• Tidak ada hasil yang ditemukan

permendagri-no-111-th-2014-pedoman-teknis-peraturan-di-desa.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "permendagri-no-111-th-2014-pedoman-teknis-peraturan-di-desa.pdf"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MENTERI DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 111 TAHUN 2014 NOMOR 111 TAHUN 2014

 TENTANG  TENTANG

PEDOMAN TEKNIS PERATURAN DI DESA PEDOMAN TEKNIS PERATURAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Menimbang : : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 89 Peraturanbahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 89 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Desa perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa;

tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa; Mengingat

Mengingat : : 1.1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang KementerianUndang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 1

Nomor 166, Tambahan 66, Tambahan Lembaran Negara Lembaran Negara Republik Republik IndonesiaIndonesia Nomor 4916);

Nomor 4916); 2.

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (LembaranUndang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 3.

3. Peraturan Pemerintah RepubliPeraturan Pemerintah Republik Indonesia Nok Indonesia Nomor 43 Tmor 43 Tahunahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6  Tahun

 Tahun 2014 2014 tentang tentang Desa Desa (Lembaran (Lembaran Negara Negara RepublikRepublik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123);

Indonesia Tahun 2014 Nomor 123); MEMUTUSKAN:

MEMUTUSKAN: Menetapkan

Menetapkan : : PERATURAN PERATURAN MENTERI MENTERI DALAM DALAM NEGERI NEGERI TENTANG TENTANG PEDOMANPEDOMAN  TEKNIS PERATURAN DI DESA.

 TEKNIS PERATURAN DI DESA.

BAB I BAB I KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1.

1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(2)

2.

2. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan danPemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kesatuan Republik Indonesia. 3.

3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lainPemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 4.

4. Badan Permusyawaratan Badan Permusyawaratan Desa atau Desa atau yang disebut yang disebut dengan nama dengan nama lain, lain, yangyang selanjutnya

selanjutnya disebut disebut BPD BPD adalah adalah lembaga lembaga yang yang melaksanakan melaksanakan fungsifungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.

berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. 5.

5. Peraturan di Desa adalah Peraturan yang meliputi Peraturan Desa,Peraturan di Desa adalah Peraturan yang meliputi Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala Desa.

Peraturan Bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala Desa. 6.

6. Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkanPeraturan Desa adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD.

oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD. 7.

7. Peraturan Bersama Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan olehPeraturan Bersama Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan oleh dua atau lebih Kepala Desa dan bersifat mengatur.

dua atau lebih Kepala Desa dan bersifat mengatur. 8.

8. Peraturan Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan oleh Kepala DesaPeraturan Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa dan bersifat mengatur.

dan bersifat mengatur. 9.

9. Keputusan Kepala Desa adalah penetapan yang bersifat konkrit,Keputusan Kepala Desa adalah penetapan yang bersifat konkrit, individual, dan final.

individual, dan final. 10.

10. Evaluasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap rancangan PeraturanEvaluasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap rancangan Peraturan Desa untuk mengetahui bertentangan dengan kepentingan umum Desa untuk mengetahui bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

dan/atau Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. 11.

11. Pengundangan adalah penempatan Peraturan di desa dalam LembaranPengundangan adalah penempatan Peraturan di desa dalam Lembaran Desa atau Berita Desa.

Desa atau Berita Desa. 12.

12. Klarifikasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap Peraturan di DesaKlarifikasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap Peraturan di Desa untuk mengetahui bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau untuk mengetahui bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. 13.

13. Bertentangan dengan kepentingan umum adalah kebijakan yangBertentangan dengan kepentingan umum adalah kebijakan yang menyebabkan terganggunya kerukunan antar warga masyarakat, menyebabkan terganggunya kerukunan antar warga masyarakat, terganggunya akses terhadap pelayanan publik, terganggunya ketentraman terganggunya akses terhadap pelayanan publik, terganggunya ketentraman dan ketertiban umum, terganggunya kegiatan ekonomi untuk dan ketertiban umum, terganggunya kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan/atau diskriminasi terhadap meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan/atau diskriminasi terhadap suku, agama dan kepercayaan, ras, antar golongan, dan gender.

suku, agama dan kepercayaan, ras, antar golongan, dan gender. 14.

