format Mingguan (lihat lampiran 2). Format pengumpulan data itu berisi informasi dibawah ini:
o Nomor Urut format: nomer ini harus diisi dan dilengkapi oleh unit kesehatan yang mengirimkan
laporan di setiap tingkat. Nomor urut untuk setiap unit kesehatan yang mengirimkan laporan dimulai dari angka 1 dan dilanjutkan secara berurutan.
o Identitas Unit Kesehatan:
Puskesmas/Pustu/Bidan Kecamatan
Kabupaten
o Jumlah minggu epidemiologi, periode laporan adalah satu pekan dimana kasus dilaporkan. Unit
puskesmas pelapor harus memberikan indikasi tanggal dimana awal pekan adalah pada hari Minggu dan akhir pekan adalah pada hari Sabtu.
o Data Penyakit:
Data diisi dan diilengkapi berdasarkan buku registrasi harian puskesmas bersama data yang dikumpulkan dari unit pelayanan tingkat desa, berdasarkan definisi kasus baku sistem surveilans. Setiap fasilitas kesehatan harus memiliki daftar definisi kasus. Hanya kasus baru (konsultasi pertama) yang harus dilaporkan untuk seluruh usia yang ditemukan.
Pelaporan menggunakan SMS
Setiap unit puskesmas menggunakan SMS untuk melaporkan data mingguan sesuai format baku pencatatan perlu mengikuti standar yang sama dalam SMS seperti informasi dibawah ini:
Minggu Epidemiologi ke berapa Nama unit pelapor
Jumlah kasus setiap penyakit yang melaporkan kasus pada minggu tersebut: Jumlah Total Kunjungan Pasien.
CONTOH PELAPORAN MENGGUNAKAN SMS
2,pustu sukoharjo,A10,B15,H3,T4,X110
Artinya:
Minggu epidemiologi ke 2, nama unit pelapor adalah pustu sukoharjo, jumlah kasus diare=
10, jumlah kasus malaria = 15, jumlah kasus tersangka Chikungunya = 3, jumlah kasus klaster
penyakit yang tidak lazim = 4, Jumlah kunjungan = 110
Entri Data dan Analisis
Aplikasi komputer akan diinstal di tingkat Kabupaten dan Propinsi yang dapat digunakan untuk melakukan entri data, membuat analisis sederhana, memunculkan alert atau peringatan, dan indikator baku serta laporan secara otomatis. Setiap puskesmas menyimpan format mingguan yang sudah diisi dan file menurut minggu dan bulan.
Indikator
Indikator akan dihitung secara otomatis oleh aplikasi. Aplikasi mengizinkan penghitung indikator laporan mingguan pada tingkat geografis yang berbeda seperti puskesmas, kecamatan, kabupaten/kota dan propinsi.
Jumlah kasus baru setiap penyakit menurut minggu Total Kunjungan
Proporsi Kesakitan
Insidence Rate setiap penyakit menurut minggu dan tingkat geografis Ketepatan waktu dari Puskesmas ke Kabupaten/Kota
Ketepatan waktu dari Kabupaten ke Propinsi
Kelengkapan laporan unit pelapor menurut Kabupaten/Kota dan Propinsi Nama fasilitas kesehatan yang melapor dan yang TIDAK melapor
Daftar alert (sinyal siaga) mingguan berdasarkan definisi nilai ambang batas
Nilai Ambang Batas Setiap Penyakit dalam Sistem
Merujuk pada lampiran 4 untuk spesifikasi setiap nilai ambang batas penyakit.
Monitoring Laporan
o Tingkat Kabupaten/Kota
Setiap Senin pagi, cek jika semua format dari puskesmas telah diterima. H ubungi fasilitas kesehatan yang belum mengirimkan informasi/laporan.
o Tingkat Propinsi
Setiap Selasa siang, cek jika semua format dari kabupaten/kota telah diterima. Hubungi petugas surveilans kabupaten/kota untuk mendapatkan informasi yang belum lengkap.
Umpan Balik
Seksi Surveilans Kabupaten/Kota dan Propinsi akan membuat ringkasan laporan mingguan (Bulletin Mingguan) termasuk:
o Alert (sinyal siaga)
o Informasi epidemiologi yang relevan
o Rekomendasi kegiatan yang dianjurkan untuk mengendalikan tersangka KLB. o Hasil kegiatan minggu sebelumnya untuk mengendalikan KLB.
Sistem Manajemen Rumor KLB
Petugas surveilans propinsi mengamati informasi tentang rumor KLB yang berasal dari media massa atau sumber lain. Setiap pagi petugas ini mencari berita di media massa (koran, internet, radio, TV) yang berada di wilayah propinsinya. Apabila ada rumor maka perlu dicatat dalam format (lampiran 6) dan mulai proses verifikasi rumor dengan meng hubungi Kabupaten/Kota.
Proses Pengumpulan Informasi Staf akan:
memindai website lokal setiap pagi dan salah satu propinsi tetangga untuk memeriksa setiap rumor
yang berhubungan dengan ancaman kesehatan masyarakat di propinsi.
Menghubungi secara aktif instansi/dinas seperti pertanian, peternakan, pengendalian air dan
sanitasi, keamanan makanan, dan lain-lain, jika ada informasi mengenai ancaman bagi kesehatan masyarakat.
Membuat jejaring informasi diantara media lokal, distribusi nomor hotline, merekap seluruh
informasi mengenai seluruh ancaman bagi kesehatan masyarakat.
Penyaringan Staf akan:
Melakukan kompilasi daftar rumor harian yang dikirim jam 10 pagi ke petugas surveilans propinsi. Ringkasan daftar rumor harian (lampiran 6) berupa informasi dibawah ini:
-
Kejadian-
Populasi Resiko-
Lokasi-
Waktu Kejadian-
Tanggal Kejadian diketahui-
Tanggal Verifikasi-
Kronologis Kejadian-
Status (sedang atau sudah verifikasi)Verifikasi
Setelah menerima daftar harian yang diduga merupakan rumor/kejadian penyakit, petugas surveilans propinsi melakukan koordinasi dengan tim dan menghubungi petugas surveilans kabupaten/kota untuk melakukan klarifikasi terhadap rumor/kejadian penyakit yang terdeteksi/didapatkan.
Pada hari itu juga petugas surveilans propinsi berusaha mendapatkan hasil dari verifikasi/investigasi terhadap rumor/kejadian penyakit dari petugas surveilans Kabupaten/Kota mengenai status kejadian (benar atau tidak rumor tersebut). Bila benar maka informasi yang harus dilengkapi sesuai dengan format Surveilans Terpadu Penyakit (STP) berbasis KLB (lampiran 7).
Kewaspadaan Dini dan Respon Unit Surveilans Kabupaten/Kota:
Unit Surveilans Kabupaten/Kota harus melakukan pemeriksaan setiap minggu terhadap seluruh laporan penyakit yang telah dientri dalam sistem aplikasi. Apabila ditemukan alart atau sinyal peringatan
terhadap suatu penyakit maka petugas kabupaten/kota menghubungi petugas puskesmas untuk melakukan klarifikasi terhadap sinyal tersebut.
