• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Bio-ekologi Lokasi Penangkaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Bio-ekologi Lokasi Penangkaran"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Bio-ekologi Lokasi Penangkaran

Keadaan Fisik Lokasi

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, maka diperoleh data mengenai keadaan fisik lokasi penangkaran meliputi :

1. Letak dan Luas

Secara administrasi kepemerintahan, lokasi penangkaran rusa timor (Cervus timorensis de Blainville) di Kampus IPB – Darmaga termasuk ke Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Proponsi Jawa Barat. Secara geografis lokasi ini terletak antara 06.33’.10.9” Lintang Selatan dan 106.44’.58.5” Bujur Timur (BMG Balai Wilayah II, 2005).

Luas seluruh lokasi Kampus Institut Pertanian Bogor – Darmaga adalah ± 250 ha. Sedangkan lokasi yang dipakai untuk pengembangan penangkaran rusa seluas ± 4,25 ha.

2. Iklim dan Curah Hujan

Berdasarkan data iklim lima tahun terakhir yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Bogor, lokasi penangkaran rusa Timor (Cervus timorensis de Blainville) di Kampus IPB – Darmaga menurut klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson termasuk daerah dengan iklim type A, yaitu bulan kering rata 0,3 maximum 2, frekuensi 1 dan bulan basah rata-rata 11,2 maximum 12 frekuensi 8.

Berdasarkan data lima tahun terakhir, maka rata-rata curah hujan setahun di daerah ini 3.892,40 mm. dan hari hujan 271,84 hari. Temperatur maximum rata-rata : 31,84 0C, minimum rata-rata 22,64 0C dan rata-rata kelembaban 83,76%.

3. Topografi

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, lokasi penangkaran rusa yang ada di Kampus IPB-Darmaga bertopografi datar sampai bergelombang ringan, dan terletak pada ketinggian 140 m – 165 m dari permukaan laut.

(2)

Berdasarkan peta kontur yang ada, maka dapat diketahui tingkat kemiringan dari lokasi tersebut, dimana kemiringan dapat ketahui dengan menghitung besar sudut yang dibentuk antara bidang miring (jarak antara dua titik) dengan bidang datar, dimana untuk mengetahui jarak bidang datar dapat dihitung secara matematis dengan mengunakan rumus pitagoras. Dari hasil analisis terhadap peta kontur lokasi, maka tingkat kemiringan lokasi penangkaran adalah kemiringan 0 – 8% seluas ± 50% dari luas lahan, 8 – 15% seluas ± 30% dan 15 – 20% seluas ± 20%.

Hal ini sesuai dengan pendapat Root (1985), yang mengatakan bahwa garis dari kontur dapat menyatakan kemiringan suatu lokasi, dimana kemiringan merupakan perbandingan jarak antara dua titik dengan garis vertikal yang biasanya dinyakan dalam persentase. Dimana kemiringan menunjukkan 100% apabila sudut yang dibentuk antara garis vertikal dengan garis horizontal adalah 45o.

Berdasarkan data penyebaran dan habitat rusa secara alami ketinggian ini cukup mendukung kehidupan rusa timor (Cervus timorensis de Blainville). Selain itu rusa juga mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai kondisi topografi. Namun untuk efisiensi dan efektifitas usaha penangkaran, lokasi kandang (unit-unit penangkaran) dibatasi pada areal yang memiliki kemiringan lereng kurang dari 30%. Kriteria ini digunakan agar tercapai efisiensi energi yang dikeluarkan rusa untuk pergerakan dan terjaminnya keselamatan induk-induk rusa yang sedang bunting. Hal ini diperkuat oleh Direktorat PPA (1978) yang menyatakan bahwa rusa timor ditemukan di dataran rendah hingga ketinggian 2.600 dpl.

Secara rinci peta topografi lokasi penangkaran rusa timor (C. timorensis de Blainville) di Kampus IPB Darmaga dapat dilihat pada gambar 5.

(3)

Gambar 5. Peta topografi lokasi penangkaran rusa di Kampus IPB – Darmaga. 4. Air (Hidrologi)

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, lokasi penangkaran rusa yang ada di Kampus IPB Darmaga dialiri oleh sebuah sungai kecil dengan sumber air yang tidak pernah kering walaupun musim kemarau. Selain itu dengan curah hujan yang cukup tinggi dan hampir merata sepanjang tahun, maka sungai ini diperkirakan dapat memenuhi seluruh kebutuhan air untuk kepentingan penangkaran rusa. Selain itu, tidak jauh dari batas lokasi penangkaran terdapat sungai yang mempunyai aliran air cukup besar dan sepanjang tahun, yaitu sungai Ciapus. Karena air merupakan bagian dari kebutuhan rusa yang cukup penting, baik untuk minum maupun berkubang pada musim birahi. Namun berdasarkan data kebutuhan rusa akan air, penyebaran dan habitat aslinya, rusa timor (Cervus timorensis de Blainville) kurang tergantung pada ketersediaan air secara berlimpah, sehingga lokasi penangkaran rusa yang ada di Kampus IPB Darmaga dilihat dari aspek ketersediaan sumber airnya cukup memenuhi persyaratan sebagai suatu lokasi penangkaran.

(4)

5. Tanah

Menurut peta tanah tinjau Propinsi Jawa Barat 1966 dengan skala 1:250.000 tanah di daerah ini termasuk jenis tanah latosol kemerah- merahan dengan bahan induk tufvolkan intermidier dengan fisiografi vulkan.

Dari data kondisi fisik lokasi penangkaran rusa yang ada di Kampus IPB Darmaga sebagaimana telah diuraikan diatas, maka dapat dibuat suatu tabel gambaran fisik lokasi dan kesesuaian bagi penangkaran rusa.

Tabel 1 Perbandingan kondisi fisik daerah penyebaran rusa timor (Cervus timorensis de Blainville) dengan lokasi penangkaran di Kampus IPB Darmaga.

Spesifikasi Peubah

Daerah Penyebaran Lokasi Penangkaran

Kelayakan

Iklim Iklim tropis Tipe A Layak

Curah Hujan (mm/th) Rendah - tinggi 3.892,40 Layak Suhu (oC) Bukan penentu 22,64 – 31,84 Layak Kelembaban (%) Bukan penentu 83,76 Layak Topografi/kemiringan (%) 0 – 45 0 – 20 Layak

Sumber Air alami sungai/alami Layak

Jenis Tanah hampir semua jenis latosol Layak Elevasi (m dpl) s.d 2.600 140 - 165 Layak

Dari Tabel 1 tersebut diketahui bahwa secara fisik, lokasi penangkaran rusa yang ada di kampus IPB Darmaga sangat layak untuk dijadikan dan dikembangkan sebagai tempat penangkaran rusa timor (Cervus timorensis de Blainville).

Hal ini sesuai dengan pendapat Van Bemmel (1949), yang menyatakan bahwa rusa memiliki daya adaptasi yang tinggi dan mudah di introduksi pada daerah yang bukan habitatnya, dimana habitatnya mulai dari hutan dataran rendah sampai ketinggian 2.600 di atas permukaan laut dengan padang rumput atau savana sebagai tempat merumput merupakan habitat yang paling disukai oleh rusa timor (Cervus timorensis de Blainville).

(5)

Keadaan Biologis Lokasi Penangkaran

Berdasarkan hasil pengamatan dilapang, diperoleh data kondisi biologis lokasi adalah sebagai berikut :

1. Vegetasi

Berdasarkan informasi dari beberapa sumber, lokasi penangkaran rusa yang ada di Kampus IPB Darmaga berasal dari kawasan kebun karet (Havea brasilliensis) dan kelapa sawit (Elaeis guineensis). Tetapi karena pengelolaan yang kurang baik, maka saat ini sebagian dari lokasi, yaitu ± 30% dari total lokasi penangkaran (± 1,28 ha) kondisinya menjadi semak belukar dengan vegetasi yang cukup beragam, baik pada tingkat tumbuhan bawah/semai, pancang, tiang maupun pohon. Selain vegetasi semak belukar, sebagian dari lokasi penangkaran ditanami dengan tanaman berkasiat obat, yaitu mahkota dewa (Phaleria marcocarpa), tanaman pangan dan tanaman industri, yaitu sengon/jeunjing (Paraserianthes falcataria) dan sengon buto (Enterolubium cyclocarpum).

Berdasarkan hasil analisis vegetasi yang dilakukan di lapangan, ditemukan 65 spesies tumbuhan. Dari 65 spesies tumbuhan yang ditemukan di lokasi penangkaran diketahui 42 spesies merupakan sumber pakan rusa, 22 spesies dapat berfungsi sebagai pelindung/shelter. Pada tingkat semai dan tumbuhan bawah tiga spesies yang memiliki Nilai Indek Penting (INP) adalah jampang piit (Pannicum sp.)dengan INP = 17,64%, jukut karukun (Eragrostis amabilis) dengan INP = 10,67% dan jukut bau (Hyptis rhamboides) dengan INP = 9,28%. Sedangkan pada tingkat pancang tiga spesies yang memiliki INP tertinggi adalah bambu (Gigantochoa apus), yaitu 29,64%, puspa (Schima wallichii) dengan INP = 20,71% dan pinus (Pinus merkusii) dengan INP = 14,76. begitu juga pada tingkat tiang, tiga spesies yang memiliki INP tertinggi adalah bambu (Gigantochoa apus), yaitu 52,76%, puspa (Schima wallichii) dengan INP = 29,89% dan pinus (Pinus merkusii) dengan INP = 28,12. Sedangkan pada tingkat pohon spesies yang memiliki INP tertinggi adalah pinus (Pinus merkusii) dengan INP = 80,07%, sengon buto (Enterolubium cyclocarpum) dengan INP = 77,47%, dan kelapa sawit (Elaeis guineensis) dengan INP = 77,01%.

