• Tidak ada hasil yang ditemukan

VOLATILITAS PASAR MODAL SYARIAH DAN INDIKATOR MAKRO EKONOMI. ( Studi Banding Saudi Arabia dan Indonesia )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VOLATILITAS PASAR MODAL SYARIAH DAN INDIKATOR MAKRO EKONOMI. ( Studi Banding Saudi Arabia dan Indonesia )"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Menjadi Sarjana (S1)

Diajukan Oleh:

FAIZAL MUSLIM

NIM : 111521901

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

BISNIS DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PELITA BANGSA

BEKASI

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Volatilitas Pasar Modal Syariah dan Indikator Makro Ekonomi

( Studi Banding Saudi Arabia dan Indonesia )

Oleh : Faizal Muslim

Email : faizalmuslim16@gmail.com

Penelitian ini dilakukan untuk menguji hubungan jangka pendek dan jangka panjang diantara yang terpilih variabel makroekonomi global dan domestik dari masing-masing negara (suku bunga Fed, harga minyak mentah, Dow Indeks Jones, suku bunga, nilai tukar dan inflasi). Dua indeks utama akan dianalisis yaitu Jakarta Islamic Index (JII,) Tadawul All Share Index (TASI). Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model koreksi kesalahan vektor (VECM) untuk data bulanan mulai dari Januari 2016 hingga Desember 2018. Hasilnya menunjukkan, semua makroekonomi terpilih variabel secara signifikan mempengaruhi kedua pasar saham syariah TASI dan JII, Analisis FEVD (Forecast Error Variance Decomposition). Hasilnya juga menunjukkan bahwa besarnya pengaruh variabel makroekonomi global dan domestik tentang volatilitas pasar modal syariah di Indonesia dan Malaysia memiliki urutan yang berbeda. Volatilitas JII dipengaruhi oleh variabel Harga Minyak Dunia, Suku Bunga Indonesia (IR_RI), Nilai Tukar Indonesia (ER_RI), Dow Jones (DOW), Inflasi Indonesia (I_RI) dan Federal Reserve System (FED). Sementara volatilitas TASI secara berurutan dipengaruhi oleh variabel FED, OIL, IR_SA, I_SA, DOW dan ER_SA. Hasilnya dimana TASI lebih cepat merespon atas pergerakan semua indicator makro ekonomi dibandingkan dengan respon dari JII, dengan ditunjukkan angka yang lebih besar hasil TASI atau keluar angka positif sebaliknya untuk JII menunjukkan angka lebih kecil atau keluar angka dominan negative dari guncangan indicator tersebut. Urutan hasil impulse respon functionnya untuk makro ekonomi global adalah FED terhadap TASI sebesar 0.021687 lebih besar dari pada respon JII yaitu 0.0009478, DOW terhadap TASI sebesar 99.35233 lebih besar dari pada respon JII yaitu -63.02493 dan harga minyak terhadap TASI sebesar 0.405490 lebih besar dari pada respon JII yaitu -1.726847.

Kata kunci : Pasar Saham Islam, Indeks Islam, VAR / VECM Tadawul All Share Index.

(6)

ABSTRACT

ISLAMIC CAPITAL MARKET VOLATILITY AND MACROECONOMIC INDICATORS

(Comparative Study of Saudi Arabia and Indonesia) By :

Faizal Muslim

Email : faizalmuslim16@gmail.com

This study was conducted to examine the short-term and long-term relationships between selected global and domestic macroeconomic variables from each country (Fed interest rates, crude oil prices, Dow Jones Index, interest rates, exchange rates and inflation). Two main indexes will be analyzed, namely the Jakarta Islamic Index (JII,) Tadawul All Share Index (TASI). The methodology used in this study is the vector error correction model (VECM) for monthly data from January 2016 to December 2018. The results show that all selected macroeconomic variables significantly affect both the TASI and JII sharia stock markets, FEVD Analysis (Forecast Error Variance Decomposition ). The results also show that the magnitude of the influence of global and domestic macroeconomic variables on sharia capital market volatility in Indonesia and Malaysia has a different order. JII Volatility is influenced by the variable World Oil Prices, Indonesian Interest Rates (IR_RI), Indonesian Exchange Rates (ER_RI), Dow Jones (DOW), Indonesian Inflation (I_RI) and the Federal Reserve System (FED). While TASI volatility is influenced by FED, OIL, IR_SA, I_SA, DOW and ER_SA variables. The result is that TASI responds more quickly to the movement of all macroeconomic indicators compared to the response from JII, with a larger number showing the results of TASI or positive numbers coming out otherwise for JII showing smaller numbers or negative dominant numbers coming out of the indicator shocks. The order of the results of the impulse response function for global macroeconomics is the FED to TASI of 0.021687 greater than the JII response of 0.0009478, the DOW to TASI of 99.35233 is greater than the JII response of -63.02493 and the price of oil to TASI of 0.405490 is greater than the response of TII JII is -1.726847.

Keywords: Islamic Stock Market, Islamic Index, VAR / VECM Tadawul All Share Index .

(7)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan petunjuk, kekuatan, dan ketabahan untuk menyelesaikan Laporan Proposal Skripsi yang berjudul “ VOLATILITAS PASAR MODAL SYARIAH DAN INDIKATOR MAKRO EKONOMI (STUDI BANDING ARAB DAN INDONESIA”

Tujuan penulisan Skripsi ini dibuat untuk memenuhi tugas pengujian ujian skripsi. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya :

1. Bapak Hamzah Muhammad Mardi Putra, S.K.M., M.M Selaku Rektor Universitas Pelita Bangsa

2. Ibu Preatmi Nurastuti., SE., MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis 3. Ibu Yunita Ramadhani DS., SE., MSc selaku Ketua Program Sarjana -

Program Studi Manajemen Universitas Pelita Bangsa

4. Ibu Lisa Kustina., SE., MBA selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, ilmu dan masukan kepada penulis sehingga proposal ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Teman-teman kampus Universitas Pelita Bangsa yang selama ini menjadi semangat dan motivasi untuk penulis.

6. Pihak keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dukungan, dorongan dan semangat.

7. Pihak lain yang tidak dapat dituliskan satu persatu namanya.

Serta semua pihak yang terlalu banyak untuk disebut satu persatu sehingga terwujudnya penulisan ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh sekali dari sempurna, untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.

(8)

Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.

Bekasi, 06 Oktober 2019

(9)

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

VOLATILITAS PASAR MODAL SYARIAH DAN INDIKATOR MAKRO EKONOMI : STUDI BANDING SAUDI ARABIA DAN INDONESIA... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vi DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Identifikasi Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 6 1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Jakarta Islamic Index (JII) ... 10

2.1.2 Tadawul All Share Index (TASI)... 11

2.1.3 Federal Reserve System (The Fed) ... 12

2.1.4 Harga Minyak (Oil Price) ... 13

2.1.5 Dow Jones ... 15

(10)

2.1.7 Inflasi ... 20

2.1.8 Nilai Tukar/ Kurs ( Exchange Rate ) ... 22

2.1 Penelitian Terdahulu ... 23

3.4 Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 37

3.1 Jenis Penelitian ... 37

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

3.3 Kerangka Konsep ... 38

3.3.1 Desain Penelitian ... 38

3.3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 39

3.4 Populasi dan Pengambilan Sampel ... 40

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.6 Metode Analisa Data ... 41

3.6.1 Uji Vector Auto Regression (VAR)... 42

BAB IV GAMBARAN OBJEK PENELITIAN ... 45

4.1 Sejarah Obyek Penelitian ... 45

4.1.1 Sejarah Jakarta Index Islamic ( JII ) ... 45

4.1.2 Sejarah Tadawul All Share Index ( TASI )... 51

4.2. Struktur Organisasi Obyek Penelitian ... 52

4.2.1 Struktur Organisasi Jakarta Index Islamic ... 52

4.2.2 Struktur Organisasi TASI ... 58

4.3.Kegiatan Operasional ... 63

4.3.1 Jakart Index Islamic ... 63

4.3.2 Tadawul All Share Index ... 65

5.1 Analisis Data ... 66

5.1.1 Hasil Uji Stasioneritas ... 66

5.1.2 Hasil Uji Kointegrassion ... 73

(11)

5.2 Pembahasan ... 83

5.2.1 Hasil Impulse Respon Function Pasar Modal Syariah di Indonesia... 83

5.2.2 Hasil Analisis Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) ... 98

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

6.1 Kesimpulan ... 102

6.2 Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... xiv

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Hasil Uji Stasioneritas...62

