• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. Y DENGAN PRILAKU KEKERASAN AKIBAT SKIZOFRENIA DI RUANG TANJUNG BLUD RUMAH SAKIT UMUM KOTA BANJAR KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. Y DENGAN PRILAKU KEKERASAN AKIBAT SKIZOFRENIA DI RUANG TANJUNG BLUD RUMAH SAKIT UMUM KOTA BANJAR KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

KEKERASAN AKIBAT SKIZOFRENIA DI RUANG TANJUNG BLUD RUMAH SAKIT UMUM KOTA BANJAR

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan

Di STIKes MuhammadiyahCiamis

Disusunoleh :

JEN AL ABD ULLOH NIM :13DP277031

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016

(2)

i STIKes Muhammadiyah Ciamis Program Studi D III Keperawatan Jenal Abdulloh

NIM. 13DP277031

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. Y DENGAN PRILAKU KEKERASAN AKI BA T S KI ZO F RENI A HEB EF REN IK

DI RU ANG T AN JU NG RUMAH SAKIT UMUM KOTA BANJAR

INTISARI

Karya tulis ini berjudul asuhan keperawatan pada Tn. Y dengan ganguan prilaku kekerasan di Ruang Tanjung RSU Kota Banjar. Pada tahun 2014 sampai 2016 mengalami peningkatan penderita skizofrenia.

Tujuan dalam penulisan ini adalah: untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosio dan spiritual..

Metode yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah metode deskriptif yang berbentuk studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

Prioritas diagnosa gangguan prilaku kekerasan. Intervensinya yaitu bina hubungan saling percaya, kena, latih, bercakap-cakap dengan orang lain, kontrol prilaku kekerasan

(3)

ii

bantal, latih klien menggunakan obat teratur dan berikan penyuluhan kepada keluarga tentang prilaku kekerasan dan cara merawatnya. Implementasinya yaitu melatih cara mengontrol emosi, melatih bercakap-cakap, melakukan aktivitas, melatih pasien menggunakan obat teratur dan memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang gangguan prilaku kekersan dan cara merawatnya. Evaluasinya klien dapat mengontrol dan memutuskan prilaku kekerasan dengan cara-cara yang telah diajarkan oleh penulis.

Kesimpulan dan Rekomendasi bagi pihak Rumah Sakit perlu adanya peningkatan daya dukung sarana khususnya yang berkaitan dengan gangguan jiwa.

IV Bab, 80 halaman, 7 tabel, 3 gambar, 1 genogram Kata kunci : Prilaku Kekerasan, Skizofrenia

(4)

iii

KAT A P ENG AN TA R

Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah Subhanahu Wata’alla, sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wassalam, karena dengan rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dengan judul : ”Asuhan Keperawatan pada Tn. Y dengan Gangguan Prilaku Kekerasan : Akibat Skizofrenia di Ruang Tanjung BLUD Rumah Sakit Umum Kota Banjar” dapat diselesaikan tepat pada waktunya

Karya tulis ilmiah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis, penulis menyadari dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun, sehingga bermanfaat untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapat banyak dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagi pihak, baik moril maupun materil. Sepantasnya penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada : 1. Dr. H. Zulkarnaen, SH,. MH selaku Ketua Badan Pembina Harian STIKes

Muhammadiyah Ciamis.

2. H. Dedi Supriadi , S.Sos.,S.Kep,.M.Mkes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis.

(5)

iv

yang telah memberikan kesempatan untuk mengambil kasus dan memberikan bantuan sehingga terselesaikannya karya tulis ini.

4. Suhanda, S.Ag,. S.Kep,. M.Kes selaku ketua Program Studi D III Keperawatan, Pembingbing KTI dan Penguji UAP.

5. Edeh Hernawati,S.Kep.,Ners,.Selaku Ci Ruangan Tanjung.

6. Seluruh Staf Dosen dan Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis.

7. Keluarga dan Tn. Y yang telah bersedia bekerjasama dengan penulis selama pelaksanaan proses keperawatan.

8. Buat Keluarga Besarku terutama Ibunda tercinta (Rohmah) dan Kaka ku (Lilis Herawati Dan Aang) yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang, Adik (Dede soleh Dan Paisal Ramdani). Semoga Allah SWT selalu melindungi dan melimpahkan kasih sayang-Nya.

9. Buat Tim MPKP Dan Teman-Teman Seperjuangan BRANTAS 15 dan Seseorang yang Tercinta.terima kasih atas kasih sayang, perhatian, kesediaan, dan kerelaannya serta kesetiaannya yang telah diberikan selama ini kepada penulis.

10. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga amal baik yang diberikan kepada penulis akan mendapat imbalan yang berlipat ganda dan diridhoi oleh Allah SWT. Amien.

(6)

v

Harapan penulis, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang berminat di bidang keperawatan jiwa dan dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan.