14. Anggaran Pendapatan Anggaran Pendapatan dan dan Belanja Belanja Desa, yDesa, yang selang selanjutnya dianjutnya disebut sebut APBAPB Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa.

Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa.

BAB II BAB II

 JENIS DAN MATERI MUATAN PERATURAN DI DESA  JENIS DAN MATERI MUATAN PERATURAN DI DESA

Pasal 2 Pasal 2  Jenis Peraturan di desa meliputi:

 Jenis Peraturan di desa meliputi: a.

a. Peraturan Desa;Peraturan Desa; b.

b. Peraturan Bersama Kepala Desa; danPeraturan Bersama Kepala Desa; dan c.

c. Peraturan Kepala Desa.Peraturan Kepala Desa.

Pasal 3 Pasal 3

Peraturan di desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dilarang Peraturan di desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dilarang bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan Peraturan bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

(3)

Pasal 4 Pasal 4 (1)

(1) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a berisiPeraturan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a berisi materi pelaksanaan kewenangan desa dan penjabaran lebih lanjut dari materi pelaksanaan kewenangan desa dan penjabaran lebih lanjut dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. (2)

(2) Peraturan bersama Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2Peraturan bersama Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b berisi materi kerjasama desa.

huruf b berisi materi kerjasama desa. (3)

(3) Peraturan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf cPeraturan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c berisi materi pelaksanaan peraturan desa, peraturan bersama kepala desa berisi materi pelaksanaan peraturan desa, peraturan bersama kepala desa dan tindak lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. dan tindak lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

BAB III BAB III PERATURAN DESA PERATURAN DESA Bagian Kesatu Bagian Kesatu Perencanaan Perencanaan Pasal 5 Pasal 5 (1)

(1) Perencanaan penyusunan rancangan Peraturan Desa ditetapkan olehPerencanaan penyusunan rancangan Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa dan BPD dalam rencana kerja Pemerintah Desa.

Kepala Desa dan BPD dalam rencana kerja Pemerintah Desa. (2)

(2) Lembaga kemasyarakatan, lembaga adat dan lembaga desa lainnya di desaLembaga kemasyarakatan, lembaga adat dan lembaga desa lainnya di desa dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Desa dan atau BPD dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Desa dan atau BPD untuk rencana penyusunan rancangan Peraturan Desa.

untuk rencana penyusunan rancangan Peraturan Desa. Bagian Kedua Bagian Kedua Penyusunan Penyusunan Paragraf 1 Paragraf 1

Penyusunan Peraturan Desa oleh Kepala Desa Penyusunan Peraturan Desa oleh Kepala Desa

Pasal 6 Pasal 6 (1)

(1) Penyusunan rancangan Peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa.Penyusunan rancangan Peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa. (2)

(2) Rancangan Peraturan Desa yang telah disusun, wajib dikonsultasikanRancangan Peraturan Desa yang telah disusun, wajib dikonsultasikan kepada masyarakat desa dan dapat dikonsultasikan kepada camat untuk kepada masyarakat desa dan dapat dikonsultasikan kepada camat untuk mendapatkan masukan.

mendapatkan masukan. (3)

(3) Rancangan Peraturan Desa yang dikonsultasikan sebagaimana dimaksudRancangan Peraturan Desa yang dikonsultasikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diutamakan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat pada ayat (2) diutamakan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat  yang terkait langsung dengan substansi materi pengaturan.

 yang terkait langsung dengan substansi materi pengaturan. (4)

(4) Masukan dari masyarakat desa dan camat sebagaimana dimaksud padaMasukan dari masyarakat desa dan camat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan Pemerintah Desa untuk tindaklanjut proses ayat (2) digunakan Pemerintah Desa untuk tindaklanjut proses penyusunan rancangan Peraturan Desa.

penyusunan rancangan Peraturan Desa. (5)

(5) Rancangan Peraturan Desa yang telah dikonsultasikan sebagaimanaRancangan Peraturan Desa yang telah dikonsultasikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan Kepala Desa kepada BPD untuk dimaksud pada ayat (3) disampaikan Kepala Desa kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama.

dibahas dan disepakati bersama.

