• Tidak ada hasil yang ditemukan

manajemen aset

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "manajemen aset"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Nilai aset yang tercatat dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2013 adalah sebesar Rp. 3.567, 58 Trilyun yang terdiri atas aset lancar sebesar Rp. 252, 74 Trilyun atau 7,08% dari total nilai aset, investasi jangka panjang sebesar Rp. 1.183,17 Trilyun atau 33,16% dari total nilai aset, aset tetap Rp. 1.709,85 Trilyun atau 47,93%, piutang jangka panjang dan aset lainnya sebesar Rp. 421,81 Trilyun atau sebesar 11,82% dari total nilai aset. Besarnya nilai aset Pemerintah tersebut, menuntut Pemerintah untuk melakukan manajemen aset. Doli D. Siregar (2004), manajemen aset lebih ditujukan untuk menjamin pengembangan kapasitas yang berkelanjutan dari pemerintah sehingga dapat meningkatkan pendapatan, yang akan digunakan untuk membiayai kegiatan guna mencapai pemenuhan persyaratan optimal bagi pelayanan tugas dan fungsi instansinya kepada masyarakat. Manajemen aset meliputi Inventarisasi Aset, Legal Audit, Penilaian Aset, Optimalisasi Aset dan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset dalam pengawasan dan pengendalian aset.

Pemerintah telah membuat Peraturan dalam rangka pengelolaan aset tersebut seperti Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yang mengatur mengenai standar akuntansi, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 yang mengatur mengenai pengelolaan BMN, dan Peraturan turunan lainnya. Pembentukan Unit Penatausahaan dan Akuntansi Pengelola dan Pengguna BMN mulaidari tingkat Satker, Kantor Wilayah, Unit Eselon 1, dan tingkat Kementerian/Lembaga dan Penerapan sistem informasi (SIMAK BMN) juga telah dilakukan dalam rangka pengelolaan aset tersebut. Walaupun demikian, BPK dalam Laporan Hasil Pemeriksaannya atas LKPP Tahun 2013 masih menemukan permasalahan terkait pengelolaan aset seperti belum jelasnya keberadaan dan nilai Aset eks BPPN dan Aset Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS).

(2)

Aset eks BPPN dan Aset KKKS dalam LKPP Tahun 2013 disajikan sebagai Aset lain-lain. Buletin Teknis Nomor 01 tentang Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Pusat menyatakan bahwa aset lainnya aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, dan dana cadangan. Paper ini akan membahas lebih lanjut mengenai aset lain-lain tersebut menjadi empat bagian. Bagian pertama akan membahas mengenai definisi, klasifikasi, dan akuntansi aset lain-lain. Bagian Kedua membahas permasalahan yang menyebabkan temuan BPK atas Aset eks BPPN dan Aset KKKS. Bagian Ketiga membahas mengenai analisis permasalahan dan Bagian Keempat berisi kesimpulan dan rekomendasi.

(3)

BAB II

KONSEP MANAJEMEN ASET DAN DEFINISI, KLASIFIKASI, DAN AKUNTANSI ASET LAINNYA

A. KONSEP MANAJEMEN ASET

Doli D. Siregar (2004), manajemen aset lebih ditujukan untuk menjamin pengembangan kapasitas yang berkelanjutan dari pemerintah sehingga dapat meningkatkan pendapatan, yang akan digunakan untuk membiayai kegiatan guna mencapai pemenuhan persyaratan optimal bagi pelayanan tugas dan fungsi instansinya kepada masyarakat. Manajemen aset meliputi Inventarisasi Aset, Legal Audit, Penilaian Aset, Optimalisasi Aset dan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset dalam pengawasan dan pengendalian aset.