Ciamis, Juni 2016

(7)

vi Halaman LEMBAR PENGESAHAN INTISARI MOTTO KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan Penulisan ... 7 C. Metode Telaahan ... 7 D. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 10

A. Skizofrenia ... 10

1. Skizofrenia ... 10

2. Prilaku Kekerasan ... 16

3. Dampak Prilaku Kekerasan Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia ... 26

(8)

vii

B. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Prilaku

Kekerasan ... 28

1. Pengkajian ... 28

2. Diagnosa Keperawatan ... 34

3. Perencanaan ... 34

4. Implementasi pada prilaku kekerasan ... 38

5. Evaluasi ... 39

BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Tinjauan Kasus ... 40

1. Pengkajian ... 40

2. Diagnosa Keperawatan sesuai Prioritas ... 50

3. Perencanaan ... 51 4. Implementasi ... 54 5. Evaluasi ... 54 B. Pembahasan ... 58 1. Pengkajian ... 58 2. Diagnosa Keparawatan ... 59 3. Perencanaan ... 60 4. Pelaksanaan ... 61 5. Evaluasi ... 62

(9)

viii

A. Kesimpulan ... 64 B. Rekomendasi ... 65

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

ix

DA FTA R TA B E L

Halaman Tabel 1.1 Laporan di Ruang Tanjung Rumah Sakit Umum Kota

Banjar Rawat Inap Periode Januari 2014 s.d Juli 2016 .... 2

Tabel 2.1 Masalah Kognitif pada Skizofrenia ... 12

Tabel 2.2 Rencana Asuhan Keperawatan Dengan Prilaku Kekerasan ... 32

Tabel 3.1 Analisa Data ... 55

Tabel 3.2 Perencanaan ... 56

Tabel 3.3 Implementasi dan Evaluasi ... 60

(11)

x

Halaman Gambar 2.1 Rentang Respons Sosial (Stuart, 2007) ... 21 Gambar 3.1 Genogram ... 47

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Riwayat Hidup.

Lampiran II Satuan Acara Penyuluhan Kesehatan Prilaku Kekerasan. Lampiran III Leaflet.

Lampiran IV Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan dengan Pasien Prilaku Kekerasan.

Lampiran V Therapy Aktivitas Kelompok (TAK) Lampiran VI Surat Kesbangpolinmas

(13)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah keperawatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung, seperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan berbagai macam gejala dan disebabkan oleh berbagai hal (Erlinafsiah, 2011).

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2010 memperkirakan 450 juta orang diseluruh dunia mengalami gangguan mental,sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya.

Penderita gangguan jiwa berat dengan usia diatas 15 tahun di Indonesia mencapai 0,46%. Hal ini berarti terdapat lebih dari 1 juta jiwa di Indonesia yang menderita gangguan jiwa berat. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa 11,6% dari 19 juta penduduk Indonesia mengalami masalah gangguan mental emosional (Riset kesehatan Dasar, 2011). Sedangkan pada tahun 2013 jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 1,7 juta per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang (Riset kesehatan dasar, 2014). Tahun 2014 dan 2015.

(14)

2

Prevalensi gangguan jiwa berat atau dalam istilah medis disebut psikosis/skizofrenia di daerah pedesaan ternyata lebih tinggi dibanding daerah perkotaan. Di daerah pedesaan, proporsi rumah tangga dengan minimal salah satu anggota rumah tangga mengalami gangguan jiwa berat dan pernah dipasung mencapai 18,2%. Sementara di daerah perkotaan, proporsinya hanya mencapai 10,7%. Nampaknya, hal ini memberikan konfirmasi bahwa tekanan hidup yang dialami penduduk pedesaan lebih berat dibanding penduduk perkotaan, dan mudah diduga salah satu bentuk tekanan hidup itu, meski tidak selalu adalah kesulitan ekonomi (Riset kesehatan Dasar, 2014). Allah SWT berfirman dalam surat al-Baqoroh ayat 155

Artinya: Dan sungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat menunjukan jumlah penderita gangguan jiwa di Jawa Barat melonjak Pada tahun 2014 tercatat 296.943 orang yang mengalaminya sedangkan berdasarkan hasil pendataan tim Dinkes Jabar pada 2015, jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 465.975 orang (Dinkes Jabar, 2015).

(15)

Data yang diperoleh darI Dinas Kesehatan Kota Banjar pada tahun 2014 penderita gangguan jiwa skizofrenia dangan gangguan psikotikkroni sebanyak 156 orang, pada tahun 2015 penderita gangguan jiwa skizofrenia dangan gangguan psikotikkronik lain sebanyak 191 orang, sedangkan pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni Tahun 2016 terdapat 176 orang.

Berdasarkan catatan dan pelaporan di Ruang Tanjung Rumah Sakit Umum Kota Banjar yang di rawat inap dalam periode tahun 2015-2016 dapat dilhat pada tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1

Daftar Penderita Gangguan Jiwa di RSU Kota Banjar Periode Januari-Desember 2014-2016

No Diagnosa TAHUN Jumlah

2014 2015 Juni 2016

1 Skizofrenia 48 63 31 111

2 Depresi 18 32 16 66

3 Restradasi Mental 0 0 2 2

Jumlah 66 95 49 176

Sumber :Catatan Rekam Medik RSU Kota Banjar tahun 2016 Dari tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa penderita skizofrenia merupakan penyebab gangguan jiwa tertinggi di RSU Kota Banjar yaitu sebanyak 111 orang dari 176 orang. Hal ini merupakan suatu permasalahan bagi petugas kesehatan khususnya perawat untuk bisa melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif dan professional dalam mengatasi tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh skizofrenia.