Paragraf 2 Paragraf 2

Penyusunan Peraturan Desa oleh BPD Penyusunan Peraturan Desa oleh BPD

Pasal 7 Pasal 7 (1)

(4)

(2)

(2) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kecualiRancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kecuali untuk rancangan Peraturan Desa tentang rencana pembangunan jangka untuk rancangan Peraturan Desa tentang rencana pembangunan jangka menengah Desa, rancangan Peraturan Desa tentang rencana kerja menengah Desa, rancangan Peraturan Desa tentang rencana kerja Pemerintah Desa, rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa dan Pemerintah Desa, rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa dan rancangan Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi rancangan Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa.

pelaksanaan APB Desa. (3)

(3) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatRancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diusulkan oleh anggota BPD kepada pimpinan BPD untuk ditetapkan diusulkan oleh anggota BPD kepada pimpinan BPD untuk ditetapkan sebagai rancangan Peraturan Desa usulan BPD.

sebagai rancangan Peraturan Desa usulan BPD. Bagian Ketiga Bagian Ketiga Pembahasan Pembahasan Pasal 8 Pasal 8 (1)

(1) BPD mengundang Kepala Desa untuk membahas dan menyepakatiBPD mengundang Kepala Desa untuk membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa.

rancangan Peraturan Desa. (2)

(2) Dalam hal terdapat rancangan Peraturan Desa prakarsa Pemerintah DesaDalam hal terdapat rancangan Peraturan Desa prakarsa Pemerintah Desa dan usulan BPD mengenai hal yang sama untuk dibahas dalam waktu dan usulan BPD mengenai hal yang sama untuk dibahas dalam waktu pembahasan yang sama, maka didahulukan rancangan Peraturan Desa pembahasan yang sama, maka didahulukan rancangan Peraturan Desa usulan BPD sedangkan Rancangan Peraturan Desa usulan Kepala Desa usulan BPD sedangkan Rancangan Peraturan Desa usulan Kepala Desa digunakan sebagai bahan

digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan.untuk dipersandingkan. Pasal 9

Pasal 9 (1)

(1) Rancangan Peraturan Desa yang belum dibahas dapat ditarik kembali olehRancangan Peraturan Desa yang belum dibahas dapat ditarik kembali oleh pengusul.

pengusul. (2)

(2) Rancangan Peraturan Desa yang telah dibahas tidak dapat ditarik kembaliRancangan Peraturan Desa yang telah dibahas tidak dapat ditarik kembali kecuali atas kesepakatan bersama antara Pemerintah Desa dan BPD.

kecuali atas kesepakatan bersama antara Pemerintah Desa dan BPD. Pasal 10

Pasal 10 (1)

(1) Rancangan peraturan Desa yang telah disepakati bersama disampaikanRancangan peraturan Desa yang telah disepakati bersama disampaikan oleh pimpinan Badan Permusyawaratan Desa kepada kepala Desa untuk oleh pimpinan Badan Permusyawaratan Desa kepada kepala Desa untuk ditetapkan menjadi peraturan Desa paling lambat 7 (tujuh) Hari terhitung ditetapkan menjadi peraturan Desa paling lambat 7 (tujuh) Hari terhitung sejak tanggal kesepakatan.

sejak tanggal kesepakatan. (2)

(2) Rancangan peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajibRancangan peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditetapkan oleh kepala Desa dengan membubuhkan tanda tangan paling ditetapkan oleh kepala Desa dengan membubuhkan tanda tangan paling lambat 15 (lima belas) Hari terhitung sejak diterimanya rancangan lambat 15 (lima belas) Hari terhitung sejak diterimanya rancangan peraturan Desa dari pimpinan Badan Permusyawaratan Desa.

peraturan Desa dari pimpinan Badan Permusyawaratan Desa. Bagian Keempat Bagian Keempat Penetapan Penetapan Pasal 11 Pasal 11 (1)