(6)

Untuk pengelolaan usaha penangkaran rusa yang intensif, penutupan tajuk vegetasi di unit-unit penangkaran, areal pembesaran, areal adaptasi dan padang penggembalaan diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan pengawasan dan kegiatan pengelolaan yang lain tetapi tidak menghambat pertumbuhan populasi rusa itu sendiri. Penanaman tanaman yang berfungsi sebagai pelindung perlu dilakukan, terutama di areal penggembalaan. Untuk keperluan tersebut, spesies tumbuan yang sudah ada di lokasi penangkaran dapat digunakan banyak tersedia diantaranya adalah sengon (Paraserianthes falcataria), puspa (Schima wallichii) dan sengon buto (Enterolubium cyclocarpum).

Secara rinci daftar jenis-jenis tumbuhan hasil analisis vegetasi yang dilakukan di dalam lokasi penangkaran dapat dilihat pada Lampiran 1.

2. Satwaliar

Berdasarkan hasil pengamatan, lokasi penangkaran memiliki kekayaan spesies satwaliar yang cukup tinggi, yaitu tercatat 25 spesies satwaliar. Dari 25 spesies satwaliar tersebut terdiri dari kelas aves sebanyak 10 spesies, kelas reptil sebanyak 10 spesies dan kelas mamalia sebanyak 5 spesies.

Berdasarkan hasil pengamatan selama melakukan penelitian, satwa besar yang bersifat kompetitor tidak ada, begitu juga satwa predator besar tidak dijumpai di lokasi, tetapi menurut informasi petugas yang ada di lokasi ancaman terhadap rusa-rusa yang ada di penangkaran berasal dari lokasi sekitarnya, dimana masih terdapat ular sanca (Pyton raticulatus) yang cukup besar yaitu yang berada di hutan kawasan Cikabayan yang letaknya berdekatan dengan loksasi penangkaran. Selain itu satwa predator yang selalu mengancam kehidupan rusa terutama anak-anak rusa yang baru dilahirkan adalah anjing (Canis lupus familiaris) yang banyak berkeliaran di sekitar lokasi penangkaran. Sehingga untuk mengantisipasi adanya gangguan dari binatang predator dari luar perlu dilakukan pemagaran lokasi dengan menggunakan bahan-bahan yang tidak dapat diterobor oleh satwa predator yang mengancamnya.

Secara lengkap daftar jenis satwaliar yang ditemui di lokasi penangkaran dapat dilihat pada Lampiran 2.

(7)

3. Daya Dukung Lokasi

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, diketahui luasan areal yang ditumbuhi oleh rumput dan potensi sebagai areal penggembalaan bagi rusa adalah seluas ± 1,75 ha dari luas total lokasi ± 4,25 ha.

Dari luasan tersebut berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diperoleh data produksi hijauan pakan rusa yang didasarkan atas produktivitas hijuan pakan pada setiap petak contoh dan setiap kali pemotongan/pemanenan adalah sebagaimana tercantum pada Tabel 3 dan data secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 3.

Tabel 2 Produktivitas hijauan pakan rusa pada setiap petak contoh di dalam lokasi penangkaran rusa timor (Cervus timorensis de Blainville) di Kampus IPB Darmaga.

Pemotongan saat pengamatan (gram) Nomor

Petak

Pemotongan pra pengamatan

(gram) I II III Rata-rata

01 947,2 231,3 278,9 214,5 241,6 02 431,7 187,0 339,1 192,3 239,5 03 533,7 218,3 276,8 220,3 238,5 04 812,3 320,5 401,0 305,5 342,3 05 712,1 263,1 289,0 215,7 255,9 06 733,4 242,0 282,8 216,2 247,0 07 853,1 417,5 364,3 298,1 360,0 08 674,3 212,0 232,2 208,1 217,4 09 766,0 274,4 262,2 239,7 258,8 10 864,7 328,8 267,8 293,6 330,1 11 737,0 219,2 251,9 227,9 233,0 12 759,1 233,3 256,1 209,6 233,0 Rata-rata 735,38 262,28 300,18 236,79 266,42 Keterangan :

Pemotongan Pra Pengamatan = pemotongan yang dilakukan sehari sebelum dimulainnya pengamatan. Hal ini dilakukan untuk memberikan kondisi awal yang sama pada setiap petak contoh. Pemotongan ini dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2005

Pemotongan I = pemotongan yang dilakukan 20 hari setelah pemotongan pra mengamatan dilakukan, yaitu pada tanggal 30 Agustus 2005 Pemotongan II = pemotongan yang dilakukan 20 hari setelah pemotongan I

dilakukan, yaitu pada tanggal 19 September 2005

Pemotongan III = pemotongan yang dilakukan 20 hari setelah pemotongan II dilakukan, yaitu pada tanggal 9 Oktober 2005

(8)

Dari data yang tersaji pada Tabel 2, diketahui bahwa rata-rata produksi hijauan segar pada petak contoh adalah 266,42 gram/m2/20 hari, maka produksi hijauan segar adalah 13,32 gram/m2/hari.

Pada kenyataannya rumput yang terdapat di lokasi penangkaran tidak seluruhnya tersedia bagi rusa, tetapi sebagian ditinggalkan untuk menjamin tumbuhnya kembali. Sebagian rumput yang dapat dimakan oleh rusa tersebut disebut proper use. Bila diasumsikan proper use dari rumput yang ada di lokasi penangkaran = 65%, maka jumlah hijauan tersedia per m2 per hari adalah 13,32 gram x 65% = 8,66 gram/hari. Dengan demikian jumlah hijauan yang dapat diproduksi oleh padang rumput dan tersedia bagi rusa yang ada di lokasi penangkaran adalah sebesar :

. kg/ha/hari 86,58 ri gram/ha/ha 86.580 gram/hari 8,66 x m 1 m 10.000 2 2 ==> =

Hal ini sesuai dengan pendapat Susetyo (1980) yang mengatakan bahwa untuk daerah yang bertopografi datar dan bergelombang dengan kemiringan 0 – 5o, maka nilai proper use sebesar 60 – 70%.

Bila daya dukung dihitung berdasarkan perbandingan antara produksi hijauan dengan tingkat konsumsi pakan rusa per hari, dimana tingkat konsumsi pakan adalah 6,00 kg/ekor/hari, maka daya dukung lokasi tersebut adalah :

ekor/ha 14,43 ekor 1 x kg 0 , 6 kg 86,58 =

Berdasarkan data daya dukung tersebut, maka kepadatan rusa yang dapat ditampung pada lokasi rumput seluas 1,75 ha adalah 25,25 ekor. Hal ini sesuai dengan pendapat Semiadi dan Nugraha (2004) yang menyatakan bahwa secara garis besar kepadatan rusa pada padang rumput di Indonesia adalah 12 – 15 ekor/ha.

Kenyataan di lapangan, suatu padang penggembalaan tidak dapat menyediakan hijauan secara terus menerus sepanjang tahun, dimana diperlukan waktu istirahat untuk memulihkan pertumbuhannya, maka padang penggembalaan tersebut perlu diistirahatkan.

(9)

Hal ini berlaku apabila pemenuhan kebutuhan akan hijauan disediakan sepenuhnya oleh padang penggembalaan. Tetapi bila kebutuhan hijauan sebagian besar dicukupi dari luar areal penangkaran (kebun rumput) dengan perkiraan sebesar 75 % dari total kebutuhan, maka daya tampung lokasi tersebut menjadi :

ekor/ha 19,24 ri kg/ekor/ha %) 75 x (6,0 -0 , 6 kg 86,58 =

Sementara kebutuhan hijauan dari luar/kebun rumput adalah 6 kg x 75 % = 4,50 kg/ekor/hari.

Jika produksi rumput unggul rata-rata = 150 ton/ha/th dengan bagian yang bisa dimakan oleh rusa sebesar 85 %, maka produksi kebun rumput yang dapat dimakan oleh rusa adalah sebanyak :

150 ton x 85 % = 127,50 ton/th

= 127.500 kg/ha/th = 349,32 kg/ha/hari.

Dengan demikian luas kebun rumput yang harus disediakan untuk setiap ekor rusa per hari adalah :

ha 0,013 kg/ha/hari 32 , 49 3 kg/hari 4,5 =

Jika suatu kebun rumput setelah dipanen perlu istirahat guna memulihkan pertumbuhannya rata-rata 20 hari, sehingga seekor rusa untuk mendapatkan suplai rumput secara terus menerus memerlukan kebun rumput seluas 0,013 ha x 20 = 0,26 ha dengan sistem panen bergilir.

Namun demikian untuk penangkaran dengan sistem farming, ketersediaan pakan di lokasi bukan merupakan suatu faktor pembatas, karena pemenuhan pakan didatangkan dari luar areal penangkaran.

Secara rinci hasil analisis produktivitas hijauan pakan rusa di lokasi penangkaran rusa di Kampus IPB-Darmaga pada setiap petak conton disajikan pada Lampiran 3.

Guna menanggulangi kekurangan hijauan pakan rusa yang ada di lokasi penangkaran dapat dilakukan dengan upaya peningkatkan daya dukung lokasi. Adapun usaha yang dapat dilakukan, adalah :

1. Meningkatkan produktivitas rumput yang ada melalui pemupukan, penanaman rumput unggul yang tahan terhadap renggutan dan injakan serta pengaturan pengembalaan yang baik.

(10)

2. Memperluas padang rumput yang ada dan meningkatkan produktivitasnya dengan menanami jenis rumput unggul yang cocok untuk penggembalaan, diantaranya adalah rumput Bracihiaria brizanta, rumput Australia (Paspalum dilatatum), rumput kolonjono (Brachiaria mutica), Brachiaria decumbens, Panicum maximum dan Setaria sphacelata. Sedangkan untuk jenis leguminosa antara lain stylo (Sthylosanthes guyanensis), Arachis hypogea dan kerabatnya serta pohon lamtoro (Leucaena leucosephala) dan turi (Sesbania glandiflora) yang sekaligus dapat dijadik an sebagai pohon peneduh. Luas padang rumput yang harus tersedia untuk seekor rusa agar dapat merumput secara terus menerus sepanjang tahun tanpa adanya hijauan tambahan dari luar adalah 0,069 ha/ekor (± 14,43 ekor/ha).