(16)

4

Pasien dengan skizofrenia yang hidup di komunitas biasanya tidak akan jatuh pada kategori prilaku kekerasan yang persistem tetapi mereka dapat menunjukkan prilaku kekerasan dan agresif yang akut. Hal ini mungkin merupakan dekompensasi akut sekunder pada ketidak patuhan pasien minum obat. Dekompensasi juga dapat berhubungan dengan kegagalan regimen pengobatan. Gambaran klinis seperti halusinasi commanding mengalami perburukan. Penelitian melaporkan bahwa 24 - 44% prilaku kekerasan dilakukan oleh individu dengan skizofrenia selama fase akut dalam penyakitnya. Kadar neuroleptik dalam darah berkorelasi terbalik dengan kejadian berbahaya pada pasien skizofrenia yang dirawat

Berdasarkan hasil jurnal penelitian Fanada (2012) yang dilakukan di Rawat Inap Bangau Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang tentang Perawat dalam Penerapan Therapi Psikoreligius untuk menurunkan tingkat stress pada pasien prilaku kekerasan menunjukkan dengan melakukan kegiatan therapi religius shalat dan dzikir secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respon yang baik serta besar kemungkinan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker bahkan penyakit kejiwaan yaitu dapat membantu menurunkan stress pada pasien prilaku kekerasan seperti yang tercantum dalam Q.S. Al - Imran ayat 164:

(17)

Artinya: Sunggunya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (keadaan nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata (Q.S. Al-Imran: 164).

Mengingat semakin besarnya permasalahan kesehatan jiwa seperti kasus gangguan emosional dan gangguan jiwa berat serta beban yang ditanggung pemerintah bersama masyarakat, maka peningkatan derajat kesehatan jiwa, pencegahan gangguan jiwa, serta penanggulangan masalah kesehatan jiwa di masyarakat tidak akan berhasil tanpa pengembangan upaya kesehatan jiwa berbasis masyarakat. Upaya kesehatan jiwa berbasis masyarakat yaitu dengan cara pemberdayaan serta membangun kemandirian masyarakat dibidang kesehatan jiwa (Kemenkes RI, 2016).

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi gangguan jiwa sesuai dengan: UUD Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa Pasal 1 bahwa program keswa perlunya

(18)

6

pelayanan kesehatan yang optimal dari berbagai disiplin ilmu termasuk asuhan keperawatan.

Maka berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk menyusun karya tulis dengan judul:

“Asuhan Keperawatan Tn. Y dengan Perilaku Kekerasan Akibat Skizofrenia di RuangTanjung RSU Kota Banjar” dengan harapan dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan professional sehingga angka kesembuhan kasus tersebut dapat ditingkatkan.

B. Tujuan penulisan 1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensip meliputi aspek bio-fisiko-sosio-spiritual dengan pendekatan proses keperawatan pada klien dengan prilaku kekerasan berdasarkan kiat dan ilmu keperawatan menggunakan pola pikir ilmiah.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian secara komprehensip dan menghasilkan data real.

b. Membuat diagnosa keperawatan sesuai prioritas. c. Membuat rencana asuhan keperawatan.

d. Melakukan tindakan keperawatan sesuai standar. e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan.

(19)

C. Metode Telaahan

Metode telaahan yang di gunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah metode studi kasus dengan pendektan proses keperawatan. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Dengan cara tanya jawab atau menanyakan segala hal yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi klien guna memperoleh data yang subjektif yang di butuhkan. Data yang di hsilkan dari wawancara yang di tujukan kepada klien di sebut data primer sedangkan data yang di dapat dari wawncara yang di lakukan kepada keluarga di sebut dengan data sekunder.

2. Observasi

Dengan mengamati klaien, keluarga, lingkungan rumah sakit maupun di rumah.

3. Studi Literatur

Yaitu bahan-bahan bacaan untuk mendapatkan teori yang di hubungkan dengan masalah sesuai dengan yang di hadapi pada klaien dengan gangguan jiwa prilaku kekerasan.

(20)

8

4. Studi Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data dengan mempelajari data yang pokusnya klien dengan catatan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan klien.

D. Sistematika Penulisan

Dalam penyusuhan karya tulis ini penulis menggunakan sistemmatika sebagai berikut.

BAB I : PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Terdiri dari konsep dasar yang mencakup pengertian prilaku kekerasan, rentang respon prilaku kekerasan, faktor predisposisi prilaku kekrasan, manifestasi prilaku kekerasan,asuhan keperawatan, yang meliputi pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

BAB III : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Terdiri dari tinjauan kasus yang meliputi pengkajian, pengumpulan data, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, pelaksanaan, evaluasi serta pembahasang pembahasan masalah.

BAB IV : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan berisi hasil pembahasan dan masalh muncul sedangkan rekomendasi berisi tentang penyelsaian masalah yang muncul.