1. Inventarisasi Aset

Inventarisasi aset terdiri dari dua aspek yaitu aspek fisik yang meliputi bentuk, luas, volume/jumlah, jenis, alamat dan lain-lain) dan aspek yuridis/ legal yang meliputi status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan dan lain-lain. Proses inventarisasi terdiri atas :

a. Tahap Persiapan yaitu meliputi membentuk tim inventarisasi, membagi tugas dan menyusun jadwal pelaksanaan inventarisasi, mengumpulkan dokumen aset tetap, menyiapkan label sementara, membuat denah ruangan, memberi nomor ruangan dan menentukan penanggung jawab ruangan, dan menyiapkan kertas kerja inventarisasi. b. Tahap Pelaksanaan yaitu menghitung jumlah aset tetap per sub-sub kelompok barang ,

mencatat aset tetap ke dalam kertas kerja inventarisasi, menempelkan label pada aset tetap yang telah dihitung, menentukan kondisi aset tetap dengan kriteria baik, rusak ringan, atau rusak berat, menyusun laporan hasil inventarisasi, membandingkan laporan hasil inventarisasi dengan dokumen aset tetap yang ada, membuat daftar aset tetap yang tidak ditemukan, belum pernah dicatat, dan rusak berat serta daftar koreksi nilai, dan menyampaikan laporan hasil inventarisasi kepada pengelola barang.

c. Tahap Tindak Lanjut yaitu menelusuri aset tetap yang tidak ditemukan, membuat usulan penghapusan aset tetap yang rusak berat, dan menindaklanjuti hasil inventarisasi ke dalam SIMAK-BMN.

(4)

2. Legal Audit

Dalam rangka inventarisasi aset tetap, juga perlu dilakukan legal audit, yaitu melakukan pengecekan terhadap status penguasaan aset dengan cara mengecek semua sertifikat dan bukti kepemilikan aset, seperti sertifikat tanah, BPKB kendaraan bermotor dan sebagainya sehingga perguruan tinggi mampu mencantumkan status kepemilikan aset pada hasil pengolahan data dalam SIMAK-BMN. Legal audit dapat digunakan untuk mengatasi berbagai permasalahan legal menyangkut status kepemilikan aset, antara lain status hak penguasaan yang lemah, aset dikuasai pihak lain, pemindahtanganan aset yang tidak termonitor, dan lain-lain. Tahapan Legal Audit meliputi:

a. Inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset;

b. Identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal;

c. Strategi untuk memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan atau pengalihan aset

3. Penilaian

Penilaian aset merupakan satu proses kerja untuk melakukan penilaian atas aset yang dikuasai. Biasanya ini dikerjakan oleh konsultan penilai yang independen. Hasil dari nilai aset tersebut akan dapat dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan suatu entitas. Penilaian aset tetap dimaksudkan untuk memberikan saldo aset yang lebih relevan bagi pencatatan di laporan keuangan periode terkait dan periode sesuai nilai wajar (fair value)-nya pada saat penilaian aset untuk memperkirakan nilai aset di perguruan tinggi secara keseluruhan. Penilaian aset oleh pemerintah dilakukan oleh KPKNL Departemen Keuangan.

4. Optimalisasi

Optimalisasi aset merupakan proses kerja dalam manajemen aset yang bertujuan untuk mengoptimalkan (potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/ volume, legal dan ekonomi) yang dimiliki aset tersebut. Dalam tahapan ini, aset yang dikuasai pemerintah diidentifikasi dan dikelompokkan atas aset yang memiliki potensi dan tidak memiliki potensi. Pemanfaatan aset tetap adalah pendayagunaan aset yang dimiliki perguruan tinggi yang sedang atau tidak digunakan untuk tugas pokok dan fungsi atau dapat memberikan nilai tambah atas pengusahaan/pemanfaatan dari aset yang bersangkutan, aset tetap tersebut

(5)

dapat dimanfaatkan secara optimal oleh pihak ketiga dengan tidak mengubah status kepemilikannya. Bentuk optimalisasi aset yaitu penyewaan Aset, pinjam pakai atau peminjaman, kerja sama pemanfaatan aset tetap, Bangun guna serah (BGS) dan bangun serah guna (BSG).

5. Pengawasan dan Pengendalian

Pengawasan dan pengendalian terhadap pemanfaatan dan pengalihan aset diperlukan agar setiap penanganan terhadap satu aset dapat termonitor jelas, mulai dari lingkup penanganan hingga siapa yang bertanggungjawab mengelola aset tersebut.