Apabila hasil klarifikasi benar menunjukan sebagai KLB maka selanjutnya petugas surveilans kabupaten/kota menghubungi petugas laboratorium untuk mengambil spesimen dan memeriksa spesimen tersebut. Apabila Laboratorium Propinsi tidak memiliki kemampuan dalam melakukan pemeriksaan spesimen tertentu maka dapat meminta bantuan Laboratorium Rujukan Nasional.
Melaksanakan Investigasi Pendahuluan
Langkah pertama investigasi KLB adalah untuk melakukan konfirmasi KLB dan melihat besarnya masalah KLB tersebut. Tim propinsi dan kabupaten/kota akan bergabung dengan petugas dari Puskesmas dan memulai investigasi dan menemukan kasus secara aktif.
Setiap KLB diinvestigasi dengan menggunakan format PE KLB khusus sesuai dengan penyakitnya. Bila tidak tersedia format PE KLB khusus penyakit tertentu dapat menggunakan format PE KLB Umum (lihat lampiran 5). Semua informasi tentang kasus KLB tersebut dicatat dalam program spreed sheet (program microsoft excel). Kemudian melakukan analisa data diprogram seperti Epi Info atau Epi Data untuk menghasilkan analisis deskriptif menurut waktu, tempat dan orang.
Pada saat yang sama respon tim sebaiknya melakukan:
-
Rencana pengambilan sample klinis dan l ingkungan.Melakukan Tindakan Pengendalian Awal dengan segera meliputi:
-
Tatalaksana kasus-
Pengendalian infeksi-
Pencarian kontak kasus-
Pengendalian lingkungan-
Mobilisasi sosial-
Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada masyarakat Pemeriksaan Laboratorium
Setiap penyakit yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium yang tidak dapat dilakukan oleh puskesmas atau laboratorium tingkat kabupaten, maka Laboratorium propinsi berfungsi sebagai rujukan bagi setiap kabupaten/kota.
Stok media transport yang adekuat perlu disediakan di setiap kabupaten/kota.
Pedoman pengumpulan spesimen dan transportasi akan didistribusikan ke seluruh unit pelapor seperti pada Lampiran 8, 9, 10, dan 11.
Setiap petugas surveilans kabupaten/kota perlu memiliki daftar nama dan nomor telpon dari staf laboratorium unit khusus seperti bagian: Bakteriologi, Virologi, Serologi, Parasitologi, dan Toksikologi. Setiap saat spesimen dikumpulkan oleh petugas di la pangan perlu:
-
Membuat pengaturan lebih lanjut dengan penerima spesimen termasuk investigasi, keperluanuntuk ijin import jika ada transport ke luar negeri.
-
Membuat pengaturan lebih lanjut dengan pembawa agar yakin bahwa pengiriman akan diterimasesuai dengan alat transportasinya.
-
Perhatikan peraturan penerbangan domestik perihal Biosafety.-
Bahwa pengiriman (transport langsung jika mungkin) ditangani oleh perjalanan langsung, hindarikedatangan diakhir pekan bila mungkin, hindari perubahan dalam transport jika mungkin.
-
Siapkan dokumen yang perlu seperti syarat pengiriman, termasuk ijin bila diperlukan, berita acara,dan dokumen pengiriman.
-
Beritahukan kepada penerima spesimen di laboratorium perkiraan waktu kedatangan spesimen.Sebelum mengirim spesimen harus ada:
-
Perjanjian atau persetujuan telah dibuat antara pengirim, pembawa dan penerima.-
Konfirmasi dari laboratorium penerima bahwa si ap untuk menerima spesimen.-
Bila spesimen tiba di luar jam kerja, maka petugas laboratorium harus diberitahukan agar siapmenerima spesimen. Biosafety
Memberikan perlindungan terhadap pasien dan diri kita dari risiko terpapar/kontak dengan kuman pathogen merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Prinsipnya adalah harus “SELALU” menggunakan peralatan sekali pakai (disposible) dan tidak boleh digunakan lagi.
Misalnya pada kondisi di lapangan, jika anda merencanakan untuk mengambil sample dari pasien yang tidak dapat dibawa ke RS, cobalah membuat zona bersih untuk mengurangi ri siko terkontaminasi.
Tabel ini memberikan informasi tentang perlindungan diri dari kemungkinan terpapar/ kontak dengan kuman pathogen.
Tipe Penularan/
Transmisi Kondisi/ Situasi Alat Yang Digunakan Kontak Penulran dapat terjadi melalui kontak
langsung dengan pasien atau kontak dengan lingkungan pasien.
-
Sarung Tangan (Gloves)-
Baju Pelindung (Gown)Droplet Penularan dapat terjadi melalui droplet yang mengandung kuman penyakit dengan ukuran partikel partikel >5 micron, droplet dapat dihasilkan ketika mereka batuk, bersin atau berbicara.
-
Sarung Tangan (Gloves)-
Baju Pelindung (Gown)-
Masker-
Kaca mata (Gogle)Udara Penularan dapat terjadi melalui udara.
-
Sarung Tangan (Gloves)-
Baju Pelindung (Gown)-
Kaca mata (Gogle)-
Masker N95BAB II
PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL
Prosedur Pelaporan Data di setiap Tingkat Pelaksana 1. Pustu, Bidan Desa:
1) Setiap Sabtu dokter atau perawat/asisten kesehatan yang bertugas akan mengisi format mingguan berdasarkan buku register harian.
2) Sabtu mengirim format mingguan yang telah terisi kepada petugas surveilans di puskesmas melalui SMS dengan kode standar.
2. Puskesmas
1) Menerima SMS dari unit kesehatan (bidan, pustu, polindes, dan lain-lain) dan buat transkrip setiap SMS ke dalam format mingguan. Contoh: Bila ada 4 pustu atau bidan yang lapor melalui SMS maka puskesmas harus mengisi 4 format mingguan (1 format untuk masing-masing pustu/bidan)
2) Hubungi unit kesehatan yang tidak mengirimkan format mingguan tepat waktu
3) Siapkan format mingguan puskesmas yang berisi agregasi data dari puskesmas tersebut dan semua unit pelapor dibawahnya (seperti bidan/ pustu).
-
Tulis nomer urut format,-
Tulis nama Puskesmas/Pustu/Bidan, Kecamatan, dan Kabupaten/Kota-
Tulis Periode pelaporan dari hari Minggu tgl ... sampai Sabtu tgl ... ...-
Tulis Minggu Epidemiologi ke ...-
Isi jumlah kasus baru setiap penyakit sesuai dengan k asus yang ditemukan-
Apabila tidak ada kasus pada penyakit tertentu maka isi dengan angka nol.-
Isi jumlah kunjungan pada minggu laporan. Contoh: Bila ada 30 kasus baru penyakitdalam sistem ini dan ada 50 kunjungan penyakit lain maka i si jumlah kunjungan dengan angka 80.