(21)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar 1. Skizofrenia

a. Definisi

Skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosial. Di dalam otak yang terserang skizofrenia, terdapat kesalahan atau kerusakan pada sistem komunikasi tersebut. (Yosef, 2009: 211).

Pada penyakit ini terjadi kemunduran intelegensi sebelum waktunya, sebab itu dinamakan: demensia (kemunduran intelegensi) Prekox (muda sebelum waktunya) (Maramis, 2010: 215).

b. Etiologi

Etiologi dari skizofrenia dapat dibagi beberapa bagian (Maramis, 2010) diantaranya:

1) Keturunan

Hal ini dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga penderita skizofrenia dan terutama anak-anak kembar satu telur, tetapi ini juga tergantung dari lingkungan individu.

(22)

11

2) Endokrin

Teori ini dikemukakan berhubungan dengan sering timbulnya skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan dan purperium.

3) Metabolisme

Penderita dengan skizofrenia tampak pucat dan tidak sehat.Ujung ekstremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun.

4) Susunan saraf pusat

Ada yang mencari penyebab skizofrenia ke arah kelainan susunan saraf pusat, yaitu pada diensefalon atau korteks otak.Tetapi kelainan patologis yang ditemukan itu mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem.

c. Tanda dan Gejala

1) Menurut Bleuler dalam( Maramis 2010) a) Gejala primer

(1) Gangguan proses pikir (2) Gangguan emosi (3) Gangguan kemauan b) Gejala sekunder

(1) Waham (2) Halusinasi

(23)

(3) Gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain

2) Menurut Hawari (2006) gejala skizofrenia dibagi menjadi dua yaitu negatif dan positif.

(a) Gejala positif

(1) Delusi, yaitu suatu keyakinan yang tak rasional (tidak masuk akal) tapi diyakini kebenarannya. (2) Kekacauan alam pikir

(3) Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa rangsangan (stimulus) misalnya mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan padahal tak ada sumber dari suara atau bisikan itu.

(4) Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan.

(5) Merasa dirinya orang besar

(6) Pikirannya penuh dengan kecurigaan. (b) Gejala negatif

(1) Alam perasaannya (affect) yang tumpul dan mendatar dan ini terlihat dari wajahnya yang tak menunjukkan ekspresi.

(2) Menarik diri atau mengasingkan diri, tak mau bergaul atau kontak dengan orang lain dan suka melamun.

(24)

13

(3) Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.

(4) Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.

(5) Kesulitan dalam berpikir abstrak

(6) Tidak ada upaya dan usaha, tidak ada dorongan kehendak atau inisiatif, tidak ada spontanitas, monoton serta tak ingin apa-apa.

(7) Pola pikir stereotif. d. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

Menurut Stuart (2007) mengemukakan bahwa faktor predisposisi dan presipitasi skizofrenia sebagai berikut :

1) Faktor Predisposisi

a) Faktor tumbuh kembang

Pada dasarnya kemampuan hubungan sosial berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang individu mulai dari bayi sampai dewasa lanjut. Untuk mengembangkan hubungan sosial yang positif setiap tugas perkembangan daun kehidupan diharapkan dilalui dengan sukses.Bila salah satu tugas perkembangan tidak terpenuhi, maka menghambat terhadap tahap perkembangan selanjutnya dan dapat menimbulkan suatu gangguan.

(25)

b) Faktor sosial budaya

Nilai-nilai, norma-norma adat dan kebiasaan yang ada sudah menjadi budaya dalam masyarakat merupakan hal-hal yang dapat memperbaharui sosial budaya dan keadaan sosial dengan nilai-nilai yang dianut oleh seorang, maka hal tersebut dapat menjadi hambatan alam pikiran klien.

c) Faktor Biologi

Faktor keturunan juga merupakan salah satu pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.Pada klien yang mengalami gangguan jiwa sering kali ditemukan riwayat keturunan oleh kedua orang tuanya melaui gen-gen pada anaknya.

2) Faktor Presipitasi a) Stressor psikologis

Stressor ini dapat dicetuskan dengan adanya kehilangan sesuatu yang berharga atau kegagalan dalam mencapai harapan, bisa kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan perceraian atau segala kejadian yang menyebutkan gangguan pada psikologis lain.

(26)

15

b) Stressor Budaya

Adanya pertentangan antara nilai dalam masyarakat dengan nilai yang dianut oleh individu dapat menimbulkan suatu perasaan tertekan atau dapat memacu timbulnya perilaku menantang.

e. Macam-macam Skizofrenia menurut Maramis( 2010)

1) Skizofrenia simplek, sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utamanya adalah kedangkalan emosi, kemunduran kemauan dan timbulnya perlahan-lahan sekali.

2) Skizofrenia akut, timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi, kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan dunia luar maupun dirinya berubah. Semuanya seakan punya arti khusus.

3) Skizofrenia hebefrenik, permulaannya perlahan-lahan dan sering timbul pada masa remaja antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah gangguan proses pikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi waham dan halusinasi banyak sekali.

4) Skizofrenia paranoid gejalanya didominasi oleh waham yang relatif stabil dan halusinasi.