B. DEFINISI DAN KLASIFIKASI ASET LAINNYA

Buletin Teknis No. 01 tentang Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Pusat menyebutkan bahwa Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, dan dana cadangan. Klasifikasi Aset Lainnya ini terdiri dari:

1. Aset Tak Berwujud meliputi

a. Goodwill: kelebihan nilai yang diakui oleh suatu entitas akibat adanya pembelian kepentingan/ saham di atas nilai buku

b. Hak Paten dan Hak Cipta: diperoleh karena adanya kepemiikan kekayaan intelektual atau atas suatu pengetahuan teknis atau suatu karya yang dapat menghasilkan manfaat bagi entitas.

c. Royalti: nilai manfaat ekonomi yang akan/dapat diterima atas kepemilikan hak cipta/hak paten/hak lainnya pada saat hak dimaksud akan dimanfaatkan oleh orang, instansi atau perusahaan lain

d. Software: software yang bukan merupakan bagian tak terpisahkan dari hardware komputer tertentu

e. Lisensi : izin yang diberikan pemilik Hak Paten atau Hak Cipta yang diberikan kepada pihak lain berdasarkan perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu Hak Kekayaan Intelektual yang diberi perlindungan dalam jangka waktu dan syarat tertentu

(6)

f. Hasil Kajian/ Penelitian yang mempunyai manfaat jangka panjang: suatu kajian atau pengembangan yang memberikan manfaat ekonomis dan/atau sosial dimasa yang akan datang yang dapat diidentifikasi sebagai aset.

g. Aset tak berwujud lainnya: jenis aset tak berwujud yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam jenis aset tak berwujud yang ada.

2. Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) yaitu Tagihan penjualan angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah. Contoh tagihan penjualan angsuran antara lain adalah penjualan rumah dinas dan penjualan kendaraan dinas.

3. Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi (TP/ TGR) yaitu merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya.

4. Kemitraan dengan Pihak Ketiga yaitu aset tetap yang dibangun atau digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan kerjasama / kemitraan.

5. Aset Lain-lain

Pos Aset Lain-Lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam Aset Tak Berwujud, Tagihan Penjualan Angsuran, Tuntutan Perbendaharaan, Tuntutan Ganti Rugi, dan Kemitraan dengan Pihak Ketiga.

a. Aset Tetap Yang Dimaksudkan Untuk Dihentikan Dari Penggunaan Aktif Pemerintah b. Aset Pemerintah Eks BPPN Yang Dikelola PT Perusahaan Pengelola Aset (PT PPA).

Tujuan pendirian PT Perusahaan Pengelola Aset untuk melakukan pengelolaan aset Negara yang berasal dari BPPN yang tidak berperkara untuk dan atas nama Menteri Keuangan. Pengelolaan aset Negara yang berasal dari BPPN meliputi kegiatan restrukturisasi aset, kerjasama dengan pihak lain dalam rangka peningkatan nilai aset, penagihan piutang dan penjualan.

Aset-aset Eks BPPN yang dikelola PPA sesuai dengan Perjanjian Pengelolaan Aset tangal 29 Mei 2013 adalah sebagai berikut:

(1) Aset Saham Non Bank; (2) Aset Saham Bank;

(7)

(3) Aset Kredit/Hak Tagih; dan (4) Aset Saham & Kredit. c. Aset Eks PERTAMINA

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 23/KMK.06/2008 tentang Penetapan Neraca Pembukaan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pertamina Per 17 September 2003, terdapat aset eks Pertamina yang perlu ditetapkan statusnya menjadi Barang Milik Negara yang meliputi:

(1) Sepuluh aset berupa tanah dan bangunan;

(2) Aktiva Kilang LNG yang dikelola oleh PT Arun dan PT Badak; (3) Aset eks kontrak kerja sama yang digunakan oleh PT Pertamina EP. d. Aset Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS)

KKKS adalah Badan Usaha atau Bentuk Badan Usaha Tetap yang diberikan wewenang untuk melaksanakan eksplorasi dan eksploitasi pada suatu wilayah kerja berdasarkan Kontrak Kerja Sama dengan Badan Pelaksana.Barang yang menjadi milik/ kekayaan negara yang berasal dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama adalah seluruh barang dan peralatan yang diperoleh atau dibeli KKKS dan yang secara langsung digunakan dalam kegiatan usaha hulu.

