• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TEORI MEDIS 1. Kehamilan Normal a. Pengertian

Kehamilan merupakan penyatuan dari sel mani (spermatozoa) dan sel telur (ovum)di dalam ampulla tuba yang dilanjutkan dengan nidasi (penempelan) pada dinding rahim, kemudian mengalami perkembangan dan pertumbuhan janin dalam waktu 40 minggu (Prawirohardjo,2009).

b. Tanda – tanda Kehamilan

Pada kehamilan terdapat beberapa tanda yang mendukung adanya kehamilan, di antaranya adalah :

1) Tanda tidak pasti / tanda mungkin kehamilan, yaitu tanda yang biasanya terjadi pada wanita hamil tetapi dapat juga terjadi pada wanita yang tidak hamil.

a) Terlambat datang haid (Amenorhea) b) Mual dan muntah

c) Gerakan janin pertama kali (Quickening) d) Perubahan ukuran uterus

e) Tanda Piskacek’s f) Perubahan pada serviks

g) Pemeriksaan tes biologis kehamilan (Kusmiyati, 2009)

2) Tanda pasti kehamilan, yaitu tanda yang pasti ada pada wanita hamil karena keberadaan janin pada wanita tersebut, yaitu :

a) Denyut Jantung Janin (DJJ) b) Palpasi

(2)

commit to user c. Perawatan Kehamilan

1) Aktivitas fisik

Ibu hamil dapat melakukan aktivitas seperti biasa yaitu kegiatan yang ringan sampai sedang dan tidak membahayakan. Sebaiknya ibu menghindari mengangkat benda berat. Istirahat harus cukup, minimal 15 menit setiap 2 jam. Jika duduk atau berbaring dianjurkan kaki agak ditinggikan. Jika ada gangguan/keluhan yang dapat membahayakan kehamilan seperti perdarahan pervaginam maka aktivitas harus dihentikan.

2) Imunisasi

Imunisasi yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah imunisasi tetanus toxoid (TT). Imunisasi ini diberikan sebanyak 5 kali yaitu pada kunjungan pertama, 1 bulan setelah TT I, 6 bulan setelah TT II, 1 tahun setelah TT III, dan 1 tahun setelah TT IV.

3) Mobilisasi

Duduk terlalu lama akan membuat vena statis sehingga menyebabkan kaki bengkak. Ibu hamil hendaknya memakai alas kaki dengan hak rendah karena hak yang tinggi akan mengakibatkan nyeri pinggang.

4) Mandi dan pakaian selama kehamilan

Mandi seperti biasa 2 kali sehari, tidak dianjurkan memakai sabun antiseptik vagina. Pakaian yang digunakan hendaknya pakaian yang nyaman dan longgar, tidak boleh ketat/menekan karena dapat menyebabkan bendungan vena dan mempercepat varises. Sebaiknya ibu memakai BH yang menyangga payudara.

5) Hubungan seksual

Hubungan seksual dapat dilakukan seperti biasa kecuali jika terjadi perdarahan atau keluar cairan dari kemaluan. Jika ada riwayat abortus sebelumnya, maka hubungan seksual ditunda hingga usia kehamilan 16 minggu. Sebaiknya tidak melakukan

(3)

commit to user

hubungan seksual jika sudah ada tanda – tanda persalinan atau serviks telah membuka dan air ketuban telah pecah.

6) Perawatan mammae dan abdomen

Membiasakan menarik puting secara manual dengan pelan jika puting susu tidak menonjol. Striae dan hiperpigmentasi tidak perlu dikhawatirkan karena pada kehamilan merupakan hal yang normal.

7) Hewan peliharaan

Hewan peliharaan dapat menjadi sumber infeksi, maka dianjurkan untuk menghindari kontak dengan hewan peliharaan.

8) Merokok/minuman keras/obat – obatan

Harus dihentikan sekurang – kurangnya selama kehamilan dan sampai persalinan, nifas, dan menyusui selesai. Obat – obatan depresan adiktif dapat menekan perkembangan susunan saraf pusat janin. Sebaiknya menghindari pemakaian obat – obatan pada trimaester I.