(27)

5) Skizofrenia residual, keadaan skizofrenia dengan gejala primernya tetapi tidak jelas adanya gejala sekunder.

6) Jenis skizo-efektif, jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa efek, tetapi mungkin juga timbul lagi serangan.

2. Perilaku Kekerasan a. Pengertian

Menurut Stuart (2007), perilaku kekerasan atau agresi adalah sikap atau perilaku kasar atau kata-kata yang menggambarkan perilaku amuk, permusuhan dan potensi untuk merusak secara fisik. Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, disertai dengan amuk dan gaduh gelisahyang tidak terkontrol Townsend, ( 2010). Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis yang dapat membahayakan diri sendiri mauupun lingkungan (Fitria, 2011).

Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa perilaku kekerasan atau tindak kekerasan merupakan salah satu dari ungkapan perasaan marah dan bermusuhan sebagai respon terhadap kecemasan atau

(28)

17

kebutuhan yang tidak terpenuhui yang mengakibatkan hilangnya kontrol dan kesadaran diri dimana individu bisa berperilaku menyerang ataumelakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. b. Proses Terjadinya prilaku kekerasan

Menurut Stuart (2007), kemarahan diawali oleh adanya stressor yang berasal dari internal atau eksterna. Stressor internal seperti penyakit, hormonal, dendam, kesal sedangkan stressor eksternal bisa berasal dari ledekan, cacian, makian, hilangnya benda berharga, tertipu, penggusuran, bencana dan sebagainya. Hal tersebut akan mengakibatkan kehilangan atau gangguan pada sistem individu (Disruption and loss). Hal yang terpenting adalah bagaimana individu memaknai setiap kejadian yang menyedihkanataumenjengkelkan tersebut (personal meaning).

c. Tanda dan Gejala

1) Muka merah dan tegang 2) Pandangan tajam

3) Mengatupkan rahang dengan kuat 4) Mengepalkan tangan

5) Jalan mondar-mandir 6) Bicara kasar

(29)

8) Mengancam secara verbal atau fisik 9) Melempar atau memukul benda/oranglain 10) Merusak barang atau benda

11) Tidak mempunyai kemampuan mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan Melempar atau memukul benda/oranglain

12) Merusak barang atau benda

13) Tidak mempunyai kemampuan mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan Merusak barang atau benda

14) Tidak mempunyai kemampuan mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan.

d. Penyebab Perilaku Kekerasan

Menurut stearen kemarahan adalah kombinasi, dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan pristasi beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan, yaitu prustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi. 1) Prustasi seorang yang mengalami hambatan dalam

mencapai tujuan atau keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi prustasi, dia merasa terancam dan cemas jika ia tidak mampu menghadapi rasa prustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya kekerasan.

(30)

19

2) Hilangnya harga diri: pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai jika kebutuhan itu tidak terpenuhi akibatnya individu tesrsebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah dan sebagainya.

Kebutuhan akan status dan perestise manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan disukai statusnya.

e. Rentang Respon

Menurut Stuart(2007), perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panik).

Gambar 2.1 rentang respon prilaku kekerasan

Setiap orang mempunyai kapasitas berperilaku asertif, pasif dan agresif sampai kekerasan. Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa:

Respon Adaptif

Respon Maladaptif

(31)

1) Asertif

Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang

2) Frustasi

Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan alternatif.

3) Pasif

Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya. 4) Agresif

Perilaku yang menyertai marah terdapat dorongan untuk menuntut tetapi masih terkontrol.

5) Kekerasan

Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.

Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan unkapan kemarahan yang dimana investasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses penyampaian pesan dari individu. Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa ia ”tidak setuju, tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak dituruti atau diremehkan. ”Rentang respon kemarahan individu

(32)

21

dimulai dari respon normal (asertif) sampai pada respon yang tidak normal (maladaptif).

f. Etiologi

1) Faktor Predisposisi

Menurut Stuart (2007), faktor-faktor yang mendukung terjadinya perilaku kekerasan adalah

a) Faktor biologis

(1) Instinctual drive theory (teori dorongan naluri) Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat.

(2) Phsycomatic theory (teori psikomatik)

Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan.Dalam hal ini sistem limbik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah

b) Faktor psikologis

(1) Frustasion aggresion theory (teori argesif frustasi) Menurut teori perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi frustasi yang terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan tersebut dapat

(33)

mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.

(2) Behavioral theory (teori perilaku)

Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah. Semua aspek ini menstimulai individu mengadopsi perilaku kekerasan.

(3) Existential theory (teori eksistensi)

Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan yaitu kebutuhan dasar manusia apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui perilaku konstruktif maka individu akan memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif.

c) Faktor sosio kultural

(1) Social enviroment theory (teori lingkungan)

Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap

(34)

23

perilaku kekerasan akan menciptakan seolah- olah perilaku kekerasan diterima.