C. AKUNTANSI ASET LAINNYA

Secara umum aset lainnya diakui pada saat memiliki manfaat masa depan, dapat diukur dengan andal menggunakan nilai perolehan maupun nilai wajar, serta diterima kepemilikannya dan atau kepenguasaannya telah berpindah. Pengakuan dan pengukuran ini kemudian dijelaskan lebih rinci terkait karakteristik masing-masing aset lainnya yang diatur dalam:

1. PSAP 01: Penyajian Lap. Keuangan; 2. Bultek SAP 01, Bab VII: Aset Lainnya; 3. Bultek SAP 02, Bab VIII: Aset Lainnya; 4. Bultek SAP 11: Aset Tidak Berwujud;

5. Permendagri 64 Tahun 2013, Lampiran I: Kebijakan Akuntansi.

Terkait dengan aset KKKS, Pemerintah telah menyusun pedoman akuntansi yang diatur secara khusus dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.05/2011 tentang pedoman akuntansi dan pelaporan aset BMN KKKS.

(8)

BAB III PERMASALAHAN

BPK dalam Laporan Hasil Pemeriksaan atas LKPP Tahun 2013 menyampaikan temuan signifikan terkait aset lain-lain yang ikut menyebabkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atas Laporan Keuangan tersebut yaitu belum jelasnya keberadaan dan nilai Aset eks BPPN. Selain itu, dalam Laporan Hasil Pemeriksaan atas LKPP Tahun 2007, 2008, dan 2009, BPK menyatakan bahwa status kepemilikan Aset Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) tidak jelas dan pencatatannya yang tidak memenuhi kaidah akuntansi. Dalam bab ini, akan dipaparkan temuan pemeriksaan BPK dan tanggapan pemerintah atas kedua permasalahan tersebut.

A. Aset eks BPPN 1. Temuan BPK

Pemerintah Belum Menelusuri Keberadaan Aset Eks BPPN Sebesar Rp8,79 Triliun dan Belum Melakukan Penilaian atas Aset Eks BPPN Sebesar Rp1,12 Triliun sehingga Belum Seluruh Aset Eks BPPN yang Menjadi Hak Pemerintah Dicatat dan Dilaporkan Sesuai Nilai Wajar.

a. Inventarisasi dan perhitungan atas Aset Eks BPPN telah selesai dilaksanakan, Namun pelaksanaan inventarisasi dan perhitungan tidak menggunakan data/catatan Aset Eks BPPN yang dimiliki DJKN seperti SAPB dan Daftar Nominatif Properti sebagai acuan pelaksanaan inventarisasi dan perhitungan Aset Eks BPPN.

b. Aset property eks kelolaan PT PPA (Persero) sebanyak 1.900 unit senilai Rp1.121.998.958.113,00 belum disajikan sesuai nilai wajar.

c. Terdapat aset properti yang tercantum dalam daftar nominatif properti eks BPPN yang tidak termasuk dalam MKN dan daftar property eks kelolaan PT PPA (Persero) sebesar Rp1.070.152.309.824,00 yang belum dapat dijelaskan.

d. Kementerian Keuangan dalam hal ini DJKN tidak melakukan monitoring atas status saham dan surat berharga.

e. DJKN belum mengadministrasikan jaminan aset kredit eks BPPN secara tertib. 2. Tanggapan Pemerintah

a. Pemerintah (d.h.i. Direktorat PKNSI, DJKN) dengan surat nomor S-944/KN.5/2013 tanggal 30 Mei 2013 dan Plt. Direktur PKNSI dengan surat nomor S-1641/KN.5/2013

(9)

tanggal 9 September 2013 telah menyampaikan hasil penelusuran dokumen sumber selisih data sebagaimana dikemukakan BPK RI terkait selisih atas data SAPB dan Daftar Nominatif aset properti.