Tabel 5.2 Hasil Uji Panjang Lag Pasar Modal Indonesia ...66

Tabel 5.3 Hasil Uji Panjang Lag Pasar Modal syariah Saudi Arabia...67

Tabel 5.4 Hasil uji Kointegrassion...68

Tabel 5.5 Hasil Uji Granger Kausalitas...69

Tabel 5.6 Hasil Uji Estimation Model Var...70

Tabel 5.7 Hasil Uji Var Data Indonesia...71

Tabel 5.8 Hasil Uji Granger Kausalitas Untuk data Saudi Arabia...72

Tabel 5.9 Hasil Uji Estimation Model Var Untuk Saudi Arabia...73

Tabel 5.10 Hasil Uji Var Saudi Arabia...75

Tabel 5.11 Hasil Uji IRF Psara Modal Syariah Indonesia...76

Tabel 5.12 Hasil Uji IRF Pasar Modal Syariah Saudi Arabia...77

Tabel 5.13 Hasil Uji IRF Pasar Modal Syariah Indonesia...78

Tabel 5.14 Hasil Uji IRF Pasar Modal Syariah Saudi Arabia...79

Tabel 5.15 Hasil Uji IRF Pasar Modal Syariah Indonesia...80

Tabel 5.16 Hasil Uji IRF Pasar Modal Saudi Arabia...81

Tabel 5.17 Hasil Uji IRF Pasar Modal Syariah Saudi Arabia...82

Tabel 5.18 Hasil Uji IRF Pasar Modal Syariah Indonesia...83

Tabel 5. 19 Hasil Uji IRF Pasar Modal Sayariah Indonesia ...83

Tabel 5.20 Hasil Uji IRF Pasar Modal Syariah Saudi Arabia...83

(13)
(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pergerakan ISSI 2011.5-2015.5 ...2

Gambar 2.1 Inflasi 10 Tahun Terakhir ...13

Gamabar 3.1 Kerangka Berpikir...35

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia pasar modal sangat kompleks dimana menjadi salah satu sumber ekonomi masyarakat yang mempunyai peranan yang sangat penting terlebih untuk Negara, karena pasar modal mempunyai 2 fungsi yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Dalam fungsi ekonomi pasar modal mempunyai dan mempertemukan 2 pihak, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana atau disebut juga sebagai Investor dengan pihak yang kekurangan dana. Dalam fungsi keuangan, pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh keuntungan sesuai karakteristik investasi yang dipilih.

Investasi syariah dipasar modal memiliki peranan untuk mengembangkan pangsa pasar industri keuangan syariah di Indonesia, Indonesia sendiri merupakan Negara muslim terbesar didunia dimana pasar yang besar untuk mengembangkan industri keuangan syariah.. Salah satu alat ukur kinerjanya adalah Jakarta Islamic Indeks (JII) yang terdiri dari 30 saham syariah terlikuid berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Seiring berjalannya waktu pasar modal syariah di Indonesia perkembangannya semakin besar dengan lahirnya Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang diterbitkan oleh Bapepam-LK dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) pada tanggal 12 Mei

(16)

2011. ISSI merupakan Indeks Saham Syariah yang terdiri dari seluruh saham yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia dan bergabung pada Daftar Efek Syariah. Walaupun baru dibentuk pada tahun 2011 tetapi perkembangan saham syariah di Indonesia tiap periode cukup signifikan. Berikut pergerakan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) selama periode Mei 2011 hingga Mei 2013 yaitu:

Gambar 1. Pergerakan ISSI 2011.5 – 2013.5 Sumber : www.idx.co.id ( diolah), 2014

Gambar 1 menunjukkan pergerakan ISSI selama periode Mei 2011 sampai Mei 2013. Dari grafik Gambar 1 menunjukkan diatas terlihat bahwa pada awal diterbitkan bulan Mei 2011 ISSI berada dititik 123,81 poin. Lalu dibulan Juli 2011 indeks saham mengalami peningkatan, ISSI teridentifikasi mengalami penurunan pada bulan September 2011 sebesar 115,42 poin. Tapi itu tidak berlangsung lama seiring berjalannya waktu mengalami peningkatan kembali sampai bulan Mei 2013 yaitu sebesar 169,81 poin dimana secara garis besar

(17)

mengalami pergerakan meningkat walaupun sesekali mengalami fluktuasi menurun. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa indeks saham syariah di Indonesia mengalami peningkatan cukup signifikan, tidak lupa bahwa pastinya ada beberapa factor yang mempengaruhinya.

Adanya pasar modal berbasis syariah pada awalnya dari kemauan untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat beragama islam yang ingin melakukan investasi. Hal inilah yang kemudian menjadi alasan PT Danareksa Investment. Management untuk meluncurkan Danareksa Syariah pada tanggal 3 Juli 1997. Kemudian pada tanggal 3 Juli 2000, Bursa Efek Indonesia bekerjasama dengan PT Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII). Selanjutnya, produk investasi syariah di pasar modal terus berkembang dengan kehadiran instrumen obligasi syariah (sukuk), reksadana syariah, dan Daftar Efek Syariah (DES) yang kemudian bertransformasi menjadi Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Bahkan jumlah saham syariah yang terdaftar di bursa terus mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu hampir dua kali lipat dalam kurun waktu lima tahun, mulai 2007 hingga 2012, sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 1

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Saham Syariah

Tahun Periode Jumlah Saham Syariah

2007 I 174

II 183

2008 I 191

II 195

(18)

II 199 2010 I 210 II 228 2011 I 234 II 253 2012 I 304 II 321

Sumber: Bapepam LK (sekarang Otoritas Jasa Keuangan)

Tabel 1 juga mengindikasikan bahwa keberadaan saham syariah sangat diminati oleh para investor. Sedangkan nilai kapitalisasi saham syariah yang ditunjukkan oleh Jakarta Islamic Index mengalami fluktuasi pada periode yang sama, dimana pada tahun 2008 sempat mengalami penurunan sebagai dampak dari subprime crisis di Amerika Serikat (Beiq,2014).

Namun, sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 2, nilai kapitalisasi saham syariah ini kembali menunjukkan tren kenaikan secara positif mulai tahun 2009 hingga 2012. Ini menunjukkan bahwa kinerja Jakarta Islamic Index mengalami peningkatan yang cukup baik. Dari peningkatan JII disini tentunya akan banyak indikasi-indikasi yang perlu diperhatikan, dalam hal ini indikasi mikro dan makro ekonomi yang terkait dalam hal investasi. Banyaknya perusahaan yang menganut system syariah investasi disini akan membuat investor sangat selektif dalam menentukan saham yang akan dibeli, pembelajaran dengan investasi konvensional tidak ada bedanya hanya saja ada beberapa sistematika dari index syariah disini yang perlu dipelajari lebih lanjut. Dalam menentukan pilihan saham, yang perlu dilihat terutama harga dari saham, seperti apa perusahaannya, bagaimana harganya sampai dengan historical rate dari harga saham tersebut. Dalam konsep

(19)

pertumbuhan ekonomi, pasar modal merupakan salah satu indicator pertumbuhan ekonomi dan tonggak perekonomian suatu negara.

Namun sejalan dengan globalisasi ekonomi, harga saham tidak lagi hanya dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan fenomena yang terjadi didalam negeri, melainkan pula gejolak ekonomi dan peristiwa-peristiwa luar biasa yang terjadi diluar negeri. Oleh sebab itu, upaya penciptaan iklim investasi kondusif pemerintah dirasa sangat penting untuk segera terwujud. Iklim ini cenderung dikaitkan dengan perbaikan perbaikan kondisi makroekonomi dalam negeri. Semakin stabil kondisi makroekonomi, maka investor semakin merasa aman dan nyaman akan dana yang diinvestasikannya.

Dalam penelitian ini terkaji 2 negara yaitu Indonesia sebagai negara berpenduduk islam terbesar didunia dan negara Saudi Arabia dengan negara Antonio et all (2013), Wang et all (2010). Antonie et all meneliti tentang perbandingan indicator makro ekonomi global dengan indicator makroekonomi domestic terhadap index saham JII dengan index saham Malaysia. Adapun indicator makroekonomi yang digunakan adalah harga minyak dunia, Fed rate, dan Dow Jones Industrial Average Index untuk makroekonomi global, serta

exchange rate, Inflasi, dan nilai tukar untuk makroekonomi domestiknya.

Dihasilkan kesimpulan bahwa variable FED,DOW dan CPII membuat pergerakan JII secara positif, sementara variable lain membuat pergerakan JII secara negative seperti BIR, ERI,OIL.

(20)

Berdasarkan uraian diatas, Penulis teratarik untuk melaksanakan penelitian penyususnan skripsi dengan judul : Volatilitas Pasar Modal Syariah dan

Indikator Makro Ekonomi (Studi Banding Saudi Arabia dan Indonesia).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah dampak nilai The Fed terhadap JII lebih besar dibandingkan dampak The Fed terhadap TASI ?

2. Apakah dampak harga minyak terhadap JII lebih besar dibandingkan dampak harga minyak terhadap TASI ?

3. Apakah dampak nilai Dow Jones terhadap JII lebih besar dibandingkan dampak dow jones terhadap TASI ?

4. Apakah dampak nilai suku bunga terhadap JII lebih besar dibandingkan dampak nilai suku bunga terhadap TASI ?

5. Apakah dampak inflasi terhadap JII lebih besar dibandingkan dampak inflasi terhadap TASI ?

6. Apakah dampak nilai tukar terhadap JII lebih besar dibandingkan dampak nilai tukar terhadap TASI ?

1.3 Tujuan Penelitian

(21)

1. Untuk mengetahui apakah dampak nilai The Fed terhadap JII lebih besar dibandingkan dampak the fed terhadap TASI.

2. Untuk mengetahui apakah dampak harga minyak terhadap JII lebih besar dibandingkan dampak harga minyak terhadap TASI.

3. Untuk mengetahui apakah dampak nilai Dow Jones index terhadap JII lebih besar dibandingkan dampak dow jones terhadap TASI.