9) Gizi/nutrisi

Makanan sehari – hari yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah makanan yang memenuhi standar kecukupan gizi untuk ibu hamil. Untuk pencegahan anemia diberikan tambahan vitamin dan tablet Fe.

(Sunarsih, 2011)

2. Hiperemesis Gravidarum

a. Pengertian

Hiperemesis gravidarum termasuk dalam komplikasi/penyulit kehamilan. (Dzira, 2012). Hiperemesis gravidarum adalah rasa mual sampai muntah yang berlebihan sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari dan menyebabkan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering ditemui pada kehamilan trimester 1, kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir

(4)

commit to user

selama 10 minggu. Sekitar 60-80% multigravida mengalami mual muntah, namun gejala ini terjadi lebih berat hanya pada 1 diantara 1.000 kehamilan (Mitayani, 2011).

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berat tidak dapat dihentikan selama kehamilan, biasanya mencapai puncaknya antara minggu ke-8 dan ke-12 dan hilang pada minggu ke-16 (Constance Sinclair, 2010).

b. Etiologi

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor:

1) Psikologik 2) Gastrointestinal 3) Hormonal (HCG)

4) Faktor Predisposisi seperti primigravida, molahidatidosa, dan kehamilan ganda.

5) Faktor organik seperti alergi masuknya vilikhorialis dalam sirkulasi, perubahan metabolik akibat kehamilan, dan resistensi ibu yang menurun.

(Kurniawati, 2009) dan (Mitayani 2011)) c. Manifestasi Klinis

Berdasarkan berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dibagi menjadi 3 tingkatan.

1) Tingkat I

Muntah terus – menerus yang mempengaruhi keadaan umum, menimbulkan rasa lemah, penurunan nafsu makan, berat badan turun, dan nyeri epigastrium. Frekuensi nadi ibu biasanya naik menjadi 100 kali/menit, tekanan darah sistole turun, turgor kulit menurun, lidah kering, dan mata cekung.

(5)

commit to user 2) Tingkat II

Ibu tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan cepat, suhu tubuh terkadang naik, serta mata sedikit ikterik. Berat badan ibu turun, timbul hipotensi, hemokonsentrasi, oligouria, konstipasi, dan nafas bau aseton.

3) Tingkat III

Kesadaran ibu menurun dari somnolen hingga koma, muntah berhenti, nadi cepat dan kecil, suhu meningkat, serta tekanan darah semakin turun.

(Mitayani, 2011) d. Patofisiologi

Secara fisiologis, pada kehamilan terjadi peningkatan kadar estrogen untuk persiapan kehamilan. Tingginya kadar estrogen ini menyebabkan rasa mual pada ibu hamil sehingga mempengaruhi sistem pencernaan. Tetapi mual dan muntah yang terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia, serta penurunan klorida urine yang selanjutnya menyebabkan hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik.

Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna, sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar. Selaput lendir esophagus dan lambung dapat robek (sindrom Mallory-weiss), sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal (Mitayani, 2011).

e. Diagnosis Banding

1) Gangguan Gastrointestinal

Misal gastroentritis, penyakit saluran empedu, hepatitis, obstruksi intestinal, ulkus peptikum, pankreatitis, appendicitis.

2) Gangguan Saluran Urogenital

(6)

commit to user 3) Penyakit Metabolik

Misal ketoasidosis, diabetik perforia, penyakit Addison, hipertiroid.

4) Penyakit Neurologik

Misal pseudotumor serebri, lesi vestibuler, migraine, tumor SSP. 5) Kondisi Terkait Kehamilan

Misal perlemakan hati akut, preeklampsia, keracunan obat/intoleransi.