3. Mecukupi kebutuhan hijauan dari luar penangkaran, yaitu dengan membuat kebun rumput unggul di luar areal penangkaran. Melihat potensi lahan yang ada di Kampus IPB – darmaga masih luas, maka sangat memungkinkan untuk pembangunan kebun rumput ini, misalnya di lokasi yang bersebelahan dengan lokasi penangkaran dengan jarak ± 50 m, yaitu di sebelah Timur dari lokasi terdapat lokasi yang cukup luas dan bertopografi datar sampai saat ini belum termanfaatkan. Kebutuhan kebun rumput untuk mencukupi kebutuhan pakan rusa di penangkaran jika ± 75% dari kebutuhan hijauan dipenuhi dari luar adalah seluas 0,013 ha/ekor (± 77 ekor/ha). Adapun jenis rumput yang dapat ditanam adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja (Pennisetum purpupoides), rumput bengala (Pennisetum maximum), rumput setaria/padi (Setaria sphacelata) atau rumput mexico (Euclaena mexicana). 4. Mendatangkan/membeli rumput dari tempat lain.

Berdasarkan analisis finansial yang dilakukan, maka dengan mendatangkan/ membeli rumput dari tempat lain masih dirasa cukup ekonomis pada penangkaran rusa dengan sistem farmaing, dimana harga beli hijauan diperkirakan Rp 100,00/kg. Dengan demikian lokasi penangkaran yang ada benar-benar dapat dimanfaatkan sebagai tempat tinggal bagi rusa.

(11)

Berdasarkan hasil analisis kondisi bio- fisik dari lokasi penangkaran rusa yang ada saat ini sangat memungkinkan untuk dikembangkan menjadi usaha penangkaran yang lebih baik mengarah kepada usaha yang komersil. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan pengelola yang ada di lapangan yang mengatakan sesungguhnya penangkaran ini dapat berkembang dengan baik, terbukti sampai saat ini belum pernah terjadi kematian pada rusa yang diakibatkan ketidaksesuaian lingkungan tempat hidupnya. Namun demikian untuk dapat mengembangkan usaha penangkaran ini mengarah ke usaha yang komersil, yaitu penangkaran dengan sistem deer farming perlu adanya penataan tapak yang sesuai dan manajemen pengelolaan yang lebih baik.

Perancangan Tapak (Site Planning) Penangkaran Rusa Timor (Cervus timorensis de Blainville) dengan Sistem Deer Farming

Mengacu dari apa yang disampaikan Hakim dan Utomo (2002), maka untuk dapat melakukan perancangan tapak penangkaran dengan baik maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :

Analisis Rancangan Tapak

Analisis perancangan tapak yang dimaksudkan adalah kita menganalisis terhadap potensi dan kendala yang mungkin timbul dari rancangan kita, dimana kita tidak akan dapat menganalisis sebelum tujuan dan sasaran yang kita inginkan dirumuskan. Adapun peran utama dari analisis perancangan adalah memberikan informasi mengenai tapak kita sebelum memulai konsep-konsep perancangan kita, sehingga pemikiran dini kita tentang bangunan dapat mengabungkan tanggapan-tanggapan yang berarti terhadap kondisi luaran.

Berdasarkan hasil analisis terhadap lokasi, maka diperoleh data mengenai potens i lokasi sebagaimana tersaji pada Tabel 2.

Pewilayahan/Zonasi

Ditinjau dari aspek teknis penangkaran rusa, data yang diperoleh dan pertimbangan terhadap faktor- faktor pembatas serta efisiensi pengelolaan, maka

(12)

wilayah/zona yang perlu dikembangkan dalam usaha penangkaran rusa timor (Cervus timorensis de Blainville) minimal terdiri dari 2 zona, yaitu zona perkantoran (Headquarter zone) dan zona penangkaran (Captive Breeding Zone).

Penetapan zona- zona pengembangan di lokasi penangkaran didasarkan atas pertimbangan intensitas pengelolaan, intensitas pemanfaatan serta kelayakan areal yang tersedia. Hal ini perlu diperhatikan karena dimaksudkan agar tujuan pengelolaan penangkaran rusa dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Menurut White (1985), alasan untuk menempatkan sebuah bangunan pada suatu daerah tertentu pada tapak dapat melibatkan kondisi-kondisi daya dukung tanah, kontur yang memperkecil pekerjaan tanah selama pembangunan, bukit-bukit untuk pemandangan atau penghindaran akan beberapa kekayaan yang teristimewa bernilai yang harus dilestarikan, misalnya pepohonan atau beberapa kondisi yang negatif misalnya pemandangan buruk.

Menurut Thohari et al. (1991), didalam penentuan zona pengembangan di lokasi penangkaran rusa harus memenuhi persayatan secara teknis, ekonomis dan lingkungan.

Berdasarkan peruntukan dan fungsinya, maka lokasi penangkaran rusa dibagi menjadi dua zona, yaitu :

1. Zona Perkantoran (Headquarter zone)

Zona ini merupakan areal yang berfungsi sebagai pusat pengelolaan/ administrasi kawasan. Dalam penentuan zona ini ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :

a. Topografi relatif datar sampai berbukit ringan, sehingga pendirian bagunan relatif tidak merusak tapak

b. Ketersediaan sumber air mudah dimanfaatkan untuk memenuhi kebu-tuhan air bagi aktivitas pengelolaan sehari- hari

c. Aksesibilitas harus mudah dijangkau

Sarana dan prasarana yang perlu ada di zona ini adalah kantor, pusat informasi, perumahan, pedok karantina dan klinik satwa serta sarana dan prasarana penunjang (menara air, instalasi listrik dan sarana komunikasi).

(13)

2. Zona Penangkaran (Captive Breeding Zone)

Zona ini merupakan areal yang berfungsi untuk pengembangbiakan dan pembesaran/pemeliharaan satwa pedaging. Persyaratan yang harus dipertimbangkan dalam me nentukan zona penangkaran ini adalah :

a. Topografi diupayakan merupakan daerah yang datar, landai sampai berbukit ringan segingga rusa dapat menjelajahi dengan baik.

b. Ketersediaan pakan, air dan cover ; perlu dibangun padang pengem-balaan dan sistem peransuman untuk menjamin ketersediaan makanan, sistem penyaliran air dan pengaturan cover.

c. Ekosistem; pembangunan areal ini diusahakan sekecil mungkin merubah kondisi fisik dan vegetasi yang ada, sehingga menjadi tempat hidup dan berkembangbiak rusa dengan baik.

d. Luasan; mengingat zona penangkaran merupakan zona yang terluas dalam kegiatan penangkaran ini, maka areal harus cukup luas sesuai dengan proyeksi pengembangan dan kebutuhan normal hidup dan berkembangbiak bagi rusa.

Sarana dan prasarana yang perlu ada di zona ini adalah unit penangkaran (pedok-pedok), kebun rumput, menara/instalasi air, areal pembesaran, padang pengembalaan, jalan inspeksi, gudang makanan, perumahan, bak penampungan limbah.

Pada Gambar 6 disajikan keadaan vegetasi yang ada di lokasi penangkaran rusa timor (Cervus timorensis de Blainville) yang ada di Kampus IPB Darmaga pada saat dilakukan studi.

(14)

Gambar 6. Keadaan vegetasi yang terdapat di lokasi penangkaran rusa di Kampus IPB Darmaga pada saat studi.

Faktor-faktor Lanskap

Didalam penataan suatu disain tapak, faktor- faktor yang perlu diperhatikan berkaitan dengan lanskap adalah :

1. Kontur,

Kontur yaitu beda tinggi suatu titik dengan titik lainnya. Kontur diperlukan agar didalam pembuatan tapak sedapat mungkin tidak merubah kondisi alami suatu lokasi.

2. Pepohonan

Didalam perancangan tapak penangkaran pepohonan sangat diperlukan, karena selain berfungsi sebagai peneduh alami juga dapat berfiungsi sebagai penahan angin, erosi dan menambah nilai estetika suatu tapak.

Berdasarkan data lima tahun terakhir yang dikeluarkan oleh BMG Wilayah II Bogor (2004), kecepatan angin di wilayah Darmaga rata-rata 7,02

(15)

km/jam. Ini masih tergolong kecepatan yang ringan. Dengan demikian, pepohonan yang ditanam di lokasi penangkaran mempunyai peran utama sebagai pohon pelindung (shelter) dan juga menambah nilai estetika. Untuk itu pemilihan jenis pepohonan diutamakan yang mempunyai tajuk cukup lebar dan pertumbuhannya cepat. Jenis pohon yang terbukti sudah cocok dengan lokasi penangkaran adalah sengon (Paraserianthes falcataria) dan sengon buto (Enterolubium cyclocarpum). Namun demikian dalam jangka panjang jenis beringin (Ficus binjamina) cukup baik untuk ditanam. Selain memiliki tajuk yang luas, juga mempunyai nilai keindahan yang cukup baik.

3. Sumber air

Sumber air mutlak diperlukan di suatu areal penangkaran, karena air berfungsi sebagai sumber air minum dan tempat berkubang bagi rusa serta untuk keperluan lainnya. Guna menambah nilai estetika tetapi tidak mengurangi fungsinya, maka bak-bak minum yang ada di lokasi penangkaran dapat didisain sedemikian rupa menjadi bak-bak yang indah.

Diskripsi dan Tata Letak Tapak

1. Zona Perkantoran (Headquarter zone)

Zona perkantoran merupakan pusat kegiatan pengelolaan dan administrasi penangkaran serta sebagai tempat pelayanan kepada masyarakat dan tamu yang datang ke lokasi penangkaran.

Zona perkantoran ini dibagi menjadi lima blok, yaitu : (a) kantor dan pusat informasi, (b) mes (c) karantina dan klinik hewan, (d) Gudang pakan dan peralatan, (e) rumah generator dan (f) pos jaga. Pengelompokan ini dimaksudkan untuk kelancaran pelaksanaan administrasi juga kegiatan pengelolaan dan pelayanan kepada masyarakat lebih efektif dan efisien.

Bangunan kantor ditempatkan di paling depan dari zona perkantoran, hal ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi pengunjung yang akan berurusan dengan pengelola penangkaran.