4) Cek kemungkinan adanya kesalahan/error
5) Puskesmas jangan menunda mengirim laporan mingguannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
6) Simpan format mingguan dari semua unit pelapor (bidan /pustu) dan juga format mingguan agregat puskesmas menurut bulan dan minggu.
7) Kirim kopi format mingguan (agregat puskesmas) melalui SMS atau fax ke petugas surveilans kabupaten/kota.
3. Kabupaten/Kota
1) Menerima SMS atau fax dari semua puskesmas.
2) Bila puskesmas mengirim melalui SMS maka Kabupaten membuat transkrip ke dalam format mingguan.
3) Cek format mingguan dari kemungkinan adanya kesalahan.
4) Hubungi puskesmas yang tidak mengirimkan format mingg uan tepat waktu 5) Simpan format mingguan dari semua puskesmas menurut bulan dan minggu.
6) Masukan data format mingguan dari semua puskesmas mengg unakan aplikasi komputer. 7) Cek data yang telah dimasukan untuk melihat apakah ada kesalahan.
8) Buat backup file setiap minggu dan simpan di folder yang aman.
9) Kirim kopi format atau file elektronik ke petugas surveilans propinsi melalui email 10) Kabupaten jangan menunda mengirim laporan ke Dinas Kesehatan Propinsi.
11) Buat output laporan mingguan melalui aplikasi EWARS dan cek indikator kelengkapan dan ketepatan laporan.
13) Bila ada indikasi KLB, maka ambil dan kirim spesimen ke laboratorium rujukan sesuai SOP. 14) Diskusikan dengan LABORATORIUM hasil dari spesimen.
15) Buat bulletin mingguan dan mengirimkannya ke puskesmas. 4. Propinsi
1) Masukan data kedalam PC, import file elektronik yang dikirim oleh kabupaten/kota. 2) Cek data yang telah diimport.
3) Hubungi petugas kabupaten yang belum mengirimkan file tepat waktu atau kalau ada pertanyaan tentang data.
4) Cek bahwa kopi back up data telah dibuat dan simpan pada folder yang aman. 5) Diskusikan dengan LABORATORIUM hasil dari spesimen.
6) Membantu Kabupaten/Kota ketika terjadi KLB.
7) Kumpulkan semua file elektronik dari tiap kabupaten/kota dan kirim ke pusat (Subdit Surveilans dan Respon KLB melalui email ke alamat: ewars.pusat@gmail.com)
8) Membuat bulletin mingguan dan mengirimkannya ke Kabupaten/Kota. 5. Laboratorium Propinsi
1) Simpan alat-alat yang perlu untuk pengambilan spesimen dan pengiriman.
2) Pastikan bahwa peralatan untuk pengambilan spesimen dan pengiriman selalu tersedia 3) Lakukan pengambilan 2 sampel dari jenis spesimen yang sama ketika KLB atau adanya
sinyal/alert.
4) Cek label dan semua informasi yang diminta untuk masing-masing spesimen sesuai petunjuk. 5) 1 set sampel diperiksa/disimpan di laboratorium propinsi dan 1 set sampel dikirim ke
laboratorium pusat (rujukan).
6) Memberkan informasi segera kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Propinsi tentang hasil pemeriksaan laboratorium.
7) Simpan semua catatan analisa spesimen, tehnik, dan hasilnya.
8) Diskusikan hasil laboratorium propinsi dan pusat untuk kendali mutu.
Validasi Data:
o Puskesmas
Saat melengkapi format: cek bahwa kasus dilaporkan sesuai dengan definsi kasus dan hanya kasus baru yang dilaporkan.
Sebelum mengirimkan format ke kabupaten/kota cek bahwa semua informasi telah lengkap.
Saat menerima format pengumpulan data dari unit kesehatan lain (pustu, bidan desa, klinik swasta/privat, dan lain-lain)
Cek bahwa periode laporan benar.
Tulis nomor urut format mingguan.
Memastikan bahwa periode laporan adalah benar
Memastikan jumlah kasus yang dilaporkan untuk setiap penyakit
Apakah data penyakit tersebut wajar (contoh: kasus diare biasanya banyak tetapi hanya dilaporkan dalam jumlah kecil)
Apabila ada peningkatan jumlah kasus dari biasanya pastikan bahwa benar ada peningkatan kasus atau hanya merupakan kesalahan ketika menulis data (contoh: ada 10 kasus gigitan hewan penular rabies per minggu tetapi menulis 100 gigitan)
o Kabupaten/Kota
Apakah data penyakit tersebut wajar (contoh: kasus diare biasanya banyak tetapi hanya dilaporkan dalam jumlah kecil)
Apabila ada peningkatan jumlah kasus dari biasanya pastikan bahwa benar ada peningkatan kasus atau hanya merupakan kesalahan ketika menulis data (contoh: ada 10 kasus gigitan hewan penular rabies perminggu tetapi menulis 100 gigitan)
Lakukan entri data
Setelah menjalankan laporan mingguan, cek hasilnya (tabel, grafik dan peta) apakah ada kesalahan/ error.
Monitoring
Setiap bulan Kabupaten/Kota harus melakukan diskusi dengan semua puskesmas untuk membahas tentang sistem surveilans (pengumpulan data, pengiriman data, kualitas data, jumlah KLB dan lain-lain). Dalam sistem surveilans terdapat indikator kwalitatif dan kwantitatif:
-
Proporsi puskesmas yang melapor dalam satu kabupaten.-
Proporsi kabupaten yang melapor dalam satu propinsi.-
Ketepatan waktu penerimaan pada tingkatan Kabupaten/Kota-
Ketepatan waktu penerimaan pada tingkatan propinsi-
Kemampuan menerima-
Jumlah dari KLB yang terdeteksi-
Jumlah tindakan diambil berdasar pada analisis data. Evaluasi
Sistim ini akan dievaluasi setelah 6 bulan dalam kaitan dengan:
-
Keterwakilan-
Kemampuan menerima-
Kesederhanaan-
Ketepatan waktu-
Kegunaan-
Kepekaan-
Fleksibilitas KeterbatasanKeterbatasan dari sistem ini dapat terjadi apabila :
1) Adanya komunikasi dan pengiriman format mingguan yang terlambat akan memberikan dampak terhadap ketepatan dan kelengkapan laporan, serta deteksi dini KLB.
2) Adanya keterbatasan kapasitas pemeriksaan laboratorium. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan kapasitas dan peran laboratorium beserta jejaringnya dalam si stem surveilans dan pada saat KLB.
Kepemilikan data
Adalah pada masing-masing tingkat seperti dal am peraturan nasional seperti Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas Kesehatan Propinsi dan Kementerian K esehatan RI.