(Kurniawati, 2009) f. Komplikasi

1) Pada Janin

a) Pada hiperemesis gravidarum tingkat I dan II tidak mempengaruhi pertumbuhan janin.

b) Pada hiperemesis tingkat III dapat menyebabkan IUGR. 2) Pada Ibu

a) Ensefalopati hemoragik inflamatorik karena defisiensi tiamin. (Tiran, 2005)

b) Ruptur Esophagus c) Pneumotoraks

d) Neuropati perifer karena defisiensi B1/B12. (Kurniawati, 2009)

g. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada hiperemesis gravidarum dapat dilakukan dengan rawat jalan dan rawat inap, tergantung tingkatan hiperemesis gravidarum yang diderita :

1) Tingkat I

Perawatan pada penderita hiperemesis gravidarum tingkat I dapat dilakukan dengan rawat jalan. Ibu diberikan KIE tentang kehamilan untuk menghilangkan rasa cemas ibu (faktor psikis). Pada tahap ini, ibu dianjurkan tetap makan dan minum dengan cara:

(7)

commit to user

Bangun tidur tetap di tempat tidur kemudian minum teh panas, makan biskuit/roti kering, makan makanan yang kering dan banyak mengandung gula, menghindari lemak, minyak, dan makanan yang berbau menyengat/merangsang.

Jika ibu tetap mual dan memuntahkan apa yang dimakan, serta keaadaan umumnya menurun maka rujuk ibu untuk rawat inap di rumah sakit.

(Wiknjosastro, 2007) dan(Kurniawati, 2009)). 2) Tingkat II dan III

Untuk penderita hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di rumah sakit.

a) Ibu diisolasi di dalam kamar yang tenang dan cerah dengan penukaran udara yang baik. Kalori diberikan secara parenteral dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari.

b) Diuresis selalu dikontrol untuk keseimbangan cairan.

c) Dan bila selama 24 jam ibu tidak muntah, berikan makan dan minum sedikit demi sedikit.

d) Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital.

e) Pada keadaan lebih berat, berikan antiemetik seperti metoklopramid, disiklomin hidroklorida, atau klorpromazin. f) Berikan terapi psikologis yang meyakinkan ibu bahwa

penyakitnya bisa disembuhkan serta menghilangkan perasaan takut akan kehamilan dan konflik yang melatarbelakangi hiperemesis.

(Mitayani, 2011) g) Penghentian kehamilan

Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan

(8)

commit to user

manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.

(Wiknjosastro, 2007) h. Diet Hiperemesis

Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.

Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu : 1) Diet hiperemesis I

Diberikan kepada penderita hiperemesis gravidarum tingkat III. Makanan yang diberikan hanya berupa umbi – umbian kering, seperti : singkong bakar/rebus, ubi bakar/rebus dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersamaan makanan tetapi 1 - 2 jam sesudahnya. Zat gizi dalam makanan ini kurang, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari. 2) Diet hiperemesis II

Diberikan kepada penderita hiperemesis gravidarum yang mual dan muntahnya sudah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.

3) Diet hiperemesis III

Diberikan kepada penderita dengan hiperemesis gravidarum ringan atau tingkat I. Menurut kesanggupan penderita, minuman boleh diberikan bersama dengan makanan. Makanan ini mengandung cukup energy dan zat gizi.

(9)

commit to user

Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah:

a) Roti panggang, biskuit, crackers b) Buah segar dan sari buah

Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga tidak dianjurkan (Dinar, 2008).

3. Dehidrasi

a) pengertian

Dehidrasi adalah kehilangan cairan dalam tubuh yang terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pada permasukan air (input) (Suraatmaja, 2007).

b) Derajat Dehidrasi

Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat.

1) Dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan).