4. Untuk mengetahui apakah dampak nilai suku bunga terhadap JII lebih besar dibandingkan dampak nilai suku bunga terhadap TASI.

5. Untuk mengetahui apakah dampak inflasi terhadap JII lebih besar dibandingkan dampak inflasi terhadap TASI.

6. Untuk mengetahui apakah dampak nilai nilai tukar terhadap JII lebih besar dibandingkan dampak nilai tukar terhadap TASI.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak di capai, maka peneliti diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis :

Peneliti dan pembaca sebagai bahan referensi dan pembanding studi penelitian yang terkait dengan riset ini.

(22)

Untuk menambah wawasan bagi mahasiswa terutama mahasiswa lebih memahami perbankan syariah serta dapat dijadikan referensi tambahan dalam perkuliahan

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi yang akan dilakukan penelit berdasarkan pada aturan sistematika yang sudah ditetapkan oleh Universitas Pelita Bangsa ( Yunita Ramadhani, 2015:38-48 ) adalah sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang diambil dari beberapa kutipan jurnal-jurnal atau buku-buku yang berkaitan dangan penyusunan laporan skripsi serta beberapa literature review yang berhubungan dengan penelitian.

(23)

Bab ini memuat mulai dari jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, kerangka konsep, populasi dan pengambilan sampel, metode pengumpulan data, serta metode analisis data.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang obyek penelitian yang meliputi visi, misi, target, sasaran, selanjutnya menjelaskan tentang struktur organisasi yang terdiri dari gambar struktur organisasi perusahaan yang diteliti.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil analisis data meliputi uji instrumen angket dimana didalamnya menjelaskan uji validitas, uji realibilitas dan hipotesis, dijelaskan pula interpretasi data/pembahasan.

BAB VI PENUTUP

(24)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Jakarta Islamic Index (JII)

Pada dasarnya, investasi menjadi sarana bagi para pemilik modal untuk dapat memilih dimana dananya akan dikembangkan dalam hal ini maka pemilik modal dapat dikatakan sebagai investor. Kriteria yang digunakan para investor untuk memilih jenis investasi dan jenis asset produktif tidak dengan mudah dikategorikan. Kriteria ini kembali kepada kepercayaan dan perhitungan investor masing-masing. Investasi yang berdasarkan kepercayaan atau agama memiliki keunikan dimana investor memilih dan mengatur portofolio investasi yang mengikuti dan tidak bertolak belakang dari prinsip agama dan kepercayaan agama yang dianut oleh para investor. Secara global, investasi berdasarkan kepercayaan sudah berkembang pesat dan menjadi isu yang selalu dibahas pada beragam diskusi berskala internasional. Salah satu jenis investasi ini adalah investasi berdasarkan prinsip Islam yang mengundang populasi besar masyarakat Muslim untuk berinvestasi sesuai syariat Islam (Ashraf, 2013).

(25)

Pasar modal syariah dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti: riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain (Galisha,2014). Di Indonesia, munculnya pasar modal syariah diawali dengan peluncuran Danareksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT.Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index sebagai panduan bagi para investor yang ingin berinvestasi tanpa terlepas dari kaidah-kaidah syariah islam. Setelah kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada September 2002 yang terus berkembang dengan berbagai pilihan akad, tahun 2006, instrument baru dimunculkan yaitu reksa dana indeks dengan indeks Jakarta Islamic Index sebagai underlying.

2.1.2 Tadawul All Share Index (TASI)

Prediksi dan pemodelan volatilitas pasar saham telah menjadi signifikan dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia bidang keuangan, dan dianggap sebagai tempat menarik bagi akademisi dan profesional keuangan. Itu hubungan antara risiko dan pengembalian adalah konsep penting dalam keuangan yang telah dipelajari di masa lalu sebagian besar (Markowitz & Blay, 2013). Ezzat dan Uludag (2015) mempelajari kedatangan informasi dan volatilitas di pasar saham Saudi. Mereka menemukan bukti kuat penurunan persistensi volatilitas karena dimasukkannya volume dan jumlah perdagangan-perdagangan dalam persamaan varian bersyarat. Selanjutnya,

(26)

mereka menyarankan jumlah perdagangan di atas volume perdagangan dalam memprediksi volatilitas. Arouri (2013) meneliti efek limpahan antara harga minyak global dan Saudi pasar saham dalam hal risiko dan pengembalian, dan melaporkan bahwa spillover di sektor saham Saudi akan jatuh tempo kejutan daripada volatilitas.

Ulussever et al. (2011) mempelajari efek harian saham Tadawul dengan bantuan GARCH non-linear, dan ditemukan pengembalian harian rata-rata yang berbeda satu sama lain, karenanya memvalidasi efek hari dalam seminggu. Abdalla dan Idris (2013) menyelidiki volatilitas limpahan antara tingkat pengembalian dan nilai tukar di pasar saham Arab Saudi dan Mesir. Mereka melaporkan spillover volatilitas di pasar Mesir, sementara tidak ada bukti volatilitas ditemukan antara pengembalian dan nilai tukar di Pasar saham Saudi.

2.1.3 Federal Reserve System (The Fed)

Federal Reserve atau The Fed merupakan suatu badan keuangan yang bertanggung jawab dalam mengatur perbandan dan mengatur jumlah uang yang beredar dalam perekonomian Amerika Serikat (Misgiyanti, 2019). Fed Rate, atau suku bunga Federal Reserve, adalah tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh The Fed sebagai patokan bagi suku bunga pinjaman maupun simpanan bagi bank dan atau lembaga-lembaga keuangan di seluruh AS. Ketika Fed Rate naik, maka bunga pinjaman maupun simpanan di bank dan

(27)

lembaga keuangan lainnya juga bisa naik. Jika bunga simpanan di bank-bank di Amerika naik, maka itu akan menarik minat investor dari seluruh dunia untuk menempatkan dana mereka dalam bentuk tabungan/deposito di Amerika. Tidak hanya bunga tabungan, ketika Fed Rate naik maka bunga obligasi yang diterbitkan perusahaan-perusahaan di Amerika juga biasanya akan ikut naik (Hidayat, 2015). Tugas pertama dilakukan The Fed dengan memonitor kondisi keuangan masing-masing bank dan memfasilitasi transaksi-transaksi bank dengan melakukan kliring. Birru dan Figlewski (2010) menyatakan bahwa pengumuman The Fed merupakan informasi yang sangat penting bagi pasar, salah satunya terkait dengan suku bunga. Suku bunga The Fed merupakan tingkat bunga yang diterapkan bank Sentral Amerika Serikat untuk meminjamkan dana kepada perbankan umum yang ada di Amerika Serikat (The Fed, 2015). Apabila suku bunga bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) naik, maka sektor perbankan akan turut menaikkan bunganya termasuk suku bunga tabungan dan deposito yang akan berimbas adanya perpindahan dana dari pasar modal ke bank yang mengalami kenaikan return dengan risiko yang lebih kecil daripada berinvestasi di pasar modal (Surbakti, 2011).

2.1.4 Harga Minyak (Oil Price)

Harga dapat didefinisikan sebagai suatu penetapan nilai pertukaran yang ditetapkan penjual dan pembeli untuk memperoleh suatu produk. Harga

(28)

minyak dunia merupakan harga yang terbentuk karena permintaan dan penawaran oleh komoditas minyak dunia (Putra,2016). Minyak mentah memainkan peranan yang cukup penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Purwanti (2011) menjelaskan bahwa salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak bumi. Kinerja harga minyak bumi dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia karena perannya dipandang penting dalam fungsi produksi.

Kebutuhan energi suatu negara erat kaitannya dengan jumlah penduduk dan tingkat perkembangan terutama perkembangan industry. Kebutuhan energy dunia saat ini masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil terutama minyak bumi, hal ini menyebabkan harga minyak dunia menjadi sangan penting dalam sector perdagangan, mengingat persebaran cadangan minyak yang tidak merata di dunia. Cadangan minyak dunia hanya memiliki oleh beberapa negara seperti Saudi Arabia, Irak, Iran dan beberapa negara lain. Diantara persediaan tersebut lebih dari 25% dimiliki oleh Saudi Arabia. Banyak negara yang masih bergantung pada negara lain dalam pemenuhan supply minyak tersebut. Oleh karena itu, sangat mungkin bagi negara penghasil minyak dunia untuk mendominasi harga minyak di pasar. Sehingga dibutuhkan suatu mekanisme untuk menentukan harga minyak di pasar dunia agar kebijakan yang diambil menguntungkan semua pihak (Syauqi, 2014).