(1) Rancangan Peraturan Desa yang telah dibubuhi tanda tanganRancangan Peraturan Desa yang telah dibubuhi tanda tangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Sekretaris Desa untuk diundangkan.

untuk diundangkan. (2)

(2) Dalam hal Kepala Desa tidak menandatangani Rancangan Peraturan DesaDalam hal Kepala Desa tidak menandatangani Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Rancangan Peraturan Desa tersebut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Rancangan Peraturan Desa tersebut wajib diundangkan dalam Lembaran Desa dan sah menjadi Peraturan wajib diundangkan dalam Lembaran Desa dan sah menjadi Peraturan Desa.

(5)

Bagian Kelima Bagian Kelima Pengundangan Pengundangan Pasal 12 Pasal 12 (1)

(1) Sekretaris Desa mengundangkan peraturan desa dalam lembaran desa.Sekretaris Desa mengundangkan peraturan desa dalam lembaran desa. (2)

(2) Peraturan Desa dinyatakan mulai berlaku dan mempunyai kekuatanPeraturan Desa dinyatakan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat sejak diundangkan.

hukum yang mengikat sejak diundangkan. Bagian Keenam Bagian Keenam Penyebarluasan Penyebarluasan Pasal 13 Pasal 13 (1)

(1) Penyebarluasan dilakukan oleh Pemerintah Desa dan BPD sejak penetapanPenyebarluasan dilakukan oleh Pemerintah Desa dan BPD sejak penetapan rencana penyusunan rancangan Peraturan Desa, penyusunan Rancangan rencana penyusunan rancangan Peraturan Desa, penyusunan Rancangan Peratuan Desa, pembahasan Rancangan Peraturan Desa, hingga Peratuan Desa, pembahasan Rancangan Peraturan Desa, hingga Pengundangan Peraturan Desa.

Pengundangan Peraturan Desa. (2)

(2) Penyebarluasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untukPenyebarluasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk memberikan informasi dan/atau memperoleh masukan masyarakat dan memberikan informasi dan/atau memperoleh masukan masyarakat dan para pemangku kepentingan.

para pemangku kepentingan.

BAB IV BAB IV

EVALUASI DAN KLARIFIKASI PERATURAN DESA EVALUASI DAN KLARIFIKASI PERATURAN DESA

Paragraf 1 Paragraf 1 Evaluasi Evaluasi Pasal 14 Pasal 14 (1)

(1) Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa, pungutan, tata ruang, danRancangan Peraturan Desa tentang APB Desa, pungutan, tata ruang, dan organisasi Pemerintah Desa yang telah dibahas dan disepakati oleh Kepala organisasi Pemerintah Desa yang telah dibahas dan disepakati oleh Kepala Desa dan BPD, disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota Desa dan BPD, disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota Melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati Melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk dievaluasi.

untuk dievaluasi. (2)

(2) Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan hasil evaluasi dalam batasDalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu, Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya.

waktu, Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya.

Pasal 15 Pasal 15 (1)

(1) Hasil evaluasi rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud dalamHasil evaluasi rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) diserahkan oleh Bupati/Walikota paling lama 20 (dua Pasal 14 ayat (1) diserahkan oleh Bupati/Walikota paling lama 20 (dua puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan Peraturan puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan Peraturan tersebut oleh Bupati/Walikota.

tersebut oleh Bupati/Walikota. (2)

(2) Dalam hal Bupati/Walikota telah memberikan hasil evaluasi sebagaimanaDalam hal Bupati/Walikota telah memberikan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Desa wajib memperbaikinya.

dimaksud pada ayat (2), Kepala Desa wajib memperbaikinya. Pasal 16

Pasal 16 (1)

(1) Kepala Desa memperbaiki rancangan peraturan desa sebagaimanaKepala Desa memperbaiki rancangan peraturan desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (2) paling lama 20 (dua puluh) hari sejak dimaksud dalam pasal 15 ayat (2) paling lama 20 (dua puluh) hari sejak diterimanya hasil evaluasi.

diterimanya hasil evaluasi. (2)

(2) Kepala Desa dapat mengundang BPD untuk memperbaiki rancanganKepala Desa dapat mengundang BPD untuk memperbaiki rancangan peraturan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(6)

(3)

(3) Hasil koreksi dan tindaklanjut disampaikan Kepala Desa kepadaHasil koreksi dan tindaklanjut disampaikan Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui camat.