Gejala :

a) Muka memerah b) Rasa sangat haus

c) Kulit kering dan pecah-pecah

d) Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya.

e) Pusing dan lemah

f) Kram otot terutama pada kaki dan tangan g) Kelenjar air mata berkurang kelembapannya h) Sering mengantuk

(10)

commit to user

2) Dehidrasi sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan)

Gejala :

a) Gelisah, cengeng b) Kehausan c) Mata cekung

d) Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera kembali ke posisi semula.

e) Tekanan darah menurun f) Pingsan

g) Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, dan punggung h) Kejang

i) Perut kembung j) Gagal jantung k) Ubun-ubun cekung

l) Denyut nadi cepat dan lemah

3) Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan)

Gejala :

a) Berak cair terus-menrus b) Muntah terus-menerus

c) Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk d) Tidak bisa minum, tidak mau makan

e) Mata cekung, bibir kering dan biru

f) Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik g) Kesadaran berkurang

h) Tidak buang air kecil

i) Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab

j) Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba k) Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur l) Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan.

(11)

commit to user

B. Teori Manajemen Kebidanan

Proses manajemen yang dipakai bidan mengacu pada 7 langkah Varney yang terdiri atas:

1. Langkah I. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap

Untuk memperoleh data dasar secara lengkap pada kasus hiperemesis gravidarum dapat diperoleh melalui:

a. Data Subjektif

Menurut Salmah (2006) data subjektif yang perlu dikumpulkan berupa:

1) Biodata, terdiri atas nama pasien, umur pasien, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat.

2) Keluhan Utama

Pada kasus hiperemesis gravidarum, biasanya pasien mengeluhkan mual dan muntah yang terus – menerus, merasa lemah dan kelelahan, merasa haus dan mulut terasa asam, konstipasi, dan demam (Mitayani, 2011).

3) Riwayat Menstruasi

Riwayat menstruasi yang perlu ditanyakan pada ibu terutama HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) untuk menentukan umur kehamilan sehingga dapat diketahui usia kehamilan ibu saat terjadi hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum biasanya terjadi pada trimester pertama. Selain itu juga perlu ditanyakan keluhan saat menstruasi kemungkinan keluhan sakit kepala dan muntah saat menstruasi (Mitayani, 2011).

4) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang dirasakan oleh ibu sesuai dengan gejala – gejala pada hiperemesis gravidarum, yaitu mual dan muntah yang terus – menerus, merasa lemah dan kelelahan, merasa haus dan terasa asam di mulut, konstipasi, dan demam (Mitayani, 2011).

(12)

commit to user b) Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Riwayat kesehatan yang lalu perlu ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan ibu pernah mengalami hiperemesis gravidarum sebelumnya atau kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan yang menyebabkan mual muntah (Mitayani, 2011).

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Pada riwayat kesehatan keluarga perlu ditanyakan kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda karena kehamilan ganda merupakan salah satu faktor predisposisi hiperemesis gravidarum (Mitayani, 2011).

5) Riwayat Obstetri

Data ini diperlukan untuk mengetahui apakah ibu memiliki riwayat kehamilan ganda sebelumnya yang merupakan faktor predisposisi dari hiperemesis gravidarum, dan apakah ibu mengalami mual muntah yang berlebihan pada kehamilan muda sebelumnya sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan penatalaksanaan (Mitayani, 2011).

6) Riwayat Kontrasepsi

Pada kasus hiperemesis gravidarum perlu ditanyakan alat kontrasepsi yang pernah digunakan karena pada alat kontrasepsi khususnya hormonal estrogenik mempunyai efek samping mual – muntah (Hartanto, 2004).

7) Biopsikososiospiritual

Untuk mengetahui respon ibu dan dukungan keluarga tentanng kehamilan ibu saat ini dengan tujuan untuk mengetahui keadaan psikologis ibu karena faktor psikologis termasuk dalam etiologi hiperemesis gravidarum (Mitayani, 2011).