Lampiran 1
DAFTAR PRIORITAS PENYAKIT POTENSIAL KLB
1. Diare Akut
2. Malaria Konfirmasi
3. Tersangka Demam Dengue
4. Pneumonia
5. Diare Berdarah ATAU Disentri
6. Tersangka Demam Tifoid
7. Sindrom Jaundis Akut
8. Tersangka Chikungunya
9. Tersangka Flu Burung pada Manusia
10. Tersangka Campak
11. Tersangka Difteri
12. Tersangka Pertussis
13. AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)
14. Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
15. Tersangka Antraks
16. Tersangka Leptospirosis
17. Tersangka Kolera
18. Klaster Penyakit yang tidak lazim
19. Tersangka Meningitis/Ensefalitis
20. Tersangka Tetanus Neonatorum
21. Tersangka Tetanus
22. ILI (
Influenza Like Illness)
Lampiran 2
FORMAT LAPORAN MINGGUAN (W2)
Puskesmas/Pustu/Bidan* : ... Kecamatan : ... Kabupaten/Kota : ………...
Periode pelaporan dari Minggu tanggal ……/……/…….. sampai Sabtu tanggal ……/……/………. Minggu Epidemiologi ke-: ...
KODE SMS PENYAKIT JUMLAH KASUS BARU A Diare Akut
B Malaria Konfirmasi
C Tersangka Demam Dengue D Pneumonia
E Diare Berdarah ATAU Disentri F Tersangka Demam Tifoid G Sindrom Jaundis Akut H Tersangka Chikungunya
J Tersangka Flu Burung pada Manusia K Tersangka Campak
L Tersangka Difteri M Tersangka Pertussis
N AFP (Lumpuh Layuh Mendadak) P Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Q Tersangka Antraks
R Tersangka Leptospirosis S Tersangka Kolera
T Klaster Penyakit yang tidak lazim U Tersangka Meningitis/Ensefalitis V Tersangka Tetanus Neonatorum W Tersangka Tetanus
Y ILI (Influenza Like Illness) Z Tersangka HFMD
X TOTAL (JUMLAH KUNJUNGAN)**
* Pilih salah satu (puskesmas atau pustu atau bidan)
** adalah jumlah seluruh kunjungan pada minggu ini di unit pelayanan kesehatan Contoh penulisan SMS: 2,pustu sukoharjo,A10,B15,H3,T4,X110, artinya:
Minggu epidemiologi ke 2, nama unit pelapor adalah pustu sukoharjo, jumlah kasus diare= 10, jumlah kasus malaria = 15, jumlah kasus tersangka Chikungunya = 3, jumlah kasus klaster penyakit yang tidak lazim = 4, Jumlah kunjungan = 110
Lampiran 3
KODE
SMS PENYAKIT DEFINISI
A Diare Akut Pada dewasa: BAB (defekasi) dengan tinja lembek AT AU setengah cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari ATAU dapat berbentuk cair saja.
Pada anak: BAB yang frekuensinya le bih sering dari biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih per hari dengan konsistensi cair DAN berlangsung kurang dari 7 hari).
Pada neonatus yang mendapat ASI: diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi lebih sering (biasanya 5-6 kali per hari) dengan konsistensi cair.
B Malaria Konfirmasi Penderita yang di dalam tubuhnya ada plasmodium atau parasit malaria DAN dibuktikan dengan RDT ( Rapid Diagnostic Test ) positif DAN/ATAU pemeriksaan Mikroskopis positif.
C Tersangka Demam Dengue
Demam mendadak tanpa sebab yang jelas 2 -7 hari, mual, muntah, sakit ke pala, nyeri dibelakang bola mata (nyeri retro orbital ), nyeri sendi, dan adanya manifestasi perdarahan sekurang-kurangnya uji torniquet positif. D Pneumonia Pada usia <5 thn ditandai dengan batuk DAN/ATAU tanda kesulitan bernapas (adanya nafas cepat, kadang
disertai tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (TDDK) atau gambaran radiologi foto torak menunjukan infiltrat paru akut), frekuensi nafas berdasarkan usia penderita:
• <2 bulan: 60/menit • 2-12 bulan: 50/menit • 1-5 tahun: 40/menit
Pada usia >5thn ditandai dengan demam ≥ 38°C, batuk DAN/ATAU kesulitan bernafas, dan nyeri dada saat menarik nafas
E Diare Berdarah ATAU Disentri
Diare dengan darah disertai ATAU tidak disertai dengan lendir dalam tinja, dapat juga disertai dengan adanya tenesmus.
F Tersangka Demam Tifoid Dengan anamnesis pemeriksaan fisik didapatkan gejala demam, gangguan saluran cerna dan tanda gangguan kesadaran.
G Sindrom Jaundice Akut Gejala penyakit yang timbul secara mendadak (< 14 hari) ditandai dengan kulit dan sklera berwarna ikterik/kuning dan urine berwarna gelap
H Tersangka Chikungunya Demam mendadak diatas 38,5 derajat celcius dan nyeri sendi yang hebat dapat disertai adanya ruam. J Tersangka Flu Burung
pada Manusia
ILI dengan kontak unggas sakit atau mati mendadak, produk unggas ATAU leukopenia ATAU pneumonia.
K Tersangka Campak Demam >38°C selama 3 hari atau lebih disertai bercak kemerahan berbentuk makulopapular, disertai salah satu gejala batuk, pilek ATAU mata merah (konjungivitis)
L Tersangka Difteri Panas >38°C, sakit menelan, sesak napas disertai bunyi (stridor) dan ada tanda selaput putih keabu-a buan (pseudomembran) di tenggorokan dan pembesaran kelenjar leher.
M Tersangka Pertussis Batuk lebih dari 2 minggu disertai dengan batuk yang khas (terus-menerus/ paroxysmal), napas dengan bunyi “whoop” dan kadang muntah setelah batuk.
N AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)
Kasus lumpuh layuh mendadak, BUKAN disebabkan oleh ruda paksa/ trauma pada anak < 15 tahun.
P Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
Kasus gigitan hewan (Anjing, Kucing, Tupai, Monyet, Kelelawar) yang dapat menularkan rabies pada manusia . ATAU
Kasus dengan gejala Stadium Prodromal (demam, mual, malaise/lemas), atau kasus dengan gejala Stadium Sensoris (rasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka, c emas dan reaksi berlebihan terhadap ransangan sensorik).
Q Tersangka Antraks (1). Antraks Kulit (Cutaneus Anthrax ); Papel pada inokulasi, rasa gatal tanpa disertai rasa sakit, 2-3 hari vesikel berisi cairan kemerahan, haemoragik menjadi jaringan nekrotik, ulsera ditutupi kerak hitam, kering, Eschar (patognomonik), demam, sakit kepala dan pembengkakan kelenjar limfe regional
(2). Antraks Saluran Pencernaan (Gastrointestinal Anthrax ); Rasa sakit perut hebat, m ual, muntah, tidak nafsu makan, demam, konstipasi, gastroenteritis akut ka dang disertai darah, hematemesis, pembesaran kelenjar limfe daerah inguinal, perut membesar dan keras, asites dan oedem scrotum, melena.
(3). Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax ); Gejala klinis antraks paru-paru sesuai dengan tanda-tanda bronchitis. Dalam waktu 2-4 hari gejala semakin berkembang dengan gangguan respirasi berat, demam, sianosis, dispnue, stridor, keringat berlebihan, detak jantung meningkat, nadi lemah dan cepat. Kematian biasanya terjadi 2-3 hari setelah gejala klinis timbul.