Bupati/Walikota melalui camat.

Pasal 17 Pasal 17 Dalam

Dalam hal hal Kepala Kepala Desa Desa tidak tidak meninjaklanjuti meninjaklanjuti hasil hasil evaluasi evaluasi sebagaimanasebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1), dan tetap menetapkan menjadi Peraturan dimaksud dalam pasal 16 ayat (1), dan tetap menetapkan menjadi Peraturan Desa, Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan Desa, Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota.

Bupati/Walikota.

Pasal 18 Pasal 18 (1)

(1) Bupati/Walikota dapat membentuk tim evaluasi Rancangan PeraturanBupati/Walikota dapat membentuk tim evaluasi Rancangan Peraturan Desa.

Desa. (2)

(2)  Tim  Tim sebagaimana sebagaimana dimaksud dimaksud pada pada ayat ayat (1) (1) ditetapkan ditetapkan dengan dengan keputusankeputusan Bupati/Walikota. Bupati/Walikota. Paragraf 2 Paragraf 2 Klarifikasi Klarifikasi Pasal 19 Pasal 19 (1)

(1) Peraturan Desa yang telah diundangkan sebagaimana dimaksud dalamPeraturan Desa yang telah diundangkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12

Pasal 12 ayat (1) ayat (1) disampaikan oleh disampaikan oleh Kepala Desa Kepala Desa kepada kepada Bupati/WalikotaBupati/Walikota paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak diundangkan

paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak diundangkan untuk diklarifikasi.untuk diklarifikasi. (2)

(2) Bupati/Walikota Bupati/Walikota melakukan melakukan klarifikasi klarifikasi Peraturan Peraturan Desa Desa dengandengan membentuk tim klarifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak membentuk tim klarifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterima.

diterima.

Pasal 20 Pasal 20 (1)

(1) Hasil klarifikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (1) dapatHasil klarifikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (1) dapat berupa:

berupa: a.

a. hasil klarifikasi yang sudah sesuai dengan kepentingan umum,hasil klarifikasi yang sudah sesuai dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi; dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi; dan

dan b.

b. hasil klarifikasi yang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atauhasil klarifikasi yang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. (2)

(2) Dalam hal hasil klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PeraturanDalam hal hasil klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Peraturan Desa tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan Desa tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi Bupati/Walikota peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi Bupati/Walikota menerbitkan surat hasil klarifikasi yang berisi hasil klarifikasi yang telah menerbitkan surat hasil klarifikasi yang berisi hasil klarifikasi yang telah sesuai.

sesuai. (3)

(3) Dalam hal hasil klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)Dalam hal hasil klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan peraturan bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi Bupati/Walikota membatalkan perundang-undangan yang lebih tinggi Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa tersebut dengan Keputusan

(7)

BAB V BAB V

PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA

Bagian Kesatu Bagian Kesatu Perencanaan Perencanaan Pasal 21 Pasal 21 (1)

(1) Perencanaan penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala DesaPerencanaan penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa ditetapkan bersama oleh dua Kepala Desa atau lebih dalam rangka kerja ditetapkan bersama oleh dua Kepala Desa atau lebih dalam rangka kerja sama antar-Desa.

sama antar-Desa. (2)

(2) Perencanaan penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala DesaPerencanaan penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setelah mendapatkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setelah mendapatkan rekomendasi dari musyawarah desa.

rekomendasi dari musyawarah desa.

Bagian Kedua Bagian Kedua Penyusunan Penyusunan Pasal 22 Pasal 22

Penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa dilakukan oleh Penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa dilakukan oleh Kepala Desa pemrakarsa.

Kepala Desa pemrakarsa.