(13)

commit to user 8) Data Kebiasaan Sehari – hari

Pada kasus hiperemesis gravidarum, perlu ditanyakan bagaimana pemenuhan nutrisi ibu sehari - hari guna mengetahui pola makan ibu (Varney dkk., 2006).

b. Data Objektif

Data obektif yang bisa digunakan dalam mendukung data dasar dalam kasus hiperemesis gravidarum antara lain :

1) Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik penderita hiperemesis gravidarum ditemukan keadaan umum dari sedang hingga lemah, kesadaran pasien dari composmentis hingga somnolen, pengukuran tanda-tanda vital yang meliputi tekanan darah biasanya sistole turun, suhu naik, nadi cepat, dan respirasi normal. Pemeriksaan juga dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah, turgor kulit jelek, kelembaban mukosa mulut kurang, kondisi lidah kotor, palpasi abdomen tidak ada pembesaran organ, bising usus normal, dan berat badan turun (Mitayani (2011) dan Varney dkk. (2006)). 2) Pemeriksaan Khusus

a) Inspeksi

Pada kasus hiperemesis gravidarum dilakukan inspeksi pembesaran uterus, adanya hipersalivasi serta untuk mengetahui apakah lidah ibu kotor, bibir dan mukosa kering, ikterik pada sklera, mata cekung, dan turgor kulit (Mitayani, 2011).

b) Palpasi

Pada kasus hiperemesis gravidarum dilakukan palpasi untuk memastikan apakah ada pembesaran organ, nyeri tekan, dan pembesaran uterus(Varney, 2006).

(14)

commit to user

Pada kasus hiperemesis gravidarum dilakukan auskultasi untuk menentukan adanya DJJ dan untuk mendengarkan bising usus (Varney, 2006).

3) Data Penunjang

Pada kasus hiperemesis gravidarum dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi ketonuria, hiponatremia, hipokalemia, hipokloremia, peningkatan amylase, penurunan TSH dengan peningkatan fraksi T4 (dengan terlebih dahulu menyingkirkan kemungkinan penyakit gondok), tes fungsi ginjal (dengan terlebih dahulu menyingkirkan kemungkinan hepatitis, pankreatitis, dan kolestasis), pemeriksaan Hb dan hematokrit. Hematokrit yang meningkat menunjukkan hemokonsentrasi yang berkaitan dengan dehidrasi. (Mitayani (2011) dan Varney dkk. (2006)).

2. Langkah II. Interpretasi Data Dasar

Interpretasi data dari data-data yang telah dikumpulkan pada langkah penyajian data mengacu pada:

a. Diagnosis Kebidanan

Diagnosis kebidanan pada kasus hiperemesis gravidarum Ny. A G2P1A0 dengan hiperemesis gravidarum grade II disertai dehidrasi ringan. Dimana data subjektif didapatkan dari keluhan ibu mual muntah selama kehamilan.

b. Masalah

Masalah yang mungkin terjadi pada kasus hiperemesis gravidarum dan dehidrasi ringan adalah ibu terlihat lemas dan cemas akan keadaan kehamilannya serta rasa tidak nyaman akibat mual – muntah yang berlebihan (Mitayani, 2011).

(15)

commit to user c. Kebutuhan

Kebutuhan yang mungkin dibutuhkan oleh ibu adalah rehidrasi, support mental dan KIE tentang ketidaknyamanannya akibat mual – muntah yang berlebihan (Mitayani, 2011).

3. Langkah III. Mengidentifikasikan Diagnosa atau Masalah Potensial dan Mengantispasi Penanganannya.

Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada kasus ini adalah hiperemesis gravidarum dan dehidrasi tingkat lanjut.

Antisipasi penanganan yang dapat dilakukan oleh bidan adalah dengan mengobservasi KU, VS, dan residu ibu, memenuhi asupan nutrisi dan cairan ibu(Mitayani, 2011).

4. Langkah IV. Menetapkan Kebutuhan terhadap Tindakan Segera.

Pada kasus hiperemesis gravidarum, tindakan segera yang harus dilakukan adalah berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi, meliputi pemberian cairan perenteral dan antiemetik (Mitayani, 2011). 5. Langkah V. Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.