R Tersangka Leptospirosis Pasien dengan gejala demam < 9 hari dengan suhu > 38 derajat Celcius disertai gejala khas conjunctival suffusion (radang pada konjungtiva), nyeri betis, jaundis/ikterik/kuning.
S Tersangka Kolera Penderita menjadi dehidrasi berat karena diare akut cair secara tiba-tiba (biasanya disertai muntah dan mual), tinjanya cair seperti air cucian beras.
T Klaster Penyakit yang tidak lazim
Didapatkan tiga atau lebih kasus/kematian dengan gejala sa ma di dalam satu kelompok masyarakat/ d esa dalam satu periode waktu yang sama (lebih kurang 7 hari), yang tidak dapat dimasukan ke dalam d efinisi kasus penyakit yang lain.
U Tersangka
Meningitis/Ensefalitis
Panas > 38°C mendadak, sakit kepala, kaku k uduk, kadang disertai penurunan kesadaran dan muntah. Pada anak < 1 tahun ubun-ubun besar cembung.
Lampiran 4
NILAI AMBANG BATAS PENYAKIT DALAM SISTEM
PENYAKIT
Nilai Ambang
1. Diare Akut
Peningkatan Kasus
2. Malaria Konfirmasi
Peningkatan Kasus
3. Tersangka Demam Dengue
Peningkatan Kasus
4. Pneumonia
Peningkatan Kasus
5. Diare Berdarah ATAU Disentri
Peningkatan Kasus
6. Tersangka Demam TifoidPoisson
7. Sindrom Jaundis Akut
Poisson
8. Tersangka ChikungunyaPoisson
9. Tersangka Flu Burung pada Manusia1 kasus
10. Tersangka Campak1 kasus
11. Tersangka Difteri1 kasus
12. Tersangka Pertussis1 kasus
13. AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)1 kasus
14. Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies1 kasus
15. Tersangka Antraks1 kasus
16. Tersangka Leptospirosis1 kasus
17. Tersangka Kolera1 kasus
18. Klaster Penyakit yang tidak lazim3 kasus
19. Tersangka Meningitis/EnsefalitisPoisson
20. Tersangka Tetanus Neonatorum1 kasus
21. Tersangka Tetanus1 kasus
22. ILI (Influenza Like Illness)
Peningkatan Kasus
23. Tersangka HFMD
1 kasus
Keterangan:
-
Poisson adalah nilai ambang batas yang mengikuti distribusi diskrit yang mengestimasi
probabilitas munculnya suatu keluaran dalam suatu standar unit tertentu sebanyak x kali,
dimana rata-rata kemunculan keluaran tersebut per unitnya konstan sebesar l. Standar unit ini
dapat berupa interval waktu (menit, detik, hari, bulan, dan lain-lain) atau luas daerah tertentu.
Pada nilai ambang ini, angka kemaknaan sinyal kasus mengikuti nilai p < 0,05, artinya bila
kriteria kasus lebih kecil dari nilai ambang, maka nilai alert akan lebih bermakna.
-
Peningkatan Kasus adalah adanya peningkatan jumlah kasus lebih dari 1,5 kali dari periode
Lampiran 5
FORMAT PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI UMUM
Kabupaten/Kota :……… Kecamatan : ...………. Desa : ………... Nama Puskesmas/ RS/ Unit Pelayanan Kesehatan : ………... ...
Tanggal : …../……/…….
Nama Petugas : ……….
Tersangka Penyakit / Sindrom : Berikan tanda (
Gejala dan Tanda yang timbul : Berikan tanda (
[ ] Tersangka Kolera [ ] Diare Akut
[ ] Diare Akut Berdarah (Disentri) [ ] Sindrom Jaundis Akut
[ ] Tersangka Leptospirosis
[ ] Tersangka Meningitis / Ensefalitis [ ] Pneumonia
[ ] Tersangka Flu Burung [ ] Tersangka Difteri [ ] Tersangka Campak
[ ] Tersangka Demam Tifoid [ ] Tersangka Malaria
[ ] Tersangka Demam Dengue [ ] Tersangka Demam Chikungunya [ ] Influenza Like Illness (ILI)
[ ] Tersangka Antraks
[ ] Klaster Penyakit yang Tidak Lazim [ ] Lumpuh Layuh Mendadak (AFP) [ ] Tersangka Tetanus
[ ] Tetanus Neonatorum (TN) [ ] Gigitan Hewan Penular Rabies [ ] Tersangka HFMD
[ ] Lainnya ( sebutkan ) :
[ ] BAB lembek
[ ] BAB cair seperti cucian beras [ ] BAB Berdarah/ lendir
[ ] Demam [ ] Hipothermia [ ] Kemerahan (rash) [ ] Lesi Kulit Lainnya [ ] Batuk
[ ] Napas berbunyi (stridor) [ ] Dispnea (sulit bernapas) [ ] Muntah
[ ] Jaundis (mata kuning, kulit kuning)
[ ] Conjunctival Suffosion (peradangan khas konjungtiva) [ ] Kaku kuduk
[ ] Kejang [ ] Koma
[ ] Kelemahan Otot/ lumpuh anggota gerak
[ ] Peningkatan Sekresi cairan (contoh : berkeringat ) [ ] Perdarahan Gusi [ ] Ptekhie [ ] Mimisan [ ] Konjungtivitis [ ] Sakit kepala [ ] Lain-Lain (sebutkan):
Data Kasus Nomor
Kasus:
Usia Alamat Jenis Kelamin Tanggal Onset (dd/mm/YY) Jenis Spesimen yang diambil (*) Terapi yang diberikan Kondisi Sekarang (**) Diagnosis
* Jenis Spesimen yang diambil : D=darah , T= Tinja , LCS= Liquor serebro Spinal , U=Urine, L= Lainnya (sebutkan )
**Kondisi Sekarang: S= Sakit, P= Pemulihan, M= Meninggal
Dari Kejadian Penyakit yang tak diketahui sebabnya atau tidak lazim di wilayah tersebut, beberapa pertanyaan berikut dapat dijadikan acuan untuk pelacakan. Daftar pertanyaan dapat dikembangkan sesuai kondisi di lapangan.
Pertanyaan:
A. Gambaran Klinis dan Definisi Kasus
1. Apa saja informasi dari gambaran klinis yang mengarah kepada suatu definisi kasus? Tolong Jelaskan :
2. Berapa lama waktu dari awal gejala sampai mengalami sakit?
B. Epidemiologi
1. Uraikan dari golongan umur dan jenis kelamin apa yang ada dalam daftar kasus?
2. Apa gambaran distribusi geografis dari kasus dalam kelompok rumah, tempat kerja, tempat makan, dan sumber air ?
3. Adakah kelompok yang spesifik?
C. Sumber yang memungkinkan
1. Apakah ada merk tertentu dari makanan ( seperti tepung, gula, garam, minyak makan dan lainnya), minuman obat yang digunakan oleh mayoritas kasus atau asal dari produk apakah dari distri butor tunggal atau dari pabrik?