Pasal 23 Pasal 23 (1)

(1) Rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa yang telah disusun, wajibRancangan Peraturan Bersama Kepala Desa yang telah disusun, wajib dikonsultasikan kepada masyarakat desa masing-masing dan dapat dikonsultasikan kepada masyarakat desa masing-masing dan dapat dikonsultasikan kepada camat masing-masing untuk mendapatkan dikonsultasikan kepada camat masing-masing untuk mendapatkan masukan.

masukan. (2)

(2) Masukan dari masyarakat desa dan camat sebagaimana dimaksud padaMasukan dari masyarakat desa dan camat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan Kepala Desa untuk tindaklanjut proses penyusunan ayat (1) digunakan Kepala Desa untuk tindaklanjut proses penyusunan rancanan Peraturan Bersama Kepala Desa.

rancanan Peraturan Bersama Kepala Desa.

Bagian Ketiga Bagian Ketiga

Pembahasan, Penetapan dan Pengundangan Pembahasan, Penetapan dan Pengundangan

Pasal 24 Pasal 24

Pembahasan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa dilakukan oleh 2 Pembahasan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa dilakukan oleh 2 (dua) Kepala Desa atau lebih.

(dua) Kepala Desa atau lebih.

Pasal 25 Pasal 25 (1)

(1) Kepala Desa yang melakukan kerja sama antar-DesaKepala Desa yang melakukan kerja sama antar-Desa menetapkanmenetapkan Rancangan Peraturan Desa dengan membubuhkan tanda tangan paling Rancangan Peraturan Desa dengan membubuhkan tanda tangan paling lambat 7

lambat 7 (tujuh) hari (tujuh) hari terhitung sejak terhitung sejak tanggal disepakati.tanggal disepakati. (2)

(2) Rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa yang telah dibubuhi tandaRancangan Peraturan Bersama Kepala Desa yang telah dibubuhi tanda tangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diundangkan dalam Berita tangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diundangkan dalam Berita Desa oleh Sekretaris Desa masing-masing desa.

Desa oleh Sekretaris Desa masing-masing desa. (3)

(3) Peraturan Bersama Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mulaiPeraturan Bersama Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mulai berlaku dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sejak tanggal berlaku dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sejak tanggal diundangkan dalam Berita Desa pada masing-masing Desa.

(8)

Bagian Keempat Bagian Keempat Penyebarluasan Penyebarluasan Pasal 26 Pasal 26

Peraturan Bersama Kepala Desa disebarluaskan kepada masyarakat Desa Peraturan Bersama Kepala Desa disebarluaskan kepada masyarakat Desa masing-masing.

masing-masing.

BAB VI BAB VI

PERATURAN KEPALA DESA PERATURAN KEPALA DESA

Pasal 27 Pasal 27 (1)

(1) Penyusunan rancangan Peraturan Kepala Desa dilakukan oleh KepalaPenyusunan rancangan Peraturan Kepala Desa dilakukan oleh Kepala Desa.

Desa. (2)

(2) Materi muatan Peraturan Kepala Desa meliputi materi pelaksanaanMateri muatan Peraturan Kepala Desa meliputi materi pelaksanaan Peraturan di Desa dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan di Desa dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Pasal 28 Pasal 28

Peraturan Kepala Desa diundangkan dalam Berita Desa oleh Sekretaris Desa. Peraturan Kepala Desa diundangkan dalam Berita Desa oleh Sekretaris Desa.

BAB VII BAB VII PEMBIAYAAN PEMBIAYAAN Pasal 29 Pasal 29

Pembiayaan pembentukan Peraturan di Desa dibebankan pada APB Desa. Pembiayaan pembentukan Peraturan di Desa dibebankan pada APB Desa.