(2) Social learning theory ( teori belajar sosial )

Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses sosialisasi. 2) Faktor Presipitasi

Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat buruk.Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar maupun dalam. Stressor yang berasal dari luar antara lain serangan fisik, kehilangan, kematian, krisis dan lain-lain. Dari dalam adalah putus hubungan dengan seseorang yang berarti, kehilangan rasa cinta, ketakutan terhadap penyakit fisik, hilang kontrol, menurunnya percaya diri dan lain-lain.Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan.

g. Manifestasi Klinis

Menurut Stuart (2007), tanda dan gejala perilaku kekerasan diantaranya adalah :

1) Fisik: mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang serta postur tubuh kaku.

(35)

2) Verbal: mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicaradengannada keras, kasar dan ketus.

3) Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain merusak lingkungan, amuk atau agresif.

4) Emosi: tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,jengkel, tidak berdaya, bermusuhan mengamuk, ingin berkelahi,menyalahkan dan menuntut. 5) Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar,berdebat,

meremehkan dan tidakjarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.

6) Spiritual: merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan kreatifitas terhambat.

7) Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan.

8) Perhatian: bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.

h. Mekanisme Koping

Perawat perlu menidentifikasi mekanisme klien, sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan marahnya.mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi, resepsi denial dan reaksi formasi.

(36)

25

i. Gangguan mental yang berkaitan dengan perilaku kekerasan

Walaupun kebanyakan gangguan jiwa tidak berbahaya, beberapa pasien diantaranya menunjukan peningkatan resiko timbulnya perilaku kekerasan (catatan: penyakit medis yang serius pada awalnya dapat memperlihatkan perilaku kekerasan).

j. Dampak Prilaku Kekerasan terhadap Kebutuhan Dasar Manusia

Menurut Abraham Maslow kebutuhan dasar manusia terdiri dari lima hirarki kebutuhan yang terletak dalam suatu kontinue, yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan keselamatan, kebutuhan untuk dicintai dan rasa saling memiliki, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. 1) Kebutuhan fisiologis

(a) Kebutuhan oksigen

Klien dengan perilaku kekerasan biasanya sering mengalami peningkatan kebutuhan oksigen, karena klien lebih sering melakukan aktivitas yang memerlukan banyak oksigen.

(37)

(b) Kebutuhan Nutrisi

Klien dengan perilaku kekerasan sering ditemukan penurunan aktivitas termasuk juga dalam hal makan dan minum, sehingga masukan makan dan minum terganggu.

(c) Kebutuhan istirahat tidur

Klien dengan perilaku kekerasan kurang meningkat atau curiga yang berlebih kemungkinan mengalami gangguan istirahat tidur.

2) Kebutuhan rasa aman

Klien dengan perilaku kekerasan tidak mudah percaya dan curiga kepada orang lain, sehingga membuat ia merasa tidak nyaman berhubungan dengan orang lain.

3) Kebutuhan cinta mencintai

Klien dengan prilaku kekerasan mengalami gangguan dalam hubungan interpersonal, sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan mencintai dan dicintai lingkungannya.

4) Kebutuhan harga diri

Perasaan rendah diri atau harga diri rapuh banyak ditemui pada klien dengan prilaku kekerasan.

(38)

27

5) Kebutuhan aktualisasi diri

Prilaku kekerasan merupakan gangguan , dimana klien tidak mampu membina interaksi dengan orang lain, sehingga tidak bisa mencapai aktualisasi karena koping yang digunakan maladaptif (Hadiansyah, 2011).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa dengan Prilaku Kekerasan

1. Pengkajian

Menurut Keliat (2011), data yang perlu dikaji pada pasien dengan perilaku kekerasan yaitu pada data subjektif klien mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, mengatakan dendam dan jengkel. Klien juga menyalahkan dan menuntut.pada data obyektif klien menunjukkan tanda-tanda mata melotot dan pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, postur tubuh kaku dan suara keras.

a. Pengumpulan Data

Tujuan dari pengumpulan data adalah menilai status kesehatan dan kemungkinan adanya masalah keperawatan yang memerlukan intervensi dari perawat. Data yang dikumpulkan bisa berupa data objektif yaitu data yang dapat secara nyata melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat. Sedangkan data subjektif yaitu data yang disampaikan

(39)

secara lisan oleh klien dan keluarganya. Data ini didapat melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarganya.

Untuk dapat menyaring data yang diperlukan, umumnya yang dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian. Sistematika pengkajian, meliputi:

1) Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajiannya nomor rekam medik, diagnosa medis dan identitas penanggung jawab.

2) Keluhan utama dan alasan masuk, tanyakan pada klien atau keluarga apa yang menyebabkan klien datang ke rumah sakit saat ini serta bagaimana hasil dari tindakan orang tersebut.

3) Faktor predisposisi, menanyakan kepada klien atau keluarganya :

a) Apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa atau tidak

b) Apakah ya, bagaimana hasil pengobatan sebelumnya. c) Klien pernah melakukan, mengalami atau menyaksikan

penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.

(40)

29

d) Apakah anggota keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa.

e) Pengalaman klien yang tidak menyenangkan (kegagalan yang terulang lagi, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis) atau faktor lain, misalnya kurang mempunyai tanggung jawab personal.

4) Aspek fisik atau biologis, observasi tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan klien), ukur tinggi badan dan berat badan klien.