2. Adakah kasus makanan yang dimakan bersama sudah di kumpulkan di tempat tersebut seperti buah, sayur mayor, ikan, dan jamur?
3. Adakah sumber air yang dipakai bersama?
4. Adakah obat-obat tradisional tertentu yang digunakan oleh mayori tas kasus?
5. Adakah pestisida yang digunakan dilokasi tersebut? Jika ada, pestisida apa dan untuk maksud apa digunakan?
24 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon
Lampiran 6
FORMAT SISTEM MANAJEMEN RUMOR KLB
KEJADIAN PENYAKIT
POPULASI
RISIKO LOKASI WAKTU KEJADIAN
TGL LAPORAN DITERIMA KRONOLOGIS KEJADIAN TGL MULAI VERIFIKASI STATUS: 1) DLM PROSES VERIFIKASI 2) TELAH VERIFIKASI Lampiran 7
SURVEILANS TERPADU PENYAKIT BERBASIS KLB
PROVINSI : TAHUN : KAB/KOTA : BULAN : No. Jenis Penyakit Tempat Kejadian
Tanggal Kejadian Golongan Umur (tahun) Total Jumlah
Populasi Rentan
Keterangan Mulai Akhir Diketahui Ditanggulangi 0-7 hr 8-28 hr <1 1-4 5-9 10-14 15-19 20-44 45-54 55-69 70+ L P Kasus Meninggal (hasil lab,data
khusus dsb) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 20 21 22 23 24 25
Keterang an : Tempat kejadian adalah Kab/Kota, puskesmas, Desa/Kelurahan,Tempat khusus
..., ... / ... / ... Kepala Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota,
pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 25
Lampiran 7
SURVEILANS TERPADU PENYAKIT BERBASIS KLB
PROVINSI : TAHUN : KAB/KOTA : BULAN : No. Jenis Penyakit Tempat Kejadian
Tanggal Kejadian Golongan Umur (tahun) Total Jumlah
Populasi Rentan
Keterangan Mulai Akhir Diketahui Ditanggulangi 0-7 hr 8-28 hr <1 1-4 5-9 10-14 15-19 20-44 45-54 55-69 70+ L P Kasus Meninggal (hasil lab,data
khusus dsb) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 20 21 22 23 24 25
Keterang an : Tempat kejadian adalah Kab/Kota, puskesmas, Desa/Kelurahan,Tempat khusus
..., ... / ... / ... Kepala Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota,
... NIP.
Lampiran 8
MANAJEMEN SPESIMEN PENYAKIT KE LABORATORIUM
Menetapkan diagnosa penyakit menular adalah penting. Hasil laboratorium digunakan untuk:
Mendiagnosa suatu penyakit Memantau hasil pengobatan
Memverifikasi penyebab (etiologi) dari suatu KLB yang dicurigai.
Spesimen-spesimen KLB harus dikumpulkan dan dikirim ke laboratorium dengan memperhatikan persyaratan sebagai berikut :
Prosedur pengambilan dilakukan dengan cara yang benar dan aman (memperhatikan universal
precaution)
Spesimen disimpan di dalam wadah dan media transport yang sesuai.
Spesimen dijaga di dalam suatu cakupan temperatur yang spesifik dan dilakukan pengiriman ke
laboratorium sesegera mungkin.
Spesimen KLB yang tiba di laboratorium harus memenuhi syarat pengiriman yang baik dan benar dengan memperhatikan stabilitas spesimen. Kondisi spesimen yang diterima oleh l aboratorium sangat berpengaruh
Lampiran 8
MANAJEMEN SPESIMEN PENYAKIT KE LABORATORIUM
Menetapkan diagnosa penyakit menular adalah penting. Hasil laboratorium digunakan untuk:
Mendiagnosa suatu penyakit Memantau hasil pengobatan
Memverifikasi penyebab (etiologi) dari suatu KLB yang dicurigai.
Spesimen-spesimen KLB harus dikumpulkan dan dikirim ke laboratorium dengan memperhatikan persyaratan sebagai berikut :
Prosedur pengambilan dilakukan dengan cara yang benar dan aman (memperhatikan universal
precaution)
Spesimen disimpan di dalam wadah dan media transport yang sesuai.
Spesimen dijaga di dalam suatu cakupan temperatur yang spesifik dan dilakukan pengiriman ke
laboratorium sesegera mungkin.
Spesimen KLB yang tiba di laboratorium harus memenuhi syarat pengiriman yang baik dan benar dengan memperhatikan stabilitas spesimen. Kondisi spesimen yang diterima oleh l aboratorium sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Laboratorium harus dapat memastikan bahwa hasil pemeriksaan yang dilakukan berkualitas dan dapat dipercaya.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hasil uji di laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium yang tidak berkualitas menyebabkan terjadinya kesulitan dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan. Beberapa faktor penyebab ketidak tepatan hasil laboratorium antara lai n:
Spesimen serum yang dikirim telah mengalami hemolisis
Spesimen yang telah diambil tidak segera dikirim ke laboratorium dan tidak disimpan pada suhu yang
dipersyaratkan (suhu dingin), hingga menyebabkan terjadinya pertumbuhan mikroorganisme secara cepat.
Sarana penyimpanan tidak adekuat sehingga menyebabkan kelangsungan hidup organisme atau
antibodi menjadi berkurang.
Spesimen tidak dibiakan pada media dan reag en yang tepat. Adanya kontaminasi dari lingkungan/wadah yang digunakan
Jika semua persyaratan dalam pengambilan, penyimpanan, pengiriman dan prosedur pemeriksaan laboratorium telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman, maka hasil pemeriksaan laboratorium akan dapat memberikan jawaban terhadap penyebab suatu KLB yang dicurigai. Jika ternyata hasil pemeriksaan laboratorium negatif maka dapat dilakukan pengujian ulang untuk memastikan hasil diagnosis.
Tabel referensi pada halaman berikut ini adalah daftar tes laboratorium yang dianjurkan untuk konfirmasi penyakit dan kondisinya. Tabel berikut berisi informasi tentang:
Jenis pemeriksaan laboratorium untuk menentukan suatu penyebab penyakit (KLB) Jenis spesimen yang dikumpulkan
Waktu pengumpulan spesimen
Prosedur mempersiapkan, menyimpan dan mengirimkan spesimen ke laboratorium Waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan laboratorium
Sumber/referensi sebagai informasi tambahan
Tabel konfirmasi pemeriksaan laboratorium ini dapat digunakan sebagai acuan bagi petugas terkait, ketika terjadi KLB atau penyakit lain yang dicurigai.
pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 27
Lampiran 9
TABEL TES DIAGNOSIS DAN MANAJEMEN SPESIMEN BEBERAPA PENYAKIT DI LABORATORIUM
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan
Cara Penyiapan, Penyimpanan dan
Pengiriman
Hasil
Acute flaccid paralysis (Suspected polio)
REFERENCE:
WHO global action plan for laboratory containment of wil d polio viruses. WHO/V&B/99.32, Geneva, 1999
Manual for the virological investigation of polio WHO/EPI/GEN/97.01 Geneva, 1997
Isolasi virus polio Stool (tinja)
Note: Jika tdk ada specimen yang dikumpulkan, evaluasi pasien setelah 60 hari untuk konfirmasi klinis polio (AFP)
Ambil sample dari setiap kasus suspek AFP.