b. Ketua Sub Tim BPK RI dengan surat nomor 02/BPPN-BDL/09/2013 tanggal 25 September 2013 telah pula menyampaikan draft hasil pemeriksaan tahap I atas pengelolaan aset eks BPPN dimana antara lain menyatakan bahwa berdasarkan dokumen-dokumen sebagaimana disampaikan oleh Dit. PKNSI selisih data aset kredit yang masih perlu dijelaskan keberadaannya dari semula Rp7.726.261.668.803,40 menjadi Rp5.834.434.864.938,67

c. Dit. PKNSI, DJKN dengan surat nomor S-1859/KN.5/2013 tanggal 5 Oktober 2013 telah kembali menyampaikan kepada Ketua Tim Pemeriksa BPK RI Atas Aset Eks BPPN & BDL hasil penelitian lebih lanjut diperoleh dokumen pendukung pengurang senilai Rp.255.884.160.388,86. Dengan data dan dokumentasi pendukung tersebut semakin menunjukkan bahwa selisih data sebagaimana disampaikan BPK dalam LHP atas LKPP T.A. 2012 merupakan pengelolaan aset eks BPPN yang telah selesai dilaksanakan sebelum aset-aset tersebut berada pengelolaan langsung oleh unit-unit teknis di lingkungan Kementerian Keuangan pada tahun 2009.

d. Pemerintah telah selesai melakukan penilaian atas aset properti eks kelolaan PT PPA e. Telah selesai dilakukan oleh PUPN sesuai dengan PMK 128/PMK.06/2007.

f. Telah dilaksanakan rapat pembahasan terkait aset property yang dokumen kepemilikannya dikuasai oleh BI (HTBI dan non HTBI) yang dihadiri oleh perwakilan dari Bank Indonesia dan perwakilan dari DJKN.

g. Penjualan melalui lelang terbuka terhadap aset-aset eks BPPN yang berstatus free and clear akan terus dilaksanakan.

B. Aset Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) 1. Temuan BPK

a. Saldo aset Lain-Lain yang dikelola BP Migas dalam LKPP tahun 2007 tidak dapat diyakini kewajarannya.

b. Pemerintah belum menetapkan Kebijakan Pengelolaan dan KebijakanAkuntansi untuk Aset KKKS yang menjadi milik negara.

(10)

c. Pemerintah belum menetapkan kebijakan pengelolaan dan kebijakan akuntansi untuk aset KKKS yang menjadi milik negara.

d. Pengendalianatas Pelaksanan Inventarisasi dan Penilaian Aset Eks KKKS masih lemah. 2. Tanggapan Pemerintah

Aset Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) senilai Rp.281,2 triliiun dikeluarkan dari neraca Laporan Keuangan Pemerintah Pusat karena status kepemilikannya tidak jelas dan pencatatannya yang tidak memenuhi kaidah akuntansi. Pemerintah terus berupaya melakukan inventarisasi ulang atas aset KKKS. Direktur Jenderal Kekayaan Negara (Dirjen KN) menyatakan bahwa ketidakjelasan status kepemilikan hanyalah permasalahan keyakinan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Aset KKKS bukan berarti tidak ada. Secara hukum aset KKKS merupakan milik negara dan perlu dibedakan pencatatannya karena memiliki bentuk dan kharakteristik yang berbeda dengan barang milik Negara yang digunakan dalam Kementerian/Lembaga. Terkait dengan aset KKKS, Pemerintah telah menyusun pedoman akuntansi yang diatur secara khusus dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.05/2011 tentang pedoman akuntansi dan pelaporan aset BMN KKKS.

.

BAB IV

ANALISIS PERMASALAHAN

A. Aset Eks BPPN

Temuan utama BPK terhadap Aset eks BPPN adalah eksistensi dan pengukuran (valuation) sehingga menyebabkan nilai aset tersebut yang disajikan pada Neraca tidak dapat diyakini. Terkait hal tersebut, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya diantaranya:

(11)

 menelusuri aset yang tidak jelas keberadaannya;  melakukan penilaian atas aset eks kelolaan PT PPA;  menelusuri keberadaan aset kredit;

 melakukan penjualan aset eks BPPN yang sudah jelas status hukumnya.