5) Psikososial, membuat genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dengan keluarga. Masalah yang terkait dengan komunikasi pengembalian keputusan dan pola asuh.

6) Status mental meliputi pembicaraan, penampilan, aktivitas motorik, alam perasaan, afek, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, emosi, tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.

7) Kebutuhan persiapan pulang, kemampuan klien dalam makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian, istirahat, tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas di dalam rumah dan di luar rumah.

(41)

8) Mekanisme koping, didapat melalui wawancara pada klien atau keluarga baik adaptif maupun maladaptif.

9) Masalah psikososial dan lingkungan, di dapat dari klien atau keluarga bagaimana tentang keadaan lingkungan klien, masalah pendidikan dan masalah pekerjaan.

10) Pengetahuan, apakah klien mengetahui tentang kesehatan jiwa.

11) Aspek medik, obat-obatan klien saat ini baik obat fisik, psikofarmako dan therapi lain.

b. Daftar Masalah keperawatan

Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah klien dari kelompok data yang dikumpulkan, kemungkinan kesimpulan adalah sebagai berikut (Keliat, 2011 : 2012):

1) Isolasi sosial: menarik diri

2) Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran 3) Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri

4) Gangguan konsep diri: harga diri rendah

5) Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik 6) Defisit perawatan diri

7) Ketidakefektifan koping keluarga 8) Gangguan pemeliharaan kesehatan.

(42)

31

2. Diagnosa Keperawatan a. Analisa Data

Data-data yang mendukung dalam analisa data menurut (Keliat , 2011):

1) Risiko mencederai diri orang lain dan lingkungan

a) Data Subjektif: Pasien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Pasien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya (Azizah, 2011).

b) Data Objektif: Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang-barang (Stuart 2007). 2) Resiko Perilaku kekerasan

a) Data Subjektif: Klien mengatakan jengkel dengan orang lain, mengungkapkan rasa permusuhanyang mengancam, klien merasa tidak nyaman, klien merasa tidak berdaya, ingin berkelahi, dendam.

b) Data Objektif: Tangan dikepal, tubuh kaku, ketegangan otot seperti rahang terkatup, nada suara tinggi, waspada, pandangan tajam, reflek cepat,

(43)

aktivitas motor meningkat, mondar-mandir, merusak secara langsung benda-benda yang berada dalam lingkungan, menolak, muka merah, nafas pendek. 3) Harga diri rendah

a) Data Subyektif: Mengungkapkan ketidakmampuan dalam meminta bantuan orang lain dan mengungkapkan rasa malu serta tidak bisa jika diajak melakukan sesuatu (Videbeck, 2011).

b) Data Obyektif :Tampak ketergantungan dengan orang lain, tampak sedih serta tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung (Keliat, 2011)

b. Pohon Masalah

Menurut Keliat (2011), pohon masalah perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3. Pohon Masalah Resiko Perilaku Kekerasan. Resiko menciderai diri sendiri, orang

lain dan lingkungan

Resiko perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

(44)

33

c. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian tehadap pola respon klien baik aktual maupun potensial. Rumusan diagnosa terdiri dari PE dan PES, yaitu permasalahan (P), etiologis (E) dan Simptom (S) atau gejala sebagai data penunjang. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan resiko perilaku kekerasan, menurut (Keliat 2011) yaitu:

1) Resiko mencederai orang lain. 2) Perilaku kekerasan.

3) Defisit keperawatan diri.

4) Gangguan konsep diri : harga diri rendah. 5) Intoleransi aktivitas

6) Berduka disfungsional.

3. Rencana Keperawatan

Menurut (Keliat 2011), Rencana Keperawatan pada diagnosa pasien dengan resiko perilaku kekerasan seperti pada tabel 2.2 dibawah ini.

(45)

Tabel 2.1

Rencana Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan

NO DX Perencanaan

Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi

1 2 3 4 5 1. Perilaku kekerasan Pasien mampu :  Mengidentifikasi penyebab dan tanda perilaku kekerasan  Menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah di lakukan  Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan  Mengontrol perilaku kekerasan secara : fisik, sosial / verbal, spritual, terapi

psikofarmaka

Setelah…. Pertemuan pasien mampu :

 Menyebutkan penyebab, tanda, gejala, dan akibat perilaku kekerasan

 Memperagakan cara fisik 1 untuk mengontrol perilaku kekerasan

SP 1 ( Tgl ……….. )

 Identifikasi penyebab, tanda dan gejala serta akibat perilaku kekerasan

 Latih cara fisik 1 : tarik nafas dalam

 Masukan dalam jadwal harian pasien

Setelah…. Pertemuan pasien mampu :

 Menyebutkan kegiatan yg sudah dilakukan

 Memperagakan cara fisik untuk mengontrol perilaku kekerasan

Sp 2 ( Tgl ……)

 Evaluasi Sp 1

 Latih cara fisik 2 : Pukul kasur / bantal

 Masukan dalam jadwal harian pasien

(46)

35

Sp 3 ( Tgl ……. )

 Evaluasi Sp 1 & 2

 Latih secara sosial / verbal :