(29)

2.1.5 Dow Jones

Indeks Dow Jones merupakan indeks pasar saham tertua di Amerika.selain indeks transportasi Dow Jones. Indeks Dow Jones merupakan salah satu dari 3 indeks utama di Amerika Serikat. Naiknya Indeks Dow Jones ini berarti kinerja perekonomian Amerika Serikat ikut membaik. Sebagai salah satu negara tujuan ekspor Indonesia, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun modal masuk baik investasi langsung maupun melalui pasar modal.

2.1.6 Suku Bunga ( Interest Rate )

Suku bunga adalah persentase tertentu yang diperhitungkan dari pokok pinjaman yang harus dibayarkan oleh debitur dalam periode tertentu, dan diterima oleh kreditur sebagai imbal jasa (Muttaqiena, 2013). Imbal jasa ini merupakan suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman (kreditur) karena telah merelakan debitur (peminjam dana) untuk mendapatkan manfaat dari dana yang dimilikinya, alih-alih menggunakannya untuk tujuan lain (Muttaqiena, 2013). Beberapa ekonom dan ahli keuangan dunia mengajukan definisi yang beragam seputar suku bunga :

1. Bunga merupakan imbalan jasa atas pinjaman yang diberikan. Imbalan jasa dapat diartikan sebagai suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman

(30)

atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut apabila diinvestasikan (Sawaldo Puspopranoto; 2014).

2. Menurut ekonom Indonesia, Sunariyah (2013:80), suku bunga adalah nilai dari pinjaman yang dinyatakan sebagai sekian persen dari uang pokok pada tiap waktu yang disepakati. Debitur (peminjam) harus membayar kepada kreditur (pemberi pinjaman) sejumlah uang yang merupakan ukuran harga sumber daya dari pinjaman.

Sementara itu, dalam konteks perbankan, rasio bunga bisa diartikan dari pihak bank atau dari pihak nasabah, sesuai fungsinya masing-masing sebagai debitur atau kreditur. Untuk nasabah sebagai debitur, bank biasanya memberikan bunga karna dengan kepercayaan yang diberikan telah menyimpan uang disuatu bank tersebut. Dimana besarnya tergantung besarnya dana yang disimpan. Sementara itu, kreditur atau masyarakat yang meminjam uang kepada bank, harus membayarkan sebesar sekian persen dari jumlah pinjaman pokok. Itulah pengertian suku bunga secara sederhana. a. Fungsi Suku Bunga Bagi Masyarakat

1. Menurut Sunariyah (2013), suku bunga mempunyai manfaat bagi masyarakat, yaitu : Untuk meyakinkan masyarakat agar mau untuk menabung uangnya dibank dibandingkan digunakan untuk hal yang tidak penting.

2. Penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam ekonomi biasanya disebut alat moneter masyarakat dapat dikendalikan .

(31)

3. Karena bunga dapat digunakan pemerintah untuk mengontrol uang yang beredar dimasyarakat.

Masyarakat yang meminjam uang pada bank tidak hanya membayarkan pinjaman pokoknya saja tapi disertai dengan bunga yang disepakati. Tingkat bunga tentunya mengalami fluktuasi, dimana hal tersebut dapat berpengaruh pada keinginan masyarakat untuk meminjam uang atau menabung kepada bank. Semakin tinggi tingkat bunga maka semakin sedikit minat masyarakatnya begitu juga sebaliknya, semakin rendah tingkat bunga maka semakin banyak peminatnya.

Secara rinci, berikut adalah hal-hal yang mempengaruhi besarnya nilai suku bunga :

1. Tempo waktu peminjaman

2. Adanya hubungan antara kreditur dan debitur 3. Target laba yang diperoleh

4. Kebijakan pemerintah 5. Kebutuhan dana yang ada 6. Referensi perusahaan 7. Pesaing produk yang sama 8. Persaingan antar bank

9. Adanya rekomendasi dari pihak ketiga

Suku atau rasio bunga dipengaruhi oleh dua faktor yaitu permintaan investasi modal dari sektor bisnis yang utama, dan penawaran tabungan.

(32)

Bunga majemuk artinya adalah nilai pinjaman pokok yang terus berubah pada setiap akhir periode dengan perhitungan bunga yang bertambah. Dengan demikian, masyarakat yang mempunyai penghasilan lebih dapat menginvestasikan dananya kepada bank, sementara masyarakat yang membutuhkan modal mempunyai pilihan untuk mengambil kredit pada bank. Konsekuensi masyarakat yang meminjam dana adalah harus melunasi jumlah pinjaman ditambah bunga sebagai harga dana yang dipinjam.

Pengaruh Tarif Suku Bunga Terhadap Harga Saham

Dalam hal ini selain penabung, pemilik deposito atau peminjam dana bank yang berkepentingan untuk mengetahui tarif suku bunga ini adalah investor saham. Orang yang menginvestasikan uangnya pada bidang saham pastinya akan melihat dan dan mengamati besarnya bunga yang ditetapkan oleh BI dan tentunya tingkat bunga pada perusahaan yang akan dibeli sahamnya oleh investor tersebut. Berikut adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi harga saham dalam kaitannya dengan tarif bunga bank:

b. Fluktuasi tarif bunga

Teori hubungan pergerakan harga saham dengan naik turunnya bunga bank ini akan berbanding terbalik. Dimana jika Tarif bunga mengalami kenaikan maka peminat investor untuk membeli saham pada suatu perusahaan akan sangat sedikit, mereka akan tertarik hanya menabung atau menyimpan saja dananya dibank tersebut. Sebaliknya jika suku

(33)

bunga yang terjadi mengalami penurunan masyarakat akan memilih membeli sahamnya dibandingkan hanya menabung saja.

c. Hutang perusahaan

Pada kasus ini memungkinkan hubungan saling mempengaruhi antara bunga dan harga saham adalah hutang ini. Setiap perusahaan pasti memiliki hutang demi memajukan perusahaannya agar selalu berkembang. Dalam hutang tersebut jika bunga yang didapatkan tinggi maka akan semakin berat perusahaan untuk meningkatkan keuntungan pada operasional perusahaan. Hal ini tentu merupakan factor yang mempengaruhi harga saham perusahaan.

d. Suku bunga internasional

Nilai bunga domestik di Indonesia dipengaruhi oleh nilai suku bunga internasional karena kebijakan nilai tukar mata uang rupiah yang kurang fleksibel dan pengaruh pasar keuangan internasional terhadap pasar keuangan Indonesia. Disamping dipengaruhi oleh bunga internasional, tingkat diskonto suku bunga Indonesia (SBI) juga membawa pengaruh penting dalam penentuan besarnyatingkat bunga di tanah air. Jika bunga mengalami fluktuasi hal itu akan segera direspon oleh tarif bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) sementara efek dalam bunga deposito baru terdeteksi dalam kurun waktu 7 hingga 8 bulan.

(34)

2.1.7 Inflasi

Inflasi merupakan masalah yang selalu dihadapi setiap perekonomian. Fluktuasi inflasi selalu berubah-ubah disetiap waktunya pada setiap negara. Tingkat inflasi yaitu persentasi kenaikan harga – harga dalam suatu tahun tertentu, biasanya buruknya masalah ekonomi langsung dapat dilihat dari besarnya inflasi. Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus (R.Latumaerissa, 2011). Jika inflasi meningkat maka harga barang dan jasa di dalam negeri mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai mata uang (BPS.2016). Kenaikan harga secara periodik musiman, misalnya menjelang lebaran, natal, dan tahun baru yang hanya sekali saja, serta tidak memiliki pengaruh lanjutan, tidak bisa disebut inflasi. Kenaikan harga semacam ini tidak dianggap sebagai suatu “penyakit ekonomi” yang memerlukan penanganan khusus untuk menanggulanginya (R.Latumaerissa, 2011). Dalam perekonomian yang pesat berkembang inflasi yang rendah tingkatnya, dinamakan inflasi merayap yaitu inflasi yang mencapai 2 sampai 4 persen. Sering sekali inflasi yang lebih serius akan berlaku pada tingkatan yang mencapai 5 sampai 10 persen atau sedikit lebih tinggi. Gambar 1.1 memperlihatkan perkembangan inflasi dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2018 di Indonesia yang terus berubah – ubah tingkatan inflasinya.

(35)

Tabel 1.1

Inflasi di Indonesia Tahun 2009 – 2018

Tahun Inflasi (%) 2009 2.78 2010 6.96 2011 3.79 2012 4.3 2013 8.36 2014 8.36 2015 3.35 2016 3.02 2017 3.61 2018 3.13

Untuk data diatas, inflasi Indonesia bergerak tidak stabil, dilihat dari tahun 2009 dimana inflasi sebesar 2,78% dan lansung naik sebesar 6,96% ditahun berikutnya namun dapat dikendalikan kembali menjadi 3,79% ditahun 2011. Setelah 2011 kembali melonjak menjadi 8,36% ditahun 2013 dan 2014, namun setelah itu menurun kurang lebih 5% dan tetap ada perubahan hingga tahun 2018 tapi tidak terlalu signifikan perubahannya. Berikut ini terdapat grafik dari inflasi 10 tahun terakhir.