(16)

Berdasarkan beberapa pertimbangan, maka zona perkantoran ditetapkan di salah satu sudut lokasi penangkaran. Hal ini didasarkan atas pertimbangan : (a) lokasi ini memiliki posisi yang strategis, karena berada di lokasi yang bisa menjangkau ke semua lokasi (b) Bangunan yang akan didirikan tidak banyak memerlukan peningkatan kualitas tapak karena lokasinya memiliki topografi yang datar dan (c) dekat denga n sumber air.

Pemilihan lokasi ini sesuai dengan pendapat dari Hakim dan Utomo (2002), yang mengatakan bahwa umumnya pada lokasi dengan kemiringan di bawah 4% diklasifikasikan pada daerah datar dan cocok untuk aktivitas/ kegiatan yang padat, kemiringan 4 – 10% untuk kegiatan sedang dan lebih dari 10% untuk keperluan ruangan khusus.

Secara rinci diskripsi dan tata letak tapak pada zona perkantoran dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Diskripsi dan tata letak tapak pada zona perkantoran (Headquarter zone).

(17)

2. Zona Penangkaran (Captive Breeding Zone)

Zona ini merupakan satu kesatuan penangkaran yang terdiri dari pedok induk, pedok jantan, pedok perkawinan dan pedok anak. Pedok induk merupakan pedok inti usaha penangkaran. Masing- masing pedok pene mpatannya didasarkan atas kemudahan pemindahan anak dari pedok induk ke pedok anak pada saat lepas sapih dan jantan ke dan dari pedok perkawinan serta pedok induk dari dan ke pedok perkawinan.

Dalam setiap pedok dibuat shelter/tempat berteduh berupa bangunan atau pohon yang sekaligus dapat berfungsi sebagai tempat pengasinan, bak air dan palung pakan.

Zona penangkaran ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu unit penangkaran dan areal pembesaran/ pemeliharaan.

Berdasarkan hasil analisis lokasi penangkaran yang ada, maka pada prinsipnya lokasi penangkaran yang ada semuanya bisa dijadikan zona penangkaran, karena topografi lokasi berkisar antara 0 – 20o. Selain itu sumber air dapat didistribusikan ke seluruh tapak, sehingga dalam pembangunannya tidak memerlukan banyak peningkatan tapak. Sedangkan areal pembesaran ditempatkan disebelah barat. Lokasi ini memiliki kondisi datar hingga bergelombang kecil, sumber air masih bisa terjangkau dengan pompanisasi dan pada saat ini merupakan areal padang rumput yang potensi. Hal ini didukung oleh pendapat Van Bemmel (1949) yang menyebutkan bahwa padang rumput atau savana sebagai tempat merumput merupakan habitat yang paling disukai oleh rusa timor (Cervus timorensis de Blainville).

Jika kebutuhan luas pedok untuk masing- masing kelas umur dan jenis kelamin diasumsikan: induk = 60 m2/ekor, jantan = 125 m2/ekor, anak umur < 1 tahun = 22 m2/ekor dan anak umur 1-2 tahun = 30 m2/ekor, maka populasi yang dapat ditampung pada masing- masing pedok setelah 10 tahun di penangkaran dengan sistem farming adalah sebagaimana tersaji pada Tabel 4.

(18)

Secara lengkap diskripsi dan tata letak perancangan tapak yang disarankan untuk dikembangkan dalam usaha penangkaran rusa timor (Cervus timorensis de Blainville) dengan sistem farming di Kampus IPB Darmaga dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Diskripsi dan tata letak perancangan tapak penangkaran rusa di Kampus IPB Darmaga dengan sistem farming.

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa :

1. Luas zona perkantoran (A) = 0,10 ha atau sama dengan 2,35% dari luas lahan, terdiri dari kantor utama (kantor dan pusat informasi), mes penangkar, gudang bahan pakan dan peralatan serta klinik/karantina satwa.

2. Luas pedok induk (B) = 1,50 ha atau sama dengan 35,29% dari luas lahan, pedok ini dapat me nampung 250 ekor induk dengan luas pedok 60 m2/ekor. 3. Luas pedok jantan (C) = 0,28 ha atau sama dengan 6,70% dari luas lahan,

(19)

4. Luas pedok perkawinan (BC) = 0,25 ha atau sama dengan 5,88% dari luas lahan. Pada pedok ini dapat menampung induk yang sedang birahi sebanyak 20 - 25 ekor dengan luas pedok 100 m2/ekor.

5. Luas pedok anak/pembesaran terdiri dari pedok D1 seluas 0,75 ha (17,65%)

untuk anak berumur ≤ 1 tahun, dimana dapat menampung 341 ekor dengan luas pedok 22 m2/ekor dan pedok D2 seluas 0,25 ha (5,90%) untuk anak

berumur 1 – 2 tahun, dimana dapat menampung sebanyak 84 ekor dengan luas pedok 30 m2/ekor. Dengan demikian luas pedok anak/pembesaran (D1 + D2)

adalah 1,00 ha atau sama dengan 23,55% dari luas lahan.

6. Luas kebun rumput sementara (E) = 1,0 ha atau sama dengan 23,55% dari luas lahan, dimana kebun rumput ini hanya sampai tahun ke-4. Selanjutnya seiring dengan pertambahan populasi induk, maka kebun rumput ini dijadikan pedok induk yang dapat menampung 167 ekor dengan luas pedok 60 m2/ekor. 7. Pagar terbuat dari kawat dengan tinggi 2 – 2,5 meter. Untuk menghidari

masuknya binatang pengganggu (anjing), maka dibagian bawah setinggi 50 – 75 cm dilapisi dengan kawat harmonika. Secara rinci disain pagar dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Desain pagar yang disarankan.

8. Lebar jalan inspeksi = 1,5 meter dengan dasar berpasir yang digunakan sebagai jarur pemindahan rusa dari dan ke ruang klinik dan karantina dan untuk jalur pemindahan rusa dari satu pedok ke pedok lainnya. Selain itu juga digunakan sebagai jalan bagi pengelola dalam pendistribusian pakan dengan menggunakan gerobak dorong dan pengontrolan. Secara rinci desain jalan inspeksi dapat dilihat pada Gambar 10.

(20)

Gambar 10. Desain jalan inspeksi dan pintu yang disarankan.

9. Untuk menghindari becek pada dasar pedok, maka dasar pedok diberi pasir dan selanjutnya ditanami rumput alam, selain untuk menggurangi erosi juga sebagai sumber pakan.

Rancangan Manajemen Penangkaran Rusa Timor (Cervus timorensis de Blainville) dengan Sistem Deer Farming

Manajemen Penangkaran

Meskipun usaha penangkaran rusa di Indonesia belum terlalu memasyarakat, namun dengan tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada sekarang ini tidak ada kesulitan untuk mengadopsi dan mengembangkan teknik-teknik penangkaran rusa yang telah berhasil di luar negeri. Ditinjau dari segi teknis pada prinsipnya penerapkan teknik-teknik peterakan yang telah dikenal masyarakat, sehingga secara teknis tidak ada kesulitan. Tetapi kenyataan berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung di lapangan diperoleh data mengenai penangkaran rusa timor (Cervus timorensis de Blainville) yang ada di Kampus IPB – Darmaga sebagai berikut :

1. Populasi rusa

Populasi rusa yang ada di penangkaran Kampus IPB – Darmaga berjumlah 6 ekor terdiri dari 2 ekor jantan dan 4 ekor betina. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung di lokasi, diketahui keempat ekor betina

(21)

yang ada sedang dalam kondisi bunting dan ternyata pada akhir pengamatan salah satu diantaranya beranak. Anak yang dilahirkan berjenis kelamin betina, sehingga populasi rusa di akhir penelitian berjumlah 7 ekor.

2. Pemberian pakan dan minum

Pakan yang diberikan kepada rusa yang ada di penangkaran semata- mata mengandalkan pasokan dari luar berupa rumput alam hasil dari sabitan petugas yang ada dilapangan. Jumlah hijauan yang diberikan tidak sesuai dengan standar kebutuhan hidup rusa, dimana dari segi kuantitas sangat kurang apalagi dari segi kualitas. Makanan penguatan maupun makanan tambahan selama pengamatan belum pernah diberikan. Begitu juga kebutuhan akan air minum semata- mata hanya dipenuhi dari air yang berasal dari air yang terkandung didalam hijauan yang diberikan, sedangkan air minum tidak pernah disediakan.

3. Perkembangbiakan

Perkembangbiakan yang terjadi di penangkaran saat ini adalah perkembang-biakan secara alami murni, dimana tidak ada campur tangan dari pengelola. Rusa-rusa yang ada dibiarkan melakukan perkembangbiakan denga n sendirinya, yang penting pengelola sudah menyediakan tempat dan memberinya pakan hijauan apa adanya.

4. Kontrol penyakit

Kontrol terhadap penyakit selama ini tidak pernah dilakukan. Apalagi pemberian vaksin, vitamin dan obat-obatan lainnya, sehingga penampilan rusa yang ada di penangkaran kelihatan kurang sehat. Hal ini dapat dilihat dengan bulu-bulu yang kusam dan sebagian ada yang rontok.

Berdasarkan hasil kajian potensi lokasi dan juga keadaan penangkaran yang ada, sesungguhnya penangkaran tersebut dapat diusahakan lebih baik lagi, yaitu dengan mengembangkan penangkaran rusa sistem deer farming. Ditinjau dari segi teknis pada prinsipnya penerapan penangkaran rusa hampir sama dengan teknik-teknik peterakan yang telah dikenal masyarakat, sehingga secara teknis sesungguhnya tidak ada kesulitan.

(22)

Secara garis besar, teknik penangkaran rusa dengan sistem farming meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Pemeliharaan, yaitu meliputi : a. Pengadaan bibit

Jenis rusa yang dikembangkan dalam usaha penangkaran adalah rusa timor (Cervus timorensis de Blainville). Berdasarkan informasi dari beberapa sumber yang diperoleh selama melakukan penelitia, bibit rusa untuk keperluan penangkaran dapat diperoleh dari suakamarga-satwa, kebun binatang, penangkaran lain dan penangkapan di hutan.