BPK memandang bahwa upaya Pemerintah tersebut kurang komprehensif dilaksanakan sehingga penyelesaiannya terkesan lambat. Penyelesaian permasalahan tersebut seharusnya dilakukan secara intensif dan melibatkan Kementerian Keuangan dalam hal ini DJKN, PT PPA, dan Bank Indonesia. Berdasarkan prinsip dalam konsep manajemen aset maka permasalahan aset eks BPPN dapat dipetakan dalam tabel dibawah ini:

PRINSIP KONDISI USULAN

Inventarisasi pelaksanaan inventarisasi dan perhitungan tidak menggunakan data/catatan Aset Eks BPPN yang dimiliki DJKN seperti SAPB dan Daftar Nominatif Properti sebagai acuan pelaksanaan inventarisasi dan perhitungan Aset Eks BPPN.

Membangun komitmen bersama antar Lembaga terkait yaitu Kementerian Keuangan, BPKP, PT PPA, Bank Indonesia, OJK, dan PPATK dengan leading sector Kementerian Keuangan untuk melakukan penelusuran keberadaan dan penilaian terhadap aset eks BPPN yang bermasalah.

Fokus terhadap data temuan BPK atas LKPP Tahun 2013 dalam melakukan penelusuran dan penilaian tersebut, agar sinkron dengan BPK sehingga dalam jangka pendek dapat mengurangi penyebab opini WDP atas LKPP.

Penilaian Terdapat aset property eks kelolaan PT PPA (Persero)sebanyak 1.900 unit senilai Rp1.121.998.958.113,00 belum disajikan sesuai nilai wajar

Legal Audit Terdapat aset properti yang tercantum dalam daftar nominatif properti eks BPPN yang tidak termasuk dalam MKN dan daftar property eks kelolaan PT PPA (Persero) sebesar Rp1.070.152.309.824,00 yang belum dapat dijelaskan.

Optimalisasi Penjualan melalui lelang terbuka terhadap aset-aset eks BPPN yang berstatus free and clear akan terus dilaksanakan

Optimalisasi tidak harus dilakukan dengan penjualan namun dapat dipertimbangkan

(12)

bentuk-bentuk lain seperti penyewaan Aset, pinjam pakai atau peminjaman, kerja sama pemanfaatan aset tetap, Bangun guna serah (BGS) dan bangun serah guna (BSG) sehingga dapat menjadi sumber pendapatan negara yang berkelanjutan. Pengawasan

dan

Pengendalian

Kementerian Keuangan dalam hal ini DJKN tidak melakukan monitoring atas status saham dan surat berharga.

DJKN belum mengadministrasikan jaminan aset kredit eks BPPN secara tertib

Membentuk entitas khusus yang melakukan penatausahaan dan akuntansi (UPPB/UAPB) terhadap aset eks BPPN sehingga dapat memperjelas Pusat Pertanggungjawaban

pengelolaan aset tersebut.

B. Aset KKKS

Permasalahan Aset KKKS yaitu terdapat aset yang belum jelasnya status kepemilikan, saldo yang disajikan dalam neraca tidak diyakini kewajarannya, dan lemahnya pengelolaan atas aset tersebut. Berdasarkan prinsip dalam konsep manajemen aset maka permasalahan aset KKKS dapat dipetakan dalam tabel dibawah ini:

PRINSIP KONDISI USULAN

Inventarisasi, Penilaian & Legal Audit

Aset Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) senilai Rp.281,2 triliiun dikeluarkan dari neraca Laporan Keuangan Pemerintah Pusat karena status kepemilikannya tidak jelas dan pencatatannya yang tidak memenuhi kaidah akuntansi

Membangun komitmen bersama antar Lembaga terkait yaitu Kementerian Keuangan, BPKP, SKK Migas (BP Migas), Kementerian ESDM dengan leading sector Kementerian Keuangan untuk melakukan penelusuran keberadaan dan

(13)

penilaian terhadap aset KKSK yang bermasalah.

Optimalisasi Belum ada road map yang jelas dari Pemerintah mengenai pemanfaatan aset KKSK.

Pemerintah perlu melakukan kajian terhadap utilitas aset KKSK, jika manfaat aset tersebut lebih kecil dibanding biaya yang dikeluarkan maka Pemerintah perlu mencari alternatif lain seperti menjual atau menghapus aset tersebut karena justru membebani anggaran dan administrasi negara.

Pengawasan dan

Pengendalian

PengendalianAset Eks KKKS masih lemah. Membentuk entitas khusus yang melakukan penatausahaan dan akuntansi (UPPB/UAPB) terhadap aset eks KKSK sehingga dapat memperjelas Pusat Pertanggungjawaban pengelolaan aset tersebut.