BAB VIII BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 30 Pasal 30 (1)

(1) Peraturan Desa Adat disesuaikan dengan hukum adat dan norma adatPeraturan Desa Adat disesuaikan dengan hukum adat dan norma adat istiadat yang

istiadat yang berlaku di berlaku di Desa Adat Desa Adat sepanjang tidak sepanjang tidak bertentangan denganbertentangan dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

ketentuan Peraturan Perundang-undangan. (2)

(2)  Teknik  Teknik dan dan prosedur prosedur penyusunan penyusunan Peraturan Peraturan di di desa desa yang yang diatur diatur dalamdalam Peraturan Menteri ini berlaku secara mutatis mutandis bagi teknik dan Peraturan Menteri ini berlaku secara mutatis mutandis bagi teknik dan prosedur penyusunan Peraturan di desa adat.

prosedur penyusunan Peraturan di desa adat. Pasal 31

Pasal 31

Kepala Desa dapat menetapkan Keputusan Kepala Desa untuk pelaksanaan Kepala Desa dapat menetapkan Keputusan Kepala Desa untuk pelaksanaan Peraturan di desa, peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan Peraturan di desa, peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan dalam rangka

dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa pelaksanaan kewenangan desa yang bersifat yang bersifat penetapan.penetapan. Pasal 32

Pasal 32 (1)

(1) Ketentuan mengenai teknik penyusunan Peraturan di Desa dan KeputusanKetentuan mengenai teknik penyusunan Peraturan di Desa dan Keputusan Kepala Desa sesuai dengan ketentuan Undang-Undang tentang Kepala Desa sesuai dengan ketentuan Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

(9)

(2)

(2) Ketentuan teknis lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan peraturan diKetentuan teknis lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan peraturan di desa diatur dalam Peraturan Bupati/Walikota.

desa diatur dalam Peraturan Bupati/Walikota. Pasal 33

Pasal 33

Ketentuan mengenai bentuk Peraturan di Desa dan Keputusan Kepala Desa Ketentuan mengenai bentuk Peraturan di Desa dan Keputusan Kepala Desa tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Peraturan Menteri ini.

BAB IX BAB IX KETENTUAN PENUTUP KETENTUAN PENUTUP Pasal 34 Pasal 34

Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Dalam Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Negeri Nomor 29 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Penyusunan Peraturan Desa, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 35

Pasal 35

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 31 Desember 2014. pada tanggal 31 Desember 2014. MENTERI DALAM NEGERI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA, ttd ttd  TJAHJO KUMOLO  TJAHJO KUMOLO Diundangkan di Jakarta Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 31 Desember 2014. pada tanggal 31 Desember 2014.

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA, ttd ttd YASONNA H. LAOLY YASONNA H. LAOLY

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 2091. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 2091.

Salinan sesuai dengan aslinya Salinan sesuai dengan aslinya

KEPALA BIRO HUKUM, KEPALA BIRO HUKUM,

W. SIGIT PUDJIANTO W. SIGIT PUDJIANTO

NIP. 19590203 198903 1 001. NIP. 19590203 198903 1 001.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian terdahulu oleh Sasongko mengenai sistem informasi e-Tadzkirah merupakan Sistem Informasi yang diperuntukkan kepada dewan pengurus masjid maupun para

Dua indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui risiko defisiensi seng pada suatu wilayah adalah persentase ketidakcukupan asupan seng dan persentase anak balita

Line atau garis ialah satu perintah / Command yang sangat sering dan selalu digunakan dalam mendesign suatu gambar, dan cara penggunaannyapun cukup mudah dan

pengaruh content sharing intention terhadap niat beli produk kuliner yang. ditayangkan pada

Parameter tersebut dapat bervariasi mulai dari kenaikan tingkat bunga ( misal naik 30% dalam satu hari ), penurunan harga saham yang ekstrim ( misal 20 dalam satu hari ),

(USALIN SA ISIP BAGO BUMANGGIT NG ORACION NA GAGAMITIN MULA SA AKLAT NA ITO) CREUM DEUM DEUS.. ELOI ELOIM ELOJOC YESHUA HAMASIAH SALVATOR SAR

3) Ed Skoudis, Counter Hack Reloaded, Prentice Hall..  An online database of default passwords.. Password Guessing through Login Scripting. • THC-Login Hacker

Kesimpulannya bahwa berdasarkan daya dukung limbah tanaman pangan di Kabupaten Polewali Mandar menghasilkan wilayah yang berpotensi untuk pengembangan ternak sapi