Jumlah rusa yang dapat ditampung dalam suatu lokasi penangkaran disesuaikan dengan kesiapan lokasi, sarana prasarana, ketersediaan biaya dan tenaga pengelola serta potensi pasar. Perkiraan jumlah rusa yang dapat diperoleh didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu potensi yang ada didaerah sekitar lokasi penangkaran dan kemudahan untuk memperolehnya baik dari segi perizinan maup un penangannya.

b. Seleksi Bibit

Untuk memperoleh kualitas keturunan yang baik dalam usaha penangkaran rusa perlu diperhatikan pemilihan induk dan pejantan yang baik. Untuk itu dalam jangka panjang, penangkaran rusa hendaknya mengarah pada sistem seleksi yang benar serta pencatatan setiap individu rusa di penangkaran, khususnya individu- individu bibit.

Salah satu masalah penting yang harus dihindari dalam usaha penangkaran adalah timbulnya inbreeding. Untuk menghindari meningkatnya koefisien inbreeding, maka seleksi bibit, pencatatan silsilah tiap individu rusa khususnya rusa-rusa induk/pejantan dan pengaturan sistem perkawinan menjadi penting untuk diperhatikan.

Pejantan yang digunakan untuk mengawini betina diatur sedemikian rupa, sehingga pejantan dari satu pedok selalu digantikan dengan pejantan lain pada setiap musim kawin berikutnya, dalam hal ini dilakukan pergiliran pejantan secara teratur.

(23)

Adapun syarat-syarat rusa yang baik untuk dijadikan bibit secara umum adalah (a) berasal dari induk dan pejantan yang baik (jelas silsilahnya/tetuanya), (b) tidak cacat, (c) mempunyai pertumbuhan yang baik, (d) sehat dan (e) memiliki kemampuan adaptasi dengan lingkungan yang tinggi.

c. Adaptasi

Secara alami rusa termasuk satwa yang mempunyai kemampuan adaptasi lingkungan yang sangat tinggi. Di lingkungan yang banyak aktivitas manusia, bahkan di lingkungan dengan kondisi makanan yang jelek sekalipun rusa mampu beradaptasi dengan baik. Meskipun demikian diperlukan perhatian dan penanganan maupun latihan yang baik dan teratur untuk mencegah kemungkinan yang tidak diinginkan seperti terjadinya stress, serangan penyakit dan kematian, sehingga dapat mengoptimalkan manfaat yang diperoleh.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mempermudah penanganan rusa yang baru ditangkap ke tempat penangkaran adalah dengan menempatkan rusa dalam kandang yang gelap dan relatif tidak luas. Pedok ini dapat dibagun dalam pedok karantina. Disamping itu untuk membiasakan rusa terhadap penggiringan dapat dilakukan dengan melatih secara teratur dalam waktu tertentu dengan memperlihatkan tanda-tanda tertentu (bendera atau suara).

Usaha pengadaptasian ini selain ditujukan pada rusa-rusa yang telah ada di lokasi penangkaran guna mempermudah penanganannya, juga diperlakukan pada rusa- rusa yang brau didatangkan dari luar areal penangkaran. Untuk rusa-rusa yang baru didatangkan dari luar arealpenagkaran, langkah pengadaptasian ini dilakuka di pedok karantina selama 1 – 2 minggu, selain untuk tujuan adaptasi juga untuk mencegah kemungkinan penyakit yang dibawanya.

d. Penyediaan Pakan

Dalam suatu usaha penangkaran, makanan merupakan salah satu komponen produksi yang membutuhkan biaya terbesar, yaitu dapat

(24)

mencapai 65 – 70% dari seluruh total produksi (Thohari et al. 1991). Oleh karena itu penyediaan makanan perlu mendapat perhatian khusus serta penanganan yang baik dan teratur, sehingga kualitas makanan yang diberikan mampu menhasilkan produktivitas optimum rusa yang ditangkarkan. Kaitannya dengan penyediaan makanan rusa, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu :

(1). Jenis bahan makanan

Jenis makanan yang dapat diberikan pada rusa di penangkaran dapat berupa hijuan, konsentrat dan makanan tambahan. Jenis hijauan antara lain rerumputan dan pucuk/daun muda tumbuhan polong (legum). Dari hasil analisis tumbuhan di lokasi penangkaran ditemukan beberapa jenis hijauan yang dimakan rusa, diantaranya yang dominan adalah rumput pahitan (Paspalum conjungatum), alang-alang (Imperata cylindrica), jukut kidang (Centotheca lappacea), kacangan (Desmodium heterocarpum) dan teki (Cyperus rotundus). Sedangkan jenis konsentrat yang dapat diberikan pada rusa dapat berupa campuran dedak, jagung dan umbi- umbian. Selain itu hasil limbah pertanian seperti daun jagung juga disukai dan perlu dicoba berbagai jenis limbah pertanian yang ada di sekitar lokasi penangkaran.

(2). Jumlah dan frekwensi pemberian pakan

Secara umum jumlah makanan yang diberikan pada satwa pemamahbiak per ekor per hari adalah sebesar 5 – 10% dari bobot badannya, sedangkan frekwensi pemberiannya dapat dilakukan 2 – 3 kali per hari. Bila rata-rata berat badan rusa timor adalah 75 kg, maka kebutuhan hijauan pakan rata-rata adalah 5,63 kg/ekor/hari.

Untuk keperluan penangkaran ini makanan yang akan diberikan berdasarkan dari beberapa hasil penelitian adalah

(25)

sebanyak 6 kg hijauan segar per ekor per hari. Sedangkan konsentrat diberikan 0,5 kg/ekor/hari.

(3). Cara peramuan dan penyajian pakan

Hijauan yang diberikan adalah jenis rumput unggul, agar penggunaan pakan lebih efisien, maka rumput dipotong pendek (dicacah) menjadi sekitar 20 cm atau kurang saat akan diberikan kemudian diletakkan di dalam palung-palung pakan. Pemotongan ini dimaksudkan agar tidak banyak hijauan yang tersisa atau terbuang.

Pakan konsentrat yang diberikan berupa campuran dedak dan umbi- umbian yang dipotong kecil-kecil, dibasahi dengan air yang dicampur dengan sedikit garam. Penmberian air ini bertujuan agar dedak tidak banyak terbuang, sementara garam diberikan selain untuk meningkatkan palatabelitas pakan juga untuk mencukupi kebutuhan mineral. Setelah pakan siap, selanj utnya ditempatkan pada palung-palung pakan.

e. Pengembangbiakan

Dalam usaha penangkaran, masalah pengembangbiakan memegang peranan yang sangat penting, karena dasar keberhasilan usaha penangkaran terletak pada keberhasilan reproduksinya. Ada tiga cara ya ng dapat dilakukan dalam upaya pengembangbiakan rusa di penangkaran, yaitu : secara alamiah, semi alamiah dan inseminasi buatan.

Ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam upaya penge mbang-biakan rusa di penangkaran : 1). secara alamiah, yaitu membiarkan rusa kawin dan berkembangbiak tanpa campur tangan manusia, 2). secara semi alamiah yaitu sistim perkawinan rusa diatur manusia, antara lain dengan mengatur perpandingan jumlah jantan, dan 3). secara inseminasi buatan (IB). Namun demikian pada saat ini kegiatan IB pada rusa di Indonesia masih untuk tujuan penelitian dalam rangka pemahaman sifat

(26)

reproduksi rusa tropis dan telah disosialisasikan di beberapa penangkar yang akan diarahkan menjadi penangkar pembibit rusa.

Menurut penulis pada saat ini cara yang dirasa tepat untuk diterapkan dalam suatu penangkaran adalah dengan cara semi alami, yaitu dengan pengaturan nisbah kelamin antara jantan dan betina. Selain itu melakukan rotasi penggunaan pejantan unggul.

f. Perawatan Kesehatan

Berhasil tidaknya suatu usaha penangkaran rusa ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya adalah kesehatan rusa. Perawatan dan pengobatan penyakit secara baik dan lebih dini ketika terlihat ada gejala penyakit merupakan tindakan penting yang perlu dilakukan untuk menghindari kematian dan meluasnya penyebaran penyakit.

Dibandingkan dengan jenis hewan lainnya yang telah dikenal, rusa cenderung memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik terhadap serangan penyakit. Sebatas rusa mendapatkan makanan yang cukup dari segi jumlah dan keseimbangan zat-zat nutrisinya, maka gejala defisisensi suatu unsur nutrisi tidak akan terjadi.

Hingga saat ini rusa belum banyak terdeteksi sebagai pembawa penyakit bagi kelompok hewan lain atau sesama ruminansia lainnya. Tetapi justru rusalah yang sering terinfeksi dari hewan lainnya. Hasil pemantauan di lapangan ternyata rusa timor dan sabar mempunyai daya tahan terhadap serangan cacing yang cukup kuat.

Untuk menghindari kemungkinan berjangkitnya penyakit perlu mendapat perhatian, khususnya yang berkaitan dengan pencegahannya, misalnya : melalui vaksinasi disamping pemeriksaan mulut maupun injeksi. Dalam hal ini rusa yang baru datang dari luar loksi penangkaran dan anak-anak rusa yang baru lahir segera diberi vaksin anti cacing dan penyakit lainnya.

(1) Beberapa jenis parasit dan penyakit

Beberapa jenis parasit yang biasa menyerang rusa diantaranya adalah : eksternal parasit (lalat hijau dan caplak),

(27)

internal parasit (cacing paru/Dictyocaulus spp.), sedangkan penyakit yang perlu mendapat perha tian adalah : luka pada lambung dan usus, Salmonelosisi, Pnumonia, Malignant Catarhal Fever, Brucellosis, Tuberculosis, Capture myopathy, Antraks serta gangguan metabolisme misalnya keracunan.

(2) Program Perawatan Kesehatan

Pada prisnsipnya tindakan pencegahan lebih baik dan murah dibandingkan dengan pengobatan. Oleh karena itu sangat diperlukan suatu program perencanaan perawatan kesehatan yang baik dan teratur guna mencegak atau meminimalkan resiko pemeliharaan.

Beberapa program perawatan kesehatan yang perlu dipertimbangkan untuk dilakukan adalah :

(a) Vaksinasi secara tertatur terhadap penyakit-penyakit seperti TBC, salmonelosis, clostridial dan lain- lain.