 Menolak dgn baik

 Meminta dgn baik

 Mengungkapkan dgn baik

 Masukan dalam jadwal kegiatan pasien

Setelah…. Pertemuan pasien mampu :

 Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan

 Memperagakan cara spiritual

Sp 4 ( Tgl ….. )

 Evaluasi Sp 1,2 & 3

 Latih secara spiritual Berdo’a

Sholat

 Masukan dalam jadwal kegiatan pasien

Setelah…. Pertemuan pasien mampu :

 Menyebutkan kegiatan yg sudah di lakukan

 Memperagakan cara patuh obat

Sp 5 ( Tgl… )

 Evaluasi Sp 1,2,3 & 4

 Latih patuh obat :

 minum obat secara teratur dngn perinsip 5 B

 Susun jadwal minum obat dngn teratur

 Masukan dalam jadwal kegiatan pasien

Keluarga mampu : merawat pasien di rumah

Setelah…. Pertemuan keluarga mampu :  Menjelaskan penyebab, tanda / Sp 1 ( Tgl… )  Identifikasi masalah yg dirasakan kelg dalam merawat

(47)

gejala,a akibat serta mampu memperagakan cara merawat pasien  Jelaskan tentang P-K dari : penyebab, akibat, dan cara merawat  Latih 2 cara merawat  RTL kelg / jadwal ntuk merawat pasien Setelah…. Pertemuan keluarga mampu : Menyebutkan kegiatan yg sudah dilakukan dan mampu merawat serta dapat

membuat RTL

Sp 2 ( Tgl …. )

 Evaluasi Sp 1

 Latih ( simulasi ) 2 cara lain untuk merawat pasien

 Latih langsung ke pasien

 RTL kelg / jadwal kelg untuk merawat pasien

Setelah…. Pertemuan keluarga mampu :

 Menyebutkan kegiatan yg sudah dilakukan dan mampu merawat serta dapat

membuat RTL

Sp 3 ( Tgl …. )

 Evaluasi Sp 1 & 2

 Latih langsung ke pasien

 RTL kelg / jadwal kelg untuk merawat pasien

Setelah…. Pertemuan keluarga mampu :

 Melaksanakan follow up dan rujuk serta mampu

menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan

Sp 4 ( Tgl …. )

 Evaluasi Sp 1, 2 & 3

 Latih langsung ke pasien

 RTL keluarga : follow up & rujukan

(48)

37

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan langkah ketiga dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah di rencanakan (Hidayat, 2008).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi proses atau pormatif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan.Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP sebagai pola pikirnya.

S : Respons subjektif klien terhadap intervensi keperawatan yang telah dilaksanakan.

O : Respons objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

A : Analisa ulang data sujektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradikdif dengan masalah yang ada.

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasar hasil analisa pada renspon klien (Keliat, 2011).

(49)

Erlinafsiah, 2010. Modal Perawat Dalam Praktik Keperawatan Jiwa, Jakarta: Trans Info Media.

Hadiansyah, 2011.Tersedia dalam

http//Ia-Hadiansyah.blogspot.com/2011/10/Perilakukekerasan

Heryawan, A. , 2011. Tersedia dalam http//www.ahmadheryawan.com/lintas-jabar/lintas-jawa-barat/kesehatan/935-gangguan-jiwa-di-jabar-tertinggi.

http://refreshyourmind-newbie.blogspot.com/2009/10/jumlah-orang-Indonesia-yang-terkena-html.

Keliat, 2011.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. ---, 2010.MKMP Jiwa, Jakarta: EGC.

Maramis, 2010.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

RSU Kota Banjar, 2012.Catatan Rekam Medik Ruang Tanjung Rumah Sakit Umum Kota Banjar.

Stuart, 2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC.

Tim Diklat Cimahi, 2011. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: RSJ Cimahi. Yani, 2013.KeperawatanJiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Referensi

Dokumen terkait

Terhadap Niat Beli Secara Online (studi pada produk fashion online di

Penulis mencoba membuktikan kembali hasil penelitian sebelumnya dengan menggunakan pendekatan secara normatif dan empiris di Kabupaten Gresik yang diaplikasikan dengan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap sekolah dan siswa kelas V di SD Negeri se-kecamatan Kotagede ternyata terdapat kekurangan-kekurangan dan

Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) adalah surat izin yang harus dimiliki setiap kapal perikanan berbendera asing yang digunakan oleh Perusahaan Perikanan Indonesia yang telah

Program konservasi melalui pengelolaan KKP dan pembentukan UPTD KKP Raja Ampat sudah dilakukan melalui koordinasi dengan berbagai pihak, walaupun diwarnai

Penelitian pembayaran jasa lingkungan air bersih di Kota Palopo memiliki beberapa perbedaan dari penelitian sebelumnya yang telah ada, yaitu dari segi bentuk

Oleh karena itu perlu dikembangkan berbagai cara untuk mengajarkan matematika, guru diharapkan mempunyai kemampuan untuk menciptakan model pembelajaran yang aktif,

Rerata hasil belajar matematika melalui strategi pembelajaran kontekstual tidak lebih baik atau sama dengan tutor sebaya siswa SMP N 1 Jaten Karanganyar Kelas VIII semester