Ambil specimen pertama waktu investigasi kasus.
Ambil specimen kedua pada pasien yg sama 24 s/d 48 jam kemudian.
Letakan tinja, masukan kedalam container/wadah yg tdk bocor, beri label secara jelas.
Segera tempatkan dalam kulkas atau coldbox tdk dignakan untuk menyimpan vaksin atau obat.
Kirim specimen, sampai di lab polio dalam waktu kurang dari 72 jam.
Bila tertunda, spesimen tdk terkirim dlm jangka 72 jam, bekukan spesimen pada suhu minus 20oC atau lebih dingin. Kemudian kirim spesimen dgn dry ice atau cold packs juga beku pada suhu -20oC or lbh dingin.
Hasil tes awal umumnya tersedian antara 14-28 hari setelah spesime diterima lab.
Bila virus polio l iar ditemukan, maka program nasional segera membuat rencana aksi yg tepat.
Kolera Isolate V. cholerae dari kultur tinja dan menentukanseroipe O1 menggunakan polyvalent antisera untuk V. cholerae O1.
Jika diinginkan,
mengkonfirmasikan identifikasi dengan Inaba dan Ogawa antisera. Jika spesimen bukanlah serotypable, mempertimbangkan; menganggap, V.cholerae O139 (lihat catatan di kolom hasil).
Tinja cair atau rectal swab
Air minum atau air bersih
Kumpulkan contoh tinja dari kasus suspek kolera pertama. Jika lebih dari satu suspek, kumpulkan spesimen 5 sampai 10 kasus. Kumpulkan tinja menurut definisi berikut:
serangan di dalam 5 hari yang terakhir, dan
sebelum pemberian antibiotik dimulai
Jangan menunda perawatan pasien yang mengalami dehidrasi. Spesimen-spesimen itu bisa dikumpulkan setelah rehidrasi (ORS atau IV t herapy) sudah mulai.
Letakan spesimen (tinja atau rectal swab) di suatu kontainer yang tahan bocor , bersih, dan steril kirim ke laboratorium dalam waktu 2 jam.
Jika penundaan diperkirakan lebih dari 2 jam, letakan tinja atau rektal swab ke dalam medium transport Cary-Blair. Jika medium pengangkut Cary-Blair tidak tersedia, dan spesimen tidak akan menjangkau laboratorium dalam 2 jam maka:
Simpan pada suhu 4°C - 8°C
Jangan biarkan spesimen mengering. Tambahkan sedikit 0,85% NaCl jika perlu.
Untuk pengiriman, transport
Tes Kolera mungin tidak secara rutin dilaksanakan oleh semua laboratorium.
Hasil kultur biasanya 2 sampai 4 hari setelah spesimen sampai di laboratorium.
Medai transport Cary-Blair biasanya dalam kondisi stabil dan baik dalam waktu satu tahun setelah persiapan. Tidak diperlukan pendinginan (lemari es) jika kontainer dalam kondisi steril dan tersegel. Jika warna berubah (medium menguning) atau mengkerut (mengering), jangan gunakan media itu.
serotipe O139 belum dilaporkan di Afrika dan hanya jika beberapa
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan
Cara Penyiapan, Penyimpanan dan
Pengiriman
Hasil
REFERENCE:
“Laboratory Methods for the Diagnosis of Epidemic Dysentery and Cholera”. CDC/WHO, 1999
CDC, Atlanta, GA, USA Lakukan pengambilan sampel air dari daerah sekitar terjadinya kasus/suspek
dalam kondisi baik dan kontainer tahan bocor
Transport Kontainer dalam Cold Box pada suhu 4°C - 8°C
Gunakan media Pepton Water dan lakukan pengiriman seperti prosedur diatas
tempat di dalam Asia barat daya. Penentuan Serological Ogawa atau Inaba tidak secara klinis diperlukan. Ini juga tidak dibutuhkan jika hasil dari polyvalent antisera adalah positif secara jelas.
Diare Berdarah (Shigella dysenteriae jenis 1) dan shigellae lain
Catatan: SD1 infeksi/peradangan bersifat mudah mewabah dan yang dihubungkan dengan tingkat tingginya terhadap k etahanan antibiotik. SD1 adalah shigella paling signifikan karena dapat menyebabkan tingkat kematian yang cukup tinggi pada usia muda maupun tua. Hal ini disebabkan karena bakteri ini dapat berasosiasi dengan sindrom uremic yang hemolytic (HUS).
ACUAN:
- Metoda-metoda Laboratorium untuk Diagnosis dari Epidemic Dysentery dan Cholera". CDC/WHO, 1999 CDC, Atlanta, GA, AS
Isolasikan Shigella dysenteriae jenis 1 (SD1) di dalam kultur untuk
mengkonfirmasikan KLB shigella Jika SD1 telah konfirmasi, lakukan uji kepekaan antibiotik dengan obat yang sesuai.
Stool or rectal swab. Kumpulkan sampel ketika terjadi suspek KLB. Kumpulkan tinja dari 5-10 pasien yang mempunyai diare berdarah dan:
Onset di dalam 4 hari yang terakhir, dan
Sebelum pengobatan antibiotik diberikan.
Ambil/kumpulkan spesimen tinja dalam wadah yang kering dan steril. Hindari terjadinya kontaminasi oleh material lain. Ambil spesimen tinja pada bagian yang berdarah atau berlendir.
Jika stool tidak bisa dikumpulkan, maka dapat dilakukan pengambilan spesimen rectal swab dengan menggunakan lidi kapas steril.
Tempatkan stool swab atau rectal swab dalam media transport Cary-Blair. Segera kirim ke laboratorium.
Jika media transport Cary-Blair tidak tersedia, kirim sample ke laboratorium dalam waktu 2 jam dalam wadah yang bersih,
kering dengan penutup yang kuat. Spesimen tidak dipelihara di Cary-Blair secara signifikan akan mengurangi shigellae setelah 24 jam.
Jika ruang simpan diperlukan, gunakan temperatur penyimpanan 4oC s.d 8oC. Hindari penyimpanan pada temperatur beku
Hasil kultur biasanya tersedia 2 sampai 4 hari setelah diterima oleh laboratorium. Jika ditemukan Isolat SD1 lanjutkan dengan uji kepekaan antibiotik.