(b) Pembersihan/penyemprotan pedok serta pagar dengan desinfektan secara berkala.

(c) Jika air didalam pedok tidak mengalir, maka dilakukan pembersihan dan penggantian air setiap harinya.

(d) Pemberian vitamin dan mineral penting secara teratur (e) Pemberian dan pengaturan makanan yang baik

(f) Melakukan pengujian veteriner untuk jenis-jenis penyakit tertentu.

(3) Parameter kesehatan

Apabila rusa mulai turun tingkat kesehatannya namun tidak terlihat disebabkan oleh suatu penyakit tertentu, maka kemungkinan besar hal itu disebabkan karena pengaruh stres yang berkepanjangan, baik karena iklim ( hujan lebat, tanah bevek atau terik panas matahari) atau lingkungan sekitar (terganggu ketenangannya).

(28)

Perlakuan yang dapat dilakukan adalah dengan perbaikan lingkungan dan pemberian vitamin. Namun demikian indikator sehatnya seekor rusaseringkali harus dianalisa lewat kondisi darah dan ini hanya bisa dilakukan setelah didiagnosa oleh dokter hewan. g. Pembibitan dan Pembesaran

Yang dimaksud dengan pembibitan adalah segala usaha pengadaan dan pemeliharaan anak-anak rusa baik rusa jantan maupun betina yang disiapkan sebagai pejantan dan induk dalam penangkaran. Dalam pengertian ini termasuk pemeliharaan anak-anak rusa yang akan dijual keluar penangkaran sebagai bibit.

Pemeliharaan anak-anak rusa ini dilakukan sesaat setelah dilakukan penyapihan yaitu sekitar umur 3 bulan yang ditempatkan pada pedok tersendiri. Dalam pemeliharaan ini disatukan antara rusa jantan dan betina sampai mencapai umur dewasa kelamin, dimana hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak rusa tersebut berinteraksi dan bersosialisasi antara yang satu dengan yang lainnya. Setelah memasuki umur dewasa kelamin, yaitu lebih umur 8 bulan dengan berat badan ± 40 kg dilakukan pemisahan antara rusa jantan dengan betina.

Pada saat pemisahan ini sekaligus dilakukan seleksi untuk memilih rusa-rusa yang akan dijadikan calon induk dan pejantan, yang selanjutnya akan diberikan tanda (penning) untuk memudahkan dalam pengelolaan selanjutnya. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa rusa-rusa tersebut untuk tidak segera dikawinkan meskipun sudah dewasa kelamin, karena pada dasarnya usia produktifnya (minimum breeding age) baru dicapai pada umur 2 – 3 tahun.

Setelah dilakukan seleksi untuk memilih calon bibit, maka rusa-srusa yang tidak terpilih untuk selanjutnya dilakukan pemeliharan pembesaran/penggemukan guna mendapatkan pertumbuhan yang optimum agar diperoleh rusa-rusa yang gemuk dengan kualitas daging yang baik. Umur optimum yang diperhitungkan dalam pembesaran/

(29)

penggemukan ini untuk mencapai usia potong adalahh rata-rata satu tahun dengan berat badan 60 kg dan prosentase karkas 60% dengan rata-rata berat daging 36 kg (Thohari et al., 1991).

h. Pencatatan (recording)

Pencatatan (recording) adalah suatu tindakan untuk melakukan pencatatan tentang identitas satwa yang meliputi : nomor, nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir (umur) dan nama induk. Tujuan dilakakukannya pencatatan (recording) adalah untuk mengenali satwa secara jelas, dimana dengan mengenali identitas satwa secara jelas, diharapkan dapat menghindari terjadinya perkawinan dengan kerabat dekatnya (inbreeding), sehingga pelaksanaan penangkaran dapat berjalan dengan baik.

Penandaan atau penomoran setiap individu rusa umumnya dilakukan dengan memberikan “anting” bernomor (penning) yang cukup besar tetapi ringan pada daun telingan rusa, sehingga mudah diamati dari jauh dengan menggunakan teropong binokuler. Penning ini dipasang pada saat anak rusa baru lahir.

2. Pemanenen, yaitu meliputi : a. Penggiringan dan Penangkapan

Pengertian penggiringan adalah aktivitas memindahkan kelompok rusa dari satu pedok ke pedok lainnya sesuai dengan kehendak kita atau membawa rusa ke kandang kerja. Untuk keperluan pengobatan atau velveting, penggiringan dilakukan dengan cara menggiring rusa-rusa yang telah terpilih atau ditent ukan untuk ditangkap ke suatu tempat yang sempit yang telah disiapkan melalui jalur-jalur pedok, sedangkan untuk keperluan rotasi padang penggembalaan dilakukan terhadap seluruh rusa yang ada dalam satu pedok.

Apabila penggiringan dilakukan asal-asalan, maka yang terjadi hanyalah rusa berlari berputar-putar di sekitar pedok dan tidak berani keluar dari pedok. Pada akhirnya rusa menjadi stres dan kelelahan. Yang pertama kali perlu diperhatikan dalam penggiringan adalah

(30)

memperhatikan jarak melarikan diri rusa (JMD, flight distance), yaitu jarak terdekat anata manusia dengan rusa yang dapat diterima oleh rusa sebelum rusa tersebut lari menghindar karena merasa terancam.

Yang dimaksud dengan penangkapan adalah baik yang dilakukan di luar lokasi penangkaran untuk dijadikan bibit maupun rusa-rusa yang ada di dalam lokasi penangkaran untuk keperluan penanganan-penanganan tertentu seperti pengobatan, pemanenan/ pengambilan velvet, perangsangan birahi dan inseminasi buatan. Dalam pengertian iti juga termasuk penangkapan untuk keperluan pemanenan.

Secara umum beberapa teknik penangkapan rusa yang dapat diterapkan adalah : penggiringan, penjeratan/pemerangkapan, dan pembiusan. Pemilihan teknik penengkapan tergantung dari tujuan penangkapan. Untuk tujuan pengobatan, velveting dan inseminasi buatan misalnya sejauh mungkin diusahakan untuk menggunakan teknik penangkapan yang memberikan resiko stres terkecil, yaitu dengan pembiusan. Tetapi untuk tujuan pemanenan biasa dilakukan dengan penggiringan atau penjeratan.

b. Pengangkutan

Apabila karena satu dan lain hal rfusa harus diangkut, maka didalam pengangkutan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, karena sering terjadi kematian dan timbulnya penyakit akibat salah penanganan dalam pengangkutan. Beberapa hal yang perlu diperhatinan adalah : (1). Kondisi Rusa

Jika rusa yang akan diangkut adalah jantan dewasa, sangat disarankan ranggah dalam pertumbuhan apapun dilakukan pemotongan terlebih dahulu, kecuali pada fase ranggah muda tidak lebih dari 10 cm. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi rusa yang cidera. Selain itu pengangkutan rusa yang tidak beranggah menjadikan ukuran kotak angkut lebih kecil, sehingga praktis dalam pengangkutan.

(31)

(2). Cuaca

Pengangkutan rusa sebaiknya dilakukan pada saat cuaca sejuk. Perjalanan sangat disarankan dilakukan malam hari guna menghindari stres akibat kondisi panas matahari.

(3). Kotak Pengangkutan

Kotak pengangkutan harus terbuat dari bahan yang kuat, khususnya pada pengangkutan rusa dewasa, karena hentakan kaki sering membua t kotak pengangkutan menjadi rusak, sehingga bahan triplek tebal sangat baik, walaupun papan juga dapat digunakan. Dalam pwembuatan kotak angkut yang terbaik adalah jika rusa hanya dapat berdiri dan ke posisi duduk tanpa dapat berputar

(4). Jarak dan Lama Pengangkutan

Dalam melakukan perjalan yang membawa beberapa kotak pengangkutan sekaligus, sebaiknya ada jarak antara kotak, sehingga terjadi sirkulasi udara dengan baik. Selain itu penempatan tutup diatas alat pengangkut (terpal) perlu dipertimbangkan untuk perjalan yang panjang (> 24 jam). Bila pengangkutan memerlukan waktu perjalanan yang panjang, sebaiknya diperlukan waktu istirahat bagi rusa-rusa di tempat yang teduh dan sejuk walaupun sebentar.

(5). Pengeluaran Rusa

Pengeluaran rusa dari dalam kotak angkut merupakan tahapan terakhir yang justru seringkali mematikan. Tidak jarang saat sampai di lokasi kondisi rusa dalam keadaan stres dan ketakutan dan lelah, sehingga tidak mampu lagi untuk berdiri. Bila menemukan kondisi yang demikian disarankan untuk menunggu agar rusa mau keluar dengan sendirinya. Bila memungkinkan sebelum rusa keluar diberikan obat anti stres dan vitamin. Dilarang memberikan siraman air denga n maksud memberikan

(32)

kesegaran, karena justru sebaliknya yang terjadi adalah sebaliknya suatu kematian akibat perubahan suhu yang mendadak. Agar keselamatn terjamin, sebaiknya saat akan melakukan pengeluaran, kotak angkut sudah berada di dalam wilayah dimana rusa akan ditempatkan. Lingkungan yang tenang, jauh dari tontonan orang atau kebisingan saat pelepasan dilakukan sanbgat membantu rusa untuk cepat beradaptasi dengan daerah baru.

c. Pemanenan Velvet (Velveting)

Ciri khusus dari rusa adalah keberadaan ranggahnya dan hanya dijumpai pada kelompok rusa jantan. Ranggah merupakan suatu bentuk pertumbuhan tulang sejati yang terjadi keluar dari anggota badan dengan siklus tumbuh, mengeras dan luruh berputar secara berkala setiap tahun. Pertumbuhan ranggah bukanlah di tengkorak, tetapi dibonggolan yang memang khusus untuk pertumbuhan ranggah yang disebut dengan pedicle. Pada bibir pedicle akan terdapat bentukan yang menyerupai lingkaran cincin yang disebut brur atau ada yang menyebutnya junction. Hal inilah yang membedakan antara pengertian ranggah pada rusa dengan tanduk pada ternak kambing, domba, sapi dan kerbau.