Asuhan kebidanan yang direncanakan pada klien dengan hiperemesis gravidarum disertai dehidrasi ringan adalah :

a. Observasi KU dan VS ibu.

b. Observasi frekuensi dan jumlah mual dan muntah. c. Observasi keseimbangan cairan.

d. Berikan cairan pengganti atau rehidrasi.

e. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi. f. Anjurkan pasien makan sedikit-sedikit tapi sering.

g. Berikan KIE agar ibu tidak khawatir terhadap kehamilannya. h. Isolasi di ruangan yang nyaman agar ibu dapat beristirahat cukup. i. Kerjasama dengan bagian laboratorium untuk cek laboratorium

lengkap.

(16)

commit to user

6. Langkah VI. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman (Varney, 2006).

7. Langkah VII. Evaluasi

Evaluasi yang diharapkan dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. A dengan hiperemesis gravidarum disertai dehidrasi ringan adalah: 1) Keseimbangan cairan dan elektrolit kembali ke kondisi normal

terbukti dengan turgor kulit kembali normal, membrane mukosa lembap, berat badan stabil, tanda vital dalam batas normal, elektrolit serum normal, hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal, berat jenis urin dalam batas normal.

2) Klien tidak muntah lagi.

3) Klien mengkonsumsi makanan dan minuman dalam jumlah adekuat. (Runiari, 2010)

C. Follow Up Catatan Perkembangan Kondisi Pasien

Pencatatan dilakukan segera setelah melakukan asuhan pada formulir yang tersedia, ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP (Kepmenkes 938-2007).

S : Subjektif

Pada data subjektif catatan perkembangan, pasien hiperemesis gravidarum mengeluhkan mual dan muntah, merasa lemas (Mitayani, 2011). Sebagai langkah I Varney.

O: Objektif

Pada data objektif catatan perkembangan, ditemukan keadaan umum pasien hiperemesis gravidarum sedang hingga lemah, kesadaran dari composmentis hingga koma, tekanan darah rendah, nadi cepat, suhu dari normal hingga naik, pernafasan normal hingga cepat (Mitayani, 2011). Sebagai langkah I Varney.

(17)

commit to user A: Assesment

Diagnosa kebidanan yang dapat diambil yaitu Ny. A dengan hiperemesis gravidarum grade II. Sebagai langkah 2 Varney.

a. Data subjektif :

Pasien mengeluhkan mual dan muntah, merasa lemas (Mitayani, 2011).

b. Data objektif :

Keadaan umum pasien sedang hingga lemah, kesadaran dari composmentis hingga koma, tekanan darah rendah, nadi cepat, suhu dari normal hingga naik, pernafasan normal (Mitayani, 2011).

P : Plan

Mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah di lakukan seperti tindakan antisipasi, tindakan segera, tindakan secara komperhensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi, dan rujukan. Sebagai langkah 3, 4, 5, 6, 7 Varney.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu dukungan dari suami maupun keluarga diharapkan dapat membantu ibu hamil dalam mengahadapi gangguan kehamilannya yaitu Hiperemesis Gravidarum..

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengambil kasus asuhan kebidanan ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum pada Ny.A umur kehamilan 10

Kehamilan risiko tinggi adalah suatu proses kehamilan yang kehamilannya mempunyai risiko lebih tinggi dan lebih besar dari normal umumnya kehamilan (baik itu bagi sang ibu

1) Ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai

Karena keadaan gizi baik pada permulaan kehamilan maupun selama kehamilan mempunyai hubungan dengan hasil kehamilannya, maka perawatan anlenatal harus pula mengikutsertakan

Ibu hamil yang sibuk cenderung tidak mempunyai waktu untuk memeriksakan kehamilannya ke fasilitas kesehatan terdekat sehingga pelayanan ANC yang diberikan

(3) Diare dengan dehidrasi ringan-sedang disertai gejala klinis intoleransi laktosa yang jelas, dapat diberikan susu formula bebas laktosa. 3) Makanan sehari-hari sesuai

Keadaaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu dalam memeriksakan kehamilannya. Perilaku keluarga yang tidak.. mengijinkan seseorang wanita