Penyelesaian permasalahan atas aset eks BPPK dan SKKS diatas selain bertujuan untuk meningkatkan opini LKPP menjadi WTP, juga dapat mengoptimalkan aset negara karena kedua aset tersebut yang sudah jelas status hukum dan administratifnya dapat dijual atau diinvestasikan yang dapat menghasilkan pendapatan negara.

(14)

KESIMPULAN

A. Manajemen aset lebih ditujukan untuk menjamin pengembangan kapasitas yang berkelanjutan dari pemerintah sehingga dapat meningkatkan pendapatan, yang akan digunakan untuk membiayai kegiatan guna mencapai pemenuhan persyaratan optimal bagi

(15)

pelayanan tugas dan fungsi instansinya kepada masyarakat. Manajemen aset meliputi Inventarisasi Aset, Legal Audit, Penilaian Aset, Optimalisasi Aset dan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset dalam pengawasan dan pengendalian aset

B. Terdapat Aset Eks BPPN dan Aset KKSK yang bermasalah dalam hal ketidakjelasan status kepemilikannya dan nilai yang tidak diyakini kewajarannya. Selain itu, Pemerintah juga belum memiliki road map yang jelas dan tidak fokus dalam penyelesaian masalah dan optimalisasi aset tersebut.

C. Hal-hal yang perlu dilakukan pemerintah yaitu:

1. Membangun komitmen Instansi Pemerintah terkait dengan leading sector Kementerian Keuangan untuk melakukan penelusuran keberadaan dan penilaian terhadap aset Eks BPPN dan KKSK yang bermasalah;

2. melakukan kajian terhadap utilitas aset KKSK, jika manfaat aset tersebut lebih kecil dibanding biaya yang dikeluarkan maka Pemerintah perlu mencari alternatif lain seperti menjual atau menghapus aset tersebut karena justru membebani anggaran dan administrasi negara;

3. membentuk entitas khusus yang melakukan penatausahaan dan akuntansi (UPPB/UAPB) terhadap aset tersebut sehingga dapat memperjelas Pusat Pertanggungjawaban pengelolaan aset tersebut.

DAFTAR PUSTAKA:

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan; Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 01 s.d 10;

Siregar, D, Dolly (2004). Manajemen Aset: Strategi Penataan Konsep Pembangunan Berkelanjutan Secara Nasional. Jakarta – Gramedia Pustaka Utama:2004

(16)

http://helpdeskapk.wikiapbn.org/artikel/pengakuan-dan-pengukuran-aset-lain-lain-dan-aset-tak-berwujud

Referensi

Dokumen terkait

Investasi pada modal bank, entitas keuangan dan asuransi diluar cakupan konsolidasi secara ketentuan, net posisi short yang diperkenankan, dimana Bank tidak

pentingnya melakukan yang terbaik dalam mengerjakan tugas mata pelajaran produktif (attainment value), siswa juga memiliki ketertarikan atau minat subjektif

Dengan NLP, Anda dapat mengidentifikasi apa yang membuat seseorang menjadi sangat ahli dalam sebuah keterampilan, dan mendapatkan keterampilan itu untuk diri Anda sendiri atau

Setelah terbentuk Analysis Services Project, lanjutkan dengan membuat Data Source, fungsi Data Source adalah sebagai sumber data yang akan digunakan untuk melakukan analisis

Hal lainya yang perlu diperhatikan bagi pemilik toko kelontong untuk mendukung kinerja rantai pasokan, antara lain; melakukan kesepakatan dalam pencapaian target

Pola sebaran suhu pada waktu surut (Neap Tide) di daerah muara tidak jauh berbeda ketika saat pasang hanya sedikit lebih rendah dari pada saat pasang, hal ini

Suatu lingkungan yang memiliki tingkat kandungan logam berat yang melebihi jumlah yang diperlukan, dapat mengakibatkan pertumbuhan alga terhambat, sehingga dalam keadaan

berjudul “Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Potassium Ammonium Polyphosphate dari Ammonium Phosphate dan Potassium Phosphate dengan Kapasitas Produksi 300.000 Ton/