Pertumbuhan awal ranggah dimulai dengan tumbuhnya pedicle, dimana pada rusa timor (Cervus timorensis de Blainville) mulai tampak pada umur 5 – 7 bulan pada kisaran berat badan 29 – 33 kg. Setelah pudicle tumbuh sempurna, baru ranggah mulain tumbuh. Pada setiap siklus pertumbuhan ranggah akan terjadi perubahan bentuk, ukuran dan berat ranggah. Saat pertama kali tumbuh (tahun pertama), ranggah rusa hanya berupa sebatang ranggah bulat, kecil dan pendek. Awalnya lunak terdiri dari tulang rawan yang diselimuti jaringan kulit tipis dan bulu halus (beludru) yang biasa disebut velvet. Setelah mencapai pertumbuhan maksimum, maka ranggah muda akan mengeras atau terjadi proses penulangan (kalsifikasi) yang ditandai dengan mengelupasnya lapisan kulit tipis yang menyelimutinya. Setelah kulit tipis mengelupas, maka terlihatlah tulang ranggah keras. Pada posisi ini

(33)

ranggah telah berubah bentuk dari jaringan hidup menjadi jaringan mati. Setelah beberapa saat dalam keadaan ranggah keras, maka ranggah tersebut akan lepas (luruh) dari daerah tumbuhnya.

Menurur Semiadi dan Nugraha (2002), kecepatan tumbuh ranggah muda pada pejantan berkualitas baik dapat mencapai 2 cm/hari sebelum memasuki proses kalsifikasi. Pada saat pertumbuhan cepat inilah yang dikelan sebagai ranggah muda/ranggah velvet (velvet antler), mempunyai nilai jual yang mahal.

Pemanenan/pemotongan ranggah muda biasanya dilakunan pada umur 50 – 55 hari setelah tumbuh. Penentuan kapan saat yang paling tepat untuk melakukan pemotongan ranggah muda memerlukan pengalaman dan kecermatan mata. Intinya saat pemotongan dilakukan, diharapkan akan diperoleh kualitas ranggah muda yang cukup berat tetapi porsi jaringan mudanya masih sangat besar. Cara perkiraan yang umum dipakai adalah dengan memperhatikan ujung ranggah utama (maen beam).

Menurut Semiadi dan Nugraha (2004), pada rusa timor (Cervus timorensis de Blainville) pemanenan ranggah muda dilakukan saat ujung ranggah masih berbentuk bulatan besar, belum terjadi percabangan dengan pemotongan dilakukan sekitar 3 – 5 cm di atas cincin ranggah.

Sarana dan Prasarana Penangkaran

Secara garis besar sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam usaha penangkaran rusa meliputi : bangunan kantor, pusat informasi, pedok-pedok dalam unit penangkaran, kebun rumput, areal pembesaran dan adaptasi (padang pengembalaan) serta jalan inspeksi.

1. Bangunan Kantor

Kantor menurut fungsinya merupakan pusat pengelolaan/ administrasi. Untuk itu harus tersedia fasilitas-fasilitas yang memadai dan aksesibilitasnya cukuptinggi, sehingga kegiatan pengelolaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

(34)

2. Pusat Informasi

Pusat informasi merupakan suatu tempat dimana didalamnya terdapat perpustakaan, ruang pamer dan ruang audiovisual, sehingga setiap pengunjung yang datang dengan mudah mendapatkan informasi yang diinginkan tentang penangkaran rusa yang dikelolanya. Ruangan yang digunakan sebagai pusat informasi merupakan bagian dari bangunan kantor utama.

3. Mes Penangkar/Pengelola

Di suatu pena ngkaran rusa diperlukan adanya orang yang tinggal dekat dengan usaha penangkaran tersebut. Hal ini penting untuk urusan penjagaan keamanan dan terlebih lagi guna kemudahan dalam pengawasan secara intensif, seperti disaat musim kawin, musim melahirkan atau penanganan yang menyangkut rusa sakit. Dengan dekatnya mes dan penangkaran, maka rusa-rusa yang ada akan dengan mudah menyesuaikan diri/beradaptasi dengan hiruk pikuk kegiatan manusia seperti adanya suara kendaraan atau hal- hal lainnya. Karena suara ini setiap hari terdengar, maka rusa tidak mudah stres dan akan cenderung menjadi lebih tenang sifatnya.

4. Unit- unit Penangkaran/Pengelola

Unit- unit penangkaran pada dasarnya merupakan komponen utama dalam pembangunan usaha penangraran rusa. Unit ini terdiri dari pedok-pedok yang berfungsi sebagai kandang induk dan kandang anak rusa, jalur-jalur penggiringan rusa (race) dan kandang terminal.

Syarat utama dalam pemilihan lokasi untuk unit-unit penangkaran adalah kondisi topografi relatif datar sampai bergelombang, serta mudah dijangkau dari komplek perkantoran dan kandang karantina. Selain itu unit-unit penangkaran harus dekat dengan areal pembesaran dan adaptasi.

5. Kebun Rumput

Kebun rumput berfungsi untuk menyediakan hijauan pakan rusa di seluruh unit penangkaran. Letak kebun rumput ini tidak memerlukan pesyaratan khusus. Namun demikian luas dan jenis rumput yang ditanam

(35)

perlu diperhatikan, sehingga mampu memproduksi jumlah hijauan yang dapat mencukupi kebutuhan seluruh unit penangkaran dan palatabilitasnya tinggi. Luasan kebun rumput disesuaikan dengan populasi rusa yang di targetkan, sedangkan jenis rumput yang dapat ditanam diantaranya adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja/king grass (Pennisestum purpupoides), rumpur BD (Brachiaria decumbens), rumput Setaria (Setaria sphacelata) dan lain- lain. Sementara untuk jenis kacangan (legum) dapat ditanam Lamtoro gung (Leucaena leucocephala), turi (Sesbania grandiflora), kacang ketropong (Centrocema plumieri), dan lain- lain.

Luasan kebun rumput yang harus disediakan disesuaikan dengan target rusa yang akan dipelihara. Berdasarkan hasil pengamatan, maka luasan kebun rumput yang harus disediakan agar rusa-rusa yang dipelihara tidak kekurangan hijauan adalah seluas 0,26 ha/ekor. Meskipun demikian pada penangkaran rusa dengan sistem deer farming keterbatasan lahan yang dimiliki tidak merupakan suatu kendala, karena hijauan dapat dibeli dari luar. 6. Areal Pembesaran dan Adaptasi

Areal pembesaran dan adaptasi adalah areal/pedok yang diperuntukkan pemeliharaan anak-anak rusa lepas sapih sebelum diseleksi untuk dijadikan bibit baik yang akan dipelihara maupun di jual. Selain itu agar anak-anak rusa dapat beradaptasi dengan lingkungan tanpa ketergantungan dengan induknya.

Untuk areal ini tidak memerlukan persyaratan khusus, sebab rusa memiliki kemampuan beradabtasi dengan lingkungan yang cukup tinggi. Adapun sarana dan prasarana yang perlu disediakan pada areal ini terdiri dari : shelter (baik alami maupun buatan), palung pakan, bak minum, tempat berkubang dan tempat pengaraman.

7. Jalan Inspeksi

Jalan inspeksi diperlukan pada suatu areal penangkaran, hal ini berfungsi sebagai jalan untuk melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap rusa-rusa yang ada dilokasi. Dalam pembuatan jalan inspeksi ini

(36)

diusahakan tidak mengganggu ketenangan rusa saat mereka berada di dalam pedok, sehingga pemilihan lokasi biasanya di pinggir pedok.

Panjang dari jalan inspeksi ini disesuaikan dengan panjang pedok yang ada dengan lebar 1,5 - 2,0 meter, karena dengan ukuran ini memudahkan pengelola untuk melakukan kontrol dan juga pengangkutan pakan ke setiap pedok yang ada dengan menggunakan gerobak dorong.

8. Gudang

Gudang diperlukan untuk tempat penyimpanan peralatan dan juga stok bahan pakan. Untuk memudahkan pengelolaan, bagunan gudang pakan dan peralatan menjadi satu, tetapi ruangan yang berfungsi sebagai gudang alat dipisahkan dengan ruangan untuk gudang pakan.

9. Peralatan

Peralatan yang diperlukan diantaranya adalah alat pencacah rumput (copper), alat angkut pendidtribusian pakan (gerobak dorong) dan alat mencacah umbi- umbian (sabit/parang).

Proyeksi Perkembangan Populasi di Penangkaran

Berdasarkan hasil analisis terhadap daya dukung lokasi yang ada dan manajemen penangkaran yang akan diterapkan (manajemen deer farming), maka dapat diperkirakan proyeksi populasi rusa di penangkaran selama 10 tahun kedepan, dengan asumsi dasar adalah luas lahan yang dimanfaatkan untuk zona penangkaran (Captive breeding zone) adalah ± 94% dari luas lokasi yang ada, yaitu 4,0 ha yang dibagi menjadi pedok induk, pedok jantan, pedok perkawinan dan pedok anak/pembesaran dan asumsi-asumsi teknis biologis sebagaimana tercantum pada bab metode penelitian.

Secara rinci proyeksi populasi setelah 10 tahun di penangkaran dengan sistem farming adalah sebagaimana tersaji pada Tabel 3.