Setelah konfirmasi awal 5-10 kasus dalam KLB, sampel kasus diperiksa hanya dalam jumlah sampai KLB berakhir. Lihat pada petunjuk penyakit spesifik di Section 8 untuk informasi tambahan tentang potensi yang mewabah dari Shigella dysenteriae 1
28 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan
Cara Penyiapan, Penyimpanan dan
Pengiriman
Hasil
REFERENCE:
“Laboratory Methods for the Diagnosis of Epidemic Dysentery and Cholera”. CDC/WHO, 1999
CDC, Atlanta, GA, USA Lakukan pengambilan sampel air dari daerah sekitar terjadinya kasus/suspek
dalam kondisi baik dan kontainer tahan bocor
Transport Kontainer dalam Cold Box pada suhu 4°C - 8°C
Gunakan media Pepton Water dan lakukan pengiriman seperti prosedur diatas
tempat di dalam Asia barat daya. Penentuan Serological Ogawa atau Inaba tidak secara klinis diperlukan. Ini juga tidak dibutuhkan jika hasil dari polyvalent antisera adalah positif secara jelas.
Diare Berdarah (Shigella dysenteriae jenis 1) dan shigellae lain
Catatan: SD1 infeksi/peradangan bersifat mudah mewabah dan yang dihubungkan dengan tingkat tingginya terhadap k etahanan antibiotik. SD1 adalah shigella paling signifikan karena dapat menyebabkan tingkat kematian yang cukup tinggi pada usia muda maupun tua. Hal ini disebabkan karena bakteri ini dapat berasosiasi dengan sindrom uremic yang hemolytic (HUS).
ACUAN:
- Metoda-metoda Laboratorium untuk Diagnosis dari Epidemic Dysentery dan Cholera". CDC/WHO, 1999 CDC, Atlanta, GA, AS
Isolasikan Shigella dysenteriae jenis 1 (SD1) di dalam kultur untuk
mengkonfirmasikan KLB shigella Jika SD1 telah konfirmasi, lakukan uji kepekaan antibiotik dengan obat yang sesuai.
Stool or rectal swab. Kumpulkan sampel ketika terjadi suspek KLB. Kumpulkan tinja dari 5-10 pasien yang mempunyai diare berdarah dan:
Onset di dalam 4 hari yang terakhir, dan
Sebelum pengobatan antibiotik diberikan.
Ambil/kumpulkan spesimen tinja dalam wadah yang kering dan steril. Hindari terjadinya kontaminasi oleh material lain. Ambil spesimen tinja pada bagian yang berdarah atau berlendir.
Jika stool tidak bisa dikumpulkan, maka dapat dilakukan pengambilan spesimen rectal swab dengan menggunakan lidi kapas steril.
Tempatkan stool swab atau rectal swab dalam media transport Cary-Blair. Segera kirim ke laboratorium.
Jika media transport Cary-Blair tidak tersedia, kirim sample ke laboratorium dalam waktu 2 jam dalam wadah yang bersih,
kering dengan penutup yang kuat. Spesimen tidak dipelihara di Cary-Blair secara signifikan akan mengurangi shigellae setelah 24 jam.
Jika ruang simpan diperlukan, gunakan temperatur penyimpanan 4oC s.d 8oC. Hindari penyimpanan pada temperatur beku
Hasil kultur biasanya tersedia 2 sampai 4 hari setelah diterima oleh laboratorium. Jika ditemukan Isolat SD1 lanjutkan dengan uji kepekaan antibiotik.
Setelah konfirmasi awal 5-10 kasus dalam KLB, sampel kasus diperiksa hanya dalam jumlah sampai KLB berakhir. Lihat pada petunjuk penyakit spesifik di Section 8 untuk informasi tambahan tentang potensi yang mewabah dari Shigella dysenteriae 1
HIV ELISA untuk HIV atau
Lihat pada Petunjuk Program Nasional HIV/AIDS untuk uji diagnosis yang direkomendasikan
Serum Peroleh spesimen menurut strategi program nasional HIV/AIDS untuk klinis atau epidemiological sampling.
Gunakan universal precution untuk memperkecil pajanan terhadap benda tajam dan cairan tubuh apapun.
Untuk ELISA:
Ambil/kumpulkan 10 ml dari darah vena.
Biarkan darah dalam tabung selama 30 menit supaya terjadi
Tes HIV sangat diatur dengan kendali yang tegas untuk release informasinya. Hasil lab biasanya tersedia setelah satu minggu sejak sampel tiba di laboratorium.
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan
Cara Penyiapan, Penyimpanan dan
Pengiriman
Hasil
REFERENCE:
Guidelines for Second Generation HIV Surveillance, WHO and UNAIDS, 2000
WHO/CDC/CSR/EDC/2000.5
penggumpalan, selanjutnya darah di sentrifuse untuk memisahkan serum dari sel darah.
Secara aseptik tuangkan serum ke dalam tabung bersekrup dan steril.
Simpan Serum pada suhu 4oC
Kirim sampel serum menggunakan pengemasan yang sesuai untuk mencegah kerusakan atau kebocoran. Lepra Konfirmasi laboratorium rutin
untuk surveilans tidak diperlukan Malaria
Referensi:
“Basic Laboratory Methods in Medical Parasitology” WHO, Geneva, 1991
X Adanya parasit dalam sediaan darah untuk kasus suspek X Hematokrit atau hemoglobin
untuk suspek malaria pada anak-anak 2 bulan sampai 5 tahun.
Darah
Biasanya diambil dari pembuluh kapiler di jari.
Pada bayi/balita pengambilan sampel darah dapat dilakukan pada tungkai atau tempat lainnya
Untuk Blood Smear : persiapkan film sediaan darah untuk semua kasus yang dicurigai pada fasilitas rawat inap, atau menurut petunjuk manajemen kasus malaria nasional Untuk hematokrit atau hemoglobin:
Dalam pengaturan pasien rawat inap, lakukan uji laboratorium bagi pasien dengan anemia berat
Untuk Blood Smear: Ambil/kumpulkan darah secara langsung, benar, bersih dan beri label slide mikroskop dan lakukan usap tebal dan tipis.
Biarkan usapan mengering secara menyeluruh.
Gunakan pewarnaan dengan teknik yang sesuai.
Simpan stained dan slide dikeringkan secara menyeluruh pada suhu-kamar, hindari cahaya matahari langsung. Untuk hematokrit atau hemoglobin:
Kumpulkan spesimen menurut petunjuk nasional.
Hasil usap tebal dan tipis tersedia pada hari yang sama sebagai persiapan.
Pemeriksaan mikroskop slide malaria dapat juga
mengungkapkan adanya parasit lain dalam darah.
Perhatikan mutu Giemsa yang digunakan
Campak
Referensi:
WHO Guidelines for Epidemic Preparedness and Response to Measles Outbreaks
Adanya IgM antibody virus campak dalam serum
Serum Ambil/Kumpulkan sampel darah 5 suspek campak saat KLB campak (biasanya lebih dari 5 kasus dalam kabupaten/kota dalam satu bulan) Di Negara dalam fase eliminasi:
Ambil/Kumpulkan spesimen setiap ada suspek kasus
Untuk anak-anak, kumpulkan 1 sampai 5 ml dari darah vena. Kumpulkan ke dalam suatu tabung reaksi, pipa kapiler atau microtainer.
Pisahkan sel darah dari serum: Biarkan darah selama 30
Spesimen sebaiknya sampai di laboratorium dalam 3 hari s etelah diambil/dikumpulkan.. Hasil lab biasanya tersedia setelah 7 hari.