(36)

Gambar 1 Inflasi 10 tahun terakhir Sumber : Bolasalju.com

Besarnya harga pada tingkat inflasi yang meningkat itu tidak selalu berdampak negatif. Bahkan sering pula dengan naiknya harga yang tidak terlalu signifikan kenaikannya justru mempunya pengaruh positif, terutama terhadap iklim investasi. Kenaikan harga seperti ini pada dasarnya merupakan intensif bagi pengusaha untuk melakukan kegiatan produksinya. Para ahli ekonomi moneter menyetujui bahwa efek positif tersebut dapat dicapai secara maksimal dengan inflasi ringan dibawah 10 persen.

2.1.8 Nilai Tukar/ Kurs ( Exchange Rate )

Nilai tukar atau dikenal sebagai kurs didalam konteks keuangan ialah sebuah perjanjian sebagai penukaran uang terhadap pembayaran saat ini dan dikemudian hari, dimana transaksi yang terjadi itu pada mata uang masing-masing negara. Nilai Tukar merupakan suatu hubungan nilai diantara satu kesatuan mata uang asing dan kesatuan mata uang dalam negeri. Data didapatkan

(37)

dari Bank Indonesia dengan jenis data bulanan dalam skala rupiah. Risiko nilai Kurs merupakan risiko yang ada karna terjadinya transaksi mata uang domestic dengan nilai tukar mata uang Negara lain.

Dalam sistem pertukaran dinyatakan oleh yang pernyataan besaran jumlah unit yaitu "mata uang" (atau "harga mata uang" atau "sarian mata uang") yang dapat dibeli dari 1 penggalan "unit mata uang" (disebut pula sebagai "dasar mata uang"). sebagai contoh, dalam penggalan disebutkan bahwa kurs EUR-USD adalah 1,4320 (1,4320 USD per EUR) yang berarti bahwa penggalan mata uang adalah dalam USD dengan penggunaan penggalan nilai dasar tukar mata uang adalah EUR. Kurs merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas dipasar saham maupun di pasar uang karena investor cenderung akan berhatihati untuk melakukan investasi portofolio. Menurut Novia Kusumaningsih (2015: 31) kurs menunjukkan berapa rupiah yang harus dibayar untuk satu satuan mata uang asing, dan berapa rupiah yang akan diterima kalau seseorang menjual uang asing, perubahan satu variabel makro ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif.

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu,merupakan hasil – hasil penelitian terdahulu yang memberikan informasi terkait dengan metode penelitian,hasil,pembahasan yang

(38)

digunakan sebagai dasar perbandingan dengan penelitian yang dilakukan, penelitian terdahulu dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Muhammad Syafii Antonio, Hafidhoh, dan Hilman Fauzi dalam jurnal internasional yang berjudul Volatilitas Pasar Modal Syariah dan Indikator Makro Ekonomi : Studi banding Malaysia dan Indonesia, 2013 menghasilkan beberapa kesimpulan bahwa : 1. Perlu adanya peningkata investor domestik di pasar modal syariah. Hal ini dikarenakan salah satu penyebab responsifnya pasar modal syariah di Indonesia da Malaysia terhadap perubahan kebijakan ekonomi negara lain adalah tingginya persentasi investor luar negeri dibandingkan dengan investor domestik. Di Indonesia sendiri investor luar negeri mencapai lebih dari 50 persen dari keseluruhan investor di pasar modal, secara psikologis investor luar ini cenderung lebih mudah memindahkan dan yang diinvestasikan ke negara lain yang dinilai lebih menguntungkan. 2. Terkait dengan penelitian mengenaivariabel yang mempengaruhi pasar modal syariah, kiranya perlu dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai variabel-variabel teknikal dan fundamental yang mempengaruhi pasar modal syariah sehingga diharapkan akan didapatkan hasil yang lebih komprehensif mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan pasar saham syariah.

2. Heri Sudarsono dalam jurnal Bisnis dan Manajemen yang berjudul Indikator Makroekonomi dan Pengaruhnya Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia, 2018 menghasilkan kesimpulan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa

(39)

tingkat ER, CPI, BIRATE, M2 dan SBIS mempengaruhi besaran ISSI. Sedangkan tingkat ER, CPI, BIRATE, M2 dan SBIS dipengaruhi oleh instrumen moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Oleh karenanya untuk mengembangkan indek saham yang berbasis syariah, seperti JII dan ISSI maka Bank Indonesia perlu mengembangkan instrument moneter yang berbasis syariah. Untuk penelitian selanjutnya, perlu dipertimbangkan memasukan variabel dummy, seperti kebijakan pemerintah dan peristiwa penting selama periode penelitian di dalam model untuk mendapatkan pengamatan yang lebih komprehensif tentang perkembangan indek saham syariah di Indonesia.

3. Irfan Syauqi dan Sri Wulan Fatmawati dalam Jurnal yang berjudul Pengaruh Indeks Harga Saham Syariah Internasional dan Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index, 2014 menghasilkan beberapa kesimpulan yang pertama hasil analisis VECM menunjukkan bahwa pada jangka pendek, hanya DJIJP dan IPI yang memengaruhi JII secara signifikan. Sedangkan pada jangka panjang, DJIEU, DJIMY, dan IPI memiliki hubungan positif secara signifikan terhadap JII. Adapun DJIJP, IMUS, M2 dan SBIS memiliki hubungan yang negative signifikan terdadap JII. Sementara itu, CPI, BI Rate dan ER tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan JII. Kedua, hasil IRF menunjukkan bahwa JII mengalami fluktuasi dalam merespon guncangan atau shock yang terjadi terhadap seluruh veriabel makroekonomi dan pasar saham syariah internasional yang diamati, sebelum kemudian mencapai kestabilan. Waktu yang diperlukan untuk mencapai kondisi stabil ini berbeda-beda diantara

(40)

variable tersebut. JII paling cepat mencapai kestabilan ketika merespon guncangan pada jumlah uang yang beredar. Ketiga, hasil analisis FEVD menunjukkan bahwa setiap variable memiliki kontribusi yang berbeda-beda terhadap keagamaan JII. Diakhir periode pengamatan, CPI adalah variable yang memiliki kontribusi paling bear, sementara M2 adalah varibel yang memilik kontribusi yang paling kecil.

4. M. Fauzan dan Dedi Suhendro dalam jurnal yang berjudul Peran Pasar Modal Syariah Dalam Mendorong Laju Ekonomi Di Indonesia, 2018 menghasilkan kesimpulan bahwa secara umum dapat diilihat bahwa selama 16 tahun, Jakarta Islamic Index (JII) menunjukkan pola pergerakan yang sangat fluktuatif dalam rentang yang sangat besar. Hal ini terjadi karena didorong oleh beberapa factor, yaitu (1) relative rendahnya suku bunga perbankan; (2) Membaiknya persepsi investor asing terhadap tingkat resiko di Indonesia, serta selisih suku bunga (Interest differential) yang cukup signifikan; dan (3) kestabilan indicator makro ekonomi dan prospek peningkatan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan disela perekonomian global yang cenderung lesu mengakibatkan pemodal asing mulai melirik pasar modal Indonesia.

5. Alamsjah dalam jurnal ekonomix volume 5 nomor 1 yang berjudul Pengaruh Faktor Ekonomi Terhadap Harga Saham Industri Makanan Yang Tercatat Di Bursa Efek Jakarta, 2017 menghasilkan kesimpulan disalah satu Hipotesisnya yaitu Hipotesis pertama dapat diterima karena telah terbukti dengan pengujian secara serentak atau uji-F diketahui bahwa variabel IHSG, IHSS, Nilai Tukar

(41)

Valas (rupiah terhadap dolar Amerika), Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Inflasi secara serentak berpengaruh signifikan atau sangat kuat terhadap harga saham industri makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Koefisien determinasi ganda (R2) menunjukkan nilai 90,2 %, ini berarti bahwa kelima variabel bebas tersebut secara serentak berpengaruh kepada harga saham industri makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, selebihnya 9,8 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak teliti. Korelasi serentak (R) tergolong sangat kuat, yaitu R = 0,950 mendekati nilai 1. Dengan demikian korelasi dan pengaruh variabel bebas yang diteliti, secara serentak tergolong sangat kuat atau sangat signifikan.

6. Ayu Syntia dalam skripsi yang berjudul Analisis Integrasi Indeks Harga Saham Syariah Pada Pasar Modal Syariah Indonesia, Malaysia, China, dan Jepang; 2018 menghasilkan kesimpulan yang diteliti pada periode Mei 2011 – Desember 2016 adalah Indeks saham syariah Indonesia (ISSI.JK) memiliki pengaruh yang signifikan dengan Dow Jones Islamic World Malaysia Index (DJMY25D) dan hubungan yang positif, yang artinya variabel dependen ISSI.JK dengan variabel independen DJMY25D terintegrasi dengan arah yang positif. Hal ini dibuktikan dari hasil uji signifikan parametrik individual (uji t) dengan nilai thitung sebesar 5,705 dan Sig 0,000. Karena nilai Sig 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan H1 diterima. Terintegrasinya indeks saham syariah pada Indonesia dan Malaysia karena adanya perjanjian bilateral antara BEI dan Bursa Malaysia tentang perdagangan beberapa perusahaan dan produk syariah

(42)

membuat investor Indonesia berpeluang melakukan trading atau perdagangan saham di Malaysia. Selain itu, meningkatnya jumlah investor di masing-masing Negara, baik Negara Indonesia maupun Malaysia meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dengan adanya perluasan transaksi investasi antar Negara, menghilangkan hambatan perdagangan Internasional, memperbaiki kualitas produk dalam Negeri untuk memikat Negara lain untuk memberikan produk lokal diwilayah kawasan yang terintegrasi.

7. David dalam skripsi yang berjudul; 2012, menghasilkan kesimpulan berdasarkan Pengaruh Indikator Makro Ekonomi Terhadap Kinerja Pasar Modal Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis Global 2008analisis kuantitatif dan deskriptifnya bahwa penelitian ini menghasilkan pola hubungan yang positif antara kurs nilai tukar terhadap IHSG pada saat sebelum krisis 2005-2008. Penelitian ini mengidentifikasikan bahwa hubungan kurs dan IHSG segnifikan dan bertanda positif pada hubungan jangan panjang tetapi pada hubungan jangka pendek kurs signifikan dan bertanda negatif, sedangkan

impulse pengaruh kurs terhadap IHSG adalah positif . ini menegaskan bahwa

respons kurs terhadap IHSG kuat, variance decomposition menunjukkan kurs memberikan pengaruh terhadap IHSG sebesar 72,9% pada akhir periode. Pada saat sesudah krisis 2009-2011 hubungan kurs nilai tukar terhadap IHSG berhubungan negatif dan signifikan. Pada hubungan jangka panjang kurs terhadap IHSG signifikan dan positif, pada hubungan jangka pendek signifikan dan berhubungan negatif, kurs juga negatif terhadap IHSG yakni bahwa

(43)

pengaruh kurs terhadap IHSG tidak terlalu kuat pada impulse response, variance decomposition menunjukkan kurs memberikan pengaruh terhadap IHSG sebesar 21,9% pada akhir periode. Apabila kurs melemah maka investasi dipasar saham tidak menguntungkan.

8. Slamet Widodo dalam skripsi yang berjudul Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Indeks Harga Saham : Studi Kasus IHSG (Periode Januari 2006 – Desember 2010); 2011 menghasilkan 2 kesimpulan yaitu secara jangka panjang dan jangka pendek dimana, 1. Dalam jangka panjang tidak pengaruh variable GDP terhadap IHSG. Tetapi variable inflasi berpengaruh terhadap indeks IHSG, dimana jika inflasi naik sebesar 1%, maka akan meningkatkan indeks IHSG sebesar 0,00290 point. Sedangkan untuk variable kurs terdapat pengaruh terhadap IHSG. Dimana jika Kurs Rupiah menguat terhadap Dollar AS sebesar 1 Rupiah maka akan menurunkan Indeks IHSG sebesar 2.616168 point. Dalam jangka panjang suku bunga SBI juga terdapat pengaruh terhadap indeks IHSG. Dimana jika suku bunga SBI naik 1% maka akan menurunkan indeks IHSG sebesar 0.212252 point. Hal ini membawa implikasi bahwa variable GDP tidak dapat digunakan untuk memprediksi nilai IHSG dalam jangka panjang. Sedangkan variable inflasi, Rupiah terhadap Dollar AS (kurs) dan suku bunga SBI dapat digunakan untuk memprediksi nilai IHSG jangka panjang. 2. Dalam jangka pendek tidak terdapat pengaruh variable GDP dan inflasi terhadap IHSG. Sedangkan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS (kurs) terhadap pengaruh terhadap IHSG, dimana jika Kurs Rupiah menguat terhadap

(44)

Dollar AS 1 rupiah maka akan menurunkan Indeks IHSG sebesar 1.684899 point. Begitu juga dengan suku bunga SBI terdapat pengaruh terhadap IHSG. Dimana jika suku bunga SBI naik 1% maka akan menurunkan indeks IHSG sebesar 0.153176 point. Hal ini membawa implikasi bahwa variable GDP inflasi tidak dapat digunakan untuk memprediksi nilai IHSG dalam jangka pendek. Sedangkan variable Rupiah terhadap Dollar AS (kurs) dan suku bunga SBI dapat digunakan untuk memprediksi nilai IHSG dalam jangka pendek.

3.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang diajukan, maka titik tolak untuk merumuskan masalah adalah rumusan masalah dan kerangka berpikir.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis membuat kesimpulan sementara dengan uraian sebagai berikut :

Hipotesis Pertama : Dampak The Fed terhadap JII lebih besar dibandingkan

dampak The Fed terhadap TASI.

Teori yang digunakan : Wongswan (2005) menyatakan bahwa perubahan

tingkat suku bunga The Fed merupakan representasi dari kondisi perekonomian Amerika dan akan mempengaruhi perekonomian dunia.

Jurnal yang mendukung : Muhammad Syafii Antonio, Hafidhoh, Hilman Fauzi

dalam jurnal liquidity Vol.2 No 1, Januari-Juni 2013 yang berjudul Volatilitas Pasar Modal Syariah dan Indikator Makro Ekonomi : Studi Banding Malaysia dan

(45)

Indonesia menghasilkan kesimpulan Hasil analisis IRF memperlihatkan bahwa guncangan yang diberikan oleh variable makroekonomi global (OIL, FED, DOW) dan domestic (ERI, BIR, CPII) terhadap pergerakan harga saham syariah di Indonesia (JII) bergerak secara positif melalui guncangan yang diberikan oleh variable FED, DOW, CPII. Sedangkan guncangan variable lain (BIR,ERI,OIL) memberikan respons negative.

Hipotesis Kedua : Dampak harga minyak terhadap JII lebih besar dibandingkan

dampak harga minyak terhadap TASI

Teori yang digunakan : Aditya, Bonar M Sianaga, dan TB Ahmad Maulana

(2018) menyatakan bahwa indicator makro ekonomi berpengaruh signifikan terhadap indeks saham IHSG.

Jurnal yang mendukung : Aydemir dan Demirhan dalam Internatioanl Research

Journal of Finance and Ekonomics 2009 dalam judul The Relationship Between Stock Prices and Eschange Rates Evidence from Turkey menghasilkan kesimpulan Ekonomi telah mencoba menjelaskan nilai tukar-harga saham nexus untuk waktu yang lama. Telah ada banyak studi empiris dan teoritis untuk menentukan arah kausalitas antara kedua keuangan ini variabel. Namun, arah kausalitas masih tetap belum terselesaikan dalam teori dan empiris. Sementara beberapa studi empiris menemukan beberapa hubungan dan hubungan sebab akibat, penelitian lain tidak menunjukkan hubungan sebab akibat antara dua variabel ini. Selain itu, arah kausalitas berubah dari satu ekonomi ke ekonomi

(46)

lainnya. Juga, studi empiris untuk ekonomi tertentu dapat menunjukkan hasil yang berbeda untuk hubungan ini. Itu alasan perbedaan ini dapat dijelaskan oleh periode waktu yang digunakan untuk data, model ekonometrik yang digunakan dan kebijakan ekonomi negara. Dalam penelitian ini, kami menyelidiki hubungan antara variabel yang disebutkan di Turki menggunakan data harian dari 23 Februari 2001 hingga 11 Januari 2008. Nasional 100, layanan, keuangan, industri, dan indeks teknologi diambil sebagai indeks harga saham. Hasil penelitian empiris menunjukkan bahwa ada hubungan kausal dua arah antara nilai tukar dan semua indeks pasar saham. Selagi kausalitas negatif muncul dari indeks nasional 100, jasa, keuangan dan industri hingga nilai tukar (mendukung pendekatan keseimbangan portofolio), ada hubungan kausal positif dari indeks teknologi untuk nilai tukar. Di sisi lain, hubungan sebab akibat negatif dari nilai tukar ke semua saham indeks pasar ditentukan.

Hipotesis Ketiga : Dampak Dow Jones terhadap JII lebih besar dibandingkan

dampak Dow Jones terhadap TASI.

Teori yang digunakan : Frento T.Suharto pada buku Busines and Economics

(hal.67-77, 2014) menyatakan bahwa index Dow Jones berpengaruh terhadap IHSG.

Jurnal yang mendukung : Weihan Zhang dan Peijuan Yang dalam journal of

service science and manajemen, 2018 yang berjudul Research od Dynamic Relationship between Exchae Rate and Stock Price-Based Garch –In-Mean Model menghasilkan kesmpulan bahwa untuk menyelidiki korelasi antara pasar nilai

(47)

tukar dan pasar saham sejak pelaksanaan reformasi pertukaran, makalah ini menguji model GARCH-in-Mean dari Shanghai Composite Index dan pertukarannya seri tingkat hasil dari Juni 2005 hingga Agustus 2017. Hasil empiris menunjukkan bahwa: Pertama, ada mekanisme pengaruh dua arah antara harga saham China dan pasar nilai tukar, dan ada korelasi positif dalam jangka panjang. Itu apresiasi RMB akan membawa penurunan di pasar saham. Kedua, dari perspektif volatilitas pasar, ketidakpastian pasar nilai tukar tidak akan mempengaruhi tren pasar saham, yaitu transmisi risiko antara kedua pasar tidak signifikan.

Hipotesis Keempat : Dampak Suku Bunga RI terhadap JII lebih besar

dibandingkan dampak suku bunga SA terhadap TASI.

Teori yang digunakan : Hamburger dan Kochin (1972) mengemukakan

hubungan antara pasar saham dan suku bunga riil adalah negative.

Jurnal yang mendukung : David dalam skripsi yang berjudul Pengaruh

Indikator Makro Ekonomi Terhadap Kinerja Pasar Modal Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis Global 2008; 2012, menghasilkan kesimpulan berdasarkan analisis kuantitatif dan deskriptifnya bahwa penelitian ini menghasilkan pola hubungan yang positif antara kurs nilai tukar terhadap IHSG pada saat sebelum krisis 2005-2008. Penelitian ini mengidentifikasikan bahwa hubungan kurs dan IHSG segnifikan dan bertanda positif pada hubungan jangan panjang tetapi pada hubungan jangka pendek kurs signifikan dan bertanda negatif, sedangkan impulse pengaruh kurs terhadap IHSG adalah positif . ini menegaskan bahwa respons kurs

(48)

terhadap IHSG kuat, variance decomposition menunjukkan kurs memberikan pengaruh terhadap IHSG sebesar 72,9% pada akhir periode. Pada saat sesudah krisis 2009-2011 hubungan kurs nilai tukar terhadap IHSG berhubungan negatif dan signifikan. Pada hubungan jangka panjang kurs terhadap IHSG signifikan dan positif, pada hubungan jangka pendek signifikan dan berhubungan negatif, kurs juga negatif terhadap IHSG yakni bahwa pengaruh kurs terhadap IHSG tidak terlalu kuat pada impulse response, variance decomposition menunjukkan kurs memberikan pengaruh terhadap IHSG sebesar 21,9% pada akhir periode. Apabila kurs melemah maka investasi dipasar saham tidak menguntungkan.

Hipotesis Kelima : Dampak Inflasi Indonesia terhadap JII lebih besar

dibandingkan dampak Inflasi SA terhadap TASI.

Teori yang digunakan : Henry (2002) mengatakan bahwa negara yang negara

dengan angka inflasi yang tinggi atau setidaknya pernah mengalami inflasi yang tinggi (diatas 40% pertahun) maka akan berpengaruh besar terhadap pasar saham.

Jurnal yang mendukung : Slamet Widodo dalam skripsi yang berjudul Pengaruh

Variabel Makro Ekonomi Terhadap Indeks Harga Saham : Studi Kasus IHSG (Periode Januari 2006 – Desember 2010); 2011 menghasilkan 2 kesimpulan yaitu secara jangka panjang dan jangka pendek dimana, 1. Dalam jangka panjang tidak pengaruh variable GDP terhadap IHSG. Tetapi variable inflasi berpengaruh terhadap indeks IHSG, dimana jika inflasi naik sebesar 1%, maka akan meningkatkan indeks IHSG sebesar 0,00290 point. Sedangkan untuk variable kurs terdapat pengaruh terhadap IHSG. Dimana jika Kurs Rupiah menguat

(49)

terhadap Dollar AS sebesar 1 Rupiah maka akan menurunkan Indeks IHSG sebesar 2.616168 point. Dalam jangka panjang suku bunga SBI juga terdapat pengaruh terhadap indeks IHSG. Dimana jika suku bunga SBI naik 1% maka akan menurunkan indeks IHSG sebesar 0.212252 point. Hal ini membawa implikasi bahwa variable GDP tidak dapat digunakan untuk memprediksi nilai IHSG dalam jangka panjang. Sedangkan variable inflasi, Rupiah terhadap Dollar AS (kurs) dan suku bunga SBI dapat digunakan untuk memprediksi nilai IHSG jangka panjang. 2. Dalam jangka pendek tidak terdapat pengaruh variable GDP dan inflasi terhadap IHSG. Sedangkan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS (kurs) terhadap pengaruh terhadap IHSG, dimana jika Kurs Rupiah menguat terhadap Dollar AS 1 rupiah maka akan menurunkan Indeks IHSG sebesar 1.684899 point. Begitu juga dengan suku bunga SBI terdapat pengaruh terhadap IHSG. Dimana jika suku bunga SBI naik 1% maka akan menurunkan indeks IHSG sebesar 0.153176 point. Hal ini membawa implikasi bahwa variable GDP inflasi tidak dapat digunakan untuk memprediksi nilai IHSG dalam jangka pendek. Sedangkan variable Rupiah terhadap Dollar AS (kurs) dan suku bunga SBI dapat digunakan untuk memprediksi nilai IHSG dalam jangka pendek

Hipotesis Keenam : Dampak nilai tukar IDR/USD terhadap JII lebih besar

dibandingkan dampak nilai tukar Real SA/USD terhadap TASI.

Teori yang digunakan : Henry (2002) mengemukakan bahwa pasar modal

(50)

tersebut berada, mencoba menstabilkan atau meredam inflasi yang tinggi dengan cara memperbaiki nilai tukar.

Jurnal yang mendukung : M. Fauzan dan Dedi Suhendro dalam jurnal yang

berjudul Peran Pasar Modal Syariah Dalam Mendorong Laju Ekonomi Di Indonesia, 2018 menghasilkan kesimpulan bahwa secara umum dapat diilihat bahwa selama 16 tahun, Jakarta Islamic Index (JII) menunjukkan pola pergerakan yang sangat fluktuatif dalam rentang yang sangat besar. Hal ini terjadi karena didorong oleh beberapa factor, yaitu (1) relative rendahnya suku bunga perbankan; (2) Membaiknya persepsi investor asing terhadap tingkat resiko di Indonesia, serta selisih suku bunga (Interest differential) yang cukup signifikan; dan (3) kestabilan indicator makro ekonomi dan prospek peningkatan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan disela perekonomian global yang cenderung lesu mengakibatkan pemodal asing mulai melirik pasar modal Indonesia.

(51)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua model persamaan yaitu model pasar modal syariah yang dipresentasikan dengan Jakarta Index Islamic (JII) dan pasar modal syariah Saudi Arabia yang dipresentasikan oleh Tadawul All Share Index ( Tasi ) Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series). Data ini dibutuhkan karena penelitian ini menganalisis indicator makro ekonomi, yakni fluktuasi index dari Jakarta Index Islamic, The Fed, Dow Jones, Nilai Tukar (Indonesia & Saudi Arabia), Suku Bunga ( Indonesia & Saudi Arabia ) dan Inflasi ( Indonesia & Saudi Arabia ) selama periode 3 tahun dimana data diambil setiap bulan. Sumber data yang diambil dari masing-masing web resmi yang ada.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan digedung Universitas Pelita Bangsa dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2019 dengan table sebagai berikut:

(52)

Tabel 1.4

Jadwal Kegiatan Penelitian

No Uraian Maret April Mei Juni Juli Agustus

2019 2019 2019 2019 2019 2019 1 Bimbingan 1 2 Analisis Data 3 Pengolahan Data 4 Bimbingan 2 5 Pengesahan Penelitian 6 Ujian Skripsi Sumber : Peneliti 3.3 Kerangka Konsep 3.3.1 Desain Penelitian

Kerangka konsep penelitian merupakan gambaran dari serangkaian teori yang ada pada kajian pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Secara skematis alur kerangka penelitian terdapat dalam gambar 2.2 kerangka penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

(53)

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

3.3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa ada 6 indikator makro ekonomi yang diukur untuk melihat pengaruhnya terhadap nilai JII dan TASI mana perbandingan yang cukup signifikan antara JII dan TASI. Secara detail :

1. Harga Minyak Dunia (Oil Price) merupakan besaran nilai/harga untuk membeli minyak mentah tersebut. Dilihat dari pada Close Price pada table dari data tahunan.

2. Federal Reserve System atau bisa dibilang The Fed adalah bank sentral Amerika Serikat. Dan perdagangan internasional sudah memakai yang

Jakarta Index Islamic (JII)

Tadawul All Share Index

(TASI) Harga Minyak (Oil

Price ) The Fed Dow Jones Interest Rate Inflation Exchange Rate

(54)

dipakai itu mata uang dari AS yaitu Dollar yang sudah menjadi International Currency, ini dilihat dari pada Close Price pada table dari data tahunan.

3. Dow Jones Industrial Average (DJIA) adalah salah satu indeks pasar saham yang didirikan oleh editor The Wall Street Journal dan pendriri Dow Jones & Company Charles Dow. Dimana untuk membuat indeks ini sebagai salah satu performa komponen industry dipasar saham Amerika. Dilihat dari pada Close Price pada table dari data tahunan.

4. Tingkat suku bunga atau Interest rate yang digunakan yaitu BI rate dan Interest rate dari TASI. Dilihat dari pada presentasinya antara IR Indonesia dan IR Saudi Arabia dari data tahunan.

5. Kenaikan harga barang secara umum terhadap nilai mata uang suatu Negara yang diwujudkan dengan meningkatnya kebutuhan impor dari luar negeri. Data diperoleh dari data Bank Indonesia BPS dengan satuan persen. Dilihat dan dibandingkan diantara 2 negara dari data tahunan. 6. Nilai tukar atau Exchange Rate yang digunakan yaitu dengan

menggunakan Kurs Bank Indonesia dan Bank Dunia. Yang dipakai data dari akhir tahun ditiap tahunnya selama 10 tahun.

3.4 Populasi dan Pengambilan Sampel

Populasi Penelitian ini adalah negara di seluruh dunia sebanyak 100 negara dengan pengambilan sampel untuk negara Indonesia ialah Jakarta Islamic Index

(55)

(JII) dan sampel untuk negara Saudi Arabia ialah Tadawul All Share Index (TASI). Pengambilan ini melalu teknik purposive sampling, dimana mengambil dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus sesuai judul penelitian ini. Data JII dan TASI diambil dari data close price ditiap akhir periode bulan. Data berupa nilai pergerakan BEI, Index Saham JII dan TASI salama 3 tahun dengan data yang diambil yaitu bulanan.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan periode pengumpulan pada bulan Januari 2016 – Desember 2018. Penelitian ini menggunakan pengumpulan data sekunder. Data dan sumber yang akan digunakan penelitian ini adalah :

1. Harga saham diambil dari data perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Nilai The Fed, Nilai Dow Jones, Tingkat suku bunga, nilai tukar dan Inflasi diperoleh dari Bank Indonesia dan yahoofinance.com.

3. Harga minyak dunia diambil dari data perkembangan yang disajikan opec

3.6 Metode Analisa Data

Untuk membuktikan hipotesis yang ditulis maka dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan analisis uji kausalitas Granger yang merupakan sebuah metode untuk mengetahui dimana di satu sisi suatu variabel dependen (variabel tidak bebas ) dapat dipengaruhi oleh variabel lain (independen variabel)

(56)

dan disisi lain variabel independen tersebut dapat menempati posisi dependen variabel. Hubungan seperti ini disebut sebagai hubungan kausalitas atau hubungan timbal balik. Langkah-langkah pada pengujian penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.6.1 Uji Vector Auto Regression (VAR)

Pada penelitian ini terdapat 7 variable pasar modal baik Indonesia maupun Saudi Arabia yakni satu model untuk masing-masing variable yang diteliti. Berikut persamaan yang diperoleh dalam penelitian pergerakan indeks syariah di Indonesia.

1. JIIt = A0 + A1JIIt+i + A2OILt-j + A3FEDt-k + A4DOWt-l + A5CPIIt-m + A6BIRt-n + A7ERIt-o + εt …….. (1.1)

2. OILt = A0 + A1JIIt+i + A2OILt-j + A3FEDt-k + A4DOWt-l + A5CPIIt-m + A6BIRt-n + A7ERIt-o + εt …….. (1.2)

3. FEDt = A0 + A1JIIt+i + A2OILt-j + A3FEDt-k + A4DOWt-l + A5CPIIt-m + A6BIRt-n + A7ERIt-o + εt …….. (1.3)

4. DOWt = A0 + A1JIIt+i + A2OILt-j + A3FEDt-k + A4DOWt-l + A5CPIIt-m + A6BIRt-n + A7ERIt-o + εt …….. (1.4)

5. CPIIt = A0 + A1JIIt+i + A2OILt-j + A3FEDt-k + A4DOWt-l + A5CPIIt-m + A6BIRt-n + A7ERIt-o + εt …….. (1.5)

6. BIRt = A0 + A1JIIt+i + A2OILt-j + A3FEDt-k + A4DOWt-l + A5CPIIt-m + A6BIRt-n + A7ERIt-o + εt …….. (1.6)

(57)

7. ERIt = A0 + A1JIIt+i + A2OILt-j + A3FEDt-k + A4DOWt-l + A5CPIIt-m + A6BIRt-n + A7ERIt-o + εt …….. (1.7)

Sementara itu untuk persamaan yang diperoleh dalam penelitian pergerakan indeks syariah di Saudi Arabia ialah :

1. TASIt = A0 + A1TASIt+i + A2OILt-j + A3FEDt-k + A4DOWt-l + A5CPIAt-m + A6SARt-n + A7ERAt-o + εt …….. (1.1)

2. OILt = A0 + A1TASIt+i + A2OILt-j + A3FEDt-k + A4DOWt-l + A5CPIAt-m + A6SARt-n + A7ERAt-o + εt …….. (1.2)

3. FEDt = A0 + A1TASIt+i + A2OILt-j + A3FEDt-k + A4DOWt-l + A5CPIAt-m + A6SARt-n + A7ERAt-o + εt …….. (1.3)

4. DOWt = A0 + A1TASIt+i + A2OILt-j + A3FEDt-k + A4DOWt-l + A5CPIAt-m + A6SARt-n + A7ERAt-o + εt …….. (1.4)

5. CPIAt = A0 + A1TASIt+i + A2OILt-j + A3FEDt-k + A4DOWt-l + A5CPIAt-m + A6SARt-n + A7ERAt-o + εt …….. (1.5)

6. SARt = A0 + A1TASIt+i + A2OILt-j + A3FEDt-k + A4DOWt-l + A5CPIAt-m + A6SARt-n + A7ERAt-o + εt …….. (1.6)

7. ERAt = A0 + A1TASIt+i + A2OILt-j + A3FEDt-k + A4DOWt-l + A5CPIAt-m + A6SARt-n+A7ERAt-o+εt……..(1.7).

Tahap-tahap dalam analisis model VAR ini adalah sebagai berikut : 1. Uji Stasioneritas

Uji stasioneritas bertujuan untuk mengetahui apakah data stasioner dapat langsung diestimasi ataukah tidak stasioner karena

(58)

mengandung unsur trend (Random Walk) yang dilakukan penanganan tertentu yaitu dengan jalan mendefferencing. Jika sebagaimana umumnya data tidak stasioner, maka proses defferencing harus dilakukan beberapa kali sehingga tercapai data yang stasioner.

2. Uji Kointegrasion

Koinegrasion atau kointegrasi merupakan suatu hubungan jangka panjang antara perubah-rubah yang meskipun secara individual tidak stasioner, tetapi kombinasi linier antara perubah tersebut dapat menjadi stasioner (Juanda dan Junaidi, 2012). Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dua variable atau lebih memiliki hubungan keseimbangan jangka panjang. Apabila data sudah stasioner maka antar variable tersebut terkointegrasi atau memiliki hubungan jangka panjang. 3. Uji Kausalitas Granger

Uji Kausalitas Granger ini digunakan untuk mengetahui apakah A mendahului B, atau apakah B mendahului A, ataukah hubungan antara A dan B ada timbal balik. Hubungan kausalitas ini dapat terjadi antar dua variable, jika suatu variable y yaitu inflasi dipengaruhi oleh variable x yaitu harga minyak. Uji ini bertujuan untuk melihat pengaruh masa lalu dari suatu variable terhadap kondisi variable lain pada masa sekarang. Artinya uji kausalitas granger ini dapat digunakan untuk melihat peramalan y dapat lebih akurat dengan memasukkan lag variable x.

Gambar

Gambar 1. Pergerakan ISSI 2011.5 – 2013.5  Sumber : www.idx.co.id ( diolah), 2014
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Saham Syariah  Tahun  Periode  Jumlah Saham Syariah
Tabel  1  juga  mengindikasikan  bahwa  keberadaan  saham  syariah  sangat  diminati  oleh  para  investor
Gambar 1 Inflasi 10 tahun terakhir  Sumber : Bolasalju.com
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data Mart Query (DMQ) merupakan metode yang tepat untuk mempercepat waktu proses pada suatu sistem informasi dengan database yang terdistribusi. DMQ ini digunakan

d Terdapat perbedaan yang sangat nyata tentang kesukaan pada lilin sebelum dibakar antar formulasi yang dibuat dan formula dengan konsentrasi minyak

Jika diberi pengaruh medan luar maka bahan tersebut akan menghasilkan momen magnetik dengan arah yang berlawanan.. Jika medan luar diperbesar maka momen magnetik

Tidak adanya pengakuan oleh negara atas terjadinya pelanggaran HAM dan atas adanya korban dari pelanggaran-pelanggaran tersebut telah melanggengkan stigma negatif

matematis siswa dengan gaya kognitif FI sebagai berikut : (a) Mampu men- jelaskan situasi/ permasalahan dengan menyatakan hal-hal yang diketahui dan dinyatakan

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat dan Karunia – Nya, setelah proses yang cukup panjang akhirnya skripsi dengan judul

Setelah data hasil angket motivasi dan hasil belajar matematika siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol terkumpul, maka diperlukan adanya analisis data. Akan

Instrumen penilaian Two-tier Multiple Choice (TTMC) yang diberikan selain sebagai alat evaluasi pada tes formatif untuk mengetahui kemampuan siswa juga sebagai intrumen