(37)

Tabel 3 Proyeksi perkembangan populasi rusa pertahun selama 10 tahun pemeliharaan di penangkaran rusa Kampus IPB – Darmaga

Tahun ke-

N0. Subyek Sex

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Jumlah Induk per tahun :

J 5 10 10 10 10 10 10 10 10 5

a.Dari luar penangkaran

B 100 200 200 200 200 200 200 200 200 100

J - - - 2 4 6 9 12 15 18

1.

b. Dari hasil Penangkaran

B - - - 36 66 106 156 216 276 336

J 5 10 10 12 14 16 19 22 25 23

Jumlah Induk

B 100 200 200 236 266 306 356 416 476 436 Jumlah anak per tahun :

J - 40 80 80 94 106 122 142 166 190

a. Jumlah anak lahir (80 % dari jumlah induk,

dengan sex ratio 1 : 1) B - 40 80 80 94 106 122 142 166 190

J - 4 8 8 9 11 12 14 17 19

b. Jumlah anak yang mati

(10 % dr jml lahir) B - 4 8 8 9 11 12 14 17 19

J - 36 72 72 85 96 110 128 150 171

2.

c. Jumlah anak yg hidup

B - 36 72 72 85 96 110 128 150 171

Proyeksi anak :

J - 2 2 2 3 3 3 3 4 5

a. Dijadikan calon bibit untuk dikembalikan

ke penangkaran B - 36 30 40 50 60 60 60 80 100

J - - - 5 4 5 5 6 8 8

b. Dijual sebagai bibit

B - - - 42 32 35 36 50 68 70 J - - 34 65 66 77 88 101 117 138 3. c. Dijual Daging/Potong B - - - - J - - - 5

4 Jumlah rusa yang diafkir

B - - - 100

Keterangan :

J = jantan B = betina

Dari tabel tersebut diketahui perkembangan populuasi selama 10 tahun di penangkaran adalah sebagai berikut :

1. Rusa induk sebanyak 459 ekor, yaitu terdiri dari 23 ekor jantan dan 436 ekor betina (nisbah kelamin 1 : 19 – 20).

2. Rusa anak berumur ≤ 1 tahun sebanyak 342 ekor, yaitu terdiri dari 171 ekor jantan dan 171 ekor betina.

3. Rusa anak umur 1 – 2 tahun sebanyak 84 ekor, yaitu calan bibit terdiri dari 80 ekor betina dan 4 ekor jantan.

4. Penjualan rusa bibit sampai dengan tahun ke-9 sebanyak 263 ekor, yaitu terdiri dari 33 ekor jantan dan 296 ekor betina.

5. Jumlah anak yang dipotong sampai tahun ke-9 adalah 548 ekor, semua terdiri dari rusa jantan.

(38)

6. Rusa induk yang diafkir sebanyak 105 ekor, yaitu terdiri dari 5 ekor jantan dan 100 ekor betina.

7. Total populasi pada tahun ke-10 adalah sebanyak 885 ekor, yaitu terdiri dari induk sebanyak 459 ekor, anak berumur ≤ 1 sebanyak 342 dan anak berumur 1 – 2 tahun sebanyak 84 ekor.

Analisis Kelayakan Finansial Usaha Penangkaran Rusa Timor (Cervus

timorensis de Blainville) dengan Sistem Deer Farming

Berdasarkan proyeksi perkembangan populasi rusa sebagaimana tersaji pada Tabel 3 tersebut dan asumsi-asumsi yang telah dibuat, maka dapat di perkirakan analisis finansial dari usaha penangkaran yang dilaksanakan. Di dalam analisis finansial terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan, yakni: hasil usaha, biaya investasi (investment cost), dan biaya operasi (operation cost). Komponen biaya dan penerimaan dari usaha penangkaran rusa dengan sistem deer farming dapat dilihat pada Tabel 4 dan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4.

Tabel 4 Proyeksi komponen biaya dan penerimaan pada usaha penangkaran rusa timor (Cervus timorensis de Blainville) selama 10 tahun di penangkaran dengan sistem deer farming

No Komponen Jumlah Harga

1. Biaya :

a. Biaya investasi 1.767.250

b. Biaya Tetap 849.575

c. Biaya Variabel 474.600

2. Penerimaan :

a. Bibit rusa yang dikembalikan ke penangkaran 542 ekor 5.000.000 b. Bibit rusa yang dijual 353 ekor 5.000.000

c. Penjualan daging 25.481 kg 65.000

d. Penjualan non daging (jerohan) 1.416 kg 25.000 e. Penjualan ranggah 160 pasang 200.000

f. Penjualan velvet 354 kg 300.000

(39)

Dari Tabel 5 tersebut, maka dapat dilakukan analisis finansial dari usaha penangkaran rusa meliputi analisis NPV, BCR, IRR dan PP. Secara lengkap proyeksi biaya dan penerimaan setiap tahunnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Hasil analisis finansial usaha penangkaran rusa timor (Cervus timorensis de Blainville) dengan target pemeliharaan 210 ekor induk dengan nisbah kelamin 1 : 20 yang didatangkan dari luar penangkaran dengan sistem farming selama 10 tahun di penangkaran dengan asumsi suku bunga (discount factor) 18,00% sebagaimana tersaji pada Tabel 5 dan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 5 Hasil analisis finansial usaha penangkaran rusa timor (Cervus

timorensis de Blainville) di Kampus IPB – Darmaga

Suku Bunga (%) No. Komponen 17,00 18,00 19,00 1 NPV (x Rp 1.000) 377.657 249.272 130.234 2 BCR 1,16 1,12 1,06 3 IRR 21,35 % 4 PP 4,53 tahun

Berdasarkan data hasil analisis finansial sebagaimana tersaji pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa usaha penangkaran rusa timor dengan sistem deer farming cukup menjanjikan, dimana pada suku bunga 18,00% diperoleh angka BCR 1,12 artinya usaha tersebut menguntungkan sampai 12,00%. Selain itu juga dapat dilihat perubahan pendapatan dan biaya yang diakibatkan oleh perubahan suku bunga pada skenario usaha penangkaran yang akan dilakukan, dimana pada setiap kenaikan suku bunga diikuti dengan penurunan NPV. Pada tingkat suku bunga diatas 21,35% (IRR), maka nilai NPV akan nol atau bernilai negatif, dengan demikian usaha yang dilakukan akan mengalami kerugian. Sedangkan waktu pengembalian seluruh biaya dalam investasi (Payback Period) adalah 4,53 tahun. Secara lengkap hasil analisis biaya dan manfaat dari usaha penangkaran rusa ini dapat dilihat pada Lampiran 5.

(40)

Selanjutnya berdasarkan hasil analisis finansial dapat diketahui tingkat sensitivitas terhadap kemungkinan penurunan penerimaan dan kenaikan biaya produksi sebagaimana tersaji pada Tabel 6, dimana asumsi penurunan dan kenaikan biaya produksi adalah sebesart 10%.

Tabel 6 Hasil analisis sensitivitas finansial usaha penangkaran rusa timor (Cervus timorensis de Blainville) di Kampus IPB – Darmaga terhadap kemungkinan beberapa skenario

Analisis Finansial No Skenario Kemungkinan

NPV BCR IRR

1. Penerimaan turun 10% 19.920 1,01 18,25

2. Biaya naik 10% 44.847 1,02 18,50

3. Penerimaan turun 10% dan biaya naik 10%

(184.505) 0,92 15,50

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas sebagaimana tersaji pada Tabel 6 tersebut, maka dapat disimpulkan :

1. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas terhadap penurunan peneraimaan dari seluruh produksi dengan asumsi terjadi penurunan harga sebesar 10% dan sedangkan biaya produksi tetap akan mengakibatkan penurunan pendapatan, sehingga akan berpengaruh terhadap nilai NPV, BCR dan IRR. Namun demikian usaha penangkaran tersebut masih dapat bertahan sampai pada tingkat suku bunga 18,25%. Secara rinci gambaran tentang nilai NPV, BCR dan IRR pada berbagai tingkat suku bunga dengan adanya penurunan penerimaan sebesar 10% dapat dilihat pada Lampiran 6.

2. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas terhadap peningkatan seluruh biaya produksi dengan asumsi terjadi peningkatan biaya sebesar 10% sedangkan penerimaan tetap, maka akan mengakibatkan penurunan pendapatan dengan demikian juga akan berpengaruh terhadap nilai NPV, BCR dan IRR. Namun demikian usaha penangkaran tersebut masih dapat bertahan sampai pada tingkat suku bunga 18,50%. Secara rinci gambaran tentang nilai NPV, BCR dan IRR pada berbagai tingkat suku bunga dengan adanya peningkatan biaya produksi sebesar 10% dapat dilihat pada Lampiran 7.

(41)

3. Berdasarkan asumsi terjadinya penurunan penerimaan sebesar 10% dan peningkatan biaya sebesar 10%, maka akan mengakibatkan penurunan pendapatan dengan demikian juga akan berpengaruh terhadap nilai NPV, BCR dan IRR. Dimana usaha penangkaran tersebut masih layak diusahakan sampai pada tingkat bunga 15,50%, sedangkan bila suku bunga diatas 15,50% usaha sudah tidak layak untuk diteruskan. Sebab akan diperoleh nilai NPV negatif dan BCR di bawah 0. Secara rinci sebagai gambaran tentang nilai NPV, BCR dan IRR pada berbagai tingkat suku bunga dengan kenaikan biaya produksi dapat dilihat pada Lampiran 8

Gambar

Gambar 6. Keadaan  vegetasi yang terdapat di lokasi penangkaran rusa di  Kampus IPB Darmaga pada saat studi
Gambar 7.   Diskripsi dan tata letak tapak pada zona perkantoran  (Headquarter zone).
Gambar 8. Diskripsi dan tata letak perancangan tapak penangkaran rusa di  Kampus IPB Darmaga dengan sistem  farming
Gambar 9.  Desain pagar yang disarankan.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa fenomena atau problem keteknikan yang terkait dengan PDOPKB di antaranya adalah distribusi polutan pada aliran permanen, lendutan pada balok gelagar

A tárgyalások következő fordulójára augusztus 10-én került sor. Erre készülvén mindkét országos képviselet feljegyzést állított össze

századig azonban az angol irodalom mint olyan nem volt in- tézményes diszciplína tárgya, annak ellenére, hogy angol szerzők már a 18.. szá- zadban megjelentek az

Sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran bina diri mandi pada anak autis di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian dengan

Mikrognatia adalah suatu keadaan dimana ukuran rahang yang lebih kecil dari normal dan bentuknya abnormal, dapat terjadi pada maksila atau mandibula.. Mikrognatia

Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan siswa/i di SDN 016 Sukamulya mampu Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan siswa/i di SDN 016 Sukamulya mampu memahami

Hampir setengah siswa pada pertanyaan risiko kesehatan reproduksi, dengan jawaban tidak setuju pada pertanyaan tidak perlu berpelukan yang